Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obstruksi biliaris atau penyumbatan pada sistem biliaris dapat disebabkan

oleh beberapa faktor, salah satunya disebabkan karena batu. Batu kantung

empedu saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat karena frekuensi

kejadiannya yang tinggi, jumlah kasusnya signifikan dalam masyarakat


(1)
berkembang yang mencapai 10-15% .Angka kejadian kasus penyakit batu

kandung empedu di Indonesia sama seperti angka kejadian kasus batu empedu di
(2).
Negara asia tenggara dengan rata-rata 96 per 100.000 populasi Di Inggris lebih

dari 40.000 kolesistektomi dilakukan setiap tahun dan sekitar 4000 pasien
(3)
dilakukan pembersihan batu saluran empedu sedangkan di Amerika jumlah

penderita batu empedu mencapai 20.000.000-25.000.000 kasus pertahun yang

merupakan beban kesehatan utama di Amerika Serikat yang telah meningkat lebih
(3)
.
dari 20 % selama 3 dekade

Di Amerika Serikat dari hasil otopsi menunjukkan angka kejadian batu

empedu paling sedikit 20% pada wanita dan 8% pada laki-laki di atas umur empat
(4)
puluhan , sedangkan untuk penyakit Kanker kandung empedu jumlahnya

mencapai sekitar 5.000 kasus per tahun. Kasus batu pada CBD (koledokolitiasis)
2

meningkat sesuai bertambahnya umur. Sekitar 25% pasien usia lanjut yang

mengalami kolesistektomi mempunyai batu pada saluran empedunya. Batu dapat

berukuran kecil ataupun besar dan jumlahnya dapat tunggal ataupun banyak,

insiden kasusnya sekitar 12% lebih banyak pada wanita, dengan perbandingan
(4)(5)
.
2:1

Patologi lain yang banyak terjadi pada abdomen selain di sistem biliaris

yaitu pada sistem digestivus. Penyakit Crohn merupakan kelainan ulseroinflamasi

pada sistem digestivus yang bersifat kronis dan dapat menyerang setiap segmen

sistem digestivus, terutama pada bagian distal usus halus serta kolon sebelah

kanan. Bila mengenai ileum disebut ileitis terminalis dan bila mengenai kolon
(6)
disebut colitis granulomatosa Penyakit Crohn dapat terjadi di seluruh dunia. Di

negara Amerika serikat terdapat 3-5 kasus penyakit Crohn per 100.000 jiwa
.
setiap tahunnya, Di Indonesia prevalensi penyakit crohn pada pasien diketahui

sebesar 5,2% (7).

Berdasarkan tingginya prevalensi dari kelainan terutama pada kandung

empedu, sistem biliaris dan sistem digestivus sehingga diperlukan penegakkan

diagnose yang akurat, Pencitraan yang dapat digunakan dalam menunjang

diagnosis kelainan pada kandung empedu dan sistem biliaris secara diagnostik

adalah dengan pemeriksaan ERCP (endoscopic retrograde


(8)
cholangiopancreatography) USG (Ultrasonography) endoskopi, CT-scan,

MRCP (magnetic resonance cholangiopancreatography), Kolangiografi dan PTC


3

(9)
.
(percutaneous transhepatic cholangiography) Sedangkan untuk pemeriksaan

pada usus halus, colon dan lambung dapat dilakukan dengan pemeriksaan

konvensional radiography dengan media kontras dan pemeriksaan CT scan

dengan sensitivitas sebesar 77%, spesifisitas sebesar 63%. CT Scan umumnya

memerlukan administrasi media kontras iodium, yang relatif mahal, nefrotoksik,

dan dapat menyebabkan reaksi alergi serta memberikan efek radiasi pada saat

pemeriksaan. Modalitas MRI masih menjadi gold standard dalam


(10)
memperlihatkan daerah yang didominasi soft tissue

Belum pernah dilaporkan adanya dugaan perforasi pada pemeriksaan MRI

dengan media kontras, pada beberapa situasi patologis, pemeriksaan MRI

Abdomen tanpa media kontras tidak dapat menunjukkan perubahan yang

signifikan. Dalam kondisi ini, penerapan agen kontras MRI dapat meningkatkan

perbedaan antara waktu relaksasi. Umumnya, agen kontras MRI akan

memperpendek waktu T1 pada jaringan dan T2 relaksasi. Agen kontras MRI

dapat diterapkan secara intravena atau secara oral berdasarkan jaringan sasaran,

media kontras secara oral sebagian besar digunakan untuk pemeriksaan Gastro
(11)
Intestinal (GI) dan hepatobiliary.

Pemeriksaan Magnetic Resonance Cholangio Pancreatography (MRCP)

digunakan untuk mengevaluasi biliary tree dan pancreas yang umumnya

menggunakan teknik (2D) single-shot spine echo untuk mendiagnosa batu, tumor
(11)(17)
atau cedera Pemeriksaan MRCP merupakan gold standard untuk
4

mengevaluasi adanya batu, striktur pada sistem biliaris dengan nilai spesifitas dan
(17)
.
prediksi positif sebesar 94% dan 98%, Dalam diagnosis penyakit jinak MRCP

adalah 100% sensitif dibandingkan dengan USG (80,77%), yang lebih sensitif

daripada CT scan (54,55%), sehingga MRCP adalah pencitraan non invasif


(18)
penting dalam evaluasi pasien pra operasi dengan ikterus obstruktif MRCP

dapat mendeteksi koledokolitiasis dan striktur jinak lebih baik dibandingkan USG
(18)
dan CT Scan

Pemeriksaan MRI Enterography adalah pemeriksaan MRI untuk

memperlihatkan anatomi dan patologi yang ada pada usus halus, colon dan

sequent yang biasa digunakan pada pemeriksaan ini adalah T2WI Coronal,

HASTE Coronal. Efektifitas pemeriksaan MRI pada usus dibandingkan USG,

berdasarkan evaluasi penelitian dari 250 pemeriksaan menggunakan MRE dan

USG dengan 207 pasien pada kasus peradangan dinding usus, diketahui temuan

lebih dari 2% menggunakan USG, sedangkan MRE dilaporkan temuan lebih dari

53%. MRI Enterography, sering dilakukan menggunakan media kontras per oral

untuk memvisualisasikan bagian small intestine, colon secara optimal setelah

terjadi penyangatan dan memperlihatkan lebar lumen usus halus dengan nilai
(19)
.
normal karena pengaruh media kontras yang diberikan

Media kontras MRI dikelompokkan menjadi media kontras positif dan

media kontras negatif. Media kontras negatif oral yang digunakan untuk

pemeriksaan Abdomen yaitu Gadopentate dimeglumine, Ferric ammonium


5

citrate, Manganese chloride, Kaolinate, antacid, Barium sulfate dan ferric

particles tetapi beberapa diantaranya sudah sulit untuk ditemukan dipasaran serta

harganya mahal untuk solusinya telah dilakukan beberapa penelitian untuk

mencari alternatif media kontras negatif oral alami pada pemeriksaan MRI

abdomen dengan menggunakan bahan buah-buahan dibuat minuman/jus yaitu,


(20)
.
Jus blueberry, jus nanas dan teh banyak mengandung mangan (Mn)

Dengan menggunakan media kontras alami akan lebih aman bagi pasien

dan meminimalisir adanya efek alergi terhadap bahan kimia. Penggunaan teh

memberikan rasa pahit bagi pasien. Penelitian yang dilakukan menggunakan teh

Oolong sebagai alternatif media kontras negatif pada MRCP diketahui bahwa teh

Oolong dapat memperlihatkan gambaran sistem biliaris dengan waktu mulai

scanning terbaik adalah 15 menit. Penggunaan kontras dari jus blueberry sulit

dilakukan di Indonesia karena buah tersebut tidak diproduksi di Indonesia,

sementara penggunaan jus nanas sudah digunakan dengan dicampur bahan

kontras gadopentate dimeglumin ,ferumoxsil lumirem, Gd-DOTA pada MRCP.

Penggunaan jus nanas pada pemeriksaan MRCP untuk penggunaan jus nanas

murni memberikan rasa yang asam untuk pasien, karena keterbatasan tersebut

akan dilakukan penelitian terhadap alternative media kontras negatif oral alami

dengan mempertimbangkan dapat diperoleh di Indonesia dan rasanya dapat


(21)(23)
.
diterima serta tidak memberikan efek negatif setelah pemakaiannya
6

Jus Nanas (Pineapple Juice) diketahui memiliki T1 terpendek (243 ms)

dan T2 terpendek (48 ms) dari beberapa minuman dan jus buah yang diuji (Air,

Susu, Iopamidol, Jeruk, Apel, Prune, Blackcurrant, Blueberry, Raspberry,

Blackberry) dan diketahui kandungan mangan untuk masing-masing bahan

tersebut susu, Jus Jeruk, Jus Nanas, Jus Nanas 2, Jus Apel, Jus Prune, Jus

Blackcurant, Jus Blueberry, Jus Raspberry, Jus Blackberry.(0,09; 0,04; 0,92;0,92;

0,07; 0,15,0,26;0,33;0,33;0,32). Jus nanas aman digunakan sebagai media kontras


(21)
.
pada pasien neonatal.

Pada pemeriksaan Gastrointestinal menggunakan MRI diperlukan

pemberian media kontras. Media kontras yang ideal harus mudah ditoleransi,
(23).
memberikan peningkatan sinyal yang tinggi Penggunaan kontras barium sulfat

dalam studi gastrointestinal ada risiko dari tumpahan ke dalam saluran pernapasan

atau perforasi (terutama dalam studi pediatrik).Pemberian air sebagai kontras

neonatal (memberikan kontras tinggi pada gambar T2W) tetapi tidak

memungkinkan identifikasi yang optimal pada bagian fleksura, Duodenum dan

Jejunum, sulit membedakan cairan yang sudah ada dalam loop jejunum dengan

air yang digunakan. Selain itu sekarang sudah tidak ada agen kontras berbasis

gadolinium yang dilisensi untuk penggunaan oral pada anak-anak,sehingga

solusinya dengan mencari sifat paramagnetik dari jus buah seperti nanas atau jus

blueberry untuk menekan sinyal dari cairan usus di pediatrik. Studi Cholangio-

Pancreatography (MRCP) yang menggunakan T2W,dimana diketahui pada T1


7

memperpendek sifat dari jus ini sehingga dapat membuat bahan tersebut cocok

sebagai agen kontras negatif. Nilai-nilai T1 diukur menggunakan inversi 2D


(23)
inversion recovery (IR) dan (FSPGR)

Agen kontras positif GI (Gastrointestinal) akan meningkatkan intensitas

sinyal dalam lumen usus dan agen kontras negatif GI akan mengurangi intensitas

sinyal dalam lumen usus. Agen kontras negatif GI menyebabkan menggelapkan

daerah (lumen) sehingga diperoleh T1W dan T2W, karena pemendekan relaksasi
(25)
.
T2 dari agen kontras positif Agen kontras yang ideal pada GI harus memiliki

beberapa sifat tertentu seperti tolerabilitas, ketersediaan, mudah disiapkan, tidak

merangsang peristaltik, homogen didistribusikan di GI, tidak menyerap ke

sirkulasi sistemik, karakteristik stabil efek kontras, tenaga lengkap, tidak terkait

dengan artefak, mengangkat sensitivitas diagnostik, biaya yang efektif dan tinggi

keselamatan(25). Pada prosedur pencitraan MRI abdomen umumnya pemberian

kontras 500-900 ml (mililiter) dari agen kontras oral diberikan dengan setidaknya
(25)
.
4 jam puasa

Jus nanas murni adalah minuman yang mengandung hampir 2,76 mg / dl


(21)
(miligram / desiliter) mangan . Ini menunjukkan bahwa jus nanas memiliki

kemampuan untuk mempersingkat waktu T2 relaksasi melalui pemeriksaan

invitro. Sebuah penelitian sebelumnya, pada tahun 2007, menunjukkan

kemanjuran yang serupa antara jus nanas dan bahan paramagnetik dalam

menekanan sinyal pada pemeriksaan MRI. Mangan adalah agen yang


8

bertanggung jawab untuk pengurangan sinyal dan Jus Nanas juga memiliki
(23)
jumlah kandungan mangan yang tertinggi

Penelitian ini diharapkan memberikan alternatif media kontras negatif

oral alami yang praktis, aman, harganya terjangkau untuk pemeriksaan abdomen

MRCP, MR Enterography dengan waktu mulai scanning terbaik menggunakan

media kontras negatif jus nanas kemasan. Pada penelitian ini menggunakan jus

nanas kemasan, dengan variasi waktu mulai scanning 5 menit, 10 menit, 15

menit, 20 menit, 25 menit, 30 menit setelah pemberian jus nanas kemasan dengan

sequent Hasterm sehingga diperoleh waktu mulai scanning yang terbaik untuk

pemeriksaan MRCP, MR Enterography

Berdasarkan studi pendahuluan dengan uji laboratorium oleh UPT.

Laboratorium Analitik Universitas Udayana dengan menggunakan metode ICPE

tehadap beberapa jenis minuman jus nanas kemasan, diketahui bahwa minuman

jus nanas kemasan merk A memiliki kandungan Mangan (Mn) paling tinggi (8,85

mg/L) dibandingkan dengan merk B (8,60 mg/L), merk C (6,10 mg/L), merk D
(26)
(2,97 mg/L) dan merk E (2,95 mg/L)

Jus nanas kemasan yang mengandung mangan sangat praktis dan

belum pernah dilakukan penelitian tentang penggunaannya sebagai alternatif

media kontras negatif alami untuk meningkatkan kualitas citra pemeriksaan

MRCP dan MR Enterography. Kualitas citra yang optimal dengan citra kuantitatif

membantu keakuratan dalam mendiagnosa, sehingga dapat menghindari


9

(27)
.
kesalahan dalam diagnosa Dari permasalahan tersebut akan dilakukan

penelitian pemberian jus nanas kemasan sebagai alternatif media kontras negatif

per oral pada pemeriksaan MRCP dan MR Enterography.

B. Perumusan Masalah

Di Indonesia jumlah kasus batu empedu dan kelainan biliaris sama seperti
(2).
di Negara asia tenggara dengan rata-rata 96 per 100.000 populasi Penyakit

Crohn dapat terjadi di seluruh dunia. Di negara Amerika serikat terdapat 3-5
.
kasus penyakit Crohn per 100.000 jiwa setiap tahunnya. Di Indonesia prevalensi
(7).
penyakit crohn pada pasien diketahui sebesar 5,2% tiap tahun Tingginya

patologi yang terjadi pada Abdomen terutama pada sistem biliaris dan digestivus

sehingga upaya penegakan diagnosa diperlukan secara akurat.

Penggunaan Media Kontras negatif Oral pada MRCP akan meningkatkan


(11)
.
visualisasi dari sistem biliaris terutama saat terjadi patologi Pemeriksaan MRI

Enterography adalah pemeriksaan MRI untuk memperlihatkan anatomi dan

patologi yang ada pada usus halus dan colon, MRI Enterography sering dilakukan

menggunakan media kontras per oral untuk memvisualisasikan bagian intestine

secara optimal setelah terjadi penyangatan karena pengaruh media kontras yang

diberikan. pemeriksaan MRI Abdomen tanpa media kontras tidak dapat


(19)
menunjukkan perubahan yang signifikan

Media kontras MRI secara oral sebagian besar digunakan untuk


(11)
.
pemeriksaan Gastro Intestinal (GI) dan scan hepatobiliary Media kontras per
10

oral dalam perannya untuk menghasilkan intensitas sinyal, dikelompokkan

menjadi media kontras positif dan media kontras negatif. Media kontras negatif

dapat menekan intensitas sinyal suatu jaringan. Contoh media kontras negatif oral

yang digunakan untuk pemeriksaan daerah abdomen adalah Gadopentate,

dimeglumine, Ferric ammonium citrate, Manganese chloride, Kaolinate antacid,

Barium sulphate dan Ferric particles, tetapi bahan-bahan tersebut memiliki

kekurangan rasanya tidak enak, sangat sulit ditelan dan harganya relative mahal,

Sehingga dilakukan penelitian untuk mencari solusi terhadap masalah tersebut

dengan menggunakan media kontras berbahan alami. Telah dilakukan beberapa

penelitian untuk mencari alternatif media kontras negatif oral alami pada

pemeriksaan MRI abdomen dengan menggunakan bahan buah-buahan dibuat

minuman/jus yaitu, Jus blueberry, jus nanas dan teh banyak mengandung mangan
(21)
.
(Mn)

Media kontras abdomen yang ideal harus mudah ditoleransi,


(11).
memberikan peningkatan sinyal yang tinggi Penggunaan kontras barium sulfat

dalam studi gastrointestinal ada risiko dari tumpahan ke dalam saluran pernapasan

atau perforasi (terutama dalam studi pediatrik).Pemberian air sebagai kontras

neonatal (memberikan kontras tinggi pada gambar T2W) tetapi tidak

memungkinkan identifikasi yang optimal pada bagian fleksura, Duodenum dan

Jejunum, sulit membedakan cairan yang sudah ada dalam loop jejunum dengan

air yang digunakan. Selain itu sekarang sudah tidak ada agen kontras berbasis
11

gadolinium yang dilisensi untuk penggunaan oral pada anak-anak,sehingga

solusinya dengan mencari sifat paramagnetik dari jus buah seperti nanas atau jus

blueberry untuk menekan sinyal dari cairan usus di pediatrik. (21)

Jus Nanas (Pineapple Juice) diketahui memiliki T1 terpendek (243 ms)

dan T2 terpendek (48 ms) dari beberapa minuman dan jus buah yang diuji (Air,

Susu, Iopamidol, Jeruk, Apel, Prune, Blackcurrant, Blueberry, Raspberry,

Blackberry). (21)

Dengan menggunakan media kontras alami akan lebih aman bagi pasien

dan meminimalisir adanya efek alergi terhadap bahan kimia. Penggunaan teh

murni memberikan rasa pahit bagi pasien. Penelitian yang dilakukan menggunakan

teh Oolong pada pemeriksaan MRCP sebagai alternatif media kontras negatif

diketahui bahwa untuk memperlihatkan sistem biliaris waktu mulai scanning

terbaik adalah 15 menit(22). Penggunaan jus nanas sebagai alternatif media kontras

sudah dilakukan menggunakan minuman nanas alami sebanyak 400 ml pada

pemeriksaan MRCP dengan jumlah kadar mangan 2,76 mg / dl (miligram /

desiliter) pada 10 relawan sehat dengan waktu scaning 15 dan 30 menit, hasilnya

ada peningkatan signal sangat signifikan dalam visualisasi dari saluran pankreas

setelah diberikan media kontras mulai waktu ke 15 menit tetapi belum dapat

dibedakan waktu scaning yang terbaik antara 15 menit dan 30 menit post

kontras(23)..Minuman nanas yang diolah sendiri kurang praktis dan kadar

mangannya dapat bervariasi. Penggunaan jus blueberry sulit dilakukan di

Indonesia karena buah tersebut tidak diproduksi di Indonesia.


12

12 bahan alami : Jus jeruk, jus nanas, jus apel, jus blackcurrant, jus

blueberry dan jus blackberry digunakan sebagai media kontras negatif secara in

vitro (oral) pada pemeriksaan MRI neonatal gastrointestinal dengan 3 orang

dewasa dan 1 anak kecil sebagai relawan dan diketahui citra gastrointestinal

dengan menggunakan jus nanas memili kualitas paling optimal dibandingkan


(21)
bahan lainnya.

Berdasarkan keterbatasan tersebut akan dilakukan penelitian terhadap

alternatif media kontras negatif oral alami dengan mempertimbangkan dapat

diperoleh di Indonesia dan rasanya dapat diterima serta tidak memberikan efek

negatif setelah pemakaiannya yaitu dengan menggunakan jus nanas kemasan.

Berdasarkan hasil identifikasi masalah tersebut, maka dapat disusun rumusan

masalah apakah pemberian jus nanas kemasan sebagai alternatif media kontras

negatif per oral dengan variasi waktu scaning dapat menghasilkan informasi citra

MRCP dan MR Enterography secara optimal.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Membuktikan efektifitas pemberian jus nanas kemasan per oral sebagai

alternatif media kontras negatif dengan variasi waktu scanning mampu

menghasilkan informasi citra MRCP dan MR Enterography yang optimal


13

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis perbedaan informasi anatomi pemeriksaan MRCP, MR

Enterography pada sebelum dan setelah pemberian jus nanas kemasan per

oral sebagai alternatif media kontras negatif.

b. Menentukan waktu mulai scanning yang optimal pada pemberian jus

nanas kemasan per oral sebagai alternatif media kontras negatif dalam

menghasilkan citra MRCP, MR Enterography

c. Menganalisis perbedaan informasi anatomi pemeriksaan MRCP dari

pengukuran panjang dan MR Enterography dari pengukuran diameter

sebelum dan setelah pemberian jus nanas kemasan per oral sebagai

alternatif media kontras negatif

d. Menganalisis perbedaan SNR (Signal to Noise Ratio) pemeriksaan

MRCP dan MRE sebelum dan setelah pemberian jus nanas kemasan per

oral sebagai alternatif media kontras negatif

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terbagi atas dua sub yaitu manfaat teoritis dan praktis

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi tentang efektifitas penggunaan jus nanas

kemasan sebagai alternatif media kontras negatif per oral dalam

meningkatkan citra MRCP dan MR Enterography.


14

b. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lebih lanjut, dengan menggali

peluang yang ada dan menerapkan konsep penelitian ini sebagai suatu

bentuk penerapan ilmu secara aplikatif.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para praktisi

MRI untuk menghasilkan evaluasi citra diagnostik dalam upaya

memberikan informasi yang optimal dan bermanfaat bagi pelayanan

kesehatan melalui penerapan persiapan yaitu penggunaan jus nanas

kemasan pada pemeriksaan MRCP dan MR Enterography.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan terdapat penelitian yang hampir

serupa tetapi tidak sama , telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti

ditunjukkan pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Penelitian yang terkait dengan media kontras negatif

No Peneliti Judul Desain Hasil


Penelitian Penelitian
1 Ali Al Shehri, Comparative Eksperimen Kualitas magnetic resonance
Fahad Study of cholangiopancreatography
Mohammed Pineapple Juice (MRCP) dibandingkan
,2015 as a menggunakan Pineapple Juice (PJ)
Negative Oral dengan kontras negative ranitidine
Contrast Agent in dan tanpa kontras. Jus nanas
Magnetic menunjukkan kinerja yang lebih
Resonance baik dibandingkan dengan
Cholangiopancre ranitidin dan tanpa kontras pada
atography pemeriksaan MRCP dalam
memperlihatkan pankreas dan
system empedu
15

No Peneliti Judul Desain Hasil


Penelitian Penelitian
2 Christiane A Hydro-MRI of the Eksperimen Enam relawan sehat dengan
Kuehle, Small Bowel : rentang body mass index , 18–28)
Waleed Ajaj, Effect of Contrast menjalani pencitraan pada 16 hari
Susanne Volume, Timing berbeda . Empat volume media
C.Ladd,Sandr of contrast kontras (450, 900, 1.350, dan
a Massing, Administration 1.800 ml) dari masing-masing
Joerg and data empat senyawa kontras
Barkhausen,T Acquisition on (0,2% kacang locust karet
homas Bowel Distension ditambah 2,5% manitol, 2,0%
C.Launstein,2 sorbitol, volumen con- taining
006 1,4% sorbitol, dan air keran) yang
digunakan. Lebar lumen optimal
jelas terlihat pada duodenum
dengan 900 mL dari salah satu
agen kontras, tapi pencitraan harus
dilakukan segera setelah konsumsi.
Untuk MRI dari jejunum distal dan
ileum, volume 1.350 mL lebih
baik.Waktu akuisisi data
memberikan pengaruh yang kecil.
3 Owen J Interactive Eksperimen 12 jus berbahan alami seperti : Jus
Arthurs, neonatal jeruk, jus nanas, jus apel,jus
Martin J gastrointestinal blackcurrant, jus blueberry, jus
Graves, mannetic blackberry
Andrea D resonance Jus nanas digunakan sebagai
Edwards, Ilse imaging using media kontras negative secara in
Joubert, Pat fruit juice as an vitro (oral) pada pemeriksaan MRI
AK Set, oral contrast neonatal gastrointestinal dengan 3
David J, 2014 media orang dewasa dan satu orang anak
kecil sebagai relawan,
menggunakan sequent IR-SSFSE,
FSPGR hasilnya jus nanas dengan
kandungan mangan paling tinggi
memiliki T1 dan T2 paling pendek
243 ms T1 dan 48 ms T2, sehingga
mampu memperlihatkan lambung,
dan usus halus paling optimal pada
pemeriksaan gastrointestinal.
16

No Peneliti Judul Desain Hasil


Penelitian Penelitian
4 Riordan RD, Pineapple Juice Eksperimen Penelitian ini menggunakan Jus
Khonsari M, as a Negatie Oral nanas alami sebanyak 400 ml pada
Jeffries J, Contrast Agent in 10 relawan sehat dengan waktu
Maskell GF Magnetic scaning 15 dan 30 menit pada
and Cook PG, Resonance pemeriksaan MRCP, hasilnya ada
2004 Cholangiopancre peningkatan kontras signifikan
atography dalam visualisasi dari saluran
pankreas, sistem biliaris sebelum
dan sesudah pemberian jus nanas,
tetapi tidak ada perbedaan yang
signifikan antara waktu 15 menit
dan 30 menit. Jus nanas mampu
memperpendek waktu T2
relaksasi dan karenanya
menurunkan intensitas sinyal T2
pada urutan MRCP dan memiliki
hasil yang sama dengan agen
kontras negatif yang tersedia
secara komersial (ferumoxsil)
sehingga jus nanas dapat
digunakan sebagai alternative
media kontras oral negatif pada
MRCP.
5 Fatimah, 2014 Pemberian teh Eksperimen Penelitian ini menggunakan teh
Oolong Kemasan oolong sebagai alternatif media
sebagai media kontras negatif oral pada
kontras negatif pemeriksaan MRCP dengan waktu
oral pada optimal untuk menampilkan citra
responden sehat terbaik pada 15 menit.
terhadap
informasi citra
MRCP

Berdasarkan data Tabel 1.1, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa

penelitian tentang efektifitas pemberian media kontras negatif oral pada

pemeriksaan MRCP dan MR Enterography tetapi belum pernah dilakukan


17

penelitian tentang jus nanas kemasan yang dimanfaatkan sebagai alternatif

media kontras negatif per oral pada pemeriksaan MRCP dan MRE. Pada

penelitian ini dilakukan penelitian mengenai perbedaan informasi citra MRCP

dan MRE sebelum dan setelah pemberian minuman jus nanas kemasan per oral

dengan variasi waktu 5 menit, 10 menit, 15 menit , 20 menit, 25 menit dan 30

menit. Acuan waktu yang digunakan sebagai patokan sesuai dengan penelitian

pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti.

Analisis citra MRCP dan MRE ditekankan pada efek minuman jus

nanas kemasan dalam meningkatkan kejelasan pada bagian-bagian sistem

biliaris, gallbladder, usus halus, lambung termasuk kualitas citra yaitu SNR

(Signal to Noise Ratio) untuk mendapatkan citra MRCP dan MRE yang

optimal.

F. Ruang Lingkup

Mengingat keterbatasan waktu dan sumber daya, maka penelitian ini

dibatasi ruang lingkup sebagai berikut :

1. Ruang Lingkup Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian adalah bulan Januari 2017

2. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian akan dilaksanakan di Unit Radiologi Rumah Sakit Umum

Kasih Ibu Denpasar,tetapi aplikasi dari penelitian ini dapat diterapkan

secara universal pada Unit/Instalasi Radiologi.


18

3. Ruang Lingkup Materi

Lingkup materi penelitian mengenai pebedaan informasi citra MRCP dan

MR Enterography dengan variasi waktu mulai scanning setelah

pemberian minuman nanas kemasan per oral sebagai alternatif media

kontras negatif.

Anda mungkin juga menyukai