INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kekuasaan bisa dilihat dari 2 aspek, adalah pemisahan kekuasaan secara vertikal
dicoba dengan metode membagi tugas kekuasaan negara jadi beberapa bagian.
untuk menghindari penumpukan kekuasaan di tangan raja. Tidak hanya itu, dengan
tersebut antara lain adalah John Locke, Montesquieu, serta van Vollenhoven.
Filsafat tentang politik berkembang dari suatu ilmu filsafat praktis semenjak era
Yunani Kuno, sehingga filsafat politik serta filsafat umum mempunyai suatu
kesamaan. Ada penafsiran lain yang menjelaskan keterkaitan antara filsafat politik
dan filsafat umum. Sebutan Filsafat berasal dari bahsasa Yunani“ Philosofi” dan
dan Falsafah( Arab). Filsafat pula dipejari selaku suatu usaha mencari kebenaran
sampai akar- akarnya, sebaliknya filsafat politik yang berasal dari kata“
politis”( political) jadi atensi dari golongan para pakar teori dengan mencari pokok
Tetapi, filsafat bisa ditafsirkan sebagai usaha sistematis guna menekuni suatu
prinsip yang mendasari seluruh hal, yakni penyelidikan tentang apa yang“
politis”( political) dikira wajib membentuk suatu bagian dari usaha yang berfilsafat
secara umum. Maka dari itu filsafat politik bisa dikatakan sebagai usaha- usaha
filsuf dalam membagikan suatu panduan serta jawaban untuk menjawab sesuatu
pemikiran tentang manusia serta negara yang baik dan dia juga mempersoalkan
metode yang wajib ditempuh guna mewujudkan konsep pemikiran. Bagi Plato,
manusia dan negara mempunyai persamaan hakiki. Oleh sebab itu, apabila
manusia baik negara pun baik dan apabila manusia buruk negara juga buruk.
Apabila negara kurang baik berarti manusianya juga kurang baik, maksudnya
negara merupakan gambaran mansuia yang menjadi warganya. Filsafat politik terus
hadapi pertumbuhan sejak masa Yunani Kuno sampai abad pertengahan, sampai
timbul filsuf pada masa pencerahan ialah John Locke pada tahun 1632 dengan
Dalam bukunya Two Treatise of Civil Government, John Locke berpendapat bahwa
negara. Teori ini menggambarkan kalau John Locke belum meletakkan kekuasaan
yudikatif selaku kekuasaan yang terpisah dari cabang yang yang lain serta sesuatu
cabang yang mandiri. John Locke berkata kalau sesuatu perkumpulan masyarakat
Bahwa politik hukum jadi barometer dalam memastikan arah pengelolaan negara di
Dengan politik hukum Pemerintah serta DPR bisa melakukan pembangunan hukum
Indonesia, ialah tanggung jawab politik hukum yang berada pada 2( 2) lembaga
negara ialah Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat( DPR) RI. Hal tersebut dilihat
Mengenai kewenangan tersebut sebagai bagian dari bentuk tanggung jawab politik
hukum Presiden serta DPR, hingga penulis melihat tanggung jawab politik hukum
diartikan jadi salah satu arah kepemimpinan Presiden terkhususnya, ataupun DPR
politik hukum selaku wujud dari tanggung jawab bernegara terus berjalan dengan
terdapatnya bahan- bahan hukum( undang- udang) yang di buat ataupun dirubah.
Bahwa setelah itu apakah sesuatu produk hukum( undang- undang) nantinya ada
disatu sisi ataupun bersumber pada prinsip demokrasi konstitusi tidak sejalan,
Salah satu contohnya bias kita lihat pada periode kepemimpinan presiden
Indonesia yang sekarang yaitu Ir. H. Joko Widodo yang sudah menjabat selama 2
periode. Pada era kemepimpinan Presiden Ir.H.Joko Widodo beserta DPR RI baik
dalam periode pertama dan kedua, bias kita lihat secara bersama-sama dalam
pelaksanaan tanggungjawab politik hukum terkait dengan keputusan mengajukan
RUU OMNIBUS LAW, yang cuku menyita perhatian masyarakat Indonesia. Bahwa
Dari defenisi politik hukum diatas maka Politik hukum bagi penulis ialah manivestasi
dari kekuasaan politik yang legitimate. Sesuatu kekuasaan politik yang tercipta
secara legal dari proses politik sudah pasti berhak serta berkewenangan guna
melakukan politik hukum selaku hasil dari raihan kekuasaan demokratis. Tidak bisa
jadi sesuatu kekuasaan pemerintahaan tidak mempunyai arah serta tujuan politik
hukum. Sehingga karena sesuatu kekuasaan sudah tercipta secara legal, serta
untuk melakukan kekuasan tersebut secara politik wajib adanya politik hukum untuk
Untuk itu kemudian wajib dimaknai bersama kalau dalam pembuatan peraturan
perundang- undangan, politik hukum jadi penting, untuk 2 hal: Pertama, sebagai
Kedua, untuk memastikan apa yang hendak diterjemahkan ke dalam kalimat hukum
politik hukum yang ditetapkan dengan penerapan politik hukum tersebut dalam
konsistensi serta korelasi antara apa yang ditetapkan selaku politik hukum dengan
apa yang mau dicapai sebagai tujuan. Sehingga terkait tanggung jawab politik
hukum oleh Presiden ataupun DPR, penulis hendak mengkaji bagaimana arah
politik hukum nasional oleh Presiden Dan DPR bersumber pada UUD 1945 dalam
serta bagaimana politik perundang- undangan selaku wujud tanggung jawab politik
Untuk itu dilihatdari topic diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
INDONESIA”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan diatas, yang menjadi urgensi dari
undangan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
2. Untuk bias memehami mengenai teori hukum, filsafat hukum dan konstitusi
BAB II
PEMBAHASAN
John Locke ( lahir 29 Agustus 1632– meninggal 28 Oktober 1704 pada usia 72
tahun) ialah seseorang filsuf berasal dari Inggris yang jadi salah satu penggas
Kata empirisme berasal dari bahasa yunani emperia yang berarti pengalaman. Jadi
serta faktual.
John Locke berusaha mencampurkan teori- teori empirisme seperti yang diajarkan
Bacon dan Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descartes. Usaha ini untuk
idea- idea serta asas- asas pertama yang dipandang sebagai bawaan manusia.
Bagi ia, seluruh pengetahuan datang dari pengalaman serta tidak lebih dari itu.
Peran akal adalah pasif pada waktu pengetahuan didapatkan. Oleh sebab itu akal
John Locke berpendapat rasio manusia harus dianggap sebagai lembaran kertas
putih( as a white paper) serta segala permukaan serta isinya berasal dari suatu
lahiriah( sensation) dab pengalaman batiniah( reflection) yang menciptakan ide- ide
tunggal. John Locke terkenal sebagai filsuf negara liberal dalam bidang fisafat
politik bersama dengan rekannya, Isaac Newton, keduanya diketahui sebagai salah
satu tokoh terutama dalam era pencerahan. Tidak hanya itu John Locke mencirikan
timbulnya masa modern serta masa pasca- Descartes( post- Cartesian), sebab
pendekatan filsuf ini tidak lagi jadi salah satunya pemikiran dominan di dalam
Pada tahun 1647, John Locke belajar di suatu sekolah ternama di Inggris, sekolah
kuno, yaitu bahasa Latin, bahasa Yunani dan juga bahasa Ibrani. Setelah itu pada
tahun 1652, John Locke memperoleh beasiswa di sekolah Gereja Kristus, Oxford
John Locke tidak meminati tata cara skolastik dalam suatu perdebatan di sekolah
tersebut termasuk tema- tema metafisika serta logika, sehingga John Locke tidak
dihabiskan dengan membaca karya- karya sastra, salah satunya drama, roman dan
sebagian catatan individu John Locke pada periode akhir decade 1650- an, catatan
tersebut berisikan tentang hal- hal yang berkaitan tentang kesehatan serta
pengobatan.
John Locke perlahan mulai meminati filsafat alam pada saat menulis catatan
keseharian medisnya pada tahun 1658. Pada awal tahun 1660, Robert Boyle
berjumpa dengan John Locke dan memberikan pengaruh kuat dengan filsafat
mekanisnya serta menarik atensi John Locke juga karya- karya Descartes.
pada tahun 1658 yang setelah itu diperintah oleh raja Chales II yang menghendaki
pemerintahan dengan kuat, memahami negara serta gereja Inggris. Pada waktu itu
John Locke mendukung pemerinahan Charles II. Hingga pada bulan November
Pemikiran John Locke terhadap negara tertulis dalam bukunya yang berjudul Two
kehidupan politik Inggris serta Perancis abad XVII( 17) yang didominasi oleh
wacana monarki absolut. Sejarah Inggris memandang kalau doktrin monarki absolut
merupakan jalan keluar terhadap kekacauan sosial politik akibat perang saudara
serta perang- perang agama yang sering terjadi pada masa itu. Monarki absolut
dilandasi atas keyakinan bahwa kekuasaan raja mempunyai sifat ilahi serta suci
sebab Tuhan yang sudah menganugrahkan kekuasaan tersebut kepada raja serta
keyakinan ini setelah itu populer dengn istilah hak- hak ketuhanan raja.
Pemikiran ini dilandasi oleh pemikiran bahwa monarki absolut ialah wujud
pemerintahan paling sesuai dengan kodrat hukum alam karena 3 alasan. Pertama,
monarki absolut berakar pada tradisi otoritas paternal. Kedua, sistem pemerintahan
monarki absolut ialah copy Kerajaan Tuhan di muka bumi. Ketiga, monarki absolut
ialah gambaran kekuasaan tunggal Tuhan atas segala suatu di dunia ini.
Sementara itu, John Locke Locke muncul sebagai penentang gigih terhadap
monarki absolut di negaranya. John Locke berpendapat bahwa monarki absolut
Civil society ialah wujud masyarakat yang merupakan gugatan terhadap institusi
permusuhan intelektual Locke dengan Sir Robert Filmer, penyokong utama paham
absolutisme kekuasaan monarki Eropa Abad XVII yang dituangkan dalam karyanya
Patriarcha.
Karya John Locke dalam karya Two Treatises dibagi jadi 2 yaitu First Treatise yang
difokuskan pada sanggahan dari Sir Robert Filmer, khususnya Patriarcha, yang
berpendapat masyarakat sipil didirikan pada hak- hak ketuhanan seseorang raja
John Locke dimulai dengan menggambarkan kondisi alam, gambar jauh lebih stabil
dari Thozas Hobbes negara“ perang untuk tiap orang melawan setiap orang,” serta
berpendapat bahwa seluruh manusia diciptakan sama dalam kondisi alam oleh
Tuhan. Dari ini, dia melanjutkan dengan menjelaskan peningkatan hipotetis properti
dan peradaban, dalam proses menjelaskan bahwa salah satunya pemerintah yang
legal merupakan mereka yang mempunyai persetujuan rakyat. Oleh sebab itu tiap
pemerintah bahwa aturan- aturan tanpa persetujuan dari orang bisa secara teori
digulingkan.
Sehingga dalam Second Treatise Locke mengembangkan beberapa tema penting
ialah: keadaan alamiah, dimana orang tidak berkewajiban untuk mematuhi satu
hak revolusi.
state of nature), keadaan perang( the state of war), serta negara( commonwealth).
Indonesia.
Dalam UUD 1945 pada pasal 5 dan pasal 20 diberikan kewenangan konstitusional
kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat( DPR) untuk kedua lembaga ini
bangsa serta negara. Hal demikian selaku wujud tanggung jawab politik hukum
presiden dan DPR yang sangat tidak terlepas dengan ada yang namanya politik
undangan pada sub bab ulasan berikutnya perlu dikenal politik hukum selaku induk
dari politik perudang- undangan dalam arah kebijakannya secara nasional( politik
hukum nasional), dalam penerapan tanggung jawab politik hukum tersebut baik
oleh Presiden ataupun DPR. Hal mana juga akan dihubungkan serta dianalitis dari
sudut pandang/ gagasan sebagian ahli dalam karya mereka yang berhubungan erat
nasional dalam tanggung jawab politik oleh Presiden serta DPR tersebut. Hal
diartikan antara lain karya- karya Satya Arinanto: Constitutional Law and
Democratization In Indonesia,& Philippe Nonet and Philip Selznick: Law and
Society In Transition Toward Responsive Law, yang juga dari sumber buku Politik
Secara garis besar arah kebijakan politik hukum nasional yang sedang
pembenahan sistem dan politik hukum yang dilandasikan pada 3( 3) prinsip dasar
yang harus dijunjung oleh tiap warga negara ialah: Pertama Supremasi hukum,
Kedua Kesetaraan di hadapan hukum, Ketiga Penegakan hukum dengan cara- cara
yang tidak berlawanan dengan hukum. Ketiga prinsip dasar tersebut ialah
ketentuan mutlak dalam mewujudkan cita- cita terwujudnya negara Indonesia yang
Berangkat dari ketiga perihal diatas, bahwa meski dilatar belakangi dengan
kemauan untuk melaksanakan pembenahan sistem serta politik hukum, hingga bagi
penulis butuh dilihat lebih dahulu kepada hal yang lebih mendasar dan substantif,
politik selaku bagian yang fundamental dalam sistem politik hukum. Untuk itu bisa
dilihat banyaknya defenisi demokrasi politik sudah tumbuh secara umum, dan mari
kita melihat sesuatu defenisi dari Professor C. F. Strong dalam bukunya, Modern
Existing Form Suggests: “.. that government shall rest on the consent of the
governed: that os to say, the consent or dissent of the people shall have real outlets
Untuk itu politik hukum nasional wajib tetap ditunjukan pada upaya menanggulangi
bermacam kasus dalam penyelenggaraan sistem dan politik hukum yang meliputi
budaya hukum. Hal mana untuk kasus yang ada dalam kaitan dengan ke- 3( 3)
perihal yang diartikan dibawah ini, harus terefleksi dengan ke- 3( 3) element yang
ketatanageraan yang dibentuk dari salah satu sendi yakni arah politik hukum yang
akan dijalankan oleh Presiden ataupun DPR menjadi selaras antara kepentingan
staf peradilan dan mutu sistem peradilan yang terbuka dan transparan;
diakses oleh masyarakat serta membenarkan bahwa hukum diterapkan dengan adil
kepastian hukum.
kurun waktu silam membawa akibat besar dalam sistem hukum. Intervensi
jawabkan.
transparan.
Dari pembenahan Struktur hukum, bisa diidentifikasi ( 3 hal di atas) sasaran yang
hendak dibentuk dalam pembenahan struktur hukum tersebut, akan tetapi belum
Namun itu tidak berarrti kalau kita bisa mentolerir minimnya otoritas hukum,
-Budaya Hukum, Unsur yang ketiga dalam arah kebijakan politik hukum nasional
ditetapkan sasaran politik hukum nasional ialah terciptanya sesuatu sistem hukum
nasional yang adil, konsekuen, serta tidak diskriminatif( termasuk bias gender);
pusat serta daerah, dan tidak berlawanan dengan peraturan dan perundangan
yang lebih tinggi, dan kelembagaan peradilan dan penegak hukum yang
Bertolak dari pada itu maka kebutuhan untuk melihat hukum yang responsif
Setelah itu dengan melihat pandagan Nonet Philippe dan Philip Selznick. 2001.
Law and Society in Transtition: Toward Responsif Law, yang dikumpulkan oleh
Satya Arinanto.“ Politik Hukum 2”, Part Two, hal. 73- 156. Jakarta. Penerbit
dari uraian teori hukum modern. Menurut pendapat Jerome Frank, maksud
pengetahun akan konteks sosial serta efek- efek aksi yang formal. Seperti halnya
hukum untuk memperhitungkan fakta sosial yang lenngkap serta cermat dimana
hukum wajib tumbuh dan harus diterapkan. Teori Pound tentang kepentingan-
kepentingan sosial ialah upaya yang jelas meningkatkan model hukum responsif.
Karakteristik khas dalam hukum responsif merupakan pencarian akan nilai- nilai
implisit dalam ketentuan serta kebijakan- kebijakan. Contohnya adalah hukum:”
due process”/ Due Pf Process Of Law sebagai suatu dokrin konstitusi. Hukum
tata tertib hukum, sehingga dalam proses ini panduan ditarik dari prinsip otorita
a. Perencanaan hukum;
b. Pembentukan hukum;
lainnya;