Anda di halaman 1dari 7

GARIS BESAR KONSEP PERENCANAAN

BERBASIS
NILAI ESTETIKA, FUNGSIONAL, DAN EKOLOGIS

GARIS BESAR KONSEP PERENCANAAN


ESTETIKA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Estetika berarti kepekaan
terhadap seni dan keindahan. Kata estetika sendiri berakar dari bahasa latin
“aestheticus” atau bahasa Yunani “aestheticos” yang merupakan kata yang
bersumber dari istilah “aishte” yang memiliki makna merasa. Dari hal tersebut
dapat diartikan bahwa esetetika menyangkut hal perasaan seseorang, dan
perasaan ini dikhususkan akan perasaan yang indah. Nilai indah yang
dimaksudakan tidak hanya semata-mata mendefinisikan bentuknya tetapi bisa
juga menyangkut keindahan dari isi atau makna yang terkandung didalamnya.
Aspek estetika bisa didapat dari menekankan prinsip – prinsip suatu
desain. Dirangkum dari VanderZanden dan Rodie (2008), aspek estetika dapat
dibentuk melalui aplikasi prinsip-prinsip desain seperti keseimbangan (balance),
kesatuan (unity), ritme (rhytm), penekanan (emphasis), dan proporsi.

1. Keseimbangan (balance)
Keseluruhan komponen-komponen desain harus tampil seimbang dan tidak
berat sebelah. Memadukan keseimbangan antara warna, bentuk, dan
komponen lain sehingga tidak muncul kesan berat sebelah.

2. Kesatuan (unity)
Kesatuan dalam prinsip desain adalah kohesi, konsistensi, ketunggalan
atau keutuhan, yang merupakan isi pokok dari komposisi. Dengan prinsip
kesatuan dapat membantu semua elemen menjadi sebuah kepaduan dan
menghasilkan tema yang kuat, serta mengakibatkan sebuah hubungan
yang saling mengikat.
3. Ritme (rhythm)
Ritme adalah pembuatan desain dengan prinsip yang menyatukan irama.
Bisa juga berarti pengulangan atau variasi dari komponen-komponen
desain seperti warna dan bentuk utama suatu elemen.

4. Penekanan (emphasis)
Setiap bentuk desain ada hal yang perlu ditonjolkan lebih dari yang lain.
Tujuan utama dari penekanan ini adalah untuk mewujudkan hal itu
sehingga dapat mengarahkan pandangan khalayak sehingga apa yang
mau disampaikan tersalur.

GARIS BESAR KONSEP PERENCANAAN


5. Proporsi (proportion)
Proporsi dapat diartikan pula sebagai perubuhan ukuran/size tanpa
perubahan ukuran panjang, lebar, atau tinggi, sehingga gambar dengan
perubahan proporsi sering terlihat distorsi.

FUNGSIONAL
Kata fungsional menurut kamus KBBI adalaha hal yang dilihat dari segi
fungsi. Dalam Aspek desain lanskap, fungsional merupakan syarat dalam
merancang dan membangun atau mengembangkan suatu lanskap, dalam hal ini
khususnya adalah Ruang Terbuka Hijau. Banyak ahli menjabarkan mengenai
fungsi ruang terbuka hijau, seperti (shirvani, 1983 : 93) mengemukakan bahwa
fungsi ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut:
a. Sebagai peneduh, pengatur suhu, penyaring udara kotor, pengontrol
banjir, angin dan suara tempat tinggal binatang.
b. Sebagai tempat rekreasi dan bermain anak-anak.
c. Menunjukan tampilan/identitas kota
Lebih lanjut (Simond, 1984:106) membagi fungsi ruang terbuka hijau
kedalam dua bagian, yaitu:
1. Fungsi non kreatif, yaitu berfungsi untuk kesehatan dan keindahan
lingkungan fisik kota, sebagai penyangga diantara penggunaan tanah
yang berbeda konservasi dan juga mempunyai nilai ekonomis.
2. Fungsi rekreasi yaitu untuk menjaga keselarasan pertumbuhan jasmani
dan perkembangan jiwa manusia, baik sebagai kelompok individu-individu.
Menurut Permen PU No.5/PRT/M, 2008 Tentang Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Tebuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Baik RTH publik
maupun RTH privat, memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis dan
fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi estetika, social dan fungsi ekonomi.
Dalam suatu wilayah perkotaan, Empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan
sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti
perlindungan tata air, keseimbangan ekologi dan konservasi hayati.
Secara umum fungsi ruang teruka hijau menurut Permendagri No.1
Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
menyatakan bahwa fungsi ruang terbuka hijau adalah:

GARIS BESAR KONSEP PERENCANAAN


a. Sebagai areal perlindungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan
penyangga kehidupan.
b. Sebagai sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan,
keserasian dan keindahan lingkungan.
c. Sebagai saran rekreasi.
d. Sebagai pengaman lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai
macam pencemaran baik di darat, perairan dan udara.
e. Sebagai sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi
masyrakat untuk membentuk kesadaran lingkungan.
f. Sebagai tempat perlindungan plasma nutfah.
g. Sebagai sarana untuk mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro.
h. Sebagai pengaturan tata air.

EKOLOGIS

Menurut Van der Ryn dan Cowan (1996) Desain ekologis adalah segala
bentuk desain yang meminimalisasi dampak destruktif
terhadap lingkungan dengan mengintegrasikan diri dengan proses terkait
makhluk hidup. Desain ekologis membantu menghubungkan keterkaitan
antara arsitektur hijau, pertanian berkelanjutan, teknik ekologis, restorasi ekologis,
dan bidang lainya.

Desain ekologis dapat didefinisikan sebagai suatu desain yang


meminimalisir dampak kerusakan lingkungan dan mengintegrasikannya dengan
proses-proses kehidupan (Van der Ryn dan Cowan 1996). Integrasi tersebut
menyatakan bahwa desain yang dibuat meninjau keragaman spesies (menjaga
keragaman hayati), meminimalisir pengurangan sumber daya, melindungi
nutrient dan water cycles , perbaikan kualitas habitat, serta mengurusi hal-hal
yang berhubungan dengan kesehatan ekosistem dan manusia. Dalam hal
tersebut bisa diartikan bahwa desain ekologis bersifat melindungi komponen
biotik (manusia, hewan, dan tumbuhan) dan abiotik (tanah, air, dan udara) suatu
lingkungan.

Selain itu, desain ekologis dapat diartikan sebagai adaptasi yang efektif
dan proses alam yang terintegrasi. Menurut Yeang (2008), ecological design atau
ecodesign merupakan penggunaan prinsip-prinsip desain yang ekologis dan

GARIS BESAR KONSEP PERENCANAAN


strategis untuk mendesain lingkungan dan cara hidup kita sehingga terintegrasi
secara ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan lingkungan alam termasuk
kehidupan didalamnya (biosfer), yang memiliki semua bentukan kehidupan yang
terjadi di bumi. Integrasi tersebut menyatakan bahwa rancangan yang dibuat
akan meminimalisir pengurangan sumber daya yang tidak terperbarui,
perlindungan serta perbaikan kualitas ekosistem. Untuk memenuhi konsep eco-
design dalam desain yang akan dilaksanakan maka perlu adanya indikator yang
menunjukan suatu desain tersebut menerapkan prinsip konsep eco-design.

Terdapat 5 prinsip eco-design menurut Van der Ryn dan Cowan (1996)
dalam mendesain yang ekologis yakni:

1. Solution Grows From Place, pemecahan masalah harus berpijak dari


tempat dimana perancang mendesain. Pemahaman karakteristik tapak,
kondisi lingkungan sekitar, dan pengguna tapak menjadi kunci
informasi untuk desain,
2. Ecological Accounting Informs Design, atau desain dengan
Perhitungan Ekologis. Desain perlu perhitunagan yang matang, yakni
bahwa karya desain yang dibuat tidak merusak lingkungan,
3. Design With Nature, desain harus selalu mempertimbangkan
keberlanjutan secara bersama antara lanskap sebagai karya desain
dengan alam yang terkait.
4. Everyone is a Designer, desain harus bersifat parstisipatif terhadap
pemangku kepentingan terkait (stakeholders) terhadap karya
desain.Dalam hal ini arsitek harus mempertimbangkan pihak lain yang
terkait, bahkan keputusan desain dapat diputuskan secara bersama
dengan mereka
5. Make Nature Visible, proses – proses alamiah merupakan proses
yang siklis. Arsitek atau desainer sebaiknya juga mampu untuk
melakukan proses tersebut sehingga limbah yang dihasilkan seminimal
mungkin.

Prinsip desain ekologis menurut Beck dan Franklin (2013):

1. Right Plant Right Place, yakni pemilihan tanaman untuk desain


ekologis haruslah sesuai dengan lingkungan setempat baik iklim mikro
ataupun ketersediaan air

GARIS BESAR KONSEP PERENCANAAN


2. Working with plant populations and communities, dimana alam pada
lingkungan terbangun tanaman jarang terdapat sendiri mereka
tuumbuh bersama tanaman lain dengan karakter yang berbeda-beda.
Contoh kawasan hutan hota dengan badan air terdapat lapisan
tanaman berbeda baik tanaman akuatik, willow shrub , sampai mixed
riparian forest hal ini berkesesuaian dengan karakter struktur dari
tanaman itu seperti genetic, ruang, ukuran dan umur.
3. Competition and assembling thight communities, pada desain yang
ekologis populasi tanaman yang ada berkompetisi karena sumber
yang ada terbatas sehingga tercipta keberagaman. Struktur tanaman-
tanaman yang beragam ini memiliki fungsi untuk menangkal invasi dan
menciptakan estetika baik dari segi warna, bentuk dan teksturnya.
4. Designing and managing ecosystem, pada desain ekologis tidak hanya
fisik saja yang diperhaikan teteapi keterhubungan antar makhluk hidup
dalam suatu ekosistem dinilai penting.
5. Biodiversity for high functional landscape, tingkat biodiversitas yang
tinggi mengakibatkan banyak fungsi pada tapak baik unsur abiotik dan
biotik memiliki peranannya.
6. Promoting living soil and health water, desainer harus mampu
memperbaiki kualitas air dan tanah pada tapak
7. Integrating other organism, mengintegrasikan keterhubungan antar
organisme pada tapak, sehingga tidak mengganggu rantai makanan
yang ada.
8. Countingondistur bance and planning for succession,
memperhitungkan gangguan yang terjadi pada pembangunan dengan
proses suksesi yang terjadi
9. Landscape ecology applied, pengaplikasian ilmu ekologi lanskap yakni
ilmu yang mempelajari hubungan antar organisme pada suatu
ekosistem.
10. Creating landscape for an era global change, mendesain lanksap
yang dinamis serta berpandangan kedepan dengan adanya perubahan
global.

Pada desain yang ekologis menurut Rottle dan Yocom (2010) perlu
memperhatikan sistem habitat yang ditujukan kepada preservasi dan konservasi
ekologi, memfungsikan habitat untuk mendukung satwa liar perkotaan (urban

GARIS BESAR KONSEP PERENCANAAN


wildlife ) dan memberikan kontak manusia dengan alam. Elemen–elemen
tersebut seperti: hutan kota, wetland, streams (aliran sungai), hutan mangroove
garis pantai bahkan kebun liar belakang rumah. Kehadiran variasi kondisi
lanskap dapat mendukung tipe yang beragam dari vegetasi, insekta, burung,
mamalia, dan spesies air. Kota-kota yang ada sering terletak pada area dengan
habitat yang kritis seperti muara sungai, dan merupakan bagian besar dari sistem
lingkungan seperti koridor sungai, jalur migrasi burung-burung sehingga sistem
habitat dapat meningkatkan biodiversitas perkotaan setempat dan juga
mendukung populasi satwa liar regional dan global.

DAFTAR PUSTAKA

Permendagri No.1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau


Kawasan Perkotaan
Permen PU No.5/PRT/M, 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
Ruang Tebuka Hijau di Kawasan Perkotaan
Beck T, Franklin T. 2013. Principles of Ecological Landscape Design.
Washington DC (US): Island Press.
Rottle N dan Yocom K. 2010. Ecological Design. Singapore (SG): AVA Book
Production.
Simonds JO. 1983. Landscape Architecture. New York (US): McGraw-Hill Pub.
Co.
Van der Ryn S, Cowan S .1996. “Ecological Design”. Island Press
Van der Zanden AM, Rodie S. 2008. Landscape Design: Theory and Application.
Canada: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data
Yeang K, Yeang LO. 2008. A manual for Ecological Design. London (GB): John
Willey & Sons, Ltd.

GARIS BESAR KONSEP PERENCANAAN

Anda mungkin juga menyukai