03 Prinsip Perencanaan
03 Prinsip Perencanaan
BERBASIS
NILAI ESTETIKA, FUNGSIONAL, DAN EKOLOGIS
1. Keseimbangan (balance)
Keseluruhan komponen-komponen desain harus tampil seimbang dan tidak
berat sebelah. Memadukan keseimbangan antara warna, bentuk, dan
komponen lain sehingga tidak muncul kesan berat sebelah.
2. Kesatuan (unity)
Kesatuan dalam prinsip desain adalah kohesi, konsistensi, ketunggalan
atau keutuhan, yang merupakan isi pokok dari komposisi. Dengan prinsip
kesatuan dapat membantu semua elemen menjadi sebuah kepaduan dan
menghasilkan tema yang kuat, serta mengakibatkan sebuah hubungan
yang saling mengikat.
3. Ritme (rhythm)
Ritme adalah pembuatan desain dengan prinsip yang menyatukan irama.
Bisa juga berarti pengulangan atau variasi dari komponen-komponen
desain seperti warna dan bentuk utama suatu elemen.
4. Penekanan (emphasis)
Setiap bentuk desain ada hal yang perlu ditonjolkan lebih dari yang lain.
Tujuan utama dari penekanan ini adalah untuk mewujudkan hal itu
sehingga dapat mengarahkan pandangan khalayak sehingga apa yang
mau disampaikan tersalur.
FUNGSIONAL
Kata fungsional menurut kamus KBBI adalaha hal yang dilihat dari segi
fungsi. Dalam Aspek desain lanskap, fungsional merupakan syarat dalam
merancang dan membangun atau mengembangkan suatu lanskap, dalam hal ini
khususnya adalah Ruang Terbuka Hijau. Banyak ahli menjabarkan mengenai
fungsi ruang terbuka hijau, seperti (shirvani, 1983 : 93) mengemukakan bahwa
fungsi ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut:
a. Sebagai peneduh, pengatur suhu, penyaring udara kotor, pengontrol
banjir, angin dan suara tempat tinggal binatang.
b. Sebagai tempat rekreasi dan bermain anak-anak.
c. Menunjukan tampilan/identitas kota
Lebih lanjut (Simond, 1984:106) membagi fungsi ruang terbuka hijau
kedalam dua bagian, yaitu:
1. Fungsi non kreatif, yaitu berfungsi untuk kesehatan dan keindahan
lingkungan fisik kota, sebagai penyangga diantara penggunaan tanah
yang berbeda konservasi dan juga mempunyai nilai ekonomis.
2. Fungsi rekreasi yaitu untuk menjaga keselarasan pertumbuhan jasmani
dan perkembangan jiwa manusia, baik sebagai kelompok individu-individu.
Menurut Permen PU No.5/PRT/M, 2008 Tentang Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Tebuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Baik RTH publik
maupun RTH privat, memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis dan
fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi estetika, social dan fungsi ekonomi.
Dalam suatu wilayah perkotaan, Empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan
sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti
perlindungan tata air, keseimbangan ekologi dan konservasi hayati.
Secara umum fungsi ruang teruka hijau menurut Permendagri No.1
Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
menyatakan bahwa fungsi ruang terbuka hijau adalah:
EKOLOGIS
Menurut Van der Ryn dan Cowan (1996) Desain ekologis adalah segala
bentuk desain yang meminimalisasi dampak destruktif
terhadap lingkungan dengan mengintegrasikan diri dengan proses terkait
makhluk hidup. Desain ekologis membantu menghubungkan keterkaitan
antara arsitektur hijau, pertanian berkelanjutan, teknik ekologis, restorasi ekologis,
dan bidang lainya.
Selain itu, desain ekologis dapat diartikan sebagai adaptasi yang efektif
dan proses alam yang terintegrasi. Menurut Yeang (2008), ecological design atau
ecodesign merupakan penggunaan prinsip-prinsip desain yang ekologis dan
Terdapat 5 prinsip eco-design menurut Van der Ryn dan Cowan (1996)
dalam mendesain yang ekologis yakni:
Pada desain yang ekologis menurut Rottle dan Yocom (2010) perlu
memperhatikan sistem habitat yang ditujukan kepada preservasi dan konservasi
ekologi, memfungsikan habitat untuk mendukung satwa liar perkotaan (urban
DAFTAR PUSTAKA