Anda di halaman 1dari 15

BAHAN AJAR

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Ion Kompleks dan Pembentukan Ion Kompleks


Ion kompleks adalah ion yang terbentuk dari “penggabungan “ beberapa ion yang lain. Ion
kompleks terdiri dari :
• Atom pusat yang pada umumnya atom logam dan selalu bermuatan positif
• Ligan yang dapat bermuatan positif, negatif atau netral

Contoh pembentukan ion kompleks:


Fe3+ + 6CN-  Fe(CN)63-
Ion feri ion sianida ion Ferisianida

Ag+ + 2NH3  Ag(NH3 )2+


Ionperak ammonia ion perak diamin

Ethylen diamine tetraacetate (EDTA) adalah salah satu ligan yang dapat membentuk ion kompleks
dengan berbagai jenis logam .
Rumus EDTA :

HOOC- CH2 CH2-COOH

N-CH2 – CH2 -N

HOOC- CH2 CH2-COOH

EDTA tidak dapat larut dalam bentuk asam dan pada umumnya dalam air larut sebagai garam
dinatriumnya. Sebagai ligan EDTA ditulis dengan rumus singkat H2Y2-. Reaksi antara ligan dengan
ion logamnya ditulis sebagai berikut:

Ln+ + H2Y2- LY(n-4) + 2H+

Reaksi ini merupakan reaksi kesetimbangan. Agar kesetimbangan bergeser kearah kanan maka
reaksi dilaksanakan dalam suasana basa. Ion OH- akan mengikat H+ yang terbentuk maka [H+] akan
berkurang sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan. Kesetabilan ion komleks
ditentukan oleh harga Kstab atau konstanta kesetimbangan ion kompleks.
Y4- + Ln+  LY(n-4)

Harga konstanta kesetimbanannya adalah: K satab =


LY  ( n−4)

Y L 
4− n+

Makin besar harga Kstab maka ion kompleks akan semakin stabil dan semakin sulit untuk mengurai.

Indikator Logam
Karena titrasi pengkompleksan adalah reaksi utama yang terjadi pada ion logam dengan EDTA dan
EDTA hanya dapat bereaksi dengan ion logam maka untuk menentukan titik akhir titrasi harus

1 Wina Widiana, AKK 2020


menggunakan jenis indikator logam. Sebagai ion kompleks, kompleks logam-indikator juga
memiliki Kstab tertentu dan besarnya ditentukan oleh harga Kstab logam-indikator. Indikator logam
ialah ion yang dapat membentuk kompleks dengan ion logam dan warna ion bebasnya berbeda
dengan warna kompleks logamnya.

BEBERAPA JENIS INDIKATOR LOGAM


1. Eriochrome Black T (EBT) adalah senyawa asam polivalen yang warna ion-ionnya berbeda-
beda tergantung pada pH larutan dan lingkungan.
pH=5,5 pH =11,5
H3D-  HD2-  D3-
Merah Biru Kuning jingga

Pada pH diantara 5-11, reaksi pembentukan kompleks logam-indikator adalah:


L2+ + HD2-  LD- +H+
biru merah

Reksi ini dapat terbentuk dengan ion-ion Mg2+, Mn2+, Zn2+, Cd2+, Hg2+ dan Pb2+.. Kompleks logam-
indikator dengan ion logam Ca2+, Co2+, Ni2+ dan Al3+ sangat stabil sehingga tidak dapat
dipecahkan oleh EDTA. Oleh karena itu indikator ini tidak dapat digunakan untuk penentuan
logam tersebut secara langsung tapi masih dapat digunakan dalam penentuan kadar logam
tersebut menggunakan metoda titrasi kembali karena reaksi logam–EDTA dengan L-
indikatornya sangat lamban.

2. Murexide adalah indikator logam yang pertama kali ditemukan dan juga merupakan asam
polivalen dengan warna ion-ionnya yang berbeda tergantung pada pH larutan lingkungan.
pH=9 pH=11
H4D-  H3D2-  H2D-3
merah ungu ungu biru ungu

Meskipun murexide dapat bereaksi dengan semua logam tapi yang kestabilannya memenuhi
syarat hanya kompleksnya terhadap ion Cu,Ni,Co dan Ca dan stabil pada pH 11

3. Xilenol Orange adalah indikator yang tidak hanya dapat digunakan pada titrasi asam-basa tapi
juga dapat digunakan sebagai indikator logam. Xilenol orange bekerja pada pH 3-5. Warna
indikator ini adalah kuning sedangkan warna kompleksnya logamnya adalah merah. Indikator
ini dapat digunakan untuk titrasi langsung terhadap ion logam Bi3+, Zn2+, Cd2+, Pb2+ dan Co2+
serta beberapa ion logam lain yang mempunyai perubahan yang tajam.

Xilenol dapat digunakan untuk menentukan jumlah atau kadar masing-masing ion logam yang
berada dalam campuran logam dengan melakukan titrasi pada pH yang berbeda seperti pada
penentuan Bi3+ dan Zn2+ dari campurannya. Pada titrasi ini untuk ion Bi 3+ dilaksanakan pada pH
1-3 sedang untuk titrasi Pb2+ dan Zn2+ pada pH 5.

2 Wina Widiana, AKK 2020


TEKNIK PENGERJAAN TITRASI PENGKOMPLEKSAN
• Titrasi langsung yaitu teknik titrasi dimana penentuan ion logam dilakukan dengan cara
langsung dititrasi oleh EDTA. Cara ini dapat dilakukan bila kestabilan kompleks L-EDTA
lebih besar dari kestabilan L-Indikator.
• Tirasi kembali yaitu teknik titrasi dimana penentuan ion logam dilakukan dengan cara
menambahkan sejumlah tertentu EDTA (volume dan konsentrasi diketahui dengan pasti)
berlebih pada cuplikan. Kelebihan EDTA dititrasi dengan larutan baku ion logam tertentu.
Cara ini digunakan untuk ion logam yang tidak dapat bereaksi dengan indikatornya.
• Titrasi subsitusi atau reaksi pertukaran adalah cara titrasi tidak langsung dalam arti
bukan ion logam cuplikan yang terukur tapi ion logam yang dibebaskan pada suatu reaksi:
1. Kompleks logam (lain)-EDTA
L2+ + MgY2-  LY-2 + Mg2+
Logam Mg2+ dititrasi terhadap larutan baku dengan indikator yang sesuai untuk
penentuan Mg2+.
2. Kompleks logam (lain)-Ligan (lain).
Ni(CN)4-2 + 2Ag+ → 2Ag(CN)2- + Ni2+
Ion Ni yang dititrasi terhadap larutan EDTA dengan indikator yang sesuai untuk ion Ni

TITRASI TERHADAP CAMPURAN LOGAM


EDTA mampu bereaksi dengan banyak jenis logam (tidak selektif). Oleh karena itu untuk
menentukan satu jenis ion logam harus dilakukan upaya pendahuluan untuk memperbesar
keselektifannya, diantaranya dengan melakukan:
a. Pengaturan pH Larutan
pH larutan lingkungan dapat mempengaruhi kestabilan kompleks logam-EDTA. Sehingga
harus diatur agar dapat terjadi reaksi kompleks terhadap satu jenis logam tertentu tetapi
tidak terhadap logam yang lain. Misalnya jika hendak dilakukan titrasi terhadap campuran
ion Bi 3+ dengan Pb 2 + atau Zn2+, titrasinya dilakukan pada pH yang berbeda (menggunakan
indikator Xilenol Orange).
b. Penggunaan Masking Agent
Masking agent adalah senyawa berupa ligan yang dapat membentuk kompleks yang stabil
dengan satu ion logam tertentu. Masking agent yang dipilih haruslah ligan yang dapat
membentuk kompleks yang stabil terhadap ion yang tidak ditentukan tetapi tidak dapat
membentuk komplek dengan ion logam yang akan ditentukan.
Bila cuplikan berupa campuran ion Ca 2 + dengan Zn 2 + maka untuk menentukan kadar
kalsium, kedalam cuplikan kita tambahkan CN − sehingga terjadi reaksi :
2+
Zn +4CN − → Zn(CN ) −42
Sedangkan ion Ca 2 + tidak akan berubah dan dapat dititrasi oleh EDTA dengan indikator yang
cocok untuk Ca2+. Secara umum dapat dikatakan bahwa ion CN − dapat digunakan pada
sebagian besar logam transisi. Masking agent lain yang dapat pula digunakan adalah:
1. Trietanolamin untuk ion-ion Ti4+, Fe3+ dan Al3+
2. Ion F − (dari NH4F atau NaF) untuk ion-ion Al3+, Be2+, Fe3+ dan Ti4+

3 Wina Widiana, AKK 2020


Bila tidak dapat dilakukan dengan cara diatas maka dapat dilakukan dengan cara
pengendapan atau cara-cara lain yang dikenal.

LARUTAN BAKU
Konsentrasi larutan baku yang digunakan tidak dalam satuan normalitas tetapi dalam satuan
molaritas. Larutan baku utama pada kompleksometri adalah larutan EDTA yang diperdagangkan
dalam bentuk garam natriumnya. Larutan ini memenuhi syarat untuk digunakan sebagai larutan
baku primer.karena mudah dimurnikan dan mudah didapat.

PEMBUATAN LARUTAN EDTA 0,1M


1. Timbang dengan teliti sebanyak 37,225 gram EDTA p.a
2. Larutkan dalam 500 mL aqua DM dalam labu ukur 1000 mL. Kocok sampai larut lalu
tandabataskan.
g
maka kemolaran EDTA = , Mr EDTA = 372,25
Mr EDTA

4 Wina Widiana, AKK 2020


PENETAPAN SECARA KOMPLEKSOMETRI

1. Penentuan Kadar Seng Dengan Indikator EBT


Ion Zn 2 + dapat bereaksi baik dengan EDTA maupun dengan EBT. Kestabilan kompleks Zn-
Indikator lebih kecil kestabilan kompleks Zn-EDTA sehingga Zn 2 + dapat dititrasi secara langsung
dengan indikator EBT. EBT sebagai indikator logam berfungsi dalam situasi basa (pH 5,5 –11)
dan pada suasana ini ion Zn terendapkan menjadi Zn(OH)2.
Tetapi karena pengatur basanya (buffer pH10) adalah buffer NH4OH, maka Zn 2 + dengan NH 3
akan membentuk kompleks yang larut.
Zn2+ + 4NH3 ⇄ Zn(NH3)42+
Sehingga dalam larutan titrasi yang sebenarnya ada 1 ion kompleks Zn(NH3)42+
Reaksi H2Y-2 (EDTA) dengan Zn(NH3)42+dapat berlangsung karena kestabilan kompleks
Zn(NH3)42+< Kestabilan kompleks ZnY −2
Zn(NH3)42+ + H2Y-2 ⟶ ZnY-2 + 2NH4+ + 2NH3
dan pada reaksi ini tetap akan berlaku 1 mol Zn2+ = 1 mol Zn(NH3)42+= 1 mol H2Y-2

2. Penentuan Kadar Magnesium Dengan Indikator EBT


Ion Mg 2 + dapat bereaksi derngan EDTA maupun dengan EBT membentuk kompleks yang
kestabilan kompleks Mg –Indikator < kestabilan kompleks Mg-EDTA.
Reaksi Mg2+ + H2Y-2 ⟶ MgY-2 + 2H+ berjalan lambat. Oleh karena itu terutama pada saat
mendekati titik akhir, titrasi harus dilaksanakan dengan lambat setetes demi setetes sambil
dikocok dengan kuat. Perhitungan bisa ditulis sbb:
Vlabu
V × Vtitrasi × MEDTA × ArMg × 10−3
pipet
Kadar Mg2+ = × 100%
gram cuplikan

3. Penentuan Kadar Mn Dengan Indikator EBT


Titrasi dengan larutan baku EDTA dan indikator EBT harus dilaksanakan dalam suasana basa
karena dalam suasana ini ion Mn 2 + akan berkontak dengan O2 udara menghasilkan endapan
MnO2 yang berwarna coklat.
2Mn 2+ + O2 + 4OH − → 2MnO2 + 2H 2 O
Hal ini akan mengakibatkan ion Mn 2 + hilang dari larutan. Oleh karena itu supaya titrasi tetap
dilakukan maka lakukan hal berikut:
a. Penambahan hidroksilamin klorida sebalum larutan cuplikan dibasakan oleh larutan buffer
10 untuk mencegah terjadinya oksidasi O2 udara pada ion Mn 2 +
b. Penambahan trietanolamin yang berfungsi sebagai ligan untuik ion Mn2+ sehingga tidak akan
terjadi endapan Mn(OH)2. Kestabilan komplek Mn2+-trietanolamin lebih kecil dari kestabilan
kompleks Mn2+-EDTA sehingga pembentukan komplek Mn-EDTA tetap dapat terjadi

Perhitungan hasil analisis sama dengan pada penentuan kadar seng dan magnesium.

5 Wina Widiana, AKK 2020


4. Penentuan Kadar Ni Dengan Indikator EBT
Ion Ni 2 + dapat bereaksi dengan EBT membentuk kompleks yang sangat stabil. Kestabilan
kompleks Ni-EBT>Kestabilan kompleks Ni-EDTA. Oleh karena itu reaksi akan berlangsung
sekitar titik ekivalen.
Ni-EBT + EDTA Ni-EDTA + EBT tidak akan berlangsung

Oleh karena itu titrasi tidak dapat dilakukan secara langsung tetapi dengan cara titrasi kembali.
Pertama-tama pada larutan cuplikan Ni 2 + ditambahkan larutan EDTA berlebih. Kelebihan EDTA
dititrasi dengan larutan baku Mg2+ atau larutan Zn2+Mg dengan indikator EBT. Selama EDTA
masih ada, reaksi pembentukan kompleks Ni2+-EBT sangat lambat dan dapat dikatakan hampir
tidak berlangsung, akan tetapi pada saat EDTA habis maka akan terbentuk kompleks Ni2+-EBT.
Ni2+ + H2Y-2 NiY-2 + 2H+
H2Y-2 + Mg2+ ⟶ MgY-2 + 2H+
NiY-2 + H2D-2 ⟶ NiD-2 + ⟶ H2Y-2
Biru merah

Pada titik ekivalen berlaku jumlah mol Ni2+ + Mg2+ = jumlah mol EDTA
Kadar Ni yang ada dalam cuplikan dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:

Vlabu −3
Vpipet × {(VEDTA × MEDTA − (VMg2+ × MMg2+ )} × 10 × ArNi
)
Kadar Ni = × 100%
gram cuplikan

5. Penentuan Kadar Ca Dengan Indikator EBT


Ca 2 + tidak bereaksi dengan EBT dan karenanya larutan Ca 2 + tidak dapat dititrasi oleh EDTA
dengan indikator EBT meskipun Ca 2 + dapat bereaksi dengan EDTA.
Ca 2+ + H 2Y −2 → CaY −2 + 2H +
Tetapi EBT dapat bereaksi dengan Ion Mg 2 + membentuk kompleks
Mg 2+ + HD −2 → MgD − + H +
biru merah
2+
Ion Mg juga dapat bereaksi dengan EDTA. Karena kestabilan kompleks MgD- lebih kecil dari
kestabilan kompleks Mg-EDTA sehingga akhir titrasi dapat tercapai:
− −2
MgD + H 2Y → MgY −2 + HD −2 + H +
Merah biru
2+
Titrasi Ca terhadap EDTA dengan indikator EBT bisa saja dilaksanakan asalkan pada cuplikan
ditambahkan sejumlah Mg 2 + yang diketahui atau sejumlah komponen Mg-EDTA.
Reaksi yang terjadi sepanjang titrasinya:

6 Wina Widiana, AKK 2020


Mg 2+ + HD 2− → MgD − + H +
Ca 2+ + H 2Y 2− → CaY −2 + 2 H +
Mg 2+ + H 2Y − → MgY 2− + 2 H +
MgD − + H 2Y − 2 → MgY − 2 + HD − 2 + H +
merah biru
Pada titrasi ini ketika titik eqivalen berlaku jumlah mol EDTA = jumlah mol (Ca2++Mg2+). Karena
jumlah mol Mg2+ diketahui maka jumlah mol Ca2+ dapat dihitung.
Jika titrasi dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah tertentu larutan kompleks Mg-EDTA
kedalam cuplikan maka sepanjang titarsi akan terjadi reaksi:

Ca 2+ + MgY −2 → CaY −2 + Mg 2+
Mg 2+ + HD − 2 → MgD − + H +
Ca 2+ + H 2Y 2− → CaY −2 + 2 H +
MgD − + H 2Y − 2 → MgY − 2 + HD − 2 + H +
merah biru

Pada titik ekivalen berlaku jumlah mol EDTA = jumlah mol Ca2+

Bila dilihat dari kemudahan penyediaan larutan maka cara pertama lebih mudah karena tidak
perlu penyediaan larutan khusus. Tinggal membuat larutan Mg2+ yang bisa dibuat secara teknis
karena jumlah sebenarnya yang ditambahkan dapat ditentukan secara titrasi dengan larutan
baku EDTA pada titrasi blanko.
Cara ke dua dapat digunakan apabila penetapan Ca2+ terus menerus dilakukan secara rutin
sehingga dapat dibuat larutan kompleks Mg-EDTA dalam jumlah banyak.
Perhitungan :
Vlabu −3
Vpipet × titrasi − Vblanko × MEDTA × 10 × ArCa
(V )
Kadar Ca = × 100%
gram cuplikan

6. Penentuan Kesadahan Air


Kesadahan disebabkan oleh adanya ion Mg 2+ dan Ca2+ dalam air. Ada dua jenis kesadahan yaitu:
a. Kesadahan tetap yaitu kesadahan yang tidak mengandung ion HCO3-
b. Kesadahan sementara yaitu kesadahan yang mengandung ion Mg 2+ dan Ca2+ dan
mengandung ion bikarbonat. Kesadahan ini lebih mudah dihilangkan dengan pemanasan,
maka akan terjadi reaksi:
Ca 2+ aq + 2HCO3− aq → CaCO3( s ) + H 2 O + CO2( g )
Pemanasan akan menghilangkan ion Ca2+ dan penyebab kesadahan pun hilang.
Kesadahan dinyatakan dalam mg CaCO 3 /Liter atau dalam jumlah mg CaO/Liter air. Baik
kesadahan sementara maupun kesadahan tetap dapat ditentukan dengan titrasi
pengompleksan dan bagi campuran Ca 2+ dan Mg2+ dapat digunakan indikator EBT.

7 Wina Widiana, AKK 2020


Pada kesadahan total (sementara+tetap) sejumlah air sadah langsung dititrasi oleh larutan
baku EDTA dengan indikator EBT.
Pada saat titrasi berlaku :
Jumlah mol EDTA = jumlah mol (Ca2+ +Mg2+)
Jumlah (Ca2+ +Mg2+) = Vtitasi M milimol
Jumlah (Ca2+ + Mg2+) yang terdapat dalam satu liter cuplikan adalah:
1000 1000
Vpipet
× Vtitrasi × M = V × Vtitrasi × M × ArCa mg
pipet

1000
Kesadahan Total = Vpipet ×
× Vtitrasi × MEDTA × ArCa × 2,5 mg CaCO3 /L
(ppm dinyatakan sebagai CaCO3)

Kesadahan tetapnya dapat ditentukan dengan titrasi cuplikan air sadah yang telah dipanaskan
terlebih dahulu untuk menghilangkan kesadahan sementaranya terhadap larutan baku EDTA
menggunakan indikator EBT. Perhitungan kadar kesadahan tetap sama dengan kesadahan
total dan hasilnya volume titrasi pada kesadahan total lebih besar volume titrasi pada
kesadahan tetap. Maka kesadahan sementara dapat dihitung berdasarkan selisih keduanya.

7. Penentuan Kadar Ca Dan Mg Dari Campurannya


Penentuan kadar Ca dan Mg dari campurannya dapat dilakukan dengan menggunakan dua
indikator yang berbeda yaitu murexide dan EBT. Sehingga pada pelaksanaannya dilakukan 2
kali titrasi yaitu pertama menggunakan indikator EBT kemudian indikator murexide.
Penentuan kadar Ca dapat dilakukan dengan menggunakan indikator murexide (murexide
tidak bereaksi dengan Mg). Penggunaan indikator murexide pada saat titrasi membutuhkan
pengamatan yang sangat teliti pada saat titik akhir karena perubahan warna yang sukar
diamati (dari merah ke ungu).
Reaksi yang terjadi adalah pH =11

Ca 2+ + H 3 D − → CaD −3 + 2 H +
biru ungu merah

Dengan indikator murexid didapat jumlah Ca2+ dan dengan indikator EBT didapat jumlah
keduanya (Ca2+ +Mg2+). Maka pada titrasi dengan EBT berlaku:
Jumlah mol (Ca2+ +Mg2+) =VEBT × MEDTA × 10-3mol

Jumlah mol tersebut merupakan jumlah yang ada dalam setiap Vpipet mL larutan cuplikan.
Maka,
Jumlah mol (Ca2++Mg2+) yang ada dalam g cuplikan adalah:
Vlabu
Vpipet
× MEDTA × 10−3
Pada titrasi dengan murexide akan berlaku:
Vlabu
×Vmurexide ×MEDTA ×10-3 ×ArCa
2+ Vpipet
Kadar Ca = × 100%
gram cuplikan
Sehingga kadar Mg2+ dapat dihitung menggunakan rumus:

8 Wina Widiana, AKK 2020


Vlabu
×(VEBT -Vmurexide )×MEDTA ×10-3 ×ArMg
2+ Vpipet
Kadar Mg = gram cuplikan
× 100%

8. Penentuan Kadar Bi Dan Pb Dari Campurannya


Campuran ion Bi dan ion Pb atau Bi dengan Zn dapat dititrasi dengan indikator Xilenol pada pH
1-3 terhadap ion Bi dan pH 5 terhadap Pb atau Zn. Pada pH 1-3 reaksi yang terjadi dan dapat
diamati hanya terhadap ion Bi sedangkan pada pH 5 yang teramati adalah ion Pb atau Zn.
Larutan cuplikan Bi3+ dan Pb2+ diatur pH nya pada 1-3 kemudian diteteskan larutan indikator
xilenol orange sehingga larutan akan terlihat berwarna merah karena terbentuk kompleks Bi –
Ind. Titrasi dengan larutan baku EDTA akan menyebabkan perubahan warna dari merah ke
kuning jingga. Jika larutan baku EDTA yang digunakan adalahV1 mL dengan konsentrasi M
maka:
Jumlah mol Bi3+ =V1  M  10 −3

Larutan hasil titrasi diatas yang masih mengandung ion Pb2+ bebas diubah pH nya menjadi 5
dengan menambahkan hexamine. Karena perubahan pH ini maka larutan akan kembali
menjadi berwarna merah karena terjadi pembentukan kompleks Pb2+-Indikator. Bila larutan
ini dititrasi kembali oleh EDTA dan ternyata menghabiskan volume EDTA sebanyak V2 untuk
berubah menjadi warna kuning jingga, maka:
−3
Jumlah mol Pb2+ = V 2 M  10
Jumlah masing–masing diatas adalah jumlah mol dalamVpipet mL larutan maka dalam g gram
cuplikan yang dilarutkan dalam labu ukur sebanyak (Vlabu) mL, maka:
Vlabu −3
Vpipet × Vtitrasi × MEDTA × 10 × ArBi
Kadar Bi = × 100%
gram cuplikan

Vlabu −3
Vpipet × Vtitrasi × MEDTA × 10 × ArPb
Kadar Pb = × 100%
gram cuplikan

9. Penentuan Kadar Sulfat.


EDTA tidak dapat bereaksi dengan anion seperti SO4-2, PO4-3 dan Cl-. Anion-anion ini masih bisa
ditentukan jumlahnya dengan cara mengendapkan terlebih dahulu anion-anion tersebut dan
selanjutnya endapannya dicuci bersih dan direaksikan denagan EDTA berlebih. Kelebihan
EDTA kemudian dititrasi oleh larutan baku logam tertentu dengan indikator yang tepat.

Pada penentuan ini ion sulfat diendapkan dulu sebagai BaSO4 dan kemudian endapan BaSO4
tersebut setelah disaring dan dicuci kemudian dilarutkan dalam larutan baku EDTA berlebih.
Kelebihan EDTA kemudian dititrasi oleh larutan baku MgCl2 dengan menggunakan indikator
EBT. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
SO4-2(Aq) + Ba2+(aq) → BaSO4 (s)
BaSO4 + H2Y-2 → BaY-2 + SO4-2 + 2H +

9 Wina Widiana, AKK 2020


H2Y-2 + Mg2+ → MgY-2 + 2H+
Mg2+ + HD-2 → MgD- + H+

Pada penentuan ini berlaku :


Jumlah mol SO42- = Jumlah mol ( EDTA - Mg2+)

Vlabu
× {(VEDTA × MEDTA ) − (VMg2+ × MMg2+ )} ×10−3 × MrSO−2
Vpipet 4
Kadar SO4−2 = × 100%
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛

10. Penentuan Kadar Mg Dan Zn Dari Campuran


Penentuan ini merupakan satu cara penentuan yang menggunakan masking agent (penutup)
sehingga ion lain akan tertutup dan tidak ikut bereaksi. Pada titrasi terhadap campuran Mg
dan Zn digunakan masking agent berupa ion CN- (dari KCN atau NaCN). Dengan adanya ion CN-
maka ion Zn akan membentuk kompleks yang sangat stabil
Zn 2+ + 4CN − → Zn(CN ) 6−2
Terdapat 2 cara penggunaan masking yaitu:
a. Masking agent ditambahkan sebelum titrasi
Pada penentuan ini dilakukan dua kali pemipetan yaitu:
Pemipetan pertama untuk menentukan jumlah mol total ion Mg dan ion Zn. Larutan
campuran langsung dititrasi oleh larutan baku EDTA. Pada titrasi ini berlaku
mol EDTA = mol Mg2+ + mol Zn2+

Pemipetan kedua untuk menentukan jumlah mol Mg2+ saja. Titrasi dilakukan setelah ada
penutupan ion Zn2+ oleh ion CN- . Pada titrasi ini berlaku hanya untuk menentukan ion Mg
saja. Disini berlaku jumlah mol Mg 2+ =Jumlah mol EDTA

b. Masking agent ditambahkan setelah titrasi


Dalam hal ini sejumlah larutan cuplikan dititrasi langsung oleh EDTA. Selanjutnya
kedalam larutan hasil titrasi ditambahkan sejumlah larutan KCN dan komplek ZnY-2 akan
bereaksi
ZnY −2 + 4CN − + 2 H + → Zn(CN ) 6−2 + H 2Y −2
EDTA akan dibebaskan dan EDTA yang dibebaskan ini (eqivalen dengan Zn2+) akan
dititrasi dengan larutan baku MgCl2
Maka dari titrasi ini didapat :
Jumlah mol Zn2+ = Jumlah mol Mg (penitrasi)
Jumlah Mg2+ dalam cuplikan = Jumlah mol (Mg2++Zn2+) – jumlah mol Zn2+

10 Wina Widiana, AKK 2020


PROSEDUR PENENTUAN SECARA KOMPLEKSOMETRI

Penentuan Kadar Zn (Seng) Dengan Indikator EBT.


1. Timbang dengan teliti sebanyak 1,4 g cuplikan garam Zn
2. Larutkan dengan aqua DM dalam labu ukur 50mL
3. Pipet 10 mL dari larutan cuplikan ke dalam labu Erlenmeyer
4. Tambahkan 15 mL aqua DM, 1 mL Larutan Buffer pH 10 dan 1-2 tetes indikator EBT
5. Titrasi dengan larutan baku EDTA sampai warna indikator berubah dari warna merah anggur
menjadi warna biru tua
6. Lakukan langkah ke 3-5 hingga didapat volume dari 2 titrasi yang berurutan tidak berselisih
lebih dari 0,02 mL
7. Hitung kadar seng dalam cuplikan.

Penentuan Kadar Magnesium Dengan Indikator EBT


1. Timbang dengan teliti sebanyak 1,2 g cuplikan garam magnesium
2. Larutkan dengan aqua DM dalam labu ukur 50 mL
3. Pipet 10 mL larutan ke dalam labu Erlenmeyer
4. Tambahkan 10 mL aqua DM,1 mL larutan buffer pH 10 dan 1-2 tetes Indikator EBT
5. Titrasi dengan larutan baku EDTA sampai warna indikator berubah dari warna merah anggur
menjadi warna biru tua
6. Lakukan langkah ke 3-5 hingga didapat volume dari 2 titrasi yang berurutan tidak berselisih
lebih dari 0,02 mL
7. Hitung kadar Mg dalam cuplikan

Penentuan Kadar Mn Dengan Indikator EBT


1. Timbang dengan teliti sebanyak 1,1 g Cuplikan Mn2+
2. Larutkan dengan aqua DM dalam labu ukur 50 mL
3. Pipet 10 mL larutan ini kedalam labu Erlenmeyer
4. Tambahkan 0,1 g hidroksilamonium klorida kemudian panaskan sampai hidroksilamonium
klorida larut kemudian encerkan dengan 10 mL air bebas O2. Penambahan larutan
hidroksilamonium klorida dapat menyebabkan larutan bersifat asam, netralkan dengan
penambahan larutan NH4OH.
5. Tambahkan 1mL trietanolamin,1mL larutan buffer pH 10 dan 1-2 tetes indikator EBT
6. Titrasi dengan larutan EDTA
7. Lakukan langkah ke 3-6 hingga didapat volume dari 2 titrasi yang berurutan tidak berselisih
lebih dari 0,02 mL
8. Hitung kadar Mn dalam cuplikan

Penentuan Kadar Ni Dengan Indikator EBT


1. Timbang dengan teliti sebanyak 0,2 g cuplikan garam Ni
2. Larutkan dengan aqua DM dalam labu ukur 50 mL
3. Pipet 10 mL larutan cuplikan ke dalam labu Erlenmeyer

11 Wina Widiana, AKK 2020


4. Tambahkan melalui pipet seukuran atau buret sebanyak 20 mL larutan baku EDTA
kemudian encerkan dengan 15 mL air.
5. Tambahkan 1 mL buffer pH 10 dan 1-2 tetes indikator EBT
6. Titrasi dengan larutan baku Mg2+
7. Lakukan langkah ke 3-6 hingga didapat volume dari 2 titrasi yang berurutan tidak berselisih
lebih dari 0,02 mL
8. Hitung kadar Ni dalam cuplikan

Penentuan Kadar Ca Dengan Indikator EBT


1. Timbang dengan teliti sebanyak 0,2 g cuplikan CaCO3 (tidak mengandung Mg)
2. Masukkan secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 mL. Larutkan dengan10mL HCl 1M
kemudian tanda bataskan dengan aqua DM.
3. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu Erlenmeyer kemudian netralkan dengan larutanNH4OH
4. Tambahkan sebanyak 0,25 mL larutan MgCl2 0,1 M ,1 mL buffer pH 10 dan1-2 tetes indikator
EBT
5. Titrasi dengan larutan baku EDTA
6. Lakukan titrasi blanko
7. Lakukan langkah ke 3-6 hingga didapat volume dari 2 titrasi yang berurutan tidak berselisih
lebih dari 0,02 mL
8. Hitung kadar Ca dalam cuplikan

Penentuan Kesadahan Total


1. Pipet 10 mL cuplikan air sadah ke dalam labu Erlenmeyer
2. Tambahkan 1mL larutan buffer pH 10 dan 1-2 tetes indikator EBT
3. Titrasi oleh larutan baku EDTA
4. Lakukan langkah ke 1-3 hingga didapat volume dari 2 titrasi yang berurutan tidak berselisih
lebih dari 0,02 mL
5. Hitunglah kesadahan total.

Penentuan Kesadahan Tetap


1. Didihkan sebanyak 100 mL cuplikan air sadah hingga didapat volume setengahnya dari
volume awal.
2. Biarkan hingga temperatur kamar kemudian saring oleh kertas saring. Tamping air tapisan
dalam labu Erlenmeyer kering
3. Pipet 10 mL cuplikan dari air tapisan ke dalam labu Erlenmeyer
4. Tambahkan 1mL lar buffer pH 10 dan 1-2 tetes indikator EBT
5. Titrasi oleh larutan baku EDTA
6. Lakukan langkah ke 3-5 hingga didapat volume dari 2 titrasi yang berurutan tidak berselisih
lebih dari 0,02 mL
7. Hitung kesadahan tetap
Penentuan kesadahan sementara dapat dihitung dari selisih antara hasil kesadahan total
dan kesadahan tetap

12 Wina Widiana, AKK 2020


Penentuan Kadar Ca Dan Mg Dari Campurannya.
1. Timbang dengan teliti sebanyak 0,5 g cuplikan
2. Larutkan dalam 10 mL HCl 1M dan tanda bataskan dalam labu ukur 50 mL dengan aqua DM
3. Pipet 10 mL larutan cuplikan kedalam labu Erlenmeyer kemudian netralkan dengan larutan
NaOH
4. Tambah 1 mL buffer pH 10 dan 1-2 tetes lar indikator EBT
5. Titrasi terhadap larutan baku EDTA
6. Pipet 10 mL larutan cuplikan kedalam labu Erlenmeyer yang berbeda
7. Tambahkan sebanyak 0,1 g mureksid kemudian basakan larutan sampai pH11 dengan
larutan NH4OH pekat tetes demi tetes sampai larutan berwarna merah
8. Titrasi dengan larutan baku EDTA
9. Lakukan langkah ke 3-8 hingga didapat volume dari 2 titrasi yang berurutan tidak berselisih
lebih dari 0,02 mL
10. Hitung masing-masing kadar Ca dan Mg

Penentuan Kadar Bi Dan Pb Dari Campurannya.


1. Timbang dengan teliti sebanyak 0,2 g cuplikan campuran Bi dan Pb
2. Larutkan dalam 20 mL HNO3 1M pada labu ukur 50 mL kemudian tanda bataskan dengan
aqua DM
3. Pipet 10 mL larutan cuplikan kedalam labu Erlenmeyer, encerkan dengan 10 mL air.
4. Periksa pH larutan dan bila masih terlalu rendah tambahkan larutan NH4OH sampai pH
mencapai 2-3 (gunakan kertas indikator universal). Tambahkan 1-2 tetes indikator xilenol
orange
5. Titrasi terhadap larutan baku EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah ke kuning
jingga
6. Pada larutan hasil titrasi diatas tambahkan sedikit serbuk hexamine lalu kocok sampai semua
hexamine larut dan akan tampak larutan kembali berwarna merah (hexamine cukup untuk
membuat pH larutan menjadi 6). Jika belum tambahkan lagi serbuk hexamine
7. Lanjutkan titrasi sampai kembali terjadi perubahan warna dari merah ke kuning jingga.
8. Lakukan langkah ke 3-7 hingga didapat volume dari 2 titrasi yang berurutan tidak berselisih
lebih dari 0,02 mL
9. Hitung masing-masing kadar Bi dan Pb dalam cuplikan

Penentuan Kadar Sulfat


1. Timbang dengan teliti sebanyak 0,6 g cuplikan garam sulfat
2. Larutkan dengan aqua DM dalam labu ukur 50 mL
3. Pipet 10 mL larutan cuplikan kedalam gelas kimia
4. Tambahkan 1 mL HCl pekat lalu encerkan dengan aqua DM hingga volume mencapai 100 mL.
Panaskan larutan sampai tepat mendidih.
5. Tambahkan kedalam larutan cuplikan panas sebanyak 2,5 mL larutan BaCl2 5% sambil
diaduk. Biarkan sampai mengendap kemudian periksa kesempurnaan endapan selanjutnya
digest endapan diatas penangas air selama  1jam.

13 Wina Widiana, AKK 2020


6. Saring endapan melalui kertas saring halus lalu cuci endapan dengan 100 mL aqua DM panas
air panas
7. Masukan kertas saring yang berisi endapan ke dalam labu Erlenmeyer
8. Tambahkan larutan baku EDTA sebanyak 20 mL melalui buret atau pipet seukuran dan 1 mL
NH4OH pekat lalu didihkan dengan hati-hati selama 10 menit. Tambahkan lagi sebanyak 0,5
mL NH4OH lalu didihkan lagi sampai 10 menit atau sampai benar-benar yakin bahwa semua
BaSO4 larut. Biarkan larutan hingga temperatur kamar
9. Tambahkan 1 mL larutan buffer pH 10 dan 1-2 tetes indikator EBT
10. Titrasi terhadap larutan MgCl2 sampai terjadi perubahan warna dari biru ke merah
11. Lakukan langkah ke 3-10 hingga didapat volume dari 2 titrasi yang berurutan tidak berselisih
lebih dari 0,02 mL
12. Hitung kadar sulfat dalam cuplikan

Penentuan Kadar Mg Dan Zn Dari Campurannya


1. Timbang dengan teliti sebanyak 1,2 g cuplikan garam Mg dan garam Zn
2. Larutkan dengan aqua DM dalam labu ukur 50 mL
3. Pipet 10 mL larutan cuplikan kedalam labu Erlenmeyer
4. Tambahkan 0,2 g NH4Cl padat lalu kocok sampai semua NH4Cl larut
5. Tambahkan 2 mL buffer pH 10 dan 1-3 tetes larutan indikator EBT
6. Titrasi dengan larutan baku EDTA sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah
7. Tambahkan 1mL KCN15% kedalam larutan hasil titrasi, kemudian titrasi terhadap larutan
baku MgCl2 0,1 M sampai larutan berubah dari warna biru menjadi merah
8. Lakukan langkah ke 3-7 hingga didapat volume dari 2 titrasi yang berurutan tidak berselisih
lebih dari 0,02 mL
9. Hitung masing-masing kadar Mg dan Zn.

Penentuan Kesadahan Total dan Calsium berdasarkan SNI 06-6989.12-2004


a. Kesadahan Total
1. Ambil 25 mL contoh uji secara duplo, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL,
encerkan hingga volume 50 mL dengan aqua dm.
2. Tambahkan 1 – 2 mL larutan penyangga pH 10 ± 0,1.
3. Tambahkan seujung spatula 30 – 50 mg indikator EBT.
4. Lakukan titrasi dengan larutan garam EDTA ± 0,01 M secara perlahan sampai terjadi
perubahan warna dari warna merah keunguan menjadi biru.
5. Catat volume larutan EDTA yang digunakan.

b. Kadar Calsium
1. Ambil 25 mL contoh uji secara duplo, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL,
encerkan hingga volume 50 mL dengan aqua dm.
2. Tambahkan 2 mL larutan NaOH 1 N (secukupnya) sampai dicapai pH 12-13.
3. Apabila contoh uji keruh, tambahkan 1 – 2 mL larutan KCN 10%.
4. Tambahkan seujung spatula 30 – 50 mg indikator Mureksid.

14 Wina Widiana, AKK 2020


5. Lakukan titrasi dengan larutan garam EDTA ± 0,01 M secara perlahan sampai terjadi
perubahan warna dari warna merah muda menjadi ungu.
6. Catat volume larutan EDTA yang digunakan.

Penentuan Kadar Zn (Xilenol Orange)


1. Timbang + 0,15 gram contoh garam Zn (II), larutkan dalam labu ukur 50 mL
2. pipet 10 mL + 25 mL aquadest + XO. Bila larutan berwarna merah + tetes demi tetes HNO 3
encer sampai berwarna kuning + hexamine sedikit demi sedikit hingga larutan berwarna
ungu (pH 5-6) .
3. Titrasi oleh larutan EDTA standar hingga larutan berwarna kuning jelas.
4. Lakukan titrasi hingga konstan.
5. Hitung kadar Zn.

15 Wina Widiana, AKK 2020

Anda mungkin juga menyukai