Anda di halaman 1dari 3

Nama : HILDA NURAINI RACHMANIA

NIM : 20201660069 / 4A

Prodi : S1 Keperawatan

Mata kuliah : Ilmu Sosial Budaya Dasar

TUGAS !

Menganalisis peran perawat mulai dari peran promotif, peran preventif, peran kuratif dan peran
rehabilitatif dalam UU Tahun 2014 !

Dicantumkan dalam buku Bustami tentang Mutu Pelayanan Kesehatan bahwa terdapat banyak
upaya-upaya kesehatan yang dilakukan tenaga medis dalam hal menciptakan masyarakat yang
sehat, antara lain menurut Levey dan Loomba, jenis dan bentuk dari pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga medis kepada pasien adalah dengan memberikan pelayanan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan.

1. Pelayanan Kesehatan Promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan


pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi
kesehatan. Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014
tentang keperawatan pelayanan kesehatan promotif tercantum pada Ayat 1 Pasal 29 pada
huruf b yang berbunyi “Dalam menyelenggarakan Praktik Keperawatan, Perawa bertugas
sebagai : b. Penyuluh dan konselor bagi klien “. Yang kedua yaitu ayat 2 Pasal 30 pada
huruf b yang berbunyi “ dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan
di bidang upaya kesehatan masyarakat, perawat berwenang : k. Melakukan penyuluhan
kesehatan dan konseling “. Yang ketiga yaitu Ayat 1 Pasal 31 pada huruf a - e yang
berbunyi “(1) Dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor bagi Klien,
Perawat berwenang:a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik di tingkat
individu dan keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat; b. melakukan pemberdayaan
masyarakat; c. melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat d.
menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat; dan e. melakukan
penyuluhan kesehatan dan konseling”.
2. Pelayanan Kesehatan Preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit. Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
2014 tentang keperawatan pelayanan kesehatan Preventif tercantum pada Ayat 3-6 Pasal
9 yang berbunyi “(3) Perguruan tinggi dalam menyelenggarakan Pendidikan Tinggi
Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyediakan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan sebagai Wahana Pendidikan serta berkoordinasi dengan Organisasi
Profesi Perawat. (4) Penyediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat dilakukan melalui: a. kepemilikan; atau b. kerja sama. (5) Fasilitas
Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan rumah sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama yang memenuhi persyaratan, termasuk
jejaring dan komunitas di dalam wilayah binaannya. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai
persyaratan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai Wahana Pendidikan diatur dengan
Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan
setelah berkoordinasi dengan Menteri.
Pada Pasal 9 ayat 3-6 ini menjelaskan bahwa Pendidikan Tinggi Keperawatan
sebagaiaman dimaksud pada ayat (1) harus menyediakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dan dijelaskan juga pada ayat selanjutnya fasilitas pelayanan kesehatan yang dimaksud
merupakan rumah sakit dan fasilita pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memenuhi
persyaratan, termasuk jejaring dan kemunitas didalam wilayah binaan. Karena rumah
sakit dan pelayanan kesehatan tingkat pertama atau yang biasa kita kenal dengan
puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang bukan hanya diperuntukkan orang sakit
melainkan juga orang sehat untuk mencegah suatu penyakit sehingga dari pasal ini juga
dapat dimasukkan ke dalam kategori pelayanan kesehatan preventif.
3. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderita akibat
penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita
dapat terjaga seoptimal mungkin. Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia
Nomor 38 Tahun 2014 tentang keperawatan pelayanan kesehatan kuratif tercantum pada
Pasal 2 dengan pokok bahasan asas dalam praktik keperawatan. Dalam pasal ini semua
kegiatan asuhan keperawatan harus berasaskan dalam pasal 2 ini sehingga asuhan
keperawatan berjalan dengan lancar dan langsung tercapai tujuannya. Yang kedua yaitu
Pasal 28 ayat 1-5 tentang praktik keperawatan. Yang ketiga yaitu Ayat 1 Pasal 29 pada
huruf a “pemberian asuhan keperawatan”. Pada Ayat 1 Pasal 30 pada huruf a-j dan Ayat
2 Pasal 30 pada huruf a-j, l, dan m. Yang berisi Tugas sebagai pemberi Asuhan
Keperawatan di bidang upaya kesehatan perorangan (1) dan dibidang upaya kesehatan
masyarakat (2). Ayat 2 Pasal 31 pada huruf a-c yang isi pokoknya tentang tugas perawat
sebagai pengelola pelayanan keperawatan. Pasal 33 Ayat 1-4 yang berisi tentang tugas
dalam keadaan keterbtaan tertentu. Pasal 35 ayat 1-5 yang berisi tentang pertolongan
pertama yang dilakukan oleh perawat.
4. Pelayanan Kesehatan Rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi
sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan Undang- Undang Republik
Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang keperawatan pelayanan kesehatan Rehabilitatif
tercantum pada Ayat 2 Pasal 30 pada huruf h yang berbunyi “(h) memberikan konsultasi
Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter”.
Untuk penyediaan pelayanan kesehatan perawat yang berhubunagn dengan teknologi diatur oleh
Peraturan Mneteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2013 tentang Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit. Semua hal yang menyangkut Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat SIMRS telah diatur dalam perarutan menteri tsb,
kewajiban setiap rumah sakit memiliki SIMRS hingga ketentuan ketentuan mengenai
penyelenggaraan SIMRS. Untuk keperawatan sendiri variabel dari sistem informasi Manajemen
Rumah sakit meliputi :

1) Data perawat
2) Asuhan keperawatan
• Pengkajian keperawatan dan diagnosa keperawatan
3) Manajemen pelayanan keperawatan
• Sumber daya manusia keperawatan
• Metode penugasan
• Supervise
• Laporan rawat inap

Dari variabel keperawatan ini dan jika dikaitkan dengan Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 38 Thaun 2014 tentang keperawatan disana tercantum kewajiban kewajiban
perawatan dalam memberikan asuhan keperawatan dan jika dalam SIMRS yang sudah canggih
tentunya tugas perawat yang berkaitan dengan teknologi yaitu pengkajian keperawatan dan
diagnosa keperawatan. Jadi kewenangan keperawatan dalam aplikasi teknologi di rumah sakit
meliputi pengkajian keperawatan dan diagnosa keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai