Anda di halaman 1dari 36

HADIST TARBAWI TENTANG KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK

Disusun oleh: Kelompk 4

MAHASISWA UMPAR

A. Pendahuluan

Peserta didik merupakan salah satu komponen dalam suatu pendidikan secara formal adalah orang yang
sedang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik, maupun spikis. Menurut
pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang pndidikan Nasional, peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan
jenis pendidikan tertentu.

Demikian penting seorang peserta didik, maka begitu banyak hadis-hadis yang berkenaan dengan
keutamaan, karakteristik serta syarat yang dimiliki peserta didik.

B. Hadis-Hadis Tentang Keutamaan Peserta Didik

1. Terhindar dari Kutukan Allah

.‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َيقُو ُل َأالَ ِإنَّ ال ُّد ْن َيا َم ْلعُو َن ٌة َم ْلعُونٌ َما فِي َها ِإالَّ ذ ِْك ُر هَّللا ِ َو َما َواالَهُ َو َعالِ ٌم َأ ْو ُم َت َعلِّ ٌم‬
َ ِ ‫ت َرسُو َل هَّللا‬
ُ ْ‫عن أبى ه َُري َْر َة َيقُو ُل َسمِع‬
‫رواه الترمذى‬

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya dunia dan
isinya terkutuk, kecuali zikrullah dan hal-hal terkait dengannya, alim (guru), dan peserta didik.

Dari hadis di atas jelaslah bahwa salah satu yang tidak terhindar dari kutukan Allah adalah peserta didik,
hal ini karena peserta didik merupakan sosok yang sedang mencari kebenaran yaitu dengan menuntut
ilmu, sehingga ketika pendidik telah memiliki ilmu derajatnya akan di angkat oleh Allah swt. Hal ini
tergambar dalam firman Allah dalam QS. Al-Mujadillah ayat 11 yang berbunyi:

Artinya: ...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Potongan ayat yang mengangkat derajat orang yang di beri ilmu di atas tidak hany di tujukan kepada
ulama saja, tetapi lebih luas juga mengacu kepada peserta didik, karena peserta didik merupakan orang
sedang mencari ilmu dan ilmu tersebut merupakan pemberian Allah disamping usaha yang
dilakukannya.

Sebagai pendidik harus bisa memahami dan menghargai keutamaan pada peserta didik tersebut, agar
terjadinya dalam proses pembelajaran rasa saling menghargai, menghormati serta saling menyayangi.

2. Menempati Posisi Terbaik

ِ ‫اِئر ال َّن‬
‫ رواه‬.‫اس‬ ِ ‫ان فِي االَجْ ِر َوالَ َخي َْر فِي َس‬ َ ِ ‫َعنْ َأ ِبي ُأ َما َم َة َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬
ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعلَ ْي ُك ْم ِب َه َذا ْالع ِْل ِم … ْال َعالِ ُم َو ْال ُم َت َعلِّ ُم َش ِري َك‬
‫الطبرانى‬
Dari Abi Umamah, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: hendaklah kamu ambil ilmu ini. ... Orang alim
(pendidik) dan muta'allim (peserta didik) berserikat dalam pahala dan tidak ada manusia yang lebih baik
daripadanya.

Dalam hadis diatas, dapat dipahami bahwa pendidik dan peseta didik merupakan manusia yang lebih
baik. hal ini perlu diperhatikan oleh pendidik agar tidak terjadinya otoriter dalam mengajar, serta guru
merasa lebih sombong di depan peserta didiknya.

Terdapat juga dalam hadis lain, yaitu:

‫ رواه البخارى‬.‫آن َو َعلَّ َم ُه‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإنَّ َأ ْف‬
َ ْ‫ضلَ ُك ْم َمنْ َت َعلَّ َم ْالقُر‬ َ ُّ‫ان َقا َل َقا َل ال َّن ِبي‬
َ ‫ْن َع َّف‬ َ ‫َعنْ ع ُْث َم‬
ِ ‫ان ب‬

Usman ibn Affan berkata, Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya orang yang paling utama di antara
kamu adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya.

Hadis ini menjelaskan orang yang paling utama adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.
Dalam hal ini pemakalah berpendapat bahwa segala bentuk ilmu pengetahuan yang benar berasal atau
ada dalam al-Qur’an. Maka peserta didik yang mempelajari ilmu agama akan tergolong kepada orang
yang utama seperti yang katakan dalam hadis tersebut.

‫ ِإ ِّني‬،ِ ‫ َيا َرسُو َل هَّللا‬:‫ت َل ُه‬ ُ ‫ َف ُق ْل‬،ُ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ ْم َوه َُو ُم َّت ِكٌئ فِي ْال َمسْ ِج ِد َع َلى بُرْ ٍد َله‬ ُ ‫ َأ َتي‬:‫ َقا َل‬، ُّ‫َّال ْالم َُرادِي‬
َ ِ ‫ْت َرسُو َل هَّللا‬ ٍ ‫ص ْف َوانُ بن َعس‬
َ ‫عن‬
ْ ُ ُ َّ
ْ‫ض ُه َبعْ ضًا َحتى َيبْلغوا ال َّس َما َء ال ُّدن َيا مِن‬ َ ُ ‫َأ‬ ُّ ُ ُ َ ْ ُّ َ َ ْ ْ
ُ ْ‫ ث َّم َيرْ كبُ َبع‬،‫ طالِبُ العِل ِم لت ُحف ُه المَالِئكة َوتظِ ل ُه ِب جْ ن َِح ِت َها‬،‫ب العِل ِم‬َ ْ ْ ِ ‫" َمرْ َحبًا بطال‬:‫ فقا َل‬،‫ت َأ ْطلُبُ العِل َم‬
َ َ ْ ْ ُ ‫ِجْئ‬
‫ رواه الطبرانى‬.‫ َف َما ِجْئ تَ َت ْطلُبُ ؟‬، ُ‫ُحب ِِّه ْم ِل َما َي ْطلُب‬

Shafwan ibn 'Assal al-Muradiy berkata, Saya datang kepada Rasulullah saw. , waktu itu, ia sedang berada
di masjid. Saya berkata kepadanya: Ya Rasulullah! Saya datang untuk menuntut ilmu. Beliau berkata:
Selamat datang penuntut ilmu. Penuntut ilmu dihargai dan disanjung oleh malaikat dan dilindunginya
dengan sayapnya. Kemudian mereka belomba-lomba untuk mencapai langit dunia karena senang
kepada apa yang ia tuntut. Maka kapan kamu belajar?

Hadis menggambarkan betapa mulianya orang yang menuntut ilmu sehingga Rasulullah mengatakan: “
penuntut ilmu dihargai dan disanjung serta dilindungi oleh sayap malaikat”. Hal ini karena penuntut ilmu
merupakan orang yang ingin mencari hakikat kebenaran.

C. Syarat-syarat kepribadian Peserta didik

1. Peserta Didik harus Ikhlas

Ikhlas menurut bahasa adalah jujur dan tulus. Kata ikhlas berasal dari masdar akhlasa, yukhlisu, ikhlasan
yang berarti murni dan tampa campuran. Dari defenisi tersebut maka ikhlas dapa di artikan dengan
pemurnian niat yang di kotori oleh ambisi pribadi dan sifat ingin dipuji orang lain kepada niat semata-
mata untuk mengharap ridho Allah swt dalam melakukan perbuatan.

Ikhlas merupakan syarat yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik, karena dengan ikhlas peserta didik
akan lebih mudah menerima dan memahami pelajaran yang di berikan oleh pendidik. Sebaliknya jika
peserta didik tidak memiliki keikhlasan maka ilmu yang akan merasa sulit dipahami bahkan Rasulullah
mengatakan tidak akan mencium bau sorga, sebagaimana sabdanya yang berbunyi:

ِ ‫ي ِب ِه ال ُّس َف َها َء فِي ْال َم َجال‬


ْ‫ لَ ْم َي َرح‬،‫ِس‬ ِ ‫ َو ُي َم‬،‫ِي ِب ِه ْال ُعلَ َما َء‬
َ ‫ار‬ َ َ‫" َمنْ َطل‬:‫ َقا َل‬،‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫ب ْالع ِْل َم لِ ُي َباه‬ َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫ َعن ْ َرس‬،‫َعنْ م َُعا ِذ بن َج َب ٍل‬
ْ
‫اِئح َة ال َج َّن ِة‬
َ ‫" َر‬

‫رواه الطبرانى‬

Dari Mu'az ibn Jabal, Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang menuntut ilmu karena ingin merasa bangga
sebagai ulama, menipu orang bodoh di majlis tidak akan mencium aroma sorga

َ ‫ى ِب ِه ال ُّس َف َها َء َأ ْو َيصْ ِر‬


‫ف ِب ِه وُ جُو َه‬ َ ‫ار‬ ‫َأ‬
ِ ‫ى ِب ِه ْال ُعلَ َما َء ْو لِ ُي َم‬ َ َ‫ َيقُو ُل « َمنْ َطل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ت َرسُو َل هَّللا‬
ِ ‫ب ْالع ِْل َم لِي َُج‬
َ ‫ار‬ ُ ْ‫عن َمالِكٍ َقا َل َسمِع‬
‫ رواه الترمذى وابن ماجه‬.‫ار‬ َ ‫اس ِإلَ ْي ِه َأ ْد َخلَ ُه هَّللا ُ ال َّن‬
ِ ‫ال َّن‬

Dari malik, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang menuntut ilmu karena ingin
bangga sebagai alim atau menipu orang-orang bodoh atau menarik perhatian orang, Allah akan
memasukkannya ke dalam neraka.

Dari dua hadis di atas dapat pemakalah pahami bahwa, begitu pentingnya keikhlasan yang harus dimiliki
oleh peserta didik. Sehingga pada hadis pertama menyebutkan peserta didik yang tidak ikhlas dalam
menuntut ilmu tidak akan mencium aroma sorga, dan pada hadis kedua dia akan di masukkan kedalam
api neraka.

2. Menghormati Guru

Guru merupakan orang tua kedua setelah yang melahirkan kita, karena dialah yang mendidik kita
dengan penuh kesabaran sehingga kita menjadi orang yang berilmu. Maka sebagai peserta didik
haruslah menghargai dan menghormati pendidiknya. Keharusan menghormati pendidik tersebut
tergambar dalam hadis Rasulullah, yaitu:

‫ِير َنا َو َيعْ ِرفْ ل َِعالِ ِم َنا َح َّق ُه َقا َل َعبْد‬


َ ‫صغ‬ َ ‫ْس مِنْ ُأ َّمتِي َمنْ لَ ْم ُي ِج َّل َك ِب‬
َ ‫ير َنا َو َيرْ َح ْم‬ َ ِ ‫ت َأنَّ َرسُو َل هَّللا‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل لَي‬ ِ ‫َعنْ ُع َبادَ َة ب‬
ِ ‫ْن الصَّا ِم‬
‫ رواه أحمد‬.‫ُون‬ َ ‫َأ‬ ُ
َ ‫ِ َو َسمِعْ ت ُه نا مِنْ َهار‬ ‫هَّللا‬

Ubadah ibn Shamit meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tidaklah termasuk umatku orang
yang tidak memuliakan orang-orang dewasa, tidak menyayangi yang kecil dan tidak mengenal hak-hak
orang alim (guru).

Dalam hadis di atas jelaslah bahwa peserta didik harus menghormati pendidiknya, sehingga Rasulullah
mengatakan bahwa peserta didik yang tidak menghargai dan menghormati pendidiknya bukanlah
umatnya.

D. Karakteristik Peserta Didik

1. Memiliki potensi

Semua manusia di lahirkan dalam keadaan fitrah yaitu suci, sebagian ulama mengatakan bahwa fitrah
tersebut adalah potensi beragama. Sebagaimana hadis Rasulullah Saw yang berbunyi:
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُك ُّل َم ْولُو ٍد يُو َل ُد َع َلى ْالف ِْط َر ِة َفَأ َب َواهُ ُي َهوِّ َدا ِن ِه َأ ْو ُي َنص َِّرا ِن ِه َأ ْو ُي َمجِّ َسا ِن ِه َك َم َث ِل‬
َ ُّ‫َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه َقا َل َقا َل ال َّن ِبي‬
‫ رواه البخارى ومسلم وأبوداود والترمذى والنسائى ومالك وغيره‬.‫ َه ْل َت َرى فِ ْي َها َج ْد َعا َء‬، ‫ْال َب ِه ْي َم ِة ُت ْن َت ُج ْال َب ِه ْي َم َة‬

Abi Hurairah RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW. bersabda “Setiap anak dilahirkan menurut fitrah
(potensi beragama Islam). Selanjutnya, kedua orang tuanyalah yang membelokkannya menjadi Yahudi,
Nasrani, atau Majusi bagaikan binatang melahirkan binatang, apakah kamu melihat kekurangan
padanya?

Dari hadis di atas ada dua hal yang dapat di pahami yaitu, pertama: setiap mannusia yang lahir memiliki
potensi, baik potensi beragama potensi menjadi orang baik, potensi menjadi orang jahat dan potensi
yang lainya. Kedua: potensi tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan terutama orang tua karena
merekalah yang pertama yang sangat berperan dalam menjadikan anaknya menjadi yahudi, nasrani dan
majusi.

Konsep hadis tersebut sesuai dengan teori konvergensi pada perkembangan peserta didik, yang
berpendapat bahwa setiap anak yang lahir, dalam perkembangannya di pengaruhi oleh keturunan dan
lingkungan. Yaitu setiap anak yang lahir akan di pengaruhi oleh keturunannya, contoh anak yang terlahir
dari keluarga yang baik-baik tentunya dia akan menjadi anak yang baik serta di pengaruhi oleh
ingkungannya. Hanya saja dalam konsep hadis di atas secara umum manusia lahir memiliki potensi yang
sama.

2. Memiliki Kemuliaan (Martabat)

Sehubungan dengan ini ditemukan hadis antara lain:

‫ رواه القضائى‬.‫ « َأ ْك ِرم ُْوا َأ ْوالَ َد ُك ْم َوَأحْ سِ ُن ْوا آدَا َب ُه ْم‬: ‫ رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول‬، ‫ سمعت‬: ‫ قال‬، ‫عن أنس‬

Dari Anas, saya mendengarkan Rasulullah saw. bersabda: muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah
pendidikannya.

Hadis tersebut memang perintah kepada orangtua untuk memuliakan dan mendidik anaknya dengan
bagus, akan tetapi dapat juga kita pahami dari hadis tersebut tertuju kepada peserta didik, dimana
seorang peserta didik harus memiliki kemulian atau martabat.

Adapun diantara membaguskan pendidikan anak pada hadis diatas menurut hemat pemakalah yaitu:
memberikan pemahaman-pemahaman kepada anak, memberikan teladan, memilihkan lembaga
pendidikan yang baik bagi perkembangan anaknnya serta memilihkan teman sebaya yang tidak akan
menjerumuskan anaknya kepada jalan yang tidak baik.

3. Memiliki Kesamaan Derajat

Adapun kesamaan derajat yang di maksud di sini adalah tidak adanya perbedaan antara jenis kelamin,
perbedaan suku, warna kulit dll dalam menuntut ilmu. Setiap manusia sama hanya saja perbedaannya
pada tingkat ketakwaannya. Sebagaimana hadis Rasulullah saw, yaitu:
‫يق َف َقا َل « َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ َأالَ ِإنَّ َر َّب ُك ْم َوا ِح ٌد َوِإنَّ َأ َبا ُك ْم َوا ِح ٌد‬ ِ ‫ فِى َو َسطِ َأي َِّام ال َّت ْش ِر‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫َعنْ جابر ابن عبد هللا خطبنا ْ َرسُو ُل هَّللا‬
‫ رواه أحمد والبيهقى‬....‫ت‬ ُ ‫َأالَ الَ َفضْ َل لِ َع َر ِبىٍّ َعلَى َأعْ َجمِىٍّ َوالَ ل َِع َجمِىٍّ َعلَى َع َر ِبىٍّ َوالَ َألحْ َم َر َعلَى َأسْ َودَ َوالَ َأسْ َو َد َعلَى َأحْ َم َر ِإالَّ ِبال َّت ْق َوى َأ َبلَّ ْغ‬

Jabir ibn Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. berkhutbah di depan kami pada pertengahan
hari tasyri', beliau bersabda: Wahai manusia! Ketahuilah sesungguhynya Tuhanmu Esa, nenek
moyangmu satu. Ketehauilah bahwa tidak ada kelebihan bagi orang Arab dari orang non Arab, tidak pula
ada kelebihan orang non Arab dari orang Arab, tidk ada kelebihan orang yang berkulit merah dari yang
berkulit hitam dan tidak pula sebaliknya, kecuali karena takwanya. Bukankah telah saya sampaikan?

4. Memiliki Perbedaan Kecerdasan

َ ‫ َف َك‬، ‫اب َأرْ ضًا‬


‫ان ِم ْن َها‬ َ ‫ص‬ َ ‫ِير َأ‬ ِ ‫ث ْال َكث‬ ِ ‫ َقا َل « َم َث ُل َما َب َع َثنِى هَّللا ُ ِب ِه م َِن ْال ُهدَى َو ْالع ِْل ِم َك َم َث ِل ْال َغ ْي‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ِّ‫َعنْ َأ ِبى مُو َسى َع ِن ال َّن ِبى‬
‫ت‬ْ ‫صا َب‬ ‫َأ‬
َ ‫ َو‬، ‫ َف َش ِربُوا َو َس َق ْوا َو َز َرعُوا‬، ‫اس‬ ِ ‫ت ِم ْن َها َأ َجادِبُ َأ ْم َس َك‬
َ ‫ َف َن َف َع هَّللا ُ ِب َها ال َّن‬، ‫ت ْال َما َء‬ َ ‫ت ْال َكَأل َو ْال ُع ْش‬
َ ‫ب ْال َكث‬
ْ ‫ َو َكا َن‬، ‫ِير‬ ِ ‫ َفَأ ْن َب َت‬، ‫ت ْال َما َء‬
ِ َ‫َنقِي ٌَّة َق ِبل‬
ْ‫ َو َم َث ُل َمن‬، ‫ َف َعلِ َم َو َعلَّ َم‬، ‫ِين هَّللا ِ َو َن َف َع ُه َما َب َع َثنِى هَّللا ُ ِب ِه‬ ‫ َوالَ ُت ْنب ُ ًأل‬، ‫ك َما ًء‬ َ ‫ ِإ َّن َما ه‬، ‫ِم ْن َها َطاِئ َف ًة ُأ ْخ َرى‬
ِ ‫ َف َذل َِك َم َث ُل َمنْ َفقِ َه فِى د‬، ‫ت َك‬ ِ ُ ِ‫ِيعانٌ الَ ُتمْس‬ َ ‫ِى ق‬
‫ رواه البخارى‬.‫ت ِب ِه‬ ُ ‫ َولَ ْم َي ْق َب ْل ُهدَى هَّللا ِ الَّذِى ُأرْ سِ ْل‬، ‫لَ ْم َيرْ َفعْ ِب َذل َِك َرْأسًا‬

Diriwayatkan dari Abu Musa RA bahwa Rasulullah SAW pernah berkata: “Sesungguhnya perumpamaan
hidayah (petunjuk) dan ilmu Allah SWT yang menjadikan aku sebagai utusan itu seperti hujan yang turun
ke Bumi. Di antara Bumi itu terdapat sebidang tanah subur yang menyerap air dan sebidang tanah itu
rumput hijau tumbuh subur. Ada juga sebidang tanah yang tidak menumbuhkan apa-apa, walaupun
tanah itu penuh dengan air. Padahal, AlIah SWT menurunkan air itu agar manusia dapat meminumnya,
menghilangkan rasa haus, dan menanam. Ada juga sekelompok orang yang mempunyai tanah gersang
yang tidak ada air dan tidak tumbuh apa pun di tanah itu. Gambaran tersebut seperti orang yang
mempunjai ilmu agama Allah SWT dan mau memanfaatkan sesuatu yang telah menyebabkan aku diutus
oleh Allab SWT kemudian orang itu mempelajari dan mengerjakannya. Dan seperti orang yang
sedikitpun tidak tertarik dengan apa yang telah menjebabkan aku diutus oleh Allah SWT. Ia tidak
mendapat petunjuik dari Allah SWT yang karenanya aku menjadi utusan-Nya.

Hadis ini memggambarkan perbedaan antara manusia dalam kemampuan belajar, memahami dan
mengingatnya. Menurut Muhammad Utsman Najati, ketiga kemampuan ini tergolong dalam pengertian
intelektualitas. berdasrkan hadis ini maka dapat di pahami bahwa intelektualitas manusia dapat di
kualifikasikan dalam tiga golongan, yaitu: Seperti tanah subur, Yang berarti orang dalam golongan ini
mampu belajar, menghafal, da mengajarkan ilmu yang ia miliki kepada orang lain. Seperti tanah gersang,
yang berarti orang dalam golongan ini mampu menjaga dan mengajarkannya kepada orang lain, tetapi
ilmu yang dia miliki tidak bermamfaat pada dirinya sendiri. Seperti tanah tandus, orang dalam golongan
ini tidak tertarik , apalagi menghafal dan mengajarkan kepada orang lain.

Dengan demikian sebagai seorang pendidik memang harus bisa memahami perbedaan kecerdasaan
peserta didik, sehingga pendidik dapat memilih metode, pendekatan dan media yang tepat sehingga
semua peserta didik dapat mencerna materi pelajaran dengan baik. hal ini dapat dilakukan oleh
pendidik dengan mengaplikasikan metode pembelajaran yang bervariasi dan media yanng beragam.

5. Memiliki Perbedaan Emosional


‫ب َس ِري ُع ْال َفىْ ِء‬ َ ‫يع ْال َفىْ ِء َو ِم ْن ُه ْم َس ِري ُع ْال َغ‬
ِ ‫ض‬ َ ‫ب َس ِر‬
ِ ‫ض‬ َ ‫ َأالَ َوِإنَّ ِم ْن ُه ُم ْالبَطِ ى َء ْال َغ‬... ‫َعنْ َأ ِبى َسعِي ٍد ْال ُخ ْد ِرىِّ قال َرسُو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم‬
‫ رواه‬.... ‫ب بَطِ ى ُء ْال َفىْ ِء‬ ِ ‫ض‬ َ َ‫ب َس ِري ُع ْال َفىْ ِء َأالَ َو َشرُّ ُه ْم َس ِري ُع ْالغ‬
ِ ‫ض‬ َ َ‫ب بَطِ ى َء ْال َفىْ ِء َأالَ َو َخ ْي ُر ُه ْم بَطِ ى ُء ْالغ‬
ِ ‫ض‬ َ ‫ك َأالَ َوِإنَّ ِم ْن ُه ْم َس ِر‬
َ َ‫يع ْالغ‬ َ ‫ك ِبت ِْل‬
َ ‫َفت ِْل‬
‫الترمذى‬

Dari Abi Sa'id al-Khudriy, ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda: Ingatlah, di antara anak Nabi Adam AS
itu ada yang lambat marah dan cepat terkendali. Ada pula yang cepat marah dan cepat pula terkendali.
Ingatlah, di antara anak Nabi Adam AS itu ada yang cepat marah dan lambat terkendali. Ingatlah, sebaik-
baik mereka ialah yang lambat marahnya dan cepat terkendalinya. Ingatlah, seburuk-buruk anak Nabi
Adam ialah yang cepat marahnya dan lambat terkendalinya.

Berdasarkan hadis di atas, Muhammad Utsman Najasi mengelompokkan tingkat emosi kemarahan
manusia kedalam tiga tingkatan. Pertama, orang yang emosi kemarahannya lambat, jarang
mengepresikan kemarahannya, kalaupun ia marah ia akan cepat mengendalikan emosinya
kemarahannya. Orang semacam ini dikategorikan sebagai manusia yang sangat mulia. Kedua,orang yang
emosi kemarahannya terlalu cepat tetapi ia juga cepat mengendalikannya. Ketiga, orang yang emosi
kemarahannya terlalu cepat muncul, dia sulit mengendalikannya kecuali dalam waktu yang lama. Orang
semacam inilah dikategorikan sebagai manusia yang paling buruk.

Perbedaan pada peserta didik perlu dipahami oleh seorang pendidik agar jangan terlalu gegabah dalam
merespon aksi peserta didiknya. Pendidik tidak boleh mengatasi gejolak emosi peserta didik dengan
luapan emosi pula. Ia harus dapat memperlihatkan kesabaran, ketulusan dan kasih sayangnya tampa
menyimpan rasa dendam. Hal ini agar peserta didik bisa menghargai dan menghormati pendidiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2006

Al-Tirmiziy, Juz 3

Al-Thabraniy, Al-Mu'jam al-Kabir, Juz 8, h. 20 dalam Al-Maktabah al-Syamilah Al-Bukhariy, Juz 3, h.


2084Al-Thabraniy, Al-Mu'jam al-Kabir, Juz 7, dalam Al-Maktabah al-Syamilah

Abu Bakar, Hadis Tarbiiyah, Surabaya: al-Iklas, 1995

Al-Thabraniy, Al-Mu'jam al-Kabir, Juz 14, dalam Al-Maktabah al- syamilah

Al-Tirmiziy, Op.cit., Juz 4, h. 141Ahmad Ibn Hanbal, Op.cit., Juz 49, h. 425, dalam Al-Maktabah al-
SyamilahAl-Bukhariy, Op.cit., juz 1, h. 532A-Qadha'iy, Musnad al-Syihab al-Qadha'iy, juz 3, dalam al-
Maktabah al-Syamilah

Ahmad ibn Hanbal, Op.cit., Juz 51, dalam al-Maktabah al-Syamilah

Al-Bukhariy, Juz 1,
hadits tarbawi, PESERTA DIDIK DALAM HADITS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Abudin nata mengatakan, bahwa peserta didik diartikan dengan
orang yang telah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.

Peserta didik adalah ucapan yang bersifat umum untuk orang yang sedang menuntut ilmu. Peserta didik
ada juga yang disebut siswa, murid, pelajar, anak didik, mahasiswa.dalam bahasa inggris di sebut
student, dalam bahasa arab ada yang disebut thalib, biasanya untuk mahasiswa. Tilmidz, untuk murid
tingkat TK sampai SMA.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat di rumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud peserta didik dalam hadits?

1.3. Batasan Pembahasan

Dari rumusan diatas, maka dapat di batasi pembahasannya sebagai berikut:

1. menjelaskan peserta didik dalam hadits.

BAB II

PEMBAHASAN

PESERTA DIDIK DALAM HADITS

Peserta didik adalah ucapan yang bersifat umum untuk orang yang sedang menuntut ilmu. Peserta didik
ada juga yang disebut siswa, murid, pelajar, anak didik, mahasiswa.dalam bahasa inggris di sebut
student, dalam bahasa arab ada yang disebut thalib, biasanya untuk mahasiswa. Tilmidz, untuk murid
tingkat TK sampai SMA.

Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Abudin nata mengatakan, bahwa peserta didik diartikan dengan
orang yang telah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.

Sehubungan dengan itu, samsul nizar memberikan kriteria peserta didik kepada lima kriteria:

1. Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasatetapi memiliki dunia sendiri.

2. Peserta didik memiliki periodesasi perkembangan dan pertmbuhan.

3. Peserta didik adalah makhluk allah yang memiliki perbedaan individu baik di sebabkan oleh faktor
bawaan maupun lingkungandimana ia berada.

4. Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rihani, unsur jasmani memiliki daya fisik dan
unsur rohani memiliki daya akal, hati nurani dan nafsu.

5. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan
berkembang secara dinamis.

Sementara di pihak lain, Oemar Hmalik mengemukakan beberapa aspek yang perlu diketahuiuntuk
mengenal peserta didik.

1. Latar belakang masyarakat.

2. Latar belakang keluarga.

3. Tingkat inteligensi.

4. Hasil belajar.

5. Kesehatan badan.

6. Hubungan-hubungan antar pribadi.

7. Kebuthan-kebutuhan emosiional.

8. Sifat-sifat kepribadian.

9. Bermacam-macam minat belajar.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah setiap orang yang meluangkan
waktunya untuk belajar kepada seorang pendidik. Peserta didik adalah orang yang berada dalam fase
pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun psikis. Dengan demikian ia tidak bisa
disamakan dengan orang dewasa yang berukuran kecil karena mempunyai spesifikasi tersendiri.
Rasulullah SAW, sangat memberikan perhatian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Sehingga
ditemukan hadits-hadits yang membicarakan tentang mencari ilmu pengetahuan. Perhatian yang
demikian tinggi, karena rasulullah juga menyatakan dirinya sebagai pendidik. Rasulullah lebih
mengutamakan majlis orang yang belajar dari pada majlis ahli ibadah. Diantara hadits yang
membicarakan tentang peserta didik adalah sebagai berikut.

‫ "من يرد هللا به خيرا‬,‫ قال النبي‬... ‫ عن عبد الرحمن بن ابي بكرة عن ابيه‬,‫ عن ابن سبرين‬,‫ حدثنا ابن عون‬,‫حدثنا بشر قال‬,‫حدثنا مسدد قال‬
)‫" (رواه البخاري‬.‫يفقهه هللا وانما العلم بالتعلم‬

Artinya : menceritakan kepada kami musaddad, berkata menceritakan kepada kami bysr, ia berkata,
menceritakan kepada kami ibn ‘aub, dari ibn sirin, dari abdurrahman ibn abu bakrah dari ayahnya. Nabi
SAW bersabda, “ barang siapa dikehendaki baik dari allah, maka ia dikaruniai kepahaman agama.
Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar.(HR. Bukhari)

‫ سمعت‬,‫ سمعت بن قيس بن ابي حازم قال‬,‫ حدثني اسماعيل بن ابى خالد على غير ما حدثناه الزهري قال‬,‫ حدثنا سفيان قال‬,‫حدثنا الحميد قال‬
‫ ورجل اتاه هللا‬,‫ رجل اتاه هللا ما ال فسلط على هلكته في الحق‬:‫" الحسد إال في اثنتين‬,‫ قال النبي صلى هللا عليه وسلم‬,‫عبد هللا بن مسعودقال‬
)‫" (رواه البخاري‬.‫الحكمة فهويقضى بها ويعلمها‬

Artinya : menceritakan kepada kami humaid, ia berkata, menceritakan kepada kami sufyan, ia berkata,
menceritakan kepadaku isma’il ibn abu khalid atas selain yang kami ceritakan olehnya al-zuhriy, ia
berkata, “ aku mendengar ibn qais ibn abu hazim, ia berkata, aku mendengar ‘abdullah ibn mas’ud
berkata, nabi SAW bersabda,” tidak boleh iri hati kecuali dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta
oleh allah lalu harta itu di kuasakan penggunaannya dalam kebenaran, dan seorang laki-laki di beri
hikmah oleh allah dimana ia memutuskan perkara dan mengajar dengannya.” (HR. Bukhari)

‫ كانت التسمع‬,‫ ان عائشة زوجة النبي صلى هللا عليه وسلم‬,‫ حدثنى ابن ابي مليكة‬,‫ قال‬,‫ اخبرنا نافع بن عمر‬,‫حدثنا سعيد بن ابى مرية قال‬
)‫ (رواه البخارى‬... ‫شيئا إال راجعت فيه جتى تعرفه‬

Artinya : menceritakan kepada kami sa’id ibn abi maryam, ia berkata, memberitakan kepada kami na’fi
ibn umar, ia berkata, menceritakan kepadaku ibn abu mulaikah, bahwasanya ‘Aisyah istri Nabi SAW,
tidak pernah mendengar sesuatu yang tidak diketahuinya melainkan ia mengulangi lagi sehingga ia
mengetahuinya benar-benar (HR. Bukhari).

‫ انه قال لعمروبن سعيد ___ وهويبعث المبعوث‬,‫ عن ابى شريح‬,‫ حدثني سعيد‬,‫ جدثني الليث قال‬,‫ حدثني قال‬,‫حدثنا عبد هللا بن يوسف قال‬
,‫ وابصرته عيناي‬,‫ ووعاه قلبي‬,‫ سمعته اذناي‬,‫ احدث قوال قام به النبي صلى هللا عليه وسلم الغدمن يوم الفتح‬,‫"ائذن لي ايها االمير‬.‫الى مكة‬
,‫ فال يحل ألمرىء يؤ من باهلل واليوم االخر ان يسفك دما‬,‫ " ان مكة حرمها هللا وال يحرمها للناس‬,‫ ثم قال‬,‫حين تكلم به حمد هللا واثنى عليه‬
,‫ ثم عادت حرمتها اليوم كحرمتها باألمس‬,‫ فإن احد ترخص لقتال لرسوا هللا صلى هللا عليه وسلم فيها سلعة من نهار‬,‫وال يعضد بها شجرة‬
)‫" (رزاه البخارى‬.‫وليبلغ الشاهد الغائب‬.

Artinya : menceritakan kepada kami ‘Abdullah ibn yusuf, ia berkata, menceritakan kepadaku laits, ia
berkata, menceritakan kepadaku sa’id dari abu suraih, bahwanya ia berkata, kepada amr bin sa’id, ketika
ia mengirim pasukan ke makkah, “izinkanlah saya wahai amir untuk menyampaikan kepadamu suatu
pekerjaan yang di sabdakan nabi SAW. Pada pagi hari pembebasan (mekah). Sabda beliau itu terdengar
oleh kedua telinga saya, dan hati saya memeliharanya, serta dua mata saya melihat ketika beliau
menyabdakannya. Beliau memuja allah dan menyanjungNya, kemudian beliau bersabda, “sesungguhnya
makkah itu di mulyakan oleh allah ta’ala dan manusia tidak memulyakannya, maka tidak halal bagi
seseorang yang beriman kepada allah dan hari akhir menumpahkan darah di makkah, dan tidak halal
menebang pepohonan di sana. Jika seseornag memandang ada kemurahan (untuk berperang)
berdasarkan peperangan rasulullah SAW. Disana, maka katakanlah [kepadanya], sesungguhnya allah
telah mengizinkan bagi rasulNya, tetapi tidak mengizinkan bagimu, dan allah hanya mengizinkan
bagikusesaat di suatu siang hari, kemudian kembali kemuliaannya (diharamkannya) pada hari itu seperti
haramnya kemarin.” Orang yang hadir hendaklah menyampaikannya kepada yang tidak hadir (ghaib).
(HR. Bukhari)

‫ "مامن‬,‫ سمعت ابا هريرة يقول‬,‫ عن اخيه قال‬,‫ أخبرني وهب بن منبه‬,‫ حدثنا عمرو قال‬,‫ حدثنا سفيان قال‬,‫حدثنا علي بن عبد هللا قال‬
)‫" (رواه البخارى‬.‫ فإنه كان يكتب وال أكتب‬,‫ إالما كلن من عبد هللا بن عمرى‬,‫أصحاب النبي صلى هللا عليه وسلم احد اكثرحديثا عنه مني‬.

Artinya : menceritakan kepada kami ali ibn abdullah, ia berkata, menceritakan kepada kami sufyan, ia
berkata, menceritakan kepadaku umar, ia berkata, memberitakan kepadaku wahabibn munabbih, ia
berkata, aku mendengar abu hurairat berkata, “ tiads eorangpun dari sahabat nabi SAW yang lebih
banyak meriwayatkan hadits yang diterima dari beliau SAW dari pada saya, melainkan apa yang didapat
dari abdullah bin amr, sebab ia mencatat hadits sedang saya tidak mencatatnya,” (HR. Bukhari)

‫ اكتب لي‬,‫ فقال‬,‫ فجاء رجل من اهل اليمن‬... : ‫ عن ابى هريرة‬,‫ عن يحيى عن ابى سامه‬,‫ حدثنا شيبان‬,‫حدثنا ابو نعيم الفضل بن دكين قال‬
)‫" (رواه البخارى‬.‫ " اكتبو االبي فالن‬,‫يارسول هللا فقال‬

Artinya : menceritakan kepada kami abu nu’aim fadhlu ibn dukain, ia berkata, menceritakan kepada
kami syaiban dari yahya, dari abi salamat, dari abu hurairat:.... seorang laki-laki datang dari yaman, dan
berkata, “tuliskan untukku ya rasulullah! Rasulullah SAW bersabda, “tuliskanlah untuk ayah si fulan.”
(HR. Bukhari).

‫ من سلك طريقا يلتمس فيه علما‬... ‫ عن عبد الرحمن بن ابي بكرة عن ابيه‬,‫ عن ابن سيرين‬,‫ حدثنا ابن عون‬,‫ حدثنا بشر قال‬,‫حدثنا مسدد قال‬
)‫سهل هللا له طريقا الى الجنة (رواه البخارى‬

Artinya : menceritakan kepada kami musaddad, ia berkata, menceritakan kepada kami bisyr, ia berkata,
menceritakan kepada kami ibn ‘Aub, dari Ibn sirin, dari abdurrahman ibn abu bakrah dari ayahnya...
rasulullah bersabda, “ siapa yang berusaha mencari ilmu, allah akan memudahkan baginya jalan menuju
syurga.” (HR. Bukhari)

,‫ قلت‬,‫ عن ابي هريرة قال‬,‫ عن سعيد المقبري‬,‫ عن بن ابي ذئب‬,‫ حد ثنا محمد بن ابراهيم بن دينار‬,‫حد ثنااحمد ابن ابي بكر ابو مصعب قال‬
‫" (رواه‬.‫ فما نسيت شيئا بعده‬,‫ "ضمه" فضممة‬:‫ ثم قال‬.... ‫ فبسطته‬."‫ " ابسط رداءك‬,‫با رسول هللا اني اسمع منك حد ثنا كثيرا انساه؟ قال‬
)‫البخارى‬

Artinya : menceritakan kepada kami ahmad ibn abu bakar al-shiddiq abu masg’aub, ia berkata,
menceritakan kepada kami muhammad ibn ibrahim ibn dinar, dari ibn abi dzi’bu, dari sa’id al-maqburiy,
dari abu hurairat, ia berkata, aku berkata kepada rasulullah SAW, “ wahai rasulullah, sesungguhnya aku
banyak mendengar hadits dari engkau, lalu aku lupa?” rasulullah SAW bersabda, “ hilangkan perkara
yang burukmu,” lalu aku menghilangkannya.... lalu rasulullah SAW bersabda, “ hapalkanlah,” lalu aku
menhapalkannya,” setelah itu aku tidak melupakan suatu hadits pun setelah itu,” (HR. Bukhari).
‫ "حفضة من رسول هللا صلى هللا عليه‬,‫ عن ابي هريرة قال‬,‫ عن سعيد المقبري‬,‫ عن ابن ابي ذئب‬,‫حدثنا اسماعيل قال حدثنى اخى‬
)‫(رواه البخاري‬,‫ وامااالخر فلو بثثته قطع هذا البلعوم‬,‫ فاما احدهما فبثثته‬,‫وسلموعاءين‬.

Artinya : menceritakan kepada kami isma’il, ia berkata, menceritakan kepadaku saudaraku, dari ibn abi
dazi’bu, dari sa’id al-maqburiy, dari abu hurairat, ia berkata, “saya hafal dari nabi dua tempat. Adapun
salah satu dari keduanya, maka saya siarkan (hadits itu). Seandainya yang lain saya siarkan, niscaya
terputuslah tenggoro’an ini”. (HR. Bukhari)

‫" (رواه‬.‫ لم يمنعهن الحاء ان يتفقهن في الدين‬,‫ "نعم النساء نساء االنصار‬,‫ وقالت عائشة‬,‫وقال مجاهدو"اليتعلم مستحى وال مستكبر‬
)‫البخارى‬

Artinya : berkata mujahid, “pemalu dan sombong tidak akan dapat mempelajari pengetahuan
agama.”aisyat berkata, “sebaik-baik kaum wanita adalah kaum wanita anshar, mereka tidak di halang-
halangi rasa malu untuk mempelajari pengetahuan yang mendalam tentang agama. (HR. Bukhari).

‫ " أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال له في حجة‬,‫ عن جرير‬,‫ عن ابي زرعة‬,‫ اخبرني علي بن مدرك‬,‫ حدثنا شعبة قال‬,‫حدثنا الحجاج قال‬
)‫" (رواه البخارى‬.‫ يضرب بعضكم رقاب بعض‬,‫ "الترجعوا بعدي كفارا‬,‫ " استنصت الناس" فقال‬,‫الوداع‬

Artinya : menceritakan kepada kami hajjaj, berkata, menceritakan kepada kami syu’bat berkata,
menceritakan kepadaku ‘Ali ibn mudrik, dari abi zur’ah, dari jarir bin abdullah, mengatakan bahwa Nabi
SAW bersabda kepadanyapada waktu mengerjakan haji wada’, “diamkanlah manusia!” lalu beliau
bersabda, “sesudahku nanti janganlah kamu menjadi kafir, dimana sebagian kamu memotong leher
sebagian yang lain.” (HR. Bukhari).

Dari uraian hadits diatas, untuk mewujudkan peserta didikyang berkualitas berdasarkan tinjauan hadits
dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar. Artinya, seseorang
tidak bisa hanya bercita-cita, akan tetapi harus di iringi dengan ikhtiar. Orang-orang yang berikhtiar
untuk belajar, kelak akan dikaruniai kepahaman agama yang pada akhirnya akan menghantarnya
menuju kemuliaan dan kebaikan.

b. Peserta didik diperbolehkan iri hati kepada orang lain yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas,
sebagai cambuk untuk rakus dalam menuntut ilmu pengetahuan, sehingga dengan semangat menuntut
ilmu itu, diharapkan akan menyebar ilmu pengetahuan di muka bumi.

c. Peserta didik hendaknya selalu menghafal dan mengulangi pelajarannya, sehingga betul-betul
menguasai materi yang telah disampaikan oleh pendidik. Hal ini bertujuan agar ia dapat menggunakan
ilmu tersebut kapanpun dibutuhkan, sesuai dengan kondisi yang ada.

d. Peserta didik yang hadir menuntut ilmu tidak boleh kikir, untuk menyampaikan ilmu kepada orang-
orang yang tidak hadir. Hendaknya dengan hati-hati yang tulus mengajarkan ilmu tersebut kepada orang
yang tidak sempat hadir.
e. Peserta didik hendaknya menuliskan, ilmu yang disampaikan oleh pendidik, sehingga terjaga.
Sekiranya terlupakan masih bisa dilihat catatannya dan mengulangi kembali pelajaran yang telah
diberikan pendidik meskipun dalam jangka waktu yang lama.

f. Peserta didik hendaknya menyadari bahwa dalam menuntut ilmu tersebut, ia berada dalam ridho
allah SWT, dan mempermudah baginya jalan menuju syurga.

g. Peserta didik hendaknya berniat untuk mengajarkan ilmu yang diperolehnya untuk disebarkan dan
diajarkan kepada orang lain agar bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.

h. Peserta didik tidak boleh malu belajar, karena orang yang malu dan sombong tidak akan dapat
mempelajari ilmu agama. Sebaik-baik pelajar adalah yang tidak malu bertanya, apabila sesuatu yang
belum dipahaminya selama tidak melanggar etika peserta didik.

i. Peserta didik hendaknya diam dan tenang, tidak ribut pada saat belajar, karena dapat mengurangi
ketenangan belajar dan mengganggu konsentrasi guru pada saat mengajar.

Berkaitan dengan sifat-sifat peserta didik, al-ghazali merumuskan adab peserta didik dalam menuntut
ilmu sebagai berikut:

1. Mengawali langkah dengan menyucikan hati dari prilaku yang buruk dan sifat-sifat tercela.

2. Mengurangi dari segala keterkaitan dengan kesibukan-kesibukan duniawi dan menjauhkan dari
keluarga dan kota tempat tinggal.

3. Hendaknya ia tidak bersikap angkuh terhadap ilmu dan tidak pula menonjolkan kekuasaan terhadap
guru yang mengajarinya, tetapi menyerahkan bulat-bulat kendali dirinya kepadanya dan mematuhi
segala nasihatnya.

4. Bagi seorang pemula dalam upaya menuntut ilmu, ialah tidak memalingkan perhatiannya sendiri
untuk mendengar pendapat-pendapat manusia yang bersimpang siur, baik ilmu yang sedang ia pelajari
termasuk ilmu-ilmu dunia atau ilmu-ilmu umum.

5. Menunjukkan perhatiannya yang sungguh-sungguh kepada tiap-tiap disiplin ilmu yang terpuji, agar
dapat mengetahui tujuan masing-masing.

6. Hendaknya ia tidak melibatkan diri didalam berbagai macam ilmu pengetahuan secara bersamaam,
melainkan melakukan dengan menjaga urutan posisinya, yakni melalui ilmu yang paling penting.

7. Hendaknya ia tidak melibatkan diri dalam suatu bagian ilmu sebelum menguasai bagian yang
sebelumnya. Sebab, semua ilmu berurutan secara teratur.

8. Hendaknya ia berusaha mengetahui apa kiranya yang menjadi sesuatu menjadi semulia-mulia ilmu.
Hal ini dapat diketahui dengan memperhatikan dua hal;

a. Kemuliaan buah dari ilmu tersebut.


b. Kemantapan dan kekuatan dalil yang menopangnya.

9. Hendaknya penuntut ilmu menjadikan tujuannya yang segera, demi menghiasi batinnya dengan
segala aspek kebijakan. Sedangkan tujuan selanjutnya, demi mendekatkan diri kepada allah.

10. Hendaknya ia mengetahui hubungan antara suatu ilmu dengan tujuannya, agar yang demikian ia
dapat mendahulukan yang dekat dan perlu, sebelum yang jauh.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. peserta didik adalah setiap orang yang meluangkan waktunya untuk belajar kepada seorang
pendidik. Peserta didik adalah orang yang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan, baik
secara fisik maupun psikis. Dengan demikian ia tidak bisa disamakan dengan orang dewasa yang
berukuran kecil karena mempunyai spesifikasi tersendiri.

2. Dari uraian hadits diatas, untuk mewujudkan peserta didikyang berkualitas berdasarkan tinjauan
hadits dapat dikemukakan sebagai berikut:

a) Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar.

b) Peserta didik diperbolehkan iri hati kepada orang lain yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas,
sebagai cambuk untuk rakus dalam menuntut ilmu pengetahuan.

c) Peserta didik hendaknya selalu menghafal dan mengulangi pelajarannya, sehingga betul-betul
menguasai materi yang telah disampaikan oleh pendidik.

d) Peserta didik yang hadir menuntut ilmu tidak boleh kikir, untuk menyampaikan ilmu kepada orang-
orang yang tidak hadir.

e) Peserta didik hendaknya menuliskan, ilmu yang disampaikan oleh pendidik, sehingga terjaga.

f) Peserta didik hendaknya menyadari bahwa dalam menuntut ilmu tersebut, ia berada dalam ridho
allah SWT, dan mempermudah baginya jalan menuju syurga.
g) Peserta didik hendaknya berniat untuk mengajarkan ilmu yang diperolehnya untuk disebarkan dan
diajarkan kepada orang lain agar bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.

h) Peserta didik tidak boleh malu belajar, karena orang yang malu dan sombong tidak akan dapat
mempelajari ilmu agama.

i) Peserta didik hendaknya diam dan tenang, tidak ribut pada saat belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Badawi, A. Zaki, Mu’jam Musthalahat al-‘Ulum al-Ijtima’iyat, Beirut: Maktabah Libnan, 1982.

Baihaqi, H., Mendidik Anak Dalam Kandungan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Asqalâni, Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fâdhil. Fâthul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri. Beirut: Dâr al-
Ma’rifah, 1379

H. Bukhâri, Abu Abdullah bin Muhammad Ismâil. Al-Jâmi’ al-Shahĩh al-Mukhtasar, Juz 1. Beirut: Dâr Ibnu
Kaşir al-Yamâmah, 198.

Grendler, Bell E. Margaret. Belajar dan Membelajarkan, terj. Munandir. Jakarta: Rajawali, 1991.

Hamd, Ibrahim, Muhammad. Maal Muallimîn, terj. Ahmad Syaikhu. Jakarta: Dârul Haq, 2002.
Lathîb, Muhammad Syamsy al-Hâq al-’Azhîm ‘Abadi. ‘Aunu al-Ma’būd Syarh Sunan Abi Dâud. Beirut: Dâr
al-Kutub al-’Ilmiyah, cet 1, 1401 H.

ANALISIS HADIS TENTANG PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

Diposkan oleh achitaNet di 05.30

I. HADIS TENTANG PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK, SERTA ANALISINYA DALAM PENDIDIKAN

A. Pentingnya Pendidik

1. Pendidik sebagai perencana dan pengatur proses pendidikan, seperti yang dicontohkan Rasulullah
dalam salat

)‫ (البخاري‬. ))‫صفُوفِ مِنْ ِإ َقا َم ِة الصَّال ِة‬


ُّ ‫ َفِإنَّ َتسْ ِو َي َة ال‬،‫صفُو َف ُك ْم‬
ُ ‫ (( َسوُّ وا‬: ‫ قا َل‬، - ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ عن النبي‬، ‫عن أنس بن مالك‬

Dari Anas bin Malik, dari Nabi saw bersabda: “Luruskan dan rapatkan (barisan salat kalian), karena
ketertiban barisan dalam salat merupakan bagian dari mendirikan (ksesmpurnaan) salat”. (H.R Bukhari)

2. Pendidik sebagai pelaksana kegiatan pendidikan

ُّ‫اري‬ َ ‫صلُّوا َك َما َرَأ ْي ُتمُونِي ُأ‬


ِ ‫ َر َواهُ اَ ْلب َُخ‬.‫صلِّي‬ َ - ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ َقا َل َرسُو ُل هَّللَا‬: ‫ َقا َل‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫ث‬
ِ ‫ْن ْالح َُوي ِْر‬
ِ ‫َو َعنْ َمالِكِ ب‬

Dari Malik bin Huwairis r.a berkata: Rasululah saw bersabda: “Salatlah kalian sebagaimana kalian lihat
aku salat”. (H.R Bukhari)

3. Pendidik sebagai pengevaluasi proses pendidikan


‫ إني‬: ‫ قال‬، ‫ أقرأه عليك وعليك أنزل ؟‬: ‫ فقلت‬، » ‫ « اقرأ علي‬: ‫ قال لي رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫ رضي هللا عنه قال‬، ‫عن عبد هللا‬
....................... ‫ فقرأت عليه حتى إذا بلغت فكيف إذا جئنا من كل أمة بشهيد وجئنا بك على هؤالء شهيدا‬، ‫أحب أن أسمعه من غيري‬
)‫(أحمد‬

Dari Abdullah r.a, rasulullah saw bersabda: rasul bersabda kepadaku: “Bacalah al-Quran untukku. ”saya
berkata: ”apakah aku akan membacakan al-quran untukmu, sedangkan al-quran ini turun kepadamu?”
Beliau bersabda: “sesungguhnya aku senang mendengarkan (bacaan al-quran) dari orang lain. “saya pun
membacanya sampai ketika tiba pada ayat: Fakaifa ‘idzaa ji’naa min kulli ummatin bisyahidiin waji’na
bika ‘alaa haa-‘ulaai syahiida” ia berkata: saya melihat kedua mata beliau bercucuran air mata. (H.R
Ahmad)

Dalam keterangan lain:

‫ « حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا‬: ‫ قال عمر بن الخطاب‬،

“Umar berkata: Hisablah (ealuasi) dirimu sebelum engkau dihisab.

Analisis Pendidikan

Pendidik atau guru merupakan komponen terpenting pendidikan. Tanpa adanya pendidik, maka ilmu
yang akan disampaikan tidak mungkin pernah sampai kepada peserta didik. Menurut Muhammad Ali
(1992:4-6) Pentingnya peranan seorang pendidik dalam proses pengajaran terangkup dalam tiga tugas
pokoknya, yaitu merencanakan dan mengatur dalam proses pendidikan, melaksanakan proses
pendidikan, dan mengealuasi hasil pembelajran sebagai umpan balik (stimulus) perbaikan.

Dalam perencanaan dan pengaturan (manajamen) pendidikan, Rasulullah saw mencontohkan bahwa
ketika akan melakukan kegiatan pembelajaran harus ditata sedemikian rupa, agar proses pembelajaran
bisa berjalan dengan tertib. Rasul mencontohkan perlunya tertib dan manajamen yang baik dalam
pendidikan dalam praktek salat berjama’ah (dalam hadis pertama). Kenapa salat berjama’ah yang
merupakan praktek ibadah langsung dikaitkan dengan pendidikan?. Alasannya karena Nabi saw lebih
paham bagaimana praktek salat yang benar, sehingga memperhatikan Beliau artinya mempelajari
bagaimana salat yang benar. Nilai filosofis dalam salat berjamaah tersebut juga mencerminkan bahwa
segala sesuatu harus tertata dengan baik, sehingga dicontohkan sebelum melaksanakan salat perlu
menertibkan barisan salat terlebih dahulu. Jika nilai perlunya tertib dalam barisan salat telah dipahami,
maka setiap perbuatan seorang muslim akan termanage pula dengan baik. Dan Rasul adalah sebaik-
sebaiknya manusia dalam hal mengatur dan merencanakan sesuatu, hal itu ditandai bahwa Rasul
mencotohkan bagaimana harus memulai salat berjama’ah yang baik dan bukan sekedar memerintah.
Kaitannya dengan pendidikan bahwa Rasul juga sebagai pelaksana pengajaran kepada umatnya, karena
beliau langsung mencontohkan suatu amal yang sesuai syari’at (hadis kedua).

selain sebagai konseptor dan eksekutor dalam kegiatan pendidikan, satu lagi fungsi seorang pendidik
yaitu sebagai evaluator. Fungsi evaluasi adalah hal terpenting dari seorang pendidik, karena dari sinilah
dapat diketahui tercapai tidaknya tujuan pendidikan. Selain itu evaluasi juga sebagai stimulus bagaimana
memperbaiki kesalahan-kesalah dalam proses pembelajaran. Namun perlu diingat bahwa evaluasi
bukanlah ujian yang hanya berorientasi pada nilai (angka), itu hanya salahsatu bagian dari teknik
evaluasi. Hadis nomor tiga di atas adalah indikasi bahwa Rasulpun melakukan evaluasi dalam
mengajarkan al-Qurân kepada umatnya (termasuk anak-anak). Hadis nomor tiga tersebut merupakan
sebuah metode yang ditempuh oleh Rasulullah saw untuk menguji kemampuan bacaan al-Qurân pada
seorang anak (Abdullah), metode evaluasi yang diterapkannya adalah dengan menyuruhnya
membacakan al-Qurân tersebut. Jika bacaan anak kecil saja dievaluasi oleh Rasul maka apalagi bacaan
sahabat yang telah baligh.

B. Sifat-Sifat Pendidik

1. bertakwa

‫اس ِب ُخلُق ٍَح َس ٍن‬


َ ‫وخال ِِق ال َّن‬ َ ‫ وَأ ْت ِب ِع ال َّس ِّيَئ َة‬، َ‫ا َّت ِق هللا َح ُيث َما ُك ْنت‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قال‬
َ ، ‫الح َس َن َة َتم ُح َها‬ َ ِّ‫ْن َج َب ٍل َعنْ ال َّن ِبي‬
ِ ‫ َعنْ م َُعا ِذ ب‬.

َ ٌ‫ َح َسن‬: ‫بعض ال ُّن َس ِخ‬


(‫صحي ٌح‬ ٌ ‫ َح‬: ‫) رواه ال ِّترمِذيُّ وقال‬
ِ ‫ وفي‬، ٌ‫ديث َحسن‬

Dari Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullau saw bersabda: “Bertakwalah dimanapun kamu berada, dan
iringilah perbuatan buruk dengan yang baik maka (perbuatan buruk itu) akan terhapus. Dan beakhlaklah
kepada manusai dengan akhlak yang baik”. (H.R Turmudzi, dikatakan bahwa hadis ini hasan dan ada juga
yang menyatakan sahih)
2. Berakhlak yang baik, karena Rasul diutus untuk menyempurnakan (mengajarkan) akhlak yang mulia.

‫كار َم اَأل ْخالَ ِق‬ ‫ « إ َِّن َما ُبع ِْث ُ ُأل‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫ قال‬، ‫» عن أبي هريرة‬
ِ ‫ت ِ ت ِم َّم َم‬

Dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia”. (H.R. Al-Bazzar)

3. Menyayangi anak didiknya, dan menjauhi kekerasan

)‫ َعلّم ُْوا َوالَ ُت َع ّنفُ ْوا َفِإنّ ال ُم َعلّ َم َخ ْي ٌر م َِن ال ُم َع ّنفِ (البخاري‬: ‫وقد روي عن النبي صلى هللا عليه وسلم أنه قال‬

Telah diriwayatkan dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda: “Jadilah pengajar dan janganlah (hindarilah)
menjadi orang yang kejam, karena pengajar itu lebih baik daripada orang yang kejam (berbuat
kekerasan)”. (H.R Bukhari)

4. Ikhlas dalam mengajar

‫ت‬ْ ‫ َف َمنْ َكا َن‬،‫ َوِإ َّن َما ال ْم ِرٍئ َما َن َوى‬،ِ‫ ِإ َّن َما األعْ َما ُل ِبال ِّن َّية‬:‫ َيقُو ُل‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- َّ‫ت ال َّن ِبى‬ ُ ْ‫ُع َم َر بنُ الخطاب َرضِ يَّ هللاُ َع ْن ُه َقا َل َسمِع‬
َ ‫ َف ِهجْ َر ُت ُه ِإلَى َما َه‬،‫ت هِجْ َر ُت ُه ِإلَى ُد ْن َيا يُصِ ي ُب َها َأ ِو ا ْم َرَأ ٍة َي َت َزوَّ ُج َها‬
» ‫اج َر ِإلَ ْي ِه‬ ْ ‫ َو َمنْ َكا َن‬،ِ‫ َف ِهجْ َر ُت ُه ِإلَى هَّللا ِ َو َرسُولِه‬،ِ‫هِجْ َر ُت ُه ِإلَى هَّللا ِ َو َرسُولِه‬
َ ‫اريّ َومُسْ لِم َوال ِّترْ ِمذِيّ َوال َّنسَاِئيُّ َوابْن َم‬
)‫اج ْه‬ ِ ‫( ْالب َُخ‬

Dari ‘Umar bin Khatab r.a: Saya mendengat Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya setiap perbuatan
tergantung apa yang diniatkannya, barang siapa yang berhijrah (niatnya) karena Allah dan Rasulnya,
maka hijrahnya itu akan mencapai (ridha) Allah dan Rasulnya. Namun barang siapa yang hijrahnya
karena (menginginkan) kehidupan dunia dan wanita yang ingin dinikahinya, maka dia hanya akan
sekedar mendapat apa yang diniatkannya”. (H.R Bukhari, Turmudzi, al-Nasai, dan Ibnu Majah)
5. Berkompeten sebagai pendidik, artinya sebelum mengajar seorang pendidik pernah belajar apa yang
akan diajarkannya

ِ ‫ َخيْر ُك ْم َمنْ َت َعلَّ َم ْالقُرْ آن َو َعلَّ َم ُه ) ْالب َُخ‬:‫( عن عثمان أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬
َ ‫اريُّ َوال ِّترْ ِمذِيُّ َوال َّنسَاِئيُّ َوابْنُ َم‬
ْ‫اجه‬

Dari Usman, bahwasannya Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar al-
Qurân dan mengajarkannya”. (H.R Bukhari, Turmudzi, al-Nasai, dan Ibnu Majah)

Analisis Pendidikan

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (PP 19 th.
2005 tentang SNP) Bab VI bagian kesatu tentang pendidik, bahwa guru sebagai agen pembelajaran harus
memiliki empat kompetensi. Yang dimaksud dengan empat kompetensi tersebut adalah:

Pertama, kompetensi pedagogik. Secara sederhana yang dimaksud kompetensi pedagogik adalah bahwa
seorang guru menguasai keilmuan yang akan diajarkannya. Atau dengan kata lain, guru tersebut punya
pengalaman belajar tentang ilmu yang akan diajarkannya. Hal ini sesuai dengan hadis nomor lima yang
dijelaskan Rasulullah, bahwa sebelum mengajarkan al-Qurân seseorang harus melalui tahap belajar al-
Qurân terlebih dahulu.

Kedua, kompetensi kepribadian. Artinya bahwa seorang guru mesti berkepribadian yang baik dan sesuai
dengan ajaran islam. Yaitu baik hubungan secara vertikal maupun horizontal. Hadis kesatu tentang
takwa merupakan sifat baik secara vertikal antara hamba dengan khalik yang seharusnya dimiliki oleh
pendidik. Sedangkan hadis kedua merupakan kepribadian yang baik secara horizontal dengan sesama
mahluk. Kepribadian yang terpuji secara vertikal dan horizontal adalah modal besar yang harus dimiliki
pendidik, karena tujuan pendidikan dalam islam dalam rangka mendukung tugas manusia di dunia untuk
beribadah. Ibadah sendiri terkait dengan ibadah secara vertikal dan horizontal.

Ketiga, kompetensi profesional. Profesional artinya menghargai profesinya sendiri. Dalam isilah islam
profesional bisa dikaitkan dengan sikap ikhlas. Ikhlas memang melakukan suatu aktivitas dalam rangka
menggapai ridha Allah, namun maknanya sering dikaitkan dengan sedikit banyak upah (balasan) yang
diterima seseorang dari perbuatannya. Opini yang berkembang di masyarakat bahwa seseorang yang
melakukan sesuatu dengan cuma-cuma (gratis) baru disebut ikhlas, padahal sekali lagi tidak ada
kaitannya dengan hal tersebut. Ikhlas dalam lapangan pekerjaan dapat diartikan dengan mengerahkan
segenap potensi agar bisa melakukan tugasnya secara maksimal. Suatu aktivitas akan maksimal jika
didasari tekad (niat) yang kuat pula. Hadis nomor empat tentang niat merpakan dasar profesionalisme
bagi setiap orang (terutama pengajar), bahwa sikap profesional akan menghasilkan hasil yang
diharapkan dan hal itu harus dimulai dengan niat/ tekad yang bulat. Namun semua itu tetap dalam
rangka menggapai ridah Allah swt. Salahsatu bentuk aplikasi profesionalisme guru adalah mendidik
dengan penuh kasihsayang dan bukan dengan kekerasan seperti halnya dalam hadis nomor tiga.

Keempat, kompetensi sosial. Maksud kompetensi ini, bahwa seorang pendidik mesti memiliki peran aktif
dalam masyarakat. Pendidik mampu mewarnai masyarakat sekitarnya untuk diarahkan kepada hal yang
bermanfat. Orang yang dianggap berpengaruh dimasyarkat adalah orang yang bisa memberikan
manfaat bagi orang lain. Indikasi seseorang mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya
adalah seorang pendidik mampu memberikan contoh ahlak yang baik seperti yang tercantum dalam
hadis nomor dua tentang ahlak mulia.

C. Orang Tua Sebagai Pendidik Utama Dan Pertama

1. Orang tua yang menentukan anaknya nanti

‫ َأ ْو ُي َمجِّ َسا ِن ِه‬،ِ‫ َأ ْو ُي َنص َِّرا ِنه‬،ِ‫ َفَأ َب َواهُ ُي َهوِّ َدا ِنه‬،ِ‫ ُك ُّل َم ْولُو ٍد يُولَ ُد َعلَى ْالف ِْط َرة‬:‫ َقا َل ال َّن ِبىُّ صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن أبى ه َُري َْر َة َرضِ يَّ هللاُ َع ْن ُه َقا َل‬
)‫اريّ َومُسْ لِم‬ ِ ‫( ْالب َُخ‬

Dari Abu Hurairah berkata: Nabi saw bersabda: “Setiap yang lahir, dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci).
Maka orang tuanyalah yang menentukan apakan dia menjadi seorang Yahudi, Nasrani, atau Najusi” (H.R
Bukhari dan Muslim)

2. Orang tua memberikan contoh untuk memenuhi hak dan kewajiban

‫مِنْ َح ِّق ْال َولَ ِد َعلَى ْال َوالِ ِد َثالَ َث ٌة َأن ي َُحس ََّن اِسْ َم ُه ِإ َذا َولَ َد َوَأنْ ُي َعلِّ َم ُه‬:‫هللا صلى هللا عليه وسلم‬
ِ ‫ َقا َل رسول‬:‫عن أبى ه َُري َْر َة َرضِ يَّ هللاُ َع ْن ُه َقا َل‬
)‫ك (الحاكم‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ ‫ْال ِك َتا َب َة ِإ َذا َع َق َل َو نْ ي َُز َّو َج ُه ِإ َذا ْد َر‬
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah saw bersabda:”Diantara kewajiban orang tua terhadap anaknya
ada tiga, yaitu: memberinya namay yang baik jika lahir, mengajarkan kitab (al-Qur’ân) kepadanya jika
telah mampu (mempelajarinya), dan menikahkannya jika telah dewasa”. (H.R. Hakim)

3. Orang tua mendidik anaknya untuk beribadah

‫ْن َواضْ ِرب ُْو ُه ْم َعلَ ْي َها َو ُه ْم َأ ْب َناء َع ْشر َو َفرقوُ ْا‬ ‫ََأ‬
ِ ‫ ُمر ُْوا ْوالَدَ ُك ْم باِلصَّال ِة َو ُه ْم َأ ْب َناء َسب َْع سِ ِني‬:‫م‬.‫ قال َرسو ُل هللا ص‬:‫ص قال‬
ِ َ ‫ْن العْ ا‬
ِ ‫رواب‬ ِ ‫عنْ اب‬
َ ‫ْن ُع َم‬
‫ضا ِج ِع )أبو داود‬ ‫م‬ ‫ال‬
َ َ ِ ْ َ ‫فى‬ ‫م‬‫ه‬ُ َ
‫ن‬ ْ
‫ي‬ ‫ب‬ (

Dari Ibnu ‘Amr bin Ash, ia berkata: Rasulullah bersabda “Perintahkanlah anak-anak kalian shalat ketika
berumur 7 tahun, dan pukullah mereka ketika berumur 10 tahun. Pisahkanlah mereka dalam tempat
tidurnya” (H. R Abu Daud)

4. Orang tua mendidik anak untuk mencintai Nabi dan keluarganya

)‫ال حُبّ ن َ ِب ِّي ُك ْم وحبّ اَ ِل َب ْي ِت ِه َو ِتالَ َو ِة القُرْ َأ ِن (الطبراني‬


ٍ ‫ِص‬ َ ‫ َأ ّدب ُْو َأ ْوالَدَ ُك ْم َع‬:‫م‬.‫قال رسول هللا ص‬
ِ َ‫لى َثال‬
َ ‫ثخ‬

“Rasulullah bersabda, didiklah anak-anak kalian atas 3 perkara; mencintai nabi, mencintai keluarga nabi,
dan mencintai membaca Al-Qur’an”. (H.R. al- Tabrani)

5. Orang tua harus mengajarkan keberanian kepada anaknya

‫يل َوثبًا )البيهقي‬ ُ ‫لى‬


َ ‫ظه ُْو ِر‬
ِ ‫الخ‬ َ ‫ َعلِّم ُْوا َأ ْوالَدَ ُك ْم ال ِّس َب‬:‫(قال عمر ابن الخطاب‬
َ ‫اح َة َوالرّ َما َي َة و ُمر ُْو ُه ْم َفليثيب ُْوا َع‬

“Umar bin Khatab berkata “Ajarkanlah anak-anak kalian berenang, memanah, dan perintahlah mereka
agar pandai menunggang kuda” (H.R Baihaqi)
Analisis Pendidikan

Anak adalah amanat dari Allah swt. Konsekuensinya bahwa amanat itu mesti di jaga. Salahsatu bentuk
menjaga dan memelihara anak sebagai amanat Allah adalah mendidiknya. Ironisnya, sekarang para
orang tua menilai bahwa pendidikan anaknya adalah tanggungjawab guru di sekolah. Padahal
pertemuan anak didik dengan pendidiknya di sekolah terbatas oleh waktu. Oleh karena itu dalam islam,
orang tua tidak bisa berlepas tangan dari tanggungjawab mendidik anaknya. Orang tua adalah pendidik
pertama. Hal ini dicontohkan ketika anak dalam kandungan islam mengajarkan agar banyak
membacakan surat Yusuf misalnya, atau ketika lahir diadzani dan diqomati. Bagaimana masa depan
seorang anak akan terkait dengan pendidikan yang diberikan orang tuanya. Anak bisa menjadi orang
yang saleh atau salah tergantung perhatian orang tua terhadap pendidikan yang diberikan kepada
anaknya. Hal ini senada dengan hadis nomor satu.

Realisasi orang tua sebagai pendidik utama dan pertama bagi anaknya adalah melalui cara mendidik
anaknya dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat, yaitu:

1. Pendidikan tentang ibadah, yang diwakili oleh hadis nomor tiga

2. Sejarah dan kecintaan terhadap Rasulullah, yang diwakili oleh hadis nomor empat

3. Pendidikan tentang akidah yang benar, diwakili oleh hadis nomor satu

4. Pendidikan tentang tanggungjawab untuk melaksanakan kewajiban dan menghargai hak orang lain,
dua

5. Pendidikan yang menumbuhkan keberanian dan kesehatan, diwakili oleh hadis nomor lima.

Tentu bukan hanya sekedar itu, karena cakupan ilmu itu luas. Namun jika kita perhatikan, kelima hadis
tersebut bersentuhan langsung dengan kewajiban orang tua untuk mendidik anaknya. Indikasinya,
dalam hadis tesebut menyinggung-nyinggung kata َ‫ َأ ْوالَد‬atau َ‫ َأ َب َواه‬. dan kelima hadis tersebut nampaknya
sudah mewakili tiga komponen jenis pendidikan yang dikembangkan pakar pendidikan barat bernama
Bloom, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

D. Peserta Didik Harus Dihormati

1. Memberikan kemudahan kepada peserta didik

ٍ ‫( َعنْ َأ َن‬
‫ َي َّسر ُْوا َوالَ ُت ًع ِّسر ُْوا َو َب ِّشر ُْوا َوالَ ُت َن ِّفر ُْوا )البخارى‬:‫م قال‬.‫س َع ِن ال َّن ِبيِ ص‬

Dari Anas, dari Nabi saw beliau bersabda:” mudahkanlah dan jangan dipersulit, gembirakanlah dan
jangan membuat mereka takut”. (H.R Bukhari)

2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bisa mengulang pelajaran

‫ َأ ّن ُه كان ِإذا َسلّ َم َسلّ َم ثالثا ً ِو َإذا َت َكلّ َم ِب َكلِ َم ٍة أعادها َثالَ ًثا )البخارى‬:‫م‬.‫س َع ِن ال ّنبي ص‬
ٍ ‫( َعنْ َأ َن‬

Dari Anas, dari Nabi saw: ” apabila beliau mengucapkan salam, beliau mengucapkan salam tiga kali, dan
apabila beliau mengucapkan satu kalimat, maka beliau mengulangnya tiga kali”.( HR Bukhari)

3. Memperlakukan peserta didik dengan penuh kasih sayang

َ ْ‫ف َو ْال َفح‬


)‫ش (البخاري‬ َ ‫ياَعَاِئ َش ُة َعلَيْكِ باِلرِّ ْف ِق َوإيّاك َو ْال َع ْن‬.………:‫م‬.‫ قال رسول هللا ص‬:‫َعنْ عَاِئ َش َة رضي هللا عنها‬

Dari ‘Aisyah r.a: Rasulullah saw bersabda: …..Ya ‘Aisyah hendaklah kamu bersikap kasih sayang dan hati-
hatilah terhadap sikap kejam dan keji”. (H.R Bukhari)

4. Peserta didik harus diarahkan kepada kebenaran jika melakukan kesalahan


َ ‫ك َو ُك ْل ِممَّا َي ِل ْي‬
)‫ك (البخاري والمسلم‬ َ ‫هللا َو ُك ْل ِب َي ِم ْي ِن ْي‬
َ ‫يا َ ُغالَ ُم َس ِّم‬:‫م‬.‫قال رسول هللا ص‬

Rasulullah saw bersabda: “Hai anak, sebutlah nama Allah (sebelum makan) dan makanlah dengan
tangan kanan serta makanlah dulu apa yang ada di dekatmu”. (H.R Bukhari dan Muslim)

5. Peserta didik harus didik sesuai usia dan kemampuan mereka

)‫ اَ ِّدب ُْوا اَ ْوالَ َد ُك ْم ِب َق ْد ِر ُعقُ ْول ِِه ْم (الحديث‬:‫م‬.‫قال رسول هللا ص‬

Rasulullah saw bersabda: “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan kemampuan akal mereka”. (al-Hadis)

Analisis Pendidikan

Faktor keberhasilan pendidikan atau pembelajaran, salahsatunya ditentukan oleh kesiapan anak didik
dalam menerima materi. Peserta didik mampu menerima materi pembelajaran apabila suasana dan
kondisi anak siap menerima materi. Untuk menyiapkan peserta didik agar bisa menerima materi ini,
perlu dibangun suasana yang membuat peserta didik nyaman dan merasa dihargai. Dan hal itu akan
terkait dengan metode dan prinsip penyampaikan bahan ajar yang diunakan oleh pendidik. Ada empat
hal yang perlu diperhatikan dalam rangka menciptakan kondisi nyaman bagi peserta didik, sehinga
pembelajaran bisa efektif.

Pertama, hendaknya guru memberikan kemudahan kepada murid agar mereka dapat memahami materi
yang disampaikan. Hal ini termaktub dalam hadis kesatu.

Kedua, memberikan kesempatan kepada peserta didik agar bisa mengulangi pelajaran. Seperti ynag
dijelaskan dalam hadis ketiga.
Keempat, jika ada kesalahan atau kekurangan pada peserta didik, hendaklah guru tersebut
mengarahkannya kepada hal yang benar. Hal ini seperti yang dikisahkan dalam hadis nomor empat.
Pada saat itu ada seorang anak yang hendak makan tangannya kesana-kemari dan tidak sopan, Rasul
yang saat itu hadir disana menegurnya, kemudian memerintahkan kepada anak tersebut untuk makan
dengan tangan kanan dan dimulai dari makanan yang paling dekat dengannya.

Kelima, materi yang diberikan sesuai dengan tingkatan usia atau daya nalar peserta didik. Hal ini
diterangkan dalam hadis kelima.

E. Pendidikan Merupakan Tanggungjawab Bersama

1. Semua orang wajib menuntut ilmu

)‫ض ٌة َعلَى ُك ِّل مُسْ ل ٍِم (ابن ماجه‬


َ ‫ َطلَبُ ْالع ِْل ِم َف ِر ْي‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫ رضي هللا عنه قال‬، ‫عن أبي هريرة‬

Dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah saw bersabda: “Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap
Muslim”. (H.R Ibnu Majah)

2. Semua pihak harus saling membantu dalam pelaksanaan pendidikan

ُ ‫ َم َث ُل المُْؤ ِم ِني َْن في َت َوا ِّد ِه ْم َو َت َرا ُحم ِِه ْم َو َت َع‬: ‫ قال‬، - ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ِّ‫عن ال َّنبي‬
َ ‫اطف ِِه ْم َك َم َث ِل‬
‫ إذا ا ْش َت َكى ِم ْن ُه‬، ‫الج َس ِد‬ ِ ، ‫بشير‬
ٍ ِ ‫َع ِن ال ُّن‬
‫عمان بن‬
ِ
)‫ ( لمسلم‬. ‫الج َس ِد باِل ُحمَّى َوال َّسه ِْر‬ َ
َ ‫ َتدَا َعى ل ُه َساَئ ُر‬، ٌ‫عُضْ و‬

Dari Nu’man bin Basyir, dari Nabi saw bersabda: “perumpamaan orang-orang mu’min dalam saling
menyayangi, saling mengasihi, dan berlemah lembut, seperti satu tubuh. Jika satu bagian sakit, maka
bagian yang lainnya merasakan sakit dengan panas dan demam”. (H.R Muslim)

3. Semua pihak bisa terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai kapasitasnya


)‫اغد عالما أو متعلما أو محبا أو مستمعا وال تكن الخامس فتهلك (الحديث‬:‫ عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬,‫عن ابن مسعود‬

Dari Ibnu Masud, dari Rasulullah saw bersabda: “Jadilah pengajar, ataupun pelajar, pendengar, dan
pencinta (ilmu) tetapi janganlah menjadi yang kelima, maka nanti kamu bisa celaka”. (al-Hadis)

4. Masyarakat bisa berperan dalam pendidikan sebagai seorang pengajar walaupun hanya dengan
meluruskan sebuah kesalahan

‫ َفِإنْ لَ ْم‬، ‫صلَّى هَّللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َيقُول " َمنْ َرَأى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرً ا َف ْل ُي َغيِّرْ هُ ِب َي ِد ِه َفِإنْ لَ ْم َيسْ َتطِ عْ َف ِبلِ َسا ِن ِه‬
َ ‫ َسمِعْ ت َرسُول هَّللا‬: ‫َعنْ َأ ِبي َسعِيد ْال ُخ ْد ِريِّ َقا َل‬
)‫ك َأضْ َعف اِإْلي َمان " (مُسْ لِم‬ َ ‫ َو َذ ِل‬، ‫َيسْ َتطِ عْ َف ِب َق ْل ِب ِه‬

Dari Abu Sa’id Khudriyi berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang melihat
sebuah kemungkaran, maka rubahlah dengan tangan (kekuasaan)nya, jika tidak mampu, rubahlah
dengan lisannya, jika tidak mampu, rubahlah dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman”. (H.R
Muslim)

5. Masyarakat bisa berperan dalam pendidikan dengan berperan sebagai donatur

)‫ جا َ ِهدُواال ُم ْش ِر ِكي َْن ِبَأ ْم َوالِ ُك ْم َوَأ ْنفُسِ ُك ْم َوَأ ْلسِ َن ِت ُك ْم (النسائ‬:‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬

Rasulullah saw bersabda: “Berjihadlah kamu melawan kemusyrikan (termasuk kebodohan) dengan
harta, jiwa, dan lidahmu”. (H.R an-Nasai)

Analisis Pendidikan

Pendidikan adalah ujung tombak pemberdayaan sumber daya manusia. Baik tidaknya penyelenggaraan
pendidikan akan berpengaruh terhadap kemajuan sebuah negara. Konsekuensi dari hal tersebut bahwa
semua pihak bertanggungjawab atas pendidikan. Hadis pertama di atas tentang kewajiban menuntut
ilmu bagi setiap pribadi muslim merupakan indikasi akan hal ini. Begitu sentralnya peran masyarakat
dalam pendidikan sehingga Rasul memberikan opsi pilihan sejauhmana potensi kita terlibatdalam
penyelenggaraan pendidikan. Nabi saw menyataan kita bisa terlibat sebagai pengajar, peserta didik,
pendengar atau mungkin pencinta ilmu yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

Masyarakat bisa terlibat dalam dunia pendidikan sebagai pendidik walaupun hanya membenarkan
kesalahan yang dilakukan seseorang atau kelompok, dan itupun sesuai potensi dan kemampuan kita
baik dengan cara diplomasi, aksi atau bahkan dengan nurani.

Keterlibatan masyarkat sebagai peserta didik juga merupakan bagian dari dukungan terhadap dunia
pendidikan. Dan peran ini yang mutlak bisa dilakukan oleh setiap muslim yang diindikasikan dengan
perintah kewajiban untuk mencari ilmu bagi setiap orang.

Jika tidak bisa berperan lansung dalam proses pembelajaran, maka masyarakat bisa berperan sebagai
pendudukang kegiatan pendidikan. Perannya bisa sebagai pendegar, dalam hal ini penulis istilahkan
pendengar dalam hadis tesebut sebagai pengawas dalam proses pendidikan. Hal ini sesuai dengan hadis
Rasul nomor dua yang menyatakan gambaran keindahan kehidupan mastarakat muslin adalah saling
tolong (banu) dalam setiap kegiatan mereka, terutama dalam hal pendidikan. Atau mungkin bisa
berperan sebagai donatur. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa permasalahan dana juga sangat
berpengaruh dalam pendidikan. Oleh karena itu Rasul menyatakan sumbangan dana bagi pendidikan
juga bisa dinilai sebagai jihad melawan kemusyrikan, sebab kemusyrikan muncul dikarenakan
kebodohan tentang ajaran islam.

Kelima hadis sejalan dengan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(UU SNP) Bab XV yang menyebutkan:

1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi perseorangan, kelompok, keluarga, oranisasi
profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
pelayanan pendidikan.

2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.

F. Pendidikan Agama Harus Diperhatikan


1. Pentingnya pendidikan shalat (ibadah)

‫ْن َواضْ ِرب ُْو ُه ْم َعلَ ْي َها َو ُه ْم َأ ْب َناء َع ْشر َو َفرقوُ ْا‬ ‫ََأ‬
ِ ‫ ُمر ُْوا ْوالَدَ ُك ْم باِلصَّال ِة َو ُه ْم َأ ْب َناء َسب َْع سِ ِني‬:‫م‬.‫ قال َرسو ُل هللا ص‬:‫ص قال‬
ِ َ ‫ْن العْ ا‬
ِ ‫رواب‬ ِ ‫عنْ اب‬
َ ‫ْن ُع َم‬
‫ضا ِج ِع )أبو داود‬ َ ‫فى ال َم‬ َ
ِ ‫( َب ْين ُه ْم‬

Dari Ibnu ‘Amr bin Ash, ia berkata: Rasulullah bersabda “Perintahkanlah anak-anak kalian shalat ketika
berumur 7 tahun, dan pukullah mereka ketika berumur 10 tahun. Pisahkanlah mereka dalam tempat
tidurnya” (H. R Abu Daud)

2. Pentingnya pendidikan al-Qurân

ِ ‫ َخيْر ُك ْم َمنْ َت َعلَّ َم ْالقُرْ آن َو َعلَّ َم ُه ) ْالب َُخ‬:‫( عن عثمان أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬
َ ‫اريُّ َوال ِّترْ ِمذِيُّ َوال َّنسَاِئيُّ َوابْنُ َم‬
ْ‫اجه‬

Dari Usman, bahwasannya Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar al-
Qurân dan mengajarkannya”. (H.R Bukhari, Turmudzi, al-Nasai, dan Ibnu Majah)

3. Pentingnya pengetahuan agama islam untuk menjaga fitrah manusia

‫ َأ ْو ُي َمجِّ َسا ِن ِه‬،ِ‫ َأ ْو ُي َنص َِّرا ِنه‬،ِ‫ َفَأ َب َواهُ ُي َهوِّ َدا ِنه‬،ِ‫ ُك ُّل َم ْولُو ٍد يُولَ ُد َعلَى ْالف ِْط َرة‬:‫ َقا َل ال َّن ِبىُّ صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن أبى ه َُري َْر َة َرضِ يَّ هللاُ َع ْن ُه َقا َل‬
)‫اريّ َومُسْ لِم‬ ِ ‫( ْالب َُخ‬

Dari Abu Hurairah berkata: Nabi saw bersabda: “Setiap yang lahir, dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci).
Maka orang tuanyalah yang menentukan apakan dia menjadi seorang Yahudi, Nasrani, atau Najusi” (H.R
Bukhari dan Muslim)

4. Pentingnya pendidikan tentang etika pergaulan

‫ص ِغي َْرنا َوي َُو ِّقرْ َك ِبي َْر َنا‬ َ ‫ َجا َء َش ْي ٌخ ي ُِر ْي ُد ال َّنِبيَّ صلى هللا عليه و سلم َفَأ ْب َطَأ ال َق ْو ُم َع ْن ُه َأنْ ي َُو ِّسع ُْوا لَ ُه لَي‬: ‫بن مالك قال‬
َ ‫ْس ِم ّنا َمنْ ل َم ْ َيرْ َح ْم‬ ِ ‫س‬ِ ‫عن َأ َن‬
) ُّ‫(ال ِّترْ ِمذِي‬
Dari Anas bin Malik berkata: Seorang laki-laki tua ingin bertemu dengan Rasul, tetapi orang-orang tidak
mau melapangkan jalan baginya. Maka Rasulpun bersabda: “Bukan termasuk umat kami, orang yang
tidak mencintai yang lebih muda dan tidak menghormati yang lebih tua”. (H.R Turmudzi)

5. Pentingnya ilmu agama tentang keindahan dan kebersihan

َ ُّ‫ ِإنّ هللاَ َج ِم ْي ٌل ُيحِب‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫عن عبد هللا بن مسعود قال‬
‫الج َما َل‬

(‫)رواه مسلم‬

Dari abdullah bin mas’ud berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “sesungguhnya Allah itu maha indah dan
menyukai keindahan”. (H.R. muslim)

6. Ilmu agama merupakan kunci kesuksesan dunia dan akhirat

ْ ‫من اراد الدّنيا فعليه بالعلم و من اراد ا‬


)‫الخرة فعليه بالعلم ومن اراد هما فعليه بالعلم (الحديث‬

“Barang siapa yang mengiginkan dunia (kebagiaan hidup di dunia), maka hendakalah ia menguasai
ilmunya, dan barang siapa yang menghendaki akhirat (kebahagiaan hidup di akhirat), hendakalah ia
menguasai ilmunya, dan barang siapa yang menghendaki keduanya (dunia dan akhirat), hendakalah ia
menguasai ilmunya”. (hadits Nabi)

Analisis Pendidikan

Sebenarnya tidak ada istilah ilmu agama dan ilmu umum dalam islam, sebab semua ilmu sumbernya dari
Allah yang ditulis dalam al-Qurân, digambarkan di alam, dan dijelaskan oleh Sunah Nabi saw. Tetapi
pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan barat membuat manusia terlena dan
cenderung melupakan ilmu yang sifatnya petunjuk ibadah, baik ibadah secara vertikal maupun
horizontal. Padahal tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada penciptanya.

Pentingnya pendidikan agama ini, terkait dengan apa yang harus diajarkan dan apa hikmahnya harus
diajarkan. Terakit dengan apa yang harus diajarkan tentu tidak lepas dari sifat ibadah yang dilakukan
manusia itu sendiri. Pertama, yang diajarkan tentu ilmu agama yang sifatnya ‘ubudiyah (ibadah vertikal).
Hadis tentang perintah mengajarkan salat dan belajar al- Qurân di atas merupakan bagian dari ilmu yang
harus diajarkan dalam rangka mendukung tugas manusia di dunia ini. Sehingga begitu pentingya
mengajarkan salat, usia 10 tahun harus diberi sanksi jikaxsi anak masih main-main dengan salatnya.
Pentingnya belajar tentang al- Qurân ditandai dengan keharusan untuk mengajarkannya, bahkan orang
yang mempelajari kitab suci kita ini disebut sebagai sebaik-baiknya orang muslim. Kedua, tentu terkait
dengan ilmu agama masalah mu’amalah secara umum atau ibadah secara horizontal. Hal ini diisyaratkan
dengan hadis nomor empat dan lima, yang terkait dengan etika pergaulan dan perlunya menjaga
kebersihan dan keindahan.

Pemberian pendidikan agama sebenarnya untuk kebaikan umat muslim sendiri, karena ilmu agama
dalam rangka menjaga fitrah manusia dalam seperti yang disebutkan hadis nomor tiga, dan dalam
rangka mengantarkan mausia untuk mencapai cita-citanya seperti digambarkan hadis keenam di atas.

G. Ulama/ Ilmuan Berperan Penting Dalam Pendidikan

1. Ulama adalah pewaris para nabi

ُ ‫ ِإنّ اَأل ْن ِب َيا َء لَ ْم ي ُْو‬، ‫إنّ ْال ُعلَ َما َء لَ ُه ْم َو َر َث ُة اَأل ْن ِب َيا َء‬......‫هللا صلّى هللا عليه وسلم َيقو ُل‬
‫رث ْوا ِديْنارا وال دِرْ َهما‬ ُ ْ‫ َسمِع‬: ‫ قال‬، ‫عن أبي الدَّرْ دَ اء‬
ِ ‫ت َرسو َل‬
ْ ْ ُ َّ
)‫ (أبو داود‬. ‫ َول ِكن ُه ْم َورث ْوا العِلم‬،َ

Dari Abu Darda berkata, Rasulullah saw bersabda: “........Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para
nabi, para nabi tidak mewariskan dinar ataupu dirham (harta), tetapi mereka mewariskan ilmu”. (H.R
Abu Dawud)

2. Ilmu akan hilang jika ulama wafat


‫ ولكن يقبضُه‬، ‫الناس‬
ِ ِ ‫اليقبضُ العل َم انتزاعا ً ينتزعُه مِنْ ص‬
‫ُدور‬ ِ ‫ إنَّ هللا‬: ‫ قال‬، - ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ِّ‫ عن ال َّنبي‬، ‫عن عبد هللا بن عمرو‬
ُّ ُّ ً
ِ ‫ فأف َتوا ِب‬، ‫ فسِئلوا‬، ‫ ا َّتخذ الناسُ رؤسا َء ُجهّاال‬، ‫ فإذا لم َيبقَ عالِ ٌم‬، ‫بقبض العُلماء‬
)‫ (متفق عليه‬. ‫ فضلواوأضلوا‬،‫غير عِ ٍلم‬

dari Abdullah bin Amr, dari Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan menghilangkan ilmu
dengan mengangkatnya, tetapi dengan mewafatkan para ulama sehingga tidak lagi tersisa orang yang
alim. Dengan demikian orang-orang akan mengangkat para pemimpin yang dungu lalu ditanya dan
mereka (pemimpin dungu) memberi fatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan”.
(H.R Mutafa Alaih)

3. Ilmu yang dimiliki ulama adalah amanat yang harus disampaikan

)‫ار َأبُو (أبو داود‬ ‫ُأ‬


ٍ ‫ َمنْ سُِئ َل َعنْ عِ ْل ٍم َعلِ َم ُه ُث َّم َك َت َم ُه ْل ِج َم ِبل َِج ٍام مِنْ َن‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن َأ ِبي ه َُري َْر َة َرضِ يَّ هللاُ َع ْن ُه َقا َل‬

Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang ditanya tentang suatu ilmu
kemudian dirahasiakannya, maka dia akan sempal (mulutnya) dari api neraka”. (H.R Abu Dawud)

Analisis Pendidikan

Pengetahuan memang berkembag pesat, apalagi jika dikaitkan dengan pengetahuan manusia tentang
sains. Namun kita juga menyadari bahwa ilmu tidak akan pernah berkembang jika tidak ada
pengetahuan yang datang sebelumnya. Oleh karena itu jika menyinggung peranan ulama dalam
pendidikan, terutama pendidikan islam, peranannya sangatlah besar. Ada tiga alasan yang mendasari hal
ini, yaitu:

Pertama, ulama adalah pewaris para nabi. Syari’at islam (tauhid) dari Nabi saw dan nabi lainnya, tidak
mungkin pernah sampai jika tidak ada ulama yang mempelajarinya kemudian menyampaikannya kepada
umat (sesuai hadis pertama).

Kedua, dalam hadis selanjutnya di atas, bahwa wafatnya ulama akan mengurangi ilmu yang ada di dunia
ini. Dengan wafatnya seorang ulama, artinya akan hilang satu figur yang mampu memberikan penjelasan
disaat umat membutuhkannya, bahkan lebih menghawatirkan akan menimbulkan banyak bid’ah
ataupun kesesatan. Namun hal ini bisa cegah, asalkan kita sebagai generasi islam memiliki keinginan
yang kuat untuk belajar (terutama belajar agama).

Ketiga, Rasul mengingatkan bahwa ilmu yang ada pada ulama adalah amanat yang harus disampaikan
kepada umat. sehingga dalamhadis ketiga ulama uang menyembunyikan ilmu dari yang membutuhkan
konsekuensinya sangat berat.

H. Pendidik Adalah Pekerjaan Yang Istimewa

1. Pengajar dalam Islam dipandang memiliki kedudukan yang terhormat

ِ ‫ساِئر ْال َكوا ِك‬


‫ب‬ ِ ‫ « َفضْ ُل ْالعال ِِم َعلَى ْال َع ِاب ِد َك َفضْ ِل ْال َق َم ِر لَ ْيلَة ْال َب ْد ِر علَى‬: ‫هللا صلّى هللا عليه وسلم َيقو ُل‬ ُ ْ‫ َسمِع‬: ‫ قال‬، ‫عن أبي الدَّرْ دَاء‬
ِ ‫ت َرسو َل‬
)‫(أبو داود‬

Dari Abu Darda berkata, Rasulullah saw bersabda: “keutamaan seorang yang berilmu (pengajar) atas
seorang ‘abid (ahli ibadah) seperti keutamaan bulan purnama atas semua bintang”. (H.R Abu Dawud)

2. Imu yang diajarkan akan menjadi amal yang terus mengalir pahalanya

‫ار َي ٌة َأ ْو عِ ْل ٌم ُي ْن َت َف ُع ِب ِه َأ ْو َو َل ٌد‬
ِ ‫ص َد َق ٌة َج‬ ٍ ‫ « ِإ َذا َماتَ ِابْن آدَ َم ِا ْن َق َط َع َع َملُ ُه ِإاَّل مِنْ ثَاَل‬: ‫ أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬، ‫عن أبي هريرة‬
َ ‫ث‬
)‫صالِ ٌح َي ْدعُو لَ ُه» (مُسْ لِ ٌم‬ َ

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Jika manusia mati, terputuslah semua amalnya
kecuali tiga hal, yaitu: sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat (diamalkan/ diajarkan), dan anak saleh
yang selalu mendo’akannya”. (H.R Muslim)

3. Pendidik akan mendapatkan nilai kebaiakan (pahala) dari ilmu yang diamalkan peserta didikknya

َ ‫ان لَ ُه مِنْ اَأْلجْ ر م ِْثل ُأجُور َمنْ َت ِب َع ُه اَل َي ْنقُص َذل َِك مِنْ ُأجُوره ْم َش ْيًئ ا (مُسْ لِم َوال ِّترْ ِمذِيّ َوابْن َم‬
)‫اج ْه‬ َ ‫َمنْ دَ َعا ِإلَى ُه ًدى َك‬
“Barang siapa yang menyeru pada kebenaran, maka dia akan mendapat pahala dari orang yang
mengikuti kebenaran darinya tanpa mengurangi nilai pahala orang yang mengikutinya tersebut”. (H.R
Muslim, Turmudzi, dan Ibnu Majah)

4. Semua yang dipakai (dikeluarkan) pendidik untuk memperlancar proses pendidikan akan
diperhitungkan di hari kiamat seperti darahnya syuhada.

)‫ « ي ُْو َزنُ َي ْو َم ْالقِيا َم ِة ِم َدا ُد ْال ُعلَ َما َء َودَم ال ُّش َه َدا َء » (أبو داود‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫عن أبي الدرداء قال‬

Dari Abu Darda berkata: Rasulullah saw bersabda: “Akan ditimbang pada hari kiamat nanti, tinta ‘ulama
(pendidikan) dengan darah syuhada”. (H.R Abu Dawud)

Analisis Pendidikan

Tahun 2005, dengan disyahkannya Undang-undang nomor 14 tentang guru dan dosen, muncul harapan
bahwa profesi guru akan dihargai. Namun hal ini tidak mutlak berlaku bagi semua guru. Bagaimanapun
di Indonesia penghargaan terhadap guru disesuaikan dengan golongan yang dimilikinya. Hal ini juga
akan berpengaruh terhadap gaji yang mereka terima, semakin tinggi golongannya, maka akan semakin
tinggi upah yang diterima dan begiru sebaliknya. Di luar penghargaan dengan materi, jauh sebenarnya
seorang pendidik harus bangga dengan profesinya, karena islam sangatlah menghargai profesi ini.

Dalam hadis-hadis di atas disebutkan beberapa penghargaan islam terhadap pendidik melalui hadis yang
disampaikan Rasulullah saw, antara lain:

1. Derajat seorang pendidik lebih tinggi dari hamba. Rasul mentasybihkan (mengumpamakan) bahwa
perbandingan kelebihan seorang ahli ilmu (pengajar) dengan ahli ibadah seperti dalam hadis petama,
seperti bulan purnama atas semua bintang di langit. Bulan purnama walaupun satu tetapi begitu
dinantikan karena mampu menerangi bumi, sedangkan ribuan bintang belum tentu mampu menerangi
bumi seterang bulan.
2. Mengajar berarti berinfestasi untuk menabung pahala, karena hadis kedua menyebutkan ilmu yang
bermanfaat (diajarkan) pahalanya tidak terputus walaupun telah meninggal.

3. Jika ilmu yang diberikan seorang pendidik mendatangkan manfaat walaupun orang lain yang
mengamalkan diaakan mendapat tambahan pahala atas ilmu yang member manfaat tersebut. Bahkan
setiap yang digunakannya dalam mengajar akan ditimbang dengan darah para syuhada (hadis ketiga dan
keempat).

II. MENELADANI RASULULLAH SAW SEBAGAI PELOPOR PENDIDIKAN

Rasulullah saw. merupakan pelopor yang berhasil dalam pendidikan, terutama pendidikan islam. Bukti
kongkrit keberhasilan beliau sebagai pelopor pendidikan adalah keberhasilannya dalam mendidik para
sahabat. Pendidikan ala Rasulullah mampu menghasilkan sumber daya manusia sehandal Abu Bakar,
Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, dan dengan potensi para sahabat tersebut
islam mampu meraih masa keemasan. Hadis-hadis yang telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya
juga merupakan bukti sahih keberhasilan beliau dalam dunia pendidikan. Banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan Nabi saw. dalam mendidik para sahabat dan umatnya pada zaman itu.
Sebagai umat muslim semestinyalah keberhasilan Rasul dalam edukasi ini menjadi inspirasi yang
diterapkan saat ini.

Dari sekian faktor yang mempengaruhi keberhasilan Nabi saw. dalam bidang pendidikan, ada satu hal
yang menarik yang bisa kita teladani dan terapkan dalam dunia pendidikan yang kita geluti. Hal yang
dimaksud adalah terkait metode yang diterapkan Rasul dalam mendidik sahabat, yaitu metode
pendidikan (pengajaran) dengan keteladanan.

Kita mungkin saja dapat menemukan suatu system pendidikan yang sempurna, menggariskan tahapan-
tahapan yang serasi bagi perkembangan manusia, menata kecenderungan dan kehidupan psikis,
emosional, maupun cara-cara penuangannya dalam bentuk perilaku, serta pemanfaatan potensinya
sesempurna mungkin. Akan tetapi semua ini masih memerlukan realisasi edukatif yang dilaksanakan
oleh seorang pendidik. Pelaksanaanya itu memerlukan seperangkat metode dan tindakan pendidikan,
dalam rangka mwujudkan asas yang melandasinya, metode yang merupakan patokannya dalam
bertindak serta tujuan pendidikannya yang diharapkan dapat dicapai. Ini semua hendaknya ditata dalam
suatu system pendidikan yang menyeluruh dan terbaca dalam seperangkat tindakan dan perilaku yang
kongkrit.
Oleh karena itu Allah swt. mengutus Nabi Muhammad saw. agar menjadi teladan bagi seluruh manusia
dalam merealisasikan system pendidikan tersebut. Dalam sebuah keterangan disebutkan:

Aisyah r.a. pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah saw. kemudian Aisyah menjawab:

‫”كان خلقه القرأن‬Akhlaknya (Rasulullha) adalah al-Quran”

Para sahabat telah mempelajari berbagai urusan agama mereka dengan mengikuti teladan yang
senagaja diberikan Rasulullah saw. umpamanya, Beliau bersabda kepada mereka:

ُّ‫اري‬ َ ‫صلُّوا َك َما َرَأ ْي ُتمُونِي ُأ‬


ِ ‫ َر َواهُ اَ ْلب َُخ‬.‫صلِّي‬ َ - ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ َقا َل َرسُو ُل هَّللَا‬: ‫ َقا َل‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫ث‬
ِ ‫ْن ْالح َُوي ِْر‬
ِ ‫َو َعنْ َمالِكِ ب‬

Dari Malik bin Huwairis r.a berkata: Rasululah saw bersabda: “Salatlah kalian sebagaimana kalian lihat
aku salat”. (H.R Bukhari)

Juga dalam melaksanakan ibadah haji, Beliaupun menyuruh mereka mencontohnya:

‫ َر َواهُ المسْ لِم‬.»‫ « خذوا عني مناسككم‬: ‫ أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم وقال‬، ‫عن جابر‬

Dari Jabir, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Ambillah dariku cara-cara mengerjakan haji kalian.” (H.R
Muslim)

Sebagai contoh bahwa teladan Rasulullah sangat diperhatikan, seorang sahabat bertanya kepada tabi’in:
“Apakah aku tidak shalat seperti shalat Rasulullah saw. sebagai contoh bagi kalian?”.

Demikianlah Rasulullah saw. peletak pendidikan Islam, mengajarkan kepada kita agar pendidik mengajar
para pelajarnya dengan perbuatan-perbuatannya; menarik nperhatian mereka agar mencotohnya,
karena dia sendiri mencotoh Rasulullah saw. Metode dengan teladan yang sukses diterapkan Rasul
tersebut, mungkin sebuah jawaban untuk menyelesaikan benang kusut permasalahn pendidikan di
Indonesia.

SUMBER RUJUKAN

Imam al-Ghazali. Ihya Ulumuddin. Bandung: cv. Bintang Pelajar.

Al-Nahlawi, Abdurrahman. 1989. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam. Bandung: cv. Bintang
Pelajar.

Faiz Almaz, Muhammad. 1991. 1001 Hadis Terpilih. Jakarta: Gema Insani Press.

Rosyidin, Dedeng. 2007. Makalah Tafsir Tarbawi. Jurusan Pendidikan Bahasa Arab UPI Bandung.

Thalib, Muhammad. 2001. Praktek Rasulullah saw. Mendidik Anak. Bandung: Irsyad Baitus Salam.

Samarqandi, Abu laits. 1986. Tanbihul Ghafilin. Surabaya: Mutiara Ilmu.

Al-Hasyimi, Abdul Mun’im. Akhlak Nabi Dalam Shahih Bukhari Muslim.

Tim Redaksi Fokusmedia. 2005. Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Fokusmedia.

Ali, Muhammad. 1992. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Anda mungkin juga menyukai