Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses pendidikan islam, salah satu faktor terpenting untuk tercapainya tujuan pendidikan
adalah dengan metode pendidikan yang baik dan tepat. Sehingga bisa dibilang kedudukan sebuah
metodesangatlah signifikan. Sebaik apapun tujuan pendidikan, jika metode yang digunakan tidak
tepat, maka tujuan tersebut akan sulit tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi
sampai tidaknya sebuah informasi dapat diterima secara lengkap atau tidak. Bahkan metode sebagai
seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan dianggap lebih penting dengan materi itu sendiri, ini
sesuai dengan hikmah yang selalu diingatkan kepada para pendidik yaitu “At-Thariqat Ahamm min
al-Maddah”( metode jauh lebih penting daripada materi). Oleh sebab itu, pemilihan sebuah metode
dalam proses pembelajaran haruslah dipilih secara cermat dan tepat, agar hasil pendidikan dapat
memuaskan.

Terkait dengan metode pendidikan, Rasulullah SAW sejak awal sudah mencontohkan dan melakukan
metode pendidikan yang tepat kepada para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan
sangat akurat dan tepat dalam menyampaikan ajaran islam. Rasulullah sangat memperhatikan
situasi, kondisi dan karakter seseorang sehingga nilai-nilai islam yang ditransferkan bisa dengan
mudah dipahami dan dikuasai oleh para sahabat. Maka dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa
metode-metode pendidikan yang diterapkan oleh Rasulullah dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, khususnya dalam pendidikan islam

Banyak Hadis yang mengajarkan suatu materi keislaman kepada umat manusia dengan
menggunakan metode tertentu. Bahkan terkadang suatu materi disampaikan Nabi SAw dengan
menggunakan metode yang berbeda dalam kondisi yang berbeda. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya metode penyampaian bahan pelajaran agar dapat diterima anak didik dengan baik.
Metode pembelajaran sebagai alat mencapai suatu tujuan yang telah dirumuskan. Perumusan
tujuan dengan sejelas-jelasnya merupakan persyara terpenting, sebelum seseorang menentukan dan
memilih metode mengajar yang tepat. Kekaburan di dalam tujuan yang akan dicapai menyebabkan
kesulitan dalam memilih dan menentukan metode dan pendekatan yang tepat.

B. Rumusan Masalah

1.Apa Saja Metode-Metode Pembelajaran

a. Metode Drill Dan Eksperimen

b. Metode Asistensi

c. Metode Tanya Jawab

d. Metode Drama

C. Tujuan Penulisan

Untuk Mengetahui Dan Memahami Metode-Metode Yang Di Ajarkan Oleh Rasullulah Terkait Dengan
Pendidikan Serta Cara-Cara Yang Dilakukan untuk menerapkan metode-metode itu sendiri
BAB II

PEMBAHASAN

1. Metode drill dan eksperimen (HR. Al-Bukhari)

a. Hadist dan Artinya

‫ َح َّد َثنِي َسعِي ُد بْنُ أَ ِبي‬:‫ َقا َل‬،ِ ‫ َعنْ ُع َب ْي ِد هَّللا‬،‫ َح َّد َث َنا َيحْ َيى‬:‫ َقا َل‬،‫ار‬
ٍ ‫َح َّد َث َنا م َُح َّم ُد بْنُ َب َّش‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه‬
َ ِّ‫ َف َسلَّ َم َعلَى ال َّن ِبي‬،‫صلَّى‬ َ ‫ َف‬،ٌ‫دَخ َل ال َمسْ ِج َد َفد ََخ َل َر ُجل‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ِ ‫ أَنَّ َرسُو َل هَّللا‬:‫ َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة‬،ِ‫ َعنْ أَ ِبيه‬،ٍ‫َسعِيد‬
ْ‫ «ارْ ِجع‬:‫ َف َقا َل‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ِّ‫ َف َسلَّ َم َعلَى ال َّن ِبي‬،‫ ُث َّم َجا َء‬،‫صلَّى‬ َ ‫صلِّي َك َما‬ َ ‫ َف َر َج َع ُي‬،»‫ص ِّل‬ َ ‫ك لَ ْم ُت‬ َ ‫ َفإِ َّن‬،ِّ‫صل‬ َ ‫ «ارْ ِجعْ َف‬:‫ َف َر َّد َو َقا َل‬،‫َو َسلَّ َم‬
‫ك‬ َ ْ ْ ُ َ َ
َ ‫ ث َّم اق َرأ َما ت َيس ََّر َم َع‬، ْ‫صال ِة فكبِّر‬ َ َ َ‫مْت‬ُ َ َ َ ِّ َ َ
َّ ‫ «إِذا ق إِلى ال‬:‫ فقا َل‬،‫ ف َعل ْمنِي‬،ُ‫الحق َما أحْ سِ نُ غي َْره‬ ُ ِّ َ ‫ك ِب‬َ ‫ َوالذِي َب َعث‬:‫ فقا َل‬،‫ص ِّل» َثالَ ًثا‬
َ َّ َ َ َ ‫ك لَ ْم ُت‬َ ‫ َفإِ َّن‬،ِّ‫صل‬ َ ‫َف‬
ْ ُ ْ ُ ُ ْ
َ ِ‫ َوا ْف َع ْل َذل‬،‫ ث َّم ارْ َفعْ َح َّتى َتط َمئِنَّ َجالِسًا‬،‫ ث َّم اسْ ج ُْد َح َّتى َتط َمئِنَّ َسا ِج ًدا‬،‫ ث َّم ارْ َفعْ َح َّتى َتعْ ِد َل َقا ِئمًا‬،‫ ث َّم ارْ َكعْ َح َّتى َتط َمئِنَّ َراكِعًا‬،‫آن‬
‫ك‬ ُ ِ ْ‫م َِن القُر‬
]1[)‫ك ُكلِّ َها (رواه البخارى‬ ‫ت‬َ
َ ِ َ ‫ال‬ ‫ص‬ ‫ِي‬ ‫ف‬

Artinya :

Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami, beliau berkata: (Yahya) menceritakan
kepada kami, dari ['Ubaidullah,] beliau berkata: [Sa'id bin Abu Sa'id] menceritakan kepadaku, dari
[ayahnya], dari [Abu Hurairah]: Bahwa Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam pernah masuk masjid,
lalu ada seseorang masuk dan shalat, selesai shalat dia mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam. Beliau menjawab salam, lalu berkata, “Kembalilah ulangi shalatmu. Sesungguhnya
engkau belum shalat.” Orang itu kembali shalat seperti dia shalat sebelumnya. Lalu datang lagi dan
mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. bersabda, “Kembalilah, shalatlah lagi.
Sesungguhnya engkau belum shalat.” Sampai tiga kali. Orang itu berkata: Demi Yang telah mengutus
engkau dengan kebenaran, saya tidak bisa shalat lebih baik daripada ini, ajarilah saya. Maka beliau
bersabda, “Jika engkau berdiri melakukan shalat, bertakbirlah. Lalu bacalah bacaan Al-Qur`an yang
mudah bagimu. Kemudian ruku'lah, hingga engkau thuma`ninah ruku'. Lalu angkatlah kepalamu,
hingga engkau berdiri lurus. Kemudian sujudlah hingga engkau thuma`ninah sujud. Kemudian
angkatlah kepalamu, hingga engkau thuma`ninah duduk. Dan lakukanlah hal itu pada seluruh
shalatmu.”[2]

b. Redaksi Hadist

1. Sanat: Imam Bukhari – Muhammad bin Basysyar – Yahya – Ubaidillah – Sa’id Bin Abu Sa’id –
Abu Huraira R.a – Nabi Muhammad SAW

2. Rawi: Nabi Muhammad SAW - Abu Hurairah - Sa’id bin Abu Sa’id - Ubaidillah – Yahya -
Muhammad bin Basysyar – Imam Bukhari

3. Matan Hadist :

Bahwa Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam pernah masuk masjid, lalu ada seseorang masuk dan
shalat, selesai shalat dia mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau
menjawab salam, lalu berkata, “Kembalilah ulangi shalatmu. Sesungguhnya engkau belum shalat.”
Orang itu kembali shalat seperti dia shalat sebelumnya. Lalu datang lagi dan mengucapkan salam
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “Kembalilah, shalatlah lagi. Sesungguhnya
engkau belum shalat.” Sampai tiga kali. Orang itu berkata: Demi Yang telah mengutus engkau
dengan kebenaran, saya tidak bisa shalat lebih baik daripada ini, ajarilah saya. Maka beliau bersabda,
“Jika engkau berdiri melakukan shalat, bertakbirlah. Lalu bacalah bacaan Al-Qur`an yang mudah
bagimu. Kemudian ruku'lah, hingga engkau thuma`ninah ruku'. Lalu angkatlah kepalamu, hingga
engkau berdiri lurus. Kemudian sujudlah hingga engkau thuma`ninah sujud. Kemudian angkatlah
kepalamu, hingga engkau thuma`ninah duduk. Dan lakukanlah hal itu pada seluruh shalatmu.”(HR.
Bukhari dan Muslim)

c. Sumber Riwayat

a. Biografi Imam Bukhari

Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Al Mughirah bin Bardizbah Al
Bukhari Al Ju’fi. Akan tetapi beliau lebih terkenal dengan sebutan Imam Bukhari, karena beliau lahir
di kota Bukhara, Turkistan. Sewaktu kecil Al Imam Al Bukhari buta kedua matanya. Pada suatu
malam ibu beliau bermimpi melihat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam yang mengatakan, “Hai Fulanah
(yang beliau maksud adalah ibu Al Imam Al Bukhari, pent), sesungguhnya Allah telah mengembalikan
penglihatan kedua mata putramu karena seringnya engkau berdoa”. Ternyata pada pagi harinya
sang ibu menyaksikan bahwa Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putranya.

Ketika berusia sepuluh tahun, Al Imam Al Bukhari mulai menuntut ilmu, beliau melakukan
pengembaraan ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah, Mesir, dan Syam. Guru-
guru beliau banyak sekali jumlahnya. Di antara mereka yang sangat terkenal adalah Abu ‘Ashim An-
Nabiil, Al Anshari, Makki bin Ibrahim, Ubaidaillah bin Musa, Abu Al Mughirah, ‘Abdan bin ‘Utsman,
‘Ali bin Al Hasan bin Syaqiq, Shadaqah bin Al Fadhl, Abdurrahman bin Hammad Asy-Syu’aisi,
Muhammad bin ‘Ar’arah, Hajjaj bin Minhaal, Badal bin Al Muhabbir, Abdullah bin Raja’, Khalid bin
Makhlad, Thalq bin Ghannaam, Abdurrahman Al Muqri’, Khallad bin Yahya, Abdul ‘Azizi Al Uwaisi,
Abu Al Yaman, ‘Ali bin Al Madini, Ishaq bin Rahawaih, Nu’aim bin Hammad, Al Imam Ahmad bin
Hanbal, dan sederet imam dan ulama ahlul hadits lainnya.

Al Imam Al Bukhari mempunyai karya besar di bidang hadits yaitu kitab beliau yang diberi judul Al
Jami’ atau disebut juga Ash-Shahih atau Shahih Al Bukhari. Para ulama menilai bahwa kitab Shahih Al
Bukhari ini merupakan kitab yang paling shahih setelah kitab suci Al Quran. Al Imam Al Bukhari wafat
pada malam Idul Fithri tahun 256 H. ketika beliau mencapai usia enam puluh dua tahun. Jenazah
beliau dikuburkan di Khartank, nama sebuah desa di Samarkand. Semoga Allah Ta’ala mencurahkan
rahmat-Nya kepada Al Imam Al Bukhari.[3]

d. Mukharrij

a. Biografi Abu Hurairah

Menurut pendapat mayoritas, nama beliau adalah 'Abdurrahman bin Shakhr ad Dausi. Pada masa
jahiliyyah, beliau bernama Abdu Syams, dan ada pula yang berpendapat lain. Kunyah-nya Abu
Hurairah (inilah yang masyhur) atau Abu Hir, karena memiliki seekor kucing kecil yang selalu
diajaknya bermain-main pada siang hari atau saat menggembalakan kambing-kambing milik keluarga
dan kerabatnya, dan beliau simpan di atas pohon pada malam harinya. Tersebut dalam Shahihul
Bukhari, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memanggilnya, “Wahai, Abu Hir”. Ahli
hadits telah sepakat, beliau adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Abu
Muhammad Ibnu Hazm mengatakan bahwa, dalam Musnad Baqiy bin Makhlad terdapat lebih dari
5300 hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.

Selain meriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau Radhiyallahu 'anhu juga
meriwayatkan dari Abu Bakar, Umar, al Fadhl bin al Abbas, Ubay bin Ka’ab, Usamah bin Zaid, ‘Aisyah,
Bushrah al Ghifari, dan Ka’ab al Ahbar Radhiyallahu 'anhum. Ada sekitar 800 ahli ilmu dari kalangan
sahabat maupun tabi’in yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dan beliau
Radhiyallahu 'anhu adalah orang yang paling hafal dalam meriwayatkan beribu-ribu hadits. Namun,
bukan berarti beliau yang paling utama di antara para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam. Imam asy Syafi’i berkata,"Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu adalah orang yang paling hafal
dalam meriwayatkan hadits pada zamannya (masa sahabat).”

Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu masuk Islam antara setelah perjanjian Hudaibiyyah dan sebelum
perang Khaibar. Beliau Radhiyallahu 'anhu datang ke Madinah sebagai muhajir dan tinggal di
Shuffah, Beliau wafat pada umur 78 tahun[4]

e. Takhrij Hadist

‫الجامع المسند الصحيح المختصر من أمور رسول هللا صلى هللا عليه وسلم وسننه وأيامه = صحيح البخاري‬
757 ‫\النمرة‬1 ‫\الجزء‬152 ‫المادة ( باب وجوب القراءة لالءمام والمأموم في) \الصفحة‬

f. Penjelasan Hadist
Hadist diatas menjelaskan bagaimana Nabi Mengajarkan Shalat Kepada Sahabat yang belum bisa
melakukanya dengan benar. Begit Beliau Masuk duduk didalam masjid ada seorang laki-laki dalam
suatu riwayat khalad bin Rafi’ bin kakek Ali bin yahya,

‫ َف َسلَّ َم‬،‫صلَّى‬
َ ‫َف‬
Laki-laki itu melaksanakan shalat kemudiaan memberi salam kepada Nabi Muhammad SAW
Menurut Riwayat Daud Bin Qays Menambahkan Shalat Dua Rakaat ini memberi isyarat bahwa shalat
yang dikerjakanya adalah shalat sunnah dan yang lebih mendekati adalah shalat
Tahiyatullmasjid.selesai melakukan shalat laki-laki ini menemui Rasullulah SAW Dengan memberi
salam Beliau Pun menjawab Salamnya Kemudian Beliau Bersabda:

َ ‫ك لَ ْم ُت‬
‫ص ِّل‬ َ ‫ َفإِ َّن‬،ِّ‫صل‬
َ ‫ارْ ِجعْ َف‬
Ulangi shalatmu sesunnggunhya engkau belum melaksanakan shalat laki-laki ini lahirnya sudah
melaksanakan shalat tetapi disuruh mengulangi shalatnya. Hal ini terjadi dikarnakan shalatnya tidak
didasari ilmu yakni meninggalkan atau mengampangkan sebagian rukun shalat, misalnya rukuk dan
sujud tidak ada tuma’ninah .[Al-Qadhi Iyadah] Berkata Bahwa ibadahnya orang bodoh yng tidak
didasari ilmu yang tidak cukup artinya tidak sah dan tidak diterima. Laki-laki itu kembali menggulang
shalatnya. Kemudian memberi salam kepada nabi Saw dan diperintahkan mengulagi shalatnya
sampai diulang tiga kali. Setelah itu ia menyerah kepada Nabi Bahwa Shalat Ulang yang ketiga itu
yang paling baik menurutnya ialah minta diajarkan shalat yang benar, Lantas Nabi Mengajarkanya:

Eَ ‫إِ َذا قُم‬


َّ ‫ْت إِلَى ال‬
ْ‫صالَ ِة َف َكبِّر‬

Ketika Anda berdiri Akan shalat maka takbirlah tentuya disini perintah juga berwudhu sebelum
takbir masuk melaksanakan shalat karena sahnya shalat tentunya dengan berwudhu atau bersuci tau
syarat-syarat lain.

َ ‫ُث َّم ا ْق َر ْأ َما َت َيس ََّر َم َع‬


ِ ْ‫ك م َِن القُر‬
‫آن‬

Kemudiaan bacalah apa yang mudah bersamamu daari pada Al-qur’an. Al-Nawawi berpendapat
bahwa maksud apa yang mudah bersamamu adalah surat al Fatihah karena dia mudah bagi semua
kaum Muslimin atau diartikan tambahan surat setelah al-Fatihah atau surat apa saja bagi orang yang
tidak mampu membaca al-Fatihah. Kalau tidak mampu membaca surat dari Al-Quran boleh dengan
kalimat thayyibah seperti membaca tahmid, tasbih, dan tahlil.

Setelah itu Rasul mengajarkan shalat yang benar yakni ru disertai thumakninah (tenang sejenak)
dikerjakan dengan sempurna, iktidal bangun dari rukuk sampai tegak lurus dan thumakninah, suju
dan duduk di antara sujud juga demikia laki-laki di atas shalatnya terlalu cepat tidak memerhatikan
thumakninah pada rukuk, iktidal, sujud, dan duduk di antara dua sujud. Shalat yang seperti di atas
tentunya tidak sah, karena meninggalkan sebagian rukun yakni thumakninah pada beberapa tempat
tersebut. Shalat yang seperti terse- but ibarat makannya seekor burung atau ayam, paruhnya
diletakkan sekadar menangkap makanan tanpa ada diam sejenak

Metode pengajaran shalat yang dilakukan Nabi pada Hadis di atas dapat disebut metode drill,
eksperimen, dan demonstrasi. Karena seorang laki-laki tersebut memperlihatkan bagaimana cara
shalat yang benar dan berusaha melaksanakannya secara benar, sehingga diulang- ulang sampai tiga
kali. Kemungkinan ia sudah pernah belajar dari orang lain tetapi belum memenuhi sasaran yang
benar. Kemampuannya ter- batas pelaksanaan shalatnya kurang benar kemudian diluruskan dan
didemonstrasikan Nabi SAW begini cara shalat yang benar. Metode eksperimen di sini guru yakni
Nabi SAW bersama seorang sahabat tersebut sebagai muridnya mengerjakan cara shalat yang benar
sebagai latihan praktis dari apa yang diketahui. Ia dicoba melakukan sesuai dengan pengetahuan dan
kemampuannya, setelah tidak ada kemam puan memperbaiki shalatnya baru diluruskan oleh Nabi
ini juga disebut inkuiri (inquiry) arti harfiyahnya adalah pertanyaan. Pemeriksaan dan penyeledikan.
Maksudnya rangkaian pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis
un tuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dan satu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya,
2009: 196).

Dalam pelaksanaan pendidikan agama banyak digunakan metode demonstrasi dan eksperimen,
terutama dalam menerangkan atau menjelaskan tentang cara mengerjakan (kaifiat) suatu ibadah
misalnya: berwudhu, shalat, dan haji. Bahkan Rasulullah SAw mengajarkan shalat dengan cara
demonstrasi, hal ini tergambar pada Hadis Rasulullah:

َ ُ ‫صلُّوا َك َما َرأَ ْي ُتمُونِي أ‬


‫صلِّي‬ َ

"Shalatlah kamu sebagaimana aku melaksanakan shalat" (HR. al-Bukhari)[5]

Pelajaran yang Dipetik dari Hadis

a. Ibadah dikerjakan berdasarkan ilmu, tanpa ilmu ibadah tidak sah

b. Pengajaran ibadah seperti shalat dengan menggunakan metode drill eksperimen dan
demonstrasi lebih baik karena guru langsung melihat kesalahan dan kebenaran suatu ibadah yang
dikerjakan murid.

c. Murid diberi kesempatan untuk mengevaluasi diri,mengoreksi diri dan berusaha memperbaiki
diri dalam melakukan pembelajaran shalat.

d. Shalat tahiyatul masiid didahulukan daripada memberi salam dengan sesamanya, karena hak
Allah didahulukan daripada hak manusia.

e. Mengulang-ulang salam ketika bertemu disunahkan sekalipun pemisahnya sebentar.

2. Metode asistensi (HR. Abu Dawud)

a. Hadist Dan Artinya

- ِّ‫ َح َّد َث َنا َر ُج ٌل َمنْ َبنِي َعام ٍِر أَ َّن ُه اسْ َتأْ َذ َن َعلَى ال َّن ِبي‬:‫ َقا َل‬، ٍّ‫ َعنْ ِر ْبعِي‬،‫ُور‬ٍ ‫ َعنْ َم ْنص‬،‫ص‬ ِ ‫ َح َّد َث َنا أَبُو اأْل َحْ َو‬،‫َح َّد َث َنا أَبُو َب ْك ِر بْنُ أَ ِبي َش ْي َب َة‬
ُ َ ُ َ
‫ ق ِل‬:‫ فق ْل ل ُه‬،‫ان‬ َ ْ ِّ َ َ َ ْ َ َّ َ
َ ‫ " اخرُجْ إِلى َهذا ف َعل ْم ُه ااِل سْ ِتئذ‬:‫صلى هللاُ َعل ْي ِه َو َسل َم لِخا ِد ِم ِه‬ َّ َ ُّ‫ أَلِجُ؟ َفقا َل الن ِبي‬:‫ت َف َقا َل‬
َّ َ ٍ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوه َُو فِي َب ْي‬ َ
]6[)‫ َفد ََخ َل (رواه أبو داود‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ُّ‫ أأ ْد ُخلُ؟ َفأذ َِن لَ ُه ال َّن ِبي‬،‫ ال َّساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم‬:‫ َف َقا َل‬،ُ‫ أَأَ ْد ُخلُ؟ " َف َس ِم َع ُه الرَّ ُجل‬،‫ال َّساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم‬
َ َ َ

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] berkata, telah menceritakan kepada
kami [Abu Ahwash] dari [Manshur] dari [Rib'i] ia berkata; telah menceritakan kepada kami [seorang
laki-laki dari Bani Amir] Bahwasanya ia pernah minta izin kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
saat beliau di dalam rumah. Ia berkata, "Bolehkah saya masuk?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu
berkata kepada pelayannya: "Temuilah orang ini dan ajari dia cara minta izin. Suruh dia
mengucapkan 'Assalamu 'Alaikum, bolehkah saya masuk?" laki-laki itu mendengar perkataan Nabi
hingga ia pun mengucapkan, "Assalamu 'Alaikum, bolehkah saya masuk?" Akhirnya Nabi shallallahu
'alaihi wasallam memberi izin, dan ia pun masuk."

b. Redaksi Hadist

· Sanad : Abu dawud – Abu Bakar bin Abu Syuaiba – Abu Ahwash – Mashur – Rib’iy – Nabi
Muhammad SAW

· Prawi : Nabi Muhammad SAW – Rab’iy – Mashur – Abu Ahwas – Abu Bakar Bin Abu Syuaiba –
Abu Dawud

· Matan Hadist :

Bahwasanya ia pernah minta izin kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau di dalam
rumah. Ia berkata, "Bolehkah saya masuk?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata kepada
pelayannya: "Temuilah orang ini dan ajari dia cara minta izin. Suruh dia mengucapkan 'Assalamu
'Alaikum, bolehkah saya masuk?" laki-laki itu mendengar perkataan Nabi hingga ia pun
mengucapkan, "Assalamu 'Alaikum, bolehkah saya masuk?" Akhirnya Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam memberi izin, dan ia pun masuk."

c. Sumber Riwayat

a. Biografi Abu Dawud

Nama lengkap Abu Dawud ialah Sulaiman bin al-Asy’as bin Ishak bin Basyir bin Syidad bin Amar al-
Azdi as-Sijistani.Beliau adalah Imam dan tokoh ahli hadits, serta pengarang kitab sunan. Beliau
dilahirkan tahun 202 H. di Sijistan. Sejak kecil Abu Dawud sangat mencintai ilmu dan sudah bergaul
dengan para ulama untuk menimba ilmunya. Sebelum dewasa, dia sudah mempersiapkan diri untuk
melanglang ke berbagai negeri. Dia belajar hadits dari para ulama yang ditemuinya di Hijaz, Syam,
Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri lainnya. Pengemba-raannya ke beberapa negeri itu
menunjang dia untuk mendapatkan hadits sebanyak-banyaknya. Kemudian hadits itu disaring, lalu
ditulis pada kitab Sunan.

Sebagian ulama berkata: "Perilaku Abu Dawud, sifat dan kepribadiannya menyerupai Imam Ahmad
bin Hanbal. Imam Ahmad bin Hanbal menyerupai Waki’; seperti Sufyan as-Sauri, Sufyan seperti
Mansur, Mansur menyerupai Ibrahim an-Nakha’i, Ibrahim menyerupai Alqamah. "Alqamah seperti
Ibnu Mas’ud, dan Ibnu Mas’ud seperti Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Sifat dan
kepribadian seperti ini menunjukkan kesempurnaan beragama, prilaku dan akhlak Abu Dawud.Abu
Dawud mempunyai falsafah tersendiri dalam berpakaian. Salah satu lengan bajunya lebar dan
satunya lagi sempit. Bila ada yang bertanya, dia menjawab: "Lengan yang lebar ini untuk membawa
kitab, sedang yang satunya tidak diperlukan. Kalau dia lebar, berarti pemborosan."Imam Abu Dawud
meninggalkan seorang putra bernama Abu Bakar Abdullah bin Abu Dawud. Dia adalah seorang Imam
hadits putra seorang imam hadits pula. Dilahirkan tahun 230 H. dan wafat tahun 316 H.[7]

d. Mukharrij
a. Biografi Rib’iy

Biografi Singkat Perawi Hadis Sahabat Nama lengkap perawi Hadis Rib'iy bin Hirasy al-Abbasiy. Nama
panggilannya Abu Maryam al-Kufiy. Dia seorang tabi i besar tinggal di Kufah dan meninggal pada
tahun 100 H al-Dzahabi berkata: "Rib'iy ini seorang yang patuh beragama tidak pernah bohong sama
sekali" Demikian juga al-Ajaliy mengungkapkan, "bahwa Rib'iy termasuk manusia terpilih dan tidak
pernah bohong sama sekali" Rib iy meriway- atkan Hadis dari seorang sahabat dari Bani Amir yang
tidak disebutkan namanya. Hal ini tidak apa dan tidak mengurangi kualitas Hadis, karena jumhur
ulama menilai bahwa semua sahabat adil.

e. Takhrrij Hadist

5177 ‫ \النمرة‬354 ‫ \ الصفحة‬4 ‫سنن ابو داود في المادة\باب كيف االستئذن\ الجز‬

f. Penjelasan Hadist

Hadis di atas menjelaskan adab masuk ke rumah orang lain. Nabi tidak mengizinkan seseorang
masuk ke dalam rumah Beliau sebelum mengucapkan salam dan minta izin atau permisi. Seorang
sahabat yang bernama Rib'i bin Hiras y memberitakan bahwa ada seorang laki-laki dari ani Amir ingin
bertemu dengan Rasulullah hanya minta izin atau permisi saja tidak memberi salam terlebih dahulu
dengan ucapannya: -Bolehkah saya masuk?" Nama seorang laki-laki Bani Amir di sini tidak
disebutkan dalam ilmu Hadis disebut isim am, tetapi yang jelas dia seorang sahabat, karena ia
bertemu dan beriman kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW mengajarkannya melalui
pembantunya atau asisten untuk memberi pengajaran bagaimana sebenarnya dalam Islam etika
masuk ke rumah orang lain yaitu dengan memberi salam, kepada penghuninya dan minta izin. Hal ini
dilakukan sudah menjadi kewajiban seorang Nabi atau seorang guru ketika melihat ketimpangan
atau kekeliruan yang dilakukan seorang sahabat atau murid segera diluruskan. Nabi bersabda
kepada pembantunya

َ ‫اخرُجْ إِلَى َه َذا َف َعلِّ ْم ُه ااِل سْ ِت ْئ َذ‬


‫ان‬ ْ

"Keluarlah dan ajarkan kepada orang itu tentang tata cara minta izin”

Asisten Rasul itu disuruh keluar berhadapan dengan tamu yang akan bertemu tersebut. Artinya
antara pengajar dan yang diajar memang harus ada pertemuan secara langsung, agar materi ajar
dapat disam- paikan dan dapat diterima dengan baik. Setelah bertemu dan bertatap muka barulah
dimulai proses pembelajaran. Lanjutan sabda Beliau:

‫ أَأَ ْد ُخ ُل‬،‫ قُ ِل ال َّساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم‬:‫َفقُ ْل لَ ُه‬

"Ucapkanlah assalamu'alaikum bolehkah saya masuk?

Tetapi laki-laki tersebut mendengar pengajaran Rasul yang akan diberikan melalui asistennya. Lantas
laki-laki tersebut melakukannya memberi salam dan minta izin kemudian diizinkan masukoleh Rasul
SAW.

Hadis yang hampir sama juga dilakukan seorang sahabat ke- tika akan masuk ke rumah Nabi tidak
salam dan tidak minta izin se- bagaimana dijelaskan di atas. Nabi bersabda:
ْ ‫ أَأَ ْد ُخ ُل‬،‫ قُ ِل ال َّساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم‬:‫َفقُ ْل لَ ُه‬
ْ‫اخرُج‬
“Kembalilah maka ucapkan assalamu'alaikum bolehkah saya masuk?” (HR. Abu Daud dan at-
Turmudzi)

azan diperintahkan ketika akan memasuki rumah orang lain Isti yakni gabungan salam dan minta izin.
Misalnya assalamualaikum permisi atau bolehkah saya masuk? n lain-lain. Perintah yang sama juga
disebutkan dalam QS. an-Nuur (24):27:

َ ‫ِين آ َم ُنوا ال َت ْد ُخلُوا ُبيُو ًتا غَ ي َْر ُبيُو ِت ُك ْم َح َّتى َتسْ َتأْ ِنسُوا َو ُت َسلِّمُوا َعلَى أَهْ ِل َها َذ ِل ُك ْم َخ ْي ٌر لَ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر‬
‫ُون‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum
meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Demikian itu lebih baik bagimu agar kamu
(selalu) ingat. [8]

Tetapi jika di rumah tidak ada orang atau ke rumah sendiri hanya di- perintahkan memberi salam
saja sebagaimana dalam QS. an-Nuur (24):61

َ ُ‫َفإِنْ لَ ْم َت ِجدُوا فِي َها أَ َح ًدا َفال َت ْد ُخلُو َها َح َّتى ي ُْؤ َذ َن لَ ُك ْم َوإِنْ قِي َل لَ ُك ُم ارْ ِجعُوا َفارْ ِجعُوا ه َُو أَ ْز َكى لَ ُك ْم َوهَّللا ُ ِب َما َتعْ َمل‬
‫ون َعلِي ٌم‬

Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari rumah-rumah (ni) hendaklah kamu memberi salam
kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan
dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat (Nya bagimu,
agar kamu memahaminya.[9]

Etika atau adab masuk ke rumah orang lain menggabungkan salam an minta izin sedangkan rumah
sendiri hanya memberi salam saja. Maksud memberi salam tentunya memberi penghormatan dari
sisi Al lah kepada pemilik atau penghuni rumah dengan ucapan selamat atau doa selamat sebagai
sunah pertemuan seorang Muslim dengan Muslim lain. Atau salam terhadap para malaikat jika
rumah itu kosong tidak ada penghuninya. Adapun minta izin masuk merupakan keharusan karena
bawah kekuasaannya, di samping agar penghuni rumah itu di siap menerima tamu baik dalam
berpakaian maupun lingkungan rumah. Karena barangkali ia sedang berpakaian rumah yang bebas,
tak sopan, dan tidaklayak dipandang orang di luar rumah. Atau kebersihan lingkungan rumah dan
ketertibannya belum siap menerima tamu. Rasulullah SAW bersabda dalam Hadis yang diriwayatkan
oleh Sahl bin Sa'ad ra.

َ ‫إِ َّن َما ُج ِع َل األستئ َذانُ مِنْ أَجْ ِل ْال َب‬


)‫ص ِر (متفق عليه‬

"Sesungguhnya disunahkan minta izin (istikdzan) untuk menjaga pandangan mata. (HB. Bukhari dan
Muslim)

Lain halnya jika tamu langsung masuk ke rumah orang lain sekali- pun dianggap dekat, ternyata
penghuni rumah hanya berpakaian kutang saja atau celana mini saja, bukankah hal tersebut akan
membuat malu atau diketahui rahasianya.
Dalam tradisi masyarakat minta izin ini dilakukan dengan ber bagai cara dan bahasa. Sebagian
daerah dengan cara mengetuk pintu dan sebagian yang lain dengan kata-kata yang dipahami di
antaranya: nuwun, nuwun sewu, permisi, dan permius. Adab minta izin etikanya hanya dilakukan
tiga kali. Jika diterima dan dipersilakan masuk, boleh masuk, dan jika tidak ada jawaban sebaiknya
kembali saja sampai pada kesempatan lain. Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan dari Abu
Musa al-Asy'ari:

َ َ‫ث َفإِنْ أُذ َِن ل‬


)‫ك َوإِالَّ َفارْ ِجعْ (متفق عليه‬ ٌ َ‫السْ َت ْئ َذانُ َثال‬
ِ ‫ا‬
"Minta izin itu tiga kali, jika diizinkan kamu boleh masuk dan jika tidak maka kembalilah. (HR.
Bukhari dan Muslim)

Metode penyampaian Hadis di atas dalam konteks pendidikan adalah metode asistensi, artinya
pengajaran masuk ke rumah orang lain diberikan oleh asisten Nabi yakni pembantunya tidak
langsung oleh Nabi sendiri. Nabi mengajarkan kepada asistennya dan asisten mengajarkan kepada
tamu yang ingin bertemu Rasulullah agar meng ucapkan: "assalamu'alaikum (dan permisi) bolehkah
saya masuk? Setelah itu baru diizinkan masuk. Demikian Kebijakan Seorang Guru Yakni Rasullulah
Ketika Melihat seorang sahabat salah melakukan sesuatu langsung diluruskan dengan penuh
bijaksana dalam hal ini cukum melalui orang lain karena dipandang melalui asisten lebih dahulu.

Pendidikan yang Dipetik dari Hadis

a. Adab masuk rumah orang lain mengucapkan salam dan minta izin

b. Mengajarkan adab masuk ke rumah orang lain bagi tamu yang belum paham tentang adab
dalam Islam baik secara langsung maupun tidak langsung.

c. Metode pengajaran asistensi sedangkan asisten mengajarkan mu ridnya dengan metode


demonstrasi dan eksperimen.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Rasulullah seorang guru yang amat bijak, dalam memberikan pembelajaran menggunakan berbagai
metode dan pendekatan yang berfariasi disesuaikan dengan kondisi dan situasi anak didik yang di
hadapi tidak hanya terpaku pada satu metode saja, misalnya hanya ceramah saja sehingga suasana
belajar bergairah dan menyenangkan. Di antara metode yang Beliau gunakan antara lain

1. Metode drill dan eksperimen, Rasulullah ketika melihat seorang sahabat yang salah dalam
melakukan shalat tidak langsung dibenar- kan, tetapi disuruh berusaha membenarkan sendiri.
Setelah sahabat tersebut tidak mampu membenarkan sendiri barulah Nabi meluruskan begini cara
shalat yang benar dengan demonstrasikan.

2. Metode asistensi, ketika ada seorang yang akan bertamu kepada Rasulullah SAW hanya minta
izin tanpa salam kepada Beliau, maka Beliau cukup mengirim asistennya untuk mengajarkan etika
bertamu dalam Islam yaitu memberi salam terlebih dahulu kemudian minta izin. Setelah dilakukan
seperti itu Rasulullah keluar menyambutnya.

B. Saran

Dalam penulisan ini kita hanya bisa tergantung dengan buku karna keterbatasan pengetahuan kami
jika ada salah dan kurang kaim minta untuk bisa di benarkan dan di berikan petunjuk untuk bisa
lebih memahami sehingga kita bisa menguasai dengan baik.

DAFTAR RUJUKAN

Khon, Abdul Majid. 2012. Hadist Tarbawi (hadist-hadist Pendidikan). Jakarta : Kencana
Prenadamedia Group.

Mujam ma’ Al Malik Fadih Li Thiba’at Al Mushaf Asy Syarif Madinah Munawwarah Kerajaan Saudi
Arabia

Anda mungkin juga menyukai