Anda di halaman 1dari 8

Komunikasi terapeutik pada pasien autis

PROLOG
Kurizen lahir dalam keadaan normal, namun mulai usia 4 tahun. Orang tuanya melihat
bahwa ada perbedaan antara dia dan adiknya Dila. Kurizen lebih menyendiri dan tidak pernah
responsif jika di ajak bicara. Siang itu, orang tuanya Dila dan Tegar yaitu Tegar dan Musri baru
pulang kerja. Dila yang sedang asyik membaca buku, mengetahui orang tua nya pulang,
langsung beranjak dan berlari membukakan pintu.

Tegar+musri : Assalammualaikum ...


Dila : (berlari + membuka pintu) Mamaaa Papaaa pulangggg , yeeeeyeyee ....
Musri : hehe, iyaa sayangg. Kakak kamu mana ?
Dila : di kamar maa.
Tegar : ngapain kakak kamu dkamar ? dia gatau yaa mama papa dah pulang ?
Dila : hmm, ga tauu paa. (mengangkat bahunya, Dila pun berjalan ke ruang tengah,
melanjutkan membaca buku)
Tegar + Musri : (berjalan, menuju kamar Kurizen)

      Tegar dan Musri hanya melihat Kurizen di depan pintu kamarnya . Ternyata ia punya
keasikan tersendiri. Dimana kedatangan orang tuanya sama sekali tidak membuatnya berhenti,
malah tetap bermain dengan kesibukannya bermain boneka. Kurizen bermain sandiwara,
menyuapi bonekanya dan memberi minum kemudian mengelus kepala bonekanya.  

     Melihat tingkah Kurizen yang seperti itu, Tegar dan Musri mempunyai rencana akan
membawanya ke rumah sakit yang ada psikiaternya.
Musri : Pak, gimana kalo besok kita bawak Kurizen kerumah sakit, membicarakan
masalah ini ke spikiater ?
Tegar : iya, baiklah buk.

      Keesokan harinya , Tegar dan Musri mengajak Kurizen ke rumah sakit.
Musri : Kurizen, ayoo ikut sama mama papa yaa, kita kerumah sakit.
Kurizen : (Kurizen sibuk dengan bonekanya)
Tegar : Kurizen.. Kurrr ... (memanggil Kurizen dengan lembut)
Kurizen : (memandang Tegar dan tersenyum)
Tegar : kita ke rumah sakit yaa ?
Kurizen : (mengangguk)

      Sesampainya di rumah sakit, di ruangan spikiater. Mereka duduk di depan meja dokter Bila,
Kurizen duduk di tengah – tengah Tegar dan Musri.
Musri : Begini dok, ini anak kami namanaya Kurizen.
Bila : heyy, Kurizenn....
Kurizen : (melihat dokter Bila dan hanya tersenyum)
Bila : Iya buk, terus ?
Musri : Kami khawatir dengan tingkah anak kami pak, dia lebih suka menyendiri.
Tegar : iya pak, dia punya keasikan tersendiri. Contohnya saja, pas kami pulang kerja ,
dia asik bermain dengan boneka nya di kamar dan yang membukakan kami pintu, menyambut
kami itu malah adiknya aja pak.
Bila : Oh begitu pak buk.
Kurizen : (bingung, melihat sekelilingnya, menggaruk kepala)
Musri : iya dok, terus jika dia ajak bicara, dia tidak pernah responsif.

      Kemudian Kurizen pun bangkit dari tempat duduknya, mulai mencari kesibukan tersendiri.
Berjalan sendiri dan kemudian duduk dilantai, main dengan boneka teddy bear nya.
Bila : menurut data yang saya dapat dari keterangan ibuk dan bapak, dapat saya
simbulkan bahwa Kurizen menderita autis.
Musri : (ekspresi tidak percaya) apakah ini bisa disebabkan karna terjatuh ? atau apa
karna turunan dok ?
Bila : iyaa, bisa buk..
Musri : tapi, kalo saya liat-liat, gak ada dari keturunan apa lagi terjatuh dok.
Tegar : (menunduk, tangan di atas meja dan memgang kepala, ekpresi tidak percaya dan
kelihatan pusing) saya sangat khawatir dengan keadaan anak saya dok, bagaimana masa
depannya nanti, kemandiriannya, kemampuannya untuk bermasyarakat, dan apakah anak
semacam Kurizen ini akan mendapatkan jodoh.
Bila : Tenang, pak. Bapak dan ibuk tidak perlu khawatir, di rumah sakit ini kami
punya terapi penanganan untuk anak autis.
Musri : baiklah dok, kalau itu merupakan penanganannya, kami akan mengikuti terapi
tersebut.
Tegar : iya dok, bantu anak kami .
Bila : baiklah pak buk. Besok datang saja kerumah sakit ini jam 8 pagi, anak ibuk dan
bapak sudah bisa mengikuti terapi disini.
Musri : iya dok, kalo begitu kami permisi pulang dulu ya dok, terima kasih.
Bila : iya sama – sama pak buk.

      Sesampainya di rumah, sehabis dari rumah sakit. Sore ituu, Kurizen bermain di luar rumah di
lingkungan sekitarnya. Perilaku ia sering kali tidak di mengerti, sehingga ia sering dipandang
sebelah mata. Sore itu juga, tetangga nya yaitu Ibuk Muna sedang asik merapikan tanaman
bunganya. Kurizen masuk kerumah Ibu Muna seenaknya dan Ibuk Muna tidak mengetahui karna
sedang asik merapikan tanaman bunganya.
Kurizen : (masuk kerumah Ibuk Muna seenaknya)
Muna : (sedang asik merapikan tanamannya)

      Kemudian, Kurizen pun keluar dari rumah Ibuk Muna dan Ibuk ,Muna pun menyadarinya.
Kurizen : (keluar dari rumah Ibuk Muna)
Muna : Heeeeeh, darimana kamu ? (kedua tangan diatas pinggang)
Kurizen ga menghiraukan Ibuk Muna dan terus berjalan.
Muna : Dasar orang gilakkkkk kamuu !!!! Aneh !!! (berteriak)
     
    Saat itu Musri, mamanya Kurizen melihat hal tersebut, datang menyamperin anaknya,
mengajaknya masuk rumah sambil mengelus kepala anaknya. Orang tua Kurizen yaitu Musri dan
Tegar sedih melihat anaknya di cap orang gila dan aneh, yang sangat menyakitkan buat mereka
sebagai orang tua. Orang tua nya mencari jalan keluar dengan kepasrahan, pasrah dengan Tuhan,
pasti dibalik itu ada hikmah kebaikan buat mereka.

Keesokan harinya, Musri mengantar Kurizen kerumah sakit untuk terapi.


Bila : baiklah buk, ini ruangan terapinya. Kurizen akan di dampingi oleh Suster Efis
dan Suster Lidia
Musri : Baiklah dok.

     Kurizen masuk ke ruangan terapi dan Musri pun pergi ketempat kerjanya.
Lidia : Namanya siapa dek ?
Kurizen : Nama sayaa Kurizen.
Lidia : Umurnya berapa ?
Kurizen : limaaa tauuunnn (sambil memainkan , menunjukkan jarinya yang lima)
Lidia : Kalo sudah besar mau jadi apa ?
Kurizen : Doktelll , hehe...
Efis : Suster Lidia, langsung aja yaa kita lakukan terapi yang pertama bagaimana ?
Lidia : Oh iyaa , baiklah suster Efis.
 
     Pertama tama, mengajarkan Kurizen menirukan gerakan tangan/kaki yang merupakan
gerakan motorik kasar.
Lidia : Ayo, tirukan yaaa, ikuti kakak. (membentangkan tangan)
Kurizen : (gamau, malah mengangkat tangannya keatas kepala)
Efis : (membantu, mengambil tangan Kurizen, ikut membentangkan tangan Kurizen
dan menurunkannya)
Lidia : Tirukan ... (sambil membentangkan tangan)
Kurizen : (menirukan dan membentangkan tangannya)
Lidia : yeee , pinter sekaliii.. (mencubit pipi Kurizen)
Kurizen : hehehe, makasiiii..
Efis : Baiklah sus, selanjutnya menirukan gerakan benda.
Suster Efis mengambil mangkok dan sendok dan memberikannya kepada suster Lidia.
Lidia : (menggoyang goyangkan sendok di dalam mangkok, memutarnya) ayo
tirukann...
Kurizen : (kelihatan tertarik, kemudian mengambil sendok tersebut dan menirukan
memutarkan sendok tersebut) hehehe ..
Lidia : iyappp, pinterrr..

Terapi hari tersebut selesai dan Kurizen pun pulang bersama mamanya.
     Keesokan harinya, Kurizen melanjutkan terapinya.
Efis : suster Lilis, terapi Kurizen selanjutnya mempelajari menyamakan benda.
Lidia : oh iya , baiklah sus.
Perawat Efis menyiapkan sendok, gelas dan piring di atas meja.
Lidia : (memberikan sendok ke Kurizen) Ayo Kurizenn coba samakan yaa...
Kurizen : ( Kurizen melihat kebenda – benda yang ada di meja dan kemudian
menyamakan sendok yang di tangannya dengan sendok yang ada di meja)
Kurizen : iyahhh bener, bagus yaa Kurizen..
Efis : Baiklah Kurizen, selanjutnya kita belajar menggerakan motorik halus yaitu
gerakan jari yahh...
Lidia : ikuti yaaa.. (memperlihatkan jari telunjuk, angka satu)
Kurizen : (tersenyum dan melihat jari telunjuk suster Lidia)
Efis : (mengambil jari telunjuk Lidia )
Lidia : iyaaah, pinter. Selanjutnya, berdiri.
Kurizen : ( Kurizen tetap duduk)
Efis : (membantu Kurizen berdiri)
Lidia : (duduk kemudian berdiri) Berdiri...
Kurizen : (Kurizen pun berdiri) hehehe...
Lidia : heheh bagus , Kurizen pinterrr..

Setelah melakukan terapi Kurizen pun mulai rewel ternyata setelah dicek ternyata ia demam
Musri segera membawa ia ke ruang dokter kemudian suster pun pergi keruang dokter Bila untuk
memberikan data Kurizen ke Dokter Bila Untuk melakukan pengecekan kembali setelah
diberikan terapi selama dua hari berturut turut.

 Lidia : Dok, ini ada pasien adek Kurizen, ini data nya.
 Bila : (melihat data) oh baiklah sus, tolong orang tua nya suruh masuk keruangan saya
yah.
Lidia : iyaa, baiklah dok.
Lidia : ibuk, silahkan masuk.
Musri : oh iyaa sus. (masuk keruangan dokter)
Bila : silahkan duduk bukk.
Musri : iyaa dok. (duduk) bagaimana anak saya dok ?
Bila : anak ibuk ga kenapa-kenapa kok, cuma demam biasa. Cuma butuh istirahat,
mungkin dia kecapekan.
Musri : oh begitu dok, trus bagaimana apa harus dirawat di rumah sak
Bila : ga perlu buk, gapapa, Kurizen bisa di rawat di rumah kok. Ia Cuma butuh
istirahat yang banyak saja.
Musri : oh baiklah dok, terima kasih .
Bila : iya buk, sama-sama.

     Setelah di rawat di rumah, akhirnya Kurizen pun sembuh dari demamnya. Tetapi penyakit
autisnya tidak dapat di sembuhkan. Dan Kurizen pun masih tetap melanjutkan terapi nya. Dari
terapi-terapi yang telah dijalaninya, Kurizen sudah bisa komunikasi dengan orang sekitarnya
walaupun tidak lancar seutuhnya.
MAKALAH ROLEPLAY KOMUNIKASI TERAUPETIK
PADA PASIEN KEBUTUHAN KHUSUS

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8

1. EFIS DANIATI

2.LIDIA WINDI

3.M. TEGAR MUHAJIRIN

4.MUNA WIROHMA

5.MUSRI MEGAINI

6.NABILA RIZKA AMANDA

7. NADILLA DELVIA

DOSEN PEMBIMBING

SUSANTI S.ST,M.Kes

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM II/SRIWIJAYA

TAHUN AKADEMI 2021/2022


ROLE PLAY KOMUNIKASI PADA REMAJA

Pada suatu hari di Rumah Sakit Berlian, ada seorang remaja yang bernama Feli berusia 18th menderita
penyakit usus buntu. Feli sudah dirawat selama 1 hari. Dan akan dilakukan operasi. Sebelum dilakukan
operasi seorang perawat datang ke ruangan pukul 20.00 untuk mengecek kondisi Feli.

Perawat Fitri : selamat malam mbak. Feli : selamat malam sus. Perawat Fitri : perkenalkan saya perawat
Fitri yang bertugas pada malam hari ini mbak. ini benar dengan mbak Feli ? Feli : oh iya sus. Perawat Fitri
: bagaimana keadaan mbak Feli pada malam hari ini ? Feli : saya merasa deg-degan sus, besok kan jam
10.00 saya akan melakukan operasi. Perawat Fitri : mbak Feli gak usah khawatir, berdoa dan pasrah
sama Tuhan, agar operasi besok diberi kemudahan dan kelancaran mbak. Nanti tim medis juga akan
berusaha sebaik-baiknya. Feli : iya sus, amin Perawat Fitri : ngomong-ngomong mamahnya kemana
mbak ? Feli : mamah lagi beli makan diluar sus, mungkin bentar lagi juga sampai. Kakak saya juga dalam
perjalanan kesini sus. Saat suster menyampaikan informasi kepada Feli, ibu dan kakaknya datang
bersamaan. Kakaknya membawakan pakaian untuk digunakan saat dirawat di rumah sakit. Ibu Fara :
assalamu’alaikum (membuka pintu disusul dengan kakaknya) Perawat Fitri : wa’alaikumsalam. Ibu Fara :
ini mamah belikan cemilan kesukaan kamu Feli : iya mah, makasih ya Ibu Fara : iya sayang Feri :
bagaimana keadaanmu dik ? Feli : ya seperti ini kak, aku deg-degan nih besok pagi mau melakukan
operasi Feri :gak usah khawatir dik, berdoa saja semoga besok diberi kelancaran Feli : iyadeh kak Ibu
Fara : oh iya sus, ngomong-ngomong suster kok kesini, ada apa sus ? Perawat Fitri : begini hlo bu, besok
kan mbak Feli menjalani operasi, maka dari itu mbak Feli harus puasa terlebih dahulu ya bu Ibu Fara : oh
begitu ya sus ? Feri : emang kenapa kok gak boleh makan atau minum terlebih dahulu ? Feli : iya sus,
emangnya kenapa ? hla kalau aku laper masa suruh nahan Perawat Fitri : begini mbak, besok kan saat
melakukan operasi mbak Feli akan dibius, hla pada saat dibius otomatis kerja otot akan berhenti,
sehingga makanan yang masuk akan sendirinya keluar. Feli : oh begitu ya sus Perawat Fitri : iya mbak
Feri : tuh di dengerin dik, susternya bilang apa Feli : iya iya, cerewet ah Feri : yee di kasih tau juga Ibu
Fara : sudah sudah, jangan berantem terus malu sama susternya. Gak dirumah gak dirumah sakit
berantem terus Feli &Fara : iya iya mah Perawat Fitri : gpp bu, biar rame hhehe.. oo iya ada yang ingin di
sampaikan mbak ? Feli : tidak sus, doakan semoga operasi besuk lancar ua sus Perawat Fitri : iya mbak
Feli, akan saya doakan selalu Ibu Fara : makasih sus Perawat Fitri : iya bu, sama-sama. Besok pagi akan
ada suster yang jaga pagi untuk mengantar mbak Feli ke ruang operasi. Jika tidak ada yang ingin
disampaikan lagi saya permisi ke ruangan keperawatan. Jika ibu atau mbak Feli perlu bantuan, ibu bisa
memanggil saya atau perawat yang lain diruang keperawatan atau ibu bisa menekan tombol hijau yang
ada di sebelah kanan. Ibu Fara : baik sus, terima kasih banyak Perawat Fitri : iya bu. Wassalamu’alaikum
Ibu Fara : wa’alaikumsalam sus

Anda mungkin juga menyukai