Anda di halaman 1dari 84

MODUL 8

TEKNIK FASILITASI

Training Of Trainer (ToT)


Pelatihan Teknis Tim Pendamping Keluarga (TPK)
dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting
bagi Fasilitator Tingkat Provinsi melalui E-Learning

PUSDIKLAT KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA


BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
JAKARTA, 2022
Hak Cipta @2022

PERANGKAT
PELATIHAN TEKNIS TRAINING OF TRAINER (ToT)
TIM PENDAMPING KELUARGA
DALAM UPAYA PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
TAHUN 2022

MODUL 8
TEKNIK FASILITASI

Tim Penyusun :
Dra. Elly Emalia, M.Pd
Khaeri Marifah, S.Psi, M.Psi.T

Reviewer :
Afif Miftahul Majid, S.Sos

Tim Editor Teknis :


Tito Agung Yuswono, S.E., M.S.M
Tri Aryadi, S.Psi

Diterbitkan oleh :
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650
PO. BOX : 296 JKT 13013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas


berkah dan karunia - Nya, Penyusunan Perangkat Diklat
Training of Trainers (TOT) Pelatihan Teknis Tim
Pendamping Keluarga dalam Percepatan Penurunan
Stunting dapat diselesaikan dengan baik. Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
dengan berbagai komponen di BKKBN Pusat dan lintas
sektor telah menyusun perangkat pembelajaran ini dalam
rangka mempersiapkan SDM yang kompeten guna memfasilitasi dan memberikan
informasi mengenai Tim Pendamping Keluarga dalam Percepatan Penurunan
Stunting.

Sebagaimana yang kita ketahui, peran keluarga merupakan hal yang perlu
dioptimalkan dalam membentuk generasi yang berkualitas dan berkarakter. Saat ini
salah satu persoalan yang perlu menjadi perhatian dalam membentuk generasi yang
berkualitas adalah adanya resiko stunting. Mengingat sangat diperlukannya
intervensi pemerintah untuk menghindarkan generasi yang akan datang dari kondisi
stunting, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo memberikan amanat melalui
Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.

Berdasarkan Perpres tersebut, BKKBN ditugaskan sebagai koordinator pelaksana


percepatan penurunan stunting di lapangan. Kepala BKKBN dalam berbagai
kesempatan memberikan penegasan bahwa peran keluarga harus dioptimalkan
sebagai entitas utama dalam pencegahan stunting. Keluarga perlu memperhatikan
periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sangat penting dan menjadi prioritas
utama, dimulai dari 270 hari masa kehamilan hingga 730 hari setelah lahir. Hal ini
membuat peran keluarga harus dioptimalkan sebagai pelopor awal dalam
pencegahan stunting. Untuk mengoptimalkan peran keluarga, salah satunya
dilakukan proses intervensi dalam bentuk pendampingan petugas BKKBN yang

i BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
bersinergi dengan Kader PKK, Kader KB maupun bidan, yang disebut sebagai
pendamping keluarga.

Diharapkan dengan adanya pendampingan keluarga ini, upaya untuk melakukan


Percepatan Penurunan Stunting dapat terlaksana dengan baik. Oleh sebab itulah
maka Pusdiklat Kependudukan dan KB membangun perangkat pembelajaran ini
sebagai acuan pengelolaan pelatihan untuk menyelenggarakan Training of Trainers
(TOT) Pelatihan Teknis Tim Pendamping Keluarga dalam Percepatan Penurunan
Stunting Fasilitator Tingkat Provinsi. Dengan mengacu kepada perangkat
pembelajaran ini diharapkan penyelenggaraan pelatihan dapat dilaksanakan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh pihak
yang telah berkontribusi dalam penyusunan perangkat pembelajaran ini. Semoga
segala upaya kita untuk meningkatkan kualitas pelatihan dapat berkontribusi dalam
pembangunan keluarga Indonesia yang berkualitas. Semoga Tuhan Yang Masa Esa
memberikan berkah-Nya terhadap setiap kegiatan yang kita lakukan.

Jakarta, Maret 2022


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kependudukan dan Keluarga Berencana,

Dr. Drs. Lalu Makripuddin, M.S

ii BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
SAMBUTAN

Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Perangkat Diklat Training
of Trainers (TOT) Pelatihan Teknis Tim Pendamping
Keluarga dalam Percepatan Penurunan Stunting ini dapat
disusun sesuai harapan kita bersama. Perangkat pelatihan
ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi para
pendamping keluarga dalam pelaksanaan peran dan fungsinya di lapangan. Merujuk
pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020 -
2024, diberi mandat untuk berpartisipasi dalam mensukseskan terhadap 2 (dua) dari
7 (tujuh) Agenda Pembangunan/Prioritas Nasional (PN) pada RPJMN IV 2020 -
2024, yaitu untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan
Berdaya Saing, serta mendukung Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan.
SDM yang berkualitas dan berdaya saing, yaitu SDM yang sehat dan cerdas, adaptif,
inovatif, terampil, dan berkarakter.

Saat ini persoalan terkait SDM yang perlu mendapatkan intervensi segera adalah
stunting. Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo memberikan amanat melalui
Peraturan Presiden Nomor: 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
Berdasarkan Perpres RI tersebut, BKKBN ditugaskan sebagai koordinator
pelaksanaan percepatan penurunan stunting di lapangan. Dalam upaya penurunan
stunting peran keluarga merupakan sesuatu yang perlu dioptimalkan. Keluarga perlu
memperhatikan periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dalam pencegahan
stunting dan perlu didampingi oleh pendampingan petugas BKKBN yang bersinergi
dengan Kader PKK, Kader KB maupun bidan, yang disebut sebagai pendamping
keluarga.

iii BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Kami harapkan perangkat pelatihan ini dijadikan sebagai acuan pengelolaan
pelatihan untuk menyelenggarakan Training of Trainers (TOT) Pelatihan Teknis Tim
Pendamping Keluarga dalam Percepatan Penurunan Stunting Fasilitator Tingkat
Provinsi. Akhirnya, kepada Tim Penulis serta kepada berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan dan komitmennya, sehingga perangkat pelatihan ini tersusun
dengan baik, maka saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, Maret 2022


Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan,

Prof. Rizal Damanik, PhD

iv BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


SAMBUTAN ......................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................................1
B. Deskripsi Singkat ......................................................................................................2
C. Manfaat Modul ..........................................................................................................2
D. Tujuan Pembelajaran ................................................................................................2
E. Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok .........................................................................3
F. Petunjuk Belajar ........................................................................................................4
BAB II KONSEP DASAR FASILITASI ..................................................................................5
A. Pengertian Fasilitasi ..................................................................................................5
B. Sikap Fasilitator ........................................................................................................6
C. Fasilitator yang Baik..................................................................................................7
D. Keterampilan Fasilitator ..........................................................................................10
E. Teknik bertanya dan mendengar .............................................................................12
F. Rangkuman .............................................................................................................19
G. Latihan....................................................................................................................20
H. Evaluasi Formatif ....................................................................................................20
I. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................................22
BAB III FASILITASI ORANG DEWASA ..............................................................................23
A. Teknik Fasilitasi dalam Pertemuan..........................................................................24
B. Teknik Fasilitasi dalam Pengambilan Kesepakatan .................................................29
C. Teknik Fasilitasi dalam Situasi Sulit ........................................................................30
D. Rangkuman ............................................................................................................32
E. Latihan ....................................................................................................................33
F. Evaluasi Formatif ....................................................................................................33
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ..............................................................................35
BAB IV MEDIA PEMBELAJARAN ......................................................................................36
A. Penggunaan Media berdasarkan Model Komunikasi...............................................36
B. Persiapan Penggunaan Media dalam Pembelajaran ...............................................38
C. Teknik Penggunaan Media Pembelajaran...............................................................41

v BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
D. Rangkuman ............................................................................................................ 45
E. Latihan ................................................................................................................... 46
F. Evaluasi Formatif .................................................................................................... 46
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ............................................................................. 48
BAB V DESAIN PEMBELAJARAN .................................................................................... 49
A. Pengertian Rencana Pembelajaran dan Rencana Pembelajaran Mata Pelatihan
(RPMP dan RPMP)..................................................................................................... 49
B. Menyusun Rencana Pembelajaran Mata Pelatihan (RPMP) ................................... 50
C. Rangkuman ............................................................................................................ 53
D. Latihan ................................................................................................................... 54
E. Evaluasi Formatif .................................................................................................... 54
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .............................................................................. 55
BAB VI PENUTUP .............................................................................................................. 57
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 57
B. Evaluasi Sumatif..................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 61
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 62

vi BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan fasilitasi merupakan kegiatan perencanaan dalam pengelolaan
proses pelatihan. Persiapan fasilitasi menjadi penting dalam kegiatan proses
pembelajaran untuk mencapai indikator kompetensi yang diharapkan dari seorang
fasilitator. Adapun kompetensi yang diharapkan oleh seorang Fasilitator yaitu
kemampuan mengelola dan mengembangkan komponen-komponen pembelajaran
dalam suatu desain pembelajaran meliputi metode yang digunakan, alokasi waktu
yang tersedia, sarana dan prasarana pembelajaran, pengganggaran atau
pembiayaan dalam penyelenggaraan pelatihan.
Seorang fasilitator/pelatih/pengajar harus mengetahui secara pasti tujuan
dan sasaran program pelatihan, menguasai materi pelatihan, metode pembelajaran,
mengetahui hasil atau output dari pembelajaran, mampu mengembangkan
keterampilan khusus atau aktivitas spesifik kepada peserta serta mampu
mengelola kelas dan mengevaluasi selama proses penyelenggaraan sampai pada
pasca penyelenggaraan. Seorang fasilitator juga dituntut mempunyai fisik dan
mental yang mampu dikelola dengan sangat baik, yaitu memegang etik dalam
penyempaian materi, memberikan hal yang dapat diteladani oleh peserta, dan
kemampuan mengelola emosi selama berinteraksi dengan peserta.
Persiapan fasilitator dapat dilakukan melalui Rencana Pembelajaran Mata
Pelatihan (RPMP). Rencana Pembelajaran perlu disusun untuk digunakan sebagai
pedoman dalam memfasilitasi dan mengajar sesuai dengan karakteristik kebutuhan,
materi, metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan fasilitator agar hasilnya
diasumsikan akan lebih optimal. Hal ini dilakukan agar fasilitator tidak cukup untuk
menguasai materi saja, atau sekedar bersikap hangat, atau sekadar menerapkan
metode mengajar yang semata-mata didasarkan pada intuisi, preferensi pribadi atau
kearifan lokal, tetapi juga fasilitator wajib memenuhi kebutuhan peserta,

1 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
mempengaruhi peserta untuk mau dan mampu mengimplementasikan semua
pembelajaran yang diterima pada jabatan, pekerjaa, dan perannya di lingkungan.

B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membekali peserta tentang konsep fasilitasi, pembelajaran
orang dewasa, memperkenalkan jenis media pembelajaran, dan menyusun
rencana pembelajaran (RP). Dalam modul ini dibahas tiga materi pokok: 1) Konsep
Fasilitasi; 2) Fasilitasi Orang Dewasa; 3) Media Pembelajaran; 4) Desain
Pembelajaran. Modul ini juga dilengkapi dengan latihan, evaluasi materi pokok
maupun umpan balik dan tindak lanjut. Mata pelatihan ini disajikan secara interaktif
melalui metode ceramah interaktif, diskusi, visualisasi dan penugasan.

C. Manfaat Modul
Modul ini diharapkan bermanfaat bagi peserta pelatihan untuk membekali
pengetahuan dan keterampilan tentang konsep fasilitasi, memperkenalkan jenis
media pembelajaran, dan menyusun rencana pembelajaran (RP). Modul ini
dibahas empat materi pokok meliputi konsep fasilitasi, fasilitasi orang dewasa,
media pembelajaran, dan desain pembelajaran. Modul ini juga dilengkapi dengan
latihan, evaluasi materi pokok maupun umpan balik dan tindak lanjut. Mata
pelatihan ini disajikan secara interaktif melalui metode ceramah interaktif, diskusi,
visualisasi dan penugasan.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah selesai pembelajaran peserta pelatihan diharapkan mampu
melakukan fasilitasi dalam rangka pendampingan keluarga dengan
menyusun persiapan memfasilitasi yang tepat dan benar.

2 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mempelajari modul ini, peserta pelatihan dapat:
a. Menjelaskan konsep fasilitasi
b. Menjelaskan fasilitasi orang dewasa
c. Mengidentifikasi media pembelajaran
d. Membuat desain pembelajaran

E. Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok


1. Konsep Dasar Fasilitasi
a. Pengertian Fasilitasi
b. Sikap Fasilitator
c. Fasilitator yang Baik
d. Keterampilan Fasilitator
e. Teknik Bertanya dan mendengar
2. Fasilitasi Orang Dewasa
a. Teknik Fasilitasi dalam Pertemuan
b. Teknik Fasilitasi dalam Pengambilan Kesepakatan
c. Teknik Fasilitasi dalam Situasi Sulit
3. Media Pembelajaran
a. Penggunaan media berdasarkan model komunikasi
b. Penggunaan media dalam Pembelajaran
c. Teknik Penggunaan Media Pembelajaran
4. Desain Pembelajaran
a. Pengertian Rencana Pembelajaran Mata Pelatihan (RP)
b. Pembuatan RP

3 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
F. Petunjuk Belajar
Untuk mencapai hasil pembelajaran yang efektif maka peserta pelatihan perlu
mengikuti beberapa petunjuk antara lain sebagai berikut:
1. Berdoalah terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran, agar mampu
menyerap dan mencapai tujuan pembelajaran di dalam modul ini.
2. Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1
(satu) dan seterusnya. Sebelum Anda benar-benar paham tentang materi
pada tahap awal, jangan membaca materi pada halaman berikutnya.
Lakukan pengulangan pada halaman tersebut sampai Anda benar-benar
memahaminya.
3. Jika Anda mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau
sub bahasan tertentu, diskusikan dengan teman Anda atau fasilitator yang
sekiranya dapat membantu untuk memahami materi modul ini.
4. Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya
Anda mengerjakan latihan dengan menjawab soal-soal yang sudah
disediakan.
5. Jika Anda masih belum bisa menjawab, lakukan pengulangan agar anda
benar-benar bisa mengerjakan latihan.

4 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BAB II
KONSEP DASAR FASILITASI

Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat
menjelaskan konsep dasar fasilitasi

A. Pengertian Fasilitasi

Berbicara fasilitasi tentu tidak lepas dari


pengertian , Menurut Wahyuningrum (2004: 4),
menyatakan bahwa fasilitas “segala sesuatu
yang dapat memudahkan dan melancarkan
pelaksanaan suatu usaha”. Fasilitasi berasal dari
kata facil yang bermakna ‘memudahkan’. Teknik
fasilitasi yang mempunyai makna cara
menjadikan sebuah proses menjadi mudah, atau
kata lain adalah cara memudahkan pembelajar Sumber:
Vecteezy
memahami proses pembelajarannya. Orang
yang melakukan fasilitasi disebut sebagai fasilitator

Tugas fasilitator adalah merencanakan, membimbing, dan mengelola kelompok


atau kelas dalam suatu acara serta memastikan tujuan tercapai secara efektif
dengan partisipasi peserta yang memadai. Fasilitator memperkenalkan teknik-teknik
komunikasi untuk mendorong partisipasi. Fasilitator menggunakan media yang
cocok dengan kebutuhan peserta dan membantu proses belajar/komunikasi
menjadi lebih efektif. Fasilitator memperkenalkan teknik-teknik komunikasi untuk

5 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
mendorong partisipasi.Fasilitator menggunakan media yang cocok dengan
kebutuhan peserta dan membantu proses belajar atau komunikasi menjadi lebih
efektif. Peran fasilitator ini harus dikurangi secara bertahap dan diserahkan kepada
peserta. Dengan membatasi waktu dari fasilitator, proses pembelajaran bisa diambil
alih oleh peserta sehingga pembelajaran bisa berjalan sebagai inisiatif sendiri.

B. Sikap Fasilitator
Minimal ada 8 (delapan) sikap yang wajib
dimiliki oleh seorang fasilitator adalah empati,
peka dengan lingkungan, percaya diri, jujur dan
terbuka, ramah dan luwes, menghormati peserta.
Marilah kita lihat uraikan dibawah ini:
1. Empati
Fasilitator mampu ikut merasakan dan menghargai
pengalaman dan perasaan peserta. Sikap empati
dapat ditunjukkan dengan menjaga perasaan
peserta dengan memperlakukan semua peserta dengan menempatkan diri fasilitator
yang selalu hadir sepenuh hati dan terlibat membawa peserta untuk tetap mengikuti
kegiatan.
2. Peka terhadap situasi pertemuan
Fasilitator mampu membaca situasi dan kondisi peserta ketika merasa bersemangat,
bosan, mengantuk, tahu kapan harus bicara, berhenti dan bertanya. Tidak hanya
memikirkan target penyampaian materi (hasil), melainkan mengarahkan proses belajar
para peserta.
3. Percaya diri
Fasilitator mampu mengajak peserta belajar bersama, menghilangkan perasaan
malu meskipun harus berhadapan dengan peserta yang berbeda usia, kelas
sosial, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain.
4. Jujur, terbuka, apa adanya saat merespon peserta
Fasilitator menjadi diri sendiri dengan menunjukkan sikap yang tidak dibuat-buat
atau berpura-pura.

6 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
5. Ramah, semangat, dan luwes
Fasilitator mampu membuat suasana hangat, akrab, dan peserta merasa
diperhatikan.
6. Hormat terhadap peserta secara sederajat
Fasilitator mampu menghargai pengetahuan, pengalaman, tradisi dan
kepercayaan yang dianut peserta.
7. Tidak menonjolkan diri sendiri, menggurui, atau merasa paling ahli
Fasilitator sebaiknya tidak berupaya untuk menjawab setiap pertanyaan seakan-
akan fasilitator mengetahui segalanya.
8. Obyektif
Obyektif adalah sikap untuk berada pada posisi netral atau tidak memihak

C. Fasilitator yang Baik


Fasilitator yang baik tidaklah mudah karena harus mampu untuk memberi
kemudahan dalam segenap proses kegiatan. Berikut ini beberapa tips untuk
menjadi fasilitator yang baik, meliputi:
1. Fasilitator menjaga peserta tetap fokus pada tujuan dan proses pembelajaran
2. Fasilitator mampu menilai secara obyektif
3. Fasilitator mampu membantu peserta menentukan arah yang akan ditempuh dan
mencapai tujuannya
4. Fasilitator lebih banyak mendengarkan daripada berbicara
5. Fasilitator dapat menyesuaikan dengan gaya belajar yang berbeda-beda
6. Fasilitator mampu merespon secara hati-hati terhadap gender dan budaya
7. Fasilitator mendorong semua peserta dapat berpartisipasi. Setiap orang
berpartisipasi dengan cara yang berlainan. Ada yang hanya berbicara dalam
kelompok kecil, tetapi tetap berpartisipasi, namun yang lain mungkin banyak
bicara tetapi sedikit kontribusi.
8. Fasilitator membantu kelompok mentaati waktu yang ditentukan
9. Fasilitator memberi semangat atau membuat kelompok rileks sesuai kebutuhan.
10.Fasilitator sewaktu-waktu dapat menyimpulkan yang terjadi dalam pertemuan
dan membantu kelompok mengaitkan satu sesi dengan sesi lainnya.
7 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang fasilitator tentang cara
fasilitator memperhatikan peserta, yaitu:
1. Waspada terhadap tanda-tanda kebingungan peserta. Peserta saling bertanya
pada orang di sebelahnya, wajah bingung atau frustasi dan sikap menolak, dan
sebagainya).
2. Biarkan kelompok bekerja sendiri, jangan melakukan pekerjaan kelompok.
3. Berkeliling dari kelompok ke kelompok, tetapi jangan menjadi bagian dari satu
kelompok saja karena anda akan mempengaruhi kelompok itu
4. Berikan waktu pada setiap kelompok memahami tugas yang diberikan dan
konsep-konsep pendukungnya
5. Bahas kembali bagian-bagian pertemuan yang membingungkan kalau ada
peserta yang kelihatannya mengalami kesulitan
6. Jangan menganggap diri anda seorang ahli. Ingatkan kelompok dan diri sendiri
bahwa anda adalah fasilitator. Penting selalu diingat akan keahlian dan
pengalaman yang peserta miliki. Biasakan melibatkan audien/peserta dengan
mengajukan pertanyaan pada peserta lain, misalnya: “Pertanyaan bagus, dari Ibu
Ari. Bagaimana menurut Ibu Citra?”; “Pertanyaan yang bagus. Apa ada yang mau
menanggapi?
7. Sering-seringlah bertanya: “Apakah ada pertanyaan?”
8. Bersikap fleksibel dan gunakan penilaian anda sendiri tentang perhatian, energi
dan pemahaman kelompok kemudian sesuaikan dengan waktu seperlunya.
Perubahan tidak berarti rencana yang buruk, tetapi anda mendengar, menyimak
dan menyesuaikan rencana dengan situasi
9. Jangan lupa waktu istirahat 15-20 menit. Kondisi ini perlu menjadi perhatian agar
peserta enjoy dan tidak kelelahan dalam megikuti kegiatan
10.Seorang fasilitator harus mampu mengenai dan memahami apabila ada
resistensi/penolakan dari peserta agar dapat mengelola pertemuan dengan baik.

Beberapa kondisi resistensi yang dilakukan peserta dapat dikenali dari


beberapa kondisi dan situasi sebagai berikut:
8 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
1. Ketika kelompok yang difasilitasi sangat lamban dalam mengikuti proses atau
mencapai kesepakatan, atau bahkan menolak sama sekali untuk bekerja sama.
2. Beberapa situasi terburuk, peserta mungkin menolak gagasan-gagasan anda
3. Peserta menolak untuk mengubah cara berpikir dan semakin menjadi lebih nyata
ketika orang sekelilingnya mendukung semangat itu.
4. Peserta menghindari kontak mata
5. Peserta melakukan diskusi kecil terus menerus tanpa menghiraukan keberadaan
anda sebagai fasilitator
6. Peserta mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengalihkan perhatian dari
yang menjadi fokus dalam pertemuan.
7. Peserta tampak secara fisik menarik diri dari kegiatan diskusi pada pertemuan
8. Peserta menunjukkan secara terus menerus berbeda pendapat tentang
pembahasan dalam pertemuan
9. Peserta melakukan interupsi secara berulang-ulang
10.Peserta mengungkapkan rasa frustasi secara langsung atau tidak langsung.

Tips bagi fasilitator menghadapi resistensi/penolakan dalam memfasilitasi


peserta antara lain:
1. Cek perasaan semua peserta/seluruh kelompok
Lemparkan pertanyaan kepada seluruh kelompok untuk memperoleh pendapat
kelompok tentang masalah yang muncul, misal: “Bagaimana menurut yang lain?”
2. Pusatkan kembali perhatian
Selalu mengingatkan pokok bahasan, misal: iya Bu Dewi, apa yang disampaikan
ibu, saya pikir masalah yang berbeda dengan apa yang sedang kita bahas saat
ini boleh disimpan dulu untuk kemudian kita diskusikan?
3. Gunakan bahasa tubuh
Berdirilah dan berjalan menuju tengah-tengah ruangan, ajak peserta untuk
terlibat dengan kontak mata dan mencondongkan badan ke depan.
4. Gunakan humor yang sepantasnya
Kalau digunakan dengan pantas, humor akan mengurangi ketegangan. Namun
harus menghindari bercanda yang membuat orang lain ditertawakan.
5. Ingatkan akan norma kelompok
9 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Satu hal yang kita sepakati pada awal
pertemuan adalah norm kelompok sehingga
tidak terjadi diskusi tersendiri. Norma itu harus
disepakati oleh seluruh peserta.
6. Alihkan perhatian
Mengalihkan perhatian agar lebih fokus dapat
dilakukan pada peserta yang resisten. Misal:
“Bisa minta waktu 2 menit lagi sebelum kita
lanjutkan ke kesimpulan?”
7. Jangan mengabaikan atau menghindar.
Memang sulit untuk menghadapi resistensi
ketika kita mendeteksinya. Tetapi, mengabaikan atau menghindar dari resistensi
yang ada akan mengacaukan proses-proses selanjutnya. Bukan tidak mungkin
akan menghentikan (membubarkan) proses sama sekali.

D. Keterampilan Fasilitator
Keterampilan fasilitator merupakan serangkaian kemampuan yang harus
dikuasai oleh fasilitator sebelum diterjunkan ke masyarakat. Keterampilan fasilitator
meliputi:

a. Bertanya
Tugas utama fasilitator adalah bertanya, memancing pengalaman peserta,
bukan mengajari. Pertanyaan yang baik akan membuat peserta belajar dari
pengalamannya dan menemukan solusi sendiri tanpa merasa digurui dengan cara:
1) Gunakan pertanyaan yang menggali pengalaman peserta didasari rasa ingin
tahu.
2) Gunakan jenis pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan yang yang jawabannya
berupa cerita.
3) Awali dengan pertanyaan mudah yang dapat dijawab langsung berdasarkan
keseharian. Biasanya menggunakan kata tanya apa atau bagaimana.

10 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
4) Pertanyaan sensitif, fasilitator dapat mengggunakan pertanyaan orang ketiga
agar peserta tidak merasa dihakimi atau malu.
5) Saat peserta terlihat pesimis di tengah diskusi, gunakan pertanyaan untuk
mengajak peserta mengingat keberhasilan di masa lalu.

b. Mendengar aktif
Fasilitator tidak hanya berkomunikasi satu arah, melainkan lebih banyak
menjadi pendengar. Menjadi pendengar aktif dapat dilakukan dengan cara:
1) Simak perkataan peserta. Tanggapi pembicaraan dengan ekspresi wajah yang
sesuai (senyum, prihatin, dan lainnya)
2) Beri tanggapan berupa pertanyaan untuk menggali pengalaman peserta.
3) Konfirmasi pendapat peserta dengan menyatakannya kembali. Jangan terburu-
buru menyimpulkan. Tanyakan apakah pernyataan kita betul
4) Jangan memotong pembicaraan, kecuali jika
topik sudah jauh melenceng. Ajak peserta
kembali ke topik dengan sopan.

c. Komunikasi
Fasilitator mampu menjalin komunikasi
yang baik. Komunikasi dalam memfasilitasi dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Mampu berbicara atau bertanya dengan
bahasa sederhana tapi jelas
2) Mampu
Sumber: NicePNG menggun
akan kalimat yang singkat dan dapat
mengarahkan pada tujuan.
3) Mampu memperkenalkan diri dan mengingat
nama peserta.

Sumber: I Stock

11 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
d. Bahasa tubuh
Bentuk komunikasi non verbal dari fasilitator adalah Bahasa tubuh. Bahasa
tubuh fasilitator meliputi:
1) Tatap mata peserta. Jangan bicara sambil melihat lantai, langit-langit, atau
kertas catatan
2) Bergerak secukupnya, misalnya tangan menunjuk pada poster. Jangan gugup,
misalnya tangan memainkan spidol, kaki melangkah ke depan ke belakang
seperti tanpa tujuan
3) Usahakan setara atau melebur dengan peserta, misalnya duduk sama rendah
ketika peserta sedang duduk di lantai berdiskusi dan mengerjakan tugas
kelompok.

e. Mengarahkan Peserta
Fasilitator mengarahkan lalu lintas
informasi agar peserta mengalami proses
pembelajaran yang baik. Mengarahkan orang
dapat dilakukan dengan:
1) Mempelajari hal yang akan disampaikan
agar pembicaraan tidak keluar dari topik
2) Mendorong semua peserta untuk
berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan
Sumber: NounProject
atau diskusi, terutama peserta yang
pendiam, sehingga hanya satu atau dua peserta yang mendominasi
3) Menggunakan jeda, canda, dan pujian untuk mendorong peserta nyaman
berbicara. Jangan mengkritik, mendebat, atau membela diri. Jika diperlukan
mendebat atau menyanggah pendapat peserta, upayakan peserta lain yang
melakukan.

E. Teknik bertanya dan mendengar


Seorang fasilitator harus menguasai teknik bertanya dan mendengar karena
akan mempermudah proses perubahan. Beberapa teknik bertanya dan mendengar
meliputi:
12 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
a. Membahasakan Kembali (Paraphrasing)
Membahasakan kembali merupakan teknik yang paling penting untuk
dipelajari. Paraphrasing membantu pembicara menilai apakah ucapannya ditangkap
atau tidak oleh orang lain. ucapannya ditangkap atau tidak oleh orang lain. Teknik
ini merupakan dasar dari teknik lainnya. Teknik ini bersifat menenangkan, membuat
peserta paham bahwa ucapannya dimengerti orang lain. Terutama digunakan untuk
menanggapi jawaban yang berbelit dan membingungkan.
Cara melakukan paraprashing yaitu gunakan kalimat sendiri untuk
membahasakan kembali jawaban orang lain. Apabila jawabannya pendek,
bahasakan kembali secara pendek. Apabila jawabannya panjang, bahasakan
kembali dengan meringkasnya., misalnya mengawali dengan kalimat Saya
memahami yang dikatakan “kira-kira dan lebih kurang”.

b. Menarik keluar/Menggali lebih jauh (Drawing people out)


Kondisi ini dilakukan, apabila jawaban lawan bicara kurang lengkap,
sehingga fasilitator perlu menarik keluar gagasan yang belum dikatakan. Menggali
lebih jauh adalah cara mendukung orang supaya menjelaskan lebih lanjut ide atau
gagasannya.Teknik ini digunakan apabila lawan bicara mengalami kesulitan dalam
menjelaskan gagasan.
Cara melakukannya yaitu didahului dengan teknik membahasakan kembali
(Paraphrasing). Misal:
• "tadi ibu Riri mengatakan ……………
• Lanjutkan dengan pertanyaan terbuka,seperti,"Bisa lebih diperjelas?"
• Ada juga cara lain. Setelah peserta selesai bicara sambut dengan kata sambung
seperti, "Karena…" atau "Jadi,…"

13 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
c. Memantulkan (Mirroring)
Fasilitator berfungsi sebagai dinding, yang memantulkan katakata peserta.
Mengulang apa yang dikatakan orang lain persis seperti yang diucapkan dengan
mengulang kembali setiap kata yang diucapkan. Kadang-kadang ini dibutuhkan
untuk meyakinkan orang-orang tertentu bahwa mereka betul-betul didengarkan.
Tujuannya, meyakinkan peserta bahwa fasilitator mendengarkan ucapannya.
Biasanya digunakan bila fasilitator ingin menegaskan bahwa fasilitator tidak
memihak. Teknik ini berguna mempercepat
diskusi yang lamban sesuai untuk memfasilitasi
proses curah pendapat. Jika pembicara
mengatakan satu kalimat, ulangi secara verbatim
(persis seperti yang diucapkan). Jika pembicara
mengatakan lebih dari satu kalimat, ulangi kata
kunci atau
kalimat
pendek.
Sumber: Cara
Iconfinder
melakukan
mirroring yaitu apabila peserta mengatakan satu
kalimat, ulangi secara verbatim (persis seperti
yang diucapkan) atau pantulkan kata demi kata
setepat tepatnya. Tidak kurang, tidak lebih. Jika
pembicara mengatakan lebih dari satu kalimat, Sumber:
PikPNG
ulangi kata kunci atau kalimat pendek. Gunakan
kata kata peserta, bukan kata kata fasilitator. Apabila peserta berkata dengan
menggebu gebu, pantulkan dengan nada bicara tenang, karena yang harus diulang
adalah kata-kata peserta bukan suara pembicara. Tujuan utamanya disini untuk
membangun kepercayaan peserta.

d. Mengumpulkan gagasan (Gathering ideas)


Mengumpulkan gagasan (Gathering Ideas) adalah teknik mendaftar gagasan
secara cepat. Mengumpulkan gagasan, bukan membahasnya. Mengumpulkan
14 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
gagasan adalah keterampilan yang
memadukan antara mirroring dan
paraphrasing ditambah dengan gerakan-
gerakan fisik. Dengan memantulkan
ucapan, peserta merasa didengarkan dan
mereka akan ikut menyampaikan gagasan
secara singkat.
Sumber: SeekPNG
Keterampilan mendengar dan
memberikan pengakuan pada pendapat atau gagasan orang dapat mengurangi
kecenderungan mereka untuk membela gagasannya. Kumpulkan gagasan dengan
memadukan teknik membahasakan kembali. Cara melakukan mengumpulkan
gagasan (Gathering ideas), sebagai berikut:
1) Mengawali dengan penjelasan tugas secara singkat
2) Melakukan curah pendapat melalui cara meminta peserta memberikan gagasan
sebanyak banyaknya
3) Menuliskan gagasan para peserta, apapun yang mereka katakan, dengan
memakai teknik memantulkan atau teknik membahasakan kembali.
4). Memberikan penghargaan terhadap semua pandangan peserta, mengajak
peserta berpendapat terhadap pendapat yang telah dikemukakan peserta
lainnya tentang kelebihan dan kekurangannya kemudian menuliskannya dan
menyimpulkan kembali secara keseluruhan.

e. Mengurutkan (Stacking)
Mengurutkan (stacking) adalah semacam teknik menyusun antrian bicara,
ketika beberapa orang bermaksud berbicara pada waktu bersamaan. Dengan teknik
ini, setiap orang akan mendengarkan tanpa gangguan dari orang yang berebut
kesempatan bicara, karena setiap orang tahu gilirannya, tugas fasilitator menjadi
lebih ringan. Cara melakukan stacking yaitu fasilitator meminta peserta yang
hendak bicara untuk mengangkat tangan lalu mengurutkan giliran yang akan bicara
serta mempersilakan peserta untuk bicara ketika tiba gilirannya. Sesudah peserta
terakhir selesai bicara, fasilitator memeriksa jika ada peserta lain yang hendak
bicara. Jika ada, fasilitator kembali melakukan teknik mengurutkan.
15 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
f. Mengembalikan pada topik pembahasan (Tracking)
Terkadang beberapa pokok-pokok pikiran muncul bersamaan dalam sebuah
diskusi. Dalam situasi seperti ini, mereka perlu dibantu untuk mengikuti semua topik
yang sedang dibicarakan. Biasanya orang menganggap bahwa apa yang ia anggap
penting seharusnya terpilih menjadi topik diskusi. Pada keadaan ini, fasilitator
bertugas mengembalikan diskusi ke jalumya. Teknik ini akan menenangkan orang
yang bingung karena gagasannya tidak mendapatkan sambutan dari orang lain.
Cara melakukan tracking antara lain:
• Mengajak peserta untuk kembali pada tema awal.
• Menyebutkan gagasan yang muncul dalam diskusi
• Tanyakan pada kelompok untuk memeriksa ketepatannya.

g. Menguatkan (Encouraging)
Menguatkan (encouraging) adalah teknik
mengajak orang ikut terlibat dalam diskusi, tanpa
membuat mereka tersiksa karena terpaksa
menjadi pusat perhatian. Dalam diskusi biasanya
ada peserta yang hanya duduk dan diam. Diam
bukan berarti malas atau tidak mau tahu. mereka
merasa kurang terlibat. Dengan sedikit dorongan,
temukan sesuatu
Sumber: yang menarik
Free Icons Lybrary
perhatian mereka.
Teknik menguatkan terutama membantu selama
tahap awal diskusi, pada saat para peserta masih
menyesuaikan diri. Bagi peserta yang lebih terlibat,
mereka tidak membutuhkan begitu banyak
penguatan untuk berpartisipasi.

16 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
h. Menyeimbangkan (Balancing)
Jika pembicaraan terjadi dengan beberapa
orang, terkadang ada salah satu yang dominan
dalam menyampaikan pendapatnya. Orang lain
yang diam belum berarti setuju, bisa jadi karena
takut tidak disukai atau malas berargumentasi.
Pendapat paling kuat dalam suatu diskusi
seringkali datang dari orang yang mengusulkan
topik diskusi. Mungkin ada sebagian peserta
yang mempunyai pendapat lain, tapi belum mau Sumber:
Flaticon
bicara.
Teknik menyeimbangkan membantah anggapan umum bahwa "diam berarti
setuju". Teknik menyeimbangkan gunanya untuk membantu orang yang tidak bicara
karena merasa pendapatnya pasti tidak disetujui banyak orang. Dengan teknik
menyeimbangkan, fasilitator sebenamya menunjukkan bahwa dalam diskusi orang
boleh menyatakan pendapat apapun. Misalnya:
• "Baiklah, sekarang kita mengetahui pendirian dari tiga orang.
• Adakah yang lain atau memiliki pendirian berbeda?"
• "Ada yang punya pandangan lain?"
• "Apakah kita semua setuju dengan ini?"

i. Membuka ruang (Making space)


Teknik membuka ruang adalah teknik
membuka kesempatan kepada peserta yang
pendiam untuk terlibat dalam diskusi. Dalam setiap
diskusi selalu ada yang bicara terus, ada yang jarang
bicara. Pada saat diskusi berlangsung cepat, orang
pendiam dan yang berpikir lambat mungkin
mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri. Ada
orang yang tidak mau berperan banyak, karena tidak
ingin dianggap ingin menang sendiri. Ada pula yang

17 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
ikut dalam diskusi sambil meraba raba apakah ia dapat diterima atau tidak. Banyak
juga yang enggan bicara karena menganggap dirinya bodoh. Maka, fasilitator perlu
membuka ruang partisipasi. Cara melakukan membuka ruang (making space),
yaitu:

• Mengamati peserta diskusi yang pendiam. Perhatikan gerak tubuh atau mimik
mukanya, apakah menunjukkan bahwa mereka ada hasrat untuk bicara?
• Mempersilakan mereka untuk bicara: "Apakah ada yang hendak Ibu
kemukakan?", "Apakah Bapak ingin menambahkan sesuatu?", "Kelihatannya
anda mau mengatakan sesuatu?
• Memperlakukan peserta dengan ramah dan segeralah beralih. Tak seorang pun
suka dipermainkan. Setiap orang berhak untuk memilih kapan ia berpartisipasi.
• Mengajak bicara pada peserta yang cenderung pendiam tetapi tampaknya ingin
bicara, jika perlu, tahan orang lain untuk bicara.

j. Diam sejenak (intentional silence)


Diam sejenak (intentional silence) adalah
berhenti bicara selama beberapa detik.
Menunggu sejenak agar si pembicara
Sumber:
menemukan apa yang ingin ia katakan. Banyak I Stock
orang membutuhkan keadaan tenang untuk
mengenali pemikiran atau perasaannya. Kadang kadang berhenti bicara beberapa
detik sebelum mengatakan sesuatu yang mungkin berisiko. Ada pula yang diam
sejenak untuk menyusun pikirannya. Gunakan teknik ini jika peserta diskusi terialu
mudah berbicara. Teknik ini akan mengajak mereka untuk berpikir lebih mendalam.
Cara melakukan diam sejenak (intentional silence) dengan:
• Hening selama lima detik tampaknya begitu lama. Banyak orang tak sabar
dengan "keheningan" tersebut. Jika fasilitator mampu melakukannya, orang lain
pun akan mampu.
• Tetaplah tenang. Pelihara kontak mata pada pembicara.

18 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
• Jangan berkata apapun. Bahkan tidak juga berdehem atau batuk batuk kecil atau
menggaruk dan menggeleng gelengkan kepala. Tetaplah tenang dan berikan
perhatian.
• Jika perlu, angkat tangan untuk memberi isyarat kepada orang agar tidak
memecahkan keheningan.

k. Menemukan kesamaan pemikiran dasar


Teknik menemukan kesamaan pemikiran dasar terutama berguna ketika
peserta diskusi terbelah oleh perbedaan pendapat. Teknik ini dapat memperjelas
letak persamaan dan pertentangan pendapat yang terjadi dalam, diskusi. Teknik ini
dapat membangkitkan harapan. Membuat peserta tersadar bahwa meski saling
bertentangan, mereka memiliki kesamaan tujuan. Untuk hal yang dasar mereka
memiliki banyak kesamaan. Misal:
• Katakan bahwa kita akan merangkum hal hal yang menjadi perbedaan dan
persamaan di dalam. kelompok diskusi.
• Ringkaskan perbedaan perbedaan.
• Catat aspek aspek dasar yang sama
• Periksa catatan tersebut bersama peserta.

F. Rangkuman
Fasilitasi berasal dari kata facil yang bermakna ‘memudahkan’. Teknik
fasilitasi berarti cara untuk membuat mudah suatu proses. Orang yang melakukan
fasilitasi disebut sebagai fasilitator. Sedangkan, fasilitator adalah orang yang
bertugas mengelola proses dialog. Fasilitator ada untuk mendukung kegiatan
belajar agar peserta bisa mencapai tujuan belajarnya. Fasilitator mendorong
peserta untuk percaya diri dalam menyampaikan pengalaman dan pikirannya,
mengajak peserta dominan untuk mendengarkan.
Tugas fasilitator adalah merencanakan, membimbing, dan mengelola
kelompok atau kelas dalam suatu acara serta memastikan tujuan tercapai secara
efektif dengan partisipasi peserta yang memadai. Fasilitator memperkenalkan
teknik-teknik komunikasi untuk mendorong partisipasi. Fasilitator menggunakan
media yang cocok dengan kebutuhan peserta dan membantu proses
19 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
belajar/komunikasi menjadi lebih efektif. Fasilitator memperkenalkan teknik-teknik
komunikasi untuk mendorong partisipasi. Fasilitator menggunakan media yang
cocok dengan kebutuhan peserta dan membantu proses belajar atau komunikasi
menjadi lebih efektif. Peran fasilitator ini harus dikurangi secara bertahap dan
diserahkan kepada peserta. Dengan membatasi waktu dari fasilitator, proses
pembelajaran bisa diambil alih oleh peserta sehingga pembelajaran bisa berjalan
sebagai inisiatif sendiri. Adapun yang perlu diperhatikan untuk menjadi fasilitator
yang baik antara lain sikap fasilitator, keterampilan fasilitator, teknik dalam
melakukan pertanyaan. Sikap-sikap yang harus dimiliki oleh seorang fasilitator
meliputi: empati, peka terhadap situasi, ramah, semangat, dan luwes, hormat
terhadap peserta secara sederajat, tidak menonjolkan diri sendiri, menggurui, atau
merasa paling ahli obyektif.

G. Latihan

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas!


1. Berikan penjelasan tentang konsep memfasilitasi!
2. Jelaskan tentang menjadi fasilitator yang baik!
3. Uraikan tentang teknik bertanya dan mendengarkan pada fasilitator!
4. Sebutkan contoh fasilitator menggunakan Bahasa tubuh yang baik dalam
menunjukkan keterampilan sebagai fasilitator!
5. Apa saja teknik komunikasi yang dapat digunakan fasilitator untuk
mendorong partisipasi peserta?

H. Evaluasi Formatif
Pilihlah jawaban yang benar!
1. Merencanakan, membimbing, dan mengelola kelompok atau kelas dalam
suatu acara serta memastikan tujuan tercapai secara efektif dengan partisipasi
peserta yang memadai merupakan …
a. Tugas Fasilitator
b. Sikap fasilitator
c. Keterampilan fasilitator
20 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
d. Kewenangan fasilitator
e. Tanggung jawab fasilitator

2. Sebutkan Dua dari delapan sikap fasilitator adalah …


a. Jujur dan bertanggungjawab
b. Jujur dan adil
c. Jujur dan konsekuen
d. Jujur dan terbuka
e. Jujur dan percaya diri

3. Fasilitator memberi semangat atau membuat kelompok rileks sesuai


kebutuhan adalah merupakan ciri – ciri dari …
a. Fasilitator yang baik
b. Fasilitator yang bertanggung jawab
c. Fasilitator yang simpel
d. Fasiltyator yang terampil
e. Fasilitator yang mempunyai sifat yang ramah dan terbuka

4. Keterampilan dasar yang harus dipunyai oleh seorang fasilitator diantaranya


adalah …
a. Teknik bertanya
b. Teknik menjawab
c. Teknik mengambil kesimpulan
d. Komunikasi
e. Mirroring

21 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
5. Bentuk komunikasi non verbal pada fasilitator dapat ditunjukkan melalui
bahasa tubuh. Bahasa tubuh fasilitator dapat ditunjukkan melalui …
a. Tatap mata peserta, jangan bicara sambil melihat lantai, langit-langit, atau
kertas catatan
b. Menggunakan media yang cocok dengan kebutuhan peserta dan
membantu proses belajar atau komunikasi menjadi lebih efektif
c. Membatasi waktu dari fasilitator, proses pembelajaran
d. Mengarahkan peserta agar dapat menjawab yang benar
e. Mendorong peserta untuk percaya diri dalam menyampaikan pengalaman
dan pikirannya.

I. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


• Umpan balik
Cocokkan hasil jawaban Evaluasi Saudara dengan rambu jawaban yang ada pada
bagian akhir dari modul ini dan hitunglah jawaban yang benar. Kemudian gunakan
formula seperti di bawah ini, untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara :

Jumlah Soal yang dijawab Benar x 100% = Nilai Perolehan Peserta


Jumlah Keseluruhan Soal

Skor Nilai Perolehan:


1) 90%-100% = baik sekali
2) 80%-89% = baik
3) 70%-79% = cukup
4) 60%-69% = kurang
5) >59% = kurang sekali

• Tindak Lanjut
Jika tingkat kategori penguasaan sudah baik, maka lanjutkanlah latihan dengan
menerapkan pola diskusi dengan teman Saudara. Tetapi bila penguasaan Saudara
masih dalam tingkat kategori cukup, maka cobalah mempelajari ulang seluruh materi
Bab ini hingga penguasaan Saudara pada test formatif berada pada. kategori Baik

22 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BAB III
FASILITASI
ORANG DEWASA

Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat
menguraikan fasilitasi orang dewasa.

Memfasilitasi orang dewasa sangat


menyenangkan, karena pada dasarnya orang dewasa
sudah memiliki banyak pengalaman sehingga dapat
memberikan warna pada komunitasnya juga pada
lingkungannya sehingga memudahkan fasilitator untuk
menciptakan suasana yang kondusif khususnya dalam
belajar banyak faktor yang menentukan disampig
keberadaan seorang fasilitator, kita bisa melihat
berbagai faktor yang sangat penting untuk diperhatikan tentang gaya belajar dalam
Kajian Paradigma 2005:16, diuraikan terdapat empat gaya belajar yakni :

1. Diverger, dengan gaya belajar ini sangat tepat dalam melihat situasi konkrit dari
berbagai sudut pandang. Pendekatan yang dilakukan lebih pada mengamati
daripada mengambil langkah tindakan.
2. Assimilator, dengan gaya belajar ini lebih tepat dalam memahami sejumlah besar
informasi dan mengartikannya ke dalam bentuk yang konkrit dan logic.
3. Converger, dimana gaya belajar ini lebih tepat menemukan penggunaan-
penggunaan praktis atas ide-ide dan teori-teori.
4. Accomodator, yaitu tipe yang mempunyai kemampuan untuk belajar dari
pengalaman lainnya.
Dengan memahami gaya belajar peserta, fasilitator akan mengetahui kelemahan dan
kekuatan dan kemudian akan mendapatkan manfaat yang besar.

23 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Model pembelajaran orang dewasa sangat cocok diterapkan dalam praktik
fasilitasi pelatihan atau peningkatan kapasitas penerima manfaat. Konsep
pembelajaran andragogi dan heutagogidengan model pembelajaran eksperiensial
merupakan konsep yang dapat dipertimbangkan dalam melaksanakan fasilitasi
terhadap orang dewasa. Para penerima manfaat sebagai manusia dewasa memiliki
karakteristik dan kebutuhan yang berbeda dengan anak usia sekolah, sehingga perlu
merancang tahapan dalam melakukan pertemuan atau diskusi dapat menjadi
pedoman dalam praktik, termasuk bagaimana mengatur setting pertemuan dan
prosesnya termasuk sejumlah sikap dan perilaku fasilitatif sangat baik diterapkan
dalam pertemuan, diskusi, ataupun pengambilan keputusan.
Pada bab tiga ini kita akan menguraikan bagaimana teknik memfasilitasi
orang dewasa khususnya dalam berbagai aktivitas, diantaranya bagaimana
memfasilitasi dalam pertemuan, memfasilitasi dalam pengambilan kesepakatan dan
memfasilitasi dalam keadaan sulit. Tiga hal ini yang dianggap dominan dan sangat
perlu untuk dikupas secara mendalam dalam pembelajaran orang dewasa.

A. Teknik Fasilitasi dalam Pertemuan


Pertemuan atau diskusi biasanya memiliki tahapan umum berupa ungkap
masalah, umpan balik, penyelesaian masalah, pengambilan keputusan, hingga
rencana tindakan. Sedangkan untuk pertemuan dalam konteks pembelajaran,
prinsip- prinsip penting dalam pembelajaran orang dewasa dapat menjadi pegangan
ketika mempraktikkan sejumlah teknik-teknik fasilitasi terkait pembelajaran.
Teknik-teknik fasilitasi yang bersifat dasar bagi para fasilitator dalam
pertemuan diantaranya teknik bertanya, mendengarkan aktif, teknik menjawab
pertanyaan, komunikasi dialogis, fasilitasi diskusi terbuka, curah pendapat,
chartwriting seperti yang sudah diyraikan dalam bab terdahulu sangat menentukan
keberhasilan setiap aktivitas belajar yang dilakukan, begitupun dalam pertemuan
pembelajaran.
Malcom S. Knowles (1970) telah menyarankan perubahan penting dalam cara
di mana pengalaman pendidikan untuk orang dewasa harus dirancang. Pendekatan
itu dikenal sebagai andragogi yang dibedakan secara kontras dan cukup tajam
dengan pedagogi dengan karakeristik utama andragogi adalah pendekatan fasilitatif.
Knowles merinci tiga asumsi utama yang membedakan kedua model tersebut

24 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(Hogan, 2002: 27):
1. Orang dewasa kurang memiliki ketergantungan dibanding anak dan cenderung
mampu mengatur diri.
2. Orang dewasa lebih memiliki khazanah pengalaman, maka konsep diri mereka
sangat berkaitan erat dengan pengalaman yang dimiliki sehingga mereka akan
memproyeksikan pengalaman tersebut dalam proses pembelajaran.
3. Orang dewasa ingin pembelajaran mereka dapat berguna saat ini dan materi
belajar terkait langsung dengan masalah yang sedang mereka hadapi.
4. Pembelajaran yang bersifat mengatur diri
Lebih jauh Knowles mendorong penggunaan ‘kontrak belajar ’ dalam
metodologi andragogi ketika memulai proses pembelajaran. Kontrak belajar
memerlukan pendekatan fasilitatif. Kontrak belajar berarti sebuah ‘rencana proses’.
Fokusnya terletak pada kebutuhan dan gaya belajar peserta didik. Seiring dengan
perubahan waktu dan tibanya era revolusi industry 4.0 bahkan dengan mulainya
revolusi 5.0 mempengaruhi dunia pendidikan khususnya konsep pembelajaran,
Sebagai respon terhadap lingkungan ini muncul konsep yang memfokuskan pada
pendekatan inovatif yang diharapkan mampu mengembagkan metodologi pedagogi
dan andragogy, yaitu lahirnya konsep Heutagogi .
Konsep Heutagogi pertama kali diciptakan oleh Stewart dari Southern Cross
University. Heutagogi merupakan pendekatan holistik yang bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik, dengan belajar sebagai proses aktif
dan proaktif, dan peserta didik berperan sebagai "agen utama” dalam pembelajaran
mereka sendiri yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman pribadi. Jika andragogi
berfokus pada cara terbaik bagi orang dewasa untuk belajar, heutagogi juga
mensyaratkan bahwa inisiatif pendidikan termasuk peningkatan keterampilan,
sebenarnya yang belajar itu adalah masyarakat sendiri, mereka belajar cara belajar
dan juga belajar mata pelajaran yang diberikan itu sendiri. Pada andragogi fokus
pendidikan bersifat terstruktur, sedangkan dalam heutagogi semua konteks
pembelajaran dianggap mengkombinasikan dimensi formal dan informal.
Sebagai konsep baru dalam belajar heutagogi menawarkan tentang
bagaimana orang belajar, menjadi kreatif, memiliki efektivitas diri tingkat tinggi, dapat
menerapkan kompetensi dalam situasi kehidupan, dan dapat bekerja secara baik
dengan orang lain. Dibandingkan dengan kompetensi yang terdiri dari pengetahuan

25 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
dan keterampilan, kemampuan adalah atribut holistic. Mengembangkan orang agar
menjadi mampu, membutuhkan pendekatan inovatif untuk belajar secara konsisten
dengan konsep heutagogi, yaitu perlu berbasis kerja.
Elemen Pendekatan Heutagogi Menurut Kanyen dan Hase terdiri dari 7 ( tujuh)
unsur yaitu
1. Approval, artinya, diperlukan persetujuan dalam menerapkan kurikulum di suatu
lembaga pendidikan formal yang menggunakan pendekatan heutagogi dalam
suatu pembelajaran. Sedangkan selain pendidikan formal tidak memerlukan
persetujuan,
2. Facilitators yang berperan sebagai fasilitator yang berguna untuk memastikan
kesiapan pembelajar dengan menggunakan panduan pembelajaran yang relevan.
3. Fasilitator memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih proses
belajar yang sesuai dengan kemampuan dan ketersediaan waktu peserta didik
serta kompleksitas topik,
4. Agreement, artinya antara fasilitator dan peserta didik membuat kesepakatan
jadwal waktu belajar, frekuensi ulasan kemajuan, metode yang digunakan bentuk
penilaian ahir.
5. Review, fasilitator melakukan evaluasi terkait kemajuan dan kebutuhan peserta
didik secara berkala.
6. Assesment, artinya bentuk penilaian harus disampaikan dan disepakati sejak awal
pembelajaran.
7. Feedback, artinya fasilitator perlu menyediakan wadah diskusi dengan peserta
didik secara informal untuk bertukar ide dan pengalaman yang bermanfaat bagi
peserta.
Beberapa hal yang sangat penting diperhatikan oleh fasilitator pada saat akan
melakukan pertemuan khususnya pembelajaran yang semua telah terakomodir
dalam desain pembelajaran atau yang biasa disebut dengan rencana pembelajaran.
Pertemuan yang akan dilaksanakan harus dirancang sesuai dengan tujuan
pertemuan serta system pertemuannya apakah dilakukan secara klasikal atau
secara daring. Hal yang terpenting dalam sebuah pertemuan adalah bagaimana
tujuan dari pertemuan dalam hal ini pembelajaran dapat dicapai,sehingga perlu
dirancang mulai dari persiapan, saat pelaksanaan dan setelah pertemuan
pembelajaran.

26 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
1. Persiapan
• Siapkan fisik dan mental yang baik sebelum memfasilitasi.
• Mengerti dengan tujuan pelatihan dengan
• Membuat Rencana pembelajaran yang bersumber pada kurikulum agar
pembelajaran yang akan dilaksanakan sesuai tujuanpembelajaran .
• Mengerti dengan jelas jenis pertemuan yang akan dilaksanakan sehingga tepat
dalam menggunakan model pembelajaran.
• Faham situasi dan kondisi yang akan difasilitasi, baik jumlah peserta, komposisi
laki dan perempuan, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja dan
pengalaman dalam bidang yang menjadi topik, rata-rata umur, status perkawinan,
jumlah anak, dsb, sehingga dapat menentukan metode yang sesuai untuk seluruh
peserta.
• Kenali karakter peserta, ada yang menonjol dalam pengetahuan, logika, analisa,
sintesis, dsb. Ada juga yang cenderung mendominasi atau menjadi peserta
bermasalah. Lakukan pendekatan khusus agar mereka rela untuk lebih bersabar
dan memberi kesemp atan yang lain untuk belajar.
• Siapkan lembar kehadiran (presensi) untuk memonitor tingkat kehadiran setiap
peserta. Gunanya untuk mencari penyebab dan solusi untuk melakukan tindakan
kelas.
• Pastikan alat pendukung serta bahan yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran
sudah tersedia dan dapat digunakan, sebaiknya buatlah daftar kebutuhan bahan
dan media serta alat bantu . Cek alat-alat yang akan digunakan sebelum sesi
dimulai. Persiapan yang baik akan memperlancar proses pembelajaran.
• Sebelum pertemuan dimulai yakinkan bahwa model pembelajaran sehingga
pembagian sesi cukup berimbang antara teori dan praktek, antara ceramah dan
diskusi atau curah pendapat
• Siapkan Rencana pembelajaran yang berisi langkah demi langkah proses untuk
mengantar proses agar berjalan denga baik dan semua topik atau materi yang
akan dibahas tidak terlewatkan, namun harus siapkan alternative jika kondisi tidak
ideal.
• Yakinkan bahwa pembagian sesi cukup berimbang antara teori dan praktek,
antara ceramah dan diskusi atau curah pendapat, kecuali untuk ilmu atau

27 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
pengetahuan baru.
• Siapkan modul atau rencana fasilitasi yang berisi langkah demi langkah agar
proses berjalan rancak dan semua topik atau materi yang akan dibahas tidak
terlewatkan. Namun ingat bahwa kita harus siap untuk menghadapi perubahan
untuk perbaikan, dan ingat pepatah tiada gading yang tak retak.
• Lakukan persiapan sesame tim teaching sebelum dimulai pembelajaran, untuk
memastikan hal-hal yang perlu digaris bawahi dalam sesi yang akan dibawakan.

2. Pada Saat Fasilitasi


• Usahakan Fasilitator hadir sebelum peserta hadir atau paling tidak 15 menit
sebelum jadwal baik klasikal maupun daring.
• Siapkan materi baik bahan tayang, video atau media lainya agar tidak bingung
pada saat dibutuhkan
• Yakinkan semua peserta atau sebagian besar peserta telah hadir , dan telah
mengisi daftar hadir yang telah disiapkan , sapa dan informasikan acara akan
dimulai serta tanyakan kesiapan peserta.
• Mulailah fasilitasi dengan salam dan perkenalan jika baru pertama kali jumpa .
• Jelaskan topic dan tujuan pembelajaran sehingga semua satu frekuensi da
mempunyai pemahaman yang sama.
• Kelola waktu dengan baik sehingga semua materi dapat disampaikan sesuai
rencana.
• Buka ruang diskusi dan Tanya jawab dan pakai metode lainya agar fasilitasi orang
dewasa berjalan sesuai harapan bersama 

• Sebelum sesi ditutup jangan lupa lakukan review, untuk mengecek ketercapaikan
tujuan pembelajaran, tanyakan dan simpulkan bersama. Jika ada yang belum
tercapai atau belum difahami bisa disepakati solusinya .

3. Setelah Fasilitasi
• Setelah sesi selesai, bereskan kertas-kertas, flipchart dan juga alat-alat yang tidak
dibutuhkan sehingga mempermudah proses selanjutnya.
• Catatan-catatan penting baik tentang proses maupun hasil harus dikumpulkan dan
disimpan dengan baik. Kalau mungkin ditempel didinding sehingga sewaktu-waktu

28 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
dapat ditinjau kembali.
• Istirahat sejenak sebelum memulai sesi berikut.
• Kalau sesi panjang sebaiknya tim teaching , sehingga penyampaian sesi bisa
lakukan secara selang-seling dengan tim Fasilitator yang lain agar pembelajaran
optimal dan sekaligus mencegah kemungkinan rasa bosan peserta.

B. Teknik Fasilitasi dalam Pengambilan Kesepakatan


Fasilitasi dalam pembuatan kesepakatan atau pengambilan keputusan harus
didahului pemahaman tentang dinamika kelompok, beberapa teknik-teknik yang
dikuasai terutama pada tahap proses berpikir divergen, yakni tahap menggali dan
mengembangkan gagasan kelompok. Teknik-teknik fundamental bagi fasilitator di
antaranya meliputi: keterampilan mendengarkan fasilitatif, teknik menulis, fasilitasi
diskusi terbuka, dan curah pendapat (brainstorming). Secara umum, fasilitasi yang
dilakukan didasarkan atas dinamika dalam proses pengambilan keputusan yang
terdiri dari tiga tahap yaitu tahap divergen, zona kritis dan tahap konvergen.
1. Tahap divergen , yang dapat dilakukan dengan aktivitas sebagai berikut:
• Berbagi pengalaman
• Membeberkan semua fakta
• Menumpahkan atau mencurahkan informasi
• Memahami persoalan secara utuh dari berbagai sudut pandang dan
pengalaman
2. Zona kritis dapat dilakukan dengan aktivitas sbb:
• Teknik analisis informasi
• Teknik intervensi
• Teknik mengajukan pertanyaan
• Teknik merumuskan pokok – pokok bahasan untuk mengerucutkan masalah.
3. Tahap konvergen dapat dilakukan dengan menggali pendapat untuk merumuskan
beberapa point sebagai berikut :
• Kriteria/indikator yang disepakati
• Media visual: skema, diagram, alur

29 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
C. Teknik Fasilitasi dalam Situasi Sulit
Dalam melakukan fasilitasi pertemuan
atau diskusi kelompok, fasilitator seringkali
menemui situasi sulit. Berperan selaku fasilitator
yang memandu jalannya diskusi atau pertemuan,
seorang fasilitator tentu harus mengantisipasi
berbagai situasi yang mungkin muncul, selain
harus memahami ragam karakter peserta
pertemuan, fasilitator harus mampu mengambil
tindakan tertentu sesuai situasi sulit , beberapa
Sumber:
Vector Stock contoh situasi sulit yang mungkin ditemui
sebagai berikut:

1. Terjadinya salah paham,


2. Warga mulai jemu, tegang, bingung dan jengkel, orang yang kesal sukar berpikir
jernih,
3. Perhatian masyarakat menurun.
4. Sebagian peserta diskusi merasa terpaksa memimpin pembicaraan tanpa mereka
tahu pemecahannya.
5. Ada yang tidak sabar ingin cepat pulang.
6. Ada pula yang jengkel tapi berusaha untuk tetap tenang.

Berbagai contoh situasi sulit dan teknik memfasilitasinya yang penulis ragkum
dari berbagai sumber bacaan dapat dirumuskan sebagai berikut :
• Menangani peserta yang selalu bicara, maka Fasilitator sebaiknya tidak perlu
berusaha mengendalikan peserta yang ingin bicara, cukup upaya difokuskan
untuk mendorong peserta lain yang pasif untuk berpartisipasi.
• Menangani peserta yang mulai jemu Ketika diskusi atau pertemuan sudah cukup
lama atau materi yang cukup berat, wajar jika peserta menjadi Lelah dan jemu.
Ketimbang meminta atau memaksa peserta untuk kembali fokus, lebih bagus ajak
peserta untuk istirahat sejenak, minum kopi, atau dengan melakukan ice-breaking.
• Menangani situasi rendahnya partisipasi peserta. Rendahnya partisipasi peserta
mungkin disebabkan karena metode diskusi atau pembejalaran yang kurang

30 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
sesuai atau kurang menarik, fasilitator dapat mengubah metode yang mampu
membuat peserta aktif, missal dengan metode curah pendapat, diskusi kelompok
kecil, presentasi kelompok, dan lain-lain. Strategi dalam menjalankan diskusi agar
peserta berpartisipasi untuk berdialog dan saling belajar adalah dengan cara
membentuk Diskusi kelompok kecil; Diskusi kelompok berpindah; atauDiskusi
pengelompokan ide.
• Menangani ‘debat kusir’ antara dua peserta Jika terjadi perdebatan yang tidak
berkesudahan, hindari untuk berupaya menyelesaikan konflik tersebut. Sebaiknya
fasilitator berupaya untuk melibatkan peserta lain yang kurang aktif. Terkait hal
yang menjadi perdebatan, jadikan tema tersebut menjadi masalah bersama,
bukan hanya menjadi persoalan dua orang yang berkonflik tadi. Caranya,
misalkan fasilitator melontarkan pertanyaan: “Siapa lagi yang punya pendapat
tentang hal ini?” “Ada pendapat lain terkait masalah ini?”
• Menangani peserta yang diam saja, untuk peserta yang tampak ragu-ragu
mengungkapkan pendapat, fasilitator bisa memberinya kesempatan. Namun juga
tidak terlalu sering dilakukan, karena malah akan merasa menjadi pusat perhatian.
Fasilitator bisa juga menggunakan metode lain yang sekiranya dapat lebih
memberi kesempatan kepada peserta yang diam saja.
• Menangani peserta yang berbisik-bisik atau bersenda gurau Sekali-kali perlu
meminta peserta secara sopan atau dengan bercanda untuk fokus pada
pertemuan/diskusi atau berlaku sewajarnya. Jika terus-terusan, bias jadi ada yang
tidak pas dengan pertemuan atau pembelajaran, mungkin topik yang dibahas
kering dan membosankan? apakah peserta membutuhkan istirahat atau
permainan? atau mungkin peserta lebih menyukai metode lain, seperti diskusi
dalam kelompok kecil?
• Menangani keterlambatan para peserta, fasilitator sebaiknya memulai pertemuan
sesuai kesepakatan waktu. Sambil menunggu peserta datang, mulai lebih dulu
dengan diskusi. Selanjutnya meminta kesepakatan dengan peserta yang sudah
datang untuk menunda pertemuan dan memastikan berapa lama.
• Menangani peserta yang mengulang-ulang pembicaraan peserta mengulang-
ulang pendapat biasanya merasa pendapatnya belum dipahami atau belum
diakomodir, maka ringkaslah penjelasannya atau parafrase pokok pendapatnya

31 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
hingga dia merasa gagasannya sudah dimengerti.
• Menangani gangguan dari luar bisa berupa kejadian-kejadian terkini yang menjadi
bahan pembicaraan para peserta, sehingga dapat mengganggu konsentrasi
mereka. Misal terkait pandemi Covid-19, soal pilkada, dan lain-lain. Kurang baik
juga jika fasilitator mengabaikan gangguan tersebut. Sebaiknya luangkan waktu
sejenak untuk membicarakannya. Sesudah mereka merasa puas, ajak peserta
untuk kembali ke topik .

D. Rangkuman
Gaya belajar pada umumnya dikatagorikan dalam empat gaya yaitu
konvergen, divergen, acomodator dan assimilator, keempat gaya ini menjadi
referensi seorang fasilitator dalam memfasilitasi orang desawa belajar. Dalam
memfasilitasi orang dewasa banyak aspek yang harus diperhatikan diantaranya
sikap fasilitator sebagai pelaya jasa yang harus mampu memberikan layanan yang
memuaskan bagi pelanggan dalam hal ini peserta sebagai penerima manfaat.
Perbedaan antara pedagogi, andragogi, dan heutagogi ini dapat diidentifikasi
dari tingkat kematangan, autonomi, dan kontribusi dari peserta didik. Asumsinya
adalah semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin matang dan
semakin bertambah kemandirian belajarnya. Sementara dilihat dari peran pendidik
atau instruktur, maka apabila semakin bertambah usia seseorang maka peran
instruktur serta materi yang terstruktur semakin berkurang. Begitu juga sebaliknya,
semakin muda seseorang, maka peran instruktur dan materi yang terstruktur
semakin dominan (pedagogi).
Dalam setiap pertemuan atau diskusi, ada tahapan yang bersifat umum.
Tahapan yang dimaksud dari mulai ungkap masalah, umpan balik, penyelesaian
masalah, pengambilan keputusan, hingga rencana tindakan. Dalam konteks
pembelajaran, prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa menjadi dasar ketika
fasilitator menerapkan sejumlah teknik-teknik fasilitasi. Teknik fasilitasi tersebut
meliputi: teknik bertanya, mendengarkan aktif, komunikasi dialogis, fasilitasi diskusi
terbuka, curah pendapat, chartwriting, penggunaan media dalam fasilitasi, teknik
fasilitasi dalam pembuatan kesepakatan, dan teknik fasilitasi dalam situasi sulit.

32 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
E. Latihan
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas!
1. Uraikan gaya belajar yang bapak ibu ketahui!
2. Uraikan apa yang bapak ibu ketahui tentang konsep belajar andragogy dan
heutagogi!
3. Uraikan bagaimana memfasilitasi orang dewasa dalam pengambibilan
kesepakatan!
4. Uraikan bagaimana memfasilitasi orang dewasa dalam situasi sulit!
5. Apa yang dimaksud dengan chatwriting dalam teknik fasilitasi?

F. Evaluasi Formatif
Pilihlah jawaban yag tepat

1. Dalam pembelajaran orang dewasa dikenal istilah diverger yang mengandung


arti …
a. Gaya belajar yang dilakukan lebih pada mengambil langkah tindakan
b. Gaya belajar dalam melihat situasi konkrit dari berbagai sudut pandang
c. Gaya belajar dalam melihat situasi abstrak menuju konkrit
d. Gaya belajar dari berbagai sudut pandang untuk mengambil tindakan
e. Gaya belajar dalam menganalisis untuk kemudian dilakukan kajian

2. Kenali karakter peserta, ada yang menonjol dalam pengetahuan, logika,


analisa, sintesis, merupakan langkah fasilittaor dalam melakukan …
a. Penyelenggalaan pembelajaran
b. Penilaian pembelajaran
c. Pengukuran pembelajaran
d. Persiapan pembelajaran
e. Evaluasi pasca pelatihan

33 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
3. Perbedaan antara pedagogi, andragogi, dan heutagogi ini dapat diidentifikasi
melalui …
a. Tingkat kematangan, autonomi, dan kontribusi dari peserta didik
b. Tingkatkejujuran, keterbukaan, keluwesan dan partisipasi peserta
c. Tingkat keterpaduan, kolaborasi dan Kerjasama diantara peserta didik
d. Tingkat kedewasaan, kedayatahanan, dan tingkat keuleta peserta
e. Tingkat ketergatunga, kemandirian,keterikatan peserta

4. Dalam proses pengambilan keputusan terdapat tiga tahap, salah satu


diantaranya adalah …
a. Umpan balik
b. Tindak lanjut
c. Zona kritis
d. Asimilator
e. Kreator

5. Menangani peserta yang selalu bicara, maka fasilitator sebaiknya tidak perlu
berusaha mengendalikan peserta yang ingin bicara, cukup upaya difokuskan
untuk mendorong peserta lain yang pasif untuk berpartisipasi. Hal diatas
merupakan Teknik fasilitasi pada pembelajaran orang dewasa saat
menghadapi …
a. Diskusi kelompok
b. Situasi sulit
c. Curah pendapat
d. Pertayaan peserta
e. Tugas mandiri

34 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

• Umpan balik
Cocokkan hasil jawaban Evaluasi Saudara dengan rambu jawaban yang ada pada
bagian akhir dari modul ini dan hitunglah jawaban yang benar. Kemudian gunakan

formula seperti di bawah ini, untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara:

Jumlah Soal yang dijawab Benar x 100% = Nilai Perolehan Peserta


Jumlah Keseluruhan Soal

Skor Nilai Perolehan:


6) 90%-100% = baik sekali
7) 80%-89% = baik
8) 70%-79% = cukup
9) 60%-69% = kurang
10) >59% = kurang sekali

• Tindak Lanjut
Jika tingkat kategori penguasaan sudah baik, maka lanjutkanlah latihan dengan
menerapkan pola diskusi dengan teman Saudara. Tetapi bila penguasaan Saudara
masih dalam tingkat kategori cukup, maka cobalah mempelajari ulang seluruh materi
Bab ini hingga penguasaan Saudara pada test formatif berada pada. kategori Baik.

35 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BAB IV
MEDIA PEMBELAJARAN

Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat
mengidentifikasi media pembelajaran

A. Penggunaan Media berdasarkan Model Komunikasi


Media adalah saluran untuk menyampaikan informasi /pesan dari komunikator
(pemberi pesan) kepada komunikan (penerima pesan). Tujuannya adalah pesan
sampai kepada komunikan (penerima) sesuai dengan yang dimaksud oleh
komunikator (sumber informasi) untuk bisa mempengaruhi penerima informasi
(perubahan perilaku tertentu). Berdasarkan model komunikasi maka penggunaan
media dapat dibagi menjadi hal berikut:

1. Media Komunikasi Konvensional


Model komunikasi konvensional
menetapkan isi pesan dan media yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan komunikasi
si pemberi pesan. Proses yang dikembangkan
adalah satu arah dengan umpan balik hanya
sebagai cara memeriksa apakah pesan telah
diterima dengan baik. Model komunikasi
konvensional menggunakan media yang
penggunaannya secara partisipatif, namun Sumber:
Iconfinder
hakekatnya tetap sama yaitu menyampaikan
pesan/informasi yang ditetapkan secara sepihak. Misalnya: menyampaikan materi
pengenalan teknologi pengasuhan dengan menggunakan media poster sebagai

36 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
bahan diskusi, tetapi bertujuan untuk ’mengarahkan’ peserta agar menerima
teknologi baru tersebut. Ini berarti media yang dikembangkan hanya merupakan
alat untuk mengefektifkan ’penyuluhan’ teknologi baru tersebut.

Media belajar konvensional disebut juga sebagai media mengajar.


Pengguna media mengajar lebih banyak ‘guru’. Media lebih banyak digunakan
untuk memperjelas materi yang ingin disampaikan guru kepada para ‘murid’. Sifat
media yang demikian tidak membangun proses diskusi dan dialog. Walaupun
media digunakan oleh peserta belajar (murid), namun semangat dari penggunaan
medianya adalah untuk membantu transfer pengetahuan dari guru kepada para
murid. Bukan untuk membantu peserta belajar memahami realita kehidupannya,
mengkritisi, dan kemudian mengembangkan kesimpulan dan mengkaitkan antara
suatu teori/konsep dengan realita tersebut.

2. Media Komunikasi Partisipatif


Komunikasi dalam paradigma partisipatoris
adalah berbagi pengetahuan dan pengalaman
dalam menganalisis masalah, mengidentifikasi
penyelesaian, dan melaksanakannya.
Komunikasi bukanlah menginformasikan atau
mempromosikan sesuatu agar publik tertarik,
melainkan membangun suatu pemahaman
tentang kehidupan dan lingkungan melalui
Sumber:
Dreamstime.com penggunaan pengetahuan dan informasi yang
relevan. Tujuan komunikasi bukanlah agar
pesan dan informasi pembangunan diterima masyarakat, melainkan memotret untuk
menyampaikan informasi, menyampaikan pengalaman, pikiran, dan pendapatnya.
Merujuk kembali kepada konsep pembelajaran Paulo Freire, media partisipatif
adalah alat yang dirancang untuk membantu peserta belajar menguraikan realita
kehidupannya. Jadi, media lebih banyak digunakan oleh peserta, bukan alat bantu
fasilitator. Fasilitator membantu menyiapkan media yang dapat mempermudah
pembelajaran peserta. Pembelajaran partisipatif sebenarnya mengutamakan

37 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
penggunaan media lokal yang dikembangkan oleh peserta belajar sendiri untuk
meningkatkan efektivitas proses pembelajarannya. Apa yang dimaksud
denganmedia lokal? Media local adalah media yang alat, bahan, dan teknologinya
tersedia di masyarakat itu sendiri. Apabila fasilitator bekerja di masyarakat yang
masih belum tersentuh teknologi media (media cetak, audio, audio visual,
multimedia), fasilitator dapat mengembangkan media-media dengan teknologi
digital bersama masyarakat sebagai kegiatan pembelajaran dan penguatan
kapasitas. Adapun pembahasan ini menitikberatkan kepada penggunaan media
pembelajaran kelompok, baik dengan menggunakan media lokal maupun media
berbasis teknologi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan dan menggunakan
media dalam memfasilitasi pembelajaran adalah:

• Media yang dikembangkan dan dipergunakan dalam fasilitasi tidak boleh terlalu
bersifat memberi informasi dan tidak bersifat instruksional, tetapi lebih bersifat
mengajukan permasalahan yang ada.
• Penyajian media yang ada harus diikuti dengan fasilitasi dan pembahasan oleh
para peserta dengan jalan menjawab atau menfasilitasikan berbagai pertanyaan
yang diajukan oleh fasilitator, sesuai dengan siklus belajar berdasarkan
pengalaman yaitu, mengalami, mengungkapkan pengalaman, analisis, menarik
kesimpulan, menerapkan, yang akhirnya menimbulkan pengalaman baru.
• Peran peserta lebih aktif dalam menggunakan media yang ada sebagai alat
untuk mengalami dan mengungkapkan pengalaman. Sedangkan peran fasilitator
lebih untuk menyimpulkan hasil-hasil yang dicapai.
• Pelajari dan kuasai materi dan tujuan pembelajarannya, kemudian pilihlah jenis,
fungsi dan cara penggunaan media yang cocok untuk tujuan pembelajaran
tersebut.

B. Persiapan Penggunaan Media dalam Pembelajaran


1. Jenis Media Pembelajaran
Jenis media yang dipergunakan merupakan pilihan format tujuan/fungsi
penggunaan media tersebut, misalnya: booklet biasanya bersifat informasional

38 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
dan instruksional, komik biasanya media yang akan digunakan, apakah akan
menggunakan media praktik, poster, booklet, brosur, atau film. Ini akan
berhubungan dengan kemampuan khalayak dalam menggunakan media,
misalnya: media brosur atau booklet kurang.

2. Cara Kerja Media Pembelajaran


Menyangkut karakteristik media tersebut baik berdasarkan jenis/format maupun
tujuan/fungsi medianya. Misal: poster digunakan untuk diskusi kelompok; film
ditayangkan sebagai pengantar diskusi kelompok; buklet digunakan sebagai
bahan bacaan untuk dibawa pulang; drama dilanjutkan dengan diskusi refleksi,
dan sebagainya. Pelajari cara mempergunakan media tersebut dalam
keseluruhan proses pembelajaran. Sebaiknya media itu dicoba terlebih dahulu
sebelum dipergunakan dalam kelompok belajar, terutama media yang
memerlukan alat bantu seperti tayangan slide dan film.

3. Tips dalam Penggunaan Media Pembelajaran


Dalam memilih, menyiapkan dan merancang media belajar, fasilitator perlu
menguasai beberapa hal, yaitu: jenis media, fungsi media, cara membuat, dan cara
kerjanya. Dalam penggunaannya, media yang dipilih perlu memperhatikan
karakteristik peserta belajarnya, terutama tingkat literasi mereka (kemampuan
membaca-menulis dan memahami media). Bagi seorang fasilitator, penting untuk
memiliki keterampilan mengembangkan jenis media yang mudah dibuat sendiri
(media by design) meskipun bukannya tidak boleh menggunakan media jadi yang
siap pakai (media to use). Fasilitator dapat mengumpulkan media dari berbagai
sumber dan memanfaatkannya untuk kegiatan pembelajaran kelompok apabila
relevan atau sesuai dengan kebutuhan. Media
yang bisa dipersiapkan atau dibuat secara
cepat oleh fasilitator sendiri antara lain:
• Lembar penugasan (kelompok/perorangan)
• Lembar kasus/cerita
• Lembar praktek (panduan praktek)

39 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Sumber:
I Stock
• Skenario bermain peran (role play)/drama/fragmen)
• Permainan
• Gambar sederhana
• Foto-foto (dari arsip foto)
• Transparansi (yang sudah diisi)
• Kartu metaplan (yang sudah diisi)
• Flipchart (yang sudah diisi)
Media yang perlu dikembangkan secara khusus dan dalam
pengembangannya bisa melibatkan peserta
belajar,antara lain:
• Komik/cerita bergambar
• Fotonovela (komik foto)
• Poster/poster seri
• Film video
• Boneka/wayang (puppet-show)
• Kaset cerita
• Lembar balik bergambar (flipchart)
• Dongeng Digital Sumber:
Free Icons Library

Perhatikan jumlah peserta yang dianjurkan dan tata ruang yang tepat dalam
menggunakan media tersebut. Misalnya, tayangan slide, film dan ‘dongeng dijital’
dapat disajikan dengan menggunakan layar untuk semua peserta dalam sebuah
kelas belajar berjumlah 20 - 30 orang, tetapi poster serial atau komik foto
(fotonovela) berbentuk buklet hanya bisa dipergunakan dalam kelompok-kelompok
kecil. Untuk kebutuhan ini, tata ruang yang tepat perlu dipersiapkan sejak awal.
Pelajari profil peserta belajar sebagai pertimbangan agar media yang akan
disiapkan benar-benar bisa membantu peserta untuk belajar. Media akan
menghambat kegiatan belajar kalau tidak mudah digunakan. Media akan sulit
digunakan kalau tidak cocok dengan karakteristik peserta.

4. Pemilihan Media Belajar untuk masyarakat

40 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Salah satu tantangan sebagai fasilitator adalah merancang metode dan
media yang cocok (tepatguna) dengan peserta belajar. Apabila peserta belajar
adalah masyarakat butahuruf (illiterate) atau tingkat bacanya rendah (low-literate),
sebaiknya digunakan media yang:
• Tidak terlalu banyak tulisan (tulisannya dikurangi); tulisan sebaiknya hanya untuk
hal-hal pokok saja dan usahakan kalimat-kalimatnya lebih pendek dan memakai
huruf berukuran besar
• Gambarnya lebih banyak; gambar menjadi komponen yang utama dalam media
tersebut. Buatlah gambar yang sederhana dan jelas.
• Formatnya besar; poster tunggal atau lembar balik akan lebih tepat daripada
buklet, meskipun keduanya mengandung gambar yang banyak
• •Visual sesuai dengan kenyataan; sebaiknya tidak menggunakan gambar
karikatur atau gambar yang abstrak. Buatlah gambar yang realistis atau naturalis.

C. Teknik Penggunaan Media Pembelajaran


Teknik menggunakan media berdasarkan fungsi media yang berbeda di dalam
suatu pembelajaran kelompok, yaitu memiliki contoh sebagai berikut: sebagai alat
berbagi pengalaman, sebagai alat berbagi peran, sebagai alat penyadaran dan
motivasional, sebagai alat bantu penjelasan, sebagai alat analisis, dan sebagainya.
Jenis dan fungsi media berbeda, namun secara umum penggunaan media tetap
mengacu pada daur pembelajaran berbasis pengalaman peserta. Sebaiknya kita
menghindari penggunaan media sebagai bahan ceramah saja. Suatu media bisa
mencakup beberapa fungsi sekaligus, namun biasanya terdapat fungsi tertentu
yang ditonjolkan. Berikut ini adalah contoh-contoh teknik penggunaan media untuk
berbagai fungsi berbeda.
1. Media sebagai alat berbagi pengalaman
• Media sebagai alat berbagi pengalaman adalah media yang bisa mendorong
semua peserta untuk berdiskusi dan bertukar pikiran/ informasi (dalam diskusi
kelompok atau pleno).

41 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
• Fasilitator membagikan media kepada kelompok dan menjelaskan cara
menggunakannya sebagai bahan diskusi (misal: media gambar, “fotonovela” atau
komik foto, lembar kasus, dan sebagainya).
• Peserta melaksanakan diskusi kelompok dengan menggunakan media tersebut.
Pada saat pleno, kelompok juga menggunakan media untuk menampilkan hasil
kerjanya, misalnya: Hasil diskusi ditampilkan dalam bentuk visual (gambar,
skema,tabel), Hasil analisa kasus dirumuskan di atas flipchart
• Pelajaran-pelajaran ditulis di atas kartu-kartu metaplan, dan sebagainya.

2. Media sebagai alat berbagi peran


• Media sebagai alat berbagi peran adalah
media yang mendorong kegiatan bersama
(melibatkan sesame peserta atau peserta
dengan fasilitator untuk melaksanakan
kegiatan bersama).
• Fasilitator menjelaskan cara menggunakan
media untuk melaksanakan suatu kegiatan
(tugas tim), misalnya: Lembar praktek/kerja
Sumber:
kelompok Panduan simulasi/bermain peran Icon Finder

Media untuk melakukan permainan (games)


• Peserta menggunakan media untuk melaksanakan suatu kegiatan dan
melakukan pembagian tugas di antara mereka (siapa mengerjakan apa).

3. Media sebagai alat penyadaran atau


motivasional
• Media penyadaran adalah media yang bersifat
menggugah perasaan dan mendorong peserta
merefleksi sikap-nilai mereka. Media
motivasional adalah media yang menimbulkan
semangat untuk bertindak dan memecahkan
Sumber:
Noun Project masalah yang terjadi dalam situasi nyata

42 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
peserta.

• Apabila media akan digunakan peserta, fasilitator menjelaskan cara


menggunakan media untuk melakukan suatu kegiatan (poster, role-play, lembar
kasus, drama, permainan). Fasilitator bisa juga menayangkan media yang
menggugah (cuplikan film,dongeng digital) untuk dilanjutkan dengan diskusi
pembahasan.
• Untuk mengembangkan proses penyadaran, fasilitator mempersiapkan
pertanyaan kunci yang bersifat refleksi sikap- nilai (renungan).
• Peserta menarik pelajaran (lesson learned) dari kegiatan/media tersebut dan
melakukan perenungan bersama.
• Untuk mengembangkan proses motivasional,
fasilitator menyiapkan pertanyaan kunci untuk
mengembangkan pendapat, gagasan tindakan
terhadap situasi nyata yang mereka alami yang
serupa dengan situasi yang ditampilkan dalam
media.

4. Media sebagai alat bantu penjelasan


• Media sebagai alat bantu adalah media yang bisa digunakan oleh fasilitator
maupun peserta untuk menjelaskan sesuatu pembahasan (presentasi, ceramah,
memberi penjelasan, dan sebagainya).
• Fasilitator menggunakan media untuk menjelaskan, misalnya: Transparansi atau
powerpoint slide untuk menjelaskan materi belajar atau tugas kelompok (metode
ceramah)
• Flipchart untuk menjelaskan penugasan kepada peserta Kartu-kartu metaplan
untuk menjelaskan kesimpulan diskusi pleno, dan sebagainya.
• Media juga bisa digunakan oleh peserta untuk menjelaskan sesuatu (misal:
gambar, flipchart, metaplan, transparansi, power point, dan sebagainya).
• Fasilitator kemudian meminta semua peserta untuk memberikan tanggapan,
masukan, komentar, atau pertanyaan terhadap penjelasan.

43 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
5. Media sebagai alat bantu analisis masalah
• Media analisa masalah digunakan sebagai alat bantu untuk melihat semua sudut
pandang dan faktor yang saling berkaitan terhadap suatu permasalahan. Media
ini harus bisa menggambarkan suatu kerangka atau sistem pemikiran agar
mudah dianalisa.
• Fasilitator menjelaskan cara menggunakan media sebagai bahan diskusi analisis
(misal: media gambar, lembar kasus, panduan role play, format analisa SWOT
atau format analisa pohon masalah, dsb.).
• Peserta menggunakan media untuk melakukan analisa masalah, sebab-akibat
masalah, dan mengembangkan alternatif
pemecahan masalah dan pilihan tindakan.

6. Media sebagai alat praktik


• Media praktek adalah alat bantu untuk
belajar keterampilan tertentu, terutama
keterampilan mekanis/ penggunaan alat
dan prosedur kerjanya. Keterampilan ini
hanya dapat dikuasai apabila dilakukan
Sumber:
Flaticon (dipraktekkan) berkali-kali. Biasanya media
praktek ini satu paket dengan media
instruksional (media petunjuk teknis).
• Fasilitator menjelaskan tujuan praktek dan berbagai media praktek (alat dan
bahan) apa saja yang digunakan. Media praktek yang diperlukan tentunya
tergantung pada jenis keterampilan yang dilatihkan, misalnya: praktek
pembuatan pupuk kandang, praktek pembibitan, praktek pembuatan teras kebun,
praktek pembuatan obat tradisional, dan sebagainya.
• Fasilitator menjelaskan langkah-langkah atau prosedur praktek dan penggunaan
berbagai alat dan bahan pada setiap langkah atau tahap kerja.

44 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
• Fasilitator mendemonstrasikan penggunaan alat/bahan pada setiap langkah
praktek dengan diikuti peserta atau peserta melakukan sendiri setiap langkah
dengan didampingi fasilitator.
• Fasilitator mengajak peserta mendiskusikan proses dan hasil praktek: apakah
keterampilan baru ini perlu penyesuaian atau adaptasi dengan kebutuhan atau
keadaan lokal, apakah perlu ujicoba, dan sebagainya.

7. Media yang berfungsi tunggal


• Media berfungsi tunggal adalah media yang digunakan peserta secara mandiri
dalam kegiatan belajarnya sendiri.
• Fasilitator membagikan media berfungsi tunggal (misalnya: bahan serahan,
referensi, sumber acuan, dan sebagainya.) dan menjelaskan topik (isinya) secara
garis besar. Media bisa dibawa pulang oleh peserta.

D. Rangkuman
Media adalah saluran untuk menyampaikan informasi /pesan dari
komunikator (pemberi pesan) kepada komunikan (penerima pesan). Tujuannya
adalah pesan sampai kepada komunikan (penerima) sesuai dengan yang dimaksud
oleh komunikator (sumber informasi) untuk bisa mempengaruhi penerima informasi
(perubahan perilaku tertentu).
Media belajar konvensional disebut juga sebagai media mengajar.
Pengguna media mengajar lebih banyak ‘guru’. Media lebih banyak digunakan
untuk memperjelas materi yang ingin disampaikan guru kepada para ‘murid’. Sifat
media yang demikian tidak membangun proses diskusi dan dialog. Walaupun
media digunakan oleh peserta belajar (murid), namun semangat dari penggunaan
medianya adalah untuk membantu transfer pengetahuan dari guru kepada para
murid. Bukan untuk membantu peserta belajar memahami realita kehidupannya,
mengkritisi, dan kemudian mengembangkan kesimpulan dan mengkaitkan antara
suatu teori/konsep dengan realita tersebut.

45 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Media partisipatif adalah alat yang dirancang untuk membantu peserta
belajar menguraikan realita kehidupannya. Jadi, media lebih banyak digunakan oleh
peserta, bukan alat bantu fasilitator. Fasilitator membantu menyiapkan media yang
dapat mempermudah pembelajaran peserta. Pembelajaran partisipatif sebenarnya
mengutamakan penggunaan media lokal yang dikembangkan oleh peserta belajar
sendiri untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajarannya.

E. Latihan
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas!
1. Apa yang dimaksud dengan penggunaan media berdasarkan model
komunikasi?
2. Jelaskan perbedaan antara media pembelajaran konvensional dan media
pembelajaran partisipatif!
3. Jelaskan penggunaan media dalam daur pembelajaran orang dewasa!
4. Jelaskan media belajar konvensional yang Anda ketahui!
5. Menurut pendapat Anda, media pembelajaran apa saja yang mampu
mencapai efektivitas proses pembelajaran!

F. Evaluasi Formatif
Pilihlah jawaban yang benar
1. Sifat media yang tidak membangun proses diskusi dan dialog, yaitu …
a. Media Umpan balik
b. Media partisipatif
c. Media konvensional
d. Media kontekstual
e. Media milenial

2. Yang dimaksud dengan media berfungsi tunggal yaitu …


a. Media yang digunakan peserta secara mandiri dalam kegiatan belajarnya
sendiri
b. Media yang dapat mempermudah pembelajaran peserta

46 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
c. Media yang digunakan peserta secara kelompok dalam kegiatan diskusi
kelompok
d. Media yang digunakan peserta kolaboratif dalam kegiatan belajarnya
e. Media yang digunakan fasilitator dalam proses pembelajaran baik klasikal
maupun daring

3. Media yang bersifat menggugah perasaan dan mendorong peserta merefleksi


sikap-nilai mereka, maka media berfungsi sebagai …
a. Alat bantu pembelajaran
b. Alat bantu klasikal
c. Alat bantu daring
d. Alat penyadaran
e. Alat bantu curah pendapat

4. Apabila peserta belajar adalah masyarakat butahuruf (illiterate) atau tingkat


bacanya rendah (low-literate), sebaiknya digunakan media yang …
a. Banyak tulisan berupa konsep
b. Gambarnya lebih banyak
c. Bahan serahan, referensi, sumber acuan, dan sebagainya
d. Menjelaskan topik (isinya) secara garis besar
e. Memberikan tanggapan, masukan, komentar

5. Alat yang dirancang untuk membantu peserta belajar menguraikan realita


kehidupannya disebut …
a. Media pembelajaran
b. Media konvensional
c. Media penyadaran
d. Media motivational
e. Media partisipatif

47 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
• Umpan balik
Cocokkan hasil jawaban Evaluasi Saudara dengan rambu jawaban yang ada pada
bagian akhir dari modul ini dan hitunglah jawaban yang benar. Kemudian gunakan

formula seperti di bawah ini, untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara :

Jumlah Soal yang dijawab Benar x 100% = Nilai Perolehan Peserta


Jumlah Keseluruhan Soal

Skor Nilai Perolehan:


90%-100% = baik sekali
80%-89% = baik
70%-79% = cukup
60%-69% = kurang
>59% = kurang sekali

• Tindak Lanjut
Jika tingkat kategori penguasaan sudah baik, maka lanjutkanlah latihan dengan
menerapkan pola diskusi dengan teman Saudara. Tetapi bila penguasaan Saudara
masih dalam tingkat kategori cukup, maka cobalah mempelajari ulang seluruh materi
Bab ini hingga penguasaan Saudara pada test formatif berada pada. kategori Baik.

48 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BAB V
DESAIN PEMBELAJARAN

Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat
membuat desain pembelajaran

A. Pengertian Rencana Pembelajaran dan Rencana Pembelajaran


Mata Pelatihan (RPMP dan RPMP)
Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) atau istilah lainnya
rancang bangun pembelajaran mata pelatihan (RBPMP) adalah pokok-pokok
pembelajaran dari suatu mata diklat yang disusun secara sistimatik dan mencakup
deskripsi singkat tujuan pembelajaran, materi pokok, metode, dan media, serta
sumber bahan (PerKaLAN No 3 Tahun 2010). Selanjudnya Satuan Acara
Pembelajaran (SAP) atau istilah lainnya Rencana Pembelajaran mata pelatihan
(RPMP) adalah rincian satu set pembelajaran untuk lingkup satu atau beberapa kali
pertemuan yang disusun secara sistimatik dan mencakup deskripsi singkat, tujuan
pembelajaran, materi pokok, metode dan media, sumber bahan, tahapan kegiatan
pembelajaran serta alokasi waktu yang dibutuhkan (PerKaLAN No 3 Tahun 2010).
Setiap pelatihan/diklat pada hakekatnya merupakan suatu proses belajar
mengajar, oleh karenanya dalam setiap pelatihan, dituntut adanya rumusan tujuan
pelatihan yang jelas. Tujuan tersebut pada hakekatnya merupakan rumusan
penampilan atau perilaku yang diharapkan oleh perancang pelatihan, berdasarkan
analisis tuntutan kompetensi jabatan peserta pelatihan. Maka itu lembaga
penyelenggara pelatihan harus merancang kurikulum pelatihan dengan baik dan
tepat, serta sesuai dengan tingkat kebutuhan peserta pelatihan. Kurikulum pelatihan
merupakan salah satu komponen dari proses belajarmengajar, dan berisikan 3

49
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(tiga) aspek yaitu; kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kurikulum perlu memuat
keragaman, untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan tuntutan zaman.
Setiap tujuan yang dirumuskan berkaitan dengan 3 (tiga) ranah, yaitu;
kognitif, afektif, dan psikomotor.
1. Ranah kognitif misalnya terdiri dari 6 (enam) kategori kemampuan yaitu;
mengingat, mengerti, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan
menciptakan.
2. Ranah afektif terdiri dari 5 (lima) kategori yaitu; penerimaan, pemberian respon,
penilaian, pengorganisasian, dan karakteristik.
3. Sedangkan ranah psikomotorik terdiri dari 5 (lima) yaitu; memilih, membedakan,
mempersiapkan, menyisihkan, menunjukkan, mengidentifikasikan, serta
menghubungkan.
Tujuan harus dicapai dengan SMART (specific, measurable, achievable,
realistic, and timely). Pencapaian tujuan diklat, tergantung kepada bagaimana
program tersebut direncanakan, yaitu tingkat kemungkinan pencapaian tujuan diklat
secara efektif dan tingkat kemungkinan pelaksanaannya secara efektif dan efisien.
Bagi setiap perencana atau perancang diklat atau pelatihan, tujuan utama dan
terakhir suatu pelatihan adalah perubahan sikap para peserta, yang bersifat
perubahan perilaku (psikomotorik). Sebagai contoh; apabila suatu pelatihan
pencegahan stunting, peserta harus mengetahui aturan-aturan atau regulasi
mengenai kebijakan dan strategi pencegahan stunting, konsep dasar stunting,
upaya pencegahan stunting, pencatatan dan pelaporan, pola pelayanan, dll, setelah
pelatihan berakhir, dan berdasarkan hasil evaluasi belum mampu melaksanakan
hasil pelatihan. Maka kesimpulannya adalah adanya kecenderungan bahwa
peserta pelatihan belum menunjukkan perubahan perilaku dan kompetensi pada
diri mereka, berarti pelatihan itu gagal mencapai tujuannya.

B. Menyusun Rencana Pembelajaran Mata Pelatihan (RPMP)


Penyusunan RPMP wajib mencantumkan deskripsi singkat, hasil belajar,
indikator hasil belajar, metode dan media, evalusi serta waktu, dan sumber belajar.
Mata pelatihan ini disajikan berbasis experiential learning cycle, dengan penekanan
pada proses mengalami, mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan

50
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
menginternalisasi nilai-nilai positif agar pembelajaran menyenangkan. Fasilitator
harus melakukan persiapan yang terencana secara tertulis dengan baik dan tepat,
sehingga memudahkan dalam pelaksanaan dan evaluasi, maka langkah yang
dilakukan seperti berikut.
Bagaimana menyusun RPMP sesuai dengan langkah-langkah yang tepat dan
benar? Langkah-langkah penyusunan RPMP adalah sebagai berikut:
1. Melihat kembali RBPMP
2. Mencantumkan identitas; nama diklat, mata pelatihan, kompetensi dasar, alokasi
waktu, indikator hasil belajar, materi pokok dan sub pokok materi
3. Mencantumkan tujuan pembelajaran, tujuan pembelajaran merupakan
penguasaan terhadap kompetensi yang ditargetkan dalam rencana pembelajaran
mata pelatihan, materi pembelajaran atau materi pelatihan adalah pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta pelatihanuntuk mencapai
indikator hasil belajar yang sudah ditentukan, agar tercapainya tujuan yang telah
ditentukan. Materi pembelajaran yang dikembangkan atau submateri pokok,
dengan mengacu pada materi pokok yang sudah ada dalam RBPMP
4. Menyusun tahapan kegiatan proses pembelajaran, yang jelas mulai dari
pembukaan, pelaksanaan, dan penutup
5. Menyusun evaluasi pembelajaran
6. Mencantumkan sumber belajar
Adapun materi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian,
yaitu:
1. Materi pembelajaran utama, yaitu materi pembelajaran pokok yang menjadi
rujukan wajib dalam suatu rangkaian kegiatan pembelajaran
2. Materi pembelajaran penunjang, yaitu materi sekunder atau tersier yang
keberadaannya sebagai pelengkap, seperti buku bacaan, majalah, komik dan lain
sebagainya.
3. Materi pembelajaran yang bersifat deskriptif yang berisi fakta-fakta dan prinsip-
prinsip.
4. Materi pembelajaran yang bersifat normative yang bertalian dengan
normanorma, peraturan, moral dan estetika.
5.

51
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Ada beberapa kriteria dan prosedur dalam memilih materi pembelajaran,
antara lain:
1. Materi didesain sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
2. Materi berguna untuk menguasai suatu disiplin ilmu
3. Materi mampu bermanfaat bagi manusia dalam kehidupannya
4. Materi sesuai dengan kebutuhan peserta

Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran, yaitu:


1. Prinsip relevansi/keterkaitan, yaitu materi pembelajaran hendaknya relevan atau
saling berhubungan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi
dasar.
2. Prinsip konsistensi, yaitu kompetensi dasar yang harus dikuasai.
3. Prinsip kecukupan, yaitu materi pembelajaran yang diajarkan hendaknya
memadai dalam membantu peserta menguasai kompetensi dasar yang
dilatihkan, tidak terlalu sedikit dan juga tidak terlalu banyak.
4. Menuliskan proses kegiatan belajar mengajar mulai dari
kegiatan pembukaan pembelajaran, kegiatan intipembelajaran dan kegiatan
penutup pembelajaran.
5. Menuliskan metode, media dan alokasi waktu dari setiap materi yang
disampaikan.
6. Menuliskan bahan evaluasi
7. Menuliskan sumber belajar

Adapun langkah-langkah membuat rencana pembelajaran menurut (Depdiknas,


2004)
1. Mengidentifikasikan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang menjadi acuan dalam pemilihan materi pembelajaran
yang harus dikuasai peserta didik/pelatihan.
2. Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran.
3. Memilih materi pembelajaran yang sesuai atau relevan dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
4. Memilih sumber materi pembelajaran.

52
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
5. Alokasi waktu.
6. Mencantumkan metode pembelajaran. Adapun yang dimaksud dengan metode
adalah cara mengajarnya atau melatih, sedangkan yang dimaksud dengan
tehnik yaitu cara melakukan kegiatan-kegiatan khusus dalam menggunakan
metode tertentu, seperti tehnik bertanya, tehnik menjelaskan dan semacamnya.
Dan strategi yaitu siasat melakukan kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran yang
mencakup metode dan tehnik mengajar/melatih.
7. Mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Meliputi kegiatan
pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Kegiatan penutup dan akhir dalam pembelajaran meliputi kegiatan-kegiatan


sebagai berikut: Fasilitator dengan peserta bersama-sama menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah diajarkan.
1. Mengemukakan topik pembelajaran yang akan dibahas pada pertemuan
selanjutnya
2. Memberikan evaluasi lisan atau tulis lalu mengkaji hasil evaluasi akhir tersebut
3. Menutup kegiatan pembelajaran
4. Mencantumkan sumber belajar yang digunakan
5. Mencantumkan evaluasi/ kriteria penilaian, lembar pengamatan, test tertulis dan
performance

C. Rangkuman

Setiap pelatihan/diklat pada hakekatnya merupakan suatu proses


belajarmengajar. Oleh karenanya dalam setiap pelatihan, dituntut adanya rumusan
tujuan pelatihan yang jelas. Tujuan tersebut pada hakekatnya merupakan rumusan
penampilan atau perilaku yang diharapkan oleh perancang pelatihan, sudah jelas
berdasarkan analisis tuntutan kompetensi jabatan peserta pelatihan. Tujuan harus
dapat terukur dengan SMART, dan dengan materi yang tepat. Fasilitator yang
professional dan bertanggung jawab melakukan persiapan melatih dengan
menyusun Rancang Bangun Pembelajaran Mata Pelatihan (RBPMP), dan
Menyusun Rencana Pembelajaran Mata Pelatihan (RPMP). Dalam menyusun
RBPMP dan RPMP harus sesuai dengan langkah-langkah yang tepat.
53
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
D. Latihan
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas!
1. Jelaskan pengertian apakah yang dinamakan RBPMP?
2. Jelaskan pengertian apakah yang dinamakan RPMP?
3. Jelaskan langkah-langkah menyusun RPMP?
4. Buatlah RPMP sesuai dengan format yang ada pada contoh dalam materi
pembahasan saat ini!
5. Sebutkan kriteria dan prosedur memilih materi pembelajaran!

E. Evaluasi Formatif
Pilihlah jawaban yang benar!
1. Dasar penyusunan rencana pembelajaran adalah …
a. RBPMD
b. Kurikulum
c. Silabus
d. Desain pembelajaran
e. Skenario pembelajaran
2. Rencana pembelajaran harus dibuat untuk …
a. Setiap mata pelatihan
b. Sesuai rumpun mata diklat
c. Untuk unsur materi inti
d. Untuk unsur materi penunjang
e. Untuk materi dasar
3. Kolom kegiatan fasilitator diisi rincian kegiatan yang dilakukan fasilitator saat
memberikan fasilitasi, misalnya …
a. Respon peserta terhadap instruksi dari fasilitator
b. Fasilitator menuliskan pendapat peserta di papan tulis.
c. Resume dari mata pelatihan yang baru diajarkan
d. Review materipelatihan sebelumnya
e. Bridging terhadap materi yang akan datang

54
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
4. Prosentasi kegiatan pendahuluan dalam PBM idealnya adalah sebanyak …
a. 10 %
b. 5 %
c. 15 %
d. 50 %
e. 85 %

5. Metode pembelajaran yang dipergunakan dalam rencana pembelajaran sangat


menentukan keberhasilan sebuah prose belajar mengajar, oleh karena itu media
pembelajaran harus dimuat dalam rancangan pembelajaran pada bagian …
a. Pendahuluan
b. Kegiatan belajar
c. Kompetensi Dasar
d. Referensi sumber belajar
e. Evaluasi pembelajaran

F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


• Umpan balik
Cocokkan hasil jawaban Evaluasi Saudara dengan rambu jawaban yang ada pada
bagian akhir dari modul ini dan hitunglah jawaban yang benar. Kemudian gunakan

formula seperti di bawah ini, untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara:

Jumlah Soal yang dijawab Benar x 100% = Nilai Perolehan Peserta


Jumlah Keseluruhan Soal

Skor Nilai Perolehan:


90%-100% = baik sekali
80%-89% = baik
70%-79% = cukup
60%-69% = kurang
>59% = kurang sekali

55
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
• Tindak Lanjut
Jika tingkat kategori penguasaan sudah baik, maka lanjutkanlah latihan dengan
menerapkan pola diskusi dengan teman Saudara. Tetapi bila penguasaan Saudara
masih dalam tingkat kategori cukup, maka cobalah mempelajari ulang seluruh materi
Bab ini hingga penguasaan Saudara pada test formatif berada pada. kategori Baik.

56
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keberhasilan suatu pelatihan selain ditentukan oleh kompetensi seorang
fasilitator dan juga ditentukan cara seorang fasilitator mampu menjunjung tinggi
teknik sebagai fasilitator dalam memberikan suatu pelatihan. Kompetensi yang
sangat baik jika tidak diiringi dengan teknik yang baik maka tujuan pelatihan tidak
akan tercapai sesuai sasaran begitu pula sebaliknya. Teknik fasilitasi yang perlu
diperhatikan ketika seorang fasilitator dalam memberi pelatihan antara lain, sikap
dan perilaku fasilitator ketika memberi pelatihan, kemampuan fasilitator dalam
melatih orang dewasa, memilih media pembelajaran yang tepat, dan membuat
desain pembelajaran yang efektif dan tepat sasaran.

B. Evaluasi Sumatif
Pilihlah jawaban yang benar !
1. Fasilitasi mempunyai arti memberikan kemudahan, arti itu berasal dari kata…
a. Lolaie
b. Guru
c. Facil
d. Fasilitation
e. Model

2. Media sebagai alat bantu analisis masalah, bisa menggunakan tools …


a. SWOT
b. Mengarahkan peserta agar dapat menjawab yang benar
c. Netmap
d. Flip chart
e. Ular tangga
57
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
3. Orang dewasa mempunyai kemampuan untuk belajar dari pengalaman lainnya.
Hal ini dikenal dengan gaya belajar …
a. Convergen
b. Divergen
c. Adaption
d. Accomodator
e. Komunikator

4. Tujuan penggunaan media pembelajaran adalah …


a. Agar pesan sampai kepada komunikan (penerima) sesuai dengan yang
dimaksud oleh komunikator (sumber informasi), sehingga terjadi untuk bisa
mempengaruhi penerima informasi (perubahan perilaku tertentu)
b. Upaya difokuskan untuk mendorong peserta lain yang pasif untuk
berpartisipasi
c. Membangun proses diskusi dan dialog, antara fasilitator dengan peserta
belajar sehingga terjadi interaksi sosial dengan lingkungan
d. Membantu peserta menguasai kompetensi dasar yang dilatihkan, tidak terlalu
sedikit dan juga tidak terlalu banyak
e. Upaya untuk menemu kenali petmasalahan yang dihadapi peserta sehingga
ditemukan solusi

5. Tujuan pembelajaran idealnya memuat tiga ranah kompetensi , diantaranya


ranah kognitif yang ditandai dengan misalnya terdiri dari 6 (enam) kategori
kemampuan salah satunya adalah …
a. Memilah
b. Respon
c. Memilih
d. Membedakan
e. Analisis

58
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
6. Menurut Depdiknas (2004) terdapat langkah-langkah membuat rencana
pembelajaran antara lain …
a. Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
b. Menyusun tahapan kegiatan proses pembelajaran,yang jelas mulai dari
pembukaan, pelaksanaan, dan penutup
c. Menyusun evaluasi pembelajaran
d. Mencantumkan sumber belajar
e. Menyusun biodata fasilitator

7. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran, yaitu …


a. Sinergis
b. Integratif
c. Konsistensi
d. Variatif
e. Komunikatif

8. Materi pembelajaran utama, didefinisikan sebagai


a. Materi pembelajaran pokok yang menjadi rujukan wajib dalam suatu rangkaian
kegiatan pembelajaran
b. Materi sekunder atau tersier yang keberadaannya sebagai pelengkap, seperti
buku bacaan, majalah, komik dan lain sebagainya
c. Materi pembelajaran yang bersifat deskriptif yang berisi fakta-fakta dan prinsip-
prinsip
d. Materi pembelajaran yang bersifat normatif yang bertalian dengan norma-
norma, peraturan, moral dan estetika
e. Materi yang didesain sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai

59
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
9. Dalam pembelajaran mencantumkan sumber belajar yang digunakan dilakukan
pada tahap …
a. Pembukaan
b. Pelasanaan
c. Jembatan materi
d. Penutup
e. Setelah istirahat

10.Terdapat beberapa teknik bertanya dan mendengar harus dikuasai fasilitator,


salah satunya adalah teknik paraprashing yang dapat dilakukan dengan cara …
a. Menarik semua pembicaraan peserta dalam sebuah kesimpulan
b. Menggambarkan secara visual pendapat peserta
c. Menarik eluar dari kemelut saat terjadi perdebatan
d. Memberikan waktu seluas luasnya kepada peserta untuk mengemukakan
pendapatnya
e. Menggunakan kalimat sendiri untuk membahasakan kembali jawaban orang
lain.

60
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat Jenderal Pendidikan Anak


Usia Dini Dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. (2019). Modul Teknik Fasilitasi Pelatihan Calon Pelatih (Pcp)
Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Pendidikan Keluarga Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Dan
Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

http://trainingadvokasi.smeru.or.id/cso/file/108.pdf .Beberapa Teknik Fasilitasi.


diakses tanggal 6 Oktober 2021.

Kemendikbud. (2017). Modul Pelatihan Fasilitasi Melatih. Jakarta: Pusat Pendidikan


dan Pelatihan Pegawai.

Rianingsih Djohani, Dwi Joko Widyanto, Riza Irfani. (2007). Panduan untuk
Fasilitator Infomobilisasi Teknik Fasilitasi Partisipatif Pendampingan
Masyarakat. Jakarta: Tim Partnerships for e-Prosperity for the Poor (PePP)
Bappenas. UNDP.

61
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
LAMPIRAN

62
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
LAMPIRAN A
Kunci Jawaban dan Pembahasan Evaluasi Formatif
BAB II
1. Jawaban: A
Pembahasan:
Salah satu tugas dari seorang fasilitator adalah merencanakan, membimbing,
dan mengelola kelompok atau kelas dalam suatu acara serta memastikan tujuan
tercapai secara efektif dengan partisipasi peserta yang memadai.
2. Jawaban: E
Pembahasan:
Fasilitator mempunyai 8 sikap, dua diantaranya adalah jujur dan percaya diri.
3. Jawaban: A
Pembahasan:
Salah satu ciri dari fasilitator memberi semangat atau membuat kelompok rileks
sesuai kebutuhan.
4. Jawaban: D
Pembahasan:
Keterampilan dasar yang harus dipunyai oleh seorang fasilitator adalah
keterampilan bertanya.
5. Jawaban: A
Pembahasan:
Bentuk komunikasi non verbal ditunjukkan melalui bahasa tubuh, yang salah satu
caranya dapat ditunjukkan dengan tatap mata peserta, jangan bicara sambil
melihat lantai, langit-langit, atau kertas catatan.

BAB III
1. Jawaban: B
Pembahasan:
Dalam pembelajaran orang dewasa dikenal istilah Diverger yang mengandung arti
gaya belajar dalam melihat situasi konkrit dari berbagai sudut pandang.
2. Jawaban: C
Pembahasan:
Langkah persiapan pembelajaran salahsatunya dengan mengenali karakter
peserta, ada yang menonjol dalam pengetahuan, logika, analisis, sintesis.
3. Jawaban: A
Pembahasan:
Perbedaan antara pedagogi, andragogi, dan heutagogi ini dapat diidentifikasi
melalui tingkat kematangan, autonomi, dan kontribusi dari peserta didik.
4. Jawaban: C
Pembahasan:
Dalam proses pengambilan keputusan terdapat tiga tahap, salah satu diantaranya
Zona kritis .
5. Jawaban: B
Pembahasan:
Salah satu kondisi sulit yang dialami fasilitator diantaranya menangani peserta
yang selalu bicara, maka fasilitator sebaiknya tidak perlu berusaha
mengendalikan peserta yang ingin bicara, cukup upaya difokuskan untuk
mendorong peserta lain yang pasif untuk berpartisipasi. Hal diatas merupakan
Teknik fasilitasi pada pembelajaran orang dewasa saat menghadapi.

Bab IV
1. Jawaban: C
Pembahasan:
Sifat media yang tidak membangun proses diskusi dan dialog, yaitu media
konvensional.
2. Jawaban: A
Pembahasan:
Media yang berfugsi tunggal adalah media yang digunakan peserta secara
mandiri dalam kegiatan belajarnya sendiri.
3. Jawaban: D
Pembahasan:
Media yang bersifat menggugah perasaan dan mendorong peserta merefleksi
sikap-nilai mereka, maka media berfungsi sebagai Alat penyadaran
4. Jawaban: B
Pembahasan:
Apabila peserta belajar adalah masyarakat butahuruf (illiterate) atau tingkat
bacanya rendah (low-literate), sebaiknya digunakan media yang gambarnya lebih
banyak.
5. Jawaban: E
Pembahasan:
Media partisipatif adalah alat yang dirancang untuk membantu peserta belajar
menguraikan realita kehidupannya.

Bab V
1. Jawaban: A
Pembahasan :
RBPMD merupakan landasar atau dasar penyusunan rencana pembelajaran
2. Jawaban: A
Pembahasan:
Rencana pembelajaran harus dibuat untuk setiap mata pelatihan
3. Jawaban: B
Pembahasan:
Kolom kegiatan fasilitator diisi rincian kegiatan yang dilakukan fasilitator saat
memberikan fasilitasi, misalnya Fasilitator menuliskan pendapat peserta di papan
tulis.
4. Jawaban: A
Pembahasan:
Persentase kegiatan pendahuluan dalam PBM idealnya adalah sebanyak 10 %.
5. Jawaban: B
Pembahasan:
Metode pembelajaran yang dipergunakan dalam rencana pembelajaran sangat
menentukan keberhasilan sebuah prose belajar mengajar, oleh karena itu media
pembelajaran harus dimuat dalam rancangan pembelajaran pada bagian kegiatan
belajar
LAMPIRAN B
KUNCI JAWABAN DAN PEMBAHASAN EVALUASI SUMATIF

1. Jawaban: C
Pembahasan:
Fasilitasi mempunyai arti memberikan kemudahan, arti itu berasal dari kata facil.
2. Jawaban: A
Pembahasan:
Media sebagai alat bantu analisis masalah, bisa menggunakan tools yaitu SWOT
3. Jawaban: E
Pembahasan:
Orang dewasa mempunyai kemampuan untuk belajar dari pengalaman lainnya,
hal ini dikenal dengan gaya belajar accommodator
4. Jawaban: A
Pembahasan:
Tujuan penggunaan media pembelajaran adalah agar pesan sampai kepada
komunikan (penerima) sesuai dengan yang dimaksud oleh komunikator (sumber
informasi), sehingga terjadi untuk bisa mempengaruhi penerima informasi
(perubahan perilaku tertentu).
5. Jawaban: E
Pembahasan:
Tujuan pembelajaran idealnya memuat tiga ranah kompetensi , diantaranya
ranah kognitif yang ditandai dengan misalnya terdiri dari 6 (enam) kategori
kemampuan salah satunya adalah analisis
6. Jawaban: B
Pembahasan:
Langkah-langkah membuat rencana pembelajaran menurut Depdiknas (2004)
7. Jawaban: C
Pembahasan:
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran yaitu konsistensi
8. Jawaban: A
Pembahasan:
Materi pembelajaran utama, didefinisikan sebagai materi pembelajaran pokok
yang menjadi rujukan wajib dalam suatu rangkaian kegiatan pembelajaran
9. Jawaban: D
Pembahasan:
Dalam pembelajaran mencantumkan sumber belajar yang digunakan dilakukan
pada tahap penutup
10. Jawaban: E
Pembahasan:
Teknik bertanya dan mendengar harus dikuasai fasilitator salah satunya adalah
teknik paraprashing yang dapat dilakukan dengan cara menggunakan kalimat
sendiri untuk membahasakan kembali jawaban orang lain.
LAMPIRAN C
CONTOH RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA PELATIHAN (RBPMP)

Nama Pelatihan : ToT Pelatihan Teknis Tim Pendamping Keluarga dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting
Mata Pelatihan : Teknik Fasilitasi
Alokasi Waktu : 1 Jam Pelajaran (1 JP x @45 menit = 45 menit)
Deskripsi Singkat : Mata pelatihan ini membahas konsep fasilitasi; teknik fasilitasi orang dewasa; penggunaan media
pembelajaran; serta desain pembelajaran.
Tujuan Pembelajaran :
a Hasil Belajar : Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta diharapkan mampu melakukan fasilitasi pendampingan
keluarga dengan menyusun persiapan fasilitasi yang tepat dan benar
b Indikator Hasil Belajar :

ESTIMASI WAKTU
INDIKATOR MATERI VISUALISASI ALUR BELAJAR ALAT BANTU/
NO SUB MATERI POKOK (menit)
HASIL BELAJAR POKOK LEARNING OBJECT MEDIA
L D M A
1. Menjelaskan 1. Konsep Fasilitasi 1.1. Pengertian Fasilitasi Bahan Tayang a. Aplikasi Zoom
Konsep Fasilitasi b. Jaringan Wi-Fi
1.2. Sikap Fasilitator c. Slide
10’ 10’ - - d. Modul
1.3. Fasilitator yang Baik

1.4. Keterampilan Fasilitator


a. Aplikasi Zoom
2. Menguraikan 2. Teknik Fasilitasi 2.1. Teknik fasilitasi dalam Bahan Tayang b. Jaringan Wi-Fi
Teknik Fasilitasi Orang Dewasa pertemuan c. Slide
Orang Dewasa d. Modul
2.2. Teknik fasilitasi dalam e. Infografik
pembuatan
kesepakatan
10’ 10’ - -
2.3. Teknik fasilitasi dalam
situasi sulit
3. Mengidentifikasi 3. Media Pembelajaran 3.1.Penggunaan Media Media Online berbasis a. Aplikasi Zoom
penggunaan berdasarkan model Aplikasi b. Jaringan Wi-Fi
media komunikasi Media Interaktif c. Slide
pembelajaran 3.2.Penggunaan Media Media Partisipatif d. Modul
10’ 10’ - -
dalam Pembelajaran e. Media Pembelajaran
3.3.Teknik Penggunaan f. Aplikasi ELSIMIL
Media Pembelajaran

4. Membuat desain 4. Desain 4.1. Pengertian Rencana Tabel Rencana a. Aplikasi Zoom
pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran b. Jaringan Wi-Fi
c. Slide
315’
4.2. Menyusun Rencana d. Modul
10’ 15’ - (Pra
Pembelajaran Mata ktik) e. RBPMP
Pelatihan (RP) f. Kurikulum

Keterangan: BM= Belajar Mandiri; L =Learning; D=Deepening; LC=Live Chat; VC = Video Conference; F to F (Face to Face); M= Measuring; A= Applying

REFERENSI:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2019). Modul Teknik
Fasilitasi Pelatihan Calon Pelatih (PCP) Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini
Dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
http://trainingadvokasi.smeru.or.id/cso/file/108.pdf .Beberapa Teknik Fasilitasi. diakses tanggal 06 Oktober 2021.
Kemendikbud. (2017). Modul Pelatihan Fasilitasi Melatih. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai.
Rianingsih Djohani, Dwi Joko Widyanto, Riza Irfani. (2007). Panduan untuk Fasilitator Infomobilisasi Teknik Fasilitasi Partisipatif Pendampingan Masyarakat. Jakarta: Tim Partnerships for e-
Prosperity for the Poor (PePP) Bappenas. UNDP.
LAMPIRAN D
CONTOH FORMAT RENCANA PEMBELAJARAN (RP)

RENCANA PEMBELAJARAN

1. Nama Diklat :
2. Mata Pelatihan :
4. Alokasi Waktu :
5. Deskripsi Singkat : ….JP ( ….menit)
6. Tujuan Pembelajaran
a. Hasil Belajar :
b. Indikator hasil belajar :
Setelah mengikuti pembelajaran ini , peserta dapat :
7. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok:
a. Materi Pokok :
b. Sub Materi Pokok :
8. Kegiatan Belajar Mengajar :

KEGIATAN
TAHAPAN
NO. METODE MEDIA & ALAT BANTU ALOKASI WAKTU
KEGIATAN
FASILITATOR PESERTA

1. Pendahuluan 1. Memperkenalkan diri 1. Menyimak ……menit


dan menyapa paparan
peserta; fasilitator;
2. Dsb. 2. Dsb.

2. Penyajian

3. Penutup 1. Melakukan refleksi


atas proses
pembelajaran yang
telah dilaksanakan

2. Mengevaluasi daya
serap peserta
melalui kuis,

3. Menutup
pembelajaran
dengan
mengucapkan salam

4. Dsb.
9. Evaluasi Pembelajaran:

NO. MATERI & BENTUK PERTANYAAN


SUB MATERI POKOK EVALUASI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta

BERENCANA ITU KEREN


@BKKBNOfficial

Anda mungkin juga menyukai