Anda di halaman 1dari 63

Teknologi Infrastruktur Perdesaan

EMBUNG TIPE URUGAN


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................ ii


BAB I PENDAHULUAN................................................ 1
1.1 Fungsi Embung ...................................... 1
1.2 Komponen Embung ................................ 1
BAB II PERALATAN KONSTRUKSI ................................ 3
2.1 Ketentuan Umum ................................... 3
2.2 Jenis Alat yang Diperlukan ...................... 3
BAB III BAHAN BANGUNAN ........................................ 11
BAB IV TUBUH EMBUNG DAN KOLAM EMBUNG ....... 13
4.1 Tubuh Embung ........................................ 13
4.2 Kolam Embung ....................................... 14
4.3 Pemadam Tubuh Embung ....................... 19
4.4 Pemasangan Gebalan Rumput ................ 22
BAB V PELIMPAH ........................................................ 24
BAB VI JARINGAN PIPA DISTRIBUSI ............................ 27
6.1 Fungsi ...................................................... 27
6.2 Komponen .............................................. 27
BAB VII PEMELIHARAAN ............................................... 35
7.1 Umum ..................................................... 35
7.2 Masalah yang Membahayakan Embung . 36

PEDOMAN TEKNIS SEDERHANA BANGUNAN PENGAIRAN


UNTUK PEDESAAN ii
Teknologi Infrastruktur Perdesaan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Fungsi Embung :


Embung adalah bangunan yang berfungsi menyimpan
air hujan dalam suatu kolam dan kemudian
dioperasikan selama musim kering untuk berbagai
kebutuhan air suatu desa, yaitu: penduduk, hewan
ternak, kebun, dll.

1.2 Komponen Embung :


Embung terdiri atas berbagai komponen (periksa
gambar 1):
(1) Daerah tadah hujan, paling luas 100 ha
(2) Kolam embung, isi paling besar 100.000 m3
(3) Tubuh embung-tipe urugan,paling tinggi 10,000 m
(4) Pelimpah tanah, berupa saluran terbuka dengan
kapasitas paling besar/sama dengan banjir 50
tahunan (Q50)
(5) Jaringan piipa distribusi
(6) Bak air untuk penduduk
(7) Bak air untuk hewan ternak
(8) Bak air untuk kebun

Pusat Litbang Sumber Daya Air |1


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 1 Gambaran Umum Embung Kecil

2| Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

BAB II
PERALATAN KONSTRUKSI

2.1 Ketentuan umum


Pelaksanaan konstruksi embung dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
(1) Pekerjaan utama yaitu: (i) pemadatan tubuh
embung, dan (ii) urugan isi paritan pipa di fondasi
tubuh embung yang harus dikerjakan dengan alat
berat.
(2) Pekerjaan utama lain seperti:
(i) Galian tanah bahan urugan di “borrow area”,
(ii) Penghamparan dan penyiraman bahan
urugan,
(iii) Galian fondasi tubuh embung,
(iv) Galian kolam embung,
(v) Galian saluran pelimpah.
Dapat dikerjakan baik dengan alat berat atau
tenaga manusia.
(3) Pekerjaan lain yaitu : pemasangan jaringan pipa
pasok air, bak air, gebalan rumput, dll. Dikerjakan
dengan tenaga manusia.

2.2 Jenis Alat yang Diperlukan


(1) Apabila pekerjaan pada ayat 2.1 butir (1) dan (2)
semuanya akan dikerjakan dengan alat berat, maka
diperlukan:

Pusat Litbang Sumber Daya Air |3


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

(i) Bulldozer
(ii) Wheel loader
(iii) Backhoe
(iv) Dumptruck
(v) Truck tangki air
(vi) Sheepfoot roller dan atau tandem roller,
tandem roller mini
(vii) Stamper
(2) Apabila pekerjaan dilaksanakan dengan tenaga
manusia, kecuali pekerjaan ayat (2.1) butir (1) yang
harus dilaksanakan dengan alat berat, maka
diperlukan:
(i) Bulldozer dilengkapi dengan sheepfoot roller,
dan atau
(ii) Tandem roller dan tandem roller mini
(iii) Stamper

1. Bulldozer
4| Pusat Litbang Sumber Daya Air
Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Jumlah : 1 buah
Kapasitas : ≤ tipe D7
Penggunaan : Pembersihan semak, rumput, dan
pohon
Pengupasan tanah
Penggalian tanah
Penggusuran dan penghamparan
tanah
Perataan tanah

2. Wheel Loader
Jumlah : 1 buah
Kapasitas : Bucket ½ - 1 m3
Penggunaan : Menggali dan memuat tanah atau
material berbutir, mengangkat,
mengangkut, dan membuang pada

Pusat Litbang Sumber Daya Air |5


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

ketinggian tertentu ke dalam dump


truck atau tempat pembuangan.

3. Backhoe
Jumlah : 1 buah dengan alat penggerak roda
ban
Kapasitas : Bucket ½ - 1 m3
Penggunaan : Penggalian tanah yang terletak di
bawah tempat kedudukan backhoe.
Juga dapat digunakan untuk
memuat hasil galian ke dalam truck.

6| Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

4. Dump truck
Jumlah : 2 buah
Kapasitas : 7 ton
Penggunaan : Transportasi material yang akan
digunakan untuk konstruksi dan
bahan buangan.

Pusat Litbang Sumber Daya Air |7


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

5. Truk tangki air


Jumlah : 1 buah
Kapasitas : 4.000 – 10.000 liter
Penggunaan : Penyiraman tanah/ material bagi
keperluan pemadatan.
Penyediaan air bagi kebutuhan
konsumsi.

6. Sheepfoot roller
Jumlah : 1 buah dengan alat penarik beroda
ban.
Kapasitas : 8 – 10 ton termasuk ballast
Penggunaan : Alat pemadat material berlempung.

8| Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

7. Tandem roller
Jumlah : 1 buah
Kapasitas : 8 – 10 ton termasuk ballast
Penggunaan : Alat pemadat material berbutir
kasar.

Pusat Litbang Sumber Daya Air |9


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

8. Tandum roller mini


Jumlah : 1 buah
Kapasitas : 1 – 2 ton
Penggunaan : Pemadatan tanah khususnya di
tempat yang sempit.

10 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

BAB III
BAHAN BANGUNAN

Bahan yang diperlukan untuk membangun embung adalah:


1. Tanah lempung untuk :
- Urugan homogen tubuh embung
- Inti kedap air
- Selimut kedap air di dasar dan dinding lulus air kolam
embung
2. Pasir halus hingga kerikil untuk:
- Urugan “filter”
- “Backfill”
- Semen – tanah
- Adukan pasangan batu
- Agregat halus beton
3. Batu pecah ukuran kecil, kerakal, hingga bongkah (paling
besar 20 cm), untuk :
- Urugan tubuh embung
- Urugan salir
- Agregat kasar beton
- Lapisan pelindung erosi
4. Semen untuk pasangan batu dan beton bak air, dan bila
diperlukan untuk selimut semen – tanah
5. Geotekstil untuk “filter” di urugan penyalir.
6. Pipa HDPE Ø 1 ¼ “ dan Ø 2”, dan pipa besi Ø 1 ¼ “ untuk
jaringan distribusi.

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 11


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

7. Besi tulangan Ø 8 dan 10 mm untuk penulangan dinding


beton bak air.
8. Kran air dan pelampung.
9. Geomembran, bila diperlukan, untuk selimut kolam
embung.

Jumlah atau volume setiap jenis bahan bangunan yang


diperlukan dapat dihitung berdasarkan gambar desainnya
yang harus dipersiapkan terlebih dahulu.

12 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

BAB IV
TUBUH EMBUNG DAN KOLAM EMBUNG

4.1 Tubuh Embung


Ada dua tipe urugan untuk tubuh embung, tergantung
ketersediaan bahan bangunan setempat, yaitu:
(1) Urugan homogen (Lihat gambar 2 dan 3)
(2) Urugan majemuk dengan inti kedap air dari bahan:
2.1. Lempung (Lihat gambar 4)
2.2. Diapragma dari bahan: semen – tanah,
pasangan batu dengan semen, atau beton
(Lihat gambar 5)
Inti biasa dibuat di atas pondasi kedap air.
Apabila ada lapisan pondasi lulus air, diperlukan
tindakan:
(1) Menggali habis lapisan pondasi lulus air, bila
pelaksanaannya mudah.
(2) Membuat dinding halang untuk memotong lapisan
lulus air.
Dinding halang dapat dibuat dari bahan: lempung,
semen – tanah, pasangan batu dengan semen, atau
beton, berarah vertikal mulai bagian kedap air tubuh
embung hingga lapisan pondasi kedap air. (Lihat
gambar 3, 4, dan 5).

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 13


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

4.2 Kolam Embung


Kolam embung - karena berfungsi menyimpan air –
harus diusahakan bersifat kedap air. Apabila dasar atau
dinding kolam bersifat lulus air maka diperlukan selimut
yang menutupinya untuk mengurangi kehilangan air.
Selimut dapat dibuat dari bahan: lempung, semen –
tanah, atau geomembran.
Lihat gambar 3 dan 5.

14 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Pusat Litbang Sumber Daya Air
Gambar 2. Urugan Homogen, Material Utama Lempung di Atas Pondasi Kedap Air
Teknologi Infrastruktur Perdesaan

| 15
16 |
Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 3. Tubuh Embung Tipe Urugan Homogen dengan Dinding Halang dan Selimut

Pusat Litbang Sumber Daya Air


di Kolam Waduk
Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 4. Urugan Majemuk, dengan Inti Lempung

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 17


18 |
Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 5. Urugan Batu, dengan inti Diapragma (tanpa dan dengan selimut)

Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

4.3 Pemadatan Tanah Embung


Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis
menggunakan alat berat dengan cara dan ketentuan
seperti diuraikan berikut ini.
4.3.1. Tata cara pemadatan tanah berkohesi (lempung):
(1) Bersihkan tempat penambangan bahan
urugan (borrow area) dari bahan organik,
dengan mengupas permukaannya,
(2) Gali dan kemudian angkutlah bahan urugan ke
tempat tubuh embung dan tumpahkan bahan
di atas tanah yang telah dipadatkan terlebih
dahulu,
(3) Hamparkan tanah bahan urugan menjadi rata
(lapisan) dengan ketebalan 25 cm, di atas
lapisan tanah yang telah dipadatkan lebih
dulu,
(4) Siram lapisan tanah butir (3) dengan air
secukupnya, bila keadaannya terlalu kering,
sedemikian sehingga tanah tersebut dapat
dikepal dengan tangan tanpa terurai (berarti
terlalu kering) dan juga tidak terlalu lunak
(berarti terlalu basah),
(5) Gilaslah lapisan tanah dengan alat pemadat
yang sesuai sehingga tebalnya berkurang dari
25 cm menjadi 15 cm yang dapat dicapai kira-
kira 6 – 8 kali lintasan.

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 19


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

(6) Ulangi pekerjaan (2), (3), (4), dan (5) hingga


urugan mencapai elevasi yang dikehendaki.

Apabila tempat pemadatan cukup luas, missal


tubuh embung, gunakan alat pemadat “sheepfoot
roller”, atau bila tidak ada gunakan “tandem
roller”. Bila tempat pemadatan sempit, missal di
puritan, gunakan alat “stamper”.
Periksa gambar 6 (2) sampai 6 (5)

4.3.2. Tata cara pemadatan tanah tak berkohesi:


(1) Tata cara seperti di atas harus dilakukan pula
untuk tanah jenis ini, kecuali langkah no. (4)
tidak diperlukan, sehingga urutannya adalah
(1), (2), (3) dan (5), dengan catatan untuk
pekerjaan (5) tebl lapisan menjadi 20 cm.
(2) Alat yang diperlukan untuk pemadatan tanah
jenis ini adalah “tandem roller” bila tempat
cukup luas, dan “stamper” bila tempat sempit.
(3) Alat pemadat zona tanah lempung tidak boleh
melintasi urugan tanah tak berkohesi agar
urugan tidak terkotori lempung.

20 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 6. Prosedur Pemadatan Tanah

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 21


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

(1) Gambar 6 (2) sampai 6 (5) – Prosedur Pemadatan Tanah


Lempung
(2) Gambar 6 (6): Pemadatan Jalan di Puncak
Hamparkan campuran pasir, kerikil, kerakal (sirtu) di
puncak tubuh embung, lebar minimal 2,00 m, tebal
30,00 cm. Kemudian gilas sehingga tebalnya menjadi
20,00 cm.

4.4 Pemasangan Gebalan Rumput


1. Tempelkan gebalan rumput pada permukaan lereng hilir
urugan tubuh embung. Sambungan vertikal tidak boleh
dalam satu garis lurus.
Ukuran gebalan: 20 x 20 cm
2. Pasang pasak bambu/kayu, Ø 10-15 mm panjang 15 cm,
pada gebalan rumput untuk memperkuat ikatannya
dengan urugan.
3. Pemasangan dilakukan sedapat mungkin dimulai dari
baris atas dan dilanjutkan dengan baris di bawahnya.

22 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 7. Susunan Gebalan Rumput

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 23


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

BAB V
PELIMPAH

Gambar 9. Pelimpah Tanah di Samping Tubuh Embung

1. Gali saluran pelimpah di bukit tumpu dengan dozer atau


ripper, terpisah dari tubuh embung, kapasitas Q50.
Saluran ini bermula dari kolam embung dan turun
menuju alur di hilir tubuh embung. Dimensi periksa
tabel dan gambar 10.

24 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

2. Tanam rumput – pelindung erosi dari jenis:


 Jenis yang tumbuh rendah dan rapat (encephalum
sp) di bagian saluran yang landai (udik).
 Jenis yang tumbuh tinggi (gajah) di bagian saluran
yang curam (hilir)
3. Buat pelat beton/pasangan batu (ukuran: tebal 30 cm,
lebar 100 cm) rata dengan dasar saluran dan tempatkan
di saluran bagian udik sebagai referensi elevasi dasar
pelimpah (detil A)

Gambar 10. Dimensi Saluran Pelimpah

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 25


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Lebar saluran pelimpah (B dalam meter) untuk berbagai debit


(Q dalam m3/d) dan kemiringan dasar (i).

Debit Kemiringan dasar saluran Keterangan


(m3/d) 0,001 0,002 0,004 0,005 0,0075 Dasar dan
5 35 18 12 8 7 dinding saluran
10 - 35 22 16,50 13 dilindungi
15 - - 32 23 18 terhadap erosi
20 - - 42 32 25 dengan rumput
25 - - - 38 32 rendah (misal:
30 - - - 46,50 37 enchepalum
Sp).

26 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

BAB VI
JARINGAN PIPA DISTRIBUSI

6.1 Fungsi
Mengangkat air dari kolam langsung ke tempat
pemakaian dengan pipan tertutup bertekanan.

6.2 Komponen
(1) Alat sadap terapung, dibuat dengan cara ujung
pipa utama dilubangi (perforated) sepanjang 1,50
m dan dibungkus dengan filter geotekstil,
kemudian digantungkan pada pelampung (missal:
bola plastik). Gambar 11 – detil B.
(2) Pipa utama, dari bahan HDPE Ø 2 “ dipasang pada
galian kemudian diurug kembali. Di bawah tubuh
embung pipa diberi lembaran karet 30 x 30 cm
setiap jarak 5,00 m kemudian diurug lempung
plastis dipadatkan dalam keadaan basah. Gambar
11 – potongan I-I, dan gambar 12.
(3) Pipa sekunder, ada 3 buah semua dari bahan HDPE
Ø 1 ¼ “. Pipa ini dipasang dalam parit yang
ditimbun kembali, langsung disambungkan pada
pipa utama, dan masing-masing menuju ke tiga
buah bak air (periksa butir 4).

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 27


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

(4) Bak air, ada 3 jenis, yaitu:


- Bak air bersih untuk penduduk di pemukiman,
berukuran : lebar 1,00 m, panjang 2,0 m,
tinggi 150 cm, gambar 13
- Bak air untuk hewan ternak dibuat di tempat
pengembalaan, berukuran lebar 1,00 m,
panjang 2,00 m, tinggi 0,60 m, gambar 14
- Bak air untuk tanaman dibuat di kebun,
berukuran lebar 0,80 m, panjang 9,00 m,
tinggi 0,60 m, gambar 15.
(5) Penguras, berupa pipa bercabang, dipasang
sebuah di kaki hilir tbuh embung dan selanjutnya
dipasang di pipa utama pada setiap jarak
maksimal 100 m, dan minimal dipasang dua buah,
gambar 11 – detil A.

28 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 11. Denah Pemasangan Pipa Distribusi

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 29


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 12. Pemasangan Pipa Utama Distribusi di Bawah Embung

30 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

1. Gali paritan pada fondasi tubuh embung, dalam 60 cm,


lebar dasar 60 cm.
2. Padatkan lempung setebal 0,15 m dengan kondisi basah
(lapis ke-1)
3. Letakkan pipa utama HDPE Ø 2“ – di atas urugan
lempung lapisan ke-1, lengkap dengan lembaran karet
– 30 x 30 cm setiap jark 5.00 m
4. Tutup/timbun pipa dengan lempung plastis yang
dipadatkan dalam 3 lapis @ 0,15 m.

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 31


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 13. Denah dan Perspektif Bak untuk Keperluan


Manusia

32 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 14. Denah dan Perspektif Bak Hewan

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 33


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 15. Denah dan Perspektif Bak Kebun

34 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

BAB VII
PEMELIHARAAN

7.1 Umum
1. Organisasi
Embung yang telah selesai dibangun hendaknya
dikelola oleh desa setempat. Dinas Pengairan
setempat membantu desa dalam masalah
keteknikan.
2. Inspeksi
i) Desa Pengelola Embung perlu mengadakan
inspeksi minimal sekali dua minggu terutama
terhadap tubuh embung, pelimpah dan dinding
kolam embung.
ii) Pada waktu dan setelah hujan lebat perlu
melakukan inspeksi.
iii) Menjelang musim kemarau perlu diperiksa
apakah alat sadap dan keran air bekerja dengan
baik.
3. Daerah Tadah Hujan (DTH)
i) Seluruh DTH sebaiknya dihijaukan dan dibuat
teras dari tumpukan batu setinggi ± 0,5 m untuk
mengurangi erosi. Tanaman rumput sangat
disarankan.

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 35


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

ii) Hewan hendaknya tidak memasuki DTH untuk


menjaga kebersihan air ebung dari pencemaran
kotoran hewan.
4. Kolam embung
i) Penduduk hendaknya tidak mengambil air
secara langsung dari kolam embung untuk
menghindari pemborosan air.
ii) Hewan dilarang minum langsung di kolam
embung untuk mencegah penularan penyakit
hewan terhadap manusia. Pagar di sekeliling
kolam mungkin diperlukan.

7.2 Masalah yang Membahayakan Embung


Beberapa masalah yang membahayakan embung perlu
diperhatikan dalam inspeksi, antara lain:
(1) Daerah basah karena rembesan melalui:
- Urugan tubuh embung
- Pondasi
(2) Daerah basahan memanjang di tubuh embung
(3) Retakan melintang di tubuh embung
(4) Retakan memanjang di tubuh embung :
- Yang lurus
- Yang lengkung
(5) Retakan susut
(6) Erosi alur di tubuh embung
(7) Tumbuhan tinggi di tubuh embung

36 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

(8) Tumbuhan tinggi di saluran pelimpah


(9) Runtuhan di saluran pelimpah
(10) Erosi alur di pelimpah
(11) Gerusan lokal di pelimpah
Periksa gambar 16 sampai 27.

Gambar 16a. Rembesan Dalam Urugan

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 37


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 16b. “Sloughing” (longsoran lokal)

Gambar 16c. Teknik perbaikan

38 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

1 Daerah luas yang basah atau menghasilkan aliran (gambar


16 dan 17)
Tanda:
Sering ditandai dengan tanaman yang tumbuh lebih subur
daripada di tempat lain, dapat terjadi di lereng hilir tubuh
embung atau di pondasi hilir.
Penyebab:
Rembesan melalui tubuh embung atau fondasi.
Tindakan:
- Singkirkan tanamannya dan amatilah permukaan
tanahnya.
- Bila daerahnya basah laporkan segera kepada Dinas
Pengairan setempat.
Akibat:
Daerah tanaman yang basah dapat menyebabkan
terjadinya longsoran lokal (sloughing) karena jenuh.
Teknik Perbaikan:
- Di sekitar daerah basah perlu ditutup dengan urugan
beban pengimbang (counterweight) lulus air yang
landai.
Struktur urugan sebagai berikut :
 Paling bawah, langsung menutup daerah basah,
urugan sirtu (campuran pasir-batu) atau pasir
 Di atas lapisan sirtu (pasir) adalah ditimbuni lapisan
embung dipadatkan

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 39


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

 Kaki luar beban pengimbang berupa urugan kerikil –


kerakal
Lihat gambar 17a dan 17b.

Gambar 17a Rembesan Lewat Pondasi

40 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 17b Teknik Perbaikan

2 Deretan mata air atau basahan di lereng hilir tubuh


embung
Tanda:
Mata air atau basahan terjadi secara memanjang, relative
sempit, dan berarah horizontal
Penyebab:
Adanya lapisan urugan lulus air di antara urugan
lempung, sehingga terjadi rembesan
Tindakan:
Laporkan kepada Dinas Pengairan setempat
Akibat:
- Erosi buluh pada lapisan lulus air, dan selanjutnya
perosokan tubuh embung.
- Bocoran (kehilangan) air kolam/tampungan.

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 41


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Teknik Perbaikan:
- Buat paritan sejajar sumbu embung, dari puncak
embung vertikal ke bawah menembus lapisan lulus
air, lebar parit minimal 0,60 m, dasar parit mencapai
minimal 0,50 m di bawah lapisan lulus air
- Isilah paritan dengan bahan lempung plastis yang
dipadatkan dalam keadaan basah.

Gambar 18a. Daerah Basahan/Mata Air Memanjang

42 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 18b. Teknik Perbaikan

3 Retakan melintang
Tanda:
- Retakan terbuka di puncak embung, dari udik ke hilir.
- Air dapat mengalir dari kolam embung ke lereng hilir,
sehingga terlihat sebagai mata air.
Penyebab:
Penurunan urugan tidak merata
Tindakan:
Laporkan kepada Dinas Pengairan setempat.Akibat:
- Erosi yang dapat memperlebar dan memperdalam
retakan
- Air hujan dapat merembes dan menjenuhkan tubuh
embung

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 43


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

- Bocoran (kehilangan) air dari kolam


Teknik Perbaikan:
- Buat paritan sepanjang retakan dan buatlah parit
pasak di tengahnya
- Isi parit dengan urugan lempung plastis yang
dipadatkan dalam keadaan basah

Gambar 19a. Retakan Melintang

44 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 19b. Teknik Perbaikan

4 Retakan memanjang di Tubuh Embung (gambar 20 dan


21)
Tanda:
Retakan di puncak embung sejajar sumbu biasanya
terbuka lebar dan dalam
Penyebab:
- Bila lurus merupakan penurunan tidak merata, misal
antara zona urugan
- Bila lengkung merupakan awal longsoran
Akibat:
Air hujan dapat merembes dan menjenuhkan urugan
serta dapat memicu terjadinya longsoran.
Tindakan:

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 45


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Laporakan kepada Dinas Pengairan


Teknik Perbaikan:
- Retakan lurus
- Buat paritan dan isi dengan lempung plastis
dipadatkan basah
- Retakan lengkung
Kupas sampai ke dasar gerakan, dan isi kembali
dengan bahan yang sesuai dan dipadatkan dengan
baik.
Lihat gambar 21.

Gambar 20a. Retakan Memanjang Lurus

46 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 20b. Teknik Perbaikan

Gambar 21a. Retakan Memanjang Lengkung

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 47


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 21b Teknik Perbaikan

5 Retakan Susut di Tubuh Embung


Tanda:
Retakan biasanya pendek, dangkal, sempit, banyak, dan
berarah tidak teratur.
Penyebab:
Perubahan kadar air terutama karena panas matahari
Akibat:
Meresapkan air hujan ke dalam urugan
Tindakan:
Laporkan kepada Dinas Pengairan
Teknik Perbaikan:
Kupas lapisan permukaan, dan urug kembali dengan
bahan bukan lempung seperti: sirtu, pasir.
48 | Pusat Litbang Sumber Daya Air
Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 22a. Retakan Susut

Gambar 22b. Teknik Perbaikan

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 49


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

6 Erosi Alur di Tubuh Bendung


Tanda :
Adanya alur bekas erosi di lereng tubuh embung dari
puncak ke bawah, biasanya makin ke bawah makin lebar.
Penyebab :
- Pelindung erosi tidak berfungsi baik (rumput atau
pelindung yang lain)
- Muka lereng tidak merata, sehingga permukaan yang
rendah menjadi jalan air hujan.
Akibat :
Bila dibiarkan alur dapat semakin dalam dan lebar
sehingga dapat mengurangi tinggi jagaan, mengurangi
lebar tubuh embung dan merusak jalan di puncak.
Tindakan:
Laporkan kepada Dinas Pengairan
Teknik Perbaikan:
- Bersihkan alur dan urug kembali dengan bahan
sejenis
- Ratakan muka lereng tubuh embung

50 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 23a. Alur Erosi Di Tubuh Embung

Gambar 23b. Teknik Perbaikan

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 51


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

7 Tumbuhan Tinggi di Tubuh Bendung Embung


Tanda:
Tanaman yang tumbuh tinggi lebih dari 0,50 m dapat
berupa: rumput, semak, tanaman keras.
Penyebab:
Perbedaan benih vegetasi dan pemeliharaan kurang
memadai
Akibat:
- Menyulitkan pengamatan visual (inspeksi)
- Akar tanaman dapat menembus tubuh embung,
sehingga menjadi lintasan air.
Tindakan:
- Singkirkan semua jenis tanaman yang (bisa) tumbuh
lebih dari 0,50 m termasuk akarnya.
- Buang bongkaran tanaman ke luar daerah embung
- Tanam rumput di tempat bekas tanaman
Teknik Perbaikan: - - -

52 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 24a. Tumbuhan Tinggi di Tubuh Embung dan


Pelimpah

Gambar 24b Tubuh Embung dan Saluran Pelimpah Setelah


Dibersihkan dari Tumbuhan Tinggi

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 53


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

8 Tumbuhan tinggi di Saluran Pelimpah


Tanda: seperti (7)
Penyebab: seperti (7)
Akibat:
Menghalangi aliran banjir, sehingga dapat mengakibatkan
peluapan (overtopping) pada puncak embung.
Tindakan: seperti (7)
Teknik Perbaikan: - - - - -

9 Runtuhan di Saluran Pelimpah


Tanda :
Tumpukan tanah menutup sebagian atau seluruh saluran
pelimpah.
Penyebab :
- Hasil erosi dari leleng saluran atau bukit di atasnya.
- Longsoran tebing saluran
Akibat :
Menghalangi aliran banjir sehingga dapat menyebabkan
peluapan pada puncak embung.
Tindakan :
- Buang tumpukan tanah ke luar saluran pelimpah
sehingga tidak akan terangkut aliran kembali ke
pelimpah
- Kalau tumpukan tanah merupakan longsoran
laporkan ke Dinas Pengairan

54 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Teknik Perbaikan :
- Bila longsoran, buang runtuhannya hingga ke bidang
gerakan.
- Isi kembali galian tersebut dengan tanah yang sesuai
untuk urugan dan dipadatkan

Gambar 25. Runtuhan Menutup Limpah

10 Alur erosi di pelimpah


Tanda :
Adanya alur bekas erosi di dasar saluran pelimpah
berarah sejajar sumbu saluran luncur pelimpah.
Penyebab :
- Proteksi erosi kurang berfungsi

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 55


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

- Dasar saluran kurang rata

Akibat :
- Alur erosi berkembang makin lebar, makin dalam, dan
makin panjang menuju ke udik
- Dapat mengakibatkan longsoran
- Bila berkembang ke udik hingga ke kolam embung
akan mengakibatkan kehilangan air karena daya
tampung embung berkurang
Tindakan :
Laporkan kepada Dinas Pengairan
Teknik Perbaikan :
- Tutuplah alur dengan bahan kerikil – kerakal
- Ratakan dasar saluran pelimpah

56 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 26a. Alur Erosi di Pelimpah

Gambar 26b Teknik Perbaikan

11 Gerusan Lokal di Pelimpah


Tanda:
Lubang setempat di dasar pelimpah, biasanya dalam, area
terbatas, dan membentuk tangga (kaskade).
Penyebab:
- Proteksi erosi kurang memadai
- Dasar saluran tidak rata, sedikit membentuk tangga
Akibat:
- Gerusan dapat makin dalam sehingga dapat
mengakibatkan longsoran
- Gerusan dapat berkembang ke udik, sehingga dapat
membahayakan tubuh embung, dan bila mencapai
Pusat Litbang Sumber Daya Air | 57
Teknologi Infrastruktur Perdesaan

kolam dapat mengakibatkan kehilangan air karena


daya tampung embung berkurang
Tindakan:
Laporkan kepada Dinas Pengairan
Teknik Perbaikan:
- Tutuplah lubang dengan batu ukuran bongkahan
- Bila perlu gunakan bronjong

Gambar 27a. Gerusan lokal

58 | Pusat Litbang Sumber Daya Air


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

Gambar 27b. Teknik Perbaikan

Pusat Litbang Sumber Daya Air | 59


Teknologi Infrastruktur Perdesaan

PUSTAKA

1. CL. Nugroho: “Inspeksi Bendungan, Fondasi, Tumpuan,


dan (FC tidak jelas)” Keamanan dan Pemeliharaan
Bendungan, kerja sama Pusat Litbang Pengairan dan JICA,
1993 (tidak diterbitkan)

2. Ibnu Kasiro dan Bhre Susantini Rusli, Agus P. Prawoto:


“Beberapa Permasalahan Embung Tipe NTT – IADP di P.
Timor, 1986 - 1991”, jurnal Litbang Pengairan No. 21 th. 6
– 1991

3. Ibnu Kasiro, Wanny Adidarma, Bhre Susantini Rusli, CL.


Nugroho, dan Sunarto: “Pedoman Kriteria Desain Embung
Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia”, No.
120/HAB-139/94 Pusat Litbang Pengairan, 1994 (tidak
diterbitkan).

60 | Pusat Litbang Sumber Daya Air

Anda mungkin juga menyukai