2. Tujuan
Tujuan pekerjaan konstruksi yakni : untuk mendukung peningkatan
produksi pertanian di Provinsi Kalimantan Barat.
5. Sumber Dana dan : a. Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai pekerjaan konstruksi
Perkiraan Biaya bersumber dari : APBD-DAK Provinsi Kalimantan Barat Tahun
Anggaran 2022
b. Total Pagu Anggaran : Rp. 3.603.925.000,00 (Tiga Milyar Enam Ratus
Tiga Juta Sembilan Ratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah)
c. Total Harga Perkiraan Sendiri : Rp. 3.603.828.000,00 (Tiga Miliar Enam
Ratus Tiga Juta Delapan Ratus Dua Puluh Delapan Ribu Rupiah)
b. Syarat Peralatan :
1) Untuk peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pengadaan
pekerjaan konstruksi, wajib melampirkan dokumen yang
menyatakan bahwa peralatan tersebut adalah milik sendiri antara
lain berupa Kuitansi Pembelian/Invoice/Faktur Penjualan
2) Untuk kendaraan angkut/roda empat atau lebih (yang merupakan
milik sendiri) wajib melampirkan STNK atau BPKB dan Uji KIR
3) Apabila point 1 dan 2 bukan milik sendiri, maka wajib melampirkan
dokumen tambahan berupa Surat Perjanjian Sewa, dilengkapi
Kuitansi Pembelian/Invoice/Faktur Penjualan, STNK atau BPKB dan
Uji KIR
4) Kondisi fisik/keberadaan peralatan utama dan dokumen pendukung
persyaratan peralatan akan diminta pada saat rapat persiapan
penandatanganan kontrak.
5) Alat yang digunakan dalam kondisi baik dan mampu bekerja/
berproduksi pada kondisi tanah berpasir, tanah bercampur tanah
liat, tanah liat, gravel yang belum disaring, pasir padat, dan dapat
bekerja pada kondisi galian dengan kedalaman lebih dari 4 meter.
IDENTIFIKASI BAHAYA
NO URAIAN PEKERJAAN
(skenario bahaya)
Pekerjaan Galian tanah 1. Terbentur alat excavator
1.
Saluran dengan excavator pada saat alat beroperasi
12. Ketentuan lainnya : Jika pemenang tender sudah ada, maka kontrak akan ditanda tangani
setelah Dokumen Penyusunan Anggaran (DPA) APBD Provinsi Kalimantan
Barat TA. 2022 disahkan (adanya kepastian anggaran). Pemenang tender
tidak dapat menuntut ganti rugi dalam bentuk apapun jika tidak tersedianya
anggaran.
Demikian Spesifikasi Teknis ini dibuat serta telah direview dan disetujui sebagai acuan dalam
pelaksanaan paket pekerjaan Pekerjaan konstruksi.
Ditetapkan oleh :
Pejabat Pembuat Komitmen
3.1 Pengukuran
Kuantitas untuk pekerjaan konstruksi harus diukur berdasarkan jumlah
unit/satuan yang terpasang dan memenuhi garis dan elevasi seperti yang
ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
3.2 Dasar Pembayaran
Kuantitas pekerjaan yang terpasang/ dilaksanakan, diukur menurut
ketentuan yang berlaku, akan dibayar dengan Harga Satuan yang tertuang
di dalam kontrak.
PEKERJAAN BESI D AN DEWATERING
1.1 Umum
Besi tulangan harus mempunyai diameter dan penampang melintang sama
disetiap bagian besi tulangan itu. Diameter rata–rata besi tulangan yang
digunakan dilokasi pekerjaan tidak boleh lebih besar atau lebih kecil dari 2
(dua) % diameter yang telah ditentukan. Besi tulangan harus bersih dari
serpihan, minyak, kotoran dan cacat–cacat pembuatannya. Jika oleh Direksi
Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan 3 copy daftar besi tulangan
yang dikeluarkan oleh pabrik untuk mendapatkan persetujuan sebelum
mendatangkan besi tulangan di lokasi pekerjaan, dan mutu besi tulangan
harus sesuai dengan spesifikasi dan copy daftar tulangan tersebut.
3.1 Pengukuran
Perhitungan pengukuran untuk pembayaran semua pengadaan dan
pemasangan besi tulangan, dibuat berdasarkan berat rencana besi tulangan
yang dilaksanakan dalam beton sesuai dengan gambar atau petunjuk oleh
Direksi Pekerjaan.
1. PERSYARATAN BAHAN
1. Semen
(Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen
portland yang memenuhi SNI 15-2049-1994 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan
IV. Apabila menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan
gelembung udara, maka gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh
lebih dari 5 %, dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
2. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya
harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam,
asam, basa, gula atau organis.
3. Agregat
a. Ketentuan Agradasi Agregat
➢ Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
disyaratkan.
➢ Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat
terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja
tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah
lainnya di mana beton harus dicor.
b. Sifat-sifat Agregat
➢ Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh
dari pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan pencucian
(jika perlu) kerikil dan pasir sungai.
➢ Agregat harus bebas dari bahan organik.
2. PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.1 Pekerjaan Beton
2.1.1 Pembetonan
1. Penyiapan tempat kerja
➢ Penyedia Jasa harus membongkar bangunan lama yang akan
diganti dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar
untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang
baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
yang dipersyaratankan.
➢ Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi
atau formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang
ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan
dalam Spesifikasi ini, dan harus membersihkan serta menggaru
tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga
dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jika
diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk
menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan
mudah dan aman.
2. Cetakan Beton
➢ Jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah
harus dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya
harus dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan.
Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum
pengecoran beton.
➢ Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan
membentuk beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat
dibuat dari kayu, besi atau bahan lainnya yang cukup kuat
sesuai dengan ukuran–ukuran yang ada di dalam gambar.
➢ Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan
berat sendiri adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi,
angin dan tekanan lainnya dengan tidak berubah bentuk.
➢ Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar
cetakan sesuai dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan, sebelum memulai pekerjaan,
walaupun demikian penyerahan tersebut kepada Direksi
Pekerjaan untuk disetujui, tidak mengurangi tanggung jawab
Kontraktor bagi keberhasilannya.
➢ Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton
harus bebas dari sampah, paku, alur–alur, belahan, atau cacat–
cacat lainnya. Mengisi celah–celah sambungan cetakan beton
harus berhati–hati dan dilaksanakan sedemikian rupa
agar sanggup mengembang dibawah pengaruh kelembaban
beton tanpa menimbulkan perubahan bentuk cetakan, celah–
celah harus diisi secukupnya untuk mencegah hilangnya air
semen. Bagaimanapun penggunaan kertas dengan tegas
dilarang.
➢ Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan,
pembuangan air dapat dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat
sedemikian rupa hingga dapat dengan mudah ditutup sebelum
pengecoran dimulai.
➢ Sebelum pengecoran beton semua baut–baut harus dipasang pada
posisinya, semua yang diperlukan dan alat–alat lain untuk
menutup lubang harus dipasang pada cetakan. Tidak
diperbolehkan membuat lubang didalam beton tanpa
persetujuan Direksi Pekerjaan.
➢ Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak
diijinkan dilakukan pada dinding beton yang akan tampak.
➢ Lubang–bekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton setelah
cetakan dibongkar.
➢ Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan
ujungnya tidak boleh kurang dari 3 cm dari permukaan beton
yang terbentuk. Semua permukaan cetakan yang menempel
dengan beton harus dilumasi dengan oli untuk memastikan
bahwa cetakan dapat dibuka dengan mudah.
➢ Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan
dipasang dan harus berhati–hati mencegah pelumas jangan
sampai mengenai besi tulangan. Sebelum pengecoran dan
pembesian semua celah–celah cetakan yang telah diisi dengan
dempul harus dibersihkan dan dikeringkan. Bila cetakan beton
dibuat dan siap untuk pengecoran maka harus diperiksa oleh
Direksi Pekerjaan. Tidak diperkenankan mengecor bila cetakan
belum disetujui Direksi Pekerjaan.
➢ Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan
sekurang–kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum cetakan
siap untuk diperiksa.
3. Pencampuran Beton
➢ Perbandingan Campuran
1) Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air
dan bahan additive bila diperlukan, dicampurkan bersama –
sama dan digunakan untuk menghasilkan kekuatan yang
diharapkan.
2) Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan
umur 28 hari.
3) Penyedia Jasa dapat merubah proporsi dari waktu ke waktu
untuk mendapatkan kepadatan maksimum dari beton,
kemudahan pengerjaan, kekentalan dan kekuatan dengan
faktor air semen yang sekecil mungkin dengan persetujuan
Direksi tidak ada tambahan biaya atas perubahan tersebut.
4) Kandungan air di dalam beton akan diatur oleh Direksi, dalam
batas yang ditetapkan untuk mendapatkan faktor air semen
pada beton dengan kekentalan yang benar. Tidak
diperkenankan penambahan air untuk mengatasi
mengerasnya beton sebelum ditempatkan. Keseragaman
kekentalan beton pada setiap adukan adalah perlu.
➢ Penakaran
1) Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang disetujui
Direksi Pekerjaan dan harus memelihara serta
mengoperasikan peralatan seperti yang diperlukan agar secara
tepat mengontrol dan menentukan jumlah dari masing–
masing bahan yang dicampurkan, sesuai dengan petunjuk
Direksi Pekerjaan.
2) Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu)
hingga 5 (lima) meter kubik atau lebih per jam secara
keseluruhan dengan mencampurkan agregat, semen, bahan
additive (bila perlu), dan air menjadi suatu campuran yang
merata tanpa pemisahan–pemisahan. Juga mampu
mengimbangi perubahan–perubahan kadar air dari agregat,
serta merubah berat material–material yang ikut tercakup.
3) Jumlah masing–masing bahan yang membentuk beton tersebut
dapat ditentukan dengan timbangan kecuali jumlah air yang
diukur dengan takaran. Meskipun demikian material beton
dapat juga diukur secara volume, bilamana disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
➢ Mesin Pengaduk Beton
1) Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang
berpenakar dalam waktu yang tidak lebih dari satu setengah
menit, kecuali sejumlah air yang diperlukan sudah ada dalam
alat pengaduk tersebut.
2) Seluruh air pencampur harus diberikan sebelum seperempat
waktu pencampuran terlampaui. Waktu pencampuran
adukan yang volumenya lebih besar dari 0,75 m3 harus
ditambah seperempat menit pada setiap penambahan 0,5 m3.
3) Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang
melebihi kapasitas maksimum, atau dioperasikan melebihi
kecepatan yang dianjurkan pabrik pembuatnya. Alat tersebut
dapat menghasilkan beton dengan kekentalan dan warna yang
merata secara menerus dan disetujui Direksi Pekerjaan.
4) Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan sebelum
melakukan pekerjaan. Pencampuran pertama setelah
pembersihan, tidak boleh digunakan dalam pekerjaan. Blades
penumbuk yang ada dalam alat pencampur perlu diganti bila
telah aus menjadi 2 cm.
➢ Mencampur Beton dengan Tenaga Manusia
1) Pekerjaan mencampur beton dengan manual tidak diijinkan
kecuali jika situasi tidak memungkinkan untuk menggunakan
mesin pencampur setelah mendapat persetujuan Direksi
Pekerjaan.
2) Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan tangan,
sedekat mungkin ke lokasi dimana beton akan ditempatkan.
Harus dilakukan dibak pengaduk yang bersih dan kedap air.
Jika bak dibuat dari kayu, maka sela–sela kayu harus ditutup
agar tidak ada kehilangan air dari adukan.
3) Semua agregat dan semen harus diaduk–aduk dalam keadaan
kering sekurang–kurangnya 3 kali. Kemudian air
ditambahkan berangsur- angsur dipuncak adukan,
selanjutnya agregat kembali diaduk dalam keadaan basah,
sekurang–kurangnya 3 (tiga) kali sebelum adukan diangkat
ketempat pengecoran
2.1.2 Pengecoran
1. Pelaksanaan Pengecoran
➢ Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara
tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran
beton, atau meneruskan pengecoran beton jika pengecoran
beton telah ditunda lebih dari 6 jam.
➢ Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu
beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
➢ Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah
diterbitkan, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan jika
Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan
operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
➢ Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus
dibasahi dengan air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang
tidak meninggalkan bekas.
➢ Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga
penempatan dan penanganannya mudah dilakukan tanpa
adanya pemisahan butiran.
➢ Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu,
berurutan mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru dapat
menyatu dengan lapisan dibawahnya, adukan beton digetar dari
lapisan bawah.
➢ Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi
tulangan dan bagian – bagian yang ditanam, cetakan dan
perancah belum diperiksa dan disetujui Direksi Pekerjaan.
➢ Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai
terjadi pemisahan butiran. Apabila bentuk tulangan pada dasar
cetakan cukup rapat, dicor terlebih dahulu lapisan selimut beton
setebal 3 cm, dengan spesi yang sama dengan yang dibutuhkan
oleh beton diatasnya.
➢ Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih dari
yang ditentukan oleh Direksi, kelebihan ini harus segera dibuang.
Semua pengecoran harus selesai dalam waktu 60 menit telah
keluar dari mesin pengaduk, kecuali jika ditentukan lain oleh
Direksi.
➢ Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika
ditentukan atau disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul
selama pengecoran harus segera dibuang. Beton jangan dicor
diatas beton lain yang baru saja dicor selama lebih dari 30 menit,
kecuali jika ada konstruksi sambungan yang akan ditentukan
kemudian.
➢ Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan
harus ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal
maupun horizontal, dengan permukaan dibuat kasar atau
bergerigi untuk menahan gesekan dan membentuk ikatan
sambungan beton berikutnya, seperti yang diinginkan oleh
Direksi Pekerjaan.
➢ Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat
kasar atau disambungkan untuk menyingkap agregat.
Permukaan beton harus tetap lembab dan dilindungi dengan
mortar semen (perbandingan berat) 1 : 2 setebal 1 cm.
➢ Beton harus dicor pada posisi dan urutan – urutan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar, atau atas petunjuk Direksi
Pekerjaan. Beton yang dicor ditempatkan langsung pada
cetakannya sedemikian rupa untuk menghindari pemisahan
butiran dan penggeseran tulangan beton, acuan, atau bagian –
bagian yang tertanam, serta membentuk lapisan – lapisan yang
tidak lebih tebal dari 40 cm padat.
➢ Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan
ditentukan pada gambar atau menurut petunjuk Direksi
Pekerjaan.
➢ Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan
kereta dorong lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh
Direksi Pekerjaan untuk menjatuhkan ketempat penampungan
sementara dan kemudian diambil lagi dengan sekop sebelum
dicorkan.
➢ Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan
sebelumnya atau mengikuti petunjuk Direksi dan harus
dikerjakan secara menerus sampai dengan selesai. Bila perlu
Penyedia Jasa harus bekerja lembur untuk mencapai target
tersebut.
c. Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan
sebagaimana yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak
untuk Mata Pembayaran dan menggunakan satuan pengukuran yang
ditunjukkan di bawah dan dalam Daftar Kuantitas.
Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata
Pembayaran lain, termasuk "water stop", lubang sulingan, acuan, perancah
untuk pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton,
dan untuk semua biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk penyelesaian
pekerjaan yang sebagaimana mestinya, yang diuraikan dalam Bagian ini
PEKERJAAN PIN TU AIR
1. PERSYARATAN BAHAN
1.1 Pekerjaan Daun Pintu
a. Pelat Baja.
Persyaratan pekerjaan besi dan baja harus mengikuti sesuai dengan SNI
03-
6861-2-2002. Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan
dari besi/baja.
b. Kayu.
Tebal pintu kayu pada umumnya dipergunakan ukuran tebal 80 mm,
100 mm dan 120 mm. Kayu yang akan dipergunakan harus
mempunyai persyaratan kekuatan lentur yang pengujian sesuai SNI
03–3959–1995.
c. Pekerjaan pengecatan
Semua komponen pintu beserta alat pengangkat, kerangka alur
maupun kerangka ambang baik yang tertanam di beton maupun yang
terbuka agar tahan terhadap cuaca harus dicat dengan “coaltar epoxy
resin”.
d. Pekerjaan alat angkat
➢ Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur penggerak
yang dioperasikan secara manual/elektrik, dipasang pada balok atas
pada rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan dan memegang
pintu;
➢ Bahan Stang Pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut, Tongkat
batang Penghubung, Handel Operasi Manual, roda gigi, reduksi,
Tumpuan/bantalan, maupun rangka alur (sponning) harus
memenuhi persyaratan sesuai SNI 03-6861-2-2002 Spesifikasi
Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari besi/baja);
➢ Kerangka alur (sponning) harus mampu meneruskan tekanan air
pada beton. Permukaan rangka sponing harus betul dan rata.
Pelenturan maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis
harus kurang dari 1 (satu) milimeter pada setiap panjang 3 (tiga)
meter.
2. PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.1 Perencanaan
a. Beban rencana
➢ Pintu
Pintu harus direncaakan dengan kondisi beban sebagai berikut :
a. Beban air
Beban air pada pintu harus seperti yang ditunjukkan pada
gambar.
b. Beban – beban lain
c. Reaksi yang diakibatkan oleh berat sendiri. Semua beban yang
akan terjadi pada saat awal, menaikkan atau menurunkan pintu.
b. Rangka Pintu
Beban – beban pada rangka pintu terdiri dari beban pada tumpuan,
beban karet sekat dan semua beban lain yang diakibatkan
pengoperasian pintu dan perangkat. Rangka pintu harus mampu
meneruskan beban dari karet sekat pintu ke beton atau pasangan batu
kali pada bangunan.
c. Alat Pengangkat
Alat pengangkat harus direncanakan untuk menaikkan, menurunkan
dan memegang pintu pada setiap posisi di antara keadaan pintu
tertutup dan pintu terbuka penuh. Ketinggian pengangkatan harus
seperti pada gambar. Kapasitas rata – rata pengangkat, tongkat ulir
harus mampu menaikkan atau menurunkan pintu pada kombinasi
yang paling membahayakan.
b. Stang
Setiap stang harus dirakit dibengkel secara lengkap dan diperiksa
kehalusan permukaannya. Semua bagian harus diperiksa untuk
menjamin bahwa semua kelonggaran dan toleransi telah dipenuhi dan
tidak ada kesalahan yang terjadi pada setiap gerakan peralatannya.
Semua bantalan harus diperiksa dengan teliti, semua pelumas dengan
gomok dan oli yang diperlukan harus diuji. Setiap cacat atau ketidak
tepatan operasi yang ditemukan harus diperbaiki dan pengujian
diulang kembali.
c. Pengangkat
➢ Sebelum dirakit, semua permukaan bantalan, sponing, alur dan
lubang oli harus dibersihkan dan dilumasi dengan oli dan gomok
yang akan disetujui. Sesudah dirakit, setiap sistim pelumasan harus
diperiksa. Setiap pengangkat, lengkap dengan perlengkapannya,
harus dipasang sesui dengan gambar yang disetujui. Pengangkatan
harus diletakkan dan distel sehingga sesuai dengan alat pengangkat
pintu.
➢ Sesudah pemasangan pengangkat dan sebelum dihubungkan
dengan pintu, pengangkat harus dioperasikan dan diperiksa,
sesudah selesai pemeriksaan tersebut, mur penggerak dihubungkan
dengan pintu dan stang, kemudian ditest dandistel sehingga dapat
dioperasikan dengan tepat. Setiap kerusakan atau ketidak tepatan
operasi yang ditemukan selama pengujian harus diperbaiki dan
prosedur pengujian diulang kembali.
d. Pengecatan
➢ Setiap ketebalan pengecatan harus mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan;
➢ Permukaan yang sudah siap harus dicat dasar sesuai dengan
petunjuk pengecatan dari pabrik;
➢ Permukaan harus dibersihkan sesaat sebelum pengecatan;
➢ Pengecatan lapis awal dan lapis akhir harus sesuai dengan cara dan
peralatan yang disarankan dari pabrik;
➢ Cat yang dipakai harus mempunyai masa pemakaian tidak kurang
dari 1 (satu) tahun dalam keadaan segala cuaca di lokasi
pekerjaan;
➢ Penyedia jasa harus menyediakan cat yang cukup untuk pengecatan
di lapangan dan pengecatan perbaikan di bengkel;
➢ Semua pengecatan, harus dilakukan secara rata dan halus pada
permukaan.
➢ Cat harus diaduk seluruhnya, ditapis dan dijaga kekentalannya
agar seragam selama dipergunakan;
➢ Tidak diperkenankan melakukan pengecatan pada permukaan
logam yang suhunya kurang dari 10o Celcius;
➢ Permukaan yang akan dilapisi cat harus bebas dari kelembaban
selama pengecatan;
➢ Pengecatan dilakukan dengan kuas atau semprot;
➢ Pengecatan lapis pertama, dilakukan langsung sesudah penyiapan
permukaan.
➢ Tiap lapis harus dibiarkan kering dan mengeras lebih dahulu
seluruhnya sebelum dilakukan pengecatan berikutnya;
➢ Cat yang diproduksi oleh pabrik yang mempunyai nama baik dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan;
➢ Pengecatan dengan tar-epoxy dan atau epoxy resin harus
dilaksanakan pada bagian–bagian dibawah ini :
1) Permukaan–permukaan yang tampak dari rangka pintu kecuali
yang ada diatas permukaan tanah.
2) Semua daun pintu
3) Pengecatan komponen tersebut harus memenuhi persyaratan
sesuai SNI 06–6452–2000, Metode Pengujian Cat Bitumen
sebagai lapis pelindung
4) Semua logam besi yang permukaannya tidak dihaluskan,
kecuali yang disebutkan diatas harus dicat dengan 1 (satu) lapis
cat dasar dan 4 (empat) lapis cat “chlorinated rubber” atau
yang sekualitas. Tebal total lapisan tersebut termasuk cat dasar
harus 0,15 – 0,20 milimeter. Semua peralatan harus dicat
sesuai dengan standar pabrik.
5) Semua permukaan logam dengan finishing termasuk sekrup
yang tampak selama pengangkutan atau selama menunggu
pemasangan harus dibersihkan dan dilapisi dengan cat yang
mudah larut dalam bensin agar tidak berkarat.
2.4 Pengelasan
a. Semua pekerjaan las yang diperlukan pada pembuatan dan
pemasangan pintu dan perlengkapan dikerjakan dengan tenaga dengan
cara las lindung busur metal atau las busur otomatis;
b. Tes tembus warna harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa, jika diperlukan
oleh standar spesifikasi ini atau kriteria perencanaan ini;
c. Alat ukur yang sesuai harus terpasang untuk pembacaan arus dan
tegangan listrik selama pengelasan berlangsung;
d. Semua bagian yang di las yang merupakan pekerjaan akhir dengan
mesin harus di las dahulu sebelum dimesin, kecuali tercantum
ketentuan lain;
e. Semua pengelasan harus tidak terputus dan kedap air. Ukuran
minimum batang las 4,5 mm;
f. Semua cacat pengelasan harus dibersihkan sampai dasar logam yang
baik dan daerah tersebut perlu dites dengan “Ultrasonik” untuk
menyakinkan bahwa cacat telah benar terhapus sebelum dilakukan
perbaikan las;
Disusun oleh :
Kepala Bidang Sumber Daya Air
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Provinsi Kalimantan Barat
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan,