Anda di halaman 1dari 32

SPESIFIKASI TEKNIS

SKPD : DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG PROVINSI


KALIMANTAN BARAT
PROGRAM : PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR (SDA)
KEGIATAN : Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Primer dan
Sekunder pada Daerah Irigasi yang Luasnya 1000 Ha – 3000
Ha dan Daerah Irigasi Lintas Daerah Kabupaten/Kota
SUB KEGIATAN : Rehabilitasi Jaringan Irigasi Rawa
NAMA PAKET PEKERJAAN : Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I.R. JAWAI (DAK)
LOKASI : KABUPATEN SAMBAS
PAGU ANGGARAN : Rp. 3.603.925.000,00 (Tiga Milyar Enam Ratus Tiga Juta
Sembilan Ratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah)
JANGKA WAKTU : 180 (Seratus Delapan Puluh) hari kalender
PELAKSANAAN
MASA PEMELIHARAAN : 90 (Sembilan Puluh) hari kalender
KUALIFIKASI USAHA : Kecil
KLASIFIKASI BIDANG/ SUB : Sipil/ Jasa Pelaksana Untuk Saluran Air, Pelabuhan, Dam dan
BIDANG Prasarana Sumber Daya Air Lainnya (SI001)
JENIS KONTRAK : Harga Satuan
CARA PEMBAYARAN : Kemajuan Prestasi Pekerjaan
METODE PEMILIHAN : Tender
SUMBER DANA : APBD-DAK TA. 2022
KETENTUAN LAINNYA : Kontrak ditanda tangani setelah Dokumen Penyusunan
Anggaran (DPA) APBD Provinsi Kalimantan Barat TA. 2022
disahkan.

TAHUN ANGGARAN 2022


SPESIFIKASI TEKNIS
Pekerjaan Konstruksi
Paket Pekerjaan : Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I.R. JAWAI (DAK)

1. Latar Belakang : Untuk mendukung ketahanan pangan di Indonesia khususnya di


Kalimantan Barat, maka perlu tersedianya infrastuktur irigasi yang baik.
Adapun salah satu permasalahan yang sekarang masih terjadi di lapangan
adalah tingginya pirit yang terkandung pada tanahnya, masih
tergenangnya air pada saat musim penghujan dan kekurangan air pada
saat musim kemarau. Kondisi seperti ini tentunya sangat mempengaruhi
produksivitas tanaman pertanian di Provinsi Kalimantan Barat.
Untuk mengatasi hal tersebut salah satu langkah yang dapat ditempuh
adalah dengan melakukan rehabilitasi pada jaringan tersebut dengan
melakukan perbaikan saluran yang mengalami pendangkalan/sedimentasi.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka Pemerintah Provinsi Kalimantan
Barat melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi
Kalimantan Barat mengusulkan kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi rawa
melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Penugasan Bidang Irigasi Tahun
Anggaran 2022.

2. Maksud dan : 1. Maksud


tujuan Maksud pekerjaan konstruksi yakni : mengembalikan fungsi irigasi dan
meningkatkan pelayanan irigasi seperti semula

2. Tujuan
Tujuan pekerjaan konstruksi yakni : untuk mendukung peningkatan
produksi pertanian di Provinsi Kalimantan Barat.

3. Target/Sasaran : Target/sasaran yang ingin dicapai dalam pekerjaan konstruksi yakni :


- Terpeliharanya jaringan irigasi dan rawa;
- Luas irigasi kewenangan Provinsi dalam kondisi baik, dengan capaian
rencana outcome kegiatan seluas 325 Ha.

4. Nama dan : a. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat


Organisasi b. Satker/Perangkat Daerah : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Pengguna Jasa c. Pengguna Anggaran : (Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Provinsi Kalimantan Barat)
d. Pejabat Pembuat Komitmen : ISKANDAR ZULKARNAEN, ST., MT

5. Sumber Dana dan : a. Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai pekerjaan konstruksi
Perkiraan Biaya bersumber dari : APBD-DAK Provinsi Kalimantan Barat Tahun
Anggaran 2022
b. Total Pagu Anggaran : Rp. 3.603.925.000,00 (Tiga Milyar Enam Ratus
Tiga Juta Sembilan Ratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah)
c. Total Harga Perkiraan Sendiri : Rp. 3.603.828.000,00 (Tiga Miliar Enam
Ratus Tiga Juta Delapan Ratus Dua Puluh Delapan Ribu Rupiah)

6. Ruang Lingkup, : a. Ruang lingkup/batasan pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan :


Lokasi Pekerjaan, - Penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat kerja yang
Fasilitas Penunjang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan ini serta mengamankan,
mengawasi dan memelihara bahan-bahan, alat kerja maupun hasil
pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh
pekerjaan dapat selesai dengan sempurna.
- Penyedia melakukan proses pelaksanaan pekerjaan (mulai dari
penyesuaian desain yang berasal dari Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Kalbar) sesuai dengan spesifikasi teknis yang dibuat oleh
PPK.
- Penyedia membuat jadwal proses pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan disetujui oleh PPK.

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Konstruksi |1


b. Lokasi pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan :
- D.I.R. JAWAI KABUPATEN SAMBAS
Berupa Pekerjaan Rehabilitasi Saluran Primer dan Saluran Sekunder ;
Rehabilitasi Pintu Air.

7. Spesifikasi : a. Peralatan utama minimal yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan


Peralatan antara lain :
Konstruksi dan
Peralatan No Jenis Peralatan Jumlah Kapasitas Kondisi
Bangunan
1 Excavator 3 Unit - Berat unit minimal 20 ton Layak
- Kapasitas Bucket 0,45 m3 Operasi
- Panjang Lengan 9 m
2 Excavator 1 Unit - Berat unit minimal 20 ton Layak
- Kapasitas Bucket 0,9 m3 Operasi
- Panjang Lengan 5 m
3 Pick Up 1 Unit 2.100 kg s/d 2.540 kg Layak
Operasi
4 Pompa Air 1 Set Kapasitas Minimal 24 PK Layak
Operasi

b. Syarat Peralatan :
1) Untuk peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pengadaan
pekerjaan konstruksi, wajib melampirkan dokumen yang
menyatakan bahwa peralatan tersebut adalah milik sendiri antara
lain berupa Kuitansi Pembelian/Invoice/Faktur Penjualan
2) Untuk kendaraan angkut/roda empat atau lebih (yang merupakan
milik sendiri) wajib melampirkan STNK atau BPKB dan Uji KIR
3) Apabila point 1 dan 2 bukan milik sendiri, maka wajib melampirkan
dokumen tambahan berupa Surat Perjanjian Sewa, dilengkapi
Kuitansi Pembelian/Invoice/Faktur Penjualan, STNK atau BPKB dan
Uji KIR
4) Kondisi fisik/keberadaan peralatan utama dan dokumen pendukung
persyaratan peralatan akan diminta pada saat rapat persiapan
penandatanganan kontrak.
5) Alat yang digunakan dalam kondisi baik dan mampu bekerja/
berproduksi pada kondisi tanah berpasir, tanah bercampur tanah
liat, tanah liat, gravel yang belum disaring, pasir padat, dan dapat
bekerja pada kondisi galian dengan kedalaman lebih dari 4 meter.

8. Spesifikasi Proses/ a. Syarat Penyedia :


Kegiatan 1) Memiliki identitas kewarganegaraan Indonesia seperti kartu tanda
penduduk (KTP)/paspor/surat keterangan domisili tinggal
2) Memiliki Akta Perusahaan, Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi sesuai
peraturan perundang-undangan dan bidang pekerjaan yang
diadakan
a) Kualifikasi Usaha : kecil
b) Sub Bidang Klasifikasi : Jasa Pelaksana Untuk Saluran Air,
Pelabuhan, Dam, dan Prasarana Sumber Daya Air Lainnya
(SI001)
3) Memiliki pengalaman pekerjaan konstruksi sesuai dengan sub
bidang klasifikasi SBU yang disyaratkan paling kurang 1 (satu)
pekerjaan dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di
lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman
subkontrak, kecuali bagi pelaku usaha yang baru berdiri kurang dari
3 (tiga) tahun;
4) Memiliki Sertifikat Keterampilan (SKT) Teknisi Pengerukan TS 042,
serta Sertifikat Keahlian Kerja (SKA) Ahli Muda/ Ahli Madya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi;
5) Memiliki status valid keterangan Wajib Pajak berdasarkan hasil
Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP);
6) Mempunyai atau menguasai tempat usaha/kantor dengan alamat
yang benar, tetap dan jelas berupa milik sendiri atau sewa
(melampirkan bukti pembayaran sewa);

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Konstruksi |2


7) Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada
Kontrak yang dibuktikan dengan:
a) Akta Pendirian Perusahaan dan/atau perubahannya;
b) Surat Kuasa (apabila dikuasakan);
c) Bukti bahwa yang diberikan kuasa merupakan pegawai tetap
(apabila dikuasakan); dan Kartu Tanda Penduduk
8) Pernyataan Pakta Integritas meliputi :
a) Tidak akan melakukan praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;
b) Akan melaporkan kepada PA/KPA/APIP jika mengetahui
terjadinya praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dalam proses
pengadaan ini;
c) Akan mengikuti proses pengadaan secara bersih, transparan,
dan profesional untuk memberikan hasil kerja terbaik sesuai
ketentuan peraturan perundangundangan; dan
d) Apabila melanggar hal-hal yang dinyatakan dalam huruf a, b,
dan c maka bersedia dikenakan sanksi administratif, dikenakan
sanksi Daftar Hitam, digugat secara perdata dan/atau
dilaporkan secara pidana sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
9) Pernyataan yang ditandatangani Peserta yang berisi:
a) Tidak masuk dalam Daftar Hitam,
b) keikutsertaannya tidak menimbulkan pertentangan
kepentingan pihak yang terkait,
c) tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan
usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau yang bertindak
untuk dan atas nama Badan Usaha tidak sedang dalam
menjalani sanksi pidana, dan
d) pengurus/pegawai tidak berstatus Aparatur Sipil Negara,
kecuali yang bersangkutan mengambil cuti diluar tanggungan
Negara;
e) Pernyataan lain yang menjadi syarat kualifikasi yang tercantum
dalam Dokumen Pemilihan; dan
f) Pernyataan bahwa data kualifikasi yang diisikan dan dokumen
penawaran yang disampaikan benar, dan jika dikemudian hari
ditemukan bahwa data/dokumen yang disampaikan tidak
benar dan ada pemalsuan maka direktur utama/pimpinan
perusahaan/pimpinan koperasi, atau kepala cabang, dari
seluruh anggota Kemitraan bersedia dikenakan sanksi
administratif, sanksi pencantuman dalam daftar hitam, gugatan
secara perdata, dan/atau pelaporan secara pidana kepada pihak
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.

b. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)


Penyedia jasa harus menyediakan perangkat keselamatan kerja serta
mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk perlindungan
dan keselamatan umum sesuai dengan peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021. Rencana
Keselamatan Konstruksi (RKK) ditunjukkan dalam Identifikasi Bahaya
Penilaian Resiko dan Pengendalian sesuai tabel berikut :

Tabel Penilaian Resiko dan Pengendalian

IDENTIFIKASI BAHAYA
NO URAIAN PEKERJAAN
(skenario bahaya)
Pekerjaan Galian tanah 1. Terbentur alat excavator
1.
Saluran dengan excavator pada saat alat beroperasi

Tingkat resiko dari pekerjaan ini adalah adalah Resiko Sedang

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Konstruksi |3


9. Spesifikasi Metode : Metode Pelaksanaan :
Konstruksi/ a. Pekerjaan Saluran (Galian Tanah dengan alat Excavator Long Arm dan
Metode Standar)
Pelaksanaan/ b. Rehabilitasi Pintu Air
Metode Kerja

10. Spesifikasi Jabatan : Syarat personel manajerial antara lain :


Kerja Konstruksi a. Tenaga Ahli
Jabatan dalam pekerjaaan Pengalaman
No. Sertifikasi Kompetensi Kerja
yang akan dilaksanakan Kerja
Sertifikat Keterampilan (SKT)
1. Pelaksana Lapangan 2 Tahun
Teknisi Pengerukan TS 042
3 Tahun SKA Ahli Muda K3 Konstruksi
2. Ahli K3 Konstruksi SKA Ahli Madya K3
0 Tahun
Konstruksi

11. Lampiran : Gambar/Keterangan lainnya yang mendukung dalam pelaksanaan


pekerjaan konstruksi sebagaimana terlampir yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Spesifikasi Teknis Pekerjaan konstruksi ini (jika
diperlukan).

12. Ketentuan lainnya : Jika pemenang tender sudah ada, maka kontrak akan ditanda tangani
setelah Dokumen Penyusunan Anggaran (DPA) APBD Provinsi Kalimantan
Barat TA. 2022 disahkan (adanya kepastian anggaran). Pemenang tender
tidak dapat menuntut ganti rugi dalam bentuk apapun jika tidak tersedianya
anggaran.

Demikian Spesifikasi Teknis ini dibuat serta telah direview dan disetujui sebagai acuan dalam
pelaksanaan paket pekerjaan Pekerjaan konstruksi.

Pontianak, 11 Januari 2022

Ditetapkan oleh :
Pejabat Pembuat Komitmen

ISKANDAR ZULKARNAEN, ST.,MT


Pembina Tingkat I
NIP. 19700510 199203 1 008

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Konstruksi |4


SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN

A. URAIAN SPESIFIKASI TEKNIS


Uraian spesifikasi teknis disusun berdasarkan spesifikasi teknis yang ditetapkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sesuai jenis pekerjaan yang akan ditenderkan,
dengan ketentuan:
1. Dapat menyebutkan merk dan tipe serta sedapat mungkin menggunakan produksi
dalam negeri;
2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional (SNI);
3. Metode pelaksanaan harus logis, realistis dan dapat dilaksanakan;
4. Jangka waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metode pelaksanaan;
5. Mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
6. Mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan;
7. Mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;
8. Mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan;
9. Mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.
10. Spesifikasi Bahan Bangunan Konstruksi:
a. Setiap jenis bahan bangunan konstruksi yang tergolong sebagai bahan
berbahaya dan beracun (B3), seperti cat, thinner, gas acetylene, BBM, BBG,
bahan peledak, dll, harus diberi penjelasan bahayanya, cara pengangkutan,
penyimpanan, penggunaan, pengendalian risiko dan cara pembuangan
limbahnya sesuai dengan prosedur dan/atau peraturanperundangan yang
berlaku;
b. Informasi tentang penanganan B3 dapat diperolehdari Lembar Data
Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet) yang diterbitkan oleh pabrik
pembuatnya, atau dari sumber- sumber yang berkompeten dan/ atau
berwenang.
11. Spesifikasi Peralatan Pekerjaan:
a. Jenis alat yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan galian adalah
excavator dengan spesifikasi standar dan long arm.
b. Alat dan perkakas yang digunakan harus dalam kondisi baik dan mempunyai
produktifitas sesuai spesifikasi alat.
c. Alat dan perkakas yang digunakan harus dipastikan telah diberi system
perlindungan atau kelengkapan pengaman untuk mencegah paparan (expose)
bahaya secara langsung terhadap tubuh pekerja;
d. Informasi tentang jenis, cara penggunaan/ pemeliharaan/ pengamanannya
alat dan perkakas dapat diperoleh dari manual produk dari pabrik pembuatnya,
ataupun dari pedoman/peraturan pihak yang kompeten.
12. Spesifikasi Proses/Kegiatan:
a. Kesesuaian identifikasi bahaya dari setiap tahapan kegiatan sudah ditetapkan
oleh PPK;
b. Setiap proses/kegiatan harus dilengkapi dengan prosedur kerja, system
perlindungan terhadap pekerja, perlengkapan pengaman, dan rambu-rambu
peringatan dan kewajiban pekerja menggunakan alat pelindung diri (APD)
yang sesuai dengan potensi bahaya pada proses tersebut;
c. Setiap proses/kegiatan yang berbahaya harus melalui prosedur izin kerja lebih
dulu dari penanggung-jawab proses dan Ahli K3 Konstruksi;
d. Setiap proses dan kegiatan pekerjaan hanya boleh dilakukan oleh tenaga kerja
dan/atau operator yang telah terlatih dan telah mempunyai kompetensi untuk
melaksanakan jenis pekerjaan/ tugasnya, termasuk kompetensi melaksanakan
prosedur keselamatan konstruksi yang sesuai pada jenis pekerjaan / tugasnya
tersebut.
13. Spesifikasi Metode Konstruksi/ Metode Pelaksanaan/Metode Kerja
a. Analisis Keselamatan Pekerjaan/Job Safety Analysis (JSA) harus dilakukan
terhadap setiap metode konstruksi/ metode pelaksanaan pekerjaan, dan
persyaratan teknis untuk mencegah terjadinya kegagalan konstruksi dan
kecelakaan kerja;
b. Metode kerja harus disusun secara logis, realistis dan dapat dilaksanakan
dengan menggunakan peralatan, perkakas, material dan konstruksi sementara,
yang sesuai dengan kondisi lokasi/tanah/cuaca, dan dapat dikerjakan oleh
pekerja dan operator yang terlatih;
c. Persyaratan teknis yang harus dipenuhi penyedia dalam menyusun dan
menggunakan metode kerja dapat meliputi penggunaan alat utama dan alat
bantu, perkakas, material dan konstruksi sementara dengan urutan kerja yang
sistematis, guna mempermudah pekerjadan operator bekerja dan dapat
melindungi pekerja, alat dan material dari bahaya dan risiko kegagalan
konstruksi dan kecelakaan kerja;
d. Setiap metode kerja /konstruksi yang diusulkan penyedia, harus dianalisis
keselamatan pekerjaan/Job Safety Analysis (JSA), diuji efektivitas
pelaksanaannya dan efisiensi biayanya. Jika semua factor kondisi
lokasi/tanah/cuaca, alat, perkakas, material, urutan kerja dan kompetensi
pekerja/operator telah ditinjau dan dianalisis, serta dipastikan dapat menjamin
keselamatan, kesehatan dan keamanan konstruksi dan pekerja/operator, maka
metode kerja dapat disetujui, setelah dilengkapi dengan gambar dan prosedur
kerja yang sistematis dan/atau mudah dipahami oleh pekerja/operator;
e. Setiap tahapan pelaksanaan konstruksi utama yang mempunyai potensi bahaya
tinggi harus dilengkapi dengan metode kerja yang didalamnya sudah
mencakup analisis keselamatan pekerjaan/Job Safety Analysis (JSA). Misalnya
untuk pekerjaan di ketinggian, mutlak harus digunakan perancah, lantai kerja
(platform), papan tepi, tangga kerja, pagar pelindung tepi, serta alat pelindung
diri (APD) yang sesuai antara lain helm dan sabuk keselamatan agar pekerja
terlindung dari bahaya jatuh. Untuk pekerjaan saluran galian tanah berpasir
yang mudah longsor dengan kedalaman 1,5 meter atau lebih, mutlak harus
menggunakan turap dan tangga akses bagi pekerja untuk naik/turun;
f. Setiap metode kerja harus melalui analisis dan perhitungan yang diperlukan
berdasarkan data teknis yang dapat dipertanggung-jawabkan, baik dari
standar yang berlaku, atau melalui penyelidikan teknis dan analisis
laboratorium maupun pendapat ahli terkait yang independen.
14. Spesifikasi Jabatan Kerja Konstruksi
a. Setiap kegiatan/pekerjaan perancangan, perencanaan, perhitungan dan
gambar-gambar konstruksi, penetapan spesifikasi dan prosedur teknis serta
metode pelaksanaan/ konstruksi/kerja harus dilakukan oleh tenaga ahli yang
mempunyai kompetensi yang disyaratkan, baik pekerjaan arsitektur,
struktur/sipil, mekanikal, elektrikal, plumbing dan penataan lingkungan
maupun interior dan jenis pekerjaan lain yang terkait;
b. Setiap tenaga ahli tersebut pada butir a. di atas harus mempunyai kemampuan
untuk melakukan proses manajemen risiko (identifikasi bahaya, penilaian
risiko dan pengendalian risiko) yang terkait dengan disiplin ilmu dan
pengalaman profesionalnya, dan dapat memastikan bahwa semua potensi
bahaya dan risiko yang terkait pada bentuk rancangan, spesifikasi teknis dan
metode kerja/konstruksi tersebut telah diidentifikasi dan telah dikendalikan
pada tingkat yang dapat diterima sesuai dengan standar teknik dan standar
Keselamatan Konstruksi yang berlaku;
c. Untuk menjaga kualitas dan kuantitas pekerjaan saluran (galian tanah dengan
menggunakan alat) agar tepat fungsi dan sasaran maka diperlukan tenaga
profesional Pengerukan dengan menggunakan alat secara efektif dan efesien.
d. Setiap kegiatan/pekerjaan pelaksanaan, pemasangan, pembongkaran,
pemindahan, pengangkutan, pengangkatan, penyimpanan, perletakan,
pengambilan, pembuangan, pembongkaran dsb, harus dilakukan oleh tenaga
ahli dan tenaga terampil yang berkompeten berdasarkan gambar gambar,
spesifikasi teknis, manual, pedoman dan standar serta rujukan yang benar dan
sah atau telah disetujui oleh tenaga ahli yang terkait;
e. Setiap tenaga ahli dan tenaga terampil dibidang K3 Konstruksi di atas harus
melakukan analisis keselamatan pekerjaan (job safety analysis) setiap sebelum
memulai pekerjaannya, untuk memastikan bahwa potensi bahaya dan risiko
telah diidentifikasi dan diberikan tindakan pencegahan terhadap kecelakaan
kerja dan/ atau penyakit di tempat kerja;
PEKERJAAN TANAH

1. KETENTUAN DAN PERSYARATAN


Ketentuan dan persyaratan yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan
spesifikasi teknis pekerjaan konstruksi adalah sebagai berikut:

1.1 Program Pelaksanaan


1) Pengguna Jasa menyiapkan Jadwal Pelaksanaan untuk semua pekerjaan
yang termasuk dalam Kontrak. Jadwal pelaksanaan tersebut untuk
membantu para penawar dan Penyedia Jasa didalam menyiapkan jadwal
pelaksanaan yang lebih terperinci.
2) Setelah menerima Surat Penunjukan, Penyedia Jasa harus menyerahkan
Jadwal Pelaksanaan kepada Direksi Pekerjaan berisi jadwal pelaksanaan
semua pekerjaan dan pekerjaan sementara yang harus dikerjakan
berdasarkan Kontrak. Jadwal Pelaksanaan ini harus sesuai dengan hari
kalender, jangka waktu yang diperlukan, tanggal mulai paling awal,
tanggal selesai paling awal dan paling lambat, lama pelaksanaan dan
sebagainya.
3) Jadwal tersebut diatas diserahkan sesuai dengan modifikasi dan perubahan
yang diperlukan oleh Direksi Pekerjaan di dalam waktu yang logis. Jadwal
Pelaksanaan yang direvisi yang sudah disetujui dan sudah ditandatangani
oleh Penyedia Jasa dan Direksi Pekerjaan harus dianggap merupakan
Jadwal Pelaksanaan yang mengikat dan menjadi bagian dari Dokumen
Kontrak.
4) Jadwal Pelaksanaan yang sudah mengikat tersebut harus diperbarui oleh
Penyedia Jasa jika diminta oleh Direksi Pekerjaan dan jadwal pelaksanaan
yang diperbarui harus disetujui oleh Penyedia Jasa dan Direksi Pekerjaan,
dan termasuk dalam Dokumen Kontrak.
5) Jika selama pelaksanaan pekerjaan, rata-rata kecepatan pekerjaan ternyata
dibawah yang disetujui menurut pendapat Direksi Pekerjaan, Penyedia
Jasa harus dapat menyelesaikan setiap bagian pekerjaan pada waktu yang
disetujui, maka Direksi akan memerintahkan Penyedia Jasa untuk
menambah pekerja dan atau peralatan pelaksanaan ke lokasi pekerjaan
untuk mengejar ketinggalan pada bagian pekerjaan tersebut.

1.2 Pekerjaan Survey dan Pengukuran


Yang termasuk Pekerjaan Survey dan Pengukuran adalah pemasangan Bench
Mark dan pelaksanaan pengukuran itu sendiri.
Pelaksanaan pemasangan dan spesifikasi bench mark dan teknis pengukuran
harus mengacu pada RPT0 Pd T-xx-200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi
Teknik, Kegiatan yang bersifat Umum, Bagian-2, Pekerjaan Pengukuran
Topografi dan Pemetaan.

1.3 Pekerjaan Tanah


Yang termasuk Pekerjaan Tanah meliputi:
Pembersihan medan, pekerjaan kupasan/stripping, pekerjaan galian,
pekerjaan timbunan, pekerjaan tanah menggunakan alat berat (Excavator
Standart dan Long Arm).
Hal-hal yang berkaitan dengan ketentuan dan persyaratan kegiatan
pekerjaan tanah mengacu pada RPT0 Pd T-xx-200x, Pedoman Penyusunan
Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat Umum, Bagian-1, Pekerjaan Tanah.
2. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan
spesifikasi teknis pekerjaan konstruksi pembangunan irigasi harus memuat:

2.1. Ketentuan Umum


Pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan sesuai ukuran/dimensi yang tertera
dalam gambar atau atau sesuai dengan volume yang tertera dalam BoQ atau
sesuai dengan arahan direksi pekerjaan.
Semua bahan dan mutu pekerjaan harus mempergunakan dan sesuai
dengan ketentuan- ketentuan dari Standar Normalisasi Indonesia dari edisi
/ revisi terakhir atau standar internasional yang secara substantial setara
atau lebih tinggi dari standar nasional yang disyaratkan.
Semua bahan dan mutu pekerjaan yang tidak sepenuhnya diperinci disini
atau dicakup oleh Standar Normalisasi Indonesia haruslah bahan dan mutu
pekerjaan kelas utama.
Direksi akan menetapkan apakah semua atau sebagian yang dipesan atau
diantarkan untuk penggunaan dalam pekerjaan sesuai untuk pekerjaan
tersebut, dan keputusan Direksi dalam hal ini pasti dan menentukan.
Apabila ada perbedaan antara standar yang disyaratkan dengan standar
yang diajukan oleh Penyedia jasa, maka Penyedia jasa harus menjelaskan
secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan, sekurang-kurangnya 28 hari
sebelum Direksi Pekerjaan menetapkan setuju atau tidak terhadap pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
Standar satuan ukuran yang dipergunakan pada dasarnya MKS, sedangkan
penggunaan standar satuan lain dapat dipergunakan sepanjang hal tersebut
tidak dapat dielakkan.

2.2 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan Persiapan adalah semua kegiatan yang perlu dilaksanakan baik
sebelum, selama berlangsungnya kontrak dan setelah berakhirnya kontrak.
Item pekerjaan yang termasuk / dimasukan dalam pekerjaan persiapan ini
secara detail disajikan berikut ini.

2.2.1 Mobilisasi dan Demobilisasi


Yang dimaksud dengan mobilisasi dan demobilisasi adalah semua
kegiatan yang berhubungan dengan transportasi peralatan yang
akan dipergunakan dalam melaksanakan paket pekerjaan. Penyedia
jasa harus sudah bisa memperhitungkan semua biaya yang
diperlukan dalam rangkaian kegiatan untuk mendatangkan
peralatan dan mengembalikannya nanti bila pekerjaan telah selesai.
Mata pembayaran yang diterapkan dalam kegiatan mobilisasi dan
demobilisasi adalah Lumpsum.

2.3 Pekerjaan Survey dan Pengukuran


Yang termasuk Pekerjaan Survey dan Pengukuran adalah pengukuran
elevasi penampang saluran dan pemasangan patok-patok acuan
penampang/ profil penampang saluran.
Sebelum melakukan pekerjaan pengukuran, maka pihak Penyedia jasa
diminta untuk mengajukan request kepada Direksi untuk pekerjaan
pengukuran ini.
Penarikan / penentuan titik-titik elevasi dilakukan dari patok elevasi yang
telah disetujui / ditentukan oleh Direksi. Jika tidak ada patok elevasi yang
dapat dipakai, biasa digunakan elevasi lokal yang dipindahkan ke Patok
Bantu Elevasi (PBE) dengan persetujuan Direksi.
Semua alat ukur topografi yang digunakan harus dikalibrasi dan disetujui
oleh Direksi. Pada saat pelaksanaan pengukuran alat ukur harus dilindungi
dari terik matahari/hujan.

2.4 Gambar-gambar Pelaksanaan (Shop drawing)


Dalam memulai, mengerjakan dan mengevaluasi pekerjaan baik untuk
saluran-saluran, bangunan air dan bendung, harus berdasarkan data
ketinggian dan posisi yang pasti sesuai dengan kondisi lapangan. Untuk ini
Kontaktor harus menyediakan serangkaian alat ukur berikut tenaga
kerjanya untuk keperluan ini.
Gambar-gambar yang harus disiapkan Penyedia jasa adalah:

2.4.1 Gambar-Gambar Pekerjaan Tetap


(a) Umum
Semua gambar-gambar yang disiapkan oleh Penyedia jasa haruslah
gambar-gambar yang telah ditanda tangani oleh Direksi yang
disajikan dalam format kertas ukuran A3 dengan daftar persetujuan
(stuklist) yang telah diseragamkan.
(b) Gambar-gambar Pelaksanaan
Penyedia jasa harus menggunakan gambar kontrak sebagai dasar
untuk mempersiapkan Gambar Pelaksanaan. Gambar itu dibuat
lebih detail untuk pekerjaan tetap dan dimana mungkin dapat
memperlihatkan penampang melintang dan memanjang, tempat
dan ukuran yang tepat.
Penyedia jasa harus menyediakan 1 (satu) set gambar-gambar
lengkap di lapangan. Apabila ada pekerjaan dilaksanakan sebelum
ada persetujuan Direksi adalah menjadi resiko Penyedia jasa.
Persetujuan Direksi terhadap gambar-gambar tersebut tidak akan
meringankan tanggung jawab Penyedia jasa atas kebenaran gambar
tersebut.

2.4.2 Gambar-Gambar Pekerjaan Sementara


(a) Umum
Semua gambar yang disiapkan oleh Penyedia jasa harus
terperinci, dan diserahkan kepada Direksi sebelum tanggal
pelaksanaan pekerjaan atau dalam waktu yang telah ditentukan
dalam Kontrak.
Gambar-gambar harus menunjukan detail dari pekerjaan
sementara seperti Cofferdam, tanggul sementara, pengalihan
aliran dan sebagainya.
Gambar Perencanaan yang diusulkan Penyedia jasa yang dipakai
dalam pelaksanaan Konstruksi (sah) juga harus diserahkan kepada
Direksi sebanyak 3 (tiga) rangkap.
(b) Gambar-gambar untuk Pekerjaan Sementara yang ditinggalkan.
Penyedia jasa hendaknya mengusulkan pekerjaan sementara
yang berkaitan dengan pekerjaan tetap secara lebih mendetail
dan diserahkan kepada Direksi untuk mengubah dan mendapat
persetujuan sebelum tanggal dimulainya pelaksanaan.
2.4.3 Gambar-Gambar Purnalaksana / Terlaksana
Selama masa pelaksanaan, Penyedia jasa harus memelihara satu set
gambar yang dilaksanakan paling akhir untuk tiap-tiap pekerjaan.
Gambar-gambar yang dilaksanakan akan diperiksa tiap bulan di
lapangan oleh Direksi dan tiap hari oleh Pengawas Lapangan, dan
apabila ditemukan hal-hal yang tidak memuaskan dan tidak
dilaksanakan, paling lambat harus diperiksa kembali selama 6 (enam)
hari kerja.
Gambar terlaksana (As Built Drawing) harus disajikan dalam format
kertas ukuran A3 dengan daftar persetujuan (stuklist) yang sudah
ditandatangani, bila pekerjaan telah diselesaikan 100 % dan dibuat
dalam bentuk softcopy berikut dengan back up data excel.
Dalam waktu 1 (satu) bulan setelah penandatanganan serah terima ke I
(PHO), Penyedia jasa harus sudah menyerahkan gambar terlaksana
(As Built Drawing) yang terdiri dari satu set gambar lengkap (sudah
ditandatangani/ disetujui semua pihak) dalam ukuran A3 rangkap 5
(lima) set.
Semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan penggambaran mengacu
pada KP-07, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang
Kriteria Perencanaan Bagian Standar Penggambaran, BI-01 dan BI-02
DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986.

2.5 Pekerjaan Tanah


Lingkup dari pekerjaan tanah yang meliputi semua pekerjaan yang
berkaitan adalah sebagai berikut:
• Pembersihan
• Penggalian termasuk pembentukan dan saluran
• Pekerjaan lain yang mungkin diarahkan oleh Direksi
Metode untuk setiap pekerjaan tertentu secara tertulis harus diusulkan
kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan sebelum pelaksanaan
pekerjaan.
Semua pekerjaan tanah dari beberapa bagian harus dilaksanakan menurut
ukuran ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar, atau menurut ukuran
dan ketinggian lain, yang mungkin akan diperintahkan oleh Direksi.
Ukuran yang berdasarkan atau berhubungan dengan ketinggian tanah, atau
jarak terusan harus ditunjukkan kepada Direksi lebih dahulu, sebelum
memulai pekerjaan tanah pada setiap tempat. Yang dimaksud dengan
“ketinggian tanah” adalah tinggi “permukaan tanah” sesudah pembersihan
lapangan dan sebelum pekerjaan tanah dimulai.

2.6 Pekerjaan Lain-Lain


2.6.1 Laporan dan Foto
a) Laporan Kemajuan Pelaksanaan
Laporan diserahkan tiap awal bulan pelaksanaan kontrak atau pada
waktu yang ditentukan oleh Direksi, Penyedia jasa harus
menyerahkan laporan Kemajuan Bulanan dalam bentuk yang
bisa diterima oleh Direksi, yang menggambarkan secara detail
kemajuan pekerjaan selama bulan yang terdahulu beserta
salinannya sesuai kebutuhan.
Laporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut
:
• Prosentase kemajuan pekerjaan berdasarkan kenyataan yang
dicapai pada bulan laporan maupun prosentase rencana yang
diprogramkan pada bulan berikutnya.
• Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan maupun
prosentase rencana yang diprogramkan harus sesuai dengan
kemajuan yang dicapai pada bulan laporan.
• Daftar tenaga kerja.
• Daftar perlengkapan konstruksi, peralatan dan bahan
dilapangan yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan
termasuk yang sudah datang dan dipindahkan dari lapangan.
• Jumlah volume pekerjaan merupakan bagian pekerjaan tetap
harus diuraikan sebagai berikut :
Jumlah volume dari berbagai pekerjaan galian dan timbunan
• Uraian pokok pekerjaan yang dilaksanakan selama masa
laporan.
b) Rapat Bersama Untuk Membicarakan Kemajuan Pekerjaan
(progress meeting)
Rapat antara Direksi dan Penyedia jasa diadakan secara rutin dan
sesuai kebutuhan dalam hal pengendalian pelaksanaan
pekerjaan.
c) Dokumentasi
Semua kegiatan dilapangan harus didokumentasikan dengan
lengkap dan dibuatkan album foto berikut keterangan berupa
lokasi dan penjelasan foto. Untuk setiap bagian tertentu dari
pekerjaan yang diperintahkan oleh Direksi minimal dibuat 3 seri
foto yaitu sebelum pelaksanaan (0%), pada saat pelaksanaan
(50%) dan setelah selesai dilaksanakan (100%) dalam satu titik
pengamatan.
Bilamana mungkin maka pada latar belakang supaya diusahakan
adanya suatu tanda khusus untuk memudahkan mengenali lokasi
tersebut dan memperkirakan dimensi obyek yang akan difoto.

2.6.2 Papan Tanda Proyek


a. Penyedia jasa harus membuat, memasang dan memelihara papan
tanda proyek. Papan tanda proyek harus menunjukkan dan
memuat nama Pemilik Pekerjaan / Proyek dan nama Penyedia
jasanya, judul nama proyek disertai perkiraan jumlah hari
pelaksanaan.

b. Lokasi Pemasangan ditunjukkan oleh Direksi / Engineer Konsultan


sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan. Jika pekerjaan telah selesai
dan telah diserahterimakan, maka papan nama proyek harus
dicabut oleh Penyedia jasa.

3. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman
penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan konstruksi saluran harus memuat:

3.1 Pengukuran
Kuantitas untuk pekerjaan konstruksi harus diukur berdasarkan jumlah
unit/satuan yang terpasang dan memenuhi garis dan elevasi seperti yang
ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
3.2 Dasar Pembayaran
Kuantitas pekerjaan yang terpasang/ dilaksanakan, diukur menurut
ketentuan yang berlaku, akan dibayar dengan Harga Satuan yang tertuang
di dalam kontrak.
PEKERJAAN BESI D AN DEWATERING

1. PEKERJAAN BESI TULANGAN

1.1 Umum
Besi tulangan harus mempunyai diameter dan penampang melintang sama
disetiap bagian besi tulangan itu. Diameter rata–rata besi tulangan yang
digunakan dilokasi pekerjaan tidak boleh lebih besar atau lebih kecil dari 2
(dua) % diameter yang telah ditentukan. Besi tulangan harus bersih dari
serpihan, minyak, kotoran dan cacat–cacat pembuatannya. Jika oleh Direksi
Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan 3 copy daftar besi tulangan
yang dikeluarkan oleh pabrik untuk mendapatkan persetujuan sebelum
mendatangkan besi tulangan di lokasi pekerjaan, dan mutu besi tulangan
harus sesuai dengan spesifikasi dan copy daftar tulangan tersebut.

1.2 Pemasangan Besi Tulangan


a. Sebelum dipasang, besi tulangan harus bersih dari karat, oli, lemak–
lemak, kotoran lain. Penulangan harus dilaksanakan secara teliti dan
dipasang ditempat yang benar sebagaimana ditunjukkan didalam
gambar dan dijaga kedudukannya agar tetap dan tidak berubah selama
berlangsungnya pengecoran, penggetaran dan pemadatan beton.
b. Semua ujung bebas besi tulangan berpenampang bulat biasa harus
mempunyai kait sebagaimana ditunjukkan dalam gambar atau
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Penyedia Jasa harus menempatkan
tulangan dengan jarak tertentu dan terikat kuat pada tempatnya.
c. Bagian dalam dari lengkungan besi tulangan, harus bersinggungan
dengan besi tulangan lainnya disekitar tulangan tersebut diikat. Besi
tulangan harus diikat dengan kawat baja lunak yang disetujui Direksi
Pekerjaan, dan pengikatan harus cukup kuat dengan tang. Ujung kawat
pengikat harus mengarah kedalam.
d. Penulangan yang sudah siap untuk pengecoran, harus diperiksa dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Tidak diperkenankan melaksanakan
pengecoran, sebelum penulangannya disetujui Direksi Pekerjaan.
e. Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan,
sekurang kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum penulangan
siap dicor.

1.3 Penyiapan Gambar Penulangan


Penyedia Jasa dengan biaya sendiri, harus menyiapkan semua gambar–
gambar penulangan secara rinci berdasarkan gambar yang diberikan oleh
Direksi Pekerjaan, sebagaimana diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
Gambar penulangan tersebut harus mencakup gambar penempatan besi
tulangan, daftar besi tulangan dan gambar lain yang diperlukan untuk
memudahkan pembuatan dan pemasangan tulangan.

1.4 Penyambungan Besi Tulangan


Jika perlu sambungan besi tulangan dibuat lain dari pada yang ditunjukkan
didalam gambar, posisi dan metode dari sambungan harus ditentukan dari
perhitungan kekuatan yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

1.5 Selimut Beton untuk Tulangan


Ditunjukkan dalam gambar atau ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.
2. PEKERJAAN PENGERINGAN (DEWATERING)
Daerah galian harus dikeringkan secukupnya dan dijaga jangan sampai ada air
tergenang. Penyedia Jasa harus membuat dan merawat semua dan sementara,
bila perlu melakukan pemompaan sumber-sumber air dan aliran lainnya untuk
mengeluarkan air tersebut dari lokasi pekerjaan sepanjang masa pelaksanaan.
Semua bangunan sementara harus dibongkar bila pekerjaan telah selesai dan
disetujui Direksi Pekerjaan.

3. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

3.1 Pengukuran
Perhitungan pengukuran untuk pembayaran semua pengadaan dan
pemasangan besi tulangan, dibuat berdasarkan berat rencana besi tulangan
yang dilaksanakan dalam beton sesuai dengan gambar atau petunjuk oleh
Direksi Pekerjaan.

3.2 Dasar Pembayaran


Pembayaran untuk pengadaan dan pemasangan besi tulangan akan dibuat
dalam harga satuan perkilogram seperti yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, mencakup biaya upah kerja, material dan peralatan,
termasuk biaya-biaya pengangkutan, penempatan, penurunan,
penyimpanan, pemotongan, pengikatan, pembersihan, pemasangan, dan
penempatan pada posisinya untuk semua besitulangan seperti yang
diperlihatkan dalam gambar atau ditentukan oleh Direksi.
PEKERJAAN BETON

1. PERSYARATAN BAHAN
1. Semen
(Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen
portland yang memenuhi SNI 15-2049-1994 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan
IV. Apabila menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan
gelembung udara, maka gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh
lebih dari 5 %, dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
2. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya
harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam,
asam, basa, gula atau organis.
3. Agregat
a. Ketentuan Agradasi Agregat
➢ Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
disyaratkan.
➢ Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat
terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja
tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah
lainnya di mana beton harus dicor.
b. Sifat-sifat Agregat
➢ Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh
dari pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan pencucian
(jika perlu) kerikil dan pasir sungai.
➢ Agregat harus bebas dari bahan organik.

2. PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.1 Pekerjaan Beton
2.1.1 Pembetonan
1. Penyiapan tempat kerja
➢ Penyedia Jasa harus membongkar bangunan lama yang akan
diganti dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar
untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang
baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
yang dipersyaratankan.
➢ Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi
atau formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang
ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan
dalam Spesifikasi ini, dan harus membersihkan serta menggaru
tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga
dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jika
diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk
menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan
mudah dan aman.

➢ Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton


harus dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di
atas tanah yang berlumpur, bersampah atau di dalam air.
Apabila beton akan dicor di dalam air, maka harus dilakukan
dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran
seperti pada dasar sumuran atau cofferdam dan atas
persetujuan Direksi Pekerjaan.
➢ Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan
benda lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa atau
selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak
bergeser pada saat pengecoran.
➢ Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka
bahan lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai
dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
➢ Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan
untuk pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja
tulangan atau pengecoran beton. Penyedia Jasa dapat diminta
untuk melaksanakan pengujian penetrasi kedalaman tanah
keras, pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk
memastikan cukup tidaknya daya dukung tanah di bawah
pondasi.
➢ Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk
mengubah dimensi atau kedalaman pondasi dan/atau menggali
dan mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah
pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
➢ Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari
resiko terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya.
Direksi Pekerjaan berhak menunda pengecoran sebelum tenda
terpasang dengan benar. Penyedia Jasa juga harus memastikan
lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau
muka air tanah dengan penanganan seperlunya

2. Cetakan Beton
➢ Jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah
harus dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya
harus dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan.
Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum
pengecoran beton.
➢ Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan
membentuk beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat
dibuat dari kayu, besi atau bahan lainnya yang cukup kuat
sesuai dengan ukuran–ukuran yang ada di dalam gambar.
➢ Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan
berat sendiri adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi,
angin dan tekanan lainnya dengan tidak berubah bentuk.
➢ Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar
cetakan sesuai dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan, sebelum memulai pekerjaan,
walaupun demikian penyerahan tersebut kepada Direksi
Pekerjaan untuk disetujui, tidak mengurangi tanggung jawab
Kontraktor bagi keberhasilannya.
➢ Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton
harus bebas dari sampah, paku, alur–alur, belahan, atau cacat–
cacat lainnya. Mengisi celah–celah sambungan cetakan beton
harus berhati–hati dan dilaksanakan sedemikian rupa
agar sanggup mengembang dibawah pengaruh kelembaban
beton tanpa menimbulkan perubahan bentuk cetakan, celah–
celah harus diisi secukupnya untuk mencegah hilangnya air
semen. Bagaimanapun penggunaan kertas dengan tegas
dilarang.
➢ Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan,
pembuangan air dapat dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat
sedemikian rupa hingga dapat dengan mudah ditutup sebelum
pengecoran dimulai.
➢ Sebelum pengecoran beton semua baut–baut harus dipasang pada
posisinya, semua yang diperlukan dan alat–alat lain untuk
menutup lubang harus dipasang pada cetakan. Tidak
diperbolehkan membuat lubang didalam beton tanpa
persetujuan Direksi Pekerjaan.
➢ Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak
diijinkan dilakukan pada dinding beton yang akan tampak.
➢ Lubang–bekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton setelah
cetakan dibongkar.
➢ Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan
ujungnya tidak boleh kurang dari 3 cm dari permukaan beton
yang terbentuk. Semua permukaan cetakan yang menempel
dengan beton harus dilumasi dengan oli untuk memastikan
bahwa cetakan dapat dibuka dengan mudah.
➢ Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan
dipasang dan harus berhati–hati mencegah pelumas jangan
sampai mengenai besi tulangan. Sebelum pengecoran dan
pembesian semua celah–celah cetakan yang telah diisi dengan
dempul harus dibersihkan dan dikeringkan. Bila cetakan beton
dibuat dan siap untuk pengecoran maka harus diperiksa oleh
Direksi Pekerjaan. Tidak diperkenankan mengecor bila cetakan
belum disetujui Direksi Pekerjaan.
➢ Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan
sekurang–kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum cetakan
siap untuk diperiksa.

3. Pencampuran Beton
➢ Perbandingan Campuran
1) Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air
dan bahan additive bila diperlukan, dicampurkan bersama –
sama dan digunakan untuk menghasilkan kekuatan yang
diharapkan.
2) Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan
umur 28 hari.
3) Penyedia Jasa dapat merubah proporsi dari waktu ke waktu
untuk mendapatkan kepadatan maksimum dari beton,
kemudahan pengerjaan, kekentalan dan kekuatan dengan
faktor air semen yang sekecil mungkin dengan persetujuan
Direksi tidak ada tambahan biaya atas perubahan tersebut.
4) Kandungan air di dalam beton akan diatur oleh Direksi, dalam
batas yang ditetapkan untuk mendapatkan faktor air semen
pada beton dengan kekentalan yang benar. Tidak
diperkenankan penambahan air untuk mengatasi
mengerasnya beton sebelum ditempatkan. Keseragaman
kekentalan beton pada setiap adukan adalah perlu.
➢ Penakaran
1) Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang disetujui
Direksi Pekerjaan dan harus memelihara serta
mengoperasikan peralatan seperti yang diperlukan agar secara
tepat mengontrol dan menentukan jumlah dari masing–
masing bahan yang dicampurkan, sesuai dengan petunjuk
Direksi Pekerjaan.
2) Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu)
hingga 5 (lima) meter kubik atau lebih per jam secara
keseluruhan dengan mencampurkan agregat, semen, bahan
additive (bila perlu), dan air menjadi suatu campuran yang
merata tanpa pemisahan–pemisahan. Juga mampu
mengimbangi perubahan–perubahan kadar air dari agregat,
serta merubah berat material–material yang ikut tercakup.
3) Jumlah masing–masing bahan yang membentuk beton tersebut
dapat ditentukan dengan timbangan kecuali jumlah air yang
diukur dengan takaran. Meskipun demikian material beton
dapat juga diukur secara volume, bilamana disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
➢ Mesin Pengaduk Beton
1) Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang
berpenakar dalam waktu yang tidak lebih dari satu setengah
menit, kecuali sejumlah air yang diperlukan sudah ada dalam
alat pengaduk tersebut.
2) Seluruh air pencampur harus diberikan sebelum seperempat
waktu pencampuran terlampaui. Waktu pencampuran
adukan yang volumenya lebih besar dari 0,75 m3 harus
ditambah seperempat menit pada setiap penambahan 0,5 m3.
3) Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang
melebihi kapasitas maksimum, atau dioperasikan melebihi
kecepatan yang dianjurkan pabrik pembuatnya. Alat tersebut
dapat menghasilkan beton dengan kekentalan dan warna yang
merata secara menerus dan disetujui Direksi Pekerjaan.
4) Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan sebelum
melakukan pekerjaan. Pencampuran pertama setelah
pembersihan, tidak boleh digunakan dalam pekerjaan. Blades
penumbuk yang ada dalam alat pencampur perlu diganti bila
telah aus menjadi 2 cm.
➢ Mencampur Beton dengan Tenaga Manusia
1) Pekerjaan mencampur beton dengan manual tidak diijinkan
kecuali jika situasi tidak memungkinkan untuk menggunakan
mesin pencampur setelah mendapat persetujuan Direksi
Pekerjaan.
2) Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan tangan,
sedekat mungkin ke lokasi dimana beton akan ditempatkan.
Harus dilakukan dibak pengaduk yang bersih dan kedap air.
Jika bak dibuat dari kayu, maka sela–sela kayu harus ditutup
agar tidak ada kehilangan air dari adukan.
3) Semua agregat dan semen harus diaduk–aduk dalam keadaan
kering sekurang–kurangnya 3 kali. Kemudian air
ditambahkan berangsur- angsur dipuncak adukan,
selanjutnya agregat kembali diaduk dalam keadaan basah,
sekurang–kurangnya 3 (tiga) kali sebelum adukan diangkat
ketempat pengecoran

2.1.2 Pengecoran
1. Pelaksanaan Pengecoran
➢ Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara
tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran
beton, atau meneruskan pengecoran beton jika pengecoran
beton telah ditunda lebih dari 6 jam.
➢ Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu
beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
➢ Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah
diterbitkan, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan jika
Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan
operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
➢ Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus
dibasahi dengan air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang
tidak meninggalkan bekas.
➢ Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga
penempatan dan penanganannya mudah dilakukan tanpa
adanya pemisahan butiran.
➢ Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu,
berurutan mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru dapat
menyatu dengan lapisan dibawahnya, adukan beton digetar dari
lapisan bawah.
➢ Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi
tulangan dan bagian – bagian yang ditanam, cetakan dan
perancah belum diperiksa dan disetujui Direksi Pekerjaan.
➢ Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai
terjadi pemisahan butiran. Apabila bentuk tulangan pada dasar
cetakan cukup rapat, dicor terlebih dahulu lapisan selimut beton
setebal 3 cm, dengan spesi yang sama dengan yang dibutuhkan
oleh beton diatasnya.
➢ Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih dari
yang ditentukan oleh Direksi, kelebihan ini harus segera dibuang.
Semua pengecoran harus selesai dalam waktu 60 menit telah
keluar dari mesin pengaduk, kecuali jika ditentukan lain oleh
Direksi.
➢ Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika
ditentukan atau disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul
selama pengecoran harus segera dibuang. Beton jangan dicor
diatas beton lain yang baru saja dicor selama lebih dari 30 menit,
kecuali jika ada konstruksi sambungan yang akan ditentukan
kemudian.
➢ Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan
harus ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal
maupun horizontal, dengan permukaan dibuat kasar atau
bergerigi untuk menahan gesekan dan membentuk ikatan
sambungan beton berikutnya, seperti yang diinginkan oleh
Direksi Pekerjaan.
➢ Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat
kasar atau disambungkan untuk menyingkap agregat.
Permukaan beton harus tetap lembab dan dilindungi dengan
mortar semen (perbandingan berat) 1 : 2 setebal 1 cm.
➢ Beton harus dicor pada posisi dan urutan – urutan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar, atau atas petunjuk Direksi
Pekerjaan. Beton yang dicor ditempatkan langsung pada
cetakannya sedemikian rupa untuk menghindari pemisahan
butiran dan penggeseran tulangan beton, acuan, atau bagian –
bagian yang tertanam, serta membentuk lapisan – lapisan yang
tidak lebih tebal dari 40 cm padat.
➢ Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan
ditentukan pada gambar atau menurut petunjuk Direksi
Pekerjaan.
➢ Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan
kereta dorong lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh
Direksi Pekerjaan untuk menjatuhkan ketempat penampungan
sementara dan kemudian diambil lagi dengan sekop sebelum
dicorkan.
➢ Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan
sebelumnya atau mengikuti petunjuk Direksi dan harus
dikerjakan secara menerus sampai dengan selesai. Bila perlu
Penyedia Jasa harus bekerja lembur untuk mencapai target
tersebut.

2. Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)


➢ Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk
setiap jenis bangunan yang diusulkan beserta lokasi sambungan
pelaksanaan seperti yang ditunjukkan pada Gambar Rencana
untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Sambungan pelaksanaan
tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen
bangunan kecuali ditentukan demikian.
➢ Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan.
Semua sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu
memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada titik
dengan gaya geser minimum.
➢ Jika sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus
menerus melewati sambungan sedemikian rupa sehingga
membuat bangunan tetap monolit.
➢ Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur
dengan ke dalaman paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat serta
antara dasar pondasi dan dinding. Untuk pelaksanaan
pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan dengan cara
manual, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian
rupa sehingga pelat-pelat mempunyai luas maksimum 40 m².
➢ Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan
yang diperlukan untuk kemungkinan adanya sambungan
pelaksanaan tambahan jika pekerjaan terpaksa mendadak harus
dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau
penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
➢ Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan
tidak diperkenankan berada pada 75 cm di bawah muka air
terendah atau 75 cm di atas muka air tertinggi kecuali
ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

2.1.3 Pengerjaan Akhir


1. Pembongkaran Cetakan
➢ Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding,
kolom yang tipis dan bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam
setelah pengecoran beton tanpa mengabaikan perawatan. Acuan
yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau
bangunan busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian kuat
tekan beton menunjukkan paling sedikit 85 % dari kekuatan
rancangan beton.
➢ Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan
untuk pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok
pengarah (parapet), dan permukaan vertikal yang terekspos
harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah
pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada
keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan.

2. Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)


➢ Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan
segera setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat
atau logam yang telah digunakan untuk memegang acuan, dan
acuan yang melewati badan beton, harus dibuang atau dipotong
kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton.
Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh
sambungan cetakan harus dibersihkan.
➢ Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera
setelah pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan
penambalan atas kekurang sempurnaan minor yang tidak akan
mempengaruhi bangunan atau fungsi lain dari pekerjaan beton.
Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan
lekukan dengan adukan semen.
➢ Jika Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat
keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh,
membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan
beton. Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan pasta
(semen dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan
lubang. Selanjutnya lubang harus diisi dengan adukan yang
kental yang terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir
dan dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan
sekira 30 menit sebelum dipakai agar dicapai penyusutan awal,
kecuali digunakan jenis semen tidak susut (non shrinkage
cement).
3 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman
spesifikasi teknis pekerjaan beton harus memuat :
a. Pengukuran
1. Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang
digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada
Gambar Kerja atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak
ada pengurangan yang akan dilakukan untuk volume yang ditempati
oleh pipa dengan garis tengah kurang dari 20 cm atau oleh benda lainnya
yang tertanam seperti "water stop", baja tulangan, selongsong pipa
(conduit) atau lubang sulingan (weephole).
2. Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan
dilakukan untuk acuan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan,
penyelesaian akhir permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan
pelengkap lainnya untuk penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari
pekerjaan tersebut telah dianggap termasuk dalam harga penawaran
untuk Pekerjaan Beton.
3. Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja
tulangan dan mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan
bangunan yang telah selesai dan diterima akan diukur untuk dibayarkan
seperti disyaratkan pada Bagian lain dalam Spesifikasi ini.
4. Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai
beton bangunan atau beton tidak bertulang.

b. Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki


1. Jika pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur untuk
pembayaran harus sejumlah yang harus dibayar bila mana pekerjaan
semula telah memenuhi ketentuan.
2. Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan
kadar semen atau setiap bahan tambah (admixture), juga tidak untuk
tiap pengujian atau pekerjaan tambahan atau bahan pelengkap lainnya
yang diperlukan untuk mencapai mutu yang disyaratkan untuk
pekerjaan beton.

c. Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan
sebagaimana yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak
untuk Mata Pembayaran dan menggunakan satuan pengukuran yang
ditunjukkan di bawah dan dalam Daftar Kuantitas.
Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata
Pembayaran lain, termasuk "water stop", lubang sulingan, acuan, perancah
untuk pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton,
dan untuk semua biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk penyelesaian
pekerjaan yang sebagaimana mestinya, yang diuraikan dalam Bagian ini
PEKERJAAN PIN TU AIR

1. PERSYARATAN BAHAN
1.1 Pekerjaan Daun Pintu
a. Pelat Baja.
Persyaratan pekerjaan besi dan baja harus mengikuti sesuai dengan SNI
03-
6861-2-2002. Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan
dari besi/baja.
b. Kayu.
Tebal pintu kayu pada umumnya dipergunakan ukuran tebal 80 mm,
100 mm dan 120 mm. Kayu yang akan dipergunakan harus
mempunyai persyaratan kekuatan lentur yang pengujian sesuai SNI
03–3959–1995.
c. Pekerjaan pengecatan
Semua komponen pintu beserta alat pengangkat, kerangka alur
maupun kerangka ambang baik yang tertanam di beton maupun yang
terbuka agar tahan terhadap cuaca harus dicat dengan “coaltar epoxy
resin”.
d. Pekerjaan alat angkat
➢ Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur penggerak
yang dioperasikan secara manual/elektrik, dipasang pada balok atas
pada rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan dan memegang
pintu;
➢ Bahan Stang Pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut, Tongkat
batang Penghubung, Handel Operasi Manual, roda gigi, reduksi,
Tumpuan/bantalan, maupun rangka alur (sponning) harus
memenuhi persyaratan sesuai SNI 03-6861-2-2002 Spesifikasi
Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari besi/baja);
➢ Kerangka alur (sponning) harus mampu meneruskan tekanan air
pada beton. Permukaan rangka sponing harus betul dan rata.
Pelenturan maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis
harus kurang dari 1 (satu) milimeter pada setiap panjang 3 (tiga)
meter.

1.1.1 Persyaratan Kerja


a. Daun Pintu
➢ Semua tipe pintu terdiri dari daun pintu air, kerangka utama
penyekat dan komponen lain yang diperlukan. Pintu yang
digunakan harus sesuai dengan Gambar dengan konstruksi las,
lebar dan tinggi bersih daun pintu;
➢ Jika detail bangunan pintu tidak ditentukan dalam spesifikasi
ini maka Penyedia Jasa harus membuatnya dengan persetujuan
Direksi;
➢ Pelat pintu air harus terletak di bagian hulu. Tebal minimum
pelat pintu air adalah 6 (enam) mm, termasuk ke longgaran
korosi 2 (dua) milimeter;
➢ Kerangka utama mendatar terbuat dari profil U dengan
kelonggaran korosi 2 (dua) milimeter. Lendutan balok pada
beban penuh harus kurang dari 1/800 bentang pada beban
maximum;
➢ Seal harus terdiri dari bahan karet yang diklem pada pintu
dengan baut, mur dan cincin baja. Seal harus disambung pada
ujungnya dengan cara divulkanisir agar menerus. Tegangan
tarik pada sambungan harus lebih besar dari 50% (lima puluh
persen) pada bagian tanpa sambungan. Seal harus dibentuk
sedemikian sehingga dapat menahan air dengan baik.
b. Kerangka Pintu
Setiap rangka pintu harus terdiri dari kerangka ambang dasar
pintu, kerangka atas dan kerangka tarik/sponing dan semua
komponen lain yang diperlukan pada pemasangan rangka pintu
yang lengkap dan memudahkan operasi pintu. Jika konstruksi
rangka pintu tidak dijelaskan secara rinci disini, maka harus
dibuat oleh Penyedia Jasa dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
➢ Kerangka Ambang
Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari
puntir dan bengkokan agar tidak terjadi bocoran dibawah
pintu. Kerangka ambang harus direncanakan agar dapat
meneruskan gaya – gaya yang terjadi pada beton atau
pasangan batu kali tanpa terjadi pelenturan.
➢ Kerangka Sponing
Kerangka sponing harus mampu meneruskan tekanan air pada
beton. Permukaan rangka sponing harus betul dan rata.
Pelenturan maksimum permukaan terhadap permukaan
teoritis harus kurang dari 1 (satu) milimeter pada setiap
panjang 3 (tiga) meter. Permukaan harus dikerjakan dengan
mesin dan diperkeras untuk memberikan perlindungan
terhadap keausan.
➢ Kerangka Atas
Balok atas harus diletakkan diatas rangka samping dan harus
mendukung pengangkat roda gigi. Balok atas harus mampu
menahan beban pengangkat.
c. Stang
➢ Umum
Stang pintu berupa tipe mur penggerak yang dioperasikan
secara manual dan tenaga listrik, dipasang pada balok atas
pada rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan dan
memegang pintu. Stang harus terdiri dari peralatan
mekanis/listrik, yaitu : tumpuan, mur penggerak, roda gigi,
handel pemutar dan komponen lain yang memerlukan
pengoperasian secara efisien. Stang harus direncanakan agar
mampu menahan beban yang terjadi. Jika konstruksi stang
yang perinciannya tidak diterangkan disini, maka harus
dibuat oleh Penyedia Jasa dengan persetujuan Direksi
Pekerjaan.
➢ Peralatan Mekanis, meliputi :
1) Tumpuan/bantalan
Tumpuan harus berupa tipe bola, silinder atau datar
2) Roda gigi reduksi
Semua roda gigi, kecuali roda gigi reduksi yang terbuat
dari brons pospor tuang, harus dibuat dari baja tuang atau
baja tempa. Roda gigi dan bantalan harus cukup kaku
terhadap gerakan. Roda gigi harus mempunyai “rumah”
yang dapat dilepaskan untuk memudahkan pelumasan.
3) Ulir Pengangkatan
Ulir pengangkatan harus terbuat dari baja tempa atau
bahan lain yang disetujui dan dikerjakan dengan mesin.
Ulir pengangkat yang dapat dihubungkan dengan roda
gigi pinggir harus terdiri dari penopang roda gigi dan
bantalan pemandu sebagai penguat.
4) Tongkat Penghubung
Tongkat penghubung dibuat dari batang baja.
5) Handel Operasi Manual
Setiap sebatang harus dilengkapi dengan handel operasi
manual yang dapat mengangkat beban penuh
sebagaimana direncanakan.

2. PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.1 Perencanaan
a. Beban rencana
➢ Pintu
Pintu harus direncaakan dengan kondisi beban sebagai berikut :
a. Beban air
Beban air pada pintu harus seperti yang ditunjukkan pada
gambar.
b. Beban – beban lain
c. Reaksi yang diakibatkan oleh berat sendiri. Semua beban yang
akan terjadi pada saat awal, menaikkan atau menurunkan pintu.

b. Rangka Pintu
Beban – beban pada rangka pintu terdiri dari beban pada tumpuan,
beban karet sekat dan semua beban lain yang diakibatkan
pengoperasian pintu dan perangkat. Rangka pintu harus mampu
meneruskan beban dari karet sekat pintu ke beton atau pasangan batu
kali pada bangunan.

c. Alat Pengangkat
Alat pengangkat harus direncanakan untuk menaikkan, menurunkan
dan memegang pintu pada setiap posisi di antara keadaan pintu
tertutup dan pintu terbuka penuh. Ketinggian pengangkatan harus
seperti pada gambar. Kapasitas rata – rata pengangkat, tongkat ulir
harus mampu menaikkan atau menurunkan pintu pada kombinasi
yang paling membahayakan.

2.2 Perakitan dan Pengujian di Bengkel


a. Pintu dan Rangka Pintu
Setiap pintu dengan seal karet harus dirakit dibengkel. Pada saat
perakitan, pintu harus diperiksa mengenai ukuran, kelonggaran dan
ketepatan posisinya. Setiap kesalahan dan ketidak tepatan yang
ditemukan harus dikoreksi dengan tepat. Seak karet harus tepat pada
posisinya saat perakitan di bengkel. Rangka sponing, balok atas dan
balok ambang pada rangka pintu harus diperiksa kelurusannya. Semua
ukuran rangka pintu yang berkaitan dengan ukuran pintu harus
diperiksa dan setiap kesalahan dan ketidak tepatan posisinya yang
ditemukan harus diperbaiki. Suku cadang harus sesuai dan dihindari
selama perakitan dan pengangkutan.

b. Stang
Setiap stang harus dirakit dibengkel secara lengkap dan diperiksa
kehalusan permukaannya. Semua bagian harus diperiksa untuk
menjamin bahwa semua kelonggaran dan toleransi telah dipenuhi dan
tidak ada kesalahan yang terjadi pada setiap gerakan peralatannya.
Semua bantalan harus diperiksa dengan teliti, semua pelumas dengan
gomok dan oli yang diperlukan harus diuji. Setiap cacat atau ketidak
tepatan operasi yang ditemukan harus diperbaiki dan pengujian
diulang kembali.

2.3 Pemasangan dan Pengujian di Lapangan


a. Rangka Pintu
➢ Rangka pintu harus dirakit dan dipasang pada tempatnya seperti
gambar yang telah disetujui pada posisi yang sesuai dengan
toleransi yang diizinkan. Letak baut atau perlengkapan lain harus
dipasang pada rangka pintu dengan posisi yang tepat.
➢ Ikatan antara rangka pintu dan penopang harus kuat sehingga
pada saat beton dicor tidak akan merubah posisi rangka pintu. Jika
diperlukan untuk menjamin posisi yang tepat dapat dilengkapi
dengan penjepit tambahan.
➢ Pemasangan seal karet harus hati–hati agar terletak pada
permukaan yang tepat sesuai dengan toleransi yang diizinkan.
Pengecoran tidak diperkenankan bila belum dirakit dengan
lengkap dan teliti. Sewaktu pengecoran beton harus diperiksa
agar ukuran dan bentuknya sesuai gambar dan dalam batas
toleransi. Jika terjadi kesalahan harus segera diperbaiki.
b. Pintu
Pintu harus dirakit dan dipasang sesuai gambar detail yang disetujui.
Pintu–pintu harus dirakit dan dipasang sesuai dengan toleransi yang
diizinkan.

c. Pengangkat
➢ Sebelum dirakit, semua permukaan bantalan, sponing, alur dan
lubang oli harus dibersihkan dan dilumasi dengan oli dan gomok
yang akan disetujui. Sesudah dirakit, setiap sistim pelumasan harus
diperiksa. Setiap pengangkat, lengkap dengan perlengkapannya,
harus dipasang sesui dengan gambar yang disetujui. Pengangkatan
harus diletakkan dan distel sehingga sesuai dengan alat pengangkat
pintu.
➢ Sesudah pemasangan pengangkat dan sebelum dihubungkan
dengan pintu, pengangkat harus dioperasikan dan diperiksa,
sesudah selesai pemeriksaan tersebut, mur penggerak dihubungkan
dengan pintu dan stang, kemudian ditest dandistel sehingga dapat
dioperasikan dengan tepat. Setiap kerusakan atau ketidak tepatan
operasi yang ditemukan selama pengujian harus diperbaiki dan
prosedur pengujian diulang kembali.
d. Pengecatan
➢ Setiap ketebalan pengecatan harus mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan;
➢ Permukaan yang sudah siap harus dicat dasar sesuai dengan
petunjuk pengecatan dari pabrik;
➢ Permukaan harus dibersihkan sesaat sebelum pengecatan;
➢ Pengecatan lapis awal dan lapis akhir harus sesuai dengan cara dan
peralatan yang disarankan dari pabrik;
➢ Cat yang dipakai harus mempunyai masa pemakaian tidak kurang
dari 1 (satu) tahun dalam keadaan segala cuaca di lokasi
pekerjaan;
➢ Penyedia jasa harus menyediakan cat yang cukup untuk pengecatan
di lapangan dan pengecatan perbaikan di bengkel;
➢ Semua pengecatan, harus dilakukan secara rata dan halus pada
permukaan.
➢ Cat harus diaduk seluruhnya, ditapis dan dijaga kekentalannya
agar seragam selama dipergunakan;
➢ Tidak diperkenankan melakukan pengecatan pada permukaan
logam yang suhunya kurang dari 10o Celcius;
➢ Permukaan yang akan dilapisi cat harus bebas dari kelembaban
selama pengecatan;
➢ Pengecatan dilakukan dengan kuas atau semprot;
➢ Pengecatan lapis pertama, dilakukan langsung sesudah penyiapan
permukaan.
➢ Tiap lapis harus dibiarkan kering dan mengeras lebih dahulu
seluruhnya sebelum dilakukan pengecatan berikutnya;
➢ Cat yang diproduksi oleh pabrik yang mempunyai nama baik dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan;
➢ Pengecatan dengan tar-epoxy dan atau epoxy resin harus
dilaksanakan pada bagian–bagian dibawah ini :
1) Permukaan–permukaan yang tampak dari rangka pintu kecuali
yang ada diatas permukaan tanah.
2) Semua daun pintu
3) Pengecatan komponen tersebut harus memenuhi persyaratan
sesuai SNI 06–6452–2000, Metode Pengujian Cat Bitumen
sebagai lapis pelindung
4) Semua logam besi yang permukaannya tidak dihaluskan,
kecuali yang disebutkan diatas harus dicat dengan 1 (satu) lapis
cat dasar dan 4 (empat) lapis cat “chlorinated rubber” atau
yang sekualitas. Tebal total lapisan tersebut termasuk cat dasar
harus 0,15 – 0,20 milimeter. Semua peralatan harus dicat
sesuai dengan standar pabrik.
5) Semua permukaan logam dengan finishing termasuk sekrup
yang tampak selama pengangkutan atau selama menunggu
pemasangan harus dibersihkan dan dilapisi dengan cat yang
mudah larut dalam bensin agar tidak berkarat.

2.4 Pengelasan
a. Semua pekerjaan las yang diperlukan pada pembuatan dan
pemasangan pintu dan perlengkapan dikerjakan dengan tenaga dengan
cara las lindung busur metal atau las busur otomatis;
b. Tes tembus warna harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa, jika diperlukan
oleh standar spesifikasi ini atau kriteria perencanaan ini;
c. Alat ukur yang sesuai harus terpasang untuk pembacaan arus dan
tegangan listrik selama pengelasan berlangsung;
d. Semua bagian yang di las yang merupakan pekerjaan akhir dengan
mesin harus di las dahulu sebelum dimesin, kecuali tercantum
ketentuan lain;
e. Semua pengelasan harus tidak terputus dan kedap air. Ukuran
minimum batang las 4,5 mm;
f. Semua cacat pengelasan harus dibersihkan sampai dasar logam yang
baik dan daerah tersebut perlu dites dengan “Ultrasonik” untuk
menyakinkan bahwa cacat telah benar terhapus sebelum dilakukan
perbaikan las;

2.5 Pekerjaan Alat Angkat


a. Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur penggerak
yang dioperasikan secara manual/elektrik, dipasang pada balok atas
pada rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan dan memegang
pintu;
b. Bahan stang pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut, tongkat
batang penghubung, handel Operasi Manual, roda gigi, reduksi,
tumpuan/bantalan, maupun rangka alur (sponning) harus memenuhi
persyaratan sesuai SNI 03-6861-2-2002 Spesifikasi Bahan bangunan
bagian B (bahan bangunan dari besi/baja);
c. Kerangka alur (sponing) harus mampu meneruskan tekanan air pada
beton.
d. Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan
maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari
1 (satu) milimeter pada setiap panjang 3 (tiga) meter;
e. Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari puntir dan
bengkokan agar tidak terjadi bocoran dibawah pintu. Kerangka
ambang harus direncanakan agar dapat meneruskan gaya–gaya yang
terjadi pada beton atau pasangan batu kali tanpa terjadi pelenturan.

3. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman
spesifikasi teknis pekerjaan pintu harus memuat :
1. Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran atas pintu yang disediakan dan dipasang
pada bangunan harus diukur berdasarkan biaya penyediaan dan biaya
pemasangan.
2. Dasar Pembayaran
Pembayaran untuk pengadaan dan pemasangan pintu dibuat berdasarkan
harga satuan per unit seperti yang tercantum dalam Rencana Anggaran
Biaya, mencakup biaya–biaya pengadaan material, pengangkutan,
penurunan, pemotongan, finishing, pengecatan semua bahan, upah
pekerja, peralatan yang diperlukan dan penyediaan semua perangkat keras
yang diperlukan termasuk besi beton dan lain – lain.
ASPEK KESELAMATAN KERJA

Penyedia Jasa pekerjaan konstruksi harus memperhatikan ketentuan kesehatan dan


Undang- Undang Keselamatan Kerja. Ketentuan-ketentuan tersebut harus diadopsi
oleh pelaksana pekerjaan dalam prosedur/manual pekerjaan secara menyeluruh
untuk setiap tahapan pekerjaan, mulai dari tahap pekerjaan persiapan hingga
pemeliharaan setelah penyerahan pekerjaan. Penyedia Jasa harus menyediakan
pengamanan berupa lampu. Isyarat/tanda bahaya atau rambu pengamanan yang
cukup dan sesuai, serta mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk
perlindungan dan keselamatan umum dan keselamatan kerja.
Kegiatan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi pada pekerjaan ini
paling sedikit mencakup :
• Penyiapan RKK
➢ Pembuatan Prosedur Manual, Instruksi kerja, Izin Kerja
➢ Pembuatan Kartu Identitas Kerja KIP
• Sosialisasi, Promosi dan Pelatihan
➢ Pengarahan K3 Safety Brifing Pertemuan Keselamatan (Safety Talk/Tool Box
Meeting)
➢ Spanduk Banner
➢ Poster
➢ Papan Informasi K3
• Alat Pelindung Kerja dan Alat Pelindung Diri (APD)
➢ Helm Pelindung
➢ Sarung Tangan
➢ Sepatu Boot
➢ Rompi Big V Orange Scotlight Hijau
➢ Rompi Big V Orange Scotlight Putih
• Asuransi dan perizinan
➢ BPJS Ketenagakerjaan Dan Kesehatan Kerja
• Personel Keselamatan Konstruksi;
➢ Petugas K3
• Fasilitas Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan
➢ Peralatan P3K (Kotak P3K, obat luka, perban, dan lain-lain)
• Rambu-rambu yang diperlukan
• Konsultasi K3
➢ Konsultansi Keselamatan Kesehatan Kerja
• Kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian Risiko Keselamatan
Konstruksi.
➢ Alat Pemadam Api Ringan
➢ Bendera K3
➢ Lampu Darurat
➢ Program Inspeksi Audit Internal
➢ Pelaporan Dan Penyediaan Insiden
Demikian Spesifikasi Teknis Pekerjaan ini disusun serta telah direviu dan disetujui
sebagai pedoman dalam pelaksanaan paket pekerjaan Pekerjaan konstruksi.

Pontianak, 11 Januari 2022

Disusun oleh :
Kepala Bidang Sumber Daya Air
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Provinsi Kalimantan Barat
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan,

ISKANDAR ZULKARNAEN, ST.,MT


Pembina Tingkat I
NIP. 19700510 199203 1 008

Anda mungkin juga menyukai