PEDOMAN
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
PRASARANA PENAHAN SEDIMEN
PEDOMAN
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
PRASARANA PENAHAN SEDIMEN
DAFTAR ISI
Hal
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Kegunaan dan Penggunaan Pedoman Pemeliharaan 2
BAB II PRASARANA PENAHAN SEDIMEN 3
2.1. Prasarana Penahan Sedimen 3
2.2. Peralatan dan Bahan Penunjang Prasarana 4
2.2. Material Bangunan Prasarana 6
BAB III OPERASI PRASARANA 7
3.1. Inventarisasi dan Pengumpulan Data 8
3.2. Inspeksi Rutin 10
3.3. Penelusuran 12
3.4. Indentifikasi dan Analisa Tingkat Kerusakan 13
3.5. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya 14
3.6. Pengaturan Penggunaan Prasarana 15
3.7. Pengoperasian Fasilitas 17
BAB IV PEMELIHARAAN PRASARANA 19
4.1. Pemeliharaan Preventif 20
4.2. Pemeliharaan Korektif. 23
4.3. Pemeliharaan Rehabilitatif. 26
4.4. Pemeliharaan Dengan Kearifan Lokal 28
BAB V PENUTUP 29
i
BAB I
PENDAHULUAN
Aliran sedimen dapat berlangsung perlahan-lahan atau mendadak dalam volume yang
sangat besar sebagai banjir sedimen. Jika laju aliran sedimen berlebihan sangat merugikan,
baik korban jiwa dan harta benda, apabila mengalir ke waduk atau sungai-sungai yang
mengalir di permukiman padat penduduk. Jika masuk ke waduk akan memperpendek usia
ekonomi waduk, karena intake dan / atau turbin tenaga air tidak berfungsi akibat
sedimentasi. Pendangkalan sungai dapat menyebabkan banjir meskipun hujan yang turun
tidak deras. Pada umumnya, aliran sedimen terjadi di wilyah dimana daerah aliran sungai
bagian hulu berupa pegununungan tandus, sering terjadi gempabumi, tanah longsor dan
tebing runtuh.
Aliran sedimen perlahan-lahan berlangsung terus-menerus, sedang aliran sedimen
mendadak terjadi sesekali dalam musim hujan, tergantung kondisi daerah aliran sungai di
bagian hulu seperti tersebut di atas. Prasarana penahan sedimen dibangun untuk menahan
sedimen secara permanen. Pada umumnya prasarana penahan sedimen, seperti cekdam,
konsolidasi dam, gronsil, girdel dan tanggul dibangun di daerah hulu dan beberapa
prasarana tersebut berada jauh dari pemukiman penduduk. Prasarana penahan sedimen
harus tidak haris dibangun dengan sistem seri, karena pondasi bangunan jarang berada di
lapisan endapan material erupsi yang sangat tebal dan mudah tereosi. Meskipun demikian,
prasarana penahan sedimen memerlukan perhatian khusus dalam operasi dan pemeliharaan,
karena harus segera dikosongkan jika sudah penuh, agar tetap berfungsi scara optimal.
Prasarana penahan sedimen harus berfungsi setiap saat, termasuk berbagai fasilitas multi
fungsi yang ada di beberapa prasarana, antara lain; dipakai sebagai jembatan jalan kabupaten
dan pengambilan air baku, baik untuk irigasi maupun untuk keperluan lainnya. Prasarana
penahan sedimen akan berfungsi dan beroperasi optimal setiap saat, apabila kondisi prasarana
tersebut selalu terpelihara dengan baik, sehingga diperlukan suatu Pedoman agar Operasi dan
Pemeliharaan Prasarana Penahan Sedimen dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
1
1.2. Kegunaan dan Penggunaan Pedoman
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Penahan Sedimen merupakan tindak lanjut
dari Surat Edaran Direktur Jenderal Sumber Daya Air, No : 01 /Se/D/2013, tanggal 6
Pebruari 2013 perihal Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sungai serta Pemeliharaan
Sungai
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Penahan Sedimen digunakan untuk
memberikan arahan kepada Unit/Satker Operasi dan Pemeliharaan di Balai Besar/Balai
Wilayah Sungai.
Prasarana Prasarana Penahan Sedimen adalah salah satu dari prasarana sungai yang berfungsi
untuk menahan sedimen sampai batas tertentu di daerah aliran sungai bangian hulu, terutama
di hulu bendung dan bendungan besar, pemukiman padat penduduk yang berada di kaki atau
lereng pegunungan. Dengan demikan prasarana peanahn sedimen memerlukan pedaman
operasi dan pemeliharaan tersendiri.
Apabila diperlukan, pedoman ini dapat digunakan oleh instansi lain dan masyarakat dalam
kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana penahan sedimen berkoordinasi dengan
Unit/Satker Operasi dan Pemeliharaan di Balai Besar/Balai Wilayah Sungai.
2
BAB II
PRASARANA PENAHAN SEDIMEN
3
Kentongan/Pengeras Untuk memberikan Pemukiman padat
Suara Peringatan Bahaya informasi akan terjadi penduduk yang ada
Banjir Sedimen banjir sedimen kepada di sekitar sungai.
penduduk di sekitar
sungai.
Pusat Kontrol Pusat penerima dan Unit / Satker Operasi
pengolahan data dan dan Pemeliharaan di
informasi banjir sedimen Balai Besar/Balai
yang dikirim dari pos-pos Wilayah Sungai
tersebut di atas.
Sitem Radio Komunikasi Sitem pengiriman data Pos-pos dan Pusat
dan informasi banjir Kontrol
sedimen secara
menggunakan HT atau
HP
4
Balok kayu/dolken segera diperbaiki sementara agar penelusuran
tidak terjadi kerusakan yan lebih
Tali ijuk parah.
Benang & jarum kantong
pasir
Sekop
Cangkul
Alat angkut dorong roda tiga
Generator Penerangan ketika pekerjaan
tanggap darurat di malam hari.
Solar
Gudang barang Penyimpanan stok barang/bahan
Persediaan atau stok bahan banjiran harus cukup atau sesuai dengan lokasi-lokasi kritis atau rawan
banjir. Sehingga inspeksi dan / penelusuran lokasi-lokasi kritis sangat penting dilakukan sebelum
musim hujan.
5
BAB III
OPERASI PRASARANA
6
3.1. Inventarisasi dan Pengumpulan Data
Lingkup
Kegiatan Data dan Informasi Pelaporan
Sekurang-kurangnya Sekurang-kurangnya Sekurang-kurangnya
sebagai berikut; sebagai berikut; sebagai berikut;
1. Mentabulasi data dan 1. Nama sungai 1. Dituangkan dalam
informasi semua 2. Kode bangunan bentuk laporan berupa
prasarana yang ada, 3. Jenis bangunan tabel dan foto
2. Melakukan pengecekan 4. Bahan bangunan dokumentasi yang
lapangan untuk 5. Tahun pembangunan tersimpan dalam data
memastikan kesesuaian 6. Biaya pembangunan base SIG.
atau melengkapi hasil 7. Sumber dana 2. Hasil kegiatan
tabulasi data dan pembangunan inventarisasi dan
informasi semua 8. Posisi /kordinat pengumpulan data
prasarana yang ada bangunan tersebut akan dipakai
dengan keadaan aktual di 9. Ukuran dimensi untuk,
lapangan, bangunan; cekdam, (i) Menyusun program
3. Mengeplot lokasi semua konsolidasi dam, operasi dan
prasarana dalam peta gronsill, girdel, talud, pemeliharaan
topografi skala 1: 25,000 krip dan tanggul. prasarana penahan
berbasis sistem infomasi 10. Fasilitas yang ada di sedimen tahunan dan
geografi (SIG). bangunan tersebut, lima tahunan.
4. Menyimpan hasil seperti; pintu air, (ii) Memuthakiran
tabulasi data dan peralatan pemantau program operasi dan
informasi semua banjir sedimen, pemeliharaan
prasarana dalam jembatan prasarana tahunan dan
database berbasis sistem 11. Tinggi endapan lima tahunan.
infomasi geografi (SIG). sedimen di setiap (iii) Mengusulkan
bangunan. anggaran biaya
7
12. Kondisi aktual program operasi dan
bangunan, terutama pemeliharaan
hal-hal yang jika prasarana tahunan.
dibiarkan akan
mengganggu kinerja
bangunan atau bahkan
menyebabkan
keruntuhan bangunan.
8
3.2. Inspeksi Rutin
Memeriksa dan memastikan Satu bulan sekali pada Juru dan atau petugas Unit /
bahwa prasarana beserta minggu pertama atau awal Satker Operasi dan
fasilitasnya berfungsi dengan bulan Pemeliharaan di Balai Besar/
baik dan sesuai rencana Balai Wilayah Sungai.
9
Objek Inspeksi Rutin
Sabodam/ konsolidasi dam Gronsil/ Talud Krip Tanggul
Kondisi girdel
Dam utama Apron Subdam
1. Jalan masuk ke lokasi prasarana. O O O O O O
2. Tanaman liar di tubuh bangunan (rmput/ semak belukar/ lumut/ gulma). O O O O O O
3. Marka atau portal jembatan/jalan (jika ada) di sabodam /tanggul rusak berat/ringan O O O
4. Pintu pengambilan air (jika ada) rusak berat/ringan/tersumbat. O O O O
5. Sedimentasi penuh/kosong. O O O O O O
6. Penambangan ruas sungai di hulu prasarana. O O O O O
7. Penambangan ruas sungai di hilir prasarana. O O O O O
8. Papan peringatan (jika ada).rusak/hilang. O O O O O
9. Pondasi mengalami gerusan lokal yang dalam/dangkal. O O O O O
10. Tubuh bangunan mengalami abrasi/terkelupas/retak/patah/rembes. O O O O O
11. Sayap mengalami abrasi/terkelupas/retak/patah. O
12. Tebing sungai di abutmen mengalami retak-retak/longsor. O O O O
13. Pelindung (buffer fill) mengalami retak/patah/runtuh. O O O
14. Lantai apron mengalami abrasi/terkelupas/retak/rembesan/berlubang/patah. O O
15. Dinding apron mengalami retak/patah/runtuh. O
16. Pemukaan tanggul/lereng tanggul mengalami retak/bolong/ables/longsor. O
17. Timbunan di belakang tubuh talud mengalami ambles/berlubang. O O
10
3.3. Penelusuran
Kegiatan
Sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Mengetahui lebih detail mengenai kerusakan dan/atau tidak berfungsinya prasarana
setelah terjadi banjir sedimen
2. Mengevaluasi lebih detail penyebab dan dampak kerusakan dan/atau tidak
berfungsinya prasarana setelah terjadi banjir sedimen.
3. Merumuskan alternatif penanganan kerusakan dan/atau tidak berfungsinya prasarana
setelah terjadi banjir sedimen.
4. Merumuskan peran masyarakat (penduduk, lembaga social masyarakat, akademisi)
dalam penanganan kerusakan dan/atau tidak berfungsinya prasarana setelah terjadi
banjir sedimen.
5. Hasil kegiatan penelusuran prasarana dituangkan dalam laporan yang akan menjadi
dasar, terutama untuk;
i. Kegiatan identifikasi dan analisis tingkat kerusakan
ii. Penyusunan usulan kegiatan operasi dan pemeliharaan.
11
3.4. Identifikasi dan Analisis Tingkat Kerusakan
Klasifikasi tingkat kerusakan Tindak lanjuti hasil Unit / Satker Operasi dan
dan identifikasi permasalahan penelusuran Pemeliharaan di Balai
dan prioritas kebutuhan Besar/Balai Wilayah
pemeliharaan Sungai
Kegiatan
12
3.5. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
Menyiapkan dokumen 1. Satu kali dalam satu tahun Unit / Satker Operasi dan
rencana anggaran biaya 2. Harus sudah selesai atau Pemeliharaan di Balai
operasi dan pemeliharaan siap akhir bulan Juli setiap Besar/Balai Wilayah
setiap tahun anggaran tahun anggaran. Sungai
berdasarkan laporan hasil
inspeksi rutin dan/atau
penelusuran
Kegiatan
Sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Menyusun rencana anggaran biaya inspeksi rutin.
2. Menyusun rencana anggaran biaya penelusuran sungai.
3. Menyusun rencana anggaran biaya pengukuran sedimen.
4. Menyusun rencana anggaran biaya gaji/upah penjaga alat pemantau.
5. Menyusun rencana anggaran biaya kantor dan barang pakai habis.
6. Menyusun rencana anggaran biaya penyiapan bahan banjiran.
7. Menyusun rencana anggaran biaya operasional alat berat dan kendaraan operasional
8. Menyusun rencana anggaran biaya perbaikan peralatan pemantau banjir sedimen
9. Menyusun rencana anggaran biaya semua jenis pemeliharaan yang dibutuhkan
10. Contoh ; Prosedur penyusunan RAB dikemukakan dalam LAMPIRAN IV
13
3.6. Pengaturan Penggunaan Prasarana
14
Puncak cekdam, Sekurang-kurangnya sebagai berikut;
gronsil dan girdel Dilarang untuk jalan pintas menyeberangi sungai, karena sangat
berbahaya, karena selama musim penghujan, puncak (crest) sabodam,
gronsil dan girdel sangat licin, dikuatirkan terprosok dan jatuh dari
ketinggian antara 3 m s.d 15 m.ke dasar sungai yang berbatu.
Cekdam, gronsil, Sekurang-kurangnya;
girdel dan krip Dilarang menambang di sabodam, gronsil, girdel dan krip, karena
permukaan endapan sedimen di sabodam, gronsil, girdel dan krip
merupakan penghalang terjadinya gerusan lokal. Jika endapan
sedimen ditambang, pondasi sabodam, gronsil, girdel dan krip yang
ada di hulun mudah mengalami gerussn lokal. Jika gerusan lokal yang
terjadi cukup dalam maka sabodam, gronsil, girdel dan krip mudah
runtuh.
Tanggul Sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Dilarang melakukan kegiatan apapun di puncak tanggul tanpa
perkerasaan jalan.
2. Dilarang menlakukan kegiatan apapun di badan tanggul, tanpa
seizing dari Unit /Satker Operasi dan Pemeliharaan Balai
Besar/Balai Wilayah Sungai, termasuk bercocok tanam atau
mengambil pasir di dekat tanggul.
3. Untuk operasi dan pemeliharaan, puncak tanggul dengan
perkerasan jalan dapat dilalui kendaraan tonase terbatas (ringan).
4. Dalam keadaan khusus, puncak tanggul dengan perkerasaan jalan
dapat dilalui kendaraan umum tonase terbatas (ringan) dengan
terlebih dahulu meminta izin kepada penjaga tanggul atau petugas
Unit /Satker Operasi dan Pemeliharaan Balai Besar/Balai Wilayah
Sungai, misalnya; sebagai jalan masuk untuk pelasanaan fisik
konstruksi atau kunjungan wisata.
5. Jika penambangan diizinkan oleh instansi terkait atas pertimbangan
teknis Unit /Satker Operasi dan Pemeliharaan Balai Besar/Balai
Wilayah Sungai, maka jarak minimal galian untuk penangbangan
pasir adalah 5 m dari kaki tanggul.
15
3.7. Pengoperasian Fasilitas
16
2. Peralatan tersebut merupakan bagian dari sistem
piket banjir.
3. Juru pengamat/petugas piket banjir perlu dilengkapi
alat komunikasi agar dapat segera menginformasikan
jika terjadi banjir sedimen atau kerusakan peralatan.
4. Juru pengamat/petugas piket banjir juga mengamati
banjir sedimen secara visual (mata telanjang).
5. Apabila terjadi banjir sedimen, segera mengirimkan
informasi melalui alat komunikasi ke petugas di pos
komando (posko) piket banjir.
1. Apabila fasilitas peralatan pemantau banjir sedimen belum ada sama sekali, maka
sistem peralatan minimal perlu dipasang, antara lain: papan duga air manual, penakar
hujan manual dengan juru pengamat yang dilengkapi radio komunikasi.
2. Radio komundikasi setiap pos dilengkapi dengan antena yang dapat menghubungkan
pos terjauh dengan pos pusat pengontrol yang berlokasi di kantor Satker Operasi dan
Pemeliharaan di Balai Besar/Balai Wilayah Sungai.
3. Perlu menyusun prosedur operasi standar untuk mengiformasikan pemantauan banjir
sedimen.
4. Perlu menyiapan organisasi dan personel pemantauan banjir sedimen yang efektif dan
efisien.
5. Perlu penyiapan peralatan dan bahan banjiran untuk “flood fighting”
6. Perlu mengidentifikasi dan pemetaan serta pemantauan lokasi-lokasi kritis atau
daerah rawan banjir sedimen.
7. Melaksanakan tindakan darurat, apabila perlu bersama instansi terkait dan
masyarakat, misalnya; segera melakukan tanggap darurat bersama instansi terkait dan
masyarakat, apabila tanggul atau tebing sungai di daerah pemukiman padat atau jalan
kabupaten atau jembatan mulai longsor terkena banjir sedimen.
17
BAB IV
PEMELIHARAAN PRASARANA
18
4.1. Pemeliharaan Preventif
1. Tindakan perlindungan
Sekurang-kurangnya sebagai berikut;
(i) Mengatur penambangan pasir, kerikil dan batu yang dilakukan di prasarana sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(ii) Memasang patok garis sempadan sungai berdasarkan penetapan garis sempadan
sungai.
(iii) Melarang kegiatan apapun di prasarana tanpa seizin.
(iv) Melarang mendirikan bangunan di prasarana.
(v) Melarang menanam tanaman di prasarana, selain gebalan rumput untuk
melindungi tubuh tanggul.
(vi) Membebaskan dataran banjir sedimen dari peruntukkan yang mengganggu fungsi
prasarana.
2. Tindakan pencegahan
Sekurang-kurangnya sebagai berikut;
(i) Memasang papan pengaturan antara lain ; pengaturan penggarapan tanah di
prasarana, pengaturan tonase kendaraan yang melintas jalan inspeksi, jembatan
sabodam dan tanggul.
(ii) Memasang papan peringatan melarang mendirikan bangunan di prasarana
(iii) Mengontrol papan pengaturan, papan pengaturan dan patok-patok batas sepadan
sungai dan batas tapak bangunan prasarana supaya tidak dipindahkan atau dirusak
oleh masyarakat.
19
(iv) Mengadakan penyuluhan/sosilalisasi kepada masyarakat dan instansi terkait
tentang perlunya upaya pengamanan prasarana. .
(v) Membuat bangunan pengamanan di tempat-tempat yang berbahaya, misalnya : di
sabodam jembatan, ruas sungai yang tebingnya curam, ruas sungai yang dalam dan
arusnya deras dan lain sebagainya.
(vi) Memasangan penghalang di jalan inspeksi, sabodam jembatan dan tanggul,
misalnya: portal, patok dan lain sebagainya.
Pemeliharaan Rutin
Sekurang-kurangnya, dilaksanakan satu kali dalam satu tahun untuk merawat prasarana,
antara lain;
1. Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu pengambilan air.
2. Membersihkan kotoran, rumput, semak belukar, tanaman liar, sampah dan gulma yang
ada di tubuh maupun di sekitar prasarana. .
3. Memelihara gebalan rumput pelindung permukaan tubuh tanggul.
4. Menebang pohon dan membongkar bangunan liar yang mengganggu fungsi prasarana.
5. Memperbaiki bagian prasarana termasuk jalan masuk ke prasarana yang mengalami
retak, terkelupas, berlubang, dan ambles.
6. Memperbaiki atau mengganti papan larangan dan/ atau papan petunjuk pengungsian
yang rusak atau hilang.
7. Mengendalian sampah dengan melakukan pembersihan sampah untuk memelihara dan
menjaga alur sungai, terutama di bagian hilir agar tetap dapat mengalirkan banjir
sedimen sesuai dengan kapasitas yang direncanakan
Perawatan prasarana yang dilaksanakan secara berkala pada saat musim kemarau
(i) 6 bulan sekali,
(ii) 1 tahun sekali,
(iii) 2 tahun sekali, atau
(iv) 3 tahun sekali
Sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Mengecat; peralatan pemantau banjir sedimen, pintu air, saringan sampah, portal,
marka jalan, prasasti dan lain sebagainya.
2. Membersihan; lumpur, pasir, kerikil, dan batu-batu serta hanyutan batang pohon
tumbang yang menyumbat saluran pengambilan air, lubang slit dan lubang conduit.
3. Membersihan; lumpur, pasir, kerikil, dan batu-batu serta hanyutan batang pohon
tumbang yang menumpuk di permukaan jembatan sabodam, setelah terjadi banjir
20
sedimen.
4. Membuat nota kesepahaman para pihak mengenai pemanfaatan prasarana oleh para
pihak, misalnya; nota kesepahaman dengan instansi terkait / dinas terkait/ pengusaha
dalam rangka penambangan, pasir, kerikil, dan batu-batu, pengerukan sungai dalam
rangka normalisasi sugai dimana material hasil pengerukan akan digunakan sebagai
bahan bangunan, bahan urugan dan sebagainya.
5. Pada prinsipnya, penambangan penambangan pasir, kerikil, dan batu-batu dilarang di
semua prasarana.
Untuk menilai kerusakan prasarana sebagai akibat dari pemanfaatan prasarana dilakukan
oleh Tim beranggotakan petugas Satker Operasi dan Pemeliharaan di Balai Besar/Balai
Wilayah Sungai dan/atau bersama dengan instansi terkait dan/atau masyarakat, serta pihak
yang memanfaatkan prasarana tersebut
21
4.2. Pemeliharaan Korektif
Memperbaiki dan mereparasi bagian prasarana yang mengalami rusak ringan akibat
pelaksanaan operasi maupun akibat sifat alami komponen dari komponen bangunannya.
Merupakan pekerjaan sederhana dan tidak memerlukan perencanaan teknis detail,
sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Perbaikan pintu.
2. Reparasi peralatan pemantau banjir sedimen.
3. Reparasi peralatan komunikasi infornasi banjir sedimen.
4. Reparasi peralatan berat unttuk tanggap darurat.
5. Reparasi kendaraan operasional.
6. Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah jaga dan reparasi peralatannya
7. Perbaikan untuk menambal lubang jalan masuk dan memperbaiki serta memperlancar
drainasi jalan masuk.
8. Perbaikan untuk menutup rembesan kecil-kecil di tubuh bangunan.
9. Perbaikan selimut beton yang mengalami retak dangkal atau sedikit terkelupas.
10. Perbaikan tubuh krib yang mengalami retak-retak dan abrasi dangkal.
11. Perbaikan permukaan lubang slit atau conduit yang mengalami abrasi atau retak-retak
dangkal.
12. Perbaikan badan tanggul yang sedikit ambles atau permukaannya rusak ringan.
Pemeliharaan Khusus
22
1. Perbaikan bagian lantai apron yang bolong sebagian.
2. Perbaikan bagian dinding apron yang runtuh sebagian.
3. Perbaikan bagian sayap dam yang retak dalam atau patah.
4. Perbaikan bagian dam utama yang mengalami abrasi dalam.
5. Perbaikan bagian badan tanggul yang mengalami longsor.
6. Perbaikan bagian talud yang telah retak dalam dan/atau patah
Rektifikasi
Memperbaiki dan / atau menyempurnakan bagian dan / atau seluruh bagian prasarana,
sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Penambahan sub dam untuk mengamankan pondasi terhadap gerusan lokal yang terus
berkembang semakin dalam.
2. Peninggian sayap sabodam untuk pengamanan tebing sungai agar tidak longsor ketika
terjadi banjir sedimen.
3. Pemotongan sayap sabodam agar banjir sedimen tidak meluap keluar palung sungai,
karena kedalaman palung sungai relatif pendek.
4. Pelobangan sabodam agar pasokan sedimen ke daerah hilir tetap seimbang.
5. Pengubahan bendung menjadi sabodam dengan tetap mempertahankan fungsi bendung
sebagai bangunan untuk menaikan elevasi muka air normal dalam rangka pemberian air
irigasi.
6. Peninggian tanggul karena debit banjir sedimen semakin besar akibat terjadi erupsi baru.
Pemeliharaan Darurat
Memperbaiki kerusakan prasarana yang apabila tidak segera diperbaiki akan mengalami
kerusakan yang lebih parah, sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Pengamanan sementara tebing sungai yang longsor dengan bronjong, sesat setelah banjir
sedimen Apabila tidak segera dilakukan pengamanan sementara akan, misalnya:
menyebabkan jalan raya longsor, penyangga jembatan (abutment) ambruk dan lain
sebagainya
2. Penutupan sementara tanggul yang longsor dengan karung pasir, agar tanggul yang
longsor tidak semakin panjang.
3. Pengamanan sementara terhadap gerusan lokal dengan bronjong atau timbunan batu-
batu, agar gerusan lokan tidak semakin luas dan dalam.
4. Penggantian sementara pintu pengambilan air yang rusak terbentur batu-batu aliran
sedimen dengan menggunakan kayu atau papan tebal, agar tetap berfungsi sementara
waktu sampai dilakukan perbaikan permanen.
23
Penyiapan Bahan Dan Peralatan Tanggap Darurat
Menyiapan bahan dan peralatan tanggap darurat dalam rangka menunjang pemeliharaan
darurat yang sewaktu-waktu harus segera dilaksanakan, sekurang-kurangnya sebagai
berikut;
1. Penyediaan kantong pasir, benang/tali dan jarum jahit kantong pasir.
2. Penyediaan bronjong untuk bangunan sementara.
3. Penyediaan kawat ikat dan/ atau tali ijuk.
4. Penyediaan balok kayu pancang untuk pancang bronjong dan bambu.
5. Penyediaan tenda plastik untuk pelaksanaan tanggap darurat di lokasi kritis.
6. Penyediaan generator 500-1000 watt untuk penerangan pada saat pelaksanaan tanggap
darurat.
7. Penyediaan alat berat, seperti eskavator, bulldozer dan dumptruck.
8. Penyediaan bahan dan perlatanan lainnya sesuai dengan kebutuhan untuk pelaksanaan
tanggap darurat
1. Skala prioritas berdasarkan kondisi yang paling realistik sesuai dengan harapan
masyarakat atau sesuai kebutuhan setelah dilkukan sosialisasi atau petermuan
konsultasi masyarakat.
2. Kajian perencanaan teknis untuk menyusun detail desain, spesifikasi teknis, dan
rencana anggaran biaya dan waktu pelaksanaan fisik konstruksi.
3. Pemilihan pelaksana fisik konstruksi, dengan swakelola atau lelang (kontrak)
4. Ketersediaan anggaran biaya pemeliharaan tahun berjalan. Apabila tidak cukup dapat
menganjukan anggaran biaya pemeliharaan untuk tahun berikutnya
5. Persetujuan dari Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan sebagai instansi pembina.
24
4.3. Pemeliharaan Rehabilitatif
Rehabilitasi
Pembangunan Kembali
25
Restorasi Jaringan Sumber Air
Merestorasi jaringan sumber air yang rusak akibat usia yang sudah tua, tekena banjir
sedimen, dan ulah manusia, sehingga fungsi atau nilai kinerja kurang dari 60% dari kinerja
rencana, sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Merestorasi lubang pengambilan air, saluran air, kantong lumpur dan pintu air.
2. Merestorasi bak penampung, pipa dan saluran mataair yang berada di daerah gunungapi,
yang merupakan sumber utama airbaku untuk kebutuhan rumah tangga dan industri
rumahan dari penduduk setempat.
3. Konservasi sungai
a) Perlindungan palung sungai
(i) Pengaturan penambangan (pasir, kerikil dan batu) di sungai. Tata cara
pengaturan penambangan di sungai dilaksanakan sebagaimana diatur sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(ii) Pengendalian kedalaman dan alur sungai yang kritis untuk menjamin
kedalaman dan fungsi sungai, guna memenuhi berbagai kepentingan, seperti
penyaluran banjir sedimen agar tetap mengalir di tengah palung sungai dan
keseimbangan dinamis sedimen di dasar alur sungai.
(iii) Pengendalian kemiringan dasar sungai kritis untuk menjamin kelestarian dan
fungsi sungai dari pengaruh agradasi (kenaikan dasar sungai) dan degradasi
(penurunan dasar sungai), dan dilakukan melalui kegiatan pengaturan
kemiringan dasar sungai yang kritis dan/atau pengendalian sedimen sungai.
(iv) Pengendalian tebing sungai kritis dari bahaya longsor untuk menjamin
kelestarian dan fungsi sungai serta melindungi prasarana umum, seperti jalan,
gedung, area rekresai dan lain sebaginya dari pengaruh ketidakstabilan tebing
sungai dari pengaruh arus dan/atau gerusan banjir. Pengendalian tebing sungai
kritis dilakukan dengan bangunan perlindungan atau perkuatan tebing sungai
dengan mempertimbangkan pengaruh gerusan lokal maksimum yang
diperhitungkan akan terjadi.
(v) Perlindungan palung sungai dilaksanakan oleh petugas Satker Operasi dan
Pemeliharaan di Balai Besar/Balai Wilayah Sungai. Apabila diperlukan
bekerjasama dengan instansi terkait dan masyarakat.
b) Sempadan sungai
(i) Perlindungan terhadap sempadan sungai dimaksudkan untuk menjaga ruang
penyangga antara ekosistem sungai dan daratan serta fungsi sungai untuk
mengalirkan banjir sedimen.
(ii) Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan dengan penetapan garis
sempadan sungai serta pembatasan pemanfaatan sempadan sungai. Pembatasan
pemanfaatan pada sempadan sungai dilakukan dengan pengaturan pemanfaatan
hanya untuk jenis tanaman semusim serta larangan mendirikan bangunan.
(iii) Penetapan sempadan sungai ditetapkan oleh Menteri, gubernur,
bupati/walikota, sedangkan pengaturan zona pemanfaatan lahan sempadan
26
sungai dilakukan oleh bupati/walikota.
1. Skala prioritas berdasarkan kondisi yang paling realistik sesuai dengan harapan
masyarakat atau sesuai kebutuhan setelah dilkukan sosialisasi atau petermuan
konsultasi masyarakat.
2. Kajian perencanaan teknis untuk menyusun detail desain, spesifikasi teknis, dan
rencana anggaran biaya dan waktu pelaksanaan fisik konstruksi.
3. Pemilihan pelaksana fisik konstruksi, dengan swakelola atau lelang (kontrak)
4. Ketersediaan anggaran biaya pemeliharaan tahun berjalan. Apabila tidak cukup dapat
menganjukan anggaran biaya pemeliharaan untuk tahun berikutnya
5. Persetujuan dari Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan sebagai instansi pembina.
27
BAB V
PENUTUP
28