Anda di halaman 1dari 30

LAMPIRAN B

PEDOMAN
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
PRASARANA PENAHAN SEDIMEN
PEDOMAN
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
PRASARANA PENAHAN SEDIMEN

DAFTAR ISI

Hal
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Kegunaan dan Penggunaan Pedoman Pemeliharaan 2
BAB II PRASARANA PENAHAN SEDIMEN 3
2.1. Prasarana Penahan Sedimen 3
2.2. Peralatan dan Bahan Penunjang Prasarana 4
2.2. Material Bangunan Prasarana 6
BAB III OPERASI PRASARANA 7
3.1. Inventarisasi dan Pengumpulan Data 8
3.2. Inspeksi Rutin 10
3.3. Penelusuran 12
3.4. Indentifikasi dan Analisa Tingkat Kerusakan 13
3.5. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya 14
3.6. Pengaturan Penggunaan Prasarana 15
3.7. Pengoperasian Fasilitas 17
BAB IV PEMELIHARAAN PRASARANA 19
4.1. Pemeliharaan Preventif 20
4.2. Pemeliharaan Korektif. 23
4.3. Pemeliharaan Rehabilitatif. 26
4.4. Pemeliharaan Dengan Kearifan Lokal 28
BAB V PENUTUP 29

Lampiran I Jenis Dan Tipe Prasarana Penahan Sedimen


Lampiran II Prosedur Inventarisasi dan Pengumpulan Data
Lampiran III Prosedur Inspeksi, Penelusuran, Identifikasi dan Analisis Tingkat Kerusakan
Lampiran IV Prosedur Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
Lampiran V Prosedur Rekomtek
Lampiran VI Prosedur Perbaikan Kerusakan

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perhatian Khusus Operasi dan Pemeliharaan.

Aliran sedimen dapat berlangsung perlahan-lahan atau mendadak dalam volume yang
sangat besar sebagai banjir sedimen. Jika laju aliran sedimen berlebihan sangat merugikan,
baik korban jiwa dan harta benda, apabila mengalir ke waduk atau sungai-sungai yang
mengalir di permukiman padat penduduk. Jika masuk ke waduk akan memperpendek usia
ekonomi waduk, karena intake dan / atau turbin tenaga air tidak berfungsi akibat
sedimentasi. Pendangkalan sungai dapat menyebabkan banjir meskipun hujan yang turun
tidak deras. Pada umumnya, aliran sedimen terjadi di wilyah dimana daerah aliran sungai
bagian hulu berupa pegununungan tandus, sering terjadi gempabumi, tanah longsor dan
tebing runtuh.
Aliran sedimen perlahan-lahan berlangsung terus-menerus, sedang aliran sedimen
mendadak terjadi sesekali dalam musim hujan, tergantung kondisi daerah aliran sungai di
bagian hulu seperti tersebut di atas. Prasarana penahan sedimen dibangun untuk menahan
sedimen secara permanen. Pada umumnya prasarana penahan sedimen, seperti cekdam,
konsolidasi dam, gronsil, girdel dan tanggul dibangun di daerah hulu dan beberapa
prasarana tersebut berada jauh dari pemukiman penduduk. Prasarana penahan sedimen
harus tidak haris dibangun dengan sistem seri, karena pondasi bangunan jarang berada di
lapisan endapan material erupsi yang sangat tebal dan mudah tereosi. Meskipun demikian,
prasarana penahan sedimen memerlukan perhatian khusus dalam operasi dan pemeliharaan,
karena harus segera dikosongkan jika sudah penuh, agar tetap berfungsi scara optimal.

Prasarana penahan sedimen harus berfungsi setiap saat, termasuk berbagai fasilitas multi
fungsi yang ada di beberapa prasarana, antara lain; dipakai sebagai jembatan jalan kabupaten
dan pengambilan air baku, baik untuk irigasi maupun untuk keperluan lainnya. Prasarana
penahan sedimen akan berfungsi dan beroperasi optimal setiap saat, apabila kondisi prasarana
tersebut selalu terpelihara dengan baik, sehingga diperlukan suatu Pedoman agar Operasi dan
Pemeliharaan Prasarana Penahan Sedimen dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.

1
1.2. Kegunaan dan Penggunaan Pedoman

Pedoman Operasi dan Pemeliharaan

Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Penahan Sedimen merupakan tindak lanjut
dari Surat Edaran Direktur Jenderal Sumber Daya Air, No : 01 /Se/D/2013, tanggal 6
Pebruari 2013 perihal Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sungai serta Pemeliharaan
Sungai
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Penahan Sedimen digunakan untuk
memberikan arahan kepada Unit/Satker Operasi dan Pemeliharaan di Balai Besar/Balai
Wilayah Sungai.

Prasarana Prasarana Penahan Sedimen adalah salah satu dari prasarana sungai yang berfungsi
untuk menahan sedimen sampai batas tertentu di daerah aliran sungai bangian hulu, terutama
di hulu bendung dan bendungan besar, pemukiman padat penduduk yang berada di kaki atau
lereng pegunungan. Dengan demikan prasarana peanahn sedimen memerlukan pedaman
operasi dan pemeliharaan tersendiri.
Apabila diperlukan, pedoman ini dapat digunakan oleh instansi lain dan masyarakat dalam
kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana penahan sedimen berkoordinasi dengan
Unit/Satker Operasi dan Pemeliharaan di Balai Besar/Balai Wilayah Sungai.

2
BAB II
PRASARANA PENAHAN SEDIMEN

2.1. Prasarana Penahan Sedimen

Jenis Prasarana Fungsi Utama


Cek dam 1. Menampung material sedimen berbagai ukuran sebanyak mungkin,
terutama di hulu bendung dan bendungan.
2. Menanpung sebagian material sedimen berbagai ukuran dengan
mempertimbangkan kapasitas sungai di bagian untuk megalirkan
aliran sedimen (allowable sediment discharge),.
Konsolidasi dam 1. Mengamankan dasar sungai agar tidak terjadi degradasi, sehingga
dasar sungai stabil sesuai dengan kemiringan yang direncanakan.
2. Mengarahkan banjir sedimen mengalir di tengah-tengah palung
sungai, sehingaa tidak mengerosi tebing sungai.
Groundsil Menstabilkan dasar sungai di daerah hilir agar tidak terjadi degradasi.
Girdel
Talud Mengamankan tebing sungai dan tanggul dari erosi banjir sedimen
Krip Mengarahkan banjir agar tetap mengalir di tengah palung sungai,
sehingga tidak mengerosi tebing sungai.
Tanggul Banjir Menahan banjir agar tidak meluap keluar palung sungai

Contoh prasarana penahan sedimen dikemukakan dalam LAMPIRAN 1.

2.2. Peralatan dan Bahan Penunjang Prasarana

1) Peralatan pemantau banir sedimen

Peralatan Pemantau Banjir Sedimen Fungsi Utama Site


Peralatan Pos Penakar Curah Hujan Untuk memantau hujan Daerah endapan
Pemantau Manual ektrim yang dapat material tanah
Banjir menyebabkan banjir longsor dan tebing
Sedimen sedimen. runtuh
Sistem Pos Penanda Terjadi Untuk menandai telah Cekdam paling hulu
Handy Banjir Sedimen terjadi banjir sedimen
Talky (HT)
atau Hand Pos Pengukur Tinggi Untuk memantau tinggi Cekdam paling hulu
Phone (HP) Banjir Sedimen Manual banjir sedimen dan dekat
pemukiman

3
Kentongan/Pengeras Untuk memberikan Pemukiman padat
Suara Peringatan Bahaya informasi akan terjadi penduduk yang ada
Banjir Sedimen banjir sedimen kepada di sekitar sungai.
penduduk di sekitar
sungai.
Pusat Kontrol Pusat penerima dan Unit / Satker Operasi
pengolahan data dan dan Pemeliharaan di
informasi banjir sedimen Balai Besar/Balai
yang dikirim dari pos-pos Wilayah Sungai
tersebut di atas.
Sitem Radio Komunikasi Sitem pengiriman data Pos-pos dan Pusat
dan informasi banjir Kontrol
sedimen secara
menggunakan HT atau
HP

2) Alat berat untuk pekerjaan tanggap darurat

Jenis Peralatan Fungsi Utama Perkiraan Volume


Excavator Gali dan timbun Min. 2 unit
Dam truck Angkut tanah/batu Min. 4 unit
Crane truck Menaikan dan menurunkan barang/bahan Min. 1 unit
Bulldozer Perataan tanah Min. 1 unit
Vibro roller (pemadat) Pemadatan tanah Min. 1 unit
Trailer alat berat Angkutan alat berat ke lokasi pekerjaan Min. 1 unit
Pickup truck Angkutan peralatan ringan, bahan dan BBM Min. 1 unit
Bengkel dan peralatan Reparasi ringai alat berat dan kendaraan Min. 1 set
Drum BBM Persediaan BBM untuk alat berat Min. 5 unit
Peralatan harus dapat dimobilisasi dan dioperasikan setiap saat dan secepatnya di lokasi pekerjaan
tanggap darurat. Sehingga pengecekan dan kesiapan peralatan tersebut sangat penting dilakukan
sebelum musim hujan.

3) Bahan banjiran untuk tanggap darurat

Jenis Bahan Banjiran Tujuan Utama Perkiraan Volume


Bronjong Untuk pekerjaan tanggap darurat , Ditentukan sesuai
antara lain ; perkuatan tebing kebutuhan berdasarkan
Kawat ikat bronjong
sungai lonsor atau tanggul jebol inspeksi rutin dan / atau
Karung Pasir ketika terjadi banjir dan harus

4
Balok kayu/dolken segera diperbaiki sementara agar penelusuran
tidak terjadi kerusakan yan lebih
Tali ijuk parah.
Benang & jarum kantong
pasir
Sekop
Cangkul
Alat angkut dorong roda tiga
Generator Penerangan ketika pekerjaan
tanggap darurat di malam hari.
Solar
Gudang barang Penyimpanan stok barang/bahan
Persediaan atau stok bahan banjiran harus cukup atau sesuai dengan lokasi-lokasi kritis atau rawan
banjir. Sehingga inspeksi dan / penelusuran lokasi-lokasi kritis sangat penting dilakukan sebelum
musim hujan.

2.2. Material Bangunan Prasarana

Material Yang Dipakai Untuk Membangun Prasarana


Lapisan Selimut
Diding Apron
Jenis Prasarana Bagian Inti Diding
Puncak Apron & Buffer Fill
Hulu & Hilir
Pas. Batu
Sabodam Kali 1: 4/
Beton K225/ Pas. Batu
Beton Siklop Beton K175 Beton K175
Beton K300 Kali 1: 4/
30: 70/
Konsolidasi dam
Beton K125
Pas. Batu Pas. Batu
Pasir
Tanggul Kali 1: 4/ Kali 1: 4/
Urugan
Beton K125 Beton K125
Groundsil Pas. Batu Pas. Batu Pas. Batu Pas. Batu
Kali 1: 4/ Kali 1: 4/ Kali 1: 4/ Kali 1: 4/
Beton Siklop Beton Siklop Beton Siklop Beton Siklop
Girdel 30: 70/ 30: 70/ 30: 70/ 30: 70/
Beton K125 Beton K125 Beton K125 Beton K125
Pas. Batu Pas. Batu Pas. Batu Pas. Batu
Krip Kali 1: 4/ Kali 1: 4/ Kali 1: 4/ Kali 1: 4/
Beton K125 Beton K125 Beton K125 Beton K125
Contoh material bangunan prasarana penahan sedimen dikemukakan dalam LAMPIRAN I.

5
BAB III
OPERASI PRASARANA

Operasi prasarana meliputi;


1. Inventarisasi dan pengumpulan data.
2. Inspeksi rutin.
3. Penelusuran.
4. Identifikasi dan analisis tingkat kerusakan.
5. Penyunan rencana anggaran biaya.
6. Pengaturan penggunaan.
7. Pengoperasian fasilitas.

6
3.1. Inventarisasi dan Pengumpulan Data

Tujuan Waktu Pelaksana

Memastikan jenis, jumlah, Sekurang-kurangnya satu 1. Unit / Satker Operasi dan


lokasi dan kondisi prasarana. kali dalam satu tahun. Pemeliharaan di Balai
Besar/Balai Wilayah
Sungai.
2. Berkordinasi dengan
bidang lainnya yang
terkait

Lingkup
Kegiatan Data dan Informasi Pelaporan
Sekurang-kurangnya Sekurang-kurangnya Sekurang-kurangnya
sebagai berikut; sebagai berikut; sebagai berikut;
1. Mentabulasi data dan 1. Nama sungai 1. Dituangkan dalam
informasi semua 2. Kode bangunan bentuk laporan berupa
prasarana yang ada, 3. Jenis bangunan tabel dan foto
2. Melakukan pengecekan 4. Bahan bangunan dokumentasi yang
lapangan untuk 5. Tahun pembangunan tersimpan dalam data
memastikan kesesuaian 6. Biaya pembangunan base SIG.
atau melengkapi hasil 7. Sumber dana 2. Hasil kegiatan
tabulasi data dan pembangunan inventarisasi dan
informasi semua 8. Posisi /kordinat pengumpulan data
prasarana yang ada bangunan tersebut akan dipakai
dengan keadaan aktual di 9. Ukuran dimensi untuk,
lapangan, bangunan; cekdam, (i) Menyusun program
3. Mengeplot lokasi semua konsolidasi dam, operasi dan
prasarana dalam peta gronsill, girdel, talud, pemeliharaan
topografi skala 1: 25,000 krip dan tanggul. prasarana penahan
berbasis sistem infomasi 10. Fasilitas yang ada di sedimen tahunan dan
geografi (SIG). bangunan tersebut, lima tahunan.
4. Menyimpan hasil seperti; pintu air, (ii) Memuthakiran
tabulasi data dan peralatan pemantau program operasi dan
informasi semua banjir sedimen, pemeliharaan
prasarana dalam jembatan prasarana tahunan dan
database berbasis sistem 11. Tinggi endapan lima tahunan.
infomasi geografi (SIG). sedimen di setiap (iii) Mengusulkan
bangunan. anggaran biaya

7
12. Kondisi aktual program operasi dan
bangunan, terutama pemeliharaan
hal-hal yang jika prasarana tahunan.
dibiarkan akan
mengganggu kinerja
bangunan atau bahkan
menyebabkan
keruntuhan bangunan.

Beberapa Hal Harus Diperhatikan

Sekurang-kurangnya sebagai berikut;


1. Dalam membuat tabel data dan informasi hasil inventarisasi, maka setiap prasarana di
beri kode / nomen klatur untuk identifikasi jenis, tipe dan lokasi prasarana.
2. Kode atau nomen klatur tersebut untuk memudahkan pencarian, pengolahan dan
penyajian data prasarana.
3. Data dan informasi hasil inventarisasi harus dilengkapi foto dokumentasi yang dapat
memberikan informasi mengenai kondisi aktual prasarana. Data dan informasi hasil
inventarisasi harus selalu dimutakhirkan (updating) sesuai hasil kegiatan inspeksi yang
terakhir.
4. Pemuthakiran data sangat penting, agar tidak terjadi perbedaan antara data atau
informasi dengan kondisi aktual di lapangan.
5. Mengumpulkan semua gambar purna bangun, baik setelah pelaksanaan pembangunan
maupun setelah pelaksanaan rehabilitasi/rekonstruksi. Gambar purna bangun tersebut
sangat diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan fisik memperbaiki atau
merehabilitasi prasarana yang rusak
6. Informasi mengenai perubahan fisik bangunan, antara lain;
7. Terjadi perubahan fisik bangunan karena terjadi kerusakan, perbaikan kerusakan,
rehabilitasi, rektifikasi dan lain sebagainya.
8. Terjadi perubahan kondisi prasarana, antara lain; perubahan endapan sedimen, kondisi
penambangan, pencurian dan pengrusakan peralatan pemantau banjir sedimen dan atau
pintu air dan lain sebagainya.
9. Contoh :
- Tabel yang memuat data dan informasi hasil inventarisasi, cara memberi kode atau
nomen klatur, penyajian lokasi dalam bentuk peta, foto satelit dan foto udara
dikemukakan dalam Tabel 1- LAMPIRAN II.
- Tabel yang memuat data dan informasi hasil inventarisasi dan foto dokumentasi
Tabel 2- LAMPIRAN II.

8
3.2. Inspeksi Rutin

Tujuan Waktu Pelaksana

Memeriksa dan memastikan Satu bulan sekali pada Juru dan atau petugas Unit /
bahwa prasarana beserta minggu pertama atau awal Satker Operasi dan
fasilitasnya berfungsi dengan bulan Pemeliharaan di Balai Besar/
baik dan sesuai rencana Balai Wilayah Sungai.

Beberapa Hal Harus Diperhatikan

Sekurang-kurangnya sebagai berikut;


1. Catatan hasil inspeksi rutin disampaikan kepada pengamat untuk selanjutnya dikirim
kepada Unit / Satker Operasi dan Pemeliharaan di Balai Besar/ Balai Wilayah Sungai.
2. Mengambil foto dokumentasi mengenai kondisi aktual prasarana, terutama bagian
bangunan yang ditumbuhi rumput liar/semak belukar, badan jalan inspeks/masuk yang
mengalami kerusakan, dan bagian bangunan yang mengalami gerusan lokal, abrasi,
terkelupas, retak, rembesan, bolong, patah, runtuh dan lain sebagainya.
3. Foto dokumentasi tersebut akan menjadi acuan untuk menetapkan kegiatan penelusuran
sebagai tindak lanjut hasil inspeksi.
4. Contoh;
Formulir inspeksi dan tabel penilaian aktual kondisi bangunan yang digunakan untuk
inspeksi dikemukakan dalam LAMPIRAN III.

9
Objek Inspeksi Rutin
Sabodam/ konsolidasi dam Gronsil/ Talud Krip Tanggul
Kondisi girdel
Dam utama Apron Subdam
1. Jalan masuk ke lokasi prasarana. O O O O O O
2. Tanaman liar di tubuh bangunan (rmput/ semak belukar/ lumut/ gulma). O O O O O O
3. Marka atau portal jembatan/jalan (jika ada) di sabodam /tanggul rusak berat/ringan O O O
4. Pintu pengambilan air (jika ada) rusak berat/ringan/tersumbat. O O O O
5. Sedimentasi penuh/kosong. O O O O O O
6. Penambangan ruas sungai di hulu prasarana. O O O O O
7. Penambangan ruas sungai di hilir prasarana. O O O O O
8. Papan peringatan (jika ada).rusak/hilang. O O O O O
9. Pondasi mengalami gerusan lokal yang dalam/dangkal. O O O O O
10. Tubuh bangunan mengalami abrasi/terkelupas/retak/patah/rembes. O O O O O
11. Sayap mengalami abrasi/terkelupas/retak/patah. O
12. Tebing sungai di abutmen mengalami retak-retak/longsor. O O O O
13. Pelindung (buffer fill) mengalami retak/patah/runtuh. O O O
14. Lantai apron mengalami abrasi/terkelupas/retak/rembesan/berlubang/patah. O O
15. Dinding apron mengalami retak/patah/runtuh. O
16. Pemukaan tanggul/lereng tanggul mengalami retak/bolong/ables/longsor. O
17. Timbunan di belakang tubuh talud mengalami ambles/berlubang. O O

10
3.3. Penelusuran

Tujuan Waktu Pelaksana


1. Unit / Satker Operasi
Mengetahui lebih detail 1. Minimal satu kali dalam
dan Pemeliharaan di
mengenai kerusakan dan / satu tahun yaitu pada
Balai Besar/Balai
atau tidak berfungsinya akhir musim hujan, atau
Wilayah Sungai
prasarana setelah terjadi 2. Dapat dilakukan
2. Apabila perlu bersama
banjir sedimen. penelusuran tambahan,
dengan instansi terkait
atau
dan/atau masyarakat.
3. Setekah inspeksi rutin.

Kegiatan
Sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Mengetahui lebih detail mengenai kerusakan dan/atau tidak berfungsinya prasarana
setelah terjadi banjir sedimen
2. Mengevaluasi lebih detail penyebab dan dampak kerusakan dan/atau tidak
berfungsinya prasarana setelah terjadi banjir sedimen.
3. Merumuskan alternatif penanganan kerusakan dan/atau tidak berfungsinya prasarana
setelah terjadi banjir sedimen.
4. Merumuskan peran masyarakat (penduduk, lembaga social masyarakat, akademisi)
dalam penanganan kerusakan dan/atau tidak berfungsinya prasarana setelah terjadi
banjir sedimen.
5. Hasil kegiatan penelusuran prasarana dituangkan dalam laporan yang akan menjadi
dasar, terutama untuk;
i. Kegiatan identifikasi dan analisis tingkat kerusakan
ii. Penyusunan usulan kegiatan operasi dan pemeliharaan.

11
3.4. Identifikasi dan Analisis Tingkat Kerusakan

Tujuan Waktu Pelaksana

Klasifikasi tingkat kerusakan Tindak lanjuti hasil Unit / Satker Operasi dan
dan identifikasi permasalahan penelusuran Pemeliharaan di Balai
dan prioritas kebutuhan Besar/Balai Wilayah
pemeliharaan Sungai

Kegiatan

Sekurang-kurangnya sebagai berikut;


1. Mengidentifikasi permasalahan yang akan ditangani dalam operasi dan pemeliharaan
prasarana.
2. Mengidentifikasi kebutuhan yang diperlukan untuk operasi dan pemeliharaan
prasarana.
3. Menyusun program rencana untuk operasi dan pemeliharaan prasarana berdasarkan
skala prioritas sesuai dengan klasifikasi kondisi aktual prasarana.
4. Menyusun uraian detail mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam operasi
dan pemeliharaan prasarana, antara lain;
5. Menetapkan klasifikasikan kondisi kerusakan prasarana, sebagai berikut:
(i) Kondisi baik, jika tingkat kerusakan masih dibawah 10% dari kondisi awal
pembangunan.
(ii) Kondisi rusak ringan, jika tingkat kerusakan 10% sampai dengan dibawah 20%
dari kondisi awal pembangunan.
(iii) Kondisi rusak sedang, jika tingkat kerusakan 20% sampai dengan dibawah 40%
dari kondisi awal pembangunan.
(iv) Kondisi rusak berat, jika tingkat kerusakan lebih dari atau sama dengan 40%
dari kondisi awal pembangunan
6. Contoh; Formulir evaluasi dikemukakan dalam LAMPIRAN III

12
3.5. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya

Tujuan Waktu Pelaksana

Menyiapkan dokumen 1. Satu kali dalam satu tahun Unit / Satker Operasi dan
rencana anggaran biaya 2. Harus sudah selesai atau Pemeliharaan di Balai
operasi dan pemeliharaan siap akhir bulan Juli setiap Besar/Balai Wilayah
setiap tahun anggaran tahun anggaran. Sungai
berdasarkan laporan hasil
inspeksi rutin dan/atau
penelusuran

Kegiatan
Sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Menyusun rencana anggaran biaya inspeksi rutin.
2. Menyusun rencana anggaran biaya penelusuran sungai.
3. Menyusun rencana anggaran biaya pengukuran sedimen.
4. Menyusun rencana anggaran biaya gaji/upah penjaga alat pemantau.
5. Menyusun rencana anggaran biaya kantor dan barang pakai habis.
6. Menyusun rencana anggaran biaya penyiapan bahan banjiran.
7. Menyusun rencana anggaran biaya operasional alat berat dan kendaraan operasional
8. Menyusun rencana anggaran biaya perbaikan peralatan pemantau banjir sedimen
9. Menyusun rencana anggaran biaya semua jenis pemeliharaan yang dibutuhkan
10. Contoh ; Prosedur penyusunan RAB dikemukakan dalam LAMPIRAN IV

13
3.6. Pengaturan Penggunaan Prasarana

Tujuan Waktu Pelaksana Ditetapkan oleh;

Melindungi Sekurang-kurangnya, Juru / 1. Unit / Satker Operasi dan


prasarana agar pengaturan berlaku Pengamat / Pemeliharaan di Balai
berfungsi untuk satu tahun. Petugas OP Besar/Balai Wilayah
optimal. Sungai
2. Apabila perlu bersama
dengan instansi terkait
dan/atau masyarakat.

Prasarana Pengaturan Penggunaan


Jalan masuk Sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Merupakan jalan penghubung antara jalan umum ke lokasi
prasarana, meskipun jarak antara jalan umum ke lokasi prasarana
tersebut relatif jauh.
2. Merupakan salah satu bagian dari pembangunan prasarana, karena
operasi dan pemeliharaan terhadap prasarana tidak dapat
dilaksanakan, apabila tidak ada jalan masuk tersebut.
3. Jalan masuk bukan jalan umum.
4. Jalan masuk dilarang untuk jalan penambangan.
5. Jalan masuk diutamakan untuk menunjang pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan.
6. Jalan masuk dapat digunakan oleh penduduk setempat untuk
keperluannya, misalnya; mengambil air di sungai, memandikan
ternak, dan mencari ikan, dan
7. Jalan masuk dapat digunakan untuk rekreasi dan studi lapangan.
Jembatan Sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Dapat digunakan sebagai jalan umum
2. Hanya dapat dilalui kendaraan dengan tonase terbatas. Tonase yang
melebihi kapasitas rencana akan merusak tubuh sabodam, antara
lain; bagian atap lubang konduit retak-retak, sayap sabodam retak-
retak akibat berulang-ulang terbentur kendaraan berat (misalnya;
truk pengangkut pasir).
3. Dilarang dilalui truk yang bermuatan pasir, tetapi dizinkan dilalui
truk yang masih kosong.
4. Diutamakan untuk menunjang pengungsian.

14
Puncak cekdam, Sekurang-kurangnya sebagai berikut;
gronsil dan girdel Dilarang untuk jalan pintas menyeberangi sungai, karena sangat
berbahaya, karena selama musim penghujan, puncak (crest) sabodam,
gronsil dan girdel sangat licin, dikuatirkan terprosok dan jatuh dari
ketinggian antara 3 m s.d 15 m.ke dasar sungai yang berbatu.
Cekdam, gronsil, Sekurang-kurangnya;
girdel dan krip Dilarang menambang di sabodam, gronsil, girdel dan krip, karena
permukaan endapan sedimen di sabodam, gronsil, girdel dan krip
merupakan penghalang terjadinya gerusan lokal. Jika endapan
sedimen ditambang, pondasi sabodam, gronsil, girdel dan krip yang
ada di hulun mudah mengalami gerussn lokal. Jika gerusan lokal yang
terjadi cukup dalam maka sabodam, gronsil, girdel dan krip mudah
runtuh.
Tanggul Sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Dilarang melakukan kegiatan apapun di puncak tanggul tanpa
perkerasaan jalan.
2. Dilarang menlakukan kegiatan apapun di badan tanggul, tanpa
seizing dari Unit /Satker Operasi dan Pemeliharaan Balai
Besar/Balai Wilayah Sungai, termasuk bercocok tanam atau
mengambil pasir di dekat tanggul.
3. Untuk operasi dan pemeliharaan, puncak tanggul dengan
perkerasan jalan dapat dilalui kendaraan tonase terbatas (ringan).
4. Dalam keadaan khusus, puncak tanggul dengan perkerasaan jalan
dapat dilalui kendaraan umum tonase terbatas (ringan) dengan
terlebih dahulu meminta izin kepada penjaga tanggul atau petugas
Unit /Satker Operasi dan Pemeliharaan Balai Besar/Balai Wilayah
Sungai, misalnya; sebagai jalan masuk untuk pelasanaan fisik
konstruksi atau kunjungan wisata.
5. Jika penambangan diizinkan oleh instansi terkait atas pertimbangan
teknis Unit /Satker Operasi dan Pemeliharaan Balai Besar/Balai
Wilayah Sungai, maka jarak minimal galian untuk penangbangan
pasir adalah 5 m dari kaki tanggul.

15
3.7. Pengoperasian Fasilitas

Tujuan Waktu Pelaksana Ditetapkan oleh;

1. Memanfaatkan Sekurang- Juru / 1. Unit / Satker Operasi


semaksimal mungkin kurangnya Pengamat / dan Pemeliharaan di
fasilitas yang ada di pengoperasian Petugas OP Balai Besar/Balai
prasarana. berlaku untuk Wilayah Sungai
2. Mencegah terjadi satu tahun. 2. Apabila perlu
pengoperasian yang dapat bersama dengan
merusak dan mengganggu instansi terkait
fungsi prasarana dan/atau masyarakat.

Fasilitas Musim Pengoperasian

Pintu Selama musim Sekurang-kurangnya sebagai berikut;


pengambilan hujan 1. Penutupan pintu pengambilan air perlu dilakukan
air
selama musim hujan, karena debit sungai relatif
besar dan banyak mengandung sedimen serta
sewaktu-waktu terjadi banjir sedimen. Sedimen
tersebut dapat mengalir ke sawah melalui lubang
pintu air dan akan menggenangi sawah serta
memenuhi saluran pengambilan
2. Pintu pengambilan air dapat dibuka sementara atas
permintaan penduduk untuk memenuhi kebutuhan
air irigasi, kolam, dan lain sebagainya.

Selama musim Sekurang-kurangnya sebagai berikut;


kemarau 1. Pintu air dibuka selama musim kemarau agar sawah
tidak kekurangan air. Pada musim kemarau, debit
sungai normal dan tidak banyak mengandung
sedimen.
2. Debit pengambilan air di setiap prasarana ditetapkan
oleh masyarakat setempat.

Peralatan Selama musim Sekurang-kurangnya sebagai berikut;


pemantau hujan 1. Peralatan pemantau sedimen dioperasikan secara
sedimen intensif (terus-menerus) selama musin hujan, untuk
memantau apabila sewaktu-waktu terjadi banjir
sedimen.

16
2. Peralatan tersebut merupakan bagian dari sistem
piket banjir.
3. Juru pengamat/petugas piket banjir perlu dilengkapi
alat komunikasi agar dapat segera menginformasikan
jika terjadi banjir sedimen atau kerusakan peralatan.
4. Juru pengamat/petugas piket banjir juga mengamati
banjir sedimen secara visual (mata telanjang).
5. Apabila terjadi banjir sedimen, segera mengirimkan
informasi melalui alat komunikasi ke petugas di pos
komando (posko) piket banjir.

Selama musim Sekurang-kurangnya sebagai berikut;


kemarau Peralatan pemantau banjir sedimen dapat tidak
dioperasikan untuk menghemat baterai dan bahan habis
pakai.

Beberapa Hal Harus Diperhatikan

1. Apabila fasilitas peralatan pemantau banjir sedimen belum ada sama sekali, maka
sistem peralatan minimal perlu dipasang, antara lain: papan duga air manual, penakar
hujan manual dengan juru pengamat yang dilengkapi radio komunikasi.
2. Radio komundikasi setiap pos dilengkapi dengan antena yang dapat menghubungkan
pos terjauh dengan pos pusat pengontrol yang berlokasi di kantor Satker Operasi dan
Pemeliharaan di Balai Besar/Balai Wilayah Sungai.
3. Perlu menyusun prosedur operasi standar untuk mengiformasikan pemantauan banjir
sedimen.
4. Perlu menyiapan organisasi dan personel pemantauan banjir sedimen yang efektif dan
efisien.
5. Perlu penyiapan peralatan dan bahan banjiran untuk “flood fighting”
6. Perlu mengidentifikasi dan pemetaan serta pemantauan lokasi-lokasi kritis atau
daerah rawan banjir sedimen.
7. Melaksanakan tindakan darurat, apabila perlu bersama instansi terkait dan
masyarakat, misalnya; segera melakukan tanggap darurat bersama instansi terkait dan
masyarakat, apabila tanggul atau tebing sungai di daerah pemukiman padat atau jalan
kabupaten atau jembatan mulai longsor terkena banjir sedimen.

17
BAB IV
PEMELIHARAAN PRASARANA

Pemeliharaan prasarana meliputi;


1. Pemeliharaan preventif.
2. Pemeliharaan korektif.
3. Pemeliharaan rehabilitatif.
Pemeliharaan prasarana dimulai sedini mungkin sejak berakhirnya masa pemeliharaan (180
hari s/d 360 hari) dalam kontrak pekerjaan fisik konstruksi. Masa pemeliharaan dalam
pelaksanaan kontrak pekerjaan fisik konstruksi merupakan tanggung jawab penyedia jasa
borongan (kontraktor).
Setelah masa pemeliharaan tersebut berakhir, pemeliharaan dilaksanakan oleh Unit / Satker
Operasi dan Pemeliharaan di Balai Besar/Balai Wilayah Sungai.

18
4.1. Pemeliharaan Preventif

Tujuan Jenis Pemeliharaan Pelaksana

Mencegah kerusakan 1. Pemeliharaan bersifat pengamanan Unit / Satker


dan/atau penurunan 2. Pemeliharaan rutin Operasi dan
fungsi guna 3. Pemeliharaan berkala bersifat perawatan Pemeliharaan di
mempertahankan 4. Pemeliharaan bersifat pembatasan Balai Besar/Balai
kinerja prasarana. pemanfaatan Wilayah Sungai
5. Pemeliharaan bersifat pembatasan
penggunaan air

Pemeliharaan Bersifat Pengamanan

Dilaksanakan terus-menerus untuk mencegah dan melindungi prasarana dari kerusakan


yang disebabkan oleh daya rusak air, hewan dan/atau oleh manusia.

1. Tindakan perlindungan
Sekurang-kurangnya sebagai berikut;
(i) Mengatur penambangan pasir, kerikil dan batu yang dilakukan di prasarana sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(ii) Memasang patok garis sempadan sungai berdasarkan penetapan garis sempadan
sungai.
(iii) Melarang kegiatan apapun di prasarana tanpa seizin.
(iv) Melarang mendirikan bangunan di prasarana.
(v) Melarang menanam tanaman di prasarana, selain gebalan rumput untuk
melindungi tubuh tanggul.
(vi) Membebaskan dataran banjir sedimen dari peruntukkan yang mengganggu fungsi
prasarana.

2. Tindakan pencegahan
Sekurang-kurangnya sebagai berikut;
(i) Memasang papan pengaturan antara lain ; pengaturan penggarapan tanah di
prasarana, pengaturan tonase kendaraan yang melintas jalan inspeksi, jembatan
sabodam dan tanggul.
(ii) Memasang papan peringatan melarang mendirikan bangunan di prasarana
(iii) Mengontrol papan pengaturan, papan pengaturan dan patok-patok batas sepadan
sungai dan batas tapak bangunan prasarana supaya tidak dipindahkan atau dirusak
oleh masyarakat.

19
(iv) Mengadakan penyuluhan/sosilalisasi kepada masyarakat dan instansi terkait
tentang perlunya upaya pengamanan prasarana. .
(v) Membuat bangunan pengamanan di tempat-tempat yang berbahaya, misalnya : di
sabodam jembatan, ruas sungai yang tebingnya curam, ruas sungai yang dalam dan
arusnya deras dan lain sebagainya.
(vi) Memasangan penghalang di jalan inspeksi, sabodam jembatan dan tanggul,
misalnya: portal, patok dan lain sebagainya.

Pemeliharaan Rutin

Sekurang-kurangnya, dilaksanakan satu kali dalam satu tahun untuk merawat prasarana,
antara lain;
1. Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu pengambilan air.
2. Membersihkan kotoran, rumput, semak belukar, tanaman liar, sampah dan gulma yang
ada di tubuh maupun di sekitar prasarana. .
3. Memelihara gebalan rumput pelindung permukaan tubuh tanggul.
4. Menebang pohon dan membongkar bangunan liar yang mengganggu fungsi prasarana.
5. Memperbaiki bagian prasarana termasuk jalan masuk ke prasarana yang mengalami
retak, terkelupas, berlubang, dan ambles.
6. Memperbaiki atau mengganti papan larangan dan/ atau papan petunjuk pengungsian
yang rusak atau hilang.
7. Mengendalian sampah dengan melakukan pembersihan sampah untuk memelihara dan
menjaga alur sungai, terutama di bagian hilir agar tetap dapat mengalirkan banjir
sedimen sesuai dengan kapasitas yang direncanakan

Pemeliharaan Berkala Bersifat Perawatan

Perawatan prasarana yang dilaksanakan secara berkala pada saat musim kemarau
(i) 6 bulan sekali,
(ii) 1 tahun sekali,
(iii) 2 tahun sekali, atau
(iv) 3 tahun sekali
Sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Mengecat; peralatan pemantau banjir sedimen, pintu air, saringan sampah, portal,
marka jalan, prasasti dan lain sebagainya.
2. Membersihan; lumpur, pasir, kerikil, dan batu-batu serta hanyutan batang pohon
tumbang yang menyumbat saluran pengambilan air, lubang slit dan lubang conduit.
3. Membersihan; lumpur, pasir, kerikil, dan batu-batu serta hanyutan batang pohon
tumbang yang menumpuk di permukaan jembatan sabodam, setelah terjadi banjir

20
sedimen.
4. Membuat nota kesepahaman para pihak mengenai pemanfaatan prasarana oleh para
pihak, misalnya; nota kesepahaman dengan instansi terkait / dinas terkait/ pengusaha
dalam rangka penambangan, pasir, kerikil, dan batu-batu, pengerukan sungai dalam
rangka normalisasi sugai dimana material hasil pengerukan akan digunakan sebagai
bahan bangunan, bahan urugan dan sebagainya.
5. Pada prinsipnya, penambangan penambangan pasir, kerikil, dan batu-batu dilarang di
semua prasarana.

Pemeliharaan Bersifat Pembatasan Pemanfaatan

Kegiatan membatasi pemanfaatan prasarana dengan mempertimbangkan kemungkinan


kerusakan dan tanggung jawab para pihak dalam perbaikan kerusakan akibat pemanfaatan
suatu prasarana.
Sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Pembatasan pemanfaatan prasarana untuk keperluan, antara lain pembangkit tenaga
listrik mikrohidro, perikanan, penambangan dan rekreasi.
2. Setiap pemanfaatan prasarana harus dimintakan izin terlebih dahulu dan dilaksanakan
mengikuti kriteria batasan pemanfaatan dan tindakan pemeliharaan yang harus
dilakukan. Hal ini untuk mencegah kerusakan atau tidak berfungsinya prasarana
akibat pemanfaatan terhadap prasarana tersebut.
3. Kerusakan prasarana sebagai akibat dari pemanfaatan prasarana menjadi tanggung
jawab pihal pemanfaat/pengguna prasarana .

Beberapa Hal Harus Diperhatikan

Untuk menilai kerusakan prasarana sebagai akibat dari pemanfaatan prasarana dilakukan
oleh Tim beranggotakan petugas Satker Operasi dan Pemeliharaan di Balai Besar/Balai
Wilayah Sungai dan/atau bersama dengan instansi terkait dan/atau masyarakat, serta pihak
yang memanfaatkan prasarana tersebut

21
4.2. Pemeliharaan Korektif

Tujuan Jenis Pemeliharaan Pelaksana

Mengenbalikan fungsi 1. Perbaikan ringan dan reparasi Unit / Satker


prasarana sesuai 2. Pemeliharaan khusus Operasi dan
dengan kinerja yang 3. Rektifikasi Pemeliharaan di
direncanakan. 4. Pemeliharaan darurat Balai Besar/Balai
5. Penyiapan bahan dan peralatan tanggap Wilayah Sungai
darurat

Perbaikan Ringan dan Reparasi

Memperbaiki dan mereparasi bagian prasarana yang mengalami rusak ringan akibat
pelaksanaan operasi maupun akibat sifat alami komponen dari komponen bangunannya.
Merupakan pekerjaan sederhana dan tidak memerlukan perencanaan teknis detail,
sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Perbaikan pintu.
2. Reparasi peralatan pemantau banjir sedimen.
3. Reparasi peralatan komunikasi infornasi banjir sedimen.
4. Reparasi peralatan berat unttuk tanggap darurat.
5. Reparasi kendaraan operasional.
6. Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah jaga dan reparasi peralatannya
7. Perbaikan untuk menambal lubang jalan masuk dan memperbaiki serta memperlancar
drainasi jalan masuk.
8. Perbaikan untuk menutup rembesan kecil-kecil di tubuh bangunan.
9. Perbaikan selimut beton yang mengalami retak dangkal atau sedikit terkelupas.
10. Perbaikan tubuh krib yang mengalami retak-retak dan abrasi dangkal.
11. Perbaikan permukaan lubang slit atau conduit yang mengalami abrasi atau retak-retak
dangkal.
12. Perbaikan badan tanggul yang sedikit ambles atau permukaannya rusak ringan.

Pemeliharaan Khusus

Memperbaiki kerusakan bagian dan / atau seluruh bagian prasarana berdasarkan


pertimbangan keamanan harus segera mungkin diperbaiki, karena fungsi atau nilai
kinerjanya kurang dari 80% dan masih diatas 60% dari kinerja rencana, sekurang-
kurangnya sebagai berikut;

22
1. Perbaikan bagian lantai apron yang bolong sebagian.
2. Perbaikan bagian dinding apron yang runtuh sebagian.
3. Perbaikan bagian sayap dam yang retak dalam atau patah.
4. Perbaikan bagian dam utama yang mengalami abrasi dalam.
5. Perbaikan bagian badan tanggul yang mengalami longsor.
6. Perbaikan bagian talud yang telah retak dalam dan/atau patah

Rektifikasi

Memperbaiki dan / atau menyempurnakan bagian dan / atau seluruh bagian prasarana,
sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Penambahan sub dam untuk mengamankan pondasi terhadap gerusan lokal yang terus
berkembang semakin dalam.
2. Peninggian sayap sabodam untuk pengamanan tebing sungai agar tidak longsor ketika
terjadi banjir sedimen.
3. Pemotongan sayap sabodam agar banjir sedimen tidak meluap keluar palung sungai,
karena kedalaman palung sungai relatif pendek.
4. Pelobangan sabodam agar pasokan sedimen ke daerah hilir tetap seimbang.
5. Pengubahan bendung menjadi sabodam dengan tetap mempertahankan fungsi bendung
sebagai bangunan untuk menaikan elevasi muka air normal dalam rangka pemberian air
irigasi.
6. Peninggian tanggul karena debit banjir sedimen semakin besar akibat terjadi erupsi baru.

Pemeliharaan Darurat

Memperbaiki kerusakan prasarana yang apabila tidak segera diperbaiki akan mengalami
kerusakan yang lebih parah, sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Pengamanan sementara tebing sungai yang longsor dengan bronjong, sesat setelah banjir
sedimen Apabila tidak segera dilakukan pengamanan sementara akan, misalnya:
menyebabkan jalan raya longsor, penyangga jembatan (abutment) ambruk dan lain
sebagainya
2. Penutupan sementara tanggul yang longsor dengan karung pasir, agar tanggul yang
longsor tidak semakin panjang.
3. Pengamanan sementara terhadap gerusan lokal dengan bronjong atau timbunan batu-
batu, agar gerusan lokan tidak semakin luas dan dalam.
4. Penggantian sementara pintu pengambilan air yang rusak terbentur batu-batu aliran
sedimen dengan menggunakan kayu atau papan tebal, agar tetap berfungsi sementara
waktu sampai dilakukan perbaikan permanen.

23
Penyiapan Bahan Dan Peralatan Tanggap Darurat

Menyiapan bahan dan peralatan tanggap darurat dalam rangka menunjang pemeliharaan
darurat yang sewaktu-waktu harus segera dilaksanakan, sekurang-kurangnya sebagai
berikut;
1. Penyediaan kantong pasir, benang/tali dan jarum jahit kantong pasir.
2. Penyediaan bronjong untuk bangunan sementara.
3. Penyediaan kawat ikat dan/ atau tali ijuk.
4. Penyediaan balok kayu pancang untuk pancang bronjong dan bambu.
5. Penyediaan tenda plastik untuk pelaksanaan tanggap darurat di lokasi kritis.
6. Penyediaan generator 500-1000 watt untuk penerangan pada saat pelaksanaan tanggap
darurat.
7. Penyediaan alat berat, seperti eskavator, bulldozer dan dumptruck.
8. Penyediaan bahan dan perlatanan lainnya sesuai dengan kebutuhan untuk pelaksanaan
tanggap darurat

Beberapa Hal Harus Diperhatikan

1. Skala prioritas berdasarkan kondisi yang paling realistik sesuai dengan harapan
masyarakat atau sesuai kebutuhan setelah dilkukan sosialisasi atau petermuan
konsultasi masyarakat.
2. Kajian perencanaan teknis untuk menyusun detail desain, spesifikasi teknis, dan
rencana anggaran biaya dan waktu pelaksanaan fisik konstruksi.
3. Pemilihan pelaksana fisik konstruksi, dengan swakelola atau lelang (kontrak)
4. Ketersediaan anggaran biaya pemeliharaan tahun berjalan. Apabila tidak cukup dapat
menganjukan anggaran biaya pemeliharaan untuk tahun berikutnya
5. Persetujuan dari Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan sebagai instansi pembina.

24
4.3. Pemeliharaan Rehabilitatif

Tujuan Jenis Pemeliharaan Pelaksana

Pemulihan kelestarian, 1. Rehabilitasi Unit / Satker Operasi


keberadaan dan fungsi 2. Pembangunan kembali dan Pemeliharaan di
prasarana tanpa mengubah 3. Restorasi jaringan sumber air Balai Besar/Balai
tujuan dan tingkat layanan Wilayah Sungai
prasarna.

Rehabilitasi

Memperbaiki kerusakan bagian dan/atau seluruh bagian prasarana berdasarkan


pertimbangan keamanan harus segera mungkin diperbaiki, karena fungsi atau nilai
kinerjanya kurang dari 60% dari kinerja rencana, sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Normalisasi dalam rangka mengembalikan seperti semula dari penampang sungai dan
saluran pengelak banjir sedimen. Normalisasi sungai dalam rangka penampang baru
dari sungai atau saluran pengelak banjir sedimen tidak termasuk dalam kegiatan
pemeliharaan.
2. Perbaikan sebagian atau seluruh bangunan prasarana, seperti; pembangunan kembali
dam utama, sub dam, konsolidasi dam, gronsil, girdel, tanggul, talud, krib, pintu air,
peralatan pemantau banjir sedimen yang rusak akibat banjir sedimen.

Pembangunan Kembali

Membangun kembali prasarana berdasarkan pertimbangan keamanan harus segera


dibangun kembali, karena seluruh bangian prasarana rusak berat dan tidak berfungsi,
sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Membangunan kembali dam utama, sub dam, konsolidasi dam, , gronsil, girdel, tanggul,
talud, krib, pintu air, peralatan pemantau banir sedimen yang rusak akibat banjir
sedimen.
2. Normalisasi mengembalikan penampang dan alur sungai dan/atau saluran pengelak
banjir sedimen seperti semula.. Normalisasi membuat penmpang dan alur sungai
dan/atau saluran pengelak banjir sedimen yang baru tidak termasuk dalam kegiatan
pembangunan kembali.

25
Restorasi Jaringan Sumber Air

Merestorasi jaringan sumber air yang rusak akibat usia yang sudah tua, tekena banjir
sedimen, dan ulah manusia, sehingga fungsi atau nilai kinerja kurang dari 60% dari kinerja
rencana, sekurang-kurangnya sebagai berikut;
1. Merestorasi lubang pengambilan air, saluran air, kantong lumpur dan pintu air.
2. Merestorasi bak penampung, pipa dan saluran mataair yang berada di daerah gunungapi,
yang merupakan sumber utama airbaku untuk kebutuhan rumah tangga dan industri
rumahan dari penduduk setempat.
3. Konservasi sungai
a) Perlindungan palung sungai
(i) Pengaturan penambangan (pasir, kerikil dan batu) di sungai. Tata cara
pengaturan penambangan di sungai dilaksanakan sebagaimana diatur sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(ii) Pengendalian kedalaman dan alur sungai yang kritis untuk menjamin
kedalaman dan fungsi sungai, guna memenuhi berbagai kepentingan, seperti
penyaluran banjir sedimen agar tetap mengalir di tengah palung sungai dan
keseimbangan dinamis sedimen di dasar alur sungai.
(iii) Pengendalian kemiringan dasar sungai kritis untuk menjamin kelestarian dan
fungsi sungai dari pengaruh agradasi (kenaikan dasar sungai) dan degradasi
(penurunan dasar sungai), dan dilakukan melalui kegiatan pengaturan
kemiringan dasar sungai yang kritis dan/atau pengendalian sedimen sungai.
(iv) Pengendalian tebing sungai kritis dari bahaya longsor untuk menjamin
kelestarian dan fungsi sungai serta melindungi prasarana umum, seperti jalan,
gedung, area rekresai dan lain sebaginya dari pengaruh ketidakstabilan tebing
sungai dari pengaruh arus dan/atau gerusan banjir. Pengendalian tebing sungai
kritis dilakukan dengan bangunan perlindungan atau perkuatan tebing sungai
dengan mempertimbangkan pengaruh gerusan lokal maksimum yang
diperhitungkan akan terjadi.
(v) Perlindungan palung sungai dilaksanakan oleh petugas Satker Operasi dan
Pemeliharaan di Balai Besar/Balai Wilayah Sungai. Apabila diperlukan
bekerjasama dengan instansi terkait dan masyarakat.
b) Sempadan sungai
(i) Perlindungan terhadap sempadan sungai dimaksudkan untuk menjaga ruang
penyangga antara ekosistem sungai dan daratan serta fungsi sungai untuk
mengalirkan banjir sedimen.
(ii) Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan dengan penetapan garis
sempadan sungai serta pembatasan pemanfaatan sempadan sungai. Pembatasan
pemanfaatan pada sempadan sungai dilakukan dengan pengaturan pemanfaatan
hanya untuk jenis tanaman semusim serta larangan mendirikan bangunan.
(iii) Penetapan sempadan sungai ditetapkan oleh Menteri, gubernur,
bupati/walikota, sedangkan pengaturan zona pemanfaatan lahan sempadan

26
sungai dilakukan oleh bupati/walikota.

Beberapa Hal Harus Diperhatikan

1. Skala prioritas berdasarkan kondisi yang paling realistik sesuai dengan harapan
masyarakat atau sesuai kebutuhan setelah dilkukan sosialisasi atau petermuan
konsultasi masyarakat.
2. Kajian perencanaan teknis untuk menyusun detail desain, spesifikasi teknis, dan
rencana anggaran biaya dan waktu pelaksanaan fisik konstruksi.
3. Pemilihan pelaksana fisik konstruksi, dengan swakelola atau lelang (kontrak)
4. Ketersediaan anggaran biaya pemeliharaan tahun berjalan. Apabila tidak cukup dapat
menganjukan anggaran biaya pemeliharaan untuk tahun berikutnya
5. Persetujuan dari Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan sebagai instansi pembina.

Contoh pemeliharaan rehabilitatif yang dilaksanakan di wilayah G. Merapi dikemukakan


dalam LAMPIRAN IV

4.4. Pemeliharaan Dengan Kearifan Lokal.

Pemeliharaan Dengan Kearifan Lokal.

Pemeliharaan sedapat mungkin mengkomodasi kearifan lokal (atau kebiasaan masyarakat


setempat yang sudah berlangsung turun-temurun sejak dahulu kala), sepanjang kebiasaan
tersebut tidak bertentangan dengan pedoman ini. Pemeliharaan yang berkaitan dengan
kearifan lokal ditetapkan oleh petugas Satker Operasi dan Pemeliharaan di Balai
Besar/Balai Wilayah Sungai bekerjasama dengan pemerintah daerah dan masyarakat

27
BAB V
PENUTUP

Pedoman operasi dan pemeliharaan prasarana penahan sedimen dimaksudkan untuk


memberikan arahan kepada petugas Satker Operasi dan Pemeliharaan di Balai Besar/Balai
Wilayah Sungai dalam menyusun perencanaan lima tahunan dan program tahunan serta
melaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana pengendali sedimen agar efektif
dan efisien. Sehingga prasarana pengendali sedimen yang telah dibangun dapat berfungsi
secara optimal dalam menahan sedimen.

28

Anda mungkin juga menyukai