Anda di halaman 1dari 33

1

CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

2.1. DASAR HUKUM PENYEDIAAN AIR BAKU

Pelaksanaan kegiatan penyediaan air baku harus mengacu kepada dasar hukum yang
berlaku. Undang-undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air, didalamnya
juga mengatur beberapa hal mengenai penyediaan air baku. Dalam Pasal 34 UU
No. 7 Tahun 2004, dinyatakan bahwa pengembangan sumber daya air pada
wilayah sungai ditujukan untuk peningkatan kemanfaatan fungsi sumber daya air
guna memenuhi kebutuhan air baku untuk rumah tangga, pertanian, industri,
pariwisata, pertahanan, pertambangan, ketenagaan, perhubungan, dan untuk
berbagai keperluan lainnya. Mengenai pemenuhan kebutuhan air baku, lebih lanjut
dijelaskan dalam pasal 40 UU No. 7 Tahun 2004, bahwa pemenuhan kebutuhan air
baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem
penyediaan air minum.

Sebagai tindak lanjut pasal 40 UU No. 7 Tahun 2004, telah berlaku Peraturan
Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut, yang dimaksud dengan air baku untuk air
minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat
berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang
memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.

Dalam Pasal 5, Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2005 tersebut, dinyatakan


bahwa sistem penyediaan air minum (SPAM) dapat dilakukan melalui sistem jaringan
perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan
dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit
pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan, dapat meliputi sumur
dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


2
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

tangki air instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air.

Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 Tentang Sistem
Pengembangan Air Minum menyebutkan bahwa sistem penyediaan air minum terdiri
dari unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan.
Gambar 2.1 memperlihatkan Sistem Penyediaan Air Minum.

Jaringan
Transmisi
S T
Sumber
Air Baku

Unit Air Baku Unit Produksi Unit Distribusi Unit Pelayanan

Unit Pengelolaan

Ket :

S = Tampungan (Storage)
T = Instalasi Pengolah Air (Water Treatment Plant)

GAMBAR 2.1.
SKEMATIK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

1. Unit Air Baku, dapat terdiri dari bangunan penampungan air, bangunan
pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem
pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya. Unit
air baku, merupakan sarana pengambilan dan/atau penyediaan air baku. Air baku
wajib memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Unit Produksi, merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk
mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/atau biologi.
Unit produksi, dapat terdiri dari bangunan pengolahan dan perlengkapannya,
perangkat operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan
penampungan air minum.

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


3
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

3. Unit Distribusi, terdiri dari sistem perpompaan, jaringan distribusi, bangunan


penampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan. Unit distribusi wajib
memberikan kepastian kuantitas, kualitas air, dan kontinuitas pengaliran, yang
memberikan jaminan pengaliran 24 jam per hari.

4. Unit Pelayanan, terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran
kebakaran. Untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan
hidran umum harus dipasang alat ukur berupa meter air. Untuk menjamin
keakurasiannya, meter air wajib ditera secara berkala oleh instansi yang berwenang.

5. Unit Pengelolaan, terdiri dari pengelolaan teknis dan pengelolaan


nonteknis. Pengelolaan teknis terdiri dari kegiatan operasional, pemeliharaan dan
pemantauan dari unit air baku, unit produksi dan unit distribusi. Sedangkan
pengelolaan nonteknis terdiri dari administrasi dan pelayanan.

2.2. INVENTARISASI SUMBER-SUMBER AIR BAKU

Inventarisasi sumber air baku dimaksudkan untuk mendeskripsikan sumber air yang
memungkinkan dikembangkan untuk keperluan penyediaan air baku. Inventarisasi
sumber air baku meliputi air permukaan, air bawah permukaan, dan mata air.
1. Air Permukaan.
Air permukaan yang memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai sumber air baku
adalah air sungai, waduk, telaga, rawa, dan sumber air permukaan lainnya.

2. Air Bawah Permukaan

Air bawah permukaan adalah air yang bisa dimanfaatkan untuk sumber air baku yang
berasal dari air tanah dalam (artesis) dan air tanah dangkal. Air tanah dangkal ini
memiliki kedalaman 4 10 meter di bawah permukaan tanah.
3. Mata Air
Mata air adalah sumber air baku yang keluar dari permukaan tanah
tanpa menggunakan mesin, tetapi mata air ini biasanya terdapat di tepi tepi bukit.
Debit yang dikeluarkan oleh mata air relatif sama tiap waktunya karena debit
mata air tidak terpengaruh langsung oleh air hujan yang turun di permukaan tanah.

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


4
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

2.3. PELAKSANAAN TEKNIS

Dalam pengkajian sumber daya air khususnya untuk air baku di terapkan 3 (tiga) prinsip
dasar yakni :

1. Kontinuitas, airnya air yang tersedia mengalir sepanjang waktu;


2. Kuantitas, yakni jumlah air yang tersedia pada suatu kawasan atau air sungai yang
ada;
3. Kualitas, yakni unsur-unsur yang terkandung dalam air sungai atau badan air
lainnya guna kepentingan air bersih.

Ketiga unsur di atas akan dijabar sebagai berikut :

2.3.1. Kontinuitas

Untuk mengetahui ke kontinuitas suatu aliran sungai dapat diketahui dengan aliran
yang ada pada sungai tersebut. Aliran sungai tersebut biasa dikenal dengan istilah debit
aliran.

Dalam menghitung debit aliran ini ada beberapa kajian yang dilakukan, diantaranya
yakni pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan alat current meter atau
pelampung. Atau dapat juga di lakukan dengan menggunkan rumusan empiris.

Rumusan untuk debit tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Debit dengan cara pengukuran langsung

Pengukuran langsung dilakukan dengan menggunakan alat current meter

Debit dengan menggunakan rumus empiris

Perhitungan debit dengan rumus empiris dapat digunakan dengan menggunakan rumus
rasional. Metode ini digunakan kalau data debit banjir yang ada tidak memadai. Metode
ini meggunakan hubungan antara besarnya curah hujan dengan limpasan permukaan.
Hubungan ini ditunjukkan menurut rumus sebagai berikut :

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


5
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

Qp 0,278 xCIA

dimana :

Qp = debit puncak banjir (m3/detik)

C = koeffisien limpasan

I = intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

A = luas daerah pengaliran (ha)

Besarnya koefisien limpasan (C), diperkiraka berdasar kondisi karakteristik tanah dan
tata guna lahan, sebagai berikut ini.

Daftar besarnya koefisien limpasan pada berbagai karakteristik tanah dan tata guna
lahan.

TABEL 2.1.
KOEFISIEN LIMPASAN ( C )
Koefisien
Karakteristik tanah Tata guna lahan
limpasan

Pertanian 0,20
Campuran pasir dan atau
Padang rumput 0,15
campuran kerikil
Hutan 0,10

Pertanian 0,40

Geluh dan sejenisnya Padang rumput 0,35

Hutan 0,30

Pertanian 0,50

Lempung dan sejenisnya Padang rumput 0,45

Hutan 0,40

Sumber : Hidrolgi, Imam Subarkah

Intensitas curah hujan yang digunakan, dihitung berdasarkan data curah hujan perjam
atau permenit yang didapat dari pengukur hujan otomatis atau diperkirakan dari data
curah harian maksimum. Waktu untuk menghitung intensitas, disesuaikan dengan waktu

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


6
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

konsentrasi yaitu waktu yang diperlukan oleh air hujan dari pinggir daerah pengaliran
untuk sampai ke sungai.

Besarnya waktu konsentrasi dihitung menurut Kirpich sebagai berikut :

tc = 0,0195 . L0,77 . S-0,385

dimana :

tc = waktu konsentrasi dalam menit

L = panjang lereng dalam meter

S = kemiringan lereng dalam m/m

2.3.2. Kuantitas

Kuantitas menyatakan jumlah air yang tersedia pada suatu sungai. Untuk mengetahui
kuantitas air yang tersedia pada suatu sungai dapat digunakan rumus van.j mock.

GAMBAR 2.2.
SIKLUS HIDROLOGI

Metoda Mock dikembangkan oleh Dr. F. J. Mock (Mock 1973) berdasarkan daur hidrologi.
Metoda Mock merupakan salah satu dari sekian banyak metoda yang menjelaskan
hubungan raintall-runoff . Secara garis besar raintall-runoff bisa dilihat pada gambar
berikut ini:

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


7
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

Evapotranspirasi Rainfall

Surface

Storage

Infiltrasi Total Run Off

Groundwater

Storage Groundwater Storage

GAMBAR 2.3.
BAGAN ALIR MODEL RAINFALL-RUNOFF

Metoda Mock dikembangkan untuk menghitung debit bulanan rata-rata. Metoda Mock
ini lebih jauh lagi bisa memprediksi besarnya debit. Data-data yang dibutuhkan dalam
perhitungan debit dengan metoda Mock ini adalah:

a. data rainfall atau presipitasi,


b. data klimatologi: temperature, penyinaran matahari, kelembaban relatif dan
kecepatan angin,
c. data catchment area

Secara garis besar perhitungan debit dengan metoda Mock dijelaskan dengan bagian alir
sebagai berikut:
Data Presipitasi,
klimatologi dan
catchment area

Metoda
Mock

Debit

GAMBAR 2.4.
BAGAN ALIR PREDIKSI DEBIT DENGAN METODA MOCK

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


8
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

Sedangkan proses perhitungan yang dilakukan dalam metoda Mock itu sendiri adalah sebagai
berikut:
Perhitungan
Evapotranspirasi Potensial
(Metoda Penman)

Perhitungan
Evapotranspirasi Aktual

Perhitungan
Water Surplus

Perhitungan
Base Flow, Direct Run Off Dan Storm Run Off

GAMBAR 2.5.
BAGAN ALIR PERHITUNGAN DEBIT DALAM METODA MOCK

2.3.3. Kualitas Air Baku

Data kualitas air yang didapat baik hasil pengukuran langsung maupun hasil uji
laboratorium kemudian dibandingkan dengan standar kualitas air yang telah
ditentukan.

Yang dimaksudkan dengan Standar Kualitas Air adalah persyaratan kualitas air yang
ditetapkan oleh suatu negara atau daerah untuk keperluan perlindungan badan air
sesuai pemanfaatannya. Persyarataan kualitaas air biasanya ditentukan berdasarkan
pendekatan yang berkaitan dengan perlindungan terhadap kesehatan manusia maupun
yang berkaitan dengan konservasi lingkungan hidup.

Kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologis,
fisika, kimia, dan radio aktif. Persyaratan-persyaratan tersebut sebagai berikut:

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


9
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

1. Persyaratan fisik

Air tersebut tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, air tersebut harus jernih.

2. Persyaratan kimia

Air tersebut tidak boleh mengandung racun, zat kimia tertentu yang melampaui
batas yang ditentukan.

3. Persyaratan bakteriologi

Air tersebut tidak boleh mengandung bakteri yang menyebabkan bibit penyakit.

Standar kualitas air adalah persyaratan kualitas air yang ditetapkan oleh Negara atau
daerah untuk keperluan perlindungan badan air sesuai pemanfaatannya. Persyaratan
kualitas air berdasarkan pendekatan yang berkaitan dengan perlindungan terhadap
kesehatan manusia maupun yang berkaitan dengan konservasi lingkungan hidup.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi mutu air
ditetapkan menjadi 4 kelas :

1. Kelas Satu, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum
dan peruntukkan yang lain mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
2. Kelas Dua, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama untuk kegunaan tersebut.
3. Kelas Tiga, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas Empat, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


10
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

Persyaratan kadar maksimum zat yang diizinkan berada di dalam air menurut Klasifikasi
Mutu Air berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001
adalah sebagai berikut:
TABEL 2.2.
KRITERIA MUTU AIR BERDASARKAN KELAS
Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
FISIKA
Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi temperature dari
Temperatur 0C Deviasi 3
3 3 3 keadaan alamiahnya
Residu Terlarut Mg/ L 1000 1000 1000 1000
Bagi pengolahan air minum
Residu Tersuspensi Mg/ L 50 50 400 400 secara konvensional, residu
tersuspensi <5000 mg/ l
KIMIA ORGANIK Mg/ L
Apabila secara alamiah
diluar rentang tersebut,
PH Mg/ L 6-9 6-9 6-9 6-9
maka ditentukan
berdasarkan kondisi alamiah
BOD Mg/ L 2 3 6 12
COD Mg/ L 10 25 50 100
DO Mg/ L 6 4 3 0 Angka batas minimum
Total fosfat sebagai P Mg/ L 0,2 0,2 1 5
NO3 sebagai N Mg/ L 10 10 20 20
Bagi perikanan, kandungan
NH3 - N Mg/ L 0.5 - - - amonia bebas untuk ikan
yang peka 0,02 mg/ l
Arsen Mg/ L 0.05 1 1 1
Kobalt Mg/ L 0.2 0.2 0.2 0.2
Barium Mg/ L 1 - - -
Boron Mg/ L 1 1 1 1
Selenium Mg/ L 0.01 0.05 0.05 0.05
Kadmium Mg/ L 0.01 0.01 0.01 0.01
Khrom Mg/ L 0.05 0.05 0.05 1
Bagi pengolahan air minum
Tembaga Mg/ L 0.02 0.02 0.02 0.02 secara konvensional, Cu 1
mg/ l
Bagi pengolahan air minum
Besi Mg/ L 0.3 - - - secara konvensional, Fe 5
mg/ l
Bagi pengolahan air minum
Timbal Mg/ L 0.03 0.03 0.03 1 secara konvensional, Ph 0,1
mg/ l
Mangan Mg/ L 0.1 - - -
Air Raksa Mg/ L 0.001 0.002 0.02 0.02
Bagi pengolahan air minum
Seng Mg/ L 0.05 0.05 0.05 0.05 secara konvensional, Zn 0,1
mg/ l
Florida Mg/ L 600 - - -
Sianida Mg/ L 0.02 0.02 0.02 -
Florida Mg/ L 0.5 1.5 1.5 -
Bagi pengolahan air minum
Nitrit sebagai N Mg/ L 0.06 0.06 0.06 - secara konvensional, NO2-N
0,1 mg/ l
Sulfat Mg/ L 400 - - -
Bagi ABAM tidak
Klorin Bebas Mg/ L 0.03 0.03 0.03 -
dipersyaratkan

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


11
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

Bagi pengolahan air minum


Belerang sebagai H2S Mg/ L 0.002 0.002 0.002 - secara konvensional, S
sebagai H2S
MIKROBIOLOGI
Bagi pengolahan air minum
secara konvensional, Fecal
Fecal Chloriform Jml/100 ml 100 1000 2000 2000
Chloriform 2000 jml/ 100
ml
Total Chloriform 1000 jml/
Total Chloriform Jml/100 ml 1000 5000 10000 10000
100 ml
RADIO AKTIVITAS
Gross A Bq/ L 0.1 0.1 0.1 0.1
Gross B Bq/ L 1 1 1 1
Minyak dan Lemak Ug/ L 1000 1000 1000 -
Detergen sebagai MBAS Ug/ L 200 200 200 -
Senyawa Fenol sebagai
Ug/ L 1 1 - -
fenol
BMC Ug/ L 210 210 210 -
Aldrin/ dieldrin Ug/ L 17 - - -
Chrisdane Ug/ L 3 - - -
DOI Ug/ L 2 2 2 2
Heptachlor dan
Ug/ L 18 - - -
heptachlor epoxide
Lindane Ug/ L 56 - - -
Methoxychlor Ug/ L 35 - - -
Endrin Ug/ L 1 4 4 -
Toxaplan Ug/ L 5 - - -
Keterangan :
mg = miligram Logam berat merupakan logam terlarut
ug = mikrogram Nilai diatas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO

ml = mililiter Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih

L = liter dari nilai yang tercantum

Bq = Bequerel Nilai DO merupakan batas minimum


MBAS = Methylene Blue Active Substance Arti (-) diatas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter

ABAM = Air Baku Air Minum tersebut tidak dipersyaratkan


Tanda adalah lebih kecil atau sama dengan
Tanda < adalah lebih kecil

Sumber : Dinas Kimpraswil Kalbar

Sedangkan persyaratan kadar maksimum zat yang diizinkan sesuai dengan standar yang
telah dikeluarkan oleh Depatemen Kesehatan sesuai dengan SK Menkes RI No.
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawas Kualitas Air Minum
adalah sebagai berikut :

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


12
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

TABEL 2.3.
DATA KUALITAS AIR MENURUT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI
NO. 907/MENKES/SK/VII/2002
No. Parameter Satuan Kadar Keterangan
Maksimum
yang
Diperbolehkan
A. FISIKA
1 Bau - - Tidak berbau
2 Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) mg/ L 1000 -
3 Kekeruhan NTU 5 -
4 Rasa - - Tidak berasa
5 Suhu C Suhu Udara 3C -
6 Warna TCU 15 -
B. KIMIA
a. Kimia Anorganik
1 Air Raksa mg/ L 0.001
2 Alumunium mg/ L 0.2
3 Arsen mg/ L 0.01
4 Barium mg/ L 0.7
5 Besi mg/ L 0.3
6 Fluorida mg/ L 1.5
7 Kadmium mg/ L 0.003
8 Kesadahan ( CaCO3 ) mg/ L 500
9 Khlorida mg/ L 250
10 Kromium, val 6 mg/ L 0.05
11 Mangan mg/ L 0.1
12 Natrium mg/ L 200
13 Nitrat, sebagai N mg/ L 50
14 Nitrit, sebagai N mg/ L 3
15 Perak mg/ L 0.05 Batas Min & Max
16 pH mg/ L 6.5 8.5
17 Selenium mg/ L 0.01
18 Seng mg/ L 3
19 Sianida mg/ L 0.07
20 Sulfat mg/ L 250
21 Sulfida ( H2S ) mg/ L 0.05
22 Tembaga mg/ L 1
23 Timbal mg/ L 0.01
b. Kimia Organik
1 Aldrin dan dieldrin m/L 0.03
2 Benzene m/L 10
3 Benzo(a)pyrene m/L 0.7
4 Chlordane (total isomer) m/L 0.2
5 Chloroform m/L 200
6 2,4 D m/L 30
7 DDT m/L 2

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


13
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

No. Parameter Satuan Kadar Keterangan


Maksimum
yang
Diperbolehkan
8 Detergen m/L 50
9 1,2 Dichloroethane m/L 30
10 1,1 Dichloroethene m/L 30
11 Heptachlor dan Heptachlor Epoxide m/L 0.03
12 Hexachlorobenzene m/L 1
13 Gamma HCH (Lindane) m/L 2
14 Methoxychlor m/L 20
15 Pentachlorophenol m/L 9
16 2,4,6 Trichlorophenol m/L 2
17 Zat organik (KMnO4) m/L 10
C. MIKROBIOLOGI
1 Koliform Tinja jml/ 100 ml 0
2 Total Coliform jml/ 100 ml 0 95% dari sampel yang
diperiksa selama 1 tahun.
Kadang boleh ada 3/100
ml sampel air, tetapi
tidak berturut-turut
D. RADIOAKTIVITAS
1 Aktivitas alpha
2 (Gross Alpha Activity) Bq/ L 0.1
3 Aktivitas beta
4 (Gross Beta Activity Bq/ L 1
Sumber : Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002

2.4. PENGUKURAN KECEPATAN ALIRAN

Pengukuran kecepatan air ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar debit sungai
tersebut, didalam pengukuran kecepatan air ini digunakan alat current meter. Dalam
pengukuran kecepatan aliran air dilakukan pada tiap pias dan kedalaman yang telah
ditentukan.

Alat-alat yang digunakan antara lain :

1. Alat tulis.
2. Stop watch.
3. Current meter.
4. Stik untuk mengetahui kedalaman sungai.

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


14
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

GAMBAR 2.6.
ALAT PENGUKUR KECEPATAN AIR ( CURRENTMETER)

Dalam kegiatan ini pengambilan sampel dilakukan di air sungai. Sehingga untuk
menentukan titik pengambilan contoh sampel menurut SNI 06-2421-1991, adalah sebagai
berikut:

sungai dengan debit 5 m3/detik, contoh sampel diambil pada satu titik ditengah
sungai pada kedalaman 0,5 atau 0,6 h,

GAMBAR 2.7
TITIK PENGAMBILAN SAMPEL PADA DEBIT 5 M3/DETIK

sungai dengan debit 5 m3/detik sampai dengan 150 m3/detik, sampel diambil pada
dua titik pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada kedalaman 0,5 atau 0,6 h, atau
pada jarak dan lebar sungai pada kedalaman 0,5 atau 0,6 h,

GAMBAR 2.8
TITIK PENGAMBILAN SAMPEL PADA DEBIT 150 M3/DTK

sungai dengan debit > 150 m3/detik, sampel diambil pada enam titik pada jarak ,
, lebar sungai pada kedalaman 0,2 dan 0,6 h.

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


15
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

GAMBAR 2. 9.
TITIK PENGAMBILAN SAMPEL PADA DEBIT > 150 M3/DETIK

dalam penelitian ini pengambilan contoh air dilakukan pada tiga titik yaitu pada jarak
dan lebar sungai ( L dianggap sama pada L) dengan kedalaman 0,6 h.

2.5. PENGAMBILAN SAMPEL AIR

Beberapa pengertian yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi;

Sumber air bisa berasal dari :

Air Badan Air : Air Sungai


Air permukaan : Air Tanah
Air bersih : Air PDAM, Air Sumur.Air Gunung

Yang dimaksud Air Bersih yaitu air yang harus diolah dulu untuk menjadi Air Minum

Air Minum : Air kemasan

Pengambilan sampel air dilakukan pada semua sumber air yang telah survey dan yang
dianggap berpotensi. Pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan botol
plastik dengan kapasitas 600 ml. Pada saat pengambilan sampel air, diukur suhu dan pH
airnya.

a. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel terbagi dua, yaitu :

1. Sampel Sesaat (Grab Sample), yaitu sampel yang diambil pada suatu waktu dan
tempat tertentu.
2. Composite sample yaitu sampel yang dikumpulkan pada tiap interval waktu tertentu
(misalnya tiap 1 jam) pada titik pengambilan yang sama selama jangka waktu
tertentu.

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


16
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

Untuk pengambilan sampel air pada pekerjaan ini dilakukan dengan cara grab sample
(sampel sesaat).

b. Jenis Alat Pengambilan Sampel Air

Alat pengambilan sampel air harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat sampel (misalnya untuk
keperluan pemeriksaan logam, alat pengambilan sampel tidak boleh terbuat
dari logam).
b. Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya.
c. Sampel mudah dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada sisa bahan
tersuspensi di dalamnya.
d. Kapasitas alat 1-5 liter tergantung dari tujuan pemeriksaan.
e. Mudah dan aman dibawa.

Beberapa jenis alat sederhana untuk pengambilan sampel air:

Botol biasa atau ember plastik/jerigen yang digunakan untuk mengambil sampel
air di permukaan air secara langsung.
Botol timbel yaitu botol yang digunakan untuk mengambil contoh air pada
kedalaman tertentu misalnya dari : sungai, sumur dan lain-lain.
Contoh Timbel :

K T = Tali
S S = Sumbat
B = Botol
P = Pemberat
K = Kawat
B

GAMBAR 2.10.
ALAT PENGAMBIL CONTOH AIR SEDERHANA DENGAN PEMBERAT

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


17
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

Alat ini dapat dibuat dari botol gelas putih dengan isi 1 liter yang pada bagian bawah
diberi pemberat dari timah putih (P) seberat 1,25 kg. Jika sukar pemberat ini dapat diikat
dengan kawat kuningan atau tembaga.

Kotak Pendingin (Cool Strorage)

Kotak ini dapat menyimpan sampel pada 4 o C, dapat membekukan sampel bila
diperlukan dan mudah diangkut ke lapangan.

c. Persiapan Wadah Sampel

Menurut SNI-06-24221-1991, wadah yang digunakan untuk menyimpan contoh harus


memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Terbuat dari bahan gelas atau plastik.


Dapat ditutup dengan kuat dan rapat.
Mudah di cuci.
Tidak mudah pecah.
Wadah contoh untuk pemeriksaan mikrobiologi harus dapat disterilkan.
Tidak menyerap zat-zat kimia dari contoh.
Tidak melarutkan zat-zat kimia kedalam contoh.
Tidak menimbulkan reaksi antara bahan wadah dengan contoh.

Adapun alat lain yang digunakan dalam pengambilan sampel air ini adalah :

Termometer untuk mengukur suhu air.


Tali plastik.
Meteran.
Sticker- label, dan alat tulis.
Box es.
Gps, untuk mengetahui jarak antar titik dan lebar penampang sungai.

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


18
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

Pensterilan alat pengambilan sampel dan wadah penyimpanan sampel

Setelah alat-alat tadi disiapkan, maka dilakukan pensterilan terhadap botol


pengambilan sampel dan botol sampel. Cara pensterilan botol/wadah tersebut adalah
sebagai berikut;

Cuci wadah sampel dengan deterjen yang dilarutkan dalam air panas untuk
membersihkan kotoran-kotoran dan polutan yang menempel pada wadah,
Terutama untuk wadah bekas pakai, pencucian harus lebih bersih.
Cuci wadah sampel dengan air bersih yang mengalir (kran) sampai bersih.
Cuci wadah sampel dengan K2Cr2O 75 % sebanyak 3 kali , minimal 1 kali.
Cuci wadah sampel dengan HNO3 10 % sebanyak 3 kali , minimal 1 kali.
Bilas wadah sampel dengan aquadest sebanyak 3 kali minimal 1 kali.

Keringkan dan kemudian wadah / botol sampel yang sudah kering dimasukan
dalam kotak sampel.

d. Waktu

Interval waktu pengambilan sampel diatur agar sampel diambil pada hari dan jam yang
berbeda sehingga dapat diketahui perbedaan kualitas air setiap hari maupun setiap jam.
Caranya dilakukan dengan menggeser jam dari hari pengambilan sampel.

Pengambilan sampel disesuaikan sebagai berikut :

a. Untuk keperluan survai pendahuluan dalam rangka pengenalan daerah, waktu


pengambilan sampel dapat dilaksanakan pada saat survai.
b. Untuk studi dan penelitian disesuaikan keperluan.
c. Untuk keperluan perencanaan dan pemanfaatan diperlukan data pemantauan
kualitas air, yang diambil pada waktu tertentu dan periode yang tetap,
tergantung pada jenis sumber air dan tingkat pencemarannya sebagai berikut :

Sungai/saluran yang tercemar berat, setiap dua minggu sekali selama


setahun
Sungai/saluran yang telah tercemar ringan sampai sedang sebulan sekali
selama setahun.

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


19
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

Sungai/saluran alami yang belum tercemar tiga bulan sekali selama


setahun
Danau/waduk setiap dua bulan sekali selama setahun.
Air tanah setiap tiga bulan sekali setahun

e. Volume Sampel

Volume sampel yang diambil untuk keperluan pemeriksaan di lapangan dan


laboratorium tergantung dari jenis pemeriksaan yang diperlukan sebagai berikut :

1. Untuk pemeriksaan sifat fisik dan kimia air diperlukan lebih kurang 2 liter
2. Untuk pemeriksaan bakteriologi diperlukan lebih kurang 500 ml
3. Untuk pemeriksaan biologi air (klorofil) diperlukan 0,5-2 liter (tergantung pada
kadar klorofil di dalam sampel)

Untuk penelitian ini pemeriksaan dilakukan pada sifat fisik dan kimia air saja. Sehingga
volume air yang diambil rata-rata 2 liter.

f. Parameter-parameter yang Harus Dipantau

Parameter-parameter yang harus dipantau tergantung pada tujuan dan program


pemantauan kualitas air dan kemampuan petugas serta fasilitas analitiknya. Pada
umumnya parameter-parameter pada kriteria kualitas air yang dijadikan standar dalam
hasil pemeriksaan air bersih oleh Unit Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi
Kalimantan Barat didasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2001.

Parameter-parameter yang perlu diperiksa di lapangan yaitu pH dan suhu. Pada


pekerjaan ini, sampel air yang diambil akan diuji parameter kimia berupa residu
tersuspensi (TSS), jumlah zat padat terlarut (TDS), suhu, turbidity dan warna, paramter
kimia anorganik berupa Hg, As, Fe, F, Cd, Cl, Cr, Mn, No3, No2, PH, Se, Zn, Sn, SO4, Pb,
Cu, NH4, Ba, Br, PO4, Cl2, H2S, Co, Ca, DO, BOD, COD, Kesadahan, Mg dan DHL serta
parameter kimia organik berupa minyak dan lemak, deterjen dan senyawa fenol.
Pemeriksaan air dilakukan di Unit Laboratorium Kesehatan, Dinas Kesehatan Kalimantan
Barat dengan kadar maksimum untuk setiap parameter yang diuji mengacu pada
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 dan dibandingkan
dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 serta tidak

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


20
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

mengacu lagi pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/Per/IX/1990, sesuai


dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Pasal 14 yang
berbunyi Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 416/MENKES/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air,
sepanjang menyangkut air minum dinyatakan tidak berlaku lagi.

1. Parameter Bau

Bau air apakah itu air bawah permukaan atau air permukan memberikan gambaran
yang sah mengenai keadaan. Bau dapat menunjukan apakah suatu sumber air telah
terjadi proses pembusukan zat organik. Karena kepekaan terhadap bau berbeda-beda
pada setiap pribadi orang dan bahkan pada orang yang sama, hal mana tergantung
pada keadan pikirannya sehingga ukuran bau sama sekali tidak dapat bersifat mutlak.
Banyak dari bau yang tidak sedap itu disebabkan karena adanya campuran dari
nitrogen, sulfur, dan fosfor dan juga berasal daripada pembusukan protein dan lain-lain
bahan organik yang terdapat dalam air, bau yang paling menyerang adalah bau yang
berasal dari hidrogen sulfida. Namun, dapat ditekankan bahwa bau-bauan yang
menyengat meskipun tidak menyenangkan tidak dengan sendirinya mengganggu
kesehatan masyarakat kecuali apabila mereka memancar keluar dari gas-gas dan uap
yang beracun.

Untuk menghilangkan bau pada air dapat dilakukan pengolahan dengan Absorbsi dan
proses desinfektan dengan menggunakan Gas Khlor atau Kaporit.

2. Parameter Zat Padat terlarut (TDS)

Dalam air alam ditemui dua kelompok zat, zat padat terlarut seperti garam dan molekul
organis, dan zat padat tersuspensi dan koloidal seperti tanah liat, kwarts. Perbedaan
pokok antara keduanya ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-partikel. Analisa
zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-komponen air secara
lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan proses-proses pengolahan dalam
bidang air minum. Dalam analisa air, zat padat terlarut adalah zat padat yang lolos
filter ( 10 m) pada analisa zat padat tesuspensi sehingga merupakan kelanjutan
analisa zat padat tersuspensi.

Sebagai upaya untuk menurunkan Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) dapat dilakukan
dengan proses absorbsi dengan karbon aktif atau arang aktif, sedangkan pada proses

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


21
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

koagulasi flokulasi besaran tertentu dari pada zat padat terlarut juga ikut mengendap
bersama flok flok dibak sedimentasi.

3. Parameter Kekeruhan

Kekeruhan terjadi disebabkan pada dasarnya oleh adanya zat-zat kolloid yaitu zat
terapung serta terurai secara halus sekali. Hal itu disebabkan pula oleh kehadiran zat
organik yang terurai secara halus, jasad-jasad renik, lumpur, tanah liat dan zat kolloid
yang serupa atau benda terapung yang tidak mengendap dengan segera. Untuk
menurunkan kadar kekeruhan dari air dapat dilakukan dengan proses pengolahan
Koagulasi-Flokulasi yang dilanjutkan dengan Sedimentasi dan Saringan Pasir
Lambat/Saringan Pasir Cepat.

4. Parameter Rasa

Air normal yang dapat digunakan untuk suatu kehidupan pada umumnya tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut)
maka hal itu berarti telah terjadi pelarutan sejenis garam-garaman. Air yang mempunyai
rasa biasanya berasal dari garam-garam yang terlarut. Bila hal ini terjadi maka berarti
juga telah ada pelarutan ion-ion logam yang dapat mengubah konsentrasi ion Hidrogen
dalam air. Adanya rasa pada air pada umumnya diikuti pula dengan perubahan pH air.

5. Parameter Suhu

Ukuran suhu adalah berguna dalam memperlihatkan kecenderungan aktivitas-aktivitas


kimiawi dan biologis, pengentalan, tekanan uap, ketegangan permukaan, dan nilai-nilai
penjenuhan dari benda-benda padat dan gas-gas. Suhu air berbeda-beda sesuai dengan
iklim dan musim, suhu normal agak sedikit lebih tinggi daripada suhu umum persediaan
air kota.

6. Parameter Warna

Warna pada sumber air mengindikasikan terjadinya kontaminasi atau pencemaran oleh
zat-zat tertentu. Semakin kuat warna pada air menunjukan kekuatan kontaminasi atau
pencemaran dari suatu zat pencemar. Bahan buangan domestik dan air limbah industri
yang berupa bahan anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut didalam air
sehingga menyebabkan perubahan warna air. Air dalam keadaan normal dan bersih

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


22
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

memiliki karakteristik tidak berwarna sehingga tampak bening dan jernih. Namun
tingkat pencemaran air tidak mutlak tergantung pada warna karena seringkali zat-zat
beracun justru terdapat dalam air limbah yang tidak mengakibatkan perubahan warna
pada air sehingga air tetap tampak jernih.

Untuk mengatasi warna pada air baku dapat dilakukan proses pengolahan Absorbsi
dengan menggunakan arang aktif atau karbon aktif dan pada proses koagulasi-flokulasi
sebagian kadar warna juga dapat diturunkan.

7. Parameter Daya Hantar Listrik (DHL)

Air yang mengandung zat-zat elektrolit mempunyai kemampuan untuk menghantarkan


aliran listrik. Semakin besar konsentrasi zat elektrolit semakin besar besar pula daya
hantar listriknya. Di dalam air, zat-zat elektrolit biasanya berupa senyawa garam
elektrolit. Jadi semakin besar daya hantar listrik semakin besar konsentrasi garam di
dalam air. Secara kualitatif nilai DHL menunjukkan adanya pencemar bahan-bahan
mineral di dalam air.

8. Parameter Air Raksa (Hg)

Raksa atau Mercury merupakan salah satu unsur kimia logam yang masuk dalam
kategori B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun ). Oleh karena itu kehadirannya dalam
sumber air baku perlu mendapatkan perhatian yang serius. Mercury adalah unsur logam
yang dalam proses alamiah di perairan alam dapat berubah menjadi senyawa Metil
Mercury dan Dimetil Mercury. Kedua senyawa ini sangat berbahaya bila dikonsumsi oleh
manusia, baik secara langsung maupun melalui rantai makanan karena sifatnya yang
bioakumulasi di dalam tubuh mahluk hidup. Mercury pada kadar tertentu didalam
tubuh dapat menyebabkan penyakit Minamata yang menyerang pusat syaraf manusia
sehingga menyebabkan kerusakan syaraf tak terbalikan.

Untuk menurunkan kadar Air Raksa dalam air maka pada instalasi pengolahan perlu
dilengkapi dengan proses absorbsi dengan arang aktif atau karbon aktif dan proses
dengan menggunakan Norit dan karena Hg ini adalah logam berat, maka untuk
mengurangi kadar Hg diperlukan bak pengendap supaya logam tersebut mengendap di
dasar bak pengendapan.

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


23
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

9. Parameter Besi (Fe)

Besi (Fe) adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap
tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya besi
yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut, tersuspensi, dan tergabung dengan zat
organis atau zat padat inorganis seperti tanah liat. Konsentrasi Besi yang tinggi dapat
menyebabkan air memiliki rasa tidak enak serta dapat menodai kain dan perkakas
dapur.

Untuk menghilangkan atau menuruntkan unsur Fe (Besi) di dalam air dapat dilakukan
dengan kombinasi proses Aerasi dan saringan pasir kering (dry filter) yang telah
diaktifkan dengan KMnO4.

10. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut merupakan parameter penting untuk mengukur pencemaran air.


Oksigen telarut dalam air berasal dari udara dan dari proses fotosintesa tumbuhan air.
Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada suhu. Pada suhu yang tinggi kelarutan
oksigen berkurang karena aktifitas bakteri meningkat.

Kandungan oksigen dalam air diperlukan bagi kelangsungan kehidupan aquatik, tetapi
ketersediannya akan terganggu oleh berlangsungnya penguraian bahan-bahan organik
yang berasal dari air buangan.

11. Biological Oxygen Demand (BOD)

Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air limbah
dan untuk merancang sistim pengolahan biologis bagi air yang tercemar. Angka BOD
menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikro organisme pada waktu
melakukan penguraian hampir semua bahan organik yang terlarut dan sebagian yang
tak terlarut.

Dalam penguraian bahan organik, apabila tersedia oksigen terlarut dalam jumlah yang
cukup, maka proses penguraian akan berlangsung dalam suasana aerobik sampai semua
bahan organik terkonsumsi. Sebaliknya apabila tidak tersedia oksigen terlarut dalam
jumlah yang cukup atau tingkat pencemaran relatif tinggi, maka proses penguraian

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


24
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

akan terjadi dalam suasana yang anaerobic yang menimbulkan bau busuk dan warna
abu-abu tua sampai hitam pada air.

12. Chemical Oxygen Demand (COD)

Angka COD dipergunakan untuk mengukur padanan oksigen dari bahan organik dalam
air yang dioksidasi secara kimiawi dengan penggunaan dichromat pada larutan asam.
Pemeriksaan COD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air limbah
terutama adanya bahan-bahan racun bagi organisme pengurai.

13. Nutrient

Air buangan yang mengandung nutrient dapat mempercepat laju etrofikasi pada badan
air penerima. Adanya nutrient akan merangsang pertumbuhan ganggang dan gulma air
lainnya. Senyawa penting yang biasa digunakan untuk mendeteksi kandungan nutrient
dalam air adalah nitrogen dan fosfor.

14. Logam Berat

Logam-logam berat seperti Pb, Cu, Cd, Zn, Ni, dan Hg dalam air umumnya berasal dari
air limbah industri. Pemeriksaan logam berat sangat penting mengingat bahwa unsur-
unsur tersebut bersifat racun.

15. Parameter Nitrat (NO3N)

Nitrat mewakili produk akhir dari pengoksidasian zat yang bersifat nitrogen. Jadi jumlah
nitrat itu menunjukan lajunya pembenahan menuju okdidasi lengkap dan kemantapan.
Penentuan-penentuan nitrat oleh karena itu adalah penting dalam kaitannya dengan
pembenahan pencemaran zat organik didalam air. Unsur pencemar zat organik yang
dibenahi secara efisien memperlihatkan kadar nitrat yang tinggi.

Untuk menurunkan kandungan NO3 didalam air dapat dilakukan dengan proses
Absorbsi dengan karbon aktif atau arang aktif yang dikombinasikan dengan Aerasi.

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


25
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

16. Parameter Nitrit (NO2N)

Penilaian terhadap nitrit menunjukkan jumlah zat nitrogen yang hanya sebagian saja
mengalami oksidasi. Dengan demikian nitrit merupakan suatu tingkat peralihan dalam
proses perubahan zat organik ke dalam bentuk yang tetap.

17. Parameter pH

pH menyatakan intensitas kemasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer termsuk
sumber air sungai, dan mewakili konsentrasi hidrogen ionnya. Pengukuran pH
adalahsesuatu yang penting dan praktis, karena banyak reaksi-reaksi kimia dan
biokimia yang penting terjadi pada tingkat pH yang khusus atau dalam lingkungan pH
yang sangat sempit. Suatu pengetahuan tentang pH adalah sangat berguna dalam
usaha pengendalian dan pengoperasian sarana instalasi air minum.

Untuk menaikkan pH yang rendah pada air dapat dilakukan pembubuhan dengan
Kapur Tohor yang sebelumnya sudah dilakukan percobaan penentuan kadar
pembubuhan yang tepat.

18. Parameter Flourida (F)

Hasil analisis laboratorium mengenai unsur Flourida (F) dari beberapa sumber air baku di
Kabupaten Sintang menunjukan bahwa masih berada dibawah ambang batas
maksimum yang diperbolehkan yaitu semuanya berada pada kadar 0 mg/l. Namun air
yang sama sekali tidak mengandung unsur F adalah kurang baik bagi kesehatan gigi
dan tulang sehingga perlu ditambahkan unsur F sesuai kadar maksimum yang
diperbolehkan.

19. Parameter Kesadahan (CaCO3)

Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+ juga oleh Mn2+ dan
Fe2+ dan semua kation yang bermuatan dua. Air yang kesadahannya tinggi biasanya
terdapat pada air tanah di daerah yang berkapur dimana Ca2+ dan Mg2+ berasal. Air
sadah mengakibatkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya hubungan kimiawi
antara ion kesadahan dengan molekul sabun menyebabkan sifat deterjen sabun hilang.
Kelebihan Ca2+ serta CO32- mengakibatkan terbentuknya kerak pada dinsing pipa yang

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


26
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

disebabkan oleh endapan kalsium karbont yang akan mengurangi penampang basah
pipa.

Hasil analisis laboratorium mengenai sifat sadah dari beberapa sumber air baku baik di
Kabupaten Sintang menunjukan bahwa masih berada dibawah ambang batas
maksimum yang diperbolehkan yaitu sebesar 500 mg/l sehingga air dari semua sumber
air bebas dari sifat kesadahan.

20. Parameter Klorida (Cl)

Pemeriksaan Klorida mempunyai kegunaan yang terbatas sebagi petunjuk adanya


pencemaran organik di dalam air oleh karena kotoran manusia khusunya urine yang
mengandung sejumlah Klorida yang berasal sebagian garam yang terdapat didalam
makanan dan minuman yang turut dibuang dalam kotoran tersebut.

21. Parameter Mangan (Mn)

Mangan (Mn) adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap
tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya Mn
yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut, tersuspensi, dan tergabung dengan zat
organis atau zat padat inorganis seperti tanah liat. Konsentrasi Mn yang tinggi dapat
menyebabkan air memiliki rasa tidak enak, menodai kain, menyebabkan gangguan
pada ginjal dan menghasilkan kerak pada perkakas dapur.

Untuk menghilangkan atau menurunkan unsur Besi di dalam air dapat dilakukan
dengan kombinasi proses Aerasi dan saringan pasir kering (dry filter) yang telah
diaktifkan dengan KMnO4 kemudian pada proses desinfektan dengan menggunakan gas
Chlor atau Kaporit unsur Mn dapat diturunkan atau dihilangkan.

22. Parameter Sulfat (SO4)

Pengetahuan mengenai Sulfat adalah cukup penting karena secara tidak langsung
bertangungjawab terhadap masalah-masalah bau-bauan yang gawat dan masalah-
masalah kerapuhan pipa-pipa transmisi air baku dan distribusi air minum.

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


27
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

23. Faecal Coliform

Organisme patogen termasuk bakteri, protozoa, virus, cacing dapat menyebabkan


timbulnya berbagai penyakit. Sumber utama organisme patogen berasal dari kotoran
penderita dan kotoran hewan. Organisme patogen merupakan indikator pencemaran air.
Mengingat tidak mungkin mengidentifikasi berbagai macam organisme patogen, maka
pengukurannya menggunakan bakteri sebagai indicator organisme.

g. Alat-alat dan Bahan yang Diperlukan

Wadah / botol sampel (600 ml).


Bahan pengawet.
Kotak sampel.
Termometer.
Tes pH .
Meteran atau tali pengukur.
Kertas Label.
Kuesioner / daftar isian kegiatan
Dan lain-lain.
Alat-alat pengambilan sampel harus terbuat dari bahan yang tidak dapat
mempengaruhi komposisi sampel-sampel air. Alat-alat tersebut harus mudah dibersihkan
dan harus tidak ada residu yang tertinggal dari pengambilan sebelumnya. Seluruh alat-
alat lapangan seperti pengambilan sampel air, pengukur arus, DO meter, pH meter,
turbidity meter dan lain-lain harus dicek dan dikalibrasi di laboratorium dengan teratur,
khususnya sebelum digunakan pada pengambilan sampel.

Dalam pengambilan sampel-sampel, direkomendasikan prosedur dan tindakan sebagai


berikut :

Wadah sampel harus tetap dalam keadaan tertutup sampai tiba waktunya untuk
pengambilan sampel.
Pegang botol / wadah sampel dekat dasar wadah dengan satu tangan dan
tangan yang satu membuka tutupnya dengan hati-hati untuk mencegah
kemasukan kotoran.
Bilas botol/wadah sampel sebanyak 2 atau 3 kali dengan air yang akan diambil.

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


28
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

Botol-botol untuk minyak/lemak dan untuk analisis mikrobiologi tidak boleh dibilas.

h. Teknik Pengambilan Sampel untuk Air Bahan Air (sungai) Untuk


Pemeriksaan Zat Organik

1. Tentukan titik pengambilan sesuai debit dan kedalam sungai.


2. Turunkan botol timbel pada kedalaman yang ditentukan (lihat petunjuk di
bawah). Tentukan kedalaman untuk titik-titik sampel lainnya.
3. telah dirasa botol timbel penuh, angkatlah secara perlahan-lahan ke permukaan
sungai dan untuk penimbaan pertama air dibuang untuk membilas botol timbel.
4. Turunkan lagi botol timbel ke dalam sungai sesuai kedalaman (point 4) dan jika
sudah terasa penuh diangkat secara perlahan-lahan ke permukaan sungai,
kemudian air dari botol timbel dipergunakan untuk membilas wadah sampel
hingga merata dan jika ada sisa botol timbel harus dibuang.
5. Turunkan lagi botol timbel kedalam sungai sesuai kedalaman (point 4) dan jika
sudah terasa penuh diangkat secara perlahan-lahan ke permukaan sungai,
kemudian air dari botol timbel dituang ke wadah sampel secara perlahan-lahan
sampai penuh.
6. Bila diperlukan bahan pengawet, masukkan bahan pengawet ke dalam wadah
sampel.
7. Pasang tutup wadah sampel dengan rapat
8. Tempelkan label (kode dan data lainnya) pada wadah sampel
9. Wadah sampel yang sudah terisi sampel air sungai masukkan dalam kotak
sampel.
10. Pada saat yang bersamaan lakukan pengukuran untuk parameter di lapangan
(kekeruhan, temperatur, pH, DO dan sisa Chlor)
11. Bila pengambilan sampel dilakukan dari jembatan, atur wadah sampel dari
sebelah hulu untuk memudahkan pengambilan sampel apakah ada barang
mengapung yang datang dan membantu mencegah kontaminasi sampel dari
kotoran (lihat gambar).

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


29
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

GAMBAR 2.11.
PENGAMBILAN SAMPEL AIR SUNGAI UNTUK PEMERIKSAAN KIMIA YANG DIAMBIL DARI
JEMBATAN.

Titik pengambilan sampel air sungai dilakukan sebagai berikut :

a. Sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik sampel diambil pada satu titik di
tengah sungai pada 0,3 x kedalaman sungai.
b. Sungai dengan debit antara 5150 m3/detik, sampel diambil pada dua titik
masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada 0,5 x kedalaman
sungai.
c. Sungai dengan debit lebih dari 150 m3/detik, sampel diambil minimum pada
enam titik masing-masing pada jarak , dan lebar sungai dan pada 0,2
dan 0,8 x kedalaman (lihat gambar )
L L L L
L L
0,2 d

0,8 d
0,6 d

A. DEBIT 5 - 150 m3 / det B. DEBIT > 150 m3 / det

GAMBAR 2.12.
TITIK PENGAMBILAN CONTOH AIR SUNGAI

Keterangan :
D = kedalaman air
L = lebar sungai

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


30
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

i. Teknik Pengambilan sampel air untuk Pemeriksaan Kimia dari Air


Permukaan

Botol / wadah sampel harus tetap dalam keadaan tertutup sampai tiba waktunya untuk
pengisian.

a. Pegang botol/wadah sampel dekat dasar wadah dengan satu tangan dan tangan
yang satu membuka tutup dengan hati-hati untuk mencegah kemasukan kotoran.
b. Bilas botol /wadah sampel sebanyak 2 atau 3 kali dengan air yang akan diambil.
c. Mengisi botol. Pegang botol pada bagian bawah, celupkan kedalam air sampai
sedalam kira-kira 20 cm dengan bibir sedikit menghadap ke atas. Bilamana ada
aliran dalam air, mulut botol harus menghadap arah datangnya aliran air.

Lihat gambar di bawah ini :

GAMBAR 2.13.
CONTOH PENGAMBILAN AIR PERMUKAAN

d. Angkat botol / wadah sampel dari air setelah terisi dengan sampel dan sumbat atau
tutup kembali dengan segera, sisakan ruang kosong 3-4 cm antara sumbat dan garis
air.
e. Jika sampel tidak bisa diambil dengan cara-cara yang disebutkan di atas, bisa
digunakan pengambil sampel jenis ember atau gayung/jerigen.
f. Untuk mengambil sampel dari sumber yang agak dalam, turunkan ember atau
gayung ke dalam badan air dengan menggunakan tali.
g. Tuangkan sampel yang telah diambil ke dalam wadah sampel. Isi wadah sampel
sampai penuh.

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


31
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

j. Pemberian Label

Setiap sampel yang diambil harus diberi label dengan kartu identifikasi dan harus ditulis
data-data sebagai berikut :

Nama pengambil sampel.


Tanggal dan waktu pengambilan sampel.
Lokasi dan titik pengambilan sampel.
Situasi dan kondisi lapangan (air pasang/surut atau setelah hujan deras dan
merata).
Kode sampel.
Pengawetan sampel.
Jenis / metode pengambilan.

k. Pengawetan Sampel

Sekali sampel diambil, sampel-sampel tersebut harus segera dibawa ke laboratorium


untuk dianalisis. Kelambatan dalam membawa sampel ke laboratorium dapat
menyebabkan kesalahan yang besar pada hasil-hasil pemantauan. Jadi, route dari tiap-
tiap lokasi dan titik pengambilan sampel harus dipelajari sebelum pengambilan sampel
dilakukan untuk menjamin bahwa waktu yang diperlukan untuk membawa sampel ke
laboratorium secepat mungkin. Waktu 24 jam adalah waktu maksimal yang bisa
diterima.

Apabila sampel tidak bisa dibawa dan dianalisis segera setelah pengambilan, sampel-
sampel tersebut harus diberi pengawet/dikirim dengan pendingin.

Penyimpanan sampel-sampel pada suhu 4oC, pada tempat yang gelap akan
memeperlambat aktivitas biologi secara nyata dan mengurangi perubahan fisik dan
kimia sampel air.

Jika lemari es/kotak pendingin tidak ada, sampel-sampel tersebut dapat diberi es dalam
suatu wadah yang tertutup rapat.

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


32
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

l. Pengepakan Sampel guna Pengangkutan

Botol-botol harus diangkut atau dikirim di dalam suatu kotak yang kuat, untuk
mencegah pecah. Harus ada ruang yang cukup di dalam kotak untuk menempatkan
kantong-kantong berisi campuran pendingin untuk mempertahankan sampel tetap
sejuk. Kotak yang ideal dapat menampung enam atau duabelas botol sampel. Bagian
luar kotak dapat terbuat dari kayu atau logam dan harus dapat diberi tulisan-tulisan
yang jelas yaitu awas barang pecah, sampel air penting, ini bagian atas demikian
juga alamat laboratorium kemana sampel akan dikirim.

Akan lebih baik bilamana ada plat yang bisa dilepas pasang pada tutup kotak, untuk
ditulis nama dan alamat penambil sampel dan laboratorium penganalisa air disisi lain.
Penutup harus dilengkapi dengan pegangan agar terjamin kotak dibawa dengan bagian
atas tetap di atas dan tidak terbalik.

GAMBAR 2.14.
KOTAK PELINDUNG UNTUK MENGIRIM SAMPEL

m. Pengiriman Sampel

Banyak parameter kualitas air berubah dengan cepat pada waktu pengiriman sampel
ke laboratorium; pengetesan lapangan dapat membantu mengatasi keadaan sampel.
Bilamana sampel tidak dapat diperiksa di tempat, maka harus ditempatkan di dalam
kotak yang kuat dan dikirim ke laboratorium secepat mungkin. Jika waktu pengiriman
lebih dari 24 jam, maka media khusus holding media harus dipergunakan. Temperatur
ideal untuk penyimpanan sampel adalah 4o 10o C; di daerah beriklim panas, pada

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU


33
CV. DAVINA ENGINEERING CONSULTANT

waktu kotak dikirim kantong-kantong berisi campuran pendingin harus diletakkan di


sekitar sampel. Banyak daerah di mana unit yang bertanggung jawab pengambilan
sampel tidak mempunyai kendaraan untuk mengirim botol sampel, akibatnya harus
mempergunakan kendaraan umum. Ini berarti prasarana angkutan dan waktu harus
diperhitungkan. Untuk menjamin bahwa setiap sampel mempunyai keterangan yang
memadai dan jelas, maka harus dilengkapi dengan suatu formulir detail. Formulir ini
harus berisi semua informasi tentang dimana dan bilamana sampel diambil, termasuk
keterangan tentang sampel dan nama orang yang mengirim.

PERENCANAAN REVIEW DESAIN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU

Anda mungkin juga menyukai