Pelaksanaan kegiatan penyediaan air baku harus mengacu kepada dasar hukum yang
berlaku. Undang-undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air, didalamnya
juga mengatur beberapa hal mengenai penyediaan air baku. Dalam Pasal 34 UU
No. 7 Tahun 2004, dinyatakan bahwa pengembangan sumber daya air pada
wilayah sungai ditujukan untuk peningkatan kemanfaatan fungsi sumber daya air
guna memenuhi kebutuhan air baku untuk rumah tangga, pertanian, industri,
pariwisata, pertahanan, pertambangan, ketenagaan, perhubungan, dan untuk
berbagai keperluan lainnya. Mengenai pemenuhan kebutuhan air baku, lebih lanjut
dijelaskan dalam pasal 40 UU No. 7 Tahun 2004, bahwa pemenuhan kebutuhan air
baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem
penyediaan air minum.
Sebagai tindak lanjut pasal 40 UU No. 7 Tahun 2004, telah berlaku Peraturan
Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut, yang dimaksud dengan air baku untuk air
minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat
berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang
memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.
tangki air instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air.
Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 Tentang Sistem
Pengembangan Air Minum menyebutkan bahwa sistem penyediaan air minum terdiri
dari unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan.
Gambar 2.1 memperlihatkan Sistem Penyediaan Air Minum.
Jaringan
Transmisi
S T
Sumber
Air Baku
Unit Pengelolaan
Ket :
S = Tampungan (Storage)
T = Instalasi Pengolah Air (Water Treatment Plant)
GAMBAR 2.1.
SKEMATIK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
1. Unit Air Baku, dapat terdiri dari bangunan penampungan air, bangunan
pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem
pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya. Unit
air baku, merupakan sarana pengambilan dan/atau penyediaan air baku. Air baku
wajib memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Unit Produksi, merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk
mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/atau biologi.
Unit produksi, dapat terdiri dari bangunan pengolahan dan perlengkapannya,
perangkat operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan
penampungan air minum.
4. Unit Pelayanan, terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran
kebakaran. Untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan
hidran umum harus dipasang alat ukur berupa meter air. Untuk menjamin
keakurasiannya, meter air wajib ditera secara berkala oleh instansi yang berwenang.
Inventarisasi sumber air baku dimaksudkan untuk mendeskripsikan sumber air yang
memungkinkan dikembangkan untuk keperluan penyediaan air baku. Inventarisasi
sumber air baku meliputi air permukaan, air bawah permukaan, dan mata air.
1. Air Permukaan.
Air permukaan yang memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai sumber air baku
adalah air sungai, waduk, telaga, rawa, dan sumber air permukaan lainnya.
Air bawah permukaan adalah air yang bisa dimanfaatkan untuk sumber air baku yang
berasal dari air tanah dalam (artesis) dan air tanah dangkal. Air tanah dangkal ini
memiliki kedalaman 4 10 meter di bawah permukaan tanah.
3. Mata Air
Mata air adalah sumber air baku yang keluar dari permukaan tanah
tanpa menggunakan mesin, tetapi mata air ini biasanya terdapat di tepi tepi bukit.
Debit yang dikeluarkan oleh mata air relatif sama tiap waktunya karena debit
mata air tidak terpengaruh langsung oleh air hujan yang turun di permukaan tanah.
Dalam pengkajian sumber daya air khususnya untuk air baku di terapkan 3 (tiga) prinsip
dasar yakni :
2.3.1. Kontinuitas
Untuk mengetahui ke kontinuitas suatu aliran sungai dapat diketahui dengan aliran
yang ada pada sungai tersebut. Aliran sungai tersebut biasa dikenal dengan istilah debit
aliran.
Dalam menghitung debit aliran ini ada beberapa kajian yang dilakukan, diantaranya
yakni pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan alat current meter atau
pelampung. Atau dapat juga di lakukan dengan menggunkan rumusan empiris.
Perhitungan debit dengan rumus empiris dapat digunakan dengan menggunakan rumus
rasional. Metode ini digunakan kalau data debit banjir yang ada tidak memadai. Metode
ini meggunakan hubungan antara besarnya curah hujan dengan limpasan permukaan.
Hubungan ini ditunjukkan menurut rumus sebagai berikut :
Qp 0,278 xCIA
dimana :
C = koeffisien limpasan
Besarnya koefisien limpasan (C), diperkiraka berdasar kondisi karakteristik tanah dan
tata guna lahan, sebagai berikut ini.
Daftar besarnya koefisien limpasan pada berbagai karakteristik tanah dan tata guna
lahan.
TABEL 2.1.
KOEFISIEN LIMPASAN ( C )
Koefisien
Karakteristik tanah Tata guna lahan
limpasan
Pertanian 0,20
Campuran pasir dan atau
Padang rumput 0,15
campuran kerikil
Hutan 0,10
Pertanian 0,40
Hutan 0,30
Pertanian 0,50
Hutan 0,40
Intensitas curah hujan yang digunakan, dihitung berdasarkan data curah hujan perjam
atau permenit yang didapat dari pengukur hujan otomatis atau diperkirakan dari data
curah harian maksimum. Waktu untuk menghitung intensitas, disesuaikan dengan waktu
konsentrasi yaitu waktu yang diperlukan oleh air hujan dari pinggir daerah pengaliran
untuk sampai ke sungai.
dimana :
2.3.2. Kuantitas
Kuantitas menyatakan jumlah air yang tersedia pada suatu sungai. Untuk mengetahui
kuantitas air yang tersedia pada suatu sungai dapat digunakan rumus van.j mock.
GAMBAR 2.2.
SIKLUS HIDROLOGI
Metoda Mock dikembangkan oleh Dr. F. J. Mock (Mock 1973) berdasarkan daur hidrologi.
Metoda Mock merupakan salah satu dari sekian banyak metoda yang menjelaskan
hubungan raintall-runoff . Secara garis besar raintall-runoff bisa dilihat pada gambar
berikut ini:
Evapotranspirasi Rainfall
Surface
Storage
Groundwater
GAMBAR 2.3.
BAGAN ALIR MODEL RAINFALL-RUNOFF
Metoda Mock dikembangkan untuk menghitung debit bulanan rata-rata. Metoda Mock
ini lebih jauh lagi bisa memprediksi besarnya debit. Data-data yang dibutuhkan dalam
perhitungan debit dengan metoda Mock ini adalah:
Secara garis besar perhitungan debit dengan metoda Mock dijelaskan dengan bagian alir
sebagai berikut:
Data Presipitasi,
klimatologi dan
catchment area
Metoda
Mock
Debit
GAMBAR 2.4.
BAGAN ALIR PREDIKSI DEBIT DENGAN METODA MOCK
Sedangkan proses perhitungan yang dilakukan dalam metoda Mock itu sendiri adalah sebagai
berikut:
Perhitungan
Evapotranspirasi Potensial
(Metoda Penman)
Perhitungan
Evapotranspirasi Aktual
Perhitungan
Water Surplus
Perhitungan
Base Flow, Direct Run Off Dan Storm Run Off
GAMBAR 2.5.
BAGAN ALIR PERHITUNGAN DEBIT DALAM METODA MOCK
Data kualitas air yang didapat baik hasil pengukuran langsung maupun hasil uji
laboratorium kemudian dibandingkan dengan standar kualitas air yang telah
ditentukan.
Yang dimaksudkan dengan Standar Kualitas Air adalah persyaratan kualitas air yang
ditetapkan oleh suatu negara atau daerah untuk keperluan perlindungan badan air
sesuai pemanfaatannya. Persyarataan kualitaas air biasanya ditentukan berdasarkan
pendekatan yang berkaitan dengan perlindungan terhadap kesehatan manusia maupun
yang berkaitan dengan konservasi lingkungan hidup.
Kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologis,
fisika, kimia, dan radio aktif. Persyaratan-persyaratan tersebut sebagai berikut:
1. Persyaratan fisik
Air tersebut tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, air tersebut harus jernih.
2. Persyaratan kimia
Air tersebut tidak boleh mengandung racun, zat kimia tertentu yang melampaui
batas yang ditentukan.
3. Persyaratan bakteriologi
Air tersebut tidak boleh mengandung bakteri yang menyebabkan bibit penyakit.
Standar kualitas air adalah persyaratan kualitas air yang ditetapkan oleh Negara atau
daerah untuk keperluan perlindungan badan air sesuai pemanfaatannya. Persyaratan
kualitas air berdasarkan pendekatan yang berkaitan dengan perlindungan terhadap
kesehatan manusia maupun yang berkaitan dengan konservasi lingkungan hidup.
1. Kelas Satu, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum
dan peruntukkan yang lain mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
2. Kelas Dua, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama untuk kegunaan tersebut.
3. Kelas Tiga, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas Empat, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
Persyaratan kadar maksimum zat yang diizinkan berada di dalam air menurut Klasifikasi
Mutu Air berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001
adalah sebagai berikut:
TABEL 2.2.
KRITERIA MUTU AIR BERDASARKAN KELAS
Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
FISIKA
Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi temperature dari
Temperatur 0C Deviasi 3
3 3 3 keadaan alamiahnya
Residu Terlarut Mg/ L 1000 1000 1000 1000
Bagi pengolahan air minum
Residu Tersuspensi Mg/ L 50 50 400 400 secara konvensional, residu
tersuspensi <5000 mg/ l
KIMIA ORGANIK Mg/ L
Apabila secara alamiah
diluar rentang tersebut,
PH Mg/ L 6-9 6-9 6-9 6-9
maka ditentukan
berdasarkan kondisi alamiah
BOD Mg/ L 2 3 6 12
COD Mg/ L 10 25 50 100
DO Mg/ L 6 4 3 0 Angka batas minimum
Total fosfat sebagai P Mg/ L 0,2 0,2 1 5
NO3 sebagai N Mg/ L 10 10 20 20
Bagi perikanan, kandungan
NH3 - N Mg/ L 0.5 - - - amonia bebas untuk ikan
yang peka 0,02 mg/ l
Arsen Mg/ L 0.05 1 1 1
Kobalt Mg/ L 0.2 0.2 0.2 0.2
Barium Mg/ L 1 - - -
Boron Mg/ L 1 1 1 1
Selenium Mg/ L 0.01 0.05 0.05 0.05
Kadmium Mg/ L 0.01 0.01 0.01 0.01
Khrom Mg/ L 0.05 0.05 0.05 1
Bagi pengolahan air minum
Tembaga Mg/ L 0.02 0.02 0.02 0.02 secara konvensional, Cu 1
mg/ l
Bagi pengolahan air minum
Besi Mg/ L 0.3 - - - secara konvensional, Fe 5
mg/ l
Bagi pengolahan air minum
Timbal Mg/ L 0.03 0.03 0.03 1 secara konvensional, Ph 0,1
mg/ l
Mangan Mg/ L 0.1 - - -
Air Raksa Mg/ L 0.001 0.002 0.02 0.02
Bagi pengolahan air minum
Seng Mg/ L 0.05 0.05 0.05 0.05 secara konvensional, Zn 0,1
mg/ l
Florida Mg/ L 600 - - -
Sianida Mg/ L 0.02 0.02 0.02 -
Florida Mg/ L 0.5 1.5 1.5 -
Bagi pengolahan air minum
Nitrit sebagai N Mg/ L 0.06 0.06 0.06 - secara konvensional, NO2-N
0,1 mg/ l
Sulfat Mg/ L 400 - - -
Bagi ABAM tidak
Klorin Bebas Mg/ L 0.03 0.03 0.03 -
dipersyaratkan
ml = mililiter Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih
Sedangkan persyaratan kadar maksimum zat yang diizinkan sesuai dengan standar yang
telah dikeluarkan oleh Depatemen Kesehatan sesuai dengan SK Menkes RI No.
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawas Kualitas Air Minum
adalah sebagai berikut :
TABEL 2.3.
DATA KUALITAS AIR MENURUT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI
NO. 907/MENKES/SK/VII/2002
No. Parameter Satuan Kadar Keterangan
Maksimum
yang
Diperbolehkan
A. FISIKA
1 Bau - - Tidak berbau
2 Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) mg/ L 1000 -
3 Kekeruhan NTU 5 -
4 Rasa - - Tidak berasa
5 Suhu C Suhu Udara 3C -
6 Warna TCU 15 -
B. KIMIA
a. Kimia Anorganik
1 Air Raksa mg/ L 0.001
2 Alumunium mg/ L 0.2
3 Arsen mg/ L 0.01
4 Barium mg/ L 0.7
5 Besi mg/ L 0.3
6 Fluorida mg/ L 1.5
7 Kadmium mg/ L 0.003
8 Kesadahan ( CaCO3 ) mg/ L 500
9 Khlorida mg/ L 250
10 Kromium, val 6 mg/ L 0.05
11 Mangan mg/ L 0.1
12 Natrium mg/ L 200
13 Nitrat, sebagai N mg/ L 50
14 Nitrit, sebagai N mg/ L 3
15 Perak mg/ L 0.05 Batas Min & Max
16 pH mg/ L 6.5 8.5
17 Selenium mg/ L 0.01
18 Seng mg/ L 3
19 Sianida mg/ L 0.07
20 Sulfat mg/ L 250
21 Sulfida ( H2S ) mg/ L 0.05
22 Tembaga mg/ L 1
23 Timbal mg/ L 0.01
b. Kimia Organik
1 Aldrin dan dieldrin m/L 0.03
2 Benzene m/L 10
3 Benzo(a)pyrene m/L 0.7
4 Chlordane (total isomer) m/L 0.2
5 Chloroform m/L 200
6 2,4 D m/L 30
7 DDT m/L 2
Pengukuran kecepatan air ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar debit sungai
tersebut, didalam pengukuran kecepatan air ini digunakan alat current meter. Dalam
pengukuran kecepatan aliran air dilakukan pada tiap pias dan kedalaman yang telah
ditentukan.
1. Alat tulis.
2. Stop watch.
3. Current meter.
4. Stik untuk mengetahui kedalaman sungai.
GAMBAR 2.6.
ALAT PENGUKUR KECEPATAN AIR ( CURRENTMETER)
Dalam kegiatan ini pengambilan sampel dilakukan di air sungai. Sehingga untuk
menentukan titik pengambilan contoh sampel menurut SNI 06-2421-1991, adalah sebagai
berikut:
sungai dengan debit 5 m3/detik, contoh sampel diambil pada satu titik ditengah
sungai pada kedalaman 0,5 atau 0,6 h,
GAMBAR 2.7
TITIK PENGAMBILAN SAMPEL PADA DEBIT 5 M3/DETIK
sungai dengan debit 5 m3/detik sampai dengan 150 m3/detik, sampel diambil pada
dua titik pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada kedalaman 0,5 atau 0,6 h, atau
pada jarak dan lebar sungai pada kedalaman 0,5 atau 0,6 h,
GAMBAR 2.8
TITIK PENGAMBILAN SAMPEL PADA DEBIT 150 M3/DTK
sungai dengan debit > 150 m3/detik, sampel diambil pada enam titik pada jarak ,
, lebar sungai pada kedalaman 0,2 dan 0,6 h.
GAMBAR 2. 9.
TITIK PENGAMBILAN SAMPEL PADA DEBIT > 150 M3/DETIK
dalam penelitian ini pengambilan contoh air dilakukan pada tiga titik yaitu pada jarak
dan lebar sungai ( L dianggap sama pada L) dengan kedalaman 0,6 h.
Yang dimaksud Air Bersih yaitu air yang harus diolah dulu untuk menjadi Air Minum
Pengambilan sampel air dilakukan pada semua sumber air yang telah survey dan yang
dianggap berpotensi. Pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan botol
plastik dengan kapasitas 600 ml. Pada saat pengambilan sampel air, diukur suhu dan pH
airnya.
1. Sampel Sesaat (Grab Sample), yaitu sampel yang diambil pada suatu waktu dan
tempat tertentu.
2. Composite sample yaitu sampel yang dikumpulkan pada tiap interval waktu tertentu
(misalnya tiap 1 jam) pada titik pengambilan yang sama selama jangka waktu
tertentu.
Untuk pengambilan sampel air pada pekerjaan ini dilakukan dengan cara grab sample
(sampel sesaat).
a. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat sampel (misalnya untuk
keperluan pemeriksaan logam, alat pengambilan sampel tidak boleh terbuat
dari logam).
b. Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya.
c. Sampel mudah dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada sisa bahan
tersuspensi di dalamnya.
d. Kapasitas alat 1-5 liter tergantung dari tujuan pemeriksaan.
e. Mudah dan aman dibawa.
Botol biasa atau ember plastik/jerigen yang digunakan untuk mengambil sampel
air di permukaan air secara langsung.
Botol timbel yaitu botol yang digunakan untuk mengambil contoh air pada
kedalaman tertentu misalnya dari : sungai, sumur dan lain-lain.
Contoh Timbel :
K T = Tali
S S = Sumbat
B = Botol
P = Pemberat
K = Kawat
B
GAMBAR 2.10.
ALAT PENGAMBIL CONTOH AIR SEDERHANA DENGAN PEMBERAT
Alat ini dapat dibuat dari botol gelas putih dengan isi 1 liter yang pada bagian bawah
diberi pemberat dari timah putih (P) seberat 1,25 kg. Jika sukar pemberat ini dapat diikat
dengan kawat kuningan atau tembaga.
Kotak ini dapat menyimpan sampel pada 4 o C, dapat membekukan sampel bila
diperlukan dan mudah diangkut ke lapangan.
Adapun alat lain yang digunakan dalam pengambilan sampel air ini adalah :
Cuci wadah sampel dengan deterjen yang dilarutkan dalam air panas untuk
membersihkan kotoran-kotoran dan polutan yang menempel pada wadah,
Terutama untuk wadah bekas pakai, pencucian harus lebih bersih.
Cuci wadah sampel dengan air bersih yang mengalir (kran) sampai bersih.
Cuci wadah sampel dengan K2Cr2O 75 % sebanyak 3 kali , minimal 1 kali.
Cuci wadah sampel dengan HNO3 10 % sebanyak 3 kali , minimal 1 kali.
Bilas wadah sampel dengan aquadest sebanyak 3 kali minimal 1 kali.
Keringkan dan kemudian wadah / botol sampel yang sudah kering dimasukan
dalam kotak sampel.
d. Waktu
Interval waktu pengambilan sampel diatur agar sampel diambil pada hari dan jam yang
berbeda sehingga dapat diketahui perbedaan kualitas air setiap hari maupun setiap jam.
Caranya dilakukan dengan menggeser jam dari hari pengambilan sampel.
e. Volume Sampel
1. Untuk pemeriksaan sifat fisik dan kimia air diperlukan lebih kurang 2 liter
2. Untuk pemeriksaan bakteriologi diperlukan lebih kurang 500 ml
3. Untuk pemeriksaan biologi air (klorofil) diperlukan 0,5-2 liter (tergantung pada
kadar klorofil di dalam sampel)
Untuk penelitian ini pemeriksaan dilakukan pada sifat fisik dan kimia air saja. Sehingga
volume air yang diambil rata-rata 2 liter.
1. Parameter Bau
Bau air apakah itu air bawah permukaan atau air permukan memberikan gambaran
yang sah mengenai keadaan. Bau dapat menunjukan apakah suatu sumber air telah
terjadi proses pembusukan zat organik. Karena kepekaan terhadap bau berbeda-beda
pada setiap pribadi orang dan bahkan pada orang yang sama, hal mana tergantung
pada keadan pikirannya sehingga ukuran bau sama sekali tidak dapat bersifat mutlak.
Banyak dari bau yang tidak sedap itu disebabkan karena adanya campuran dari
nitrogen, sulfur, dan fosfor dan juga berasal daripada pembusukan protein dan lain-lain
bahan organik yang terdapat dalam air, bau yang paling menyerang adalah bau yang
berasal dari hidrogen sulfida. Namun, dapat ditekankan bahwa bau-bauan yang
menyengat meskipun tidak menyenangkan tidak dengan sendirinya mengganggu
kesehatan masyarakat kecuali apabila mereka memancar keluar dari gas-gas dan uap
yang beracun.
Untuk menghilangkan bau pada air dapat dilakukan pengolahan dengan Absorbsi dan
proses desinfektan dengan menggunakan Gas Khlor atau Kaporit.
Dalam air alam ditemui dua kelompok zat, zat padat terlarut seperti garam dan molekul
organis, dan zat padat tersuspensi dan koloidal seperti tanah liat, kwarts. Perbedaan
pokok antara keduanya ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-partikel. Analisa
zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-komponen air secara
lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan proses-proses pengolahan dalam
bidang air minum. Dalam analisa air, zat padat terlarut adalah zat padat yang lolos
filter ( 10 m) pada analisa zat padat tesuspensi sehingga merupakan kelanjutan
analisa zat padat tersuspensi.
Sebagai upaya untuk menurunkan Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) dapat dilakukan
dengan proses absorbsi dengan karbon aktif atau arang aktif, sedangkan pada proses
koagulasi flokulasi besaran tertentu dari pada zat padat terlarut juga ikut mengendap
bersama flok flok dibak sedimentasi.
3. Parameter Kekeruhan
Kekeruhan terjadi disebabkan pada dasarnya oleh adanya zat-zat kolloid yaitu zat
terapung serta terurai secara halus sekali. Hal itu disebabkan pula oleh kehadiran zat
organik yang terurai secara halus, jasad-jasad renik, lumpur, tanah liat dan zat kolloid
yang serupa atau benda terapung yang tidak mengendap dengan segera. Untuk
menurunkan kadar kekeruhan dari air dapat dilakukan dengan proses pengolahan
Koagulasi-Flokulasi yang dilanjutkan dengan Sedimentasi dan Saringan Pasir
Lambat/Saringan Pasir Cepat.
4. Parameter Rasa
Air normal yang dapat digunakan untuk suatu kehidupan pada umumnya tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut)
maka hal itu berarti telah terjadi pelarutan sejenis garam-garaman. Air yang mempunyai
rasa biasanya berasal dari garam-garam yang terlarut. Bila hal ini terjadi maka berarti
juga telah ada pelarutan ion-ion logam yang dapat mengubah konsentrasi ion Hidrogen
dalam air. Adanya rasa pada air pada umumnya diikuti pula dengan perubahan pH air.
5. Parameter Suhu
6. Parameter Warna
Warna pada sumber air mengindikasikan terjadinya kontaminasi atau pencemaran oleh
zat-zat tertentu. Semakin kuat warna pada air menunjukan kekuatan kontaminasi atau
pencemaran dari suatu zat pencemar. Bahan buangan domestik dan air limbah industri
yang berupa bahan anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut didalam air
sehingga menyebabkan perubahan warna air. Air dalam keadaan normal dan bersih
memiliki karakteristik tidak berwarna sehingga tampak bening dan jernih. Namun
tingkat pencemaran air tidak mutlak tergantung pada warna karena seringkali zat-zat
beracun justru terdapat dalam air limbah yang tidak mengakibatkan perubahan warna
pada air sehingga air tetap tampak jernih.
Untuk mengatasi warna pada air baku dapat dilakukan proses pengolahan Absorbsi
dengan menggunakan arang aktif atau karbon aktif dan pada proses koagulasi-flokulasi
sebagian kadar warna juga dapat diturunkan.
Raksa atau Mercury merupakan salah satu unsur kimia logam yang masuk dalam
kategori B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun ). Oleh karena itu kehadirannya dalam
sumber air baku perlu mendapatkan perhatian yang serius. Mercury adalah unsur logam
yang dalam proses alamiah di perairan alam dapat berubah menjadi senyawa Metil
Mercury dan Dimetil Mercury. Kedua senyawa ini sangat berbahaya bila dikonsumsi oleh
manusia, baik secara langsung maupun melalui rantai makanan karena sifatnya yang
bioakumulasi di dalam tubuh mahluk hidup. Mercury pada kadar tertentu didalam
tubuh dapat menyebabkan penyakit Minamata yang menyerang pusat syaraf manusia
sehingga menyebabkan kerusakan syaraf tak terbalikan.
Untuk menurunkan kadar Air Raksa dalam air maka pada instalasi pengolahan perlu
dilengkapi dengan proses absorbsi dengan arang aktif atau karbon aktif dan proses
dengan menggunakan Norit dan karena Hg ini adalah logam berat, maka untuk
mengurangi kadar Hg diperlukan bak pengendap supaya logam tersebut mengendap di
dasar bak pengendapan.
Besi (Fe) adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap
tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya besi
yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut, tersuspensi, dan tergabung dengan zat
organis atau zat padat inorganis seperti tanah liat. Konsentrasi Besi yang tinggi dapat
menyebabkan air memiliki rasa tidak enak serta dapat menodai kain dan perkakas
dapur.
Untuk menghilangkan atau menuruntkan unsur Fe (Besi) di dalam air dapat dilakukan
dengan kombinasi proses Aerasi dan saringan pasir kering (dry filter) yang telah
diaktifkan dengan KMnO4.
Kandungan oksigen dalam air diperlukan bagi kelangsungan kehidupan aquatik, tetapi
ketersediannya akan terganggu oleh berlangsungnya penguraian bahan-bahan organik
yang berasal dari air buangan.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air limbah
dan untuk merancang sistim pengolahan biologis bagi air yang tercemar. Angka BOD
menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikro organisme pada waktu
melakukan penguraian hampir semua bahan organik yang terlarut dan sebagian yang
tak terlarut.
Dalam penguraian bahan organik, apabila tersedia oksigen terlarut dalam jumlah yang
cukup, maka proses penguraian akan berlangsung dalam suasana aerobik sampai semua
bahan organik terkonsumsi. Sebaliknya apabila tidak tersedia oksigen terlarut dalam
jumlah yang cukup atau tingkat pencemaran relatif tinggi, maka proses penguraian
akan terjadi dalam suasana yang anaerobic yang menimbulkan bau busuk dan warna
abu-abu tua sampai hitam pada air.
Angka COD dipergunakan untuk mengukur padanan oksigen dari bahan organik dalam
air yang dioksidasi secara kimiawi dengan penggunaan dichromat pada larutan asam.
Pemeriksaan COD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air limbah
terutama adanya bahan-bahan racun bagi organisme pengurai.
13. Nutrient
Air buangan yang mengandung nutrient dapat mempercepat laju etrofikasi pada badan
air penerima. Adanya nutrient akan merangsang pertumbuhan ganggang dan gulma air
lainnya. Senyawa penting yang biasa digunakan untuk mendeteksi kandungan nutrient
dalam air adalah nitrogen dan fosfor.
Logam-logam berat seperti Pb, Cu, Cd, Zn, Ni, dan Hg dalam air umumnya berasal dari
air limbah industri. Pemeriksaan logam berat sangat penting mengingat bahwa unsur-
unsur tersebut bersifat racun.
Nitrat mewakili produk akhir dari pengoksidasian zat yang bersifat nitrogen. Jadi jumlah
nitrat itu menunjukan lajunya pembenahan menuju okdidasi lengkap dan kemantapan.
Penentuan-penentuan nitrat oleh karena itu adalah penting dalam kaitannya dengan
pembenahan pencemaran zat organik didalam air. Unsur pencemar zat organik yang
dibenahi secara efisien memperlihatkan kadar nitrat yang tinggi.
Untuk menurunkan kandungan NO3 didalam air dapat dilakukan dengan proses
Absorbsi dengan karbon aktif atau arang aktif yang dikombinasikan dengan Aerasi.
Penilaian terhadap nitrit menunjukkan jumlah zat nitrogen yang hanya sebagian saja
mengalami oksidasi. Dengan demikian nitrit merupakan suatu tingkat peralihan dalam
proses perubahan zat organik ke dalam bentuk yang tetap.
17. Parameter pH
pH menyatakan intensitas kemasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer termsuk
sumber air sungai, dan mewakili konsentrasi hidrogen ionnya. Pengukuran pH
adalahsesuatu yang penting dan praktis, karena banyak reaksi-reaksi kimia dan
biokimia yang penting terjadi pada tingkat pH yang khusus atau dalam lingkungan pH
yang sangat sempit. Suatu pengetahuan tentang pH adalah sangat berguna dalam
usaha pengendalian dan pengoperasian sarana instalasi air minum.
Untuk menaikkan pH yang rendah pada air dapat dilakukan pembubuhan dengan
Kapur Tohor yang sebelumnya sudah dilakukan percobaan penentuan kadar
pembubuhan yang tepat.
Hasil analisis laboratorium mengenai unsur Flourida (F) dari beberapa sumber air baku di
Kabupaten Sintang menunjukan bahwa masih berada dibawah ambang batas
maksimum yang diperbolehkan yaitu semuanya berada pada kadar 0 mg/l. Namun air
yang sama sekali tidak mengandung unsur F adalah kurang baik bagi kesehatan gigi
dan tulang sehingga perlu ditambahkan unsur F sesuai kadar maksimum yang
diperbolehkan.
Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+ juga oleh Mn2+ dan
Fe2+ dan semua kation yang bermuatan dua. Air yang kesadahannya tinggi biasanya
terdapat pada air tanah di daerah yang berkapur dimana Ca2+ dan Mg2+ berasal. Air
sadah mengakibatkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya hubungan kimiawi
antara ion kesadahan dengan molekul sabun menyebabkan sifat deterjen sabun hilang.
Kelebihan Ca2+ serta CO32- mengakibatkan terbentuknya kerak pada dinsing pipa yang
disebabkan oleh endapan kalsium karbont yang akan mengurangi penampang basah
pipa.
Hasil analisis laboratorium mengenai sifat sadah dari beberapa sumber air baku baik di
Kabupaten Sintang menunjukan bahwa masih berada dibawah ambang batas
maksimum yang diperbolehkan yaitu sebesar 500 mg/l sehingga air dari semua sumber
air bebas dari sifat kesadahan.
Mangan (Mn) adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap
tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya Mn
yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut, tersuspensi, dan tergabung dengan zat
organis atau zat padat inorganis seperti tanah liat. Konsentrasi Mn yang tinggi dapat
menyebabkan air memiliki rasa tidak enak, menodai kain, menyebabkan gangguan
pada ginjal dan menghasilkan kerak pada perkakas dapur.
Untuk menghilangkan atau menurunkan unsur Besi di dalam air dapat dilakukan
dengan kombinasi proses Aerasi dan saringan pasir kering (dry filter) yang telah
diaktifkan dengan KMnO4 kemudian pada proses desinfektan dengan menggunakan gas
Chlor atau Kaporit unsur Mn dapat diturunkan atau dihilangkan.
Pengetahuan mengenai Sulfat adalah cukup penting karena secara tidak langsung
bertangungjawab terhadap masalah-masalah bau-bauan yang gawat dan masalah-
masalah kerapuhan pipa-pipa transmisi air baku dan distribusi air minum.
Wadah sampel harus tetap dalam keadaan tertutup sampai tiba waktunya untuk
pengambilan sampel.
Pegang botol / wadah sampel dekat dasar wadah dengan satu tangan dan
tangan yang satu membuka tutupnya dengan hati-hati untuk mencegah
kemasukan kotoran.
Bilas botol/wadah sampel sebanyak 2 atau 3 kali dengan air yang akan diambil.
Botol-botol untuk minyak/lemak dan untuk analisis mikrobiologi tidak boleh dibilas.
GAMBAR 2.11.
PENGAMBILAN SAMPEL AIR SUNGAI UNTUK PEMERIKSAAN KIMIA YANG DIAMBIL DARI
JEMBATAN.
a. Sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik sampel diambil pada satu titik di
tengah sungai pada 0,3 x kedalaman sungai.
b. Sungai dengan debit antara 5150 m3/detik, sampel diambil pada dua titik
masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada 0,5 x kedalaman
sungai.
c. Sungai dengan debit lebih dari 150 m3/detik, sampel diambil minimum pada
enam titik masing-masing pada jarak , dan lebar sungai dan pada 0,2
dan 0,8 x kedalaman (lihat gambar )
L L L L
L L
0,2 d
0,8 d
0,6 d
GAMBAR 2.12.
TITIK PENGAMBILAN CONTOH AIR SUNGAI
Keterangan :
D = kedalaman air
L = lebar sungai
Botol / wadah sampel harus tetap dalam keadaan tertutup sampai tiba waktunya untuk
pengisian.
a. Pegang botol/wadah sampel dekat dasar wadah dengan satu tangan dan tangan
yang satu membuka tutup dengan hati-hati untuk mencegah kemasukan kotoran.
b. Bilas botol /wadah sampel sebanyak 2 atau 3 kali dengan air yang akan diambil.
c. Mengisi botol. Pegang botol pada bagian bawah, celupkan kedalam air sampai
sedalam kira-kira 20 cm dengan bibir sedikit menghadap ke atas. Bilamana ada
aliran dalam air, mulut botol harus menghadap arah datangnya aliran air.
GAMBAR 2.13.
CONTOH PENGAMBILAN AIR PERMUKAAN
d. Angkat botol / wadah sampel dari air setelah terisi dengan sampel dan sumbat atau
tutup kembali dengan segera, sisakan ruang kosong 3-4 cm antara sumbat dan garis
air.
e. Jika sampel tidak bisa diambil dengan cara-cara yang disebutkan di atas, bisa
digunakan pengambil sampel jenis ember atau gayung/jerigen.
f. Untuk mengambil sampel dari sumber yang agak dalam, turunkan ember atau
gayung ke dalam badan air dengan menggunakan tali.
g. Tuangkan sampel yang telah diambil ke dalam wadah sampel. Isi wadah sampel
sampai penuh.
j. Pemberian Label
Setiap sampel yang diambil harus diberi label dengan kartu identifikasi dan harus ditulis
data-data sebagai berikut :
k. Pengawetan Sampel
Apabila sampel tidak bisa dibawa dan dianalisis segera setelah pengambilan, sampel-
sampel tersebut harus diberi pengawet/dikirim dengan pendingin.
Penyimpanan sampel-sampel pada suhu 4oC, pada tempat yang gelap akan
memeperlambat aktivitas biologi secara nyata dan mengurangi perubahan fisik dan
kimia sampel air.
Jika lemari es/kotak pendingin tidak ada, sampel-sampel tersebut dapat diberi es dalam
suatu wadah yang tertutup rapat.
Botol-botol harus diangkut atau dikirim di dalam suatu kotak yang kuat, untuk
mencegah pecah. Harus ada ruang yang cukup di dalam kotak untuk menempatkan
kantong-kantong berisi campuran pendingin untuk mempertahankan sampel tetap
sejuk. Kotak yang ideal dapat menampung enam atau duabelas botol sampel. Bagian
luar kotak dapat terbuat dari kayu atau logam dan harus dapat diberi tulisan-tulisan
yang jelas yaitu awas barang pecah, sampel air penting, ini bagian atas demikian
juga alamat laboratorium kemana sampel akan dikirim.
Akan lebih baik bilamana ada plat yang bisa dilepas pasang pada tutup kotak, untuk
ditulis nama dan alamat penambil sampel dan laboratorium penganalisa air disisi lain.
Penutup harus dilengkapi dengan pegangan agar terjamin kotak dibawa dengan bagian
atas tetap di atas dan tidak terbalik.
GAMBAR 2.14.
KOTAK PELINDUNG UNTUK MENGIRIM SAMPEL
m. Pengiriman Sampel
Banyak parameter kualitas air berubah dengan cepat pada waktu pengiriman sampel
ke laboratorium; pengetesan lapangan dapat membantu mengatasi keadaan sampel.
Bilamana sampel tidak dapat diperiksa di tempat, maka harus ditempatkan di dalam
kotak yang kuat dan dikirim ke laboratorium secepat mungkin. Jika waktu pengiriman
lebih dari 24 jam, maka media khusus holding media harus dipergunakan. Temperatur
ideal untuk penyimpanan sampel adalah 4o 10o C; di daerah beriklim panas, pada