KAJIAN PUSTAKA
3.1 Air Baku
Menurut PP. No. 82 Tahun 2001 Sumber air adalah wadah air yang terdapat
diatas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata
air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara.
Sumber air baku memegang peranan yang sangat penting dalam industri air
minum. Air baku atau raw water merupakan awal dari suatu proses dalam
penyediaan dan pengolahan air bersih. Sekarang apa yang disebut dengan air baku.
Berdasar SNI 6773:2008 tentang Spesifikasi unit paket Instalasi pengolahan air dan
SNI 6774:2008 tentang Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air
pada bagian Istilah dan Definisi yang disebut dengan Air Baku adalah :
Air yang berasal dari sumber air pemukaan, cekungan air tanah dan atau air
hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air
minum
Sumber air baku bisa berasal dari sungai, danau, sumur air dalam, mata air dan
bisa juga dibuat dengan cara membendung air buangan atau air laut. Evaluasi dan
pemilihan sumber air yang layak harus berdasar dari ketentuan berikut :
1. Kualitas dan kuantitas air yang diperlukan
2. Kondisi iklim
3. Tingkat kesulitan pada pembangunan intake
4. Tingkat keselamatan operator
5. Ketersediaan biaya minimum operasional dan pemeliharaan untuk IPA
6. Kemungkinan terkontaminasinya sumber air pada masa yang akan datang
7. Kemungkinan untuk memperbesar intake pada masa yang akan datang
3.1.1 Dasar Hukum Air Baku dan Penyediaannya
Disebutkan diatas bahwa tidak semua air baku bisa diolah, oleh karena itu
dibuatlah ketentuan sebagai standar kualitas air baku yang bisa diolah. Dalam SNI
6773:2008 bagian Persyaratan Teknis kualitas air baku yang bisa diolah oleh Instalasi
Pengolahan Air Minum (IPA) adalah : 1. Kekeruhan, maximum 600 NTU
(nephelometric turbidity unit) atau 400 mg/l SiO2 2. Kandungan warna asli
(appearent colour) tidak melebihi dari 100 Pt Co dan warna sementara mengikuti
kekeruhan air baku. 3. Unsur-unsur lainnya memenuhi syarat baku air baku sesuai PP
No. 82 tahun 2000 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air. Di daerah Jakarta sendiri peraturan mengacu pada Peraturan Gubernur DKI
Jakarta No. 582 Tahun.
Tabel 3.1 Standar Kualitas Air Baku untuk Air Minum menurut Peraturan Gubernur
DKI Jakarta No. 582 Tahun 1
No.
Parameter
Satuan
Kadar
Keterangan
Maksimum
FISIKA
01.
Suhu
02.
Suhu air
mg/L
normal
500.0
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0.0005
0.50
0.050
1.0
2.0
1.50
Nihil
250
Nihil
0.50
5.0
0.10
*
(TDS)
KIMIA
a. Kimia Organik
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
Air Raksa
Amoniak Bebas
Arsen
Barium
Besi
Flourida
Kadmium
Klorida
Kromium, valensi 6
Mangan
Nitrat, sebagai N
Nitrit, sebagain N
Oksigen Terlarut
Air permukaan
dianjurkan lebih
besar atau sama
14.
PH
6.0-8.5
dengan 6
Merupakan batas
minimum dan
maksimum
15.
16.
17.
Selenium
Seng
Sianida
mg/L
mg/L
mg/L
0.010
1.0
0.050
18.
19.
20.
21.
B. Kmia Organik
01.
02.
No.
Sulfat
Sulfida, sebagai H2S
Tembaga
Timbal
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
20.0
0.10
0.050
0.050
mg/L
mg/L
Satuan
0.017
0.003
Kadar
03.
04.
05.
06.
DDT
Endrine
Fenol
Heptachlor dan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Maksimum
0.042
0.001
0.002
0.018
07.
Heptachlor epoxide
Kerbon Klororom
mg/L
0.50
08.
09.
10.
11.
Ekstrak
Lindane
Methoxychlor
Minyak dan Lemak
Organosfosfat dan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0.056
0.035
Nihil
0.10
12.
13.
Carbamate
PCB
Senyawa Aktif Biru
mg/L
mg/L
Nihil
0.50
Metilen
Toxaphene
mg/L
0.01
Jumlah
2000
14.
MIKRIBIOLOGIK
01.
Koliform Tinja
Keterangan
per 100
02.
Total Koliform
ml
Jumlah
10000
per 100
ml
RADIOAKTIVITAS
01.
Aktivitas Alpha (Gross
Bg/L
0.10
Alpha Activity)
Sumber : http://bplhd.jakarta.go.id/
Begitu juga dengan pelaksanaan kegiatan penyediaan air baku harus mengacu
kepada dasar hukum yang berlaku. Undang-undang No. 7 Tahun 2004 Tentang
Sumber Daya Air, didalamnya juga mengatur beberapa hal mengenai penyediaan air
dari unit air baku, unit produksi dan unit distribusi. Sedangkan pengelolaan nonteknis
terdiri dari administrasi dan pelayanan.
3.1.2 Karakteristik Air
Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi,
atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya di dalam air. Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya
pun harus memenuhi standar yang berlaku. Dalam hal air bersih, sudah merupakan
praktek umum bahwa dalam menetapkan kualitas dan karakteristik dikaitkan dengan
suatu baku mutu air tertentu (standar kualitas air).Untuk memperoleh gambaran yang
nyata tentang karakteristik air baku, seringkali diperlukan pengukuran sifat-sifat air
atau biasa disebut parameter kualitas air, yang beraneka ragam. Formulasi- formulasi
yang dikemukakan dalam angka-angka standar tentu saja memerlukan penilaian yang
kritis dalam menetapkan sifat-sifat dari tiap parameter kualitas air . Standar kualitas
air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan sifat-sifat fisik, kimia, radioaktif
maupun bakteriologis yang menunjukkan persyaratan kualitas air tersebut. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
Dan Pengendalian Pencemaran Air, air menurut kegunaannya digolongkan menjadi :
Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Kelas II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, Peternakan, air untuk mengairi
pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Kelas III : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3.1.3 Klasifikasi Sumber Air Baku
Sumber air baku untuk air bersih secara garis besar dapat digolongkan menjadi 4
(empat) bagian yaitu : air hujan, air permukaan dan air tanah yang masing masing
mempunyai karakteristik yang berbeda beda ditinjau dari segi kualitas dan
kuantitasnya. (Totok Sutrisno, dkk, 2004):
a. Air Hujan
Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni yang ketika
turun dan melalui udara akan melalui benda-benda yang terdapat di udara, diantara
benda-benda yang terlarut dari udara tersebut adalah: gas O2, CO2, N2. Dalam
keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah mencapai permukaan bumi, air
hujan tidak murni lagi karena ada pengotoran udara yang disebabkan oleh
pengotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan
sebagai sumber air minum hendaklah pada waktu menampung air hujan jangan
dimulai pada saat hujan mulai turun karena masih banyak mengandung kotoran
(Sutrisno, 1996).
Beberapa sifat kualitas dari air hujan adalah sebagai berikut :
- Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat-zat mineral
- Air hujan relatif lebih bersih
- Bersifat korosif karena mengandung zat yang terdapat diudara seperti NH3,
CO2 agresif ataupun SO2
b. Air Permukaan
Air pemukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan
mudah dilihat oleh mata kita. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat
pengotoran selama pengaliran. Dibandingkan dengan sumber lain air permukaan
merupakan sumber air yang tercemar berat. Keadaan ini terutama berlaku bagi
tempat-tempat yang dekat dengan tempat tinggal penduduk. Hampir semua air
buangan dan sisa kegiatan manusia dilimpahkan kepada air atau dicuci dengan air,
dan pada waktunya akan dibuang ke dalam badan air permukaan. Disamping
manusia, flora dan fauna juga turut mengambil bagian dalam mengotori air
permukaan, misalnya batang-batang kayu, daun-daun, tinja dan lain-lain. Jadi, dapat
dipahami bahwa air permukaan merupakan badan air yang mudah sekali dicemari
terutama oleh kegiatan manusia. Oleh karena itu, mutu air permukaan perlu
mendapat perhatian yang seksama kalau air permukaan akan dipakai sebagai bahan
bakar air bersih. Beberapa sumber air yang termasuk ke dalam kelompok air
permukaan adalah air yang berasal dari sungai, danau, laut, lautan dan sebagainya
(Kusnoputanto, 1986).
Air permukaan biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku air bersih. Air
permukaan terbagi menjadi :
- Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air) adalah air hujan yang jatuh
kepermukaan air bumi dan tidak meresap kedalam tanah akan mengalir secara
grafitasi searah dengan kemiringan permukaan tanah yang mengalir melewati
aliran sungai. Sebagai salah satu sumber air minum, air sungai harus mengalami
pe golahan secara sempurna karena pada umumnya memiliki derajat pengotoran
-
yang tinggi.
Air danau (berasal dari air hujan dan air sungai atau mata air) adalah air
permukaan (berasal dari hujan atau air tanah yang keluar ke permukaan tanah ),
terkumpul pada suatu tempat yang relatif rendah atau cekung. Yang termasuk
kategori adalah air rawa, air tandon, air waduk atau dam.
c. Air Tanah
Air tanah adalah air yang berasal dari air hujan yang jatuh kepermukaan tanah
atau bumi dan meresap kedalam tanah dan mengisi rongga-rongga atau pori di dalam
tanah. Pada umumnya air tanah mempunyai kualitas yang cukup baik, dan apabila
dilakukan pengambilan yang baik dan bebas dari pengotoran dapat dipergunakan
langsung. Untuk melindungi pemakaian air dari bahaya terkontaminasi melalui air
diperlukan proses klorinasi.(Totok Sutrisno, dkk, 2004)
Menurut Totok Sutrisno air tanah terbagi atas tiga bagian besar, yaitu :
-
Air tanah dangkal terjadi karena adanya proses peresapan air dari
permukaan tanah. Air tanah dangkal mempunyai kualitas lebih rendah
dibanding kualitas air tanah dalam. Hal ini disebabkan air tanah dangkal lebih
mudah terkontaminasi dari luar dan fungsi tanah sebagai penyaring lebih
sedikit. Air tanah dangkal umumnya mempunyai kedalaman kurang dari 50
meter.
Air Laut adalah salah satu sumber air walaupun tidak termasuk kategori
yang bisa dipilih sebagai sumber air baku untuk air bersih atau air minum,
air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng- lereng gunung
atau tepi sungai. Berdasarkan munculnya kepermukaan air tanah terbagi atas
2 yaitu :
a. Mata air (graviti spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri. Pada
lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah tersebut menembus
lalu keluar sebagai mata air.
b. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air artesis
berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan bumi.
Mata air sangat baik bila dipakai sebagai air baku, karena berasal dari dalam tanah
yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan sehingga belum terkontaminasi
oleh zat-zat pencemar. Biasanya lokasi mata air merupakan daerah terbuka, sehingga
mudah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar. Contohnya pada mata air banyak
ditemukan bakteri E-Coli.
Dari segi kualitas, mata air adalah sangat baik bila dipakai sebagai air baku,
karena berasal dari dalam tanah yang mucul ke permukaan tanah akibat tekanan,
sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar.Biasanya lokasi mata air
merupakan daerah terbuka, sehingga mudah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar.
Contoh, banyak ditemui bakteri E. Coli pada air mata air. Dari segi kuantitasnya,
jumlah dan kapasitas mata air sangat terbatas sehingga hanya mampu memenuhi
kebutuhan sejumlah penduduk tertentu.
3.2 Analisis Kebutuha Air
Macam Kebutuhan Air Baku Menurut Terence (1991) kebutuhan air baku dalam
suatu kota diklasifikasikan antara lain :
1. Kebutuhan domestik Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air bersih untuk
pemenuhan kegiatan sehari-hari atau rumah tangga seperti untuk minum, memasak,
kesehatan individu (mandi, cuci dan sebagainya), menyiram tanaman, halaman,
pengangkutan air buangan (buangan dapur dan toilet).
2. Kebutuhan non domestik Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air baku
yang digunakan untuk beberapa kegiatan seperti :
1) Kebutuhan institusional,
2) Kebutuhan komersial dan industri,
3) Kebutuhan fasilitas umum, adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan tempattempat ibadah, rekreasi, terminal.
yaitu :
a. Standar kebutuhan air domestik
Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada
tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti ;
memasak, minum, mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya. Satuan yang
dipakai adalah liter/orang/hari. Besarnya kebutuhan air untuk keperluan domestik
dapat dilihat pada tabel dibawah ini. (Kamala dan Rao, 1988)
b. Standar kebutuhan air non domestik
Standar kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih diluar
keperluan rumah tangga. Kebutuhan air non domestik antara lain :
1. Penggunaan komersil dan industri Yaitu penggunaan air oleh badan-badan
komersil dan industri.
2. Penggunaan umum Yaitu penggunaan air untuk bangunan-bangunan pemerintah,
rumah sakit, sekolah-sekolah dan tempat-tempat ibadah. Kebutuhan air non domestik
untuk kota dapat dibagi dalam beberapa kategori antara lain :
a. Kota kategori I (Metro)
b. Kota kategori II (Kota besar)
c. Kota kategori III (Kota sedang)
d. Kota kategori IV (Kota kecil)
e. Kota kategori V (Desa)
Tabel 3.3. Kategori kebutuhan air non domestik
Kebutuhan air bersih non domestik untuk kategori I sampai dengan V dan
beberapa sektor lain dapat dilihat pada tabel 3.4 sampai tabel 3.6 berikut : 19 Tabel
3.4.
Gambar 3.2. Variasi Konsumsi Air Sepanjang Hari. Sumber : Terence, (1991)
Untuk mengetahui kebutuhan hari maksimum dan kebutuhan jam puncak adalah
dengan mengalikan nilai faktor hari maksimum dan nilai faktor jam puncak dengan
kebutuhan air rata-rata perhari. Nilai faktor hari maksimum umumnya adalah 1,05
sampai 1,15, sedangkan faktor jam puncak umumnya adalah 2,0 sampai 3,0 (Fair et
al., 1966; Al-Layla et al., 1977).
3.5 Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air (Sampel)
3.5.1
lokasi pengambilan sampel pada sungai dengan mengetahui keadaan geografi sungai
dan aktivitas di sekitar daerah aliran sungai.
kualitas air yang diakibatkan oleh aktivitas industri, pertanian, domestik, dan
sebagainya (sumber pencemar) (titik 4);
Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi tempat penyadapan/pemanfaatan
badan air untuk aktivitas industri, pertanian, perikanan, dan lain-lain (titik 2 dan
3);
Lokasi masuknya air ke waduk atau danau, dengan tujuan untuk mengetahui
kualitas air pada badan air secara keseluruhan (titik 5).
3.5.2
Pada umumnya alat untuk pengambilan sampel harus terbuat dari bahan yang
kuat dan mudah dibersihkan. Sehingga sampel dapat dipindah dengan mudah, serta
alat tersebut juga harus mudah dibawa. Peralatan yang harus ada di laboratorium
pada dasarnya terdiri dari peralatan gelas, yang dapat dibagi menjadi gelas utama
( misalnya pipet,buret,gelas pengukur, labu pemanas, botol BOD, botol COD, beker
dan sebagainya). Dan ada juga peralatan gelas pendukung atau khusus (misalnya
corong dengan filter, bejana isap, cawan, gelas pemisah, tabung reaksi, gelas
peleburan, gelas penyuling, botol penyimpanan dan lain sebagainya).
3.5.6
Kecepatan aliran air sungai yang tidak beraturan dan merata dalam lapisanlapisan yang berbeda-beda, menyebabkan titik pengambilan sampel harus dipilih.
Supaya sampel dapat dianggap mewakili seluruh badan air tidak hanya satu bagian
karakteristik yang kebetulan dapat diselidiki.
Lokasi atau titik pengambilan sampel baik pada air permukaan maupun air tanah
ditentukan berdasarkan tujuan pemeriksaan.
3.5.6
Faktor utama yang menetapkan frekuensi pengambilan sampel air adalah sifatsifat badan air yang akan diteliti. Seperti yang telah diketahui bahwa sumber-sumber
pencemaran dengan karakteristik yang tertentu adalah air buangan penduduk, air
limbah, air buangan pertanian dan air alam. Pencemaran tersebut dapat diartikan
merupakan suatu keadaan atau perubahan keadaan yang dapat membahayakan
manfaat dari air tersebut. Faktor pengambilan sampel yang kedua yaitu perlu
perkiraan teoritis terlebih dahulu, khususnya pada parameter yang akan diteliti.
Sedangkan faktor ketiganya adalah maksud dan tujuan analisa untuk
pengambilan sampel. Faktor keempat adalah peralatan dan dana yang tersedia untuk
pengambilan sampel, harus dipertimbangkan antara jumlah analisa per sampel
dengan jumlah sampel. Dan antara sampel yang bisa diambil di satu titiksaja atau
dibeberapa titik yang berbeda. Faktor terakhir yang mempengaruhi perbedaan
pencemaran dengan waktu adalah jenis aliran disungai atau saluran diantara titik asal
pencemaran dan titik pengambilan sampel.
3.6 Pengukuran Kecepatan Aliran
Debit Kecepatan aliran sungai pada satu penampang saluran tidak sama,
kecepatan aliran sungai ditentukan oleh bentuk aliran, geometri saluran dan factorfaktor lainnya. Kecepatan aliran sungai diperoleh dari ratarata kecepatan aliran pada
tiap bagian penampang sungai tersebut. Idealnya, kecepatan aliran rata-rata diukur
dengan menggunakan alat Flow Probe atau Current Meter. Alat ini dapat mengetahui
kecepatan aliran pada berbagai kedalaman penampang, namun apabila alat tersebut
tidak tersedia dapat dilakukan pengukuran dengan metode apung. Kecepatan aliran
memiliki dua metode sebagai berikut :
3.6.1
benda misalnya bola tenis, pada lintasan tertentu sampai dengan suatu titik yang telah
diketahui jaraknya, pengukuran dilakukan oleh tiga orang yang masing-masing
bertugas sebagai pelepas pengapung di titik awal, pengamat dititik akhir lintasan dan
pencatat waktu perjalanan alat pengapung dari awal sampai titik akhir, langkah
pengukuran kecepatan aliran adalah sebagai berikut:
Pilih lokasi pengukuran pada bagian sungai yang relative lurus dan tidak
banyak pusaran air, bila sungai relative lebar, bawah jembatan adalah tempat
akhir lintasan
Ulangi pengukuran sebanyak tiga kali
Hitung kecepatan rata-ratanya kecepatan aliran merupakan hasil bagi antara
jarak lintasan dengan waktu tempuh atau dapat dituliskan dengan persamaan :
v=L/t
Dimana :
V = Kecepatan (m/detik)
L = Panjang lintasan (m)
t = Waktu tempuh (detik)
kecepatan aliran yang memadai. Prinsip pengukuran metode ini adalah mengukur
kecepatan aliran tiap kedalaman pengukuran (d) pada titik interval tertentu dengan
alat Current Meter (Flowatch), langkah pengukurannya adalah sebagai berikut:
Pilih lokasi pengukuran pada bagian sungai yang telatif lurus dan tidak
banyak pusaran air, bila sungai relatif lebar bisa dilakukan di bawah jembatan