Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MATA KULIAH

TEKNIK LINGKUNGAN DAN AMDAL


Dosen :
Emma Yuliani, ST., MT., Ph.D

Mencari Rona Lingkungan dan Dampak untuk 3 Proyek yang Berbeda

Di susun oleh :
Indi Anin Andika

125060400111001

Handayani Lestari

135060400111031

Ratu Anita Rachmawati

135060401111071

Elfira Dyah Setyowati

135060407111003

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
MALANG
2015

RONA LINGKUNGAN DAN ANALISA DAMPAK


Rona lingkungan (Description of Environmental Settings) merupakan keadaan
lingkungan sebelum proyek dibangun, dapat disebut sebagai keadaan lingkungan
sewaktu dilakukan penelitian. Penyusunan deskripsi dari rona lingkungan merupakan
bagian dasar yang sangat penting dalam proses AMDAL. Dimana ada 5 langkah dalam
pelaksanaannya :
1. Dasar (Basics)
2. Rona lingkungan (Description of Environmental Settings)
3. Pendugaan dampak (Impact assessment)
4. Seleksi usulan aktivitas proyek (Selection of Proposed Action)
5. Penyusunan Laporan Amdal (Preparation of Environmental Impact Statesment)
Dua kegunaan rona lingkungan dalam proses proses pendugaan lingkungan
mempunyai dua kegunaan utama yaitu :
1. Pendugaan keadaan lingkungan di masa yang akan datang tanpa proyek.
2. Kedaan lingkungan di masa yang akan datang tanpa proyek.
Untuk memahami sifat dan dinamika ini diperlukan pemahaman mengenai
komponen-komponen lingkungan dan hubungan timbal-balik antara komponen tersebut.
Sedangkan Pendugaan dampak (Impact assessment)merupakan langkah
selanjutnya setelah Rona Lingkungan Bertujuan untuk memprediksi dampak yang adakn
ditimbulkan selama proyek berlangsung, pra dan pascanya terhadap lingkungan dan
masyarakat dalam berbagai aspek
Dalam makalah ini terdapat 3 macam proyek yang akan dibahas mengenai rona
lingkungan dan dampaknya yaitu :
1. Proyek Embung Sangkok Bawi di Kab. Sumbawa
2. Pembangunan Jalan Tol Loa Duri Ilir Kec. Loa Janan
3. Proyek Pertambangan Batu Bara di Kec. Loa Janan, Kutai Kartanegara

1. PROYEK 1

RONA LINGKUNGAN HIDUP DAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN


PROYEK EMBUNG SANGKOK BAWI DI KABUPATEN SUMBAWA

A. RONA LINGKUNGAN
1. KOMPONEN FISIK-KIMIA
1.1 IKLIM DAN UDARA
Tipe iklim di Pulau Sumbawa adalah tropis, yang dipengaruhi oleh angin
musim selatan menuju Barat daya yang menyebabkan terjadinya kemarau pada
bulan April sampai Oktober, dan antara bulan November sampai April bertiup
angin dari timur laut yang basah, meyebabkan terjadinya musim penghujan.
o Suhu rerata : 26,640 C
o Rerata maks : 28,780 C
o Rerata min :25,490 C.
o Kelembaban : 66.40% - 88.22%
o Rerata kelembaban nisbi : 76.24 %.
o Kecepatan angin rerata yang : 223.29 km/hr
o Arah angin : Ke tenggara/South East (SE)
o Rerata penyinaran matahari : 75.95 %
o Evapotranspirasi rerata : 3,99 mm/hari
Berikut Tabel Data Klimatologi Kabupaten Sumbawa dari data BMKG setempat:

Tabel 1.1 Data Klimatologi Kabupaten Sumbawa

No

Bulan

Suhu Kec. Angin (km/hr)


25.4
1
Januari
206.37
9
25.9
2
Pebruari
268.65
6
26.2
3
Maret
200.61
0
25.9
4
April
182.88
8
26.7
5
Mei
230.67
4
26.2
6
Juni
206.37
3
26.0
7
Juli
258.12
5
26.3
8
Agustus
261.72
3
27.6
9
September
243.72
0
28.7
10
Oktober
238.23
8
27.5
11
Nopember
192.60
3
26.7
12
Desember
189.54
6
26.6
Rata-Rata
223.29
4
28.7
Maksimum
268.65
8
25.4
Minimum
182.88
9
Sumber : BMKG Selaparang Prov. NTB

RH (%)

n/N (%)

84.46

64.94

88.22

31.70

84.79

76.01

79.73

81.43

71.33

90.47

71.20

87.26

67.91

95.17

67.49

87.66

66.40

66.40

69.66

88.40

81.43

71.30

82.24

70.71

76.24

75.95

88.22

95.17

66.40

31.70

Tabel 1.2 Lokasi Iklim (Pos Klimatologi) di Lokasi Studi


No

Nama Sta.

BT

LS

DAS

Kab.

Ds.

1.

Sta. Plampang

117.81

-8.80286

Tiu Kulit

Plampang

Plampang

Sumber : Analisa Desk Studi, 2014

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.1. Peta Pos Hidroklimatologi

Gambar 1.1Peta Pos Hidroklimatologi

2. BIOLOGI
Meliputi lingkungan terestrial dan akuatik. Lingkungan terestrial terdiri atas
komponen flora darat dan fauna darat. Sedang lingkungan akuatik terdiri dari
komponen biota air yang ada. Karena pada saat pelaksanaan survey tidak terdapat
lingkungan akuatik maka analisis mengenai biota air tidak dapat dilaksanakan.

2.1 Flora Darat


Sesuai dengan tata guna lahan, pengamatan flora dan fauna ditujukan
pada vegetasi flora yang di budidayakan dan alamiah.

Lokasi Pasiran + Batuan;


Pada daerah aliran sungai bagian hulu berupa lahan yang bergelombang.
Jenis-jenis flora yang terdapat di kawasan ini disajikan pada Tabel 1.3
dan Tabel 1.4

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tabel 1.3 Jenis-jenis Pohon di Sekitar Lokasi Embung Sangkok Bawi


Jenis Pohon
No
Jenis Pohon
Jambu Biji
11 Beringin
Jambu Bool
12 Lamtoro
Jambu Mente
13 Mangga
Johar
14 Nangka
Kelapa
15 Pandan
Kluwih
26 Pepaya
Flamboyan
17 Pinang
Randu
18 Salam
Bambu
19 Srikaya
Kopra

Tabel 1.4 Jenis-jenis Flora di Sekitar Lokasi Embung Sangkok Bawi


No.
Jenis Tumbuhan
No.
Jenis Tumbuhan
1
Angsoka
6
Puring
2
Bougenvile
7
Penitian
3
Beluntas
8
Ubi Kayu
4
Mangkokan
5
Ubi Rambat
Sumber : Hasil Pengamatan di Lapangan

Dari berbagai jenis tanaman yang ada (pohon, herba dan semak) seperti terlihat
pada Tabel tidak terdapat jenis tumbuhan langka atau yang dilindungi oleh
Undang-undang.

2.2 Fauna Darat

Berikut Tabel Fauna yang terdiri dari burung mamalia dan binatang
melata :
Tabel 1.5 Daftar Fauna Darat
No.
Jenis Binatang
No.
Jenis Binatang
A. BURUNG
B. MAMALIA
1 Alap alap
1
Kambing
2 Ayam
2
Kerbau
3 Bebek
3
Kuda
4 Blekok
4
Sapi
5 Burung Hantu
5
Kelelawar
6 Derkuku
7 Emprit
8 Elang
C. MELATA
9 Gereja
1
Bunglon
10 Jalak
2
Biawak
11 Kutilang
3
Kadal
12 Merpati
4
Ular
13 Perkutut
14 Podang
15 Prenjak
16 Srigunting
Sumber : Hasil Pengamatan di Lapangan

Dari sejumlah jenis burung tersebut terdapat jenis burung yang dilindungi, yaitu
burung Elang dan Alap-alap, sedang untuk jenis mamalia yang dilindungi seperti
kera, sedang jenis melata yang dilindungi, yaitu biawak.

3. KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA


3.1 ASPEK WILAYAH
Lokasi Administrasi
Rencana Embung Sangkok Bawi secara administratif terletak di dusun Muer A,
Desa Muer, Kecamatan Plampang, Kabupaten Sumbawa, sedangkan secara geografis
Embung Rempek dan Areal irigasinya terletak pada kisaran 117 44 3,871 BT, 08
43 12,329 LS.
Desa Muer merupakan salah satu dari 12 desa yang terdapat di Kecamatan
Plampang. Kecamatan Plampang dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat
dibantu oleh 12 Kepala Desa, 44 Kepala Dusun, 89 Ketua RW serta Ketua 213 RT. Desa
ini memiliki jumlah penduduk 3.127 jiwa dan kepadatan penduduk 84 jiwa/ km 2nya
yang sebagian besar bersuku daerah Sumbawa. Sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian petani. Desa Muer memiliki batas wilayah :

Sebelah Barat

Desa Maronge

Sebelah Utara

Desa Teluk Santong

Sebelah Selatan

Desa Sepakat

Sebelah Timur

Desa Sepayung

Tabel 1.6 Nama dan Luas Desa di Kecamatan Plampang


DATA DESA
NAMA
LUAS
Jarak ke Ibukota Kecamatan
2
(Km )
(Km)
1. Sepakat
54,90
1
2. Plampang
41,75
3. Sepayung
42,36
6
4. Teluk Santong
64,56
15
5. Muer
37,29
7
6. SP I Prode
8,09
12
7. SP II Prode
9,68
12
8. SP III Prode
9,34
13
9. Brang Kolong
28,73
14
10. Selante
79,11
2
11. Usar
40,38
3
12. UPT Buin Batu
2,50
13
Sumber : www.sumbawakab.go.id
Mayoritas mata pencaharian penduduk Kecamatan Plampang adalah petani, selain
itu matapencaharian penduduk lainnya adalah sebagai pegawai swasta, pegawai negri atau
berwirasta. Tetapi di musim kemarau rata-rata pekerjaan sampingan penduduk adalah
sebagai pekerja bangunan.
Desa Muer merupakan salah satu desa sentra perternakan dan pertanian perkebunan,
saat ini mengalami kesulitan untuk meningkatkan produktifitasnya, dikarenakan
terbatasnya lahan yang memiliki pasokan air, bagi kebutuhan pertanian dan peternakan.
Penduduk keseluruhan didominasi oleh penganut agama Islam. Penduduk asli seratus
persen beragama Islam. Penduduk non Islam ada dan berkembang merupakan pendatang,
Penduduk yang beragama Islam sebanyak 95,31 persen, Hindu 4,64 persen dan protestan
0,05 persen.
Selain itu juga keadaan sosial-budaya dipengaruhi oleh suku-suku yang ada di
Kecamatan Plampang diantaranya suku Jawa, Sunda, Sumbawa, Bali, dan yang
mendominasi adalah suku Lombok.
Di Kecamatan Plampang hanya terdapat satu buah Puskesmas, dan 7 Pustu
(Puskesmas Pembantu) dan juga terdapat 9 Polindes/Poskesdes dan berada di 7 desa di
Kecamatan Plampang. Fasilitas-fasilitas kesehatan tersebut juga ditunjang oleh keberadaan
tenaga kesehatan seperti bidan dan dukun terlatih. Hal ini menunjukan bahwa di Desa
Muer tingkat tenaga kesehatan masih kurang.
Pembangunan tidak saja pada pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan mental
spiritual. Sarana-sarana peribadatan di bangun guna ikut membangunan mental spiritual

masyarakat. Tahun 2012 ini di Kecamatan Plampang terdapat 37 buah Masjid, 15 buah
Langgar dan 5 buah pura.
Dalam rangka peningkatan SDM pada tahun 2011 jumlah sarana pendidikan yang
ada tercatat sebanyak 10 sekolah mulai dari pra sekolah (TK) sampai dengan SLTP, kecuali
SLTA yang masih belum ada. Dari jumlah tersebut 1 unit merupakan pra sekolah (TK),
SD 3 unit, SLTP 1 unit dan SLTA 1 unit. Berikut Tabel Fasilitas Sosial di Kecamatan
Plampang Dirinci per Desa Tahun 2012.

Tabel 1.7 Sarana Pendidikan Per Desa di Kec. Plampang Tahun 2012

Tabel 1.8 Sarana Kesehatan Per Desa di Kecamatan Plampang Tahun 2012

Tabel 1.9 Sarana Pribadatan Per Desa di Kecamatan Plampang Tahun 2012

B. IDENTIFIKASI DAMPAK PROYEK


Pembangunan proyek Embung Sangkok Bawi ini pada dasarnya ditujukan untuk
menjadi Embung Regulator, namun tidak menutup kemungkinan timbulnya akibat
sampingan berupa dampak negatif terhadap lingkungan fisik, hayati, social ekonomi
maupun sosial budaya yang disebabkan oleh pelaksanaan berbagai kegiatan proyek.
Kegiatan pembangunan Embung Sangkok Bawi diperkirakan akan menimbulkan
dampak terhadap komponen lingkungan yaitu :

1. TAHAP PRA KONSTRUKSI

1.1 Keresahan Masyarakat


Keresahan masyarakat masyarakat terjadi pada kegiatan Survey & Investigasi,
Publikasi dan Sosialisasi pada tapak proyek cukup besar. Dampak keresahan masyarakat
berlanjut pada kegiatan rekruitmen tenaga kerja, karena rekruitmen melibatkan tenaga
kerja cukup banyak dan adanya rekruitmen tenaga kerja dari luar dapat menimbulkan
kecemburuan sosial.
1.2 Persepsi dan Sikap Masyarakat
Apabila dampak keresahan masyarakat akibat kegiatan pada pra konstruksi ini
tidak dikelola dengan baik maka dapat berpengaruh terhadap sikap dan persepsi
masyarakat pada rencana kegiatan proyek. Berdasarkan perbandingan sebelum proyek ada
dan sesudah adanya rencana kegiatan proyek maka terdapat perubahan yang besar terhadap
sikap dan persepsi masyarakatnya. Karena dampak ini merupakan dampak turunan dari
keresahan masyarakat, dan dampak ini berkelanjutan mulai tahap pra konstruksi,
konstruksi dan operasi embung.
1.3 Partisipasi Masyarakat
Kegiatan publikasi dan sosialisasi apabila dikelola dengan baik akan mampu
meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan Embung
Sangkok Bawi. Peningkatan partisipasi masyarakat ini adalah tumbuhnya kesadaran
masyarakat terhadap rasa memiliki proyek, sehingga akan menumbuhkan rasa kebanggaan
dengan keberadaan embung, dan pada akhirnya akan mendukung sepenuhnya suksesnya
pembangunan Embung Sangkok Bawi.
2. TAHAP KONSTRUKSI
2.2 Kesempatan Kerja
Rekruitmen tenaga kerja untuk pekerjaan pembangunan Embung Biara memberikan
kesempatan kerja kepada penduduk sekitar lokasi embung dan penduduk yang lahannya
dibebaskan dan pencari kerja (pengangguran) orang yang ada di desa-desa sekitar lokasi
proyek.
2.3 Penurunan Tingkat Pengangguran
Rekruitmen tenaga kerja untuk pekerjaan pembangunan Embung Biara, memberikan
kesempatan kerja kepada penduduk sekitar lokasi embung dan penduduk yang lahannya
dibebaskan dan pencari kerja (pengangguran) dan pada akhirnya akan menurunkan tingkat
penganguran yang ada di Desa Muer dan Kecamatan Plampang pada umumnya.
2.4 Peningkatan Pendapatan
Terbukanya kesempatan kerja dalam proses pembangunan Embung Biara, akan dapat
meningkatkan pendapatan penduduk sekitar lokasi embung, karena terserap sebgai tenaga
kerja. Peningkatan pendapatan ini pada akhirnya akan mampu memutar roda

perekonomian masyarakat yang ada di Plampang khususnya dan Kecamatan Plampang


pada umumnya.
2.5 Kecemburuan Sosial
Kecemburuan sosial akan terjadi pada kegiatan rekruitmen tenaga kerja, karena
rekruitmen melibatkan tenaga kerja cukup banyak dan adanya rekruitmen tenaga kerja dari
luar, sehinga menimbulkan kompetisi diantara pencari kerja. Selain itu kecemburuan sosial
dapat dimungkinkan terjadi karena adanya perlakuan yang berbeda antara pekerja lokal
dan pendatang, serta pola kehidupan yang bersifat konsumtif.
2.6 Keresahan Masyarakat
Kecemburuan social yang terjadi pada kegiatan rekruitmen tenaga kerja, karena
rekruitmen melibatkan tenaga kerja cukup banyak dan adanya rekruitmen tenaga kerja dari
luar, apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan keresahan masyarakat desa
disekitar lokasi proyek.
2.7 Persepsi dan sikap masyarakat
Apabila dampak keresahan masyarakat akibat kegiatan pada pra konstruksi ini tidak
dikelola dengan baik maka dapat berpengaruh terhadap sikap dan persepsi masyarakat
pada kegiatan konstruksi. Kegiatan rekruitmen tenaga kerja yang kurang baik akan
meningkatkan persepsi dan sikap masyarakat. Selanjutnya kegiatan mobilisasi peralatan,
material dan tenaga kerja juga dapat menimbulkan keresahan masyarakat, akibat dari
terjadinya kerusakan jalan, kepadatan lalu-lintas dan meningkatnya kecelakaan lalu-lintas.
Karena dampak ini merupakan dampak turunan dari keresahan masyarakat (akumulasi
dampak)..
2.8 Kerusakan Prasarana Jalan
Kegiatan mobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja yang melalui jalan-jalan
kabupaten dan jalan desa yang menuju lokasi embung, akan menimbulkan kerusakan
prasarana jalan (jalan dan jembatan) yang ada, karena banyak dilalui kendaraan dengan
tonase yang cukup besar.
2.9 Kepadatan Lalu Lintas
Kegiatan mobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja yang melalui jalan-jalan
kabupaten dan jalan desa yang menuju lokasi embung, akan meningkatkan
intensitas/kepadatan lalu-lintas pada jalan yang ada. Peningkatan kepadatan lalu lintas ini
diprakirakan mengalami peningkatan minimal sebesar 100% dari kondisi sebelum ada
proyek.

2.10 Kecelakaan Lalu Lintas

Kegiatan mobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja yang melalui jalanjalan kabupaten dan jalan desa yang menuju lokasi embung, akan meningkatkan jumlah
kecelakaann lalu-lintas pada jalan dilokasi sekitar proyek, akibat peningkatan kepadatan
lalu-lintas. Faktor yang mendukung banyaknya terjadi kecelakaan lalu-lintas antara lain :
lebar jalan sempit, kondisi jalan banyak yang rusak, dan kebiasaan atau pengetahuan
warga sekitar proyek dalam berlalu-lintas (pedesaan).
2.11Kualitas Udara (Kebisingan dan Debu)
Kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap pencemaran lingkungan adalah
aktivitas base camp. Aktivitas base camp memberikan dampak negatif akibat dari tingkah
laku atau kebiasaan yang dilakukan oleh pekerja yang tinggal di base camp yang kurang
memperhatikan kebersihan lingkungan, khususnya dalam membuang limbah padat
(sampah) maupun limbah cair.
2.12

Estetika

Kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap estetika lingkungan adalah aktivitas


base camp. Aktivitas base camp memberikan dampak negatif akibat dari tingkah laku atau
kebiasaan yang dilakukan oleh pekerja yang tinggal di base camp yang kurang
memberhatikan estetika lingkungan.
2.13

Perubahan Bentang Alam

Penyiapan lahan dan pembangunan Embung Biara dan fislitasnya akan mengakibatkan
perubahan bentang alam pada lokasi tapak proyek. Perubahan bentang alam tersebut
adalah perubahan dari lahan pertanian dan permukiman menjadi lahan terbuka akibat
kegiatan pembukaan lahan, penggalian, pengerukan, pengurukan dalam rangka
melaksanakan pembangunan Embung Biara
2.14

Erosi dan Sedimentasi

Kegiatan pembukaan lahan, penggalian, pengerukan, pengurukan, pengeboran dan


peledakan yang dilakukan dalam rangka penyiapan lahan dan proses pembangunan
Embung Biara, dapat menimbulkan terjadinya erosi dan sedimentasi akibat besarnya
limpasan permukaan pada lokasi proyek dan daerah hilir lokasi tapak proyek.

3. TAHAP OPERASI
3.1 Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Dengan beroperasinya Embung Sangkok Bawi maka akan tercipta suplus air
yang cukup untuk bercocok tanam pada waktu musim kemarau, sehingga dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.
2. PROYEK 2

RONA LINGKUNGAN HIDUP DAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN


PEMBANGUNAN JALAN TOL LOA DURI ILIR KECAMATAN LOA LANAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Sesuai dengan hasil telaahan kaitan komponen kegiatan pembangunan jalan tol di
Kelurahan Loa Duri Ilir khususnya di Rt. 15 dan 16, Kec. Loa Janan, Kab. Kutai
Kartanegaran yang berpotensi menimbulkan dampak dan jenis-jenis dampak potensial
yang ditimbulkannya, maka berikut ini adalah komponen lingkungan yang relevan untuk
ditelaah dalam studi Rona Lingkungan dan AMDAL-nya.
a) Komponen geo-fisik-kimia yang meliputi iklim dan kualitas udara ambien,
kebisingan, kebauan dan getaran; fisiografi dan geologi; hidrologi dan kualitas air;
hidrooceonografi; ruang, lahan dan tanah serta transportasi.
b) Komponen biologi meliputi biota darat dan biota air.
c) Komponen sosial meliputi kependudukan, sosial-ekonomi, dan sosial-budaya
d) Komponen kesehatan masyarakat meliputi sanitasi lingkungan dan tingkat
kesehatan masyarakat.
2.1 Lingkungan Fisik
Pra Konstruksi
Kelurahan Loa Duri Ilir merupakan dataran rendah dan dataran tinggi dengan curah
hujan berkisar antara 0 2.000 mm.. Ketinggian tanah dipermukaan laut 18.80945.611 km.
Kondisi dan situasi di RT 15 dari 55 responden yang bertempat tinggal didataran
rendah sebanyak 37 responden, dataran tinggi sebanyak 13 responden. Sedangkan
kondisi dan situasi di RT 16 dari 45 responden rata-rata bertempat tinggal didataran
rendah. Pada keadaan demografi RT 16 disebelah utara, selatan dan timur merupakan
hutan sedangkan disebelah barat berbatasan dengan RT 15 dan RT. Dari selatan, timur
dan utara dibangun jalan tol yang menghubungkan ke Samarinda dan Tenggarong.
Volume kendaraan disekitar lokasi masih rendah karena jauh dari jalan raya utama.
Lingkungan pemukimannya cukup bersih dari sampah dan TPS selalu dibersihkan
setiap hari serta tidak banyak kandang ayam atau peternaka dan aktifitas konstruksi
tidak masih berskala kecil.
Kualitas udara dipengaruhi oleh asap kendaraan, pembakaran sampah, dan debu
konstruksi pembuatan rumah berupa gas CO2, Pb, NOx, debu kayu. Kualitas air sungai
Mahakam yang mengaliri Loa Duri Ilir dari fisiknya berwarna kekuningan/keruh di
mana hal ini dipengaruhi oleh warna tanah disekitar sungai, sedikit berbau.
Konstruksi
Pada masa konstruksi suhu dapat meningkat lebih tinggi beberapa derajat karena
pepohonan di hutan ditebangi guna membangun sebuah jalan yang lebar dan luas.
Begitu pula penyerapan debu bahan-bahan konstruksi oleh pohon sangat kurang serta
mempengaruhi kondisi lingkungan dan kualitas udara pada RT 16 terutama karena
paling dekat dengan proses konstruksi. Pengaruh lainnya adalah arah angin yang dapat

menyebabkan polusi debu di lingkungan penduduk. Adapun jenis debu yang mungkin
mengganggu masyarakat adalah debu kayu, debu semen, debu bebatuan dan kerikil.
Begitu pula kebisingan dan getaran akan lebih besar lagi dirasakan oleh masyarakat
akibat proses konstruksi yang mana menggunakan alat besar dengan suara yang
nyaring. Seperti mesin gerinda, dan alat mesin lainnya.
Proses konstruksi dapat pula menurunkan ketinggian tanah. Proses pengerukan
untuk membuat dasar jalan tol dan dataran tinggi akan menjadi rendah.
Operasi
Pada tahap ini peningkatan jumlah kendaraan yang melintasi daerah Loa Duri Ilir
akan semakin banyak. Lagipula, disekitar daerah Kecamatan Loa Janan terdapat
banyak perusaahan terutama perusahaan tambang. Kendaraan besar akan melintasi
jalan tol tersebut. Dan frekuensi perjalanan kendaraan-kendaraan milik perusahaan
sangatlah tinggi. Dapat kita perkirakan bahwa kebisingan akan memengaruhi
penduduk sekitar serta getaran kendaraan besar juga lebih besar dirasakan.
Kualitas udara akan menurun. Kurangnya pepohonan dan peningkatan kendaraan
meningkat pula emisi gas buangan kendaraan tersebut seperti CO, NOx, SO, Pb.
2.2 Lingkungan Biologi
Pra Konstruksi
Sebaran flora di Loa Duri Ilir sebelum konstruksi seperti pepohonan, rerumputan,
semak-semak belukar, bunga hias, tanaman obat, rempah-rempah serta lumut. Flora
tumbuh baik dengan subur di sana.
Sebaran fauna di Loa Duri Ilir sebelum konstruksi seperti, berbagai macam jenis ikan
air tawar, unggas, reptile, hewan ternak, serangga, dan burung.
Tahap pra konstruksi mempengaruhi beberapa binatang kecil terutama serangga
yang memiliki habitat tempat tinggal di semak-semak belukar. Dengan adanya
kegiatan pendataan dan pengukuran center line jalan tol, pematokan ROW maka akan
mengganggu kehidupan binatang kecil tersebut, bisa membuat hewan-hewan tersebut
gelisah dengan kegiatan yang dilakukan.
Konstruksi
Terancamnya sebaran flora seperti semak belukar dan khususnya pepohonan akan
berkurang akibat pembersihan lahan yaitu mobilisasi alat-alat berat serta mobilisasi
tenaga kerja, selain itu penggalian dan timbunan termasuk pemadatan dan perataan
tanah, pengangkutan material. Tentunya hal ini secara tidak langsung mempengaruhi
sebaran fauna karena merupakan tempat tinggalnya. Keberadaan fauna dan flora akan
berkurang entah punah atau bermigrasi ke tempat yang lebih baik.
Dampak lainnya yang terjadi terhadap lingkungan biologi adalah hilangnya
vegetasi penutup tanah sehingga terjadi penurunan jumlah dan keanekaragaman serta
hilangnya lapisan humus. Lahan untuk tumbuhnya flora semakin berkurang selain itu
pengerasan jalan akan menyebabkan hilangnya habitat beberapa jenis fauna kecil.

Operasi
Pada tahap ini jalan tol telah selesai dibuat dan telah dipakai, telah disebutkan di
atas bahwa frekuensi dan volume kendaraan meningkat maka meningkat pula polusi
dari gas buangan kendaraan sehingga akan timbul pencemaran udara yang dapat
merugikan flora dan fauna, misalnya kualitas kandungan flora yang dapat dikonsumsi
akan mengandung zat berbahaya karena serapannya tersebut begitupula pada fauna.
Masa tumbuh dan hidup flora fauna terancam singkat akibat udara yang tidak bersih.
Pasca Operasi
Lahan-lahan kosong di sekitar jalan tol dapat ditanam kembali pepohonan untuk
mengembalikan kehidupan sebelumnya walaupun tidak seratus persen. Pasca operasi
pada jalan tol memiliki peluang kecil jika terjadi maka tidak semua rona lingkungan
sebelumnya sepenuhnya akan kembali. Pasca operasi bisa saja dimanfaatkan untuk
kegiatan lainnya.
2.3 Lingkungan Sosial-Budaya-Ekonomi

Pra Konstruksi
Jumlah kepala keluarga RT 15 Desa Loa Duri Ilir, yaitu 121 KK dengan jumlah
121 rumah dan jumlah kepala keluarga RT 16 Desa Loa Duri Ilir, yaitu 98 KK dengan
jumlah 98 rumah. Jenis kelamin yang terbanyak yaitu jumlah responden berjenis
kelamin perempuan yaitu sebesar 53% dari 100 orang penduduk.
Sebagian besar responden berusia antara 36-45 tahun, dengan frekuensi 42 atau
presentase sebesar 42%. Agama penduduk sekitar terbesar menganut agama Islam
sebesar 97%. Sedangkan agama lainnya seperti Kristen Advent yang mempunyai
presentase sebesar 1% dan sisanya beragama Kristen Katolik dan Protestan.
Mayoritas responden bersuku jawa 71%, lainnya bersuku dayak, bima, serta batak
sebanyak 7% sisanya bersuku kutai, banjar, bugis dan sunda.
Tingkat pendidikan terakhir yang paling banyak adalah pendidikan SMA sebesar
46% kemudian disusul lulusan SD dan SMP, terdapat dua responden tidak bersekolah
sisanya lulusan Perguruan tinggi.
Pekerjaan penduduk adalah Swasta sebanyak 69%. Lainnya wiraswasta, petani,
PNS, nelayan dan tidak bekerja.
Pada pasca konstruksi akan ada sosialisasi terhadap masyarakat dan tokoh setempat
untuk meminta persetujuan penduduk sekitar. Akan ada pro kontra. Beberapa
pertimbangan yang diperhitungkan misalnya yaitu dengan adanya jalan tol maka akses
jalan semakin luas dan memudahkan melakukan perjalanan ke mana pun,
meningkatnya kunjungan wisata dan dapat memperkenalkan budaya. Dan ada pula
yang tidak setuju dengan pembangunan jalan tol dikarenakan dapat merusak lahan atau
lingkungan.Pada tahap ini hubungan sosial masyarakat mulai sedikit terlihat renggang
karena perdebatan dan pembelaan pada masing-masing pendapat.

Konstruksi

Masyarakat mulai merasa terganggu dengan dampak-dampak yang ditimbulkan


selama konstruksi. Masyarakat melakukan protes kepada kontraktor pelaksana
sehingga ada hubungan sosial yang tidak baik.
Operasi
Perpindahan penduduk dari daerah lain sangat tinggi untuk memanfaatkan potensi
sekitar dalam perbaikan ekonomi. Penduduk asli atau suku asli akan sedikit dibanding
suku pendatang maka dampaknya akan terlihat pada budaya asli akan tidak terlihat dan
berlebur dengan budaya lain dan menjadi satu budaya yang umum. Anak-anak masa
yang akan datang pada akhirnya tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan akan
budaya asli daerahnya.
2.4 Lingkungan Sanitasi Lingkungan Dan Tingkat Kesehatan Masyarakat
Pra Konstruksi
Sanitasi lingkungan cukup baik. Sebagian besar rumah memiliki SPAL.
Kepemilikan toilet hampir semua, ada satu keluarga yang tidak memiliki. Saluran akhir
jamban adalah septic tank dan beberapa yang dibuang di sungai, tanah dan lain-lain.
Status kesehatan masyarakat di RT 15 dan 16 Loa Duri Ilir beragam, penyakit
menular dan tidak menular sudah menyebar di daerah itu. Hipertensi, asam urat, ISPA,
thypus, diabetes mellitus, hipotensi, sakit gigi, rematik.
Konstruksi
Debu dapat mengakibatkan lingkungan di udara tidak sehat dan dapat
menyebabkan ISPA akibat menghirup partikel-partikel yang mengiritasi saluran
pernapasan. Jumlah penderita pun akan meningkat terutama anak-anak.
Kebisingan dan getaran yang berasal dari alat-alat dan mesin produksi dapat
mengganggu ketenangan penduduk,, mengganggu konsentrasi dan sebagainya.
Kekurangtenangan/kecemasan
dapat
mengganggu
kesehatan
masyarakat,
meningkatkan tekanan darah dan memperparah penyakitnya.
Operasi
Pada masa ini sudah jelas meningkatkan penyakit saluran pernapasan akibat polusi
udara, selain itu penyakit ganas lainnya seperti kanker, gangguan metabolisme, karena
tubuh manusia mampu menyerap zat-zat berbahaya tersebut dan terakumulasi dalam
tubuh yang dapat menimbulkan dampak ke depannya.
Kebisingan pun masih mengganggu ketenangan masyarakat karena tingginya
volume kendaraan.
3. PROYEK 3
PROYEK PERTAMBANGAN BATU BARA DI KECAMATAN LOA JANAN
KUTAI KARTANEGARA

Gambar 3.3 Tambang batu Bara di Kecamatan Loa Janan Kartanegara

A. RONA LINGKUNGAN
1. Komponen Fisik Kimia
1.1 Iklim
Hasil pengumpulan data iklim dari Stasiun Klimatologi provinsi Kalimantan Timur
untuk kecamatan Loa Janan selama 3 tahun ( 2010 2013 ):

Suhu udara rata-rata bulanan : 20 32o c.


Kelembaban rata-rata: 65-96 %
Suhu maksimum terjadi pada bulan Agustus dan suhu minimum terjadi
pada bulan Desember sampai Januari
.
1.2 Kualitas Udara dan Kebisingan
Sebagai kondisi awal sebelum adanya proyek rencana pertambangan batu bara di amati
pada tiga titik ukur, yaitu :
1. Dalam kawasan rencana Lokasi
2. Persimpangan Jalan Akses dengan jalan Raya
3. Dalam kawasan pemukiman penduduk Desa Loa Duri Ilir .
Kondisi kualitas udara yang dinyatakan dalam parameter debu menunjukkan bahwa
pada titik ke-2 (persimpangan Jalan Akses dengan jalan Raya) sudah berada diatas baku
mutu maksimum yang dipersyaratkan oleh PP Nomor 41 Tahun 1999, dengan kadar TSP
atau debu sebesar 242 ug/Nm3
1.3 Fisiografi dan Morfologi
Mengikuti gambaran fisiografis secara garis besar geografis dari pulau Kalimantan
(Indonesia), yang terletak diantara 40o24` LU- 40o10` LS dan antara 10o80`` 30` BT -11
90`` 00` BT dengan luas wilayah sekitar 535.834 km2 . Secara kasar bagan pulau
Kalimantan merupakan sebuah segitiga dengan semenanjung kecil pada sisi timur laut,

yaitu Semenanjung Mangkaliat dan dua ujung yang membatasi Teluk Darvel. Pulau ini
berbukit-bukit luas dan reliefnya bergunung-gunung yang tingginya sebagian besar tidak
lebih dari 1500m
1.4 Kualitas Air
Pengamatan dilaksanakan pada sungai, penampungan air serta air minum masyarakat
yang terdapat di dalam wilayah studi yang mencakup 2 titik pengamatan telah menunjukan
airnya masih berada dalam kisaran yang diperbolehkan menurut baku mutu air .
1.5 Kebijakan Tata Ruang
Dalam rencana kebijakan tata ruang wilayah kalimantan timur yang disusun pada tahun
2011 telah termuat bahwa seluruh wilayah di kalimantan timur memang telah diwajibkan
untuk melakukan pengembangan pada sektor - sektor unggulan yang dalam hal ini
kecamatan Loa Janan yang termasuk dalam kabupaten Kutai Kartanegara unggul dalam
sektor migas dan pertambangan. Sehingga proses rencana wilayah pertambangan batu bara
dapat dilaksanakan sepenuhnya dengan catatan dan pengawasan yang terus-menerus
dilakukan untuk mencegah adanya kelebihan eksploitasi yang menimbulkan dampak buruk
bagi lingkungan.
1.6 Tanah dan Erosi Tanah
Kecamatan Loa Janan didominasi tanah podsolik murni maupun berasosiasi dengan
jenis tanah regosol, lithosol, andosol, latosol, alluvial, organosol, leisol, renzina dan
mediteran. Jenis tanah tersebut mencapai 78,5% dari luas wilayah Kaltim, sisanya terdiri
dari lithosol (8,75%); alluvial (4,6%), organosol (3,3%), gleisel hidrik (1,4%) dan
beberapa kombinasi berbagai jenis tanah dalam jumlah kecil. Dengan demikian, di daerah
ini pada umumnya tidak subur untuk lahan pertanian produktif jangka panjang .

2. Komponen Biologi (Keanekaragaman Hayati)


Secara garis besar Kalimantan memiliki keanekaragaman jenis satwa yang
tergolong tinggi. Setidaknya terdapat 222 spesies mamalia, (44 spesies endemik), 13
spesies primata yang semuanya endemik, 10 spesies, 420 spesies burung (37 spesies
endemik), 166 spesies endemik ular, lebih dari 100 spesies amphibi, 394 spesies ikan (149
spesies diantaranya endemik). Tipe hutan Kalimantan sangat beragam, diantaranya hutan
bakau, hutan rawa gambut dan Kerusakan keanekaragaman hayati di daerah Loa Janan ini
lebih banyak terjadi di tempat-tempat yang mudah di akses oleh masyarakat. Padahal,
melindungi keanekaragaman hayati adalah melindungi kehidupan manusia karena manusia
bergantung kepada keanekaragaman hayati yang digunakan sebagai makanan, obat, devisa
Negara dan lainya. Meskipun saat ini kawasan konservasi dan kawasan hutan lindung
diakui tidak seluruhnya dalam kondisi baik, namun kawasan tersebut merupakan gerbang
terakhir dalam upaya mempertahankan fungsi dan mamfaat sumber daya hutan setelah
hutan produksi terdegradasi.

Flora darat yang terdapat di kecamatan Loa Janan secara umum juga merupakan
flora identitas Kalimantan Timur yaitu Anggrek Hitam hutan air tawar, hutan kerangas,
hutan Dipterocarpaceae dataran rendah, hutan kayu besi (ulin), hutan pada batu kapur dan
tanah ultra basa, hutan bukit Dipterocarpaceae dan beberapa formasi hutan pegunungan,
wilayah Loa Janan ini juga menyumbang kepemilikan total flora kalimantan timur yaitu
lebih dari 3.000 jenis pohon termasuk 267 jenis Dipterocapaceae, lebih dari 2.000 jenis
anggrek dan lebih dari 1.000 jenis pakis, lebih dari 146 rotan, dan pusat distribusi
karnivora kantung semar.
3. Komponen Sosial
3.1 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2012 sebanyak 674.464
jiwa, terdiri atas 353.309 laki-laki dan 321.155 perempuan. Sedangkan untuk jumlah
penduduk desa Loa Duri Ilir adalah sebesar 9.951 jiwa dengan kepadatan penduduk ratarata di Kecamatan Loa Janan adalah 96 jiwa per km2
. Kecamatan Loa Janan merupakan salah satu dari 3 kecamatan dengan kepadatan
penduduk yang terpadat
3.2 Ekonomi
Pendapatan Rumah Tangga Hasil pengamatan dari pendapatan rumah tangga
masyarakat yang berada diseitar wilayah rencana pertambangan batu bara Loa janan
didapatkan dengan melakukan pendataan secara langsung kepada masyarakat yang telah
dijadikan sampel . Hal ini dapat dilihat lebih jelas dengan mengamati tabel dibawah in
No
1
2
3

Pendapatan Total
< UMK Rp 1.908.146
UMK Rp 1.908.146
> UMK Rp 1.908.146
Total

Frequency
54
21
25
100

%
54.0
21.0
25.0
100.0

Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2010


tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009. Pertumbuhan ekonominya sebesar
3,88 persen di tahun 2010, dan 2,08 persen tahun 2009. Di tahun 2010, hampir semua
sektor mengalami percepatan pertumbuhan, kecuali Sektor Listrik dan Gas. Dalam prestasi
perekonomian ini kecamatan Loa Janan banyak memberikan partisipasi terutama dalam
sektor pertambangan

4. Kesehatan Masyarakat
4.1 Pola Penyakit
Rona lingkungan komponen kesehatan masyarakat digambarkan dari kejadian
kesakitan selama tiga tahun terakhir (2010- 2012). Data diperoleh dari data sekunder
Puskesmas Loa Janan kecamatan Loa Janan yang wilayah kerjanya mencakup rencana

lokasi pertambangan batu bara di wilayah tersebut. Sebagai pertimbangan digunakannya


data kesehatan dari puskesmas setempat ini yaitu wilayah ekologis sebaran polutan udara
yang diprediksi dapat mencapai seluruh wilayah kerja puskesmas.
4.2 Status Gizi
Status gizi masyarakat diperoleh dari data dan pola yang digambarkan dari status
gizi bayi di wilayah kerja Loa Janan , dapat dikatakan bahwa sebagian besar bayi / balita
di sekitar rencana lokasi pembangunan dan pengoperasian pertambangan batu bara
memiliki status gizi yang tergolong baik, yaitu sebesar 98,99%, sedangkan sebagian kecil
sisanya, yaitu 1,01% memiliki status gizi buruk.
4.3 Pembuangan dan Pengelolaan SampaH
Topografi beberapa wilayah di kecamatan Loa Janan yang banyak berada dipinggir
sungai membuat masyarakat masih banyak yang memilih untuk membuang smaahnya
langsung kesungai. Pengolahan sampah lainnya terhadap sampah rumah tangga yang
dihasilkan adalah berupa ditimbun, dibakar atau didaur ulang
4.4 Sumber Air Bersih
Penydiaan air bersih di kecamatan Loa Janan seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya lebih banyak menggunakan PDAM, meskipun terkendala pada kelancaran
distribusi. Hal ini membuat masyarakat kecamatan Loa Janan umumnya lebih memilih
menggunakan anak sungai Mahakam yang berada sangat dekat dengan wilayah ini.

B. ANALISA DAMPAK
Keberadaan kegiatan pertambangan batubara memberikan dampak positif
maupun negatif pada masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan 55
responden. menggunakan teknik area sampling dan proportional random sampling.
Dampak kegiatan pertambangan batubara di Kelurahan Loa Ipuh Darat pada
kondisi sosial adalah memicu timbulnya migrasi masuk, timbulnya kejadian konflik,
merenggangnya hubungan kekerabatan, dan memicu timbulnya praktek prostitusi yang
dilegalkan oleh pemerintah daerah. Pada kondisi ekonomi kegiatan pertambangan
menimbulkan peluang usaha bagi warga masyarakat. Peningkatan ataupun penurunan
tingkat pendapatan masyarakat bervariasi berdasarkan jenis pekerjaan warga, serta
kesempatan kerja di sektor pertambangan, walaupun untuk warga lokal tergolong minim
disebabkan rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan warga lokal.
Daftar Pustaka

Pengertian Rona Lingkungan, 2010, www.mp.sinarindo.co.id


Dampak Kegiatan Pertambangan Batu Bara Terhadap Masyarakat , 2014, academia.edu

Embung Sangkok Bawi, 2014, id.scribd.com


Data PBL Loa Duri Ilir, 2013, bappedakutaikartanegara.com
Fhilia, Resti. Analisis Rona Lingkungan Tantim, academia.edu

________________________________________________________________________
_

Anda mungkin juga menyukai