Rizky Trinovitasari
022012266
Abstrak
Mesin pencari yang tersedia di internet memudahkan konsumen dalam mencari informasi
ketika hendak melakukan pembelian. Konsumen bisa berkeliling melihat toko online yang
sering dipajang di internet. Inilah mengapa manajer perusahaan memanfaatkan komunikasi
pemasaran melalui media sosial untuk menilai efektivitas pemasaran digital. Salah satunya
adalah industri fast fashion yang sudah siap pakai atau biasa disebut fast fashion. Industri fast
fashion bersaing ketat untuk menarik minat beli konsumen. Mango dan Cotton On adalah
merek fashion cepat terkenal yang juga terlibat dalam pemasaran digital. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan melakukan tinjauan pustaka untuk mengetahui
strategi digital marketing yang digunakan oleh industri fast fashion untuk mencapai target
penjualannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media social berperan besar dalam
pemasaran digital produk-produk industri fast fashion, salah satunya adalah Instagram. Kedua
toko fast fashion ini, baik Mango dan Cotton On aktif mengembangkan akun Instagram untuk
memasarkan produknya. Selain itu, pemasaran produk melalui e-commerce atau sering
disebut strategi Omni-channel juga digunakan oleh kedua brand besar ini. Perbedaan
mencolok antara strategi pemasaran digital Mango dan Cotton On dapat dilihat dari cara yang
berbeda dalam menarik konsumen.
PENDAHULUAN
Pada zaman sekarang ini, internet banyak digunakan sebagai media
komunikasi. media komunikasi yang berlangsung di internet ini akan membentuk
pola-pola komunikasi baru. Perkembangan internet juga diiringi oleh bagian di
dalamnya, yaitu perkembangan media sosial. Dimana media sosial termasuk dalam
salah satu bagian dari internet yang popular. Media sosial merupakan golongan media
yang terus berkembang dan banyak dikenal oleh masyarakat luas.
Fast Fashion berasal dari Eropa pada akhir abad ke-20. Fast Fashion
merupakan mode penjualan pakaian yang dengan cepat menangkap mode dengan
meniru desain merek besar, lalu memperkenalkan gaya pakaian yang mengikuti tren
dan diperbarui dengan cepat, dan dijual kepada konsumen dengan harga lebih murah.
Fitur mode cepat dapat diringkas sebagai "cepat, modis, terjangkau". Cepat berarti
merek fashion cepat merespon dengan cepat tren fashion. Hanya dibutuhkan waktu 2
minggu untuk keseluruhan lead time pakaian dari desain, produksi dan distribusi
hingga pengiriman dan penjualan ke toko, dan gaya fashion diperbarui dengan sangat
cepat.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Tepatnya, Jenis
penelitian yang dipilih adalah penelitan kepustakaan atau biasa disebut library
research, yaitu penyusunan penelitian yang berkaitan dengan metode pengumpulan
data pustaka, atau penelitian yang obyek penelitiannya dikaji melalui beragam
informasi kepustakaan seperti buku, artikel ilmiah, dan dokumen lainnya (Syaodih,
2019). Farisi (2010) menyimpulkan bahwa penelitian kepustakaan atau kajian literatur
merupakan penelitian yang mengkaji atau meninjau secara kritis pengetahuan,
gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam tubuh literatur berorientasi akademik,
serta merumuskan kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu. Objek
penelitian dalam penelitian ini adalah dua industry yang bergerak di bidang fast
fashion, yakni Mango dan Cotton On. Peneliti menggali berbagai informasi yang
berkaitan dengan kedua industry tersebut melalui buku, artikel ilmiah, dan dokumen
lainnya untuk dijadikan sebagai data penelitian.
Peneliti memilih dua industry yang bergerak di bidang fast fashion, yakni
Mango dan Cotton On untuk menganalisa strategi digital marketing yang
digunakannya. Hasil analisa menunjukkan bahwa strategi digital marketing Mango
sangat terfokus pada media sosial. Media sosial memainkan peran penting dalam
strategi digital marketing Mango. Menurut manager Mango, komunikasi dua arah
dengan konsumen sangatlah penting. Untuk mencapai tujuan ini secara emosional,
Mango membuat dan menyesuaikan konten dengan cara yang menyenangkan kepada
konsumen dan semua platform media sosial menyediakan informasi tentang tren
mode terbaru.
Serupa dengan laporan Similar Web yang menunjukkan bahwa 2.81% traffic
berasal dari platform social Facebook sebesar 44,44%, YouTube sebesar 7,28%, dan
Pinterest sebesar 7.96%. Salah satu platform media social yang digunakan Mango
adalah Instagram dengan total followers 11.8 juta di dunia. Sedangkan Cotton On
memperoleh 938 ribu followers secara global. Berbeda dengan Mango, Cotton On
juga memiliki akun Instagram khusus Indonesia dengan total followers 61.7 ribu jiwa.
Di Besaran followers di kedua toko fast fashion ini mendeskripsikan keberhasilan
strategi komunikasi pemasarannya di Instagram.
Teknik pemasaran via email juga digunakan oleh Mango melalui website
Mango dengan mengirimkan surat kabar. Dengan berlangganan surat kabar,
pelanggan akan mendapatkan potongan harga sebesar 10%. Mango mengirimkan 25
email selama 30 hari terakhir. Konsumen memang mudah diraih apabila dihadapkan
dengan berbagai taktik penjualan yang tampaknya menggunakan potongan harga
sebagai umpan. Berbeda dengan Mango, Cotton On dapat membangun loyalitas
merek secara online tanpa menggunakan diskon. Cotton On mengelompokkan pesan
per target audiens untuk memastikan Cotton On berkomunikasi dengan pelanggan
dengan cara yang tepat, yaitu dengan cara menunjukkan kepada audiens produk yang
relevan bagi mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Chaffey, D., & Smith, P. R. (2013). Emarketing Exellence. Planning and optimizing your
digital marketing. Abingdon: Routledge.
Edelmen, B., & Brandi, W. (2015). Risk, information, and incentives in online affiliate
marketing. Journal of Marketing Research. 52(1), 1-12.
Gumilar, G. (2015). Pemanfaatan Instagram Sebagai Sarana Promosi Oleh Pengelola Industri
Kreatif Fashion Di Kota Bandung. JIPSi, Vol. 5, No. 2.
Sanjaya, R., & Tarigan, J. (2009). Creative Digital Marketing. Elex Media. Komputindo.
Syaodih, N. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung. h.52.