Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

KANKER PAYUDARA

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Dea Adi Widjaya (201030100320)


2. Dea Nabilah Aprilianti (201030100352)
3. Dede Kurniati (201030100294)
4. Helmia Putri (201030100311)
5. Maulita Sela Amanda (201030100310)
6. Mutiara Nur Adini (201030100315)
7. Tria Sulisdaini (201030100304)

Dosen Mata Kuliah :


Ns. Desy Darmayanti M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENTINGNYA DETEKSI DINI PADA KASUS KANKER

Pokok Bahasan : SADARI, IVA TEST DAN PAP SMEAR

Sub Pokok Bahasan : pentingnya deteksi dini pada kasus kanker, kanker payudara dan kanker serviks

Sasaran : mahasiswa/i

Tempat : kampus wdh

Penyuluh : Kelompok 3

Tanggal : 2 juni 2022

A. Tujuan Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya deteksi dini pada kasus kanker,
kanker payudara, kanker serviks dan pemeriksaan SADARI, IVA test dan pap smear. selama
30 menit, pentingnya deteksi dini pada kasus kanker kanker payudara , kanker serviks dan
pemeriksaan SADARI, IVA TEST DAN PAP SMEAR.

B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang pentingnya deteksi dini kanker, kanker
payudara, kanker serviks dan pemeriksaan SADARI, IVA TEST DAN PAPSMEAR, mahasiswa
Dapat:
1. Menjelaskan pengertian kanker payudara dan serviks
2. Menjelaskan faktor penyebab,pektor resiko dan upaya pencegahan dan pengobatan
kanker payudara dan kanker serviks
3. Menjelaskan pentingnya deteksi dini
4. Menjelaskan pemeriksaan SADARI, IVA TEST dan PAP SMEAR.

C. Materi Penyuluhan
1. Menjelaskan pengertian kanker payudara
2. Menjelaskan faktor resiko dan pencegahan kanker payudara
3. Menjelaskan gejala, penyebab dan cara mengobati kanker payudara
4. Menjelaskan pengertian dan gambaran umum kanker serviks
5. Menjelaskan fatofisiologi kanker rahim
6. Menjelaskan faktor penyebab, faktor resiko, upaya pencegahan dan
pengobatan kanker rahim
7. Menjelaskan pentingnya deteksi dini pada kasus kanker
8. Menjelaskan pemeriksaan SADARI, IVA TEST DAN PATanda – tanda persalina
n

D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Media Penyuluhan
1. Power Point

1
F. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara langsung dengan tanya jawab.
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui : pen
gertian kanker payudara dan kanker serviks, faktor penyebab,pektor resiko dan upaya
pencegahan dan pengobatan kanker payudara dan kanker serviks, mengetahui pentingnya
deteksi dini dan pemeriksaan SADARI, IVA TEST DAN PAP SMEAR.

G. Kegiatan Penyuluhan

Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


5 meni Pembukaan
t - Memberi salam - Menjawab sala
- Memperkenalkan m,
- Diri - mendengarkan
- Menjelaskan kontrak: waktu, topi - Memperhatikan
k, tempat serta Tujuan penyuluha - Mendengarkan
n
15 Me Isi : - Mendengarkan
nit - Menjelaskan materi. dan memperha
9. Menjelaskan pengertian tikan
kanker payudara - Bertanya dan M
10. Menjelaskan faktor resiko enjawab
dan pencegahan kanker - Memberikan pe
payudara ndapat/saran
11. Menjelaskan gejala,
penyebab dan cara
mengobati kanker payudara
12. Menjelaskan pengertian dan
gambaran umum kanker
serviks
13. Menjelaskan fatofisiologi
kanker rahim
14. Menjelaskan faktor
penyebab, faktor resiko,
upaya pencegahan dan
pengobatan kanker rahim
15. Menjelaskan pentingnya
deteksi dini pada kasus
kanker
16. Menjelaskan pemeriksaan
SADARI, IVA TEST DAN PAP
SMEAR
- Diskusi
1. Tanya Jawab
5 Meni Penutup : - Mendengarkan
t - Menyimpulkan hasil penyuluhan. dan memperha
- Memberi saran-saran. tikan

2
- Mengucapkan salam penutup - Menjawab sala
m
-

Lampirab Materi.

A. Definisi kanker payudara


Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang d
apat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.Kanker payudara merupakan salah
satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration
di Indonesia, KPD menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%.
(Data Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data Histopatologik ; Badan Registra
si Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kan
ker Indonesia (YKI)). Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.00
0 wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki dengan frekuensi sekitar 1 %.
Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dima
na upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya
pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitas
i yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal.

B. Faktor resiko dan pencegahan


Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudar
a antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun, riwayat keluarga dan genetik (Pem
bawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM atau TP53 (p53)), riwayat penyakit payudar
a sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama, LCIS, densitas tinggi pada mamograf
i), riwayat menstruasi dini (< 12 tahun) atau menarche lambat (>55 tahun), riwayat re
produksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui), hormonal, obesitas, konsumsi alk
ohol, riwayat radiasi dinding dada, faktor lingkungan. Prevensi Dan Deteksi Dini.
Pencegahan (primer) adalah usaha agar tidak terkena kanker payudara . Pence
gahan primer berupa mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko yang diduga sa
ngat erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara. Pencegahan primer
atau supaya tidak terjadinya kanker secara sederhana adalah mengetahui faktor -faktor
risiko kanker payudara.

3
Pencegahan sekunder adalah melakukan skrining kanker payudara.Skrining k
anker payudara adalah pemeriksaan atau usaha untuk menemukan abnormalitas yang
mengarah pada kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang yang tidak me
mpunyai keluhan,

C. Jenis-jenis kanker payudara

1. Ductal carcinoma in situ


Tumbuh di saluran air susu tetapi tidak menyebar ke jaringan sekitarnya. D
CIS termasuk kanker stadium awal yang mudah diobati. Namun, DCIS bisa meny
ebar ke jaringan di sekitarnya jika tidak segera ditangani.

2. Lobular carcinoma in situ


Kanker yang tumbuh di kelenjar penghasil air susu.

3. Invasive ductal carcinoma


Tumbuh di duktus dan bisa menyebar ke jaringan sekitarnya, bahkan bisa
menyebar ke area tubuh yang lain. IDC terjadi pada 70–80% kasus kanker payuda
ra.

4. Invasive lobular carcinoma


Kanker yang awalnya tumbuh di kelenjar air susu, tapi kemudian menyeba
r ke jaringan di sekitarnya.

Selain jenis-jenis kanker payudara di atas, ada pula beberapa jenis kanker payudar
a yang jarang terjadi, yaitu:

1. Angiosarkoma, yaitu jenis kanker yang tumbuh di pembuluh darah dan saluran
getah bening di payudara
2. Penyakit Paget, yaitu kanker yang tumbuh di puting payudara, lalu meluas ke
area hitam di sekitar puting (areola)
3. Tumor phyllodes, yaitu jenis kanker yang tumbuh di jaringan ikat payudara
4. Inflammatory breast cancer (IBC), yaitu jenis kanker pada payudara yang bisa
berkembang cepat dan menyumbat saluran getah bening, sehingga membuat p
ayudara meradang, kemerahan, dan bengkak seperti terinfeksi

4
5. Triple negative breast cancer, yaitu jenis kanker payudara yang sulit untuk dio
bati karena tidak menunjukkan keberadaan reseptor hormon estrogen (ER), res
eptor hormon progesterone (PR), dan reseptor protein HER-2 pada pemeriksaa
n jaringan kanker.

D. Gejala dan Penyebab Kanker Payudara


Kanker payudara seringkali sulit terdeteksi di tahap awal karena ukurannya yang kecil.
Benjolan baru dapat teraba jika ukurannya cukup besar. Meski demikian, tidak semua
benjolan di payudara berarti kanker. Oleh karena itu, pemeriksaan penting dilakukan g
una memastikan apakah benjolan tersebut kanker atau bukan.

Belum diketahui apa yang menyebabkan sel kanker tumbuh di payudara. Tetapi, ada s
ejumlah faktor yang bisa membuat seseorang berisiko terkena penyakit ini, di antaran
ya memiliki berat badan berlebih, menstruasi terlalu muda, dan memiliki kebiasaan m
erokok.

E. Cara Mengobati dan Mencegah Kanker Payudara


Kanker payudara bisa diobati dengan beberapa cara, tergantung kepada kondisi pende
rita dan jenis kanker payudara itu sendiri. Upaya pengobatan itu meliputi:
- Terapi radiasi
- Terapi hormon
- Kemoterapi
- Prosedur bedah

5
1.1. kanker seeviks

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker
serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari
sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir
pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Karsinoma serviks biasanya timbul pada
zona transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.

Kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling banyak nomor tiga di dunia. Kanker
servik disebut juga "silent killer" karena perkembangan kanker ini sangat sulit dideteksi.
Perjalanan dari infeksi virus menjadi kanker membutuhkan waktu cukup lama, sekitar 10-20
tahun. Proses ini seringkali tidak disadari hingga kemudian sampai pada tahap pra-kanker
tanpa gejala. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, saat ini penyakit kanker serviks
menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian
pada perempuan di dunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus
kanker serviks dan setiap satu jam seorang wanita meninggal karena kanker ini

2.1 Gambaran Umum Kanker leher rahim ( Kanker Serviks)

Kanker leher rahim merupakan jenis keganasan yang paling sering di temukan dikalangan
wanita indonesia. Kanker serviks mempunyai frekuensi relatif tertinggi (25,6%) di Indonesia.
Menurut perkiraan Departemen kesehatan, terdapat sekitar 100 kasus per 100 ribu penduduk
atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Biasanya tanpa gejala pada stadium dini, tetapi jika
ditemukan pada stadium dini, kanker leher rahim dapat disembuhkan dengan baik. lebih dari
70% kasus yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut.

Memiliki perjalanan penyakit ini, hampir 90 % kasus berasal dari epitel permukaan (epitel
skuamosa). Didapatkan suatu keadaan yang disebut pembangkal kanker atau prakanker.
Keadaan tersebut dimulai dari yang bersifat ringan sampai menjadi karsinoma in situ yang
semuanya dapat di diagnosis dengan scrining atau penapisan.

6
2.2. Epidemiologi Kanker leher rahim ( Kanker Serviks)

Kanker serviks atau kanker leher rahim atau disebut juga kanker mulut rahim merupakan
salah satu penyakit keganasan dan penyakit kandungan yang masih menempati posisi
tertinggi sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan. Kanker serviks adalah
kanker leher rahim / kanker mulut rahim yang di sebabkan oleh virus Human Papiloma Virus
(HPV). Hanya beberapa saja dari ratusan varian HPV yang dapat menyebabkan kanker.

Penularan virus HPV yang dapat menyebabkan Kanker leher rahim ini dapat menular melalui
seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularannya dapat
melalui kontak langsung dan karena hubungan seks. Gejala yang mungkin timbul (Umumnya
pada stadium lanjut) adalah perdarahan di luarmasa haid, jumlah darah haid tidak normal,
perdarahan pada masa menopause(setelah berhenti haid), keputihan yang bercampur darah
atau nanah serta berbau, perdarahan sesudah senggama, rasa nyeri dan sakit di panggul,
gangguan buang air kecil sampai tidak bisa buang air kecil.

2.3 Patofisiologi Kanker leher rahim ( Kanker serviks)

Karsinoma serviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks (parsial) dan
endoserviks kanalik serviks yang disebut Squamo Columnar Junction (SCJ). Pada wanita
muda SCJ ini berada di luar ostium uteri eksterneum, sedang wanita berumur > 35 tahun SCJ
berada didalam kanalis serviks. Pada awal perkembangannya kanker serviks tak memberi
tanda-tanda atau keluhan. Pada pemeriksaan dengan spekulum tampak sebagai porsio yang
erosif (Metaplasia Skuamosa) yang fisiologi/patologik.

Tumor dapat tumbuh eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferasi
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis, endofitik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam serviks
dan cenderung utuh mengadakan infiltrasi menjadi ulkus, ulseratif cenderung merusak jarinan
serviks dengan melibatkan awal farniase vagina menjadi ulkus yang luas.

Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplasi (erasio) akibat saling desak
mendesaknya kedua jenis epital yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang
erosif (metaplasia skuamosa) yang semula faali/fisiologik dapat berubah menjadi patologik
(displatik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi
karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan

7
terus. Periode laten (dari NIS-I s/d KIS) tergantung dari daya tahan tubuh penderita.
Umumnya fase prainvasif berkisar antara 3-10 tahun (rata-rata 5-10 tahun). Perubahan epitel
displatik serviks secara kontinu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan
pengobatan/tanpa diobati itu dikenal dengan unitarian concept dari Richart. Histopatologik
sebagian terbesar (95-97%) berupa epidermoid atau squamous cell carcinoma, sisanya
adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma, dan yang paling jarang
adalah sarkoma.

2.4 Faktor penyebab dan faktor resiko Kanker leher rahim

a. Faktor penyebab

HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak. Sebagai tambahan perokok
sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. Wanita perokok mengandung konsentrat
nikotin dan kotinin didalam serviks mereka yang merusak sel. Laki-laki perokok juga
terdapat konsetrat bahan ini pada sekret genitalnya, dan dapat memenuhi servik selama
intercourse.

b. Faktor Resiko

1). Pola hubungan seksual

Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit kanker serviks meningkat


seiring meningkatnya jumlah pasangan.aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu
kurang dari 20 tahun,juga dapat dijadkan sebagai faktr resko terjadinya kanke serviks.

2). Paritas

Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yan sering melahirkan. Semakin sering
melahirkan,maka semain besar resiko terjamgkit kanker serviks. Pemelitian di Amerika Latin
menunjukkan hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah dikontrol dengan infeksi
HPV.

3). Merokok

Beberapa penelitian menemukan hubungan yang kuat antara merokok dengan kanker serviks,
bahkan setelah dikontrol dengan variabel konfounding sepert pola hubungna seksual.
Penemuan lain mempekhatkan ditemkanna nikotin paa cairan serviks wanita perokok bahan

8
ini bersifat sebagai kokassnoen dan bersama-sma dengan kasinoge yang telah ada selanjutnya
mendorong pertumbuhan ke arah kanker.

4). Kontrasepsi oral

Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk tahun 1983 mendapatkan bahwa
peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi oleh lama pemakaian kontrasepsi oral.
Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa semua kejadian kanker serviks invasive terdapat
pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain mendapatkan bahwa insiden kanker setelah
10 tahun pemakaian 4 kali lebih tinggi daripada bukan pengguna kontrasepsi oral. Namun
penelitian serupa yang dilakukan oleh peritz dkk menyimpulkan bahwa aktifitas seksual
merupakan confounding yang erat kaitannya dengan hal tersebut.

5). Defisiensi gizi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi tertentu seperti betakaroten dan
vitamin A serta asam folat, berhubungan dengan peningkatan resiko terhadap displasia ringan
dan sedang. Namun sampasaat ini tdak ada indikasi bahwa perbaikan defisensi gizi tersebut
akan menurunkan resiko.

6). Sosial ekonomi

Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan yang kuat antara kejadian
kanker serviks dengan tingkat social ekonomi yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh
penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan tingkat
pendidikan dan pendapatan rendah.

7). Pasangan seksual

Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai menjadi bahan yang menarik
untuk diteliti. Penggunaan kondom yang frekuen ternyata memberi resiko yang rendah
terhadap terjadinya kanker serviks.

2.5 Tanda dan Gejala Kanker leher rahim

a. munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan intim

b. Keluar keputihan atau cairan encer dari vagina

c. Pendarahan sesudah mati haid

9
d. Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kakuning kuningan, berbau dan dapat bercampur
dengan darah.

e. hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal

f. penurunan berat badan drastis.

Apabila gejala-gejala tersebut sudah muncul, biasanya kanker sudah dalam setadium lanjut.
Untuk itu perlu segera diperiksakan ke dokter karena makin dini penyakit didiagnosis dan
diobati, makin besar kemungkinan untuk disembuhkan.

2.6 Upaya pencegahan dan pengoabatan Kanker leher rahim

1. Upaya Pencegahan

a. Pemberian vaksin kanker serviks

Keganasan kanker serviks dapat menyerang wanita tanpa melihat kelompok umur. Vaksin
dapat diberikan pada kelompok umur 11-26. Vaksin diberikan pada bulan 0,1 dan bulan ke 6.
Adapula untuk anda yang memiliki riwayat terinfesi virus papiloma manusia dapat diberikan
vaksinasi dengan efektifias yang kurang. Vaksinasi dapat dilakukan di dokter kandungan.
Vaksinasi hanya dilakukan untuk pencegahan bukan untuk pengobatan.

b. Deteksi dengan Pap Smear

Pap smear atau tes papaniculou merupakan metode skrining untuk dapat mendeteksi kanker
serviks. Test ini telah terbukti dapat mendeteksi dini terjadinya infeksi virus penyebab kanker
serviks, sehingga mampu menurunkan resiko terkena kanker serviks dan memperbaiki
prognosis.

Untuk anda yang akan melakukan pap smear perhatikan ketentuannya agar hasil akurat :

1. Melakukan pap smear pada dua minggu setelah hari pertama haid.

2. Sebelum pemeriksaan sebaiknya tidak menggunakan obat atau bahan herbal pencuci alat
kewanitaan.

3. Penderita paska persalinan dianjurkan datang 6-8 minggu untuk melakukan pap smear.

4. Selama 24 jam sebelum pemeriksaan tidak dianjurkan untuk berhubungan seksual.

10
c. Hindari hubungan seks bebas

Human papiloma virus (HPV) yaitu virus penyebab kanker serviks dapat menular melalui
hubungan seksual. Fakta menunjukan hubungan seksual dengan menggonta-ganti pasangan
menjadi penyebab utama penularan HVS.

d. Hindari rokok

Untuk wanita, penderita kanker serviks diantaranya adalah 30 persen dari wanita perokok
aktif. Penyebabnya adalah kandungan zat kimia yang terdapat di dalam rokok memicu infeksi
virus penyebab kanker serviks.

e. Menghindari diet tidak seimbang

Diet yang salah dapat memicu perkembangan virus penyebab kanker serviks. Kandungan
yang terdapat dalam sayur dan buah justru dapat membantu untuk melindungi anda dari
serangan kanker serviks. Perhatikan pula makanan dan minuman anda jangan sampai
mengandung zat kimia berbahaya seperti pengawet , pewarna dan penyedao rasa.

f. Produk kimia berbahaya

Kehidupan modern yang bersifat instans justru memicu timbulnya kanker. Kandungan
berbahaya yang terdapat di dalam pembungkus dan bahan plastik yang terkena panas memicu
timbulnya kanker. Minimalisir penggunaan sterofom, bahan plastik yang dipanaskan atau
terkena plastik.

2. Pengobatan

a. Stadium prakanker (stadium 1)

Stadium prakanker hingga stadium 1 awal biasanya diobati dengan histerektomi. Apabila
pasien massih ingin memiliki anak biasanya dilakukan metode LEEP atau cone biopsy.

b. Stadium awal (stadium 1 dan II)

Apabila ukuran tumor kurang dari 4 cm biasanya dilakukan radikal histerektomi atau
radioterapi dengan atau tampa kometerapi. Apabila ukuran tumor lebih dari 4 cm biasanya

11
dilakukan radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi, atau kemoterapi
berbasis cisplatin yang dilanjutkan dengan histerektomi.

c. Stadium lanjut(stadium akhir II Akhir-IV awal)

Kanker serviks pada stadium ini dapat diobati dengan radioterapi dan kemoterapi berbasis
cisplatin. Pada stadium sangat lanjut(stadium IV akhir),dokter dapat mempertimbangkan
kometerapi dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin. Jika kesembuhan tidak
dimungkinkan, tujuan pengobatan selanjutnya adalah mengangkat atau menganjurkan
sebanyak mungkin sel-sel kanker. Biasanya dilakukan pengobatan yang bersifat paliatif-
ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala.

1.1 Pentingnya deteksi dini pada kasus Kanker

Mendeteksi dini penyakit kanker dapat meningkatkan peluang kesembuhan pasien. Biaya tes
deteksi dini pun jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya perawatan, jika kanker sudah
memasuki stadium lanjut dan menyebar ke organ tubuh lainnya. Karena itu, sangat penting
bagi tiap orang untuk melakukan deteksi dini kanker, apalagi jika memiliki riwayat dalam
keluarga.

SADARI

SADARI merupakan salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada
payudara. SADARI bertujuan untuk menemukan benjolan dan tanda-tanda lain pada
payudara sedini mungkin agar dapat dilakukan tindakan secepatnya

1. Jadwal pemeriksaan SADARI

Periksalah payudara anda sendiri secara teratur, hal ini dapat dilakukan dengan
gerakan yang dinamakan Sadari yang merupakan singkatan dari "Periksa Payudara
Sendiri". Dianjurkan agar pemeriksaan dilakukan 1 bulan sekali setelah menstruasi
kira-kira 4-7 hari setelah menstruasi.

2. Ketrampilan SADARI

a. Berdiri di depan cermin dengan posisi bahu lurus dan kedua tangan di pinggang.

12
b. Perhatikan apakah ada perubaan fisik payudara Anda, misalnya perubahan bentuk,
ukuran atau warna payudara.

c. Angkat kedua tangan ke atas dan perhatikan kembali apakah ada perubahan fisik
payudara yang tampak.

d. Tekan puting susu dan lihat apakah ada cairan yang keluar dari puting susu.

e. Berbaring dan raba payudara bagian kanan dengan tangan kiri dan sebagainya.

f. Buat pola memutar dan rasakan apakah pada payudara terdapat benjolan dan lainnya.

g. Saat duduk atau berdiri coba pijat payudara untuk menemukan apakah ada benjolan
yang mencurigakan.

h. Raba daerah ketiak sampai perut untuk memeriksanya.

i. Gerakan Sadari dapat dilakukan oleh pasangan hidup kepada istrinya. Atau para
suami dapat mengingatkan istrinya agar melakukan pemeriksaan Sadari secara teratur.
Peranan keluarga tentu dapat memudahkan terdeteksinya penyakit ini.

IVA TEST

1. Pengertian IVA Test

IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi
kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009).

2. Tujuan IVA Test

Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini
terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada leher
rahim.

3. Keuntungan IVA Test

Menurut (Nugroho. 2010:65) keuntungan IVA dibandingkan tes-tes diagnosa lainnya


adalah :

13
a. Mudah, praktis, mampu laksana

b. Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan

c. Alat-alat yang dibutuhkan sederhana

d. Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana

Menurut (Emilia. 2010 :53) keuntungan IVA:

a. Kinerja tes sama dengan tes lain.

b. Memberikan hasil segera sehingga dapat diambil keputusan mengenai


penatalaksanaannya.

4. Jadwal IVA Test Program Skrining Oleh WHO :

a. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun.

b. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun.

c. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun. (Nugroho
Taufan, dr. 2010:66)

d. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun.

e. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki
dampak yang cukup signifikan.

f. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun dan,
bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun.

5. Syarat IVA Test

a. Sudah pernah melakukan hubungan seksual

b. Tidak sedang datang bulan/haid

c. Tidak sedang hamil

d. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

6. Ketrampilan (Skill) IVA Test

14
a. Persiapan ruangan :

1) Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.

2) Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi.

b. Persiapan pasien :

1) Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai


prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam
pemeriksaan ini.

2) Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk dan
kaki melebar).

3) Pengambilan iva test dapat dilakukan setiap waktu diluar masa haid, yaitu
sesudah hari siklus haid ketujuh sampai dengan masa pramenstruasi.

4) Klien dianjurkan untuk tidak melakukan irigasi vagina (pembersihan vagina


dengan zat lain), memasukkan obat melalui vagina atau melakukan hubungan seks
sekurangkurangnya 2 x 24 jam

5) Klien yang sudah menopause, iva test dapat dilakukan kapan saja.

c. Persiapan alat :

1) Lampu sorot

2) Spekulum vagina

3) Asam asetat (3-5%)

4) Swab-lidi berkapas

5) Sarung tangan

d. Langkah kerja IVA Test :

1) Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke
vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim.

15
2) Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk
menyerapnya.

3) Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5%


diteteskan/diusapkan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit,
reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat.

4) Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif


terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat
penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi
berubah warna menjadi putih. Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih pada
daerah transformasi bearti hasilnya negative.

5) Jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka
dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker.

6) Jika pada tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati dengan
metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher
rahim.

7. Kategori IVA Test

Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan,
salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:

a. IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.

b. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip
serviks).

16
c. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang
menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan
ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau
kanker serviks in situ).

d. IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium
kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker
serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).

8. Pengobatan lesi pada serviks


a. Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker pada suhu
yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area tersebut mati dan luru
h, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi Priyanto. H, 2010)
b. Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari adanya pe
rubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya perubahan sel ak
ibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan d
engan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker yang disebabkan h
uman papillomavirus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan merusak organ tubuh yang
lain.
9. Pelayanan IVA Test
IVA bisa dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti bidan praktek mandiri,
klinik kesehatan, puskesmas dan rumah sakit. Pelayanan ini bisa dilaksanakan oleh :
a. Perawat terlatih
b. Bidan
c. Dokter Umum
d. Dokter Spesialis Obgyn

17
PAP SMEAR

1. Pengertian pap smear


a. Pap smear adalah suatu tes untuk mendeteksi kelainan-kaelainan yang terjadi pada
sel-sel leher rahim (Fitria, 2007).
b. Menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat berkembang menjadi kanker serv
iks.
c. Mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim
d. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker leher rahim.
e. Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks.
f. Merupakan suatu metode untuk deteksi dini. Pemeriksaan ini dilakukan oleh tenag
a ahli yaitu ahli kandungan maupun bidan. Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan u
ntuk mendeteksi apakah seorang wanita terinfeksi HPV maupun adanya sel karsin
oma. dengan pap smear diharapkan jika seorang wanita mengidap karsinoma dan
dapat diketahui secara dini maka diharapkan dapat terobati dan mengurangi kemat
ian akibat kanker serviks. Wanita yang sudah melakukan hubungan seksual sebaik
nya melakukan pap smear secara rutin satu kali dalam setahun.

2. Tujuan pap smear


a. valuasi sitohormonal Bahan sediaannya adalah sekret vagina yang berasal dari di
nding lateral vagina sepertiga bagian atas.
b. Mendiagnosis peradangan Bisa mendiagnosa peradangan, baik peradangan akut
maupun kronis. Pap smear akan memberikan gambaran perubahan sel yang khas s
esuai dengan organisme penyebabnya.
c. Identifikasi organisme penyebab peradangan Dalam vagina ditemukan beberapa
macam organisme/kuman yang sebagian merupakan flora normal vagina yang ber
manfaat bagi organ tersebut.
d. Mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dan kanker leher rahim d
ini atau lanjut (karsinoma/invasif) Pap smear telah diakui sebagai alat diagnostik
prakanker dan kanker leher rahim yang ampuh dengan ketepatan diagnostik yang t
inggi, yaitu 96%.

18
e. Memantau hasil terapi Memantau hasil terapi radiasi pada kasus kanker leher rahi
m yang telah diobati dengan radiasi, memantau adanya kekambuhan pada kasus k
anker yang telah dioperasi, memantau hasil terapi lesi prakanker atau kanker leher
rahim yang telah diobati dengan elekrokauter kriosurgeri, atau konisasi.

3. Sasaran pap smear


Wanita yang tinggi aktifitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wan
ita yang tidak aktif secara seksual.

4. Jadwal pap smear


a. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum me
nikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.
b. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti ganti pasangan seksual atau pernah
menderita infeksi HIV atau kutil kelamin.
c. Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun.
d. Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.
e. Pap tes setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun.
f. Sesudah 2 kali pap tes (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan bahwa wanita re
siko tinggi harus lebih sering menjalankan pap smear.
g. Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal sesering mungkin
setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker serviks. seksual (Suka
ca, 2009)

5. Tempat pelayanan pap smear


a. Puskesmas
b. Rumah sakit
c. Laboratorium

6. Ketrampilan pap smear


a. Persiapan pasien
1) Pengambilan pap smear dapat dilakukan setiap waktu diluar masa haid, yaitu s
esudah hari siklus haid ketujuh sampai dengan masa pramenstruasi.
2) Pasien harus memberikan sejujur-jujurnya kepada petugas mengenai aktivitas
seksualnya.

19
3) Tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 1 hari sebelum pengambialn
bahan pemeriksaan
4) Klien dianjurkan untuk tidak melakukan irigasi vagina (pembersihan vagina d
engan zat lain), memasukkan obat melalui vagina atau melakukan hubungan s
eks sekurangkurangnya 2 x 24 jam
5) Klien yang sudah menopause, pap smear dapat dilakukan kapan saja.
6) Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai
prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam
pemeriksaan ini.
7) Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk
dan kaki melebar).

b. Persiapan ruangan
1) Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
2) Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litot
omi.

c. Persiapan alat
1) Hanscun
2) Speculum cocor bebek
3) Spatula ayre yang telah dimodifikasi, lidi kapas atau cytobrush
4) Kaca objek glass
5) Alkohol 95%
6) Tampon tang
7) Kasa steril pada tempatnya
8) Formulir permintaan pemeriksaan sitologi pap smear
9) Lampu sorot
10) Klorin 0,5%
11) Cytocrep atau hair spray
12) Tempat sampah
13) Tempat tidur ginekolog
14) Sampiran

d. Pelaksanaan

20
1) Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh lang
kah
2) Mengunakan hanscun steril.
3) Melakukan vulva higyene.
4) Memperhatikan vulva dan vagina apakah ada tanda-tanda infeksi.
5) Memasang speculum dalam vagina.
6) Masukkan spatula ayre kedalam mulut rahim, dengan ujung spatula yang berb
entuk lonjong, apus sekret dari seluruh permukaan porsio serviks dengan sedik
it tekanan dengan mengerakkan spatel ayre searah jarum jam, diputar melingk
ar 360 derajat .
7) Ulaskan secret yang telah diperoleh pada kaca object glass secukupnya, jangan
terlalu tebal dan jangan terlalu tipis.
8) Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan cara:
a) Fiksasi Basah Dibuat setelah sediaan diambil, sewaktu secret masih segar
dimasukkan kedalam alkohol 95%. Setelah difiksasi selama 30 menit, sedi
aan dapat diangkat dan dikeringkan serta dikirim dalam keadaan kering ter
fiksasi atau dapat pula sediaan dikirim dalam keadaan terendam cairan fiks
asi didalam botol.
b) Fiksasi Kering Fiksasi kering dibuat setelah sediaan selesai diambil, sewa
ktu secret masih seger disemprotkan cytocrep atau hair spray pada object g
lass yang mengandung asupan secret tersebut dengan jarak 10-15 cm dari
kaca object glass, sebanyak 2-4 kali semprotkan. Kemudian keringkan sedi
aan dengan membiarkannya diudara terbuka selama 5-10 menit. Setelah ke
ring sediaan siap dikirimkan ke laboratorium sitologi untuk diperiksa bersa
maan dengan formulir permintaan.
9) Bersihkan porsio dan dinding vagina dengan kasa steril dengan menggunakan
tampon tang.
10) Keluarkan speculum dari vagina secara perlahan-lahan.
11) Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan.
12) Rapikan ibu dan rendam alat-alat dan melepaskan sarung tangan (merendam d
alam larutan clorin 0,5%).
13) Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh langkah.

7. Klasifikasi pap smear a

21
a. Kelas I
Pada kelas I identik dengan normal smear, pemeriksaan ulang 1 tahun lagi.
b. Kelas II
Pada kasus II menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, terkadang disertai
dengan kuman atau virus tertentu, disertai pula dengan kariotik ringan. Pemeriksa
an akan dilakukan 1 tahun lagi. Pengobatanya disesuaikan dengan penyebabnya. B
ila ada radang bernanah maka akan dilakukan pemeriksaan ulang setelah pengobat
an.
c. Kelas III
Kelas III dapat ditemukan sel diagnostik radang berat, periksa ulang dilakukan set
elah pengobatan.
d. Kelas IV
Kelas IV telah ditemukan sel-sel yang telah mencurigakan dan ganas.
e. Kelas V
Ditemukan sel-sel ganas. Bila hasil pada pasien pap smear ternyata positif, maka h
arus dilanjutkan dengan pemeriksaan biobsy terarah dan patologi.

DAFTAR PUSTAKA

Dian Nintyasari Mustika, SST, M.Kes Erna Kusumawati, SST, M.Kes Siti Istiana, S.SiT,
M.Kes.2016” MODUL KESEHATAN REPRODUKSI Deteksi Dini Kanker Serviks Dan
Panyudara”dalam http://repository.unimus.ac.id/ (diakses 30 Mei 2022)

22

Anda mungkin juga menyukai