Anda di halaman 1dari 6

2.5.

Packet Switching
2.5.1. Pengertian Packet Switching
Packet switching merupakan salah satu teknologi efektif untuk komunikasi
data jarak jauh, packet switching ini berkaitan dengan protocol, dimana message
dibagi menjadi paket-paket kecil sebelum message itu dikirimkan.
Jaringan packet switch merupakan kumpulan distribusi dari node-node packet
switch sehingga selalu ada delay waktu antara perubahan status dalam satu porsi
dari jaringan dan pengetahuan dari perubahan itu dimana saja. Contoh – contoh
teknologi yang menggunakan prinsip paket Switching yaitu WAN’s (Wide Area
Networks) protocol seperti TCP/IP, X.25 dan Frame relay

2.5.2. Prinsip-prinsip Packet-Switching


Perbedaan yang mendasar antara Packet Switching dengan Circuit
Switching adalah bahwa jalur komunikasi tidak ditujukan untuk meneruskan
message dari sumber ke tujuan. Dalam Packet Switching, message-message
yang berbeda (ataupun paket-paket yang berbeda) dapat melewati rute yang
berbeda, dan ketika ada “dead time” antara sumber dan tujuan, maka jalurnya
dapat digunakan oleh rute lain. Packet Switching lebih efisien untuk data yang
bisa menerima delay dalam transmisi, misalnya pesan e-mail dan Web pages.
Operasi dari packet switching : data ditransmisi dalam paket-paket pendek.
Panjang paket 1000 octet (byte). Jika suatu sumber mengirim message yang
panjang, maka message tersebut akan dipotong-potong menjadi paket seri. Tiap
paket mengandung porsi dari data user plus kontrol informasi. Dalam kontrol
informasi ini termasuk informasi agar jaringan dapat meletakkan paket melalui
jaringan tersebut dan mengirimnya ke tujuan yang sesuai. Pada tiap node, paket
diterima, disimpan dan dilewatkan pada node berikutnya.
Gambar 1.5 Paket Seri

2.5.3. Keuntungan Packet Switching :


1) Lebih efektif, karena beralih perangkat tidak perlu jumlah kapasitas penyimpanan
skunder yang besar.
2) Packet switching menawarkan karakteristik delay yang membaik, karena tidak ada
pesan yang panjang dalam antrian (ukuran paket maksimum adalah tetap).
3) Paket dapat dialihkan jika ada masalah seperti sibuk atau cacat pada link
4) Banyak pengguna jaringan dapat berbagi saluran yang sama pada saat yang sama.
5) Packet switching dapat memaksimalkan efisiensi link dan dengan memanfaatkan
secara optimal bandwidth link

2.5.4. Kelemahan Paket Switching :


1) Protokol untuk packet switching biasanya lebih kompleks. Hal ini dapat
menambahkan beberapa biaya awal dalam pelaksanaannya.
2) Jika paket hilang, pengirim harus memancarkan kembali data.
3) Packet-switched sistem masih tidak dapat memberikan kualitas yang sama seperti
dedicated circuits dalam aplikasi yang memerlukan delay sangat sedikit, seperti
suara percakapan atau gambar bergerak.

2.5.5. Dua Pendekatan Paket Switching


Ada dua macam teknik pendekatan Packet Switching yang umum, yaitu :
1. Virtual Circuit Packet Switching
Dalam pendekatan ini, perencanaan dasar rute diwujudkan sebelum paket-
paket apapun dikirim. Jadi karakteristik utama dari teknik ini yaitu bahwa rute
antara stasiun-stasiun diset sebelum transfer data. Paket dilabelkan dengan nomor
sirkuit maya dan nomor urut. Paket dikirimkan dan datang secara berurutan.
2. Datagram Switching
Dalam pendekatan ini, tiap paket diperlakukan sendiri-sendiri, dengan tidak
ada referensi pada paket yang telah keluar sebelumnya. Datagram ini digunakan
pada network layer dari Internet. Setiap paket diberi label alamat tujuan. Berbeda
dengan sirkit maya, datagram memungkinkan paket yang diterima berbeda urutan
dengan urutan saat paket tersebut dikirim.

2.5.6. Contoh Pengaplikasian Packet Switching


1. Virtual Circuit Packet Switching

Gambar 2.5 Virtual Circuit Eksternal

Stasiun A mengirimkan 6 paket. Jalur antara A dan B secara logik disebut


sebagai jalur 1, sedangkan jalur antara A dan C disebut sebagai jalur 2. Paket
pertama yang akan dikirimkan lewat jalur 1 dilabelkan sebagai paket 1.1,
sedangkan paket ke-2 yang dilewatkan jalur yang sama dilabelkan sebagai paket
1.2 dan paket terakhir yang dilewatkan jalur 1 disebut sebagai paket 1.3.
Sedangkan paket yang pertama yang dikirimkan lewat jalur 2 disebut sebagai
paket 2.1, paket kedua sebagai paket 2.2 dan paket terakhir sebagai paket 2.3
Dari gambar tersebut kiranya jelas bahwa paket yang dikirimkan diberi label
jalur yang harus dilewatinya dan paket tersebut akan tiba di stasiun yang dituju
dengan urutan seperti urutan pengiriman.
Secara internal rangkaian maya ini bisa digambarkan sebagai suatu jalur
yang sudah disusun untuk berhubungan antara satu stasiun dengan stasiun yang
lain. Semua paket dengan asal dan tujuan yang sama akan melewati jalur yang
sama sehingga akan samapai ke stasiun yang dituju sesuai dengan urutan pada
saat pengiriman (FIFO). Gambar 3.5 menjelaskan tentang sirkit maya internal.

Gambar 3.5 Virtual Circuit Internal

Gambar 3.5 menunjukkan adanya jalur yang harus dilewati apabila suatu
paket ingin dikirimkan dari A menuju B (sirkit maya 1 atau Virtual Circuit 1
disingkat VC #1). Sirkit ini dibentuk denagan rute melewati node 1-2-3.
Sedangkan untuk mengirimkan paket dari A menuju C dibentuk sirkit maya VC
#2, yaitu rute yang melewati node 1-4-3-6.

2. Datagram Switching

Gambar 4.5 Datagram Eksternal


Dari gambar 4.5, stasiun A mengirimkan enam buah paket. Tiga paket
ditujukan ke alamat B. Urutan pengiriman untuk paket B adalah paket B.1, Paket
B.2 dan paket B.3. sedangkan tiga paket yang dikirimkan ke C masing-masing
secara urut adalah paket C.1, paket C.2 dan paket C.3. Paket-paket tersebut
sampai di B dengan urutan kedatangan B.2, paket B.3 dan terakhir paket B.1
sedangan di statiun C, paket paket tersebut diterima dengan urutan C.3,
kemudian paket C.1 dan terakhir paket C.2. Ketidakurutan ini lebih disebabkan
karena paket dengan alamat tujuan yang sama tidak harus melewati jalur yang
sama. Setiap paket bersifat independen terhadap sebuah jalur. Artinya sebuah
paket sangat mungkin untuk melewati jalur yang lebih panjang dibanding paket
yang lain, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke alamat tujuan
berbeda tergantung rute yang ditempuhnya. Secara internal datagram dapat
dilihat pada gambar 5.5.

Gambar 5.5 Datagram Internal


Daftar Pustaka

Stalling, Williams. 2003. Data and Computer Communication edisi 7. Prentice Hall :
New Jersey.
Stalling, Williams. 1997. Data and Computer Communication edisi 5. Prentice Hall :
New Jersey.

Anda mungkin juga menyukai