Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ina Yolanda Harahap

NIM : 212103004
Prodi : Kesekretariatan
Tugas : Meresume Bab 5
Matkul : Pengantar Bisnis
Dosen : Ibu Maryanie, Dra, MSi

BAB 5

LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI INDONESIA

 PENGERTIAN DAN PERAN LINGKUNGAN DALAM PENCIPTAAN NILAI BARANG DAN


JASA

Perusahaan sebagai sebuah system mikro merupakan bagian dari system perekonomian secara
makro, maka kinerja sebua perusahaan dalam memproduksi barang dan jasa sanagt dipengaruhi
oleh lingkungan perusahaan.

Lingkungan Perusahaan (business environment) adalah sekumpulan sumber daya (resouces),


kekuatan (forces), dan lembaga (insitutions) yang memilki pengaruh terhadap perusahaan dalam
mencipatakan (value) barang (goods) dan jasa (services). Adapun yg dimaksud dengan value adalah
kumpulan manfaat yang dapat diberikan suatu produk. Nilai suatu barang dan jasa dapat dilihat
dari dua perspektif, yaitu:

1. Nilai dari sudut pandang konsumen.

Dari sudut pandang konsumen nilai dapat dirumuskan dengan:

V = Q+T
P
V = nilai
Q = kualitas
F = fitur
P = harga

Suatu nilai memiliki nilai yang semakin tinggi dari sudut pandang konsumen apabila
dengan harga yang sama, konsumen memperoleh produk yang memiliki fitur dan kualitas
yang sama.

2. Nilai dari sudut pandang peusahaan.

Nilai dilihat dari sudut pandang perusahaan (Porter, 1989) adalah selisih antara kesediaan
pembeli untuk membayar harga suatu produk dengan biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi barang atau jasa sampai menyediakan barang dan jasa tersebut di tempat
pembeli membutuhkan.
 Penciptaan Nilai (Value Corection)

Penciptaan niali darai barang dan jasa dalam kaitannya dengan lingkungan perusahaan terjadi
dalam tiga tahap, yaitu: tahap input, process (conversion), dan output (Jones, 1995).

1. Tahap Input

Cara perusahaan memilih dan memperoleh input yg diperlukan untuk menghasilkan barang
dan jasa akan sangat menetukan berapa besar nilai yang dapat diciptakan olrh perusahaan
pada tahap ini (input stage). Sebagai contoh, apabila terdapat dua perusahaan me instan
yang saling bersaing, dimana salah satu perusahn tersebut memperoleh bahan baku terigu
dengan kualitas yang sama tetapi harga yang lebih murah, maka akan dapat dpastikan
bahwa dalam jangka panjang perusahaan mie instan tersebut akan memiliki keunggulan
kompetitif disbanding pesaing.

Porter (1989) memperkenalkan konsep rantai nilai (value chain) untuk menganalisis
penciptaan nilai pada setiap tahapan aktivitas pembuatan barang dan jasa. Di dalam konsep
ini aktivitas perusahaan dibagi-bagi menjadi berbagai aktivitas yang secara strategis
dianggap relevan untuk dapat mengetahui biaya-biaya yang timbul pada setiap tahapan
aktivitas dan mengetahui berbagai kemungkinan yang dapat diperoleh perusahaan untuk
melakukan diferensiasi pada setiap taha aktivitas.

Rantai nilai perusahaan (firm value chain) terkait dengan ranta nilai lainnya baik di hulu
(upstream value-yaitu supplier value chain) maupun di hilir (rangkaian rantai nilai
selanjutnya-channel value chain dan buyer value chain). Sedangkan rantai nilai generik
(yang berlaku secara umum) di setiap jenjang rantai nilai-mulai dari perusahaan pemasok
sampa perusahaan pembeli produk.

Pemasok (supplier) memiliki rantai nilai yang berasal dari proses sebelumnya dan proses di
dalam pemasok sendiri, begitu pula dengan saluran distribusi dan konsumen. Sebagai
contoh, pemasok crude palm oil (CPO) yang merupakan bahan baku industri minyak
goreng. Pemasok CPO ke industri minyak goreng memperoleh bahan baku CPO berupa
tandan buah segar sawit dari perkebunan sawit. Kualitas tandan buah segar sawit yang
dipasok oleh perkebunan sawit akan memengaruhi jumlah CPO yang bisa dihasilkan.

Selanjutnya bahan baku yang dipasok oleh pemasok akan digunakan untuk memproduksi
produk oleh perusahaan dan perusahaan menambahkan nilai dalam rantai nilai perusahaan
(firm value chains). Demikian seterusnya sampai akhirnya rantai nilai yang terjadi di
perusahaan dan saluran pemasaran bertemu dengan rantai nilai yang dimiliki pembeli
(buyer value chain). Dengan demikian input memiliki peran yang sangat strategis dalam
menentukan daya saing perusahaan. Proses penciptaan nilai pada tahap input ini
merupakan aktivitas inbound logistic.
2. Tahap Proses (Conversion Stage)

Setelah input diperoleh perusahaan, selanjutnya perusahaan melakukan proses mengubah


input tersebut menjadi output berupa barang dan jasa. Bagaimana kualitas produk yang
dihasilkan, berapa besar biaya yang diperlukan untuk memproduksi suatu produk,
keunggulan apa yang dimiliki produk perusahaan dibandingkan produk pesaing-sangat
ditentukan oleh proses penciptaan nilai pada tahap konversi (conversion stage) atau
tahap/aktivitasoperation dalam model Porter.

Pada tahap ini perusahaan menggunakan berbagai keunggulan teknologi produksi dan
juga kemampuan sumber daya manusia untuk menghasilkan produk yang unggul
dibanding produk pesaing. Meskipun perusahaan dan pesaing menggunakan bahan baku
produksi yang relatif sama, tetapi perbedaan proses produksi akan mengakibatkan
perbedaan output yang sangat nyata antara produk perusahaan dengan produk pesaing.

3. Penciptaan Nilai pada Tahap Output

Setelah produk dihasilkan oleh perusahaan, selanjutnya perusahaan dihadapkan pada


penciptaan nilai taha ketiga yaitu bagaimana melakukan distribusi produk dan pelayanan
kepada konsumen. Berbagai layanan yang diberikan perusahaan seperti layanan purnajual
(aftersales service) atau pengiriman barang yang tepat waktu dapat menciptakan nilai bagi
konsumen/pelanggan. Melalui uang yang mereka peroleh dari hasil penjualan barang dan
jasa, selanjutnya perusahaan kembali dapat melakukan pembelian input kepada pemasok,
memberikan keuntungan kepada pemegang sahamnya (shareholders), memberikan
kompensasi yang layak kepada sumber daya manusia perusahaan sehingga siklus usaha
dapat berjalan terus.

 PENDEKATAN PENGELOMPOKAN DENGAN MENGGUNAKAN PERUSAHAAN SEBAGAI


UNIT ANALISIS

Dengan menggunakan perusahaan secara keseluruhan sebagai unit analisis, lingkungan perusahaan
dapat dilihat sebagai kumpulan sumber daya, kekuatan dan lembaga yang akan memengaruhi
kinerja perusahaan secara keseluruhan (company as a whole). Berdasarkan perspektif ini,
lingkungan perusahaan selanjutnya masih dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu:
1. Lingkungan khusus (specific environment, suatu perusahaan terdiri dari para
pemegang/ pemangku kepentingan di luar perusahaan (outside stakeholders) yang secara
langsung memengaruhikemampuan organisasi untuk memperoleh sumber daya ekonomi,
sehingga dapat memengaruhi kinerja perusahaan
2. Lingkungan umum (general environment) terdiri dari berbagai kekuatan (forces) yang
akan memengaruhi perusahaan-perusahaan secara umum (artinya bukan hanya
berpengaruh terhadap satu perusahaan) dan memengaruhi kemampuan perusahaan
perusahaan tersebut untuk memperoleh sumber daya ekonomi

 Lingkungan Khusus Perusahaan

Lingkungan khusus perusahaan terdiri dari para pemangku kepentingan di luar perusahaan
(outside stakeholders) yang secara langsung memengaruhi kemampuan organisasi untuk
memperoleh sumber daya ekonomi yang dapat memengaruhi kinerja perusahaan. Selain itu
lingkungan khusus perusahaan memiliki pengaruh langsung terhadap keputusan yang akan
diambil oleh manajemen perusahaan dan memberikan reaksi yang cepat terhadap keputusan yang
diambil oleh manajemen perusahaan (Robbins dan Coulter, 2003: 66). Lingkungan khusus
perusahaan terdiri dari:

 Pemasok (Suppliers)

Kualitas dan harga bahan baku yang disediakan pemasok sangat memengaruhi kinerja
perusahaan, karena kualitas dan harga bahan baku akan menentukan bersaing-tidaknya produk
perusahaandengan pesaing. Selain digunakan sebagai sebutan untuk perusahaan yang memasok
bahan baku, pengertian pemasok mencakup pula lembaga-lembaga yang menyediakan
pembiayaan (financing) maupun sumber daya manusia. Pemegang saham, bank, perusahaan
asuransi, dana pensiun dan sebagainya, adalah pemasok uang bagi perusahaan. Sedangkan
perguruan tinggi, serikat pekerja, perusahaan jasa tenaga kerja merupakan pemasok sumber daya
manusia bagi perusahaan.

 Pesaing (Competitors)

Selain pesaing yang berasal dari perusahaan yang memproduksi produk yang sama, pesaing dapat
pula berasal dari perusahaan yang memproduksi produk substitusi-yaitu produk yang memiliki
bentuk fisik berlainan dengan produk perusahaan, tetapi memiliki fungsi yang sama (Doyle, 2000:
160).

 Pelanggan (Customers)

Perusahaan memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan
(customers). Perusahaan harus berusaha memahami kebutuhan konsumen untuk menjadi
perusahaan yang unggul (Peters dan Waterman, Jr.: 1982) Penerimaan dan loyalitas konsumen
terhadap produk perusahaan akan menentukan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka
panjang.

 Penyalur (Distributors)

Saluran distribusi akan menentukan tingkat liputan/cakupan pasar (market coverage) yang dapat
dicapai oleh produk perusahaan. Saluran distribusi juga sangat menentukan tingkat ketersediaaan
(availability) produk perusahaan di berbagai outlet. Dengan kata lain saluran distribusi dapat
menciptakan kegunaan tempat (place utility) sehingga produk perusahaan dapat diperoleh
konsumen di lokasi-lokasi yang dapat dijangkau oleh konsumen.

 Kelompok Penekan (Pressure Groups)

Salah satu contoh kelompok penekan adalah serikat pekerja (unions). Kebebasan berserikat bagi
warga negara Indonesia dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini menjadi landasan
konstitusional bagi dikembangkannya serikat pekerja di Indonesia. Serikat pekerja memberikan
tekanan terhadap kebijakan perusahaan yang bertentangan dengan kepentingan para pekerja.
Pada saat membuat keputusan yang dapat memiliki dampak terhadap para karyawan, perusahaan
harus memperhatikan reaksi yg diberikan serikat pekerja.
 Kreditor (Creditors)

Selain mengandalkan modal sendiri yang diperoleh dari setoran para pemegang saham,
perusahaan pada umumnya membutuhkan bantuan lembaga keuangan bank untuk menunjang
kecukupan modalnya. Sebagai lembaga pemberi kredit, bank akan membebankan bunga yang
harus dibayaroleh perusahaan sebagai balas jasa terhadap dana yang mereka pinjamkan.
Kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari bank selain dipengaruhi oleh
tersedianya jaminan (collateral) juga sangat ditentukan oleh kinerja keuangan perusahaan, yakni
apakah perusahaan akan mampu membayar kewajiban yang jatuh tempo sehingga kredit yang
diberikan oleh bank tidak akan berkembang menjadi kredit bermasalah bahkan menjadi kredit
macet.

 Lingkungan Umum Perusahaan

Lingkungan umum perusahaan terdiri dari berbagai kekuatan (forces) yang akan memengaruhi
perusahaan-perusahaan secara umum dan memengaruhi kemampuan perusahaan-perusahaan
tersebut untuk memperoleh sumber daya ekonomi. Pengertian dari memengaruhi perusahaan
secara umum adalah bahwa pengaruh lingkungan umum tidak hanya akan dirasakan satu
perusahaan saja melainkan akan dirasakan pula oleh perusahaan-perusahaan lainnya. Misalnya
kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akan dirasakan dampaknya oleh seluruh industri,
karena kenaikan harga BBM akan memengaruhi harga bahan baku dan biaya produksi berbagai
perusahaan secara umum. Lingkungan umum perusahaan terdiri dari economic forces,
international forces, demographic and cultural forces, political forces dan technological forces.

 Kekuatan Ekonomi (Economic Forces)

Kekuatan ekonomi memiliki pengaruh makro terhadap kinerja perusahaan yang ada di Indonesia
secara keseluruhan. Sebagai contoh, krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997
telah mengakibatkan ambruknya ekonomi Indonesia disertai dengan kebangkrutan perusahaan
dan penciutan lapangan kerja. Terjadinya fluktuasi nilai tukar rupiah yang sangat tajam terhadap
dolar AS dan beberapa mata uang kuat lainnya pada periode ini telah mengakibatkan
ketidakpastian dalam perhitungan harga pokok produksi terutama untuk industri-industri yang
memiliki kandungan bahan baku/komponen impor yang besar.

 Kekuatan Internasional (International Forces)

Sebagai sistem perekonomian yang terbuka, sistem ekonomi Indonesia sangat dipengaruhi oleh
situasi ekonomi dan perdagangan internasional. Dengan semakin terintegrasinya ekonomi dunia,
maka gejolak ekonomi di suatu negara industri maju dapat memiliki dampak yang sangat cepat
terhadap negara lainnya. Misalnya, penurunan permintaan produk tekstil dari Amerika Serikat
dan negara-negara tujuan ekspor lainnya, telah mengakibatkan kemunduran bahkan
kebangkrutan usaha tekstil di Indonesia. Sementara itu deflasi yang terjadi di Tiongkok dalam
beberapa tahun belakangan ini, telah menyebabkan membanjirnya barang impor dari Tiongkok
dengan harga yang sangat murah, mulai dari produk mainan, makanan, kosmetik, elektronik
sampai kendaraan bermotor.
 Kekuatan Demografi dan Budaya (Demographic and Cultural Forces)

Perubahan budaya dan dimensi-dimensi kependudukan seperti pendidikan, pekerjaan, ukuran


keluarga, agama, gender dan juga perbedaan cohort (generasi) telah mengakibatkan perubahan
pada selera dan nilai-nilai yang dianut konsumen. Pada satu sisi perubahan budaya Indonesia
memperlihatkan kecenderungan penghayatan nilai-nilai religius yang semakin intens sehingga
produk-produk dengan nuansa religius yang kental seperti nasyid, busana muslim, perbankan
syariah menunjukkan pertumbuhan yang sangat mengagumkan.

 Kekuatan Politik (Political Forces)

Pemerintah (government) memengaruhi lingkungan bisnis secara umum melalui pemberlakuan


undang-undang dan peraturan-peraturan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pemerintah
terutama adalah lembaga eksekutif (presiden, para menteri atau pejabat setingkat menteri, kepala
daerah baik kepala daerah di tingkat provinsi maupun kepala daerah kota/kabupaten) serta
lembaga legislatif baik Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) maupun Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD). Dengan diberlakukannya undang-undang otonomi daerah, kepala daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah akan memiliki peran yang semakin besar dalam pengaturan
usaha di daerah.

 Kekuatan Teknologi ( Technological Forces )

Narayanan (2001: 12) membagi perubahan teknologi ke dalam dua kategori, yaitu process
technology dan product technology. Baik perubahan process technology maupun product
technology memberi pengaruh yang besar terhadap perusahaan.

PROCESS TECHNOLOGY yaitu berbagai teknik yang digunakan untuk memproduksi dan
memasarkan produk. Misalnya, Henry Ford memperkenalkan proses lini perakitan (assembly line)
dalam industri mobil, sementara perusahaan Jepang memperkenalkan manajemen kendali
mutu/kualitas di dalam industri yang sama. Perubahan process technology bertujuan untuk
memproduksi dan memasarkan produk secara lebih cepat, lebih efisien atau dalam volume yang
lebih besar.

PRODUCT TECHNOLOGY menunjukkan berbagai elemen teknologi yang terkandung di dalam


produk yang dihasilkan sebuah perusahaan. Misalnya mobil dengan menggunakan bahan bakar
minyak dan mobil yang menggunakan tenaga listrik merupakan contoh product technology.
Perubahan pada product technology dapat menghasilkan produk yang benar-benar baru dan
menggantikan produk yang ada saat ini.
Selain pengelompokan lingkungan perusahaan ke dalam lingkungan khusus dan lingkungan
umum, lingkungan suatu perusahaan dapat dikelompokkan juga ke dalam dua ketegori lain, yaitu
lingkungan pasar dan lingkungan nonpasar (Baron, 2000).

 Lingkungan pasar (market environment)

Lingkungan pasar (market environment) mencakup interaksi antara perusahaan dengan berbagai
pihak yang terjadi melalui mekanisme pasar atau berbagai persetujuan tertentu antara
perusahaan dengan pihak-pihak tersebut, misalnya kontrak penjualan antara penjual dengan
pembeli.

Untuk dapat berhasil dalam melakukan kegiatan usahanya, perusahaan harus dapat beroperasi
secara efektif di dalam lingkungan pasar. Hal tersebut dilakukan perusahaan dengan menerapkan
proses produksi yang efisien dan bersifat tanggap terhadap permintaan konsumen. Perusahaan
juga dituntut untuk dapat mengantisipasi perubahan pasar dan dapat melakukan penyesuaian
terhadap perubahan, melakukan inovasi melalui kegiatan research and development,
mengembangkan produk maupun jasa baru yang memiliki nilai di mata konsumen.

 Lingkungan Nonpasar

Kinerja perusahaan dan manajemennya juga sangat bergantung pada aktivitas yang dilakukan
perusahaan dalam menangani lingkungan nonpasar (nonmarket environment). Lingkungan
nonpasar (nonmarket environment) meliputi berbagai tatanan sosial, politik dan hukum yang
berinteraksi di luar lingkungan pasar, tetapi memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap pasar
dan berbagai transaksi yang terjadi di lingkungan pasar. Lingkungan nonpasar menentukan
interaksi antara perusahaan dengan individu-individu, kelompok kepentingan (interest groups),
pemerintah dan publik. Hubungan antara perusahaan dengan berbagai pihak tersebut di
lingkungan nonpasar diperantarai oleh lembaga-lembaga publik seperti pengadilan, pemerintah
baik di pusat maupun daerah-dan tidak semata-mata diperantarai oleh mekanisme pasar maupun
perikatan.

 LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI-FUNGSI ORGANISASI


SEBAGAI UNIT ANALISIS

Pengaruh lingkungan perusahaan-baik lingkungan perusahaan yang bersifat umum (general


environment) maupun lingkungan yang bersifat khusus (specific environment)-memiliki dampak
yang berbeda-beda terhadap berbagai fungsi yang ada di perusahaan.

Sebagai contoh, peningkatan tingkat bunga pinjaman (berasal dari economic forces) akan
memengaruhi secara langsung aktivitas yang dilakukan oleh bagian keuangan (finance
department) perusahaan, tetapi memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap bagian sumber
daya manusia (human resources department).

Tuntutan serikat pekerja untuk memperoleh kenaikan upah, akan berpengaruh secara langsung
terhadap kinerja departemen sumber daya manusia tetapi memiliki pengaruh tidak langsung
terhadap bagian pemasaran (marketing department) perusahaan.

Sedangkan pengenaan kuota ekspor terhadap produk Indonesia oleh negara tujuan ekspor
(misalnya Amerika Serikat) akan memberi pengaruh langsung terhadap kinerja departemen
pemasaran tetapi memiliki pengaruh tidak langsung terhadap departemen-departemen lainnya.

Anda mungkin juga menyukai