Hasanuddin Z. Abidin ?
Geodesy Research Division
Institute of Technology Bandung
Jl. Ganesha 10, Bandung, Indonesia
E-mail : hzabidin@gd.itb.ac.id
• Ambiguitas fase ?
• Cycle Slip
• Bias Ionosfir
• Bias Troposfir • Multipath
• Imaging
Strategi Pengamatan
Pusat radial = 2 m,
Bumi along-track = 5 m,
Hasanuddin Z. Abidin, 1995
cross-track = 3 m.
Kesalahan Orbit Satelit (4)
Kesalahan orbit akan mempengaruhi ketelitian dari koordinat
titik-titik yang ditentukan, baik secara absolut maupun relatif
Pada penentuan posisi secara relatif, semakin panjang baseline
yang diamati maka efek kesalahan orbit satelit akan semakin besar.
r r
orbit yang orbit yang
dilaporkan dilaporkan
b
dp Penentuan db Penentuan
P Q P
Posisi Absolut Posisi Relatif
kesalahan
10
(2 m)
1
(0.2 m)
0.1
10 100 1000
b
db = . dr Jarak pengamat ke satelit (r) = 20000 km
r
Hasanuddin Z. Abidin, 1995
Tingkat Ketelitian Informasi Orbit GPS
• Almanak
• Broadcast Ephemeris
Jenis Informasi
• Ultra Rapid Ephemeris
Orbit Satelit GPS :
• Rapid Ephemeris
• Precise Ephemeris
http://igscb.jpl.nasa.gov/components/prods.html
Hasanuddin Z. Abidin, 2004
Efek SA pada Kesalahan Orbit
-50
SA on
-100
-150
0 4 8 12 16 20 24 Waktu (jam)
1000 km
Lapisan
IONOSFIR
60 km
z’
Titik
Ionosfir
z
hm
Pengamat
Re Re
z' = -
sin
1 sin( z)
Re + hm
Pusat Bumi
Hasanuddin Z. Abidin, 1996
Variasi Efek Ionosfir
- daerah ekuator,
- daerah lintang menengah, dan
- daerah auroral.
Daerah
Lintang
Menengah
Daerah Tropik
Bias ionosfir
besar tapi stabil
LINTANG MENENGAH
AURORAL
Waktu
Hasanuddin Z. Abidin, 2004
Variasi Harian dari Aktivitas Ionosfir
± 11 tahun
Jumlah sunspot
1991
1986
Tahun
250
Smoothed monthly mean sunspot numbers
200
Sunspot number
100
50
Year 46 48 50 52 54 56 58 60 62 64 66 68 70 72 74 76 78 80 82 84 86 88 90
f12 . P1 f 22 . P2 f12 . L1 f 22 . L2
P3 L3
f12 f 22 f12 f 22
pseudorange fase
a0 = 1.397E-08
a1 = 2.235E-08
a2 = -1.192E-07
a3 = -1.192E-07
b0 = 1.044E+05
b1 = 9.830E+04
b2 = -1.966E+05
b3 = -3.932E+05
Pada frekuensi sinyal GPS (< 30 GHz), besarnya bias troposfir tidak
tergantung pada frekuensi (non-dispersif).
Pengamat
Hasanuddin Z. Abidin, 1995
Satelit GPS Pereduksian Efek Troposfir
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan
untuk mereduksi besarnya efek troposfir :
Modified Model :
1.5
Ketinggian (km) B (mbar)
Nilai B (mbar)
0.0 1.156 1.25
0.5 1.079
1.0 1.006 1
1.5 0.938
0.75
2.0 0.874
2.5 0.813
0.5
3.0 0.757
4.0 0.654 Tinggi (km)
0.25
5.0 0.563
0 1 2 3 4 5
Hasanuddin Z. Abidin, 1997
Model Saastamoinen (2)
Nilai faktor koreksi dR pada model Sastamoinen
Sudut Ketinggian stasion di atas permukaan laut (km)
Zenith 0 0.5 1.0 1.5 2.0 3.0 4.0 5.0
60o 00’ 0.003 0.003 0.002 0.002 0.002 0.002 0.001 0.001
66o 00’ 0.006 0.006 0.005 0.005 0.004 0.003 0.003 0.002
70o 00’ 0.012 0.011 0.010 0.009 0.008 0.006 0.005 0.004
73o 00’ 0.020 0.018 0.017 0.015 0.013 0.011 0.009 0.007
75o 00’ 0.031 0.028 0.025 0.023 0.021 0.017 0.014 0.011
76o 00’ 0.039 0.035 0.032 0.029 0.026 0.021 0.017 0.014
77o 00’ 0.050 0.045 0.041 0.037 0.033 0.027 0.022 0.018
78o 00’ 0.065 0.059 0.054 0.049 0.044 0.036 0.030 0.024
78o 30’ 0.075 0.068 0.062 0.056 0.051 0.042 0.034 0.028
79o 00’ 0.087 0.079 0.072 0.065 0.059 0.049 0.040 0.033
79o 30’ 0.102 0.093 0.085 0.077 0.070 0.058 0.047 0.039
79o 45’ 0.111 0.101 0.092 0.083 0.076 0.063 0.052 0.043
80o 00’ 0.121 0.110 0.100 0.091 0.083 0.068 0.056 0.047
reflektor antena
P = Sinyal Pantulan
4
Residual
yang bersifat sinusoidal.
Efek multipath pada pseudorange lebih
besar dari pada efeknya pada data fase. Waktu
10
Kesalahan pseudorange (m)
-5
-10
0 100 200 300 400 500
Waktu (detik)
Hasanuddin Z. Abidin, 1997
Contoh efek multipath
pada data fase
Ambiguity variations (narrow-lane cycles)
1.5 1
HAMILTON - UNB, SV#12 - SV#9 HAMILTON - UNB, SV#14 - SV#6
.5
1
0
.5 time average
-.5
0
-1
-.5 raw
time average -1.5
raw
-1 -2
11 11.2 11.4 11.6 11.8 12 11 11.2 11.4 11.6 11.8 12
Local time of the day (hours) Local time of the day (hours)
Pada survai statik, efek multipath pada hasil estimasi posisi dapat
diminimalkan dengan menggunakan data yang periode
pengamatannya lebih besar dari periode multipath. Tapi hal ini sulit
untuk dilakukan pada metode-metode kinematik, rapid-static, stop-
and-go ataupun pseudo-kinematic.
Residual
Beberapa investigasi menunjukkan
bahwa kesalahan pada komponen tinggi,
yang disebabkan oleh multipath, dapat
Waktu
mencapai besar sekitar 15 cm
[Georgiadou & Kleusberg, 1988, 1990;
Seeber, 1992]. sekitar 30 menit
Cycle slip lebih mudah ditangani pada data statik, ketimbang pada data
kinematik.
Hasanuddin Z. Abidin, 1995
Metode Pendeteksian Cycle Slips
METODE-METODE PENDETEKSIAN
variabel uji
CYCLE SLIPS ANTARA LAIN :
cycle slip
polinomial
Penggunaan polinomial berorde rendah yang
dicocokkan (fitting) ke time series dari variabel
yang di uji. Ini adalah metode yang cukup umum
digunakan. waktu
variabel uji
Penggunaan model dinamik untuk memprediksi
data ukuran dengan menggunakan Kalman
filtering. Perbandingan antara data ukuran hasil cycle slip
prediksi dengan hasil ukuran sebenarnya,
digunakan sebagai basis pendeteksian
cycle slips.
waktu
Penggunaan skema differencing data ukuran 2 1 2 2 2 3
antar epok berorde satu, dua, tiga, dan empat. 31 32
Terjadinya cycle slips akan nampak pada harga
differencing berorde tinggi yang relatif besar. 4 1
VARIABEL UJI
DATA YANG
DIPERLUKAN
SATU TITIK DUA TITIK
Single-Difference
Fase satu-frekuensi
Fase one-way Double-Difference
(L1 atau L2)
Triple-Difference
kode
rahasia
Kode-P Anti Spoofing Kode-Y
tidak bisa
akses
bisa akses
Kode-C/A Pihak Sipil
Hanya sinyal L1
Hasanuddin Z. Abidin, 1995
Anti Spoofing (AS), 2
Untuk itu kode-P dienkrip kode
rahasia
(encrypted), dengan jalan Kode-P Anti Spoofing Kode-Y
mengkombinasikannya tidak bisa
dengan kode-W yang rahasia, akses
sehingga menjadi kode-Y. bisa akses
Kode-C/A Pihak Sipil
yang koreksinya hanya diketahui oleh pihak militer A.S. dan pihak-pihak
yang diizinkan saja.
manipulasi
data ephemeris kesalahan pada hasil
satelit (proses-e) hitungan posisi satelit
SA
manipulasi
frekuensi kesalahan jarak pseudorange
jam satelit (kode-C/A maupun kode-P)
kesalahan data fase
(proses-d)
dimana toc adalah waktu referensi data jam yang juga diberikan dalam
sub-frame 1, dan Dtr adalah komponen koreksi untuk efek relativitas yang
dapat dihitung dengan formula berikut :
Dtr = 2 R.V/c2
Ketidakstabilan Osilator
Bias Antarkanal (Interchannel Bias)
Variasi Delai Fase
(Phase Delay Variations)
Variasi Pusat Fase Antena
Derau (Noise) Receiver
Pusat fase antena adalah pusat (sumber) yang sebenarnya dari radiasi,
dan dalam konteks GPS merupakan titik referensi yang sebenarnya
digunakan dalam pengukuran sinyal secara elektronis.
Titik sumber radiasi yang ideal akan mempunyai muka fase gelombang
berbentuk bola serta pusat fase yang tetap.
Karena satelit GPS selalu bergerak, maka pusat fase dari antena pun
akan berubah dari waktu ke waktu.
Hasanuddin Z. Abidin, 1996
Pergerakan Pusat Fase Antena (2)
Jarak Ukuran
sebenarnya
Satelit GPS
Pusat
fase
antena
Yang dianggap
Jarak Ukuran
Pusat
geometrik
antena
Kesalahan
ukuran jarak
Antena GPS
Melihat nilai dari perbedaan antara pusat fase dan pusat geometris
antena yang berada pada level beberapa cm, maka efek dari adanya
pergerakan pusat fase antena GPS ini perlu diperhitungkan untuk
aplikasi penentuan posisi yang menuntut ketelitian posisi yang
relatif tinggi, seperti halnya untuk studi geodinamika dan
pemantauan deformasi yang teliti.
Hasanuddin Z. Abidin, 1997
Imaging (1)
Imaging adalah suatu fenomena yang melibatkan suatu benda
konduktif (konduktor) yang berada dekat dengan antena GPS.
Antena GPS
4 Coupling antara
antena dan ‘bayangan’ nya