FAKULTAS PERTANIAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa Saya
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi Saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Saya.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
1.2 TUJUAN....................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
2.2 KEUNGGULAN........................................................................................................3
BAB III................................................................................................................................6
BAB IV..............................................................................................................................17
4.1 KESIMPULAN........................................................................................................17
4.2 SARAN....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1
1.1
1.2 TUJUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem aeroponik yaitu tanaman ditumbuhkan pada udara yang lembap tanpa
menggunakan tanah atau medium agregat. Dalam sistem aeroponik tidak
menggunakan wadah untuk menggenangkan larutan nutrisi ataupun dibuatkan
tempat aliran nutrisi agar akar bisa menyerap gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman. Pada aeroponik, air diberikan larutan hara lalu
disemburkan ke akar tanaman dalam bentuk kabut dan cara kerja ini disebut juga
pengabutan. Lalu, akar tanaman akan menyerap larutan hara yang membantunya
untuk tumbuh dengan baik.
Doc. Internet
1.1
1.2
1.3
3
1
2.1
2.2 KEUNGGULAN
1
2
2.1
2.2
2.3 KELEMAHAN
Meski memiliki banyak keunggulan ada pula kekurangan dari budidaya
tanaman secara aeroponik, sebagai berikut :
1. Biaya pembuatan sistemnya cukup mahal.
2. Alat bergantung pada listrik, sehingga ketika aliran listrik mati, alat tidak bisa
bekerja.
4
standar tertentu agar kandungan garam dalam air rendah dengan Ph antara 6,5 –
7,0.
Bahan kimia yang di perlukan pada pembuatan larutan nutrisi adalah sebagai
berikut:
• Kalsium
• Nitrat
• Besi EDTA
• Kalium Dihidrogen Fosfat
• Kalium Nitrat
• Magnesium Sulfat
• Mangan Sulfat
• Asam Borat
• Tembaga Sulfat
• Amonium Molibdat
• Zinc Sulfat
Cara membuat stok A larutan nutrisi: Tong/drum A di isi air sebanyak 90 liter,
kemudian masukan Kalsium Nitrat dan Besi EDTA di aduk hingga larut.
Tong/drum B di isi air sebanyak 90 liter, kemudian masukan Kalium Nitrat,
Magnesium Sulfat, Kalium Dihidrogen Fosfat, Mangan Sulfat, Asam Borat, Zinc
Sulfat, Tembaga Sulfat, Amonium Molibdat dan kesemuanya di aduk sampai
larut. Dalam konsentrasi yang pekat, baik larutan A dan B tidak boleh larutan
nutrisi disatukan dalam wadah bersamaan harus
5
2004).
Doc. Internet
Gambar 2.2 Sistem instalasi air aeroponik.
6
BAB III
APLIKASI BUDIDAYA TANAMAN
3
7
cahaya matahari sehingga membantu pada proses fotosintesis.
Pemasangan styrofoam harus tetap di atas bak tanam dapat membantu
kemampuan styrofoam dalam menahan berat tanaman di waktu mencapai
masa panen.
3.1
8
bak yang terbuat dari fiberglass atau plastik lainnya yang atasnya ditutup
dengan menggunakan sterofom yang terlebih dahulu sudah di lubangi.
Proses selanjutnya dilakukan persiapan bibit kentang yang digunakan
yaitu hasil dari perbanyakan di kultur jaringan. Proses pembenihan melalui
kultur jaringan dilakukan dengan cara mengambil bagian jaringan dari
kentang, kemudian jaringan tersebut ditanam di media Potato Dectros
Agar (PDA). Saat tanaman telah berumur 3 minggu dan telah memiliki 5 – 7
helai daun, maka tanaman tersebut sudah bisa dipindah ke lahan pertanaman
aeroponik (screen house).
Pembibitan juga dapat dilakukan secara konvensional yaitu menyemaikan
benih kentang pada media persemaian, selain itu, dapat pula dilakukan dengan
cara vegetatif yakni menggunakan umbi mikro dan stek mini.
Tahapan selanjutnya yakni proses penanaman. Pada waktu penanaman
perlu dilakukan sortasi tanaman terlebih dahulu. Selanjutnya tanaman tersebut
dibuka medianya dengan hati-hati agar akar tanaman tidak putus. Tanaman
lalu dimasukan ke dalam larutan fungisida yang bertujuan untuk mencegah
dari penyakit tanaman.
Tanaman kentang kemudian dimasukkan ke dalam lubang styroform dan
dibiarkan tumbuh secara melayang. Jangan lupa menutupnya dengan
menggunakan rockwoll atau busa. Sedangkan akar dibiarkan menggelantung
tanpa media dan di bawah akar tersedia bak berisi larutan nutrisi (larutan
hara). Larutan hara ini dialirkan melalui sprinkler secara otomatis selama 18
jam dalam 1 hari.
Setelah bibit tertanam maka proses pemeliharaan sangat penting agar
pertumbuhan tanaman dapat berjalan dengan baik. Pemeliharaan tanaman
kentang pada sistem aeroponik di antaranya adalah mengecek sprinkler agar
nutrisin yang disemprotkan berjalan lancar. Daun kentang yang sudah
menguning dilakukan penyetekan. Bersihkan permukaan styroform dari daun-
daun kentang yang sudah mengering. Untuk menjaga agar tanaman kentang
tidak roboh dapat diberi ajir
9
Selain itu, perlu dilakukan pengecekan suhu dan kelembaban dengan
menggunakan thermohygrometer serta mengecek kepekatan larutan hara
dengan menggunakan EC dan pH meter. Untuk pemupukan tambahan
dilakukan 1 kali dalam seminggu sedangkan pupuk yang digunakan sesuai
dengan kondisi tanaman.
Tanaman kentang aeroponik memasuki masa pemanenan sekitar sekitar
umur 50 hari atau telah nampak tanda-tanda panen yaitu hampir seluruh daun
kentang pertumbuhannya menurun. Tiap satu tanaman kentang rata-rata
mampu menghasilkan 30 umbi kentang.
Doc. Internet
Gambar 3.1 Budidaya kentang secara aeroponik
10
lalu dimasukan ke dalam larutan fungisida yang bertujuan untuk mencegah
dari penyakit tanaman.
Tanaman pakcoy kemudian dimasukkan ke dalam lubang styroform dan
dibiarkan tumbuh secara melayang. Jangan lupa menutupnya dengan
menggunakan rockwoll atau busa. Sedangkan akar dibiarkan menggelantung
tanpa media dan di bawah akar tersedia bak berisi larutan nutrisi (larutan
hara). Larutan hara ini dialirkan melalui sprinkler secara otomatis selama 18
jam dalam 1 hari.
Setelah bibit tertanam maka proses pemeliharaan sangat penting agar
pertumbuhan tanaman dapat berjalan dengan baik. Pemeliharaan tanaman
pakcoy pada sistem aeroponik di antaranya adalah mengecek sprinkler agar
nutrisin yang disemprotkan berjalan lancar.
Selain itu, perlu dilakukan pengecekan suhu dan kelembaban dengan
menggunakan thermohygrometer serta mengecek kepekatan larutan hara
dengan menggunakan EC dan pH meter. Untuk pemupukan tambahan
dilakukan 1 kali dalam seminggu sedangkan pupuk yang digunakan sesuai
dengan kondisi tanaman.
Hasil rata-rata dari budidaya tanaman pakcoy secara aeroponik
menunjukkan hasil tanaman pakcoy pada helai daun lebih besar dengan nilai
rata-rata berjumlah 12 helai dan 13 helai daun setiap tanaman.
Doc. Internet
11
Gambar 3.2 Budidaya pakcoy secara aeroponik
2) Menggunakan ganjal
Cara menanam bayam secara aeroponik yang kedua adalah dengan
menggunakan ganjal busa atau bisa menggunakan rockwool.
Ketika nantinnya sayur bayam tersebut sudah ditancapkan pada
lubang tanam, maka kemudian akan dari tanaman tersebut akan
menjuntai ke bawah secara bebas.
Perlu anda ingat bahwa anda harus berhati – hati dalam membuat
lubang tanam tersebut. Usahakan pas dengan tanaman atau sayuran
yang ingin anda tanam.
3) Menggunakan Sprinkler
Di bawah sterofoam akan terdapat alat pengabut atau yang disebut
dengan sprinkler. Fungsi alat ini adalah untuk memancarkan kabut
yang berisi larutan nutrisi untuk dialirkan ke atas sampai nantinya
mengenai akar.
12
Sprinkler tadi akan dijalankan oleh pompa air yang memiliki
tekanan tinggi secara terus – menerus dan tanpa henti.
Anda bisa mengatur secara intermittend, yaitu dengan
mengaktifktan tombol on – off secar bergantian dengan
menggunakan timer.
Namun perlu anda ingat bahwa anda tidak boleh mematikan
melebihi jangka waktu lebih dari 15 menit karena ditakutkan nanti
sayur bayam tersebut bisa layu.
Jika tanaman sudah terlanjur layu karena anda telah mematikannya
dalam waktu yang terlalu lama, yakni melebihi 15 menit. Maaa
anda perlu menggunakan generator untuk bisa membuatnya
tumbuh kembali.
13
Doc. Internet
Gamabar 3.3 Budidaya tanaman bayam secara aeroponik
14
dilakukan 1 kali dalam seminggu sedangkan pupuk yang digunakan sesuai
dengan kondisi tanaman.
Doc. Internet
Gambar 3.4 Budidaya kangkung secara aeroponik
15
Proses pertama yaitu proses penyemaian. Jika menggunakan
sekam, maka sekam dimasukkan ke dalam tray terlebih dahulu.
Kemudian disiram sampai sekam tersebut jenuh. Tahap selanjutnya
adalah menanam benih ke dalam sekam tersebut dan dibiarkan selama 7
hari di dalam ruang gelap atau tanpa terpapar sinar matahari. Setelah 7
hari, benih dipaparkan pada sinar matahari selama seminggu atau sampai
benih berukuran ± 10 cm. Setelah benih berukuran 10 cm, akar benih
dibersihkan dengan menggunakan air. Tahap selanjutnya adalah akar
benih dililitkan dengan rockwool agar batang dapat ditegakkan ke dalam
papan sterofoam pada instalasi aeroponik.
Selain menggnakan sekam, benih dapat disemai menggunakan
media rockwool. Potong rockwool seperti dadu dengan ukuran ± 2,5 x
2,5 cm. Lalu diletakkan di dalam baki dan rockwool tersebut disiram
dengan air sampai agak basah. Selanjutnya di tengah rockwool
diletakkan benih di manasetiap 1 rockwool dibuat 1 lubang dan
dimasukkan 1 benih. Setelah itu baki yang berisi rockwool dan benih
diletakkan di dalam ruang gelap atau tanpa terpapar sinar matahari.
Setelah 7 hari, benih dipaparkan pada sinar matahari selama seminggu
atau sampai benih berukuran ± 10 cm. Kemudian benih yang telah
mencapai tinggi 10 cm dipindahkan ke dalam papan sterofoam pada
instalasi aeroponik. Adapun nilai EC pada TDS meter yang dianjurkan
untuk selada Romaine adalah 1-1,5.
Pada umumnya penyakit dan hama yang sering menyerang pada
saat budidaya selada Romaine dengan metode aeroponik adalah busuk
daun dan kutu daun. Busuk daun dapat diatasi dengan fungisida. Salah
satu merek fungisida yang digunakan untuk membasmi busuk daun
adalah anthraxol dengan dosis pemberian adalah 1 gram per liter air.
Sedangkan hama kutu daun dapat diatasi dengan insektisida dengan
merek abuki dengan dosis pemberian adalah 1 ml per liter air.
16
Setelah 40-45 hari, tanaman selada Romaine dapat dipanen.
Caranya adalah dengan menggunakan bantuan alat pemotong cutter.
Selada dipotong di pangkal batang tanaman, kemudian dibuang daun
yang dikira tidak layak untuk dilihat atau dikonsumsi, seperti daun
berwarna hijau muda, mekar, dan terdapat bintik hitam atau coklat.
Selanjutnya selada diletakkan di atas container yang telah dilapisi koran
untuk diantar ke pengepul.
Doc. Internet
Gambr 3.5 Budidaya selada secara aeroponik
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, disimpulkan bahwa penerapan sistem
budidaya tanaman aeroponik dapat terlaksana dengan baik dan berguna jika
pembuatannya dilakukan dengan baik dan benar.
Peluang kebutuhan akan sayuran berkualitas sangat terbuka dengan semakin
banyaknya masyarakat yang berbelanja ke pasar swalayan. Diversifikasi jenis
sayuran perlu dilaksanakan untuk memenuhi berbagai permintaan pasar. Hingga
saat ini jenis sayuran yang banyak dibudidayakan secara aeroponik antara lain
berbagai kultivar selada (lettuce kuning hijau, cos/romaine, butterhead, batavia,
lollo rossa, iceberg, head lettuce), sawi pakcoy hijau dan putih, caisim, dan kailan
serta horenzo yang baru mulai dikembangkan. Kangkung dan bayam juga dapat
diusahakan secara aeroponik. Dapat disimpulkan bahwa jenis tanaman yang
sering dibudidayakan secara aeroponik pada umumnya berupa sayuran daun yang
waktu panennya sekitar satu bulan setelah pindah tanam. Harga jual komoditas
tersebut juga dipilih yang dapat memberikan keuntungan maksimal. Tanaman
rempah penyedap masakan seperti oregano, parsley, thyme, dill, dan basil dapat
diusahakan dalam volume kecil. Namun karena harga jualnya tinggi maka
konsumen atau target pasar ke hotel berbintang dan restoran eksklusif.
18
1.
2.
3.
4.
4.1
4.2 SARAN
Budidaya secara aeroponik perlu melibatkan berbagai pihak. Perlu dilakukan
sosisalisasi mengenai pengembangan budiaya tenaman dengan sistem aeroponik
oleh pemangku di bidang pemerintah seperti Dinas Pertanian. tenaman dengan
sistem aeroponik juga perlu digerakkan oleh komunitas mahasiswa di berbagai
bidang khususnya yang suka dengan hal baru atau tantangan baru.
DAFTAR PUSTAKA
Asniati, Hasiri E. M., dan Yanti R. 2019. Sistem Kontrol Otomatis Penyiraman
Tanaman Dengan Metode Tanaman Sistem Aeroponik Menggunakan
Mikrokontroler Atmega 2560. Jurnal Informatika. Vol. 8 (1): 38-44.
Aksi Agraris Kanisius. 1992. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Yogyakarta:
Kanisius.
BBPP. Kentang aeroponik makin digemari. 2009. www.detik.com. (Diakses Agustus
2010).
Comtrade, UN. http://comtrade.un.org/ diakses agustus 2010.
DINHUBKOMINFO. Petani kentang kekurangan bibit unggul. Copyright ©. 2009.
Pemerintah prov.Jawa Tengah. www.jatengprov.go.id.
Endra R. Y., Cucus A., dan Wulandana M. A. 2020. Perancangan Aplikasi Berbasis
Web Pada Sistem Aeroponik untuk Monitoring Nutrisi Menggunakan Frame
19
CodeIgniter. Jurnal Sistem Informasi dan Telematika (Telekomunikasi,
Multimedia, Informasi). Vol. 11 (1): 10-16.
Farran, I. and M. CASTEL. Potato minituber production using aeroponics: effect of
plant density and harvesting intervals. American Journal of Potato Research,
2006, v.83, n.1, p.47-53.
Fauzi R., Putra E. T. S., dan Ambarwati E. 2013. Pengayaan Oksigen di Zona
Perakaran Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Selada (Lactuca sativa
L.) Secara Hidroponik. Jurnal Vegetalika. Vol. 2 (4): 63-74.
Lakkireddy K. K. R., Kasturi K., dan Sambasiva Rao K. R. S. 2012. Role of
Hydroponics and Aeroponics in Soilless Culture in Commercial Food Production.
Journal of Agricultural Science & Technology. Vol. 1 (1): 26-35.
Maghfiroh L. (2017). Minat Bercocok Tanam Siswa Dengan Menggunakan
Teknologi Hidroponik. Jurnal Skripsi UIN Walisongo.
Nugaliyade , M, M. , H.D.M Silva, R. Perera, D. Ayiyaratna and U.R. Sangkkara. An
aeroponics system for the production of pre basic seed of potato. Animals of the
Srilanka of agriculture Departemen. 2005, 7 : 199-208.
R. Y. Endra, A. Cucus, F. N. Affandi, and D. Hermawan. 2019. Implementasi Sistem
Kontrol Berbasis Web Pada Smart Room Dengan Menggunakan Konsep Internet
Of Things. Jurnal Sistem Informasi dan Telematika (Telekomunikasi,
Multimedia, Informasi). Vol. 10 (2): 98—106.
Rosliani R. & Nani S. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem Hidroponik,
Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
S. Samuel dan R. Muhammad. 2018. Monitoring dan Kontrol Sistem Penyemprotan
Air untuk Budidaya Aeroponik Menggunakan NodeMCU ESP8266. Jurnal Tek.
ITS. Vol. 7 (2): A380-A385.
Sutiyoso Y. 2003. Aeroponik Sayuran Budidaya dengan Sistem Pengabutan. Jakarta:
Penebar Swadaya.
20