Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TEKNOLOGI SISTEM AEROPONIK PADA BUDIDAYA TANAMAN

MATA KULIAH TEKNOLOGI HIDROPINIK/AEROPONIK

HERICSON SITINGAYO KABANGA’


19031108028

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa Saya
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi Saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Saya.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Manado, 14 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I...................................................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................1

1.2 TUJUAN....................................................................................................................2

BAB II.................................................................................................................................3

2.1 CARA KERJA...........................................................................................................3

2.2 KEUNGGULAN........................................................................................................3

2.3 SUMBER NUTRISI..................................................................................................4

2.4 SISTEM INSTALASI AIR........................................................................................5

BAB III................................................................................................................................6

3.1 TAHAPAN BUDIDAYA..........................................................................................6

3.2 AEROPONIK PADA TANAMAN...........................................................................7

BAB IV..............................................................................................................................17

4.1 KESIMPULAN........................................................................................................17

4.2 SARAN....................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Aeroponik merupakan suatu cara bercocok tanam sayuran di udara tanpa
penggunaan tanah, nutrisi disemprotkan pada akar tanaman, air yang berisi larutan
hara atau nutrisi disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman.
Akar tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap larutan hara tersebut.
Air dan nutrisi disemprotkan menggunakan irigasi sprinkler. Irigasi Sprinkler
(Sprinkler or Spray Irrigation) adalah suatu metode pemberian air ke seluruh
lahan atau media tanam yang akan diirigasi dengan menggunakan pipa yang
bertekanan tinggi melalui nozzle atau sprayer.
Aeroponik berasal dari kata aero yang berarti udara dan ponus yang berarti
daya. Jadi aeroponik adalah memberdayakan udara. Sebenarnya aeroponik
merupakan suatu tipe hidroponik (memberdayaakan air). karena air yang berisi
larutan hara disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman.
Sehingga akar tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap larutan hara
tersebut.
Sayuran hasil budidaya dengan sistem aeroponik terbukti mempunyai kualitas
yang baik, higienis, sehat, segar, renyah, beraroma, dan disertai citarasa yang
tinggi. Sayuran aeroponik dapat mengisi peluang kebutuhan tingkat masyarakat
menengah ke atas. Oleh karena itu, sistem aeroponik mulai banyak dikembangkan
di Indonesia karena dalam penerapannya sangat membantu petani karena tidak
membutuhkan area lahan yang luas.
Pada dunia usaha, biasanya kualitas produksi merupakan tujuan kerja. Setelah
itu disusul dengan kuantitas dan kontinuitas. Untuk mencapai produk yang
diharapkan, banyak faktor yang mempengaruhi, seperti penguasaan sistem
budidaya dan faktor lingkungan. Untuk memenuhi hal tersebut maka dibutuhkan
sebuah inovasi untuk membuat sistem aeroponik yang praktis dan otomatis.
dengan semakin majunya teknologi aeroponik, semakin efektif penerapannya.

1
1

1.1

1.2 TUJUAN

Berdasarkan latar belakang masalah, maksud dari penulisan makalah


ini adalah memperdalam pemahaman mengenai sistem budidaya tanaman
secara aeroponik.
Tujuan yang ingin dicapai ini adalah:

1. Mengetahui mengenai sistem aeroponik.


2. Mengetahui cara kerja dari sistem aeroponik.

3. Mengetahui budidaya tanaman secara aeroponik.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 CARA KERJA

Sistem aeroponik yaitu tanaman ditumbuhkan pada udara yang lembap tanpa
menggunakan tanah atau medium agregat. Dalam sistem aeroponik tidak
menggunakan wadah untuk menggenangkan larutan nutrisi ataupun dibuatkan
tempat aliran nutrisi agar akar bisa menyerap gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman. Pada aeroponik, air diberikan larutan hara lalu
disemburkan ke akar tanaman dalam bentuk kabut dan cara kerja ini disebut juga
pengabutan. Lalu, akar tanaman akan menyerap larutan hara yang membantunya
untuk tumbuh dengan baik.

Doc. Internet

Gambar 2.1 Cara kerja aeroponik.

1.1
1.2
1.3

3
1

2.1

2.2 KEUNGGULAN

Keunggulan dari budidaya tanaman secara aeroponik adalah sebagai berikut :


1. Sistem aeroponik membantu lingkungan dengan menghemat air.
2. mengurangi jumlah tenaga kerja manusia yang terlibat.
3. Karena akar di udara, tanaman menerima lebih banyak oksigen.
4. Oksigen tambahan yang tanaman terima dapat meringankan pertumbuhan
patogen berbahaya.
5. Tanaman dapat memanfaatkan karbon-dioksida yang kaya oksigen di udara
untuk melakukan fotosintesis.

1
2
2.1
2.2
2.3 KELEMAHAN
Meski memiliki banyak keunggulan ada pula kekurangan dari budidaya
tanaman secara aeroponik, sebagai berikut :
1. Biaya pembuatan sistemnya cukup mahal.
2. Alat bergantung pada listrik, sehingga ketika aliran listrik mati, alat tidak bisa
bekerja.

2.3 SUMBER NUTRISI


Pada budidaya tanaman dengan sistem aeroponik, pemberian larutan nutrisi
dilakukan persamaan dengan pemberian air. Air yang digunakan harus memenuhi

4
standar tertentu agar kandungan garam dalam air rendah dengan Ph antara 6,5 –
7,0.
Bahan kimia yang di perlukan pada pembuatan larutan nutrisi adalah sebagai
berikut:
• Kalsium
• Nitrat
• Besi EDTA
• Kalium Dihidrogen Fosfat
• Kalium Nitrat
• Magnesium Sulfat
• Mangan Sulfat
• Asam Borat
• Tembaga Sulfat
• Amonium Molibdat
• Zinc Sulfat

Cara membuat stok A larutan nutrisi: Tong/drum A di isi air sebanyak 90 liter,
kemudian masukan Kalsium Nitrat dan Besi EDTA di aduk hingga larut.
Tong/drum B di isi air sebanyak 90 liter, kemudian masukan Kalium Nitrat,
Magnesium Sulfat, Kalium Dihidrogen Fosfat, Mangan Sulfat, Asam Borat, Zinc
Sulfat, Tembaga Sulfat, Amonium Molibdat dan kesemuanya di aduk sampai
larut. Dalam konsentrasi yang pekat, baik larutan A dan B tidak boleh larutan
nutrisi disatukan dalam wadah bersamaan harus

2.4 SISTEM INSTALASI AIR


Sistem instalasi air pada budidaya secara aeroponik menggunakan irigasi
sprinkler. Irigasi sprinkler adalah suatu metode pemberian air pada lahan yang
akan diirigasi dengan menggunakan pipa yang bertekanan melalui
nozzle. Sistem ini dapat diklasifikasikan menjadi sistem permanen, portable/semi
portable, traveling irrigator, center pivot atau linear move (Merkley & Allen,

5
2004).

Doc. Internet
Gambar 2.2 Sistem instalasi air aeroponik.

6
BAB III
APLIKASI BUDIDAYA TANAMAN
3

3.1 TAHAPAN BUDIDAYA


Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus diikuti dalam menanam
dengan menggunakan teknik aeroponik:
2
2.1
2.1.1 Persiapan
• Siapkan bangunan screen house, yang bisa dibuat dari rangka besi, kayu
atau bambu, dengan beratapkan plastik UV dan berdindingkan kain kasa
(paranet) yang lapisan bawahnya ditutup dengan menggunakan plastik UV
atau fiber glass.
• Sedangkan kontruksinya disesuaikan dengan ketinggian tempat. Siapkan
bak penanaman, yaitu bak yang terbuat dari plastik hitam dengan rangka
dari bambu, dan terbuat dari fiber. Sedangkan penutupnya menggunakan
stryrofoam diletakan. Ukuran bak yang digunakan dalam sistem aeroponik
adalah 1 x 4 x 0,5 cm.
2.1.2 Pemilihan Benih Tanam
Dalam pemilihan benih, tanaman yang akan dibudidayakan harus
disesuaikan dengan syarat tumbuh tanaman tersebut, seperti suhu udara,
kelembaban, cuaca serta ketinggian lokasi budidaya dari permukaan laut.
Dan umur tanaman yang dibudidayakan memiliki umur pendek, dapat
ditanam dalam pot intensif dan memiliki produktivitas tinggi. Semakin
pendek umur tanaman, maka mempercepat proses pemanenan.
2.1.3 Proses Produksi
Media tanam yang digunakan yaitu Styrofoam, Styrofoam dipilih
karena ringan, mudah dibersihkan dan warna putih dapat memantulkan

7
cahaya matahari sehingga membantu pada proses fotosintesis.
Pemasangan styrofoam harus tetap di atas bak tanam dapat membantu
kemampuan styrofoam dalam menahan berat tanaman di waktu mencapai
masa panen.

2.1.4 Proses Penananaman


• Sebelum proses penanaman, bak-bak penanaman harus dibersihkan dari
lumut atau dari kotoran lainnya. Untuk proses penanaman dengan sistem
aeroponik, harus diperiksa juga keadaan nozzle/jet spray yang telah
dipasang dan dipastikan tidak tersumbat. Penyumbatan nozzle/jet spray
dapat menurunkan intensitas penyemprotan larutan nutrisi ke daerah
perakaran tanaman.
• Bibit tanaman yang telah siap tanam diambil kemudian dimasukan pada
lubang tanam dalam styrofoam dengan keadaan di dalam lubang tidak
terlalu dalam maupun dangkal. Pada saat proses penanaman berlangsung,
dilakukan sortasi langsung terhadap bibit yang akan di tanam. Proses
penanaman dilakukan pada pagi hari yaitu 0.7.00 s/d 09.30 WIB dan pada
sore hari 15.00 s/d 16.00 WIB.

3.1

3.2 AEROPONIK PADA TANAMAN


1. Budidaya pada tanaman kentang
Untuk memulai budidaya dengan sistem Aeroponik harus dipersiapkan
terlebih dahulu lahan screen house. Lahan screen house dapat dibuat dengan
menggunakan bahan dari bambu atau kayu, dengan beratapkan plastik UV dan
berdindingkan kain kasa. Untuk kontruksi bangunan disesuaikan dengan
kondisi lahan. Pembuatan instalasi untuk pertanaman dengan menggunakan

8
bak yang terbuat dari fiberglass atau plastik lainnya yang atasnya ditutup
dengan menggunakan sterofom yang terlebih dahulu sudah di lubangi.
Proses selanjutnya dilakukan persiapan bibit kentang yang digunakan
yaitu hasil dari perbanyakan di kultur jaringan. Proses pembenihan melalui
kultur jaringan dilakukan dengan cara mengambil bagian jaringan dari
kentang, kemudian jaringan tersebut ditanam di media Potato Dectros
Agar (PDA). Saat tanaman telah berumur 3 minggu dan telah memiliki 5 – 7
helai daun, maka tanaman tersebut sudah bisa dipindah ke lahan pertanaman
aeroponik (screen house).
Pembibitan juga dapat dilakukan secara konvensional yaitu menyemaikan
benih kentang pada media persemaian, selain itu, dapat pula dilakukan dengan
cara vegetatif yakni menggunakan umbi mikro dan stek mini.
Tahapan selanjutnya yakni proses penanaman. Pada waktu penanaman
perlu dilakukan sortasi tanaman terlebih dahulu. Selanjutnya tanaman tersebut
dibuka medianya dengan hati-hati agar akar tanaman tidak putus. Tanaman
lalu dimasukan ke dalam larutan fungisida yang bertujuan untuk mencegah
dari penyakit tanaman.
Tanaman kentang kemudian dimasukkan ke dalam lubang styroform dan
dibiarkan tumbuh secara melayang. Jangan lupa menutupnya dengan
menggunakan rockwoll atau busa. Sedangkan akar dibiarkan menggelantung
tanpa media dan di bawah akar tersedia bak berisi larutan nutrisi (larutan
hara). Larutan hara ini dialirkan melalui sprinkler secara otomatis selama 18
jam dalam 1 hari.
Setelah bibit tertanam maka proses pemeliharaan sangat penting agar
pertumbuhan tanaman dapat berjalan dengan baik. Pemeliharaan tanaman
kentang pada sistem aeroponik di antaranya adalah mengecek sprinkler agar
nutrisin yang disemprotkan berjalan lancar. Daun kentang yang sudah
menguning dilakukan penyetekan. Bersihkan permukaan styroform dari daun-
daun kentang yang sudah mengering. Untuk menjaga agar tanaman kentang
tidak roboh dapat diberi ajir

9
Selain itu, perlu dilakukan pengecekan suhu dan kelembaban dengan
menggunakan thermohygrometer serta mengecek kepekatan larutan hara
dengan menggunakan EC dan pH meter. Untuk pemupukan tambahan
dilakukan 1 kali dalam seminggu sedangkan pupuk yang digunakan sesuai
dengan kondisi tanaman.
Tanaman kentang aeroponik memasuki masa pemanenan sekitar sekitar
umur 50 hari atau telah nampak tanda-tanda panen yaitu hampir seluruh daun
kentang pertumbuhannya menurun. Tiap satu tanaman kentang rata-rata
mampu menghasilkan 30 umbi kentang.

Doc. Internet
Gambar 3.1 Budidaya kentang secara aeroponik

2. Budidaya pada tanaman pakcoy


Proses yang pertama dilakukan adalah persiapan bibit pakcoy yang
berlabel dan sudah disiapkan sebelumnya. Pembibitan juga dapat dilakukan
secara konvensional yaitu menyemaikan benih pakcoy pada media
persemaian.
Tahapan selanjutnya yakni proses penanaman. Pada waktu penanaman
perlu dilakukan sortasi tanaman terlebih dahulu. Selanjutnya tanaman tersebut
dibuka medianya dengan hati-hati agar akar tanaman tidak putus. Tanaman

10
lalu dimasukan ke dalam larutan fungisida yang bertujuan untuk mencegah
dari penyakit tanaman.
Tanaman pakcoy kemudian dimasukkan ke dalam lubang styroform dan
dibiarkan tumbuh secara melayang. Jangan lupa menutupnya dengan
menggunakan rockwoll atau busa. Sedangkan akar dibiarkan menggelantung
tanpa media dan di bawah akar tersedia bak berisi larutan nutrisi (larutan
hara). Larutan hara ini dialirkan melalui sprinkler secara otomatis selama 18
jam dalam 1 hari.
Setelah bibit tertanam maka proses pemeliharaan sangat penting agar
pertumbuhan tanaman dapat berjalan dengan baik. Pemeliharaan tanaman
pakcoy pada sistem aeroponik di antaranya adalah mengecek sprinkler agar
nutrisin yang disemprotkan berjalan lancar.
Selain itu, perlu dilakukan pengecekan suhu dan kelembaban dengan
menggunakan thermohygrometer serta mengecek kepekatan larutan hara
dengan menggunakan EC dan pH meter. Untuk pemupukan tambahan
dilakukan 1 kali dalam seminggu sedangkan pupuk yang digunakan sesuai
dengan kondisi tanaman.
Hasil rata-rata dari budidaya tanaman pakcoy secara aeroponik
menunjukkan hasil tanaman pakcoy pada helai daun lebih besar dengan nilai
rata-rata berjumlah 12 helai dan 13 helai daun setiap tanaman.

Doc. Internet

11
Gambar 3.2 Budidaya pakcoy secara aeroponik

3. Budidaya pada tanaman


Berikut ini penjelasan mengenai bagaimana cara menanam bayam
secara aeroponik :
1) Menyiapkan Sterofoam
 Cara menanam bayam secara aeroponik yang pertama adalah anda
harus menyiapkan sterofoam terlebih dahulu
 Kemudian anda beri beberapa lubang tanam dengan jarak kurang
lebih yakni 15 cm.
 Perlu anda ingat bahwa anda harus menyiapkan sterofoam yang
memiliki tingkat kualitas yang tinggi sehingga nantinya ketika
ditanam, sterofoam yang anda gunakan tersebut tidak akan mudah
rusak dan bisa bertahan dalam waktu yang lama.   

2) Menggunakan ganjal
 Cara menanam bayam secara aeroponik yang kedua adalah dengan
menggunakan ganjal busa atau bisa menggunakan rockwool.
 Ketika nantinnya sayur bayam tersebut sudah ditancapkan pada
lubang tanam, maka kemudian akan dari tanaman tersebut akan
menjuntai ke bawah secara bebas.
 Perlu anda ingat bahwa anda harus berhati – hati dalam membuat
lubang tanam tersebut. Usahakan pas dengan tanaman atau sayuran
yang ingin anda tanam.

3) Menggunakan Sprinkler
 Di bawah sterofoam akan terdapat alat pengabut atau yang disebut
dengan sprinkler. Fungsi alat ini adalah untuk memancarkan kabut
yang berisi larutan nutrisi untuk dialirkan ke atas sampai nantinya
mengenai akar.

12
 Sprinkler tadi akan dijalankan oleh pompa air yang memiliki
tekanan tinggi secara terus – menerus dan tanpa henti.
 Anda bisa mengatur secara intermittend, yaitu dengan
mengaktifktan tombol on – off secar bergantian dengan
menggunakan timer.
 Namun perlu anda ingat bahwa anda tidak boleh mematikan
melebihi jangka waktu lebih dari 15 menit karena ditakutkan nanti
sayur bayam tersebut bisa layu.
 Jika tanaman sudah terlanjur layu karena anda telah mematikannya
dalam waktu yang terlalu lama, yakni melebihi 15 menit. Maaa
anda perlu menggunakan generator untuk bisa membuatnya
tumbuh kembali.

4) Pastikan Pengikatan oksigen berjalan dengan baik


 Perlu anda tahu bahwa bagian yang menjadi elemen penting untuk
keberhasilan dari teknik  aeroponik adalah pengikatan oksigen
yang dilakukan oleh kabut air berjalan dengan baik.
 Jika pengikatan oksigen tersebut sudah berjalan dengan baik maka
tentunya kandungan oksigen yang nantinya akan digunakan untuk
respirasi akar juga akan meningkat. Hal inilah yang kemudian
menjadi salah satu keberhasilan dari menggunakan teknik
aeroponik ini. Anda juga harus tahu tentang cara merawat tanaman
anggrek.

13
Doc. Internet
Gamabar 3.3 Budidaya tanaman bayam secara aeroponik

4. Budidaya pada tanaman kangkung


Proses yang pertama dilakukan adalah persiapan bibit kangkung yang
berlabel dan sudah disiapkan sebelumnya. Pembibitan juga dapat dilakukan
secara konvensional yaitu menyemaikan benih pakcoy pada media
persemaian.
Tahapan selanjutnya yakni proses penanaman. Pada waktu penanaman
perlu dilakukan sortasi tanaman terlebih dahulu. Selanjutnya tanaman tersebut
dibuka medianya dengan hati-hati agar akar tanaman tidak putus. Tanaman
lalu dimasukan ke dalam larutan fungisida yang bertujuan untuk mencegah
dari penyakit tanaman.
Tanaman kangkung kemudian dimasukkan ke dalam lubang styroform
dan dibiarkan tumbuh secara melayang. Jangan lupa menutupnya dengan
menggunakan rockwoll atau busa. Sedangkan akar dibiarkan menggelantung
tanpa media dan di bawah akar tersedia bak berisi larutan nutrisi (larutan
hara). Larutan hara ini dialirkan melalui sprinkler secara otomatis selama 18
jam dalam 1 hari.
Setelah bibit tertanam maka proses pemeliharaan sangat penting agar
pertumbuhan tanaman dapat berjalan dengan baik. Pemeliharaan tanaman
kangkung pada sistem aeroponik di antaranya adalah mengecek sprinkler agar
nutrisin yang disemprotkan berjalan lancar.
Selain itu, perlu dilakukan pengecekan suhu dan kelembaban dengan
menggunakan thermohygrometer serta mengecek kepekatan larutan hara
dengan menggunakan EC dan pH meter. Untuk pemupukan tambahan

14
dilakukan 1 kali dalam seminggu sedangkan pupuk yang digunakan sesuai
dengan kondisi tanaman.

Doc. Internet
Gambar 3.4 Budidaya kangkung secara aeroponik

5. Budidaya pada tanaman selada


Selada Romaine (Lactuca sativa L. var. longifolia) adalah salah
satu jenis selada yang  memiliki ciri-ciri daun berwarna hijau gelap yang
kokoh dan tinggi dengan rusuk yang kuat di tengah cabang. Seperti
sayuran hijau gelap lainnya, antioksidan yang ditemukan dalam selada
Romaine diyakini dapat membantu mencegah kanker. Selain itu,
tanaman selada ini memiliki kandungan vitamin C, kalsium, dan
potassium yang cukup tinggi yang bermanfaat bagi tubuh (Wikipedia,
2018).
Selada Romaine dapat dibudidayakan baik secara konvensional
maupun hidroponik. Salah satu teknik yang digunakan dalam budidaya
selada Romaine secara hidroponik adalah teknik aeroponik, di mana
teknik aeroponik merupakan teknik hidroponik yang penyuplaian air dan
hara esensialnya berupa kabut  yang  disemprotkan pada akar-akar
tanaman (Nickols, 2002  dalam  Jones, 2005). Didalam teknik
aeroponik, terdapat dua media tanam yang dapat digunakan pada proses
penyemaiannya, yaitu media sekam atau rockwool.

15
Proses pertama yaitu proses penyemaian. Jika menggunakan
sekam, maka sekam dimasukkan ke dalam tray terlebih dahulu.
Kemudian disiram sampai sekam tersebut jenuh. Tahap selanjutnya
adalah menanam benih ke dalam sekam tersebut dan dibiarkan selama 7
hari di dalam ruang gelap atau tanpa terpapar sinar matahari. Setelah 7
hari, benih dipaparkan pada sinar matahari selama seminggu atau sampai
benih berukuran ± 10 cm. Setelah benih berukuran 10 cm, akar benih
dibersihkan dengan menggunakan air. Tahap selanjutnya adalah akar
benih dililitkan dengan rockwool agar batang dapat ditegakkan ke dalam
papan sterofoam pada instalasi aeroponik.
Selain menggnakan sekam, benih dapat disemai menggunakan
media rockwool. Potong rockwool seperti dadu dengan ukuran ± 2,5 x
2,5 cm. Lalu diletakkan di dalam baki dan rockwool tersebut disiram
dengan air sampai agak basah. Selanjutnya di tengah rockwool
diletakkan benih di manasetiap 1 rockwool dibuat 1 lubang dan
dimasukkan 1 benih. Setelah itu baki yang berisi rockwool dan benih
diletakkan di dalam ruang gelap atau tanpa terpapar sinar matahari.
Setelah 7 hari, benih dipaparkan pada sinar matahari selama seminggu
atau sampai benih berukuran ± 10 cm. Kemudian benih yang telah
mencapai tinggi 10 cm dipindahkan ke dalam papan sterofoam pada
instalasi aeroponik. Adapun nilai EC pada TDS meter yang dianjurkan
untuk selada Romaine adalah 1-1,5.
Pada umumnya penyakit dan hama yang sering menyerang pada
saat budidaya selada Romaine dengan metode aeroponik adalah busuk
daun dan kutu daun. Busuk  daun dapat diatasi dengan fungisida. Salah
satu merek fungisida yang digunakan untuk membasmi busuk daun
adalah anthraxol  dengan dosis pemberian adalah 1 gram per liter air.
Sedangkan hama kutu daun dapat diatasi dengan insektisida dengan
merek abuki dengan dosis pemberian adalah 1 ml per liter air.

16
Setelah 40-45 hari, tanaman selada Romaine dapat dipanen.
Caranya adalah dengan menggunakan bantuan alat pemotong cutter.
Selada dipotong di pangkal batang tanaman, kemudian dibuang daun
yang dikira tidak layak untuk dilihat atau dikonsumsi, seperti daun
berwarna hijau muda, mekar, dan terdapat bintik hitam atau coklat.
Selanjutnya selada diletakkan di atas container yang telah dilapisi koran
untuk diantar ke pengepul.

Doc. Internet
Gambr 3.5 Budidaya selada secara aeroponik

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, disimpulkan bahwa penerapan sistem
budidaya tanaman aeroponik dapat terlaksana dengan baik dan berguna jika
pembuatannya dilakukan dengan baik dan benar.
Peluang kebutuhan akan sayuran berkualitas sangat terbuka dengan semakin
banyaknya masyarakat yang berbelanja ke pasar swalayan. Diversifikasi jenis
sayuran perlu dilaksanakan untuk memenuhi berbagai permintaan pasar. Hingga
saat ini jenis sayuran yang banyak dibudidayakan secara aeroponik antara lain
berbagai kultivar selada (lettuce kuning hijau, cos/romaine, butterhead, batavia,
lollo rossa, iceberg, head lettuce), sawi pakcoy hijau dan putih, caisim, dan kailan
serta horenzo yang baru mulai dikembangkan. Kangkung dan bayam juga dapat
diusahakan secara aeroponik. Dapat disimpulkan bahwa jenis tanaman yang
sering dibudidayakan secara aeroponik pada umumnya berupa sayuran daun yang
waktu panennya sekitar satu bulan setelah pindah tanam. Harga jual komoditas
tersebut juga dipilih yang dapat memberikan keuntungan maksimal. Tanaman
rempah penyedap masakan seperti oregano, parsley, thyme, dill, dan basil dapat
diusahakan dalam volume kecil. Namun karena harga jualnya tinggi maka
konsumen atau target pasar ke hotel berbintang dan restoran eksklusif.

18
1.

2.

3.

4.

4.1

4.2 SARAN
Budidaya secara aeroponik perlu melibatkan berbagai pihak. Perlu dilakukan
sosisalisasi mengenai pengembangan budiaya tenaman dengan sistem aeroponik
oleh pemangku di bidang pemerintah seperti Dinas Pertanian. tenaman dengan
sistem aeroponik juga perlu digerakkan oleh komunitas mahasiswa di berbagai
bidang khususnya yang suka dengan hal baru atau tantangan baru.

DAFTAR PUSTAKA

Asniati, Hasiri E. M., dan Yanti R. 2019. Sistem Kontrol Otomatis Penyiraman
Tanaman Dengan Metode Tanaman Sistem Aeroponik Menggunakan
Mikrokontroler Atmega 2560. Jurnal Informatika. Vol. 8 (1): 38-44.
Aksi Agraris Kanisius. 1992. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Yogyakarta:
Kanisius.
BBPP. Kentang aeroponik makin digemari. 2009. www.detik.com. (Diakses Agustus
2010).
Comtrade, UN. http://comtrade.un.org/ diakses agustus 2010.
DINHUBKOMINFO. Petani kentang kekurangan bibit unggul. Copyright ©. 2009.
Pemerintah prov.Jawa Tengah. www.jatengprov.go.id.
Endra R. Y., Cucus A., dan Wulandana M. A. 2020. Perancangan Aplikasi Berbasis
Web Pada Sistem Aeroponik untuk Monitoring Nutrisi Menggunakan Frame

19
CodeIgniter. Jurnal Sistem Informasi dan Telematika (Telekomunikasi,
Multimedia, Informasi). Vol. 11 (1): 10-16.
Farran, I. and M. CASTEL. Potato minituber production using aeroponics: effect of
plant density and harvesting intervals. American Journal of Potato Research,
2006, v.83, n.1, p.47-53.
Fauzi R., Putra E. T. S., dan Ambarwati E. 2013. Pengayaan Oksigen di Zona
Perakaran Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Selada (Lactuca sativa
L.) Secara Hidroponik. Jurnal Vegetalika. Vol. 2 (4): 63-74.
Lakkireddy K. K. R., Kasturi K., dan Sambasiva Rao K. R. S. 2012. Role of
Hydroponics and Aeroponics in Soilless Culture in Commercial Food Production.
Journal of Agricultural Science & Technology. Vol. 1 (1): 26-35.
Maghfiroh L. (2017). Minat Bercocok Tanam Siswa Dengan Menggunakan
Teknologi Hidroponik. Jurnal Skripsi UIN Walisongo.
Nugaliyade , M, M. , H.D.M Silva, R. Perera, D. Ayiyaratna and U.R. Sangkkara. An
aeroponics system for the production of pre basic seed of potato. Animals of the
Srilanka of agriculture Departemen. 2005, 7 : 199-208.
R. Y. Endra, A. Cucus, F. N. Affandi, and D. Hermawan. 2019. Implementasi Sistem
Kontrol Berbasis Web Pada Smart Room Dengan Menggunakan Konsep Internet
Of Things. Jurnal Sistem Informasi dan Telematika (Telekomunikasi,
Multimedia, Informasi). Vol. 10 (2): 98—106.
Rosliani R. & Nani S. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem Hidroponik,
Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
S. Samuel dan R. Muhammad. 2018. Monitoring dan Kontrol Sistem Penyemprotan
Air untuk Budidaya Aeroponik Menggunakan NodeMCU ESP8266. Jurnal Tek.
ITS. Vol. 7 (2): A380-A385.
Sutiyoso Y. 2003. Aeroponik Sayuran Budidaya dengan Sistem Pengabutan. Jakarta:
Penebar Swadaya.

20

Anda mungkin juga menyukai