1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kebutuhan untuk mengembangkan infrastruktur di Indonesia
dibutuhkan untuk meningkatkan perekonomian, kunci atas perekonomian
berdasarkan pada kualitas infrastruktur dan kinerja logistic (Prakarsa, 2014).
Jalan tol merupakan salah satu usaha pemerintah untuk menambah
pendapatan negara.
Menurut PT. Sarana Pembangunan Jawa tengah Pembangunan
Trans Java Toll Road rencananya membentang sepanjang jalur utama
Pulau Jawa bagian barat mulai dari Merak sampai dengan Banyuwangi di
wilayah Jawa bagian timur. Salah satu obsesi daerah Jawa Tengah adalah
pembangunan Jalan Tol Semarang - Solo.
Menurut Jasa Marga, di Indonesia pertumbuhan laju lalulitas
selalu meningkat sekitar 37% dari 2011 hingga 2013, kenaikan laju
lalulintas dapat menyebabkan kemacetan. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 38 Tahun2004 Tentang Jalan Jalan raya yang
belum memadai dan rekayasa lalu lintas yang belum tepat guna
menjadikan penghambat untuk keseimbangan wilayah sebagai sistem
transportasi.
Sebagai upaya pemerintah Jawa Tengah untuk meningkatkan
infrastruktur adalah dengan pembangunan Jalan Tol Semarang - Solo.
Pembangunan ini dapat dikatakan strategis bagi Jawa Tengah karena dapat
mengembangan jaringan jalan secara khusus serta jaringan jalan dalam skala
regional. Pemerataan pembangunan daerah akan berjalan dengan baik jika
didukung oleh jalur akses antar wilayahnya yang mampu mencukupi
kebutuhan akan sarana penunjang mobilitas wilayah tersebut, sehingga
tercipta pengembangan wilayah secara terpadu dan menyeluruh.
2
Proyek pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo pada saat ini
telah mencapai seksi 3 yaitu menghubungkan Bawen – Salatiga sepanjang
17,5 kilometer. Pengerjaan proyek ini di kerjakan oleh PT Adhi Karya
(Persero) Tbk untuk Paket 3.1 Ruas Bawen-Polosiri, Paket 3.2 Ruas
Polosiri-Sidorejo yang dikerjakan oleh PT PP (Persero) Tbk, sedangkan
Paket 3.3B Jembatan Kali Sanjoyo dikerjakan oleh PT PP (Persero) Tbk
dan paket 3.3D Sidorejo- Tengaran yang dikerjakan oleh PT Nindya Karya
(Persero) KSO dengan PT Jaya Konstruksi baru.
Fokus utama bahasan ini adalah Paket 3.1 Ruas Bawen-
Polosiri yang akan terbentang sepanjang 3,6 kilometer dengan satu
jembatan dengan Span 350 meter. Dalam pengerjaannya PT Adhi Karya di
bantu oleh PT Puja Perkasa untuk pekerjaan struktur jembatan, PT KTA
dan PT KIN untuk pekerjaan galian Timbunan, PT Wika Beton untuk
precast girder dan PT Jatra Sejahtera untuk louching girder. Paket 3.1 ruas
Bawen-Polosiri teridiri dari tiga zona yang secara urut dari utara menuju
selatan.
Proyek ini ditargetkan mulai pada 1 Agustus 2015 hingga 30
Juli 2016. Persetujuan Kotrak menggunakan sistem unit price. Dalam
perjalanan proyek ini di adakan percepatan dan addendum dan di targetkan
akan dapat digunakan pada 30 Juli 2016. Proses pelaksanaan yang sulit
dengan banyak kendala baik medan dan cuaca membuat proyek
memerlukan perlakuan khusus. Perencanaan Struktur yang tepat akan
membuat bangunan kokoh. Penentuan penggunaan alat berat guna
mempercepat pekerjaan terlebih dahulu di perhitungkan dengan efisien.
Pemilihan material dengan mutu baik dilakukan agar kualitas bangunan
menjadi baik. Manajemen yang baik akan memepersiapkan sistem agar
tujuan tersebut dapat terlaksana dengan tentunya beberapa kontrol
dengan perencanaan jadwal, kebutuhan tenaga, kualitas dan mutu secara
teknis melalui tes laboraturium.
3
1.2. LOKASI PROYEK
4
1.2.1. Batas wilayah
Batas Utara : Bawen, Ungaran
Batas Barat : Ambarawa, Magelang
Batas Timur : Daerah Salatiga
Batas Selatan : Kota Salatiga
4
perkebunan kopi. Menuju Zona III ke arah jembatan tuntang, batas
kanan sebagian besar berupa perkebunan kopi hingga mencapai jalan
raya Semarang-Salatiga dan beberapa ditumbuhi perkebunan karet
serta melintasi sungai tuntang untuk sebelah kiri berbatasan langsung
dengan lahan berupa pepohonan dan semak belukar yang masing
belum difungsikan.
1.3.2. Jembatan
Jembatan adalah kontruksi yang memungkinkan
transportasi melalui sungai, pada proyek ini jalan tol akan
melintasi sungai Tuntang selebar 15 m. Jembatan berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yaitu abutment satu dan
abutment dua atau backwall yang terputus oleh sungai Tuntang.
5
BAB II
PENGELOLAAN PROYEK
7
BAB III
PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Pembersihan lahan
Pembersihan lahan merupakan kegiatan yang dilakukan setiap
proyek, agar semua kondisi proyek dapat terlihat. Pekerjaan
23
pembersihan lahan mempermudah pekerjaan-pekerjaan
berikutnya
Berikut tahap-tahap pekerjaan pembersihan lahan :
a. Penebangan pohon-pohonan menggunakan excavator
b. pengupasan semak dan akar-akar pohon menggunakan
buldozer
c. setelah lahan dibersihkan, kemudian dilakukan pekerjaan
pemerataan tanah dengan mengunakan buldozer. Untuk
memindahkan tanah bekas galian excavator bekerja sama
dengan dump truck menggangkat dan membawa material
tanah ke disposal.
24
Karya menggunakan box container yang didesain menjadi
ruangan-ruangan
Berikut tahap-tahap pekerjaan pembangunan direksi kit
a. Container dibuat lubang pintu dan jendela, setelah itu
dipasang kan pintu dan jendela
b. Pekerjaan dilanjutkan pemasangan instalasi listrik
sederhana
c. Pekerjaan terakhir adalah pemasangan lantai
Berikut tahap-tahap pekerjaan pembangunan
gudang
a. Menyiapkan kayu-kayu usuk untuk dijadikan kolom dan
balok ruangan
b. Lalu menyiapkan playwood 9 mm untuk dijadikan dinding
c. Pekerjaan dilanjutkan pemasangan instalasi listrik
d. Pemasangan pintu, jendela dan membuat lantai LC.
1. Pondasi
Pondasi merupakan penopang utama suatu bangunan, pondasi
pada jembatan tuntang menggunakan pondasi bor pile dengan
25
kedalaman bervariasi dari 10 m hingga 17 m, dikerjakan
26
dengan alat bor. Karena tanah pada daerah jembatan sangat
keras maka dipilih metode bor, untuk meninjau kekerasan
daritanah dapat ditinjau pada lampiran gambar. Dimensi dari
pile berdiameter 120 cm, dengan jumlah yang bervariasi pula,
kolom pier memiliki jumlah 20 buah hingga 30 buah dan di
tiap abutment sebanyak 10 buah. Dalam pengecoran Pondasi
dengan volume terbesar memerlukan ± 8,33 jam dalam kondisi
menggunakan tiga truck mixer sekaligus.
27
Gambar.3. 2.Sketsa letak pondasi A1 hingga P5
Sumber : Data PT. Adhi Karya
28
Tahap pelaksanaan boring pile
a. Pekerjaan persiapan pengeboran
1) Marking dan pemberian nomeran urut pengeboran
2) sebagai tepat penyimpanan sementara air buangan,
dipersiapkan bak penampungan yang berfungsi dan
tempat pencampuran air dengan tanah liat sebagai
media pembantu dalam proses pengeboran
3) air kotor dipompa
4) dan material pendukung (tanah liat dan readymix)
5) lalu ulangan baja di rakit.
b. Pengeboran
Pengeboran basah metode pengeboran dalam proyek ini.
Untuk mengurangi gesekan dalam lubang Air digunakan
untuk menghancurkan material tanah.
Langkah – langkah pengeboran dijelaskan sebagai berikut :
1) Pekerjaan pengeboran
- Untuk menghancurkan tanah serta guna
pengangkutan keluar lubang pengeboran
menggunakan cross drill dibantu dengan semprotan
air (air berlumpur) yang mengalir melalui lubang
batang
- penyemprotan air setelah kedalaman perencanaan
tercapai merupakan bentuk pembersihan tahap
pertama
- untuk membawa dan memotong tanah sisa yang
tidak dibawa oleh air digunakan bor spiral yang.
Tahap ini adalah langkah terakhir dari pengeboran.
Dengan sistem ini, diharapkan bahwa semua sisa
pengeboran bias terangkat.
29
c. Pekerjaan pasangan
- Pipa trime dipasang sesuai dengan kedalaman
lubang yang dibor
- perakitan tulangan baja
- melalui pipa trime untuk membersihkan lubang dari
endapan lumpur, dilakukan penyemprotkan air
bertekanan.
d. Pekerjaan cor
Berikut merupakan langkah pengecoran bore pile setelah
pekerjaan pembersihan terakhir dilakukan :
1) Kantong plastik yang diisi dengan campuran beton
bertujuan untuk memisahkan campuran beton dari
endapan lumpur di dalam pipa trime
2) dari kedalaman 1 meter dari corong trime kantong
plastik dimasukkan, lalu menunggu tenaga pengecoran
siap untuk melakukan pengecoran secara konstan
3) lalu tas plastik dapat dilepas ketika campuran beton diisi
kedalam lubang pipa sampai kepermukaan saluran.
Pada saat yang sama, campuran beton yang dimasukkan
mendorong air lumpur di luar pipa trime keluar
4) vibrator untuk membantu aliran campuran beton
kedalam lubang agar tidak ada udara yang terjebak
dalam campuran beton
5) pipa trime bisa ditarik perlahan-lahan sambil terus
menuangkan campuran beton. Jika didapat campuran
tidak dapat turun lebih jauh, dengan kata lain
permukaan campuran beton di dalam lubang bor telah
meningkat cukup jauh
6) maka Penarikan pipa trime harus dijaga sehingga ujung
bawah pipa tetap terendam 1 meter di dalam campuran
30
beton. Pipa trime dapat diangkat jika campuran beton
telah naik lebih dari 3 meter di bawah pipa trime.
Pengecoran dapat dihentikan jika campuran beton
sampai kepermukaan lubang (meluap) dan benar-benar
bersih dari lumpur atau kotoran lainnya
7) tahap-tahap pengeboran diatas dilanjutkan ke titik-titik
pengeboran yang lain sesuai dengan nomor pengeboran
yang telah ditentukan.
e. Pekerjaan pembersihaan dan bobok pile cap
1) Agar limbah tidak menumpuk/ membanjiri area
kerja dan tidak mengganggu pekerjaan pengeboran
berikutnya, bak penampungan limbah khusus harus
disiapkan untuk lumpur yang dihasilkan dari proses
pengeboran
2) pengambilan dari luar wilayah pengeboran lumpur
kental yang mengisi bak
31
3) pembobokan pile bagian atas setelah umur beton 7
hari, sepanjang level atau batas yang telah
ditentukan.
Setelah pile terbentuk lalu dilakukan tes-tes apakah telah
mencapai kapasitas yang direncanakan, tes yang dilakukan
adalah adalah tes PDA dan tes PIT.
Dalam tahap ini PT. Adhi Karya Berkerja sama dengan PT.
Batindo Sarana Nusantara untuk melakukan Pile Driving
Analyzer (PDA) guna mengetahui daya dukung tiang dan
tegangan yang belaku pada tiang. Semua hasil dan metode akan
dikerjakan sesuai persetujuan PT. Eskapindo Matra sebagai
32
konsultan pengawas dan PT. Trans Marga Jateng sebagai
pemilik proyek. Terdapat dua titik pile yang telah di tentukan
yaitu P02 dan P04. Kedua pile tersebut berada pada P4, sesuai
dengan analisis yang disimpulkan oleh PT. Batindo Sarana
Nusantara dapat disimpulkan bahwa hasil tes mampu
mewakilkan keadaan seluruh pile dengan metode yang sama.
PDA merupakan suatu sistem pengujian untuk mendapatkan
data kapasitas tiang, energi palu, penurunan dll. Memperoleh
data tersebut melalui strain transducer dan accelerometer yang
diolah oleh komputer dengan CAPWAP/ASIAWAP untuk
menghasilkan kurva gaya dan kecepatan ketika palu dipukul
dengan berat tertentu.
2. Footing
Dalam proyek ini terdapat 8 titik footing yang diberi identitas
footing P1 hingga footing P8, footing sendiri bertujuan untuk
menggabungkan beberapa pile agar dapat menerima gaya
dengan besaran yang sama. Dengan menggunakan asumsi
rerata berat jenis dan luas sebesar 4,66 kg/m dan 0,00059 m 2
dalam pengecoran footing dengan volume terbesar memerlukan
± 19,24 jam dalam kondisi menggunakan lima truk mixer
sekaligus.
33
Gambar.3. 8. Letak footing pada P5 hingga A2
Sumber : Data PT. Adhi Karya
34
Titik Lebar Panjang Tebal Titik Lebar
Footing Footing Footing Footing
(m) (m) Tengah (m)
P2 17 51,5 2,5 2 1924
P3 17 51,5 2,5 2 1924
P8 14 46 2,5 2 1371
35
dan pengerjaan pilar. Solusi dalam pekerjaan ini dengan melakukan
penimbunan footing kemudian menggali dasar sungai agar air tidak
cepat meninggi.
36
3. Abutment
Abutmentmerupakan bangunan yang berfungsi sebagai
tumpuan dari jembatan dan penyalur gaya menuju pile, dalam
proyek ini terdapat dua titik abutment yang di beri identitas
dengan A1 dan A2.
Tahapan Pekerjaan Abutment
a. Pembobokan kepala pile kemudian mengkaitkan besi dari
pile ke rangkaian besi base wall
b. perangkaian footing dimulai dengan perangkaian besi base
wall dan pemasangan bekisting
c. dilanjutkan pengecoran base wall
d. pekerjaan dilanjutkan dengan perangkaian besi untuk back
wall dan wing wall serta dilanjutkan dengan pemasangan
bekisting
e. tahap terakhir pengecoran back wall dan wing wall
f. pelempasan bekisting setelah 14 hari
g. penimbunan base wall, wing wall dan back wall.
37
Gambar.3. 6. Back wall dan wing wall
Sumber : Data pribadi
38
Kolom pilar (Kolom pier) merupakan bangunan yang berguna
untuk menyalurkan beban kontruksi yang diterima oleh
jembatan. Dalam proyek ini terdapat 16 pilar karena dalam satu
titik footing terdapat dua kolom, biasanya kolom tersebut
disebut dengan sebutan P1 kanan atau jika berada disebelah kiri
disebut dengan P1 kiri. Dimensi kolom pier adalah 3×3 m
dengan panjang segmen untuk kolom masive setinggi 3 m dan
untuk kolom hollow setinggi 4 m dengan ketebalan selimut 40
m cm.
39
yang telah dipotong dan dibengkokkan sesuai rencana
akan dibawa menuju lokasi proyek menggunakan up
crane truck, lalu besi-besi tersebut dirangkai sesuai
gambar rencana dan dieratkan menggunakan kawat drat
yang dipuntir dengan catut
2) penyambungan dengan tulangan pada footing, dengan
menekuk besi mengait kepada rangkaian tulangan
footing dan direkatkan menggunakan kawat drat dan
beberapa bagi direkatkan dengan bantuan las
40
Gambar.3. 8. Pemasangan bekisting untuk segmen hollow pada pilar pier P3
Sumber : Data pribadi
41
Gambar.3. 18. Pengecoran kolom pier menggunakan metode buchket
Sumber : Data pribai
42
crane truck, lalu besi-besi tersebut dirangkai sesuai
gambar rencana dan dieratkan menggunakan kawat drat
yang dipuntir dengan catut.
43
plat tidak melendut menggundakan scafolding dengan
sambungan jack U dan jack pass. Pengangkatan
bekisting menggunakan bantuan tower crane.
44
Gambar.3. 21. Bekisting yang telah siap dipasang
Sumber : Data pribadi
45
Gambar.3. 10. Proses pengecoran P3
Sumber : Data pribadi
Gambar.3. 23. Penampilan kolom hollow saat bekisting sudah dilepas Sumber : Data pribadi
46
dilakukan dengan metode shoring, pengecoran beton
konvensional dan penggunaan perancah yang ditumpukan pada
balok konsol.
Tahap-tahap pekerjaan kolom pier
47
Gambar.3. 25. Plywood sebagai bekisting Sumber : Data pribadi
48
f. setelah penulangann selesai dilakukan pengecoran
menggunakan concrete pump jenis kodok dengan bantuan
truk mixer untuk membawa ready mix ke lokasi pengecoran
g. lalu setelah 14 hari bekisting dilepas, lalu dipasanglah
mortar pad dengan campuran semen : Air ( 1 sak : 2,5 liter
air) menggunakan bekisting persegi yang telah di siapkan
seukuran 20×20 cm.
Tahap Pekerjaan pier head di P1 menggunakan metode soring
menggunakan scaffolding
a. Mempersiapkan scaffolding dengan diameter pipa ukuran
sedang kelokasi P1
b. lalu penyusunan scaffolding dengan tinggi disesuaikan
bekisting pier head, tentunja bagian samping kanan, kiri
dan tengah di buat sesuai tinggi bekisting bottom pier head
menggunakan rangkaian scaffolding berdiameter lebih kecil
dari pada pipa shoring dan di padukan menggunakan jack
pass untuk membuat sanggaan terhadap bekisting pier head
dikolaborasi menggunakan profil baja canal C.
c. lalu dilakukan pemasangan bekisting
d. dilanjutkan perakitan besi
e. lan dilakukan pengecoran menggunakan concrete pump
truck.
Tahap-tahap memasang mortar pad dan bearing pad
a. Memasang pembesian pada mortar pad
b. menyiapkan alat aduk berupa ember cat dengan ukuran 20
liter cat dan kayu adukan
c. semen satu sak dicampur sika dengan ember seukuran 2,5
liter cat kedalam ember adukan
d. campuran tersebut dicampur dan diaduk merata
49
e. bekisting dengan bentuk persegi telah di persiapkan di titik
ass mortar pad
f. lalu adukan tersebut di tuang dan dilepas ketika berumur
satu minggu untuk perawatan mortar pad hanya di tutup
menggunakan lembaran plastik dan disiram air agar suhu
terjaga dari cuaca panas.
Gambar.3. 28. Perawatan mortar pad dengan disiram air Sumber : Data pribadi
50
3.1.3. Struktur atas
1. Stressing girder
Girder merupakan bagian struktur atas, girder dalam proyek ini
berbentuk I girder yang di produksi secara precast oleh PT.
Wika Beton dan diantar menuju proyek dari boyolali
menggunakan bantuan truck container dengan membawa satu
segmen girder sepanjang 5 m. Girder yang tiba di lokasi proyek
lalu di tempatkan langsung di belakang abutment dua dan di
ganjal oleh bantalan-bantalan beton, pemindahan girder dari
truck container dikerjakan menggunakan service crane
berkapasitas 35 ton, dalam proyek ini berjejer 12 girder
sepanjang 40 m di tiap girder, girder yang sudah berada di
lokasi proyek sebelumnya di beri strand baja untuk bertujuan
untuk melawan momen yang timbul akibat beban yang
nantinya diterima jembatan. Straind di-streesing menggunakan
jack hidraulik yang ditahan angkur berkapasitas 2 ton,
sebelumnya lubang-lubang di beri wedges untuk menahan
ujung straind ketika di stressing. Tahap-tahap stressing straind
baja.
51
Gambar.3.30. Prosses stressing
Sumber : Data pribadi
52
Tahap-tahap groting
53
dikubangan lumpur, serta cuaca yang sering hujan
memperlambat pekerjaann. Dalam menghadapi permasalahan
tersebut selalu di adakan perbaikan terhadap jalur yang di
lintasi truk, lalu sebagian titik di beri ready mix yang di bantu
bambu untuk membuat jalur agar tidak berkubang.
54
2. Diafragma
Diafragma pada jembatan berfungsi sebagai segmen
mempersatu struktur atas, dengan dibantu dengan straind baja
yang melintasi girder dan diafragma. Diafragma berdimensi
165 × 184 cm dengan ketebalan 20 cm dengan sistem precast.
Tahap-tahap pemasangan diafragma
a. Beberapa tumpuk diafragma di angka menggunakan
bantuan tower crane untuk di letakan di dekat titik
pemasangan diafragma
b. pekerja menyeting angkur pada titik pemasangan diafragma
c. dua pekerja mengangkat diafragma dan di kaitkan akur
untuk menahan dan menurunkan diafragma agar dapat
terpasang di tengah-tengah girder
d. setelah terpasang girder di beri ganjal sementara
55
Gambar.3. 35. Angkur untuk menahan diafragma yang sedang dipasang
Sumber : Data pribadi
G ambar.3. 13. Tampak dari bawah jembatan diafragma yang telah rpasang
te
Gambar.3. 14. Tampak dari atas diafragma yang telah terpasang
Sumber : Data pribadi
56
Dalam pekerjaan pemasangan Diafragma mengalami kendala
saat cuaca hujan karena berbahaya ketika mengerjakan
dikondisi hujan diatas ketinggian ±40 m sehingga pekerjaan ini
3. RC plate
RC plat merupakan jenis plat bertulang yang diproduksi secara
precast, dengan dimensi 100 × 145 cm dengan tebal 7 cm oleh
PT Wika Beton. Dalam proyek ini precast adalah bagian
terakhir sebelum nanti diberi rigid pavement.
Tahap-tahap pekerjaan RC Plate
a. prescas yang sudah berada di lokasi proyek langsung
diangkat menggunakan tower crane mendekati jembatan
b. setelah itu, pekerja membobok angkur dalam RC plat agar
memudahkan mengangkatnya menggunakan angkur, dua
57
pekerja mengakat dan menyusun RC plate dari ujung
abutment 2 menuju pilar 8.
58
Dalam pekerjaan pemasangan RC plate mengalami kendala saat
cuaca hujan karena berbahaya ketika mengerjakan dikondisi
hujan diatas ketinggian ±40 m sehingga pekerjaan ini diminta
untuk cepat menyelesaikan atau pun terhambat karena cuaca
pekerja di minta mengejar target di hari berikutnya.
59
Pekerjaan : Seluruh Pekerjaan Cor (Pile, Pile Cap, Pilar,
Box Culvet, Abutment, Peer Head, Back
wall, dll)
Manajemen Alat : Penggunaan truck mixer diatur untuk bekerja
secara bergantian dan berulang dengan
satuan rate (Putar). Penggunaan truck mixer
juga diatur mampu mengerjakan dua
pekerjaan pengecoran sekaligus dengan
membagi armada menjadi dua tim, ketika
salah pekerjaan selesai maka tim tersebut
akan membantu menyelesaikan pekerjaan
yang masih berjalan.
Kendala : -Keadaan jalan yang buruk (Tanah
berlumpur)
- Lembur di hari berikutnya
- Perijinan rute
Penyelesaian : - Beberapa jalan diberi Land Concrete
dengan menggunakan bambu sebagai
tulangan
- Membagi tim menjadi 3 truk dan 2 truk dan
melembur di hari berikutnya
- Membuat rute yang tidak menggagu warga
seperti melintasi perkebunan.
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
60
Gambar.3. 41. Truk mixer ketika dalam batching plant
Sumber : Data pribadi
61
tersebut di tangani oleh satu pelaksana satu pengawas dan operator
baching plan.
Baching Plant milik PT Varia Usaha terletak kurang
lebih 1 km dari basecamp hingga lokasi proyek sehingga
memudahkan manajemen pekerjaan pengecoran. Baching Plant PT.
Varia Usaha memiliki Spesifikasi Sebagai berikut :
Tipe : WGS
Tahun pembuatan : 2010
Kapasitas Produksi : 60 m3/ jam
Jumlah Unit : 1 Unit
Status : Sewa (PT. Varian Usaha)
Pekerjaan : Ready Mix
Manajemen Alat : Penggunaan baching plant diatur untuk
diatur untuk bekerja sesuai volume pekerjaan per harinya,
Penggunaan Baching Plant juga diatur
mampu mengerjakan dalam sekali waktu
semua pencampuran ready mix, bertujuan
agar penggunaan bahan bakar lebih hemat
dan alat menjadi awet.
Kendala : -Kendala cuaca hujan sehingga proses bias
dihentikan sebelum pengecoran selesai.
Penyelesaian : -Melembur di hari berikutnya.
Jadwal Kerja : Terlampir Dalam kurva S.
62
Gambar.3. 42. Batching plant dalam lokasi proyek Sumber : Data pribadi
64
Gambar.3. 17. Remote pengendali boom Sumber : Data pribadi
65
Gambar.3. 18. Pekerja menopang dan mengarahkan boom
Sumber : Data pribadi
66
pump lebih diarahkan pengecoran di tempat
sulit sesuai jadwal yang telah direncanakan,
penggunaan truck concrete pump diatur
mengerjakan dalam sekali waktu kegiatan
pengecoran.
Kendala : -Alat sering tersumbat
-Boom dan silt boom seling bocor dan pecah
-Sulitnya medan dalam proyek.
Penyelesaian : -Diakukan pembersihan alat dan memberi air
ketika pengecoran
67
3.2.4. Concrete pump (Kodok)
Jangkau dari concrete pump truck dirasa terbatas ketika struktur
sudah mencapai ketinggian 35 m keatas, penggunaan buchket pun
dirasa kurang efektif ketika pekerjaan pengecoran pier head yang
memiliki volume yang cukup besar, dengan adanya kondisi
tersebut concrete pump tipe kodok dapat berguna dengan baik dan
tepat karena boom yang dirangkai dapat mencapai ketinggian yang
diingginkan.
68
Manajemen Alat : Penggunaan untuk pengerjaan pier head
dengan cara bergiliran karena pekerjaan
perancah pier head pun dilaksanakan
bergantian.
Kendala : -boom yang tersumbat
Penyelesaian : -Pembersihan secara rutin dan penggantian
boom yang pecah.
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
3.2.5. Bucket
Buchket merupakan alat bantu dalam kegiatan pengecoran yang
digunakan untuk menyalurkan beton cair ketempat yang tinggi atau
sulit di jangkau menggunakan bantuan tower crane.
Buchket milik PT. Adhi Karya berjumlah dua unit yang selalu
stand by di dalam lokasi proyek. Buchket memiliki Spesifikasi
Sebagai berikut :
69
Tipe : Buatan Sendiri
Tahun pembuatan : 2016
Kapasitas Produksi: 1 m3
Jumlah Unit : 2 Unit
Status : Milik Sendiri
Pekerjaan : Menjangkau lokasi pengecoran yang sulit
dengan dibantu tower crane.
Manajemen Alat : Pengangkutan menggunakan tower crane,
dalam pekerjaan pengecoran dilaksanakan
oleh empat orang dengan pembagian satu
pekerja berada di gondola buchket dua orang
mengarahkan corong truck mixer satu orang
menekan tombol truck mixer agar beton cair
keluar.
Kendala : -Corong tersumbat
-Kesulitan penggunaan ketika hujan karena
tidak diberi tutup.
Penyelesaian : -Pembersihan secara rutin dan penggantian
selang
-siberi penutup pada atas bucket atau
penghentian pengecoran.
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
70
vibrator di pegang oleh pekerja dan diarahkan kebagian
pengecoran yang sulit untuk dipenuhi oleh ready mix.
Tipe : Mikasa M TR 100
Tahun Pembuatan : 2011
Kapasitas : 3 HP
Jumlah 8
Status : Milik Sendiri
Pekerjaan : Meratakan penyebaran ready mix.
Manajemen Alat : menggunakan 3 hingga 4 alat dalam sekali
proses pengecoran.
Kendala : -Tempat yang tinggi sulit untuk menggunakan
listrik
-Kesulitan penggunaan ketika hujan
Penyelesaian : -Menggunakan kabel yang menjangkau tempat
tertinggi
-Diberi penutup pada atas kolom
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
71
3.2.7. Excavator
Merupakan alat dalam pekerjaan tanah yang berguna
untuk menggali dan menimbun tanah. Dalam pekerjaan tanah
pelaksana mengarahkan operator excavator untuk memangkas
bagian yang cukup tinggi untuk ditimbun ke tempat yang lebih
redah atau memindahkannya dengan diakut oleh dump truck.
Tipe : Komatsu
Tahun Pembuatan : 2009-2014
Kapasitas : 0,8 m3
Jumlah 2
Status : Sewa
Pekerjaan : Menggali dan menimbun tanah
Manajemen Alat : Digunakan pada pekerjaan P3 dalam pekerjaan
menimbun pilar dan pekerjaan abutment 2.
Kendala : -Kesulitan penggunaan ketika hujan
Penyelesaian : -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan
dihari berikutnya
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
72
3.2.8. Buldozer
Buldozer merupakan alat yang berguna meratakan
permukaan tanah, agar permukaan memiliki elevasi yang sesuai
dengan rencana. Dalam proyek ini seksi 3.1 zona tiga Buldozer
berkerja pada P3 dan abutment, untuk meratakkan tanah timbunan
yang berada pada abutment, pada P3 buldozer juga membantu
meratakan tanah timbunan guna meninggikan permukaan sepadan
sungai.
Tipe : Komatsu
Tahun Pembuatan : 2009 – 2014
Kapasitas : 7 ton
Jumlah 1
Status : Sewa
Pekerjaan : Meratakan permukaan tanah
Manajemen Alat : Digunakan pada pekerjaan Abutment dalam
pekerjaan dan P3
Kendala : -Kesulitan penggunaan ketika hujan
Penyelesaian : -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan
dihari berikutnya
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
73
Gambar.3. 24. Dozer menuju P3
Sumber : Data pribadi
74
Penyelesaian : -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan
dihari berikutnya
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
75
Pekerjaan : Membantu kebutuhan air dalam pengecoran,
pemadatan tanah dan membersihkan jalan
proyek dari debu
Manajemen Alat : digunakan setiap hari dengan rolling disekitar
proyek
Kendala : -Melewati jalan proyek yang buruk karena
hujan
Penyelesaian : -Memperbaiki jalan di lingkungan proyek
dengan LC.
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
Gambar.3. 26. Water tank sedang memberi air untuk proses pengecoran footing P1
Sumber : Data pribadi
3.2.11. Dumptruk
Dumptruk merupakan alat angkut material dalam proyek,
material yang banyak diangkut oleh dump truck berupa tanah
galian. Dalam pelaksanaan dumptruk mengangkut dalam satuan
76
rate. Rate adalah satu putaran dari lokasi awal kembali kelokasi
awal.
Tipe : Nissan, Hino, Mitsubishi dan Dyana H
T Tahun Pembuatan : 2009 – 2014
Kapasitas : 7 Ton
Jumlah 5
Status : Sewa
Pekerjaan : Mengangkut material
Manajemen Alat : Digunakan pada pekerjaan abutment dan P3
Kendala : -Kesulitan penggunaan ketika jalan buruk
akibat hujan
Penyelesaian : -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan
dihari berikutnya
Jadwal Kerja :Terlampir dalam kurva S.
77
3.2.12. Boring machine
Boring machine merupakan yang berguna untuk
mengebor tanah dalam keperluan pembuatan pile, penggunaan
boring machine digunakan ketika menemui tanah yang cukup
keras. Pekerjaan pengeboran dibantu dengan kucuran air yang
membantu melunakan permukaan tanah yang akan dibor. Dalam
pelaksanaannya pekerjaan menggunakan metode double core borel
yaitu menggunakan dua mata bor, karena keadaan tanah cukup
keras. Dalam pelaksanaan penyaksian langsung tidak dilakukan
menyebabkan infomasi yang didapat hanya sesuai data yang ada.
Tipe : Sany / SR-180
Tahun Pembuatan : 2011
Kapasitas : Dia. 120 cm
Jumlah 1
Status : Sewa
Pekerjaan : Mengebor lubang pile
Manajemen Alat : Digunakan secara bergantian
Kendala : -Kesulitan penggunaan
hujan
Penyelesaian : -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan
dihari berikutnya
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
78
Gambar.3. 28. Boring machine
Sumber : Data pribadi
79
Gambar.3. 29. Proses setting portal
Sumber : Data pribadi
80
penyambungan dan pemotongan pekerjaan dilanjutkan dengan
penyetingan mur penghubung.
Gambar.3. 31. Setting mur pada sambunagn portal hoist dengan portal counter Sumber : Data pribad
81
Pekerjaan terakhir untuk tahap persiapan launcher
adalah penyetingan rel dan memberi dudukan untuk rel. terdapat
dua rel dalam sistem lounching ini, yang pertama rel mampu
mengerakan girder dengan arah maju atau mundur, lalu untuk
pergerakan kedua rel mampu menggerakkan girder kekanan
ataupun kekiri. Dalam penyetingan rel hanya melakukan pengelasa
untuk membenarkan rel serta memberi tumpuan agar datar dan
kemiringan sesuai dengan rencana super elevasi.
Tipe : Fabrikasi
Tahun Pembuatan : 2014 dan 2015
Kapasitas : 140 ton
Jumlah 1
Status : Sewa (PT. Jatra Sejahtera)
Pekerjaan : lounching girder (meletakan girder)
Manajemen Alat : Digunakan secara bertahap dari A2 menuju A1
Kendala : -Kesulitan penggunaan karena cuaca hujan
-kemampuan alat yang tidak bisa dipaksa untuk
dipercepat
Penyelesaian : -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan
dihari berikutnya
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
82
Gambar.3. 32. Proses peluncuran girder
Sumber : Data pribadi
83
rusak karena ketika stressing dilakukan dengan presetase 100%
pada kedua tendo tersebut membuat straind mengkat girder.
84
berikutnya
85
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
86
Gambar.3. 35. Semakin menuju ketengah tendon semakin
menyatu Sumber : Data pribadi
87
3.2.15. Tower crane
Tower crane berguna untuk memindahkan barang berat dari satu
tempat ketempat lain yang dikehendaki sejauh jangkauan lengan
crane dengan berat maksimal 5 ton, serta tower crane mampu
mengangkat benda menuju ketinggian yang diinginkan setinggi 60
m dengan penambahan tinggi pertahap dengan metode sambung
menggunakan belt.
Tipe : EM K70-20 (K50/50) dan ZC 6517
Tahun Pembuatan : 2010 dan 2011
Kapasitas : 5 ton dan 1,7 ton
Jumlah 3
Status : Sewa
Pekerjaan : Memindahkan peralatan berat
Manajemen Alat : Digunakan sesuai panjang lengan crane secara
bergantian
Kendala : -Kesulitan penggunaan karena cuaca hujan
Penyelesaian : -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan
dihari
berikutnya
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
88
Gambar.3. 37. Tower crane P1 Sumber : Data pribadi
89
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S
90
Gambar.3. 38. Proses pengangkatan girder
Sumber : Data pribadi
91
3.2.17. Tandem roller
Alat untuk memadatkan timbunan atau tanah yang akan
diratakan sehingga tanah atau timbunan menjadi padat. Dengan
menciprsti permukaan tanah dengan air dan digilas berulang.
Tipe : Sakai W
M770 Tahun Pembuatan : 2010
Kapasitas : 10-12 ton
Jumlah 1
Status : Sewa
Pekerjaan : Meratakan permukaan tanah yang sudah di
padatkan
Manajemen Alat : digunakan bergantian untuk memadatkan tanah
pada abutment
Kendala : -Kesulitan penggunaan karena cuaca hujan
Penyelesaian : -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan
dihari
berikutnya
Jadwal Kerja : Terlampir.
92
3.2.18. Genset
Genset merupakan pemsok listrik dalam proyek, setiap pagi sekitar
pukul 08.00 wib seorang operator genset selalu menghidupkan dan
mengecheck keadaan genset di proyek dan mematikannya
menjelang sore.
Tipe : Mitsubishi
Tahun Pembuatan : 2010
Kapasitas : 300 KVA
Jumlah 2
Status : Sewa
Pekerjaan : Menyediakan pasokan listrik proyek
Manajemen Alat : Digunakan setiap hari dari pukul 08.00 WIB
hingga 17.00 WIB dengan pengecualian
hingga lembur
Kendala :-
Penyelesaian :-
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
93
3.2.19. Bar bender
Bar bender berada pada tempat pabrikasi besi dalam
proyek terdapat sebuah bar bender yang setiap harinya digunakan
untuk menekuk besi sesuai rencana.
Tipe : TAKEDA B42
Tahun Pembuatan : 2010
Kapasitas : 42 mm
Jumlah 1
Status : Milik PT. Adhi Karya
94
3.2.20. Bar cutter
Bar cutter berada pada tempat pabrikasi besi dalam
proyek terdapat sebuah bar cutter yang setiap harinya digunakan
untuk memototng besi sesuai rencana.
Tipe : TOYO C43
Tahun Pembuatan : 2010
Kapasitas : 43 mm
Jumlah 1
Status : Milik PT. Adhi Karya
Pekerjaan : Memotong besi
Manajemen Alat : Memproduksi besi sesuai target perhari
Kendala :-
Penyelesaian :-
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
95
3.2.21. Total statio / Theodolit
Total Statio/theodolite merupakan alat ukur sudut dan jarak. Untuk
total dilengkapi dengan processor sehingga bisa menghitung jarak
datar, koordinat, dan beda tinggi secara langsung tanpa
perhitungan. Namun untuk theodolit masih perlu menghitung
menggunakan rumus.
Tipe : Topcon TL-6G
Tahun Pembuatan : 2011
Kapasitas : 6’’ to 30’’ (0,002g to
0,01g) Jumlah 2
Status : Milik PT. Adhi Karya
Pekerjaan : Mengukur Elevasi
Manajemen Alat : Mengecheck elevasi dan menghitung volume
pekerjaan (QS)
Kendala :-
Penyelesaian :-
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
96
3.2.22. Waterpass
Alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah
benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal
maupun horizontal.
Tipe : Topcon TL-6G
Tahun Pembuatan : 2011
Kapasitas : 0’’ to 360’’ (0g to 400g)
Jumlah 2
Status : Milik PT. Adhi Karya
Pekerjaan : Mengukur Elevasi
Manajemen Alat : Mengecheck beda tinggi dan menghitung
volume pekerjaan (QS)
Kendala :-
Penyelesaian :-
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
97
Gambar.3. 45. Waterpass
Sumber : Data pribadi
3.2.23. Stemper
Temper digunakan untuk memadatkan tanah dengan luasan yang
kecil dengan kendali langsung oleh pekerja. Temper pada proyek
ini digunakan untuk pemadatan tanah abutment bagian samping.
Penggunaan temper menggunakan tenaga listrik.
98
Tipe :
Tahun Pembuatan : 2011
Kapasitas :
Jumlah 1
Status : Milik PT. Adhi Karya
Pekerjaan : Memadatkan tanah
Manajemen Alat : berfokus pada pekerjaan stemper pada tanah
bagian samping abutment secara berangsur
hingga seluruh bagian terpadatkan.
Kendala : cuaca ketik hujan
Penyelesaian :-
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
99
Gambar.3. 46. Tabung blader berisi gas
Sumber : Data pribadi
100
Gambar.3. 48. Alat las
Sumber : Data pribadi
Tipe :-
Tahun Pembuatan : -
Kapasitas :-
Jumlah 2
Status : Milik PT. Puja Perkasa dan PT. Jatra Sejahtera
Pekerjaan : Memotong dan menyambungkan logam
Manajemen Alat : untuk las dan bleder milik PT. Puja perkasa
berfokus untuk pekerjaan pengelasan perancah
pier head, namun untuk milik PT. Jatra
sejahtera difokuskan bertujuan untuk setting
portal hois.
Kendala : cuaca ketik hujan
Penyelesaian :-
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
101
3.2.25. Scafolding
Scafolding merupakan rangkaian pipa dengan penyambung
berupakan jack, terdapat dua macam jack yang digunakan yaitu
jack pass dan jack u.
102
Status : Milik PT. Adhi Karya
Pekerjaan : menyangga bekisting
Manajemen Alat : dikerjakan bergantian untuk menyangga
bekisting kolom, serta pada pekerjaan
bekisting pier head P1 sebagai bagian dari
metode menggunakan shoring.
Kendala : cuaca ketik hujan
Penyelesaian :-
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.
3.3. BAHAN-BAHAN
3.3.1. Tulangan
Tulangan dalam bangunan berupa baja atau besi adalah salah satu
material dalam bangunan yang memiliki peranan penting dalam
struktur & konstruksi, sebagai struktur utama atau sebagai penguat
struktur beton bertulang. Dalam proyek ini seluruh besi berjenis
ulir memiliki sirip yang lebih mampu mengatasi gaya tarik. Pada
pekerjaan jembatan besi tulangan yang digunakan adalah besi
dengan diameter Ø 16, 19, 22, 25, 29, 32.
Gambar.3. 51. Tulangan yang di gunakan dala proyek Sumber : Data pribadi
103
3.3.2. Ready mix
3.3.3. Pasir
Pasir dalam proyek ini diambil dari muntilan karena sudah terbukti
berkualitas baik. Pasir adalah bahan material butiran. Pasir
memiliki warna sesuai dengan asal pembentukannya. Pasir juga
penting untuk bahan bangunan bila dicampur Semen.
104
Gambar.3. 53. Pasir muntilan dalam lokasi baching plan
Sumber : Data pribadi
3.3.4. Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir,
atau mineral. Agregat dipakai bersama-sama dengan suatu media
pengikat misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang untuk membentuk
suatu beton semen hidraulik atau adukan. Agregat yang digunakan
dalam proyek ini berasal dari muntilan dengan diameter kerikil
sebesar 20 mm – 30 mm.
105
3.3.5. Semen
Semen merupakan bahan pengikat agregat dalam beton, semen
dalam proyek ini menggunakan PPC dari semen gresik.
3.3.6. Air
Air Dalam proyek ini berasal dari sungai tuntang yang disedot
menggunakan pompa dan kebutuhan air bersih menggunakan
sumur yang berada dalam base camp PT. Adhi Karya.
Gambar.3. 56. Water tang di isi menggunakan air sungai tuntang Sumber : Data pribadi
106
3.4. PENGENDALIAN PROYEK
Pengendalian proyek merupakan upaya untuk mengendali dan
mengontrol proyek agar berjalan sesuai rencana. Dalam pelaksanaan bentuk
pengendalian berupa pengendalian terhadap mutu, biaya dan waktu.
Dalam proyek progress sampai tahap pekerjaan struktur dari
footing hingga pekerjaan lounching girder, Pengendalian mutu berupa
Spesifikasi teknis (Pabrikan, RKS), Metode Pelaksanaan (Pabrikan, RKS),
Gambar Kerja (DED) dan Hasil Tes bahan dari Laboratorium, untuk
pengendalian biaya pengendalian berupa informasi sumber Dana Proyek
yang valid, Progres pembayaran yang telah dilakukan dalam suatu pekerjaan
(kontrak) sesuai dengan yang direncanakan, Tahapan-tahapan/angsuran
pembayaran yang dilakukan untuk Kontrak local, Pengendalian biaya atas
setiap item pekerjaan yang ada didalam Bill of Quantity, Tahapan-
tahapan/angsuran pembayaran yang dilakukan untuk Kontrak Internasional
dan Pengendalian biaya atas rencana disburse / penyerapan dalam kontrak,
sedangkan untuk pengendalian waktu dalam bentuk penyusunan jadwal
pekerjaan yang disusun kedalam kurva S.
107
a. Uji kuat tekan
Dalam pengujian ini mengunakan mutu E (239,34 kg/cm2),
C (239,34 kg/cm2), (B2 338,69 kg/cm2) dan BB (414,25
kg/cm2). Penggunaan mutu beton dengan mutu E digunakan
untuk RC plate, Land Concrete, untuk mutu C digunakan
untuk Reinforced Concrete Pipe, Abutment, Dinding
Retaining Wall, Bottom Slab, mutu B2 digunakan untuk
bore pile dan untuk mutu BB untuk bahan kolom. Untuk
target umur pengujian untuk struktur yang berada dibawah
menggunakan target umur 28 hari jika untuk struktur yang
berada di ketinggian menggunakan target umur 7 hari.
108
b. Slump tes
Slump tes dilakukan setiap kali pengecoran dengan batas
toleransi keruntuhan ± 2 cm. pengukuran slump tes
langsung diambil dari ready mix yang berasal dari truk
mixer.
109
b. Pengawas mengetahui prosentase dari masing-masing item
pekerjaan yang telah diselesaikan
c. Pengawas mengetahui jumlah biaya yang harus dibayarkan
dalam setiap progres pekerjaan..
110
3.5. PENGAMATAN-PENGAMATAN DILAPANGAN
Suatu proyek memiliki kondisi yang berbeda-beda yang menjadi
pembeda sebuah proyek dengan proyek lainnya walaupun memiliki
kesamaan dalam jenis pekerjaan, misal proyek pembangunan Jembatan
Tuntang dengan proyek pembangunan proyek jembatan lainnya.
Dalam pelaksanaan kontraktor akan mengalami kesulitan-
kesulitan di titik tertentu dalam lokasi proyek tanpa terduga, sehingga
kontraktor dituntut mampu menyelesaikan kesulitan tersebut dengan
effisien. Selain kesulitan dalam suatu proyek pemilik proyek juga akan
menerima resiko dengan menghadapi penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan pekerja atau penyedia jasa. Berikut merupakan bentuk-bentuk
kesulitan dan penyimpangan yang terjadi di dalam proyek.
111
Solusi yang dilakukan oleh kontraktor adalah
membuat jalur melalui kebun warga yang disewa sementara
dan melapisi beberapa titik jalur menuju proyek dengan LC.
2. Rusaknya Sill dan tersumbatnya Concrete Pump
Proyek pembangunan tol semarang solo seksi 3.1
memiliki sebuah truk concrete pump yang digunakan
sepenuhnya untuk semua kegiatan pengencoran yang mampu
dijangkaunya sehingga alat ini dinilai sangat efisien selain alat
ini memiliki boom yang paling panjang sepanjang 33 m.
Namun karena intensitas yang cukup tinggi dan
boom sering terhantam agregat sehingga boom mengalami
bocor dibagian badan boom atau pun bagian karet penghubung
(sill) sehingga terkadang penutup sementara kebocoran
mengalami kerembesan.
Selain pecahnya boom, tersumbatnya boom
membuat pekerjaan proyrk mrnjadi tertuda dan harus
diberhentikan beberapa saat. Kesulita-kesulitan ini memang
tidak terlalu banyak namun cukup terasa kehadirannya.
3. Sulitnya akses untuk mengapai abutment dua karena masih
berbentuk jalur yang licin dan miring
Abutmen dua erda di posisi yang cuckup tinggi
sehinga pembuatan jalur menjadi sangat miring di tambahlagi
jalur tersebut masih dalam bentuk tanah, sehingga banyak truk
mixer dan dump truk yang tidak kuat menanjak serta terdapat
mahasiswa yang sedang kerja praktek terpleset saat menuruni
jalur tersebut.
Solusi yang dilakukan kontraktor dengan membuat
LC dengan tulangan bamboo serta memberi plat-plat besi.
112
4. Genangan air di P3
Genangan di P3 terjadi karena rendahnya elevasi
footing, sehingga ketika hujan atau sungai meluap mengalir dan
menggenangi lokasi tersebut, ditambah pula rembesan-
rembesan yang menambah volume air genangan sehingga
pekerja kesulitan dalam pengencoran footing dan melanjut
kekolom peir.
Dalam menangi kondisi tersebut kontraktor
menimbum footing sehingga elevasi tanah berada diatas talud
sungai dam membuat bronjong dipinggir talud.
113
2. Kurang memperhatikan tinggi jatuh ready mix yang disalurkan
oleh boom concrete pump
Perlunya memperhatikan tinggi jatuh beton adalah
hal yang penting karena ketika hal tersebut tidak diperhatikan
akan mengurangi mutu beton karena agregat tidak rata
memenuhi beton sehingga mampu menurunkan kuatt tekan
beton dititik-titik tertentu.
Pekerjaan pengecoran dilakukan menggunakan boom
yang diameternya cukup besar sehingga sulit menerobos
rangkaian besi yang sudah terpasang dengan renggang yang
cukup rapat, dibeberapa kegiatan pengecoran kontraktor
menggunakan penyalur tambahan agar tinggi jatuh dari ready
mix terjaga namun terdapat pula pekkerjaan yang tidak
menggunakan penambahan boom seperti pengcoran di footing
P1.
3. Membawa keluarga ke proyek menggunakan fasilitas proyek
Lokasi proyek merupakan tempat yang cukup
berbahaya karena resiko akan terjadi kecelakanan tentunya
lebih tinggi. Terdapat kejadian yang cukup mengkhawtirkan
ketika operator truk mixer ketika sedang melakukan proses
pengecoran membawa satu keluarga kecilnya tanpa
menggunakan perlengkapan keamanan kedalam cabin truk
sedangkan kaca depan truk dalam keadaan rusak parah.
4. Terdapat pengawas yang tidak menggunakan rompi dan helem
pengaman
Berikut merupakan contoh yang tidak baik karena
seorang pengawas dengan jabatan yang cukup tinggi di bandi
pengawas lainnya meninjau proyek tanpa mengunakan rompi
dan helm proyek dan dilakukan berulang walaupun K3 telah
menegur
114
5. Pekerja tidak menggunakan rompi dan keamanan yang aman
ketika menaiki tempat yang tinggi
Hampir seluruh pekerja di proyek ini tidak
menggunakan perlegkapan keamanan, seperti penggunaan
rompi, sarung tangan dan sepatu keamanan. Kondisi yang
cukup mengkhawatirkan pula terlihat ketika pekerja sedang
berada di ketinggian sekitar ±40 m bahkan lebih dengan kondisi
yang cukup sempit melakukan ekerjaan tampa pengaman.
Perlengkapan keamanan yang digunakan pekerja hanya dalam
bentuk penggunaan helm dan sepatu penutup tanpa fitur khusus
keamanan.
6. Diagfragma yang tidak sesuai dengan girder
Diafrgama adalah bagian dari struktur bawah, tujuan diafragma
adalah mempersatukan girder, namun metode yang digunakan
untuk mendapatkan diafragma dengan metode precast malah
menjadikan pekerjaan menjadi bertambah, karena kehadiaran
precast diafragma dilapangan dengan ukuran yang tidak sesuai
mengharuskan pekerja untuk menyesuaikan ukuran dengan
membobok bagian binggir diafragma dan akhirnya mengubah
mutu dari kekuatan rencana difragma.
7. Hujan yang terlalu sering
Di lokasi proyek hujan sering dirasakan. Ketika waktu mulai
menjelang sore hujan dengan deras langsung mengguyur lokasi
proyek yang menyebabkan pekerja tidak mampu berlindung di
tempat yang aman, kebanyakan pekerja yang sedang
mengerjakan pilar tertahan diatas pilar hingga hujan reda atau
memaksa turu perlahan.
115
BAB IV
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
1. Terdapat 25 alat yang digunakan selalu dalam pekerjaan pembangunan
jembatan.
2. Dalam pembangunan jembatan terdapat alat yang bernama launcher
yang berguna untuk menempatkan girder ditumpuan.
3. Dalam pembangunan jembatan tol yang melintasi sungai tuntang
pekerjaan tanah tidak begitu dominan, kegiatan dominan berupa
pembuatan struktur.
4. Dalam pekerjaan lounching girder waktu yang di butuhkan sekitar 1,5
jam hingga 2 jam, untuk menempatkan girder dan setting launcher
sehingga sehari dapat ditargetkan 4-5 girder terpasang pada pier head.
5. Dalam pekerjaan pier head menggunakan metode soring, yaitu
menggunakan penumpu pada bekisting untuk menahan beban ready mix
sampai menjadi beton.
6. Penumpu metode soring berupa scafolding yang di modifikasi dengan
beberapa profil baja seperti canal c dan H beam yang direkatkan dengan
bantuan las.
7. Alat yang selalu bekerja tiap harinya dari pukul 08.00 – 17.00 wib
adalah genset dan tower crane.
8. Kondisi lapangan yang baik seperti jalan dan tempat bekerja membuat
kinerja alat serta pekerja lebih baik.
9. Perawatan rutin dan pengisian bahan bakar di setiap harinya selalu
dilakukan untuk semua alat berat.
10. Terdapat laporan rutin mengenai kondisi alat dan perawatan yang telah
dilakukan.
11. Pekerja mampu dan baik dalam pengoprasian alat-alat berat.
12. Sikap operator yang tidak baik membuat pekerjaan menjadi tertunda.
116
13. Hampir seluruh pekerja tidak menggunakan perlengkapan keselamatan
kerja.
14. Terdapat beberapa bengawas yang tidak memakai perlengkapan
keselamatan kerja.
5.2. SARAN
1. Disarankan untuk mengontrol selalu ketertiban pekerja dalam
mengoprasikan alat berat.
2. Disarankan untuk lebih megoptimalkan jalan menuju proyek dan
keadaan lokasi kerja agar pekerja dapat bekerja lebih cepat.
3. Disarankan untuk pekerja, pelaksana dan pengawas lebih tertib dalam
pemakaian perlengkapan keselamatan kerja dan bersikap dilokasi
proyek.
117