Anda di halaman 1dari 103

MATA KULIAH : METODE PELAKSANAAN DAN PEMBONGKARAN KONSTRUKSI

DOSEN PEMBIMBING : NURUL MALAHAYATI, ST., M.Sc


NAMA ANGGOTA : 1. FAJRINA MUSFIRAH FATIHAH (2004101010084)
2. THARISYA ATHAYA (2004101010155)
3. ZAHRA RIVA IRHAMMI (2004101010108)
TUGAS
Cari satu studi kasus tentang konstruksi jalan kemudian uraikan pekerjaan yang terdapat dalam konstruksi
jalan, metode pelaksanaan yang digunakan, bagaimana pengerjaannya, dan peralatan serta jenis material
yang digunakan dalam pengerjaan konstruksi tersebut.

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kebutuhan untuk mengembangkan infrastruktur di Indonesia
dibutuhkan untuk meningkatkan perekonomian, kunci atas perekonomian
berdasarkan pada kualitas infrastruktur dan kinerja logistic (Prakarsa, 2014).
Jalan tol merupakan salah satu usaha pemerintah untuk menambah
pendapatan negara.
Menurut PT. Sarana Pembangunan Jawa tengah Pembangunan
Trans Java Toll Road rencananya membentang sepanjang jalur utama
Pulau Jawa bagian barat mulai dari Merak sampai dengan Banyuwangi di
wilayah Jawa bagian timur. Salah satu obsesi daerah Jawa Tengah adalah
pembangunan Jalan Tol Semarang - Solo.
Menurut Jasa Marga, di Indonesia pertumbuhan laju lalulitas
selalu meningkat sekitar 37% dari 2011 hingga 2013, kenaikan laju
lalulintas dapat menyebabkan kemacetan. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 38 Tahun2004 Tentang Jalan Jalan raya yang
belum memadai dan rekayasa lalu lintas yang belum tepat guna
menjadikan penghambat untuk keseimbangan wilayah sebagai sistem
transportasi.
Sebagai upaya pemerintah Jawa Tengah untuk meningkatkan
infrastruktur adalah dengan pembangunan Jalan Tol Semarang - Solo.
Pembangunan ini dapat dikatakan strategis bagi Jawa Tengah karena dapat
mengembangan jaringan jalan secara khusus serta jaringan jalan dalam skala
regional. Pemerataan pembangunan daerah akan berjalan dengan baik jika
didukung oleh jalur akses antar wilayahnya yang mampu mencukupi
kebutuhan akan sarana penunjang mobilitas wilayah tersebut, sehingga
tercipta pengembangan wilayah secara terpadu dan menyeluruh.

2
Proyek pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo pada saat ini
telah mencapai seksi 3 yaitu menghubungkan Bawen – Salatiga sepanjang
17,5 kilometer. Pengerjaan proyek ini di kerjakan oleh PT Adhi Karya
(Persero) Tbk untuk Paket 3.1 Ruas Bawen-Polosiri, Paket 3.2 Ruas
Polosiri-Sidorejo yang dikerjakan oleh PT PP (Persero) Tbk, sedangkan
Paket 3.3B Jembatan Kali Sanjoyo dikerjakan oleh PT PP (Persero) Tbk
dan paket 3.3D Sidorejo- Tengaran yang dikerjakan oleh PT Nindya Karya
(Persero) KSO dengan PT Jaya Konstruksi baru.
Fokus utama bahasan ini adalah Paket 3.1 Ruas Bawen-
Polosiri yang akan terbentang sepanjang 3,6 kilometer dengan satu
jembatan dengan Span 350 meter. Dalam pengerjaannya PT Adhi Karya di
bantu oleh PT Puja Perkasa untuk pekerjaan struktur jembatan, PT KTA
dan PT KIN untuk pekerjaan galian Timbunan, PT Wika Beton untuk
precast girder dan PT Jatra Sejahtera untuk louching girder. Paket 3.1 ruas
Bawen-Polosiri teridiri dari tiga zona yang secara urut dari utara menuju
selatan.
Proyek ini ditargetkan mulai pada 1 Agustus 2015 hingga 30
Juli 2016. Persetujuan Kotrak menggunakan sistem unit price. Dalam
perjalanan proyek ini di adakan percepatan dan addendum dan di targetkan
akan dapat digunakan pada 30 Juli 2016. Proses pelaksanaan yang sulit
dengan banyak kendala baik medan dan cuaca membuat proyek
memerlukan perlakuan khusus. Perencanaan Struktur yang tepat akan
membuat bangunan kokoh. Penentuan penggunaan alat berat guna
mempercepat pekerjaan terlebih dahulu di perhitungkan dengan efisien.
Pemilihan material dengan mutu baik dilakukan agar kualitas bangunan
menjadi baik. Manajemen yang baik akan memepersiapkan sistem agar
tujuan tersebut dapat terlaksana dengan tentunya beberapa kontrol
dengan perencanaan jadwal, kebutuhan tenaga, kualitas dan mutu secara
teknis melalui tes laboraturium.

3
1.2. LOKASI PROYEK

Gambar.1. 1.Peta lokasi proyek pembangunan tol semarang-solo seksi 3.1


(Sumber : Data Adhi Karya)

Gambar.1. 2. Batas wilayah lokasi proyek pembangunan tol


(Sumber : Data Adhi Karya)

4
1.2.1. Batas wilayah
 Batas Utara : Bawen, Ungaran
 Batas Barat : Ambarawa, Magelang
 Batas Timur : Daerah Salatiga
 Batas Selatan : Kota Salatiga

1.2.2. Batas lingkungan


 Batas Kanan : Perkebunan Karet, Rumah Warga
 Batas Kiri : Perkebunan Kopi, Sungai

1.2.3. Deskripsi Batas Wilayah Proyek


Proyek Pembangunan Tol Semarang-Solo paket 3.1
diawali di STA 22+840 – 26+300 seperti yang dijelaskan oleh
Gambar 1.1. STA 22+840 berada di Bawen berdekatan dengan
gerbang pintu keluar Tol Ungaran-Bawen ± berjarak 200 m dari
gerbang pintu keluar Tol Ungaran-Bawen, dan seperti penjelasan
pada Gambar 1.2., batas utara dari paket 3.1 adalah Ungaran.
Berdasarkan Gambar 1.2. dapat dijelaskan kembali bahwa dari STA
22+840 Jalur Tol pada paket 3.1 menuju arah selatan kearah Kota
Salatiga. Sedangkan jika untuk batas ruas Bawen-Polosiri untuk
bagian timur dengan daerah Salatiga dan barat berbatasan dengan
Ambarawa dan Magelang.
Pada Gambar 1.1. Kondisi Lingkungan dapat dijelaskan
sebagai berikut, pada STA 22+840 – 26+300, tepatnya pada zona I
berbatasan dengan beberapa rumah penduduk, menuju ke arah
selatan beberapa segmen jalan melingtang melewati jalan lingkungan
yang ditunjukan dengan garis berwarna coklat. Hingga Zona II awal
batas kanan dari ruas Bawen-Polosiri berupa rumah penduduk
namun pada batas sebelah kiri dari jalur Bawen-Polosiri berupa

4
perkebunan kopi. Menuju Zona III ke arah jembatan tuntang, batas
kanan sebagian besar berupa perkebunan kopi hingga mencapai jalan
raya Semarang-Salatiga dan beberapa ditumbuhi perkebunan karet
serta melintasi sungai tuntang untuk sebelah kiri berbatasan langsung
dengan lahan berupa pepohonan dan semak belukar yang masing
belum difungsikan.

1.3. FUNGSI BANGUNAN


Jalan Tol Semarang-Solo berfungsi sebagai penghubung
antara kota Semarang – Solo dan bagian dari Trans Java Toll Road.

1.3.1. Jalan tol


Jalan tol adalah jalan yang dikhususkan untuk
kendaraan bersumbu lebih dari dua (mobil, bus, truk), selain itu
bertujuan untuk mempersingkat jarak dan waktu tempuh dari satu
tempat ke tempat lain. Pengguna jalan tol diberikan kewajiban
membayar sesuai pada golongan kendaraan yang berlaku.

1.3.2. Jembatan
Jembatan adalah kontruksi yang memungkinkan
transportasi melalui sungai, pada proyek ini jalan tol akan
melintasi sungai Tuntang selebar 15 m. Jembatan berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yaitu abutment satu dan
abutment dua atau backwall yang terputus oleh sungai Tuntang.

5
BAB II
PENGELOLAAN PROYEK

2.1. PEMILIK PROYEK


Pemilik proyek adalah pemberi tugas yang sering disebut Owner
atau Bouwher. Owner atau Bouwher dapat berbentuk badan usaha atau pun
perorangan, baik pemerintahan maupun swasta sebagai pemilik proyek
dan pemberi pekerjaan, serta menanggung biaya suatu proyek selama proses
pembangunan suatu bangunan.

2.1.1. Tugas pemilik proyek


1. Menyediakan dan mengusahakan kontraktor pelaksana
mendapat pendanaan yang sesuai
2. Mengadakan Pelelangan (jika diperlukan)
3. Menunjuk wakilnya dalam perencanaan dan pelaksanaan
proyek, dalam hal ini menunjuk konsultan perencana dan
kontraktor pelaksana, serta pengawas pelaksanaan proyek
terpilih melalui sistem lelang atau pun penunjukan langsung
4. Mengesahkan keputusan yang menyangkut biaya, mutu dan
waktu pelaksanaan
5. Memberikan keputusan terhadap perubahan waktu
pelaksanaan dengan memperhatikan pertimbangan yang
diberikan oleh konsultannya
6. Menyelesaikan perselisihan menyangkut proyek yang terjadi
antara bawahannya dengan pihak pemborong.

2.1.2. Wewenang pemilik proyek


1. Membuat Surat Perintah Kerja (SPK)
2. Sebagai pengesah atau penolak perubahan pekerjaan yang telah
direncanakan
3. Memberikan perintah pertanggungjawaban kepada pelaksana
proyek untuk hasil konstruksi nantinya
4. Sebagai pemutus kontrak jika ada pihak yang tidak bekerja
6
sesuai isi surat perjanjian kontrak
5. Menentukan pemenang dalam pelelangan yang dapat
dipertanggung jawabkan atas dokumen yang diajukan oleh
pemenang.

2.1.3. Data pemilik proyek


Pemilik Proyek : PT. Trans Marga Jateng
Alamat Pemilik : Jl. Slamet Riyadi-Bawen
Telephone/Faks/Email : (0298) 523254/ 024-7475735/
project@transmargajateng.com
Pemimpin Proyek : Ir. Indriyono

7
BAB III
PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.1. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN


Metode pelaksanaan pekerjaan menjelaskan mengenai tahap-tahap
pelaksanaan pekerjaan yang dikerjakan oleh PT. Adhi Karya beserta sub-
kontraktor pendukung. Secara umum pekerjaan dibagi kedalam tiga tahap,
tahap-tahap pembangunan berupa :
1. Pekerjaan persiapan
2. pekerjaan struktur bawah
3. pekerjaan struktur atas
Tahap awal dalam proyek seperti pekerjaan persiapan dan
sebagian struktur bawah seperti pelaksanaan bor, tes terhadap pile, pekerjaan
pile cap dan beberapa kolom pier segemen massive telah terlaksana, untuk
menghubungkan pekerjaan yang telah terlaksana dengan pekerjaan yang
disaksikan secara langsung diperlukan deskripsi mengenai pekerjaan
tersebut agar sesuai dengan pekerjaan yang disaksikan secara langsung.

3.1.1. Pekerjaan persiapan


Pekerjaan awal dalam proyek merupakan pekerjaan
persiapan, dimana bentuk pekerjaan berupa pekerjaan pembersihan
lahan, pembangunan direksi kit, pembangunan gudang serta seksi
K3 melengkapi perlengkapan K3 dari plang nama proyek, spanduk
kelengkapan pekerja, tata tertib dan rambu-rambu dilapangan.

1. Pembersihan lahan
Pembersihan lahan merupakan kegiatan yang dilakukan setiap
proyek, agar semua kondisi proyek dapat terlihat. Pekerjaan

23
pembersihan lahan mempermudah pekerjaan-pekerjaan
berikutnya
Berikut tahap-tahap pekerjaan pembersihan lahan :
a. Penebangan pohon-pohonan menggunakan excavator
b. pengupasan semak dan akar-akar pohon menggunakan
buldozer
c. setelah lahan dibersihkan, kemudian dilakukan pekerjaan
pemerataan tanah dengan mengunakan buldozer. Untuk
memindahkan tanah bekas galian excavator bekerja sama
dengan dump truck menggangkat dan membawa material
tanah ke disposal.

2. Pembangunan direksi kit dan gudang

Gambar.3. 1. Gudang PT. Adhi Karya


Sumber : Data pribadi

Dalam proyek pembangunan tol tahap bawen-solo diperlukan


direksi kit dan gudang yang berguna bagi pekerja untuk
berdiskusi, menyimpah bahan material, pabrikasi alat maupun
material dan berlindung atau istirahat. Direksi kit PT. Adhi

24
Karya menggunakan box container yang didesain menjadi
ruangan-ruangan
Berikut tahap-tahap pekerjaan pembangunan direksi kit
a. Container dibuat lubang pintu dan jendela, setelah itu
dipasang kan pintu dan jendela
b. Pekerjaan dilanjutkan pemasangan instalasi listrik
sederhana
c. Pekerjaan terakhir adalah pemasangan lantai
Berikut tahap-tahap pekerjaan pembangunan
gudang
a. Menyiapkan kayu-kayu usuk untuk dijadikan kolom dan
balok ruangan
b. Lalu menyiapkan playwood 9 mm untuk dijadikan dinding
c. Pekerjaan dilanjutkan pemasangan instalasi listrik
d. Pemasangan pintu, jendela dan membuat lantai LC.

3. Melengkapi K3 dan Plang Nama


Dalam setiap proyek diwajibkan untuk menyiapkan plang nama
sebagai identitas pekerja yang bertujuan agar warga sekitar
proyek mengetahui siapa yang sedang mengerjakan proyek
tersebut. Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan kerja menjadi
hal yang penting dalam setiap proyek, pada awal proyek
disiapkan beberapa rambu-rambu, motto dan peraturan untuk
melengkapi perlengkapan K3 selain menyiapkan tempat
perawatan dan pertolongan pertama.

3.1.2. Pekerjaan struktur bawah

1. Pondasi
Pondasi merupakan penopang utama suatu bangunan, pondasi
pada jembatan tuntang menggunakan pondasi bor pile dengan

25
kedalaman bervariasi dari 10 m hingga 17 m, dikerjakan

26
dengan alat bor. Karena tanah pada daerah jembatan sangat
keras maka dipilih metode bor, untuk meninjau kekerasan
daritanah dapat ditinjau pada lampiran gambar. Dimensi dari
pile berdiameter 120 cm, dengan jumlah yang bervariasi pula,
kolom pier memiliki jumlah 20 buah hingga 30 buah dan di
tiap abutment sebanyak 10 buah. Dalam pengecoran Pondasi
dengan volume terbesar memerlukan ± 8,33 jam dalam kondisi
menggunakan tiga truck mixer sekaligus.

Tabel.3. 1. Data pile P1 hingga P8

Jarak antar Pile


Jumlah Pile
(m)
Depth Diameter Volume
Titik Antar Garis
(m) (m) Jumlah (m3)
Lebar Panjang Pile Luar
Total
(m) (m)

A1 17 1,2 2 5 10 3,6 1,7 189,75

P1 12 1,2 4 5 20 3,6 1,6 266,46

P2 11 1,2 5 6 30 3,5 1,5 365,78

P3 11 1,2 5 6 30 3,5 1,5 365,78

P4 11 1,2 5 6 30 3,5 1,5 365,78

P5 10 1,2 4 7 28 3,6 1,6 309,75

P6 13 1,2 4 7 28 3,6 1,6 404,70

P7 16 1,2 4 7 28 3,6 1,6 499,65

P8 10 1,2 4 6 24 3,6 1,6 265,50

A2 17 1,2 2 5 10 3,6 1,7 189,75

Sumber : Data Pribadi

27
Gambar.3. 2.Sketsa letak pondasi A1 hingga P5
Sumber : Data PT. Adhi Karya

Gambar.3. 3. Sketsa pondasi pada P5 hingga A2


Sumber : Data PT. Adhi Karya

Gambar.3. 4. Tampak atas


Sumber : Data pribadi

28
Tahap pelaksanaan boring pile
a. Pekerjaan persiapan pengeboran
1) Marking dan pemberian nomeran urut pengeboran
2) sebagai tepat penyimpanan sementara air buangan,
dipersiapkan bak penampungan yang berfungsi dan
tempat pencampuran air dengan tanah liat sebagai
media pembantu dalam proses pengeboran
3) air kotor dipompa
4) dan material pendukung (tanah liat dan readymix)
5) lalu ulangan baja di rakit.
b. Pengeboran
Pengeboran basah metode pengeboran dalam proyek ini.
Untuk mengurangi gesekan dalam lubang Air digunakan
untuk menghancurkan material tanah.
Langkah – langkah pengeboran dijelaskan sebagai berikut :
1) Pekerjaan pengeboran
- Untuk menghancurkan tanah serta guna
pengangkutan keluar lubang pengeboran
menggunakan cross drill dibantu dengan semprotan
air (air berlumpur) yang mengalir melalui lubang
batang
- penyemprotan air setelah kedalaman perencanaan
tercapai merupakan bentuk pembersihan tahap
pertama
- untuk membawa dan memotong tanah sisa yang
tidak dibawa oleh air digunakan bor spiral yang.
Tahap ini adalah langkah terakhir dari pengeboran.
Dengan sistem ini, diharapkan bahwa semua sisa
pengeboran bias terangkat.

29
c. Pekerjaan pasangan
- Pipa trime dipasang sesuai dengan kedalaman
lubang yang dibor
- perakitan tulangan baja
- melalui pipa trime untuk membersihkan lubang dari
endapan lumpur, dilakukan penyemprotkan air
bertekanan.
d. Pekerjaan cor
Berikut merupakan langkah pengecoran bore pile setelah
pekerjaan pembersihan terakhir dilakukan :
1) Kantong plastik yang diisi dengan campuran beton
bertujuan untuk memisahkan campuran beton dari
endapan lumpur di dalam pipa trime
2) dari kedalaman 1 meter dari corong trime kantong
plastik dimasukkan, lalu menunggu tenaga pengecoran
siap untuk melakukan pengecoran secara konstan
3) lalu tas plastik dapat dilepas ketika campuran beton diisi
kedalam lubang pipa sampai kepermukaan saluran.
Pada saat yang sama, campuran beton yang dimasukkan
mendorong air lumpur di luar pipa trime keluar
4) vibrator untuk membantu aliran campuran beton
kedalam lubang agar tidak ada udara yang terjebak
dalam campuran beton
5) pipa trime bisa ditarik perlahan-lahan sambil terus
menuangkan campuran beton. Jika didapat campuran
tidak dapat turun lebih jauh, dengan kata lain
permukaan campuran beton di dalam lubang bor telah
meningkat cukup jauh
6) maka Penarikan pipa trime harus dijaga sehingga ujung
bawah pipa tetap terendam 1 meter di dalam campuran

30
beton. Pipa trime dapat diangkat jika campuran beton
telah naik lebih dari 3 meter di bawah pipa trime.
Pengecoran dapat dihentikan jika campuran beton
sampai kepermukaan lubang (meluap) dan benar-benar
bersih dari lumpur atau kotoran lainnya
7) tahap-tahap pengeboran diatas dilanjutkan ke titik-titik
pengeboran yang lain sesuai dengan nomor pengeboran
yang telah ditentukan.
e. Pekerjaan pembersihaan dan bobok pile cap
1) Agar limbah tidak menumpuk/ membanjiri area
kerja dan tidak mengganggu pekerjaan pengeboran
berikutnya, bak penampungan limbah khusus harus
disiapkan untuk lumpur yang dihasilkan dari proses
pengeboran
2) pengambilan dari luar wilayah pengeboran lumpur
kental yang mengisi bak

Gambar.3. 5. Kepala pile yang telah dibobok


Sumber : Data Pribadi

31
3) pembobokan pile bagian atas setelah umur beton 7
hari, sepanjang level atau batas yang telah
ditentukan.
Setelah pile terbentuk lalu dilakukan tes-tes apakah telah
mencapai kapasitas yang direncanakan, tes yang dilakukan
adalah adalah tes PDA dan tes PIT.

Gambar.3. 6. Pengecoran guna membuat LC di abutment 1


Sumber : Data Pribadi

Dalam tahap ini PT. Adhi Karya Berkerja sama dengan PT.
Batindo Sarana Nusantara untuk melakukan Pile Driving
Analyzer (PDA) guna mengetahui daya dukung tiang dan
tegangan yang belaku pada tiang. Semua hasil dan metode akan
dikerjakan sesuai persetujuan PT. Eskapindo Matra sebagai

32
konsultan pengawas dan PT. Trans Marga Jateng sebagai
pemilik proyek. Terdapat dua titik pile yang telah di tentukan
yaitu P02 dan P04. Kedua pile tersebut berada pada P4, sesuai
dengan analisis yang disimpulkan oleh PT. Batindo Sarana
Nusantara dapat disimpulkan bahwa hasil tes mampu
mewakilkan keadaan seluruh pile dengan metode yang sama.
PDA merupakan suatu sistem pengujian untuk mendapatkan
data kapasitas tiang, energi palu, penurunan dll. Memperoleh
data tersebut melalui strain transducer dan accelerometer yang
diolah oleh komputer dengan CAPWAP/ASIAWAP untuk
menghasilkan kurva gaya dan kecepatan ketika palu dipukul
dengan berat tertentu.

2. Footing
Dalam proyek ini terdapat 8 titik footing yang diberi identitas
footing P1 hingga footing P8, footing sendiri bertujuan untuk
menggabungkan beberapa pile agar dapat menerima gaya
dengan besaran yang sama. Dengan menggunakan asumsi
rerata berat jenis dan luas sebesar 4,66 kg/m dan 0,00059 m 2
dalam pengecoran footing dengan volume terbesar memerlukan
± 19,24 jam dalam kondisi menggunakan lima truk mixer
sekaligus.

Gambar.3. 7. Letak footing pada A1 hingga P5


Sumber : Data PT. Adhi Karya

33
Gambar.3. 8. Letak footing pada P5 hingga A2
Sumber : Data PT. Adhi Karya

Gambar.3. 5. Pembesian footing


Sumber : Data Pribadi

Tabel.3. 2. Data pekerjaan footing

Titik Tebal Tebal


Lebar Panjang
Footing Footing Volume
Footing Footing
Tengah Tepi m3
(m) (m)
(m) (m)

P1 14 42,4 2,5 2 1051

34
Titik Lebar Panjang Tebal Titik Lebar
Footing Footing Footing Footing
(m) (m) Tengah (m)
P2 17 51,5 2,5 2 1924
P3 17 51,5 2,5 2 1924

P4 17 51,5 2,5 2 1924

P5 14 49,6 2,5 2 1478

P6 14 49,6 2,5 2 1478

P7 14 49,6 2,5 2 1478

P8 14 46 2,5 2 1371

Sumber : Data Pribadi

Tahap pekerjaan footing


a. Pembobokan kepala pile menggunakan hammer, bertujuan
untuk memunculkan besi pile agar dapat dikaitkan dengan besi
footing
b. Perangkaian besi bawah, samping dan atas menggunakan kawat
drat serta dipuntir menggunakan catut
c. Pemasangan bekisting menggunakan playwood dengan
scaffolding untuk menyangga bekisting
d. Pengecoran footing, dengan menggunakan concrete pump yang
menyalurkan ready mix dari truk mixer kemudian diratakan
menggunakan scraper ketika mencapai top cor, selama proses
pengecoran vibrator diarahkan pekerja kebagian yang dirasa
ready mix sulit mengalir
e. Pelepasan bekisting setelah 14 hari.
Dalam pekerjaan footing terdapat kendala, yaitu ketinggian
permukaan footing lebih rendah dibanding dari tinggi muka air
sungai tuntang pada P3 sehingga air masuk dan menggenangi
lokasi footing sehingga sulit untuk melakukan pengecoran footing

35
dan pengerjaan pilar. Solusi dalam pekerjaan ini dengan melakukan
penimbunan footing kemudian menggali dasar sungai agar air tidak
cepat meninggi.

Gambar.3. 12. Footing yang sudah dilepas dari bekistingnya


Sumber : Data pribadi

36
3. Abutment
Abutmentmerupakan bangunan yang berfungsi sebagai
tumpuan dari jembatan dan penyalur gaya menuju pile, dalam
proyek ini terdapat dua titik abutment yang di beri identitas
dengan A1 dan A2.
Tahapan Pekerjaan Abutment
a. Pembobokan kepala pile kemudian mengkaitkan besi dari
pile ke rangkaian besi base wall
b. perangkaian footing dimulai dengan perangkaian besi base
wall dan pemasangan bekisting
c. dilanjutkan pengecoran base wall
d. pekerjaan dilanjutkan dengan perangkaian besi untuk back
wall dan wing wall serta dilanjutkan dengan pemasangan
bekisting
e. tahap terakhir pengecoran back wall dan wing wall
f. pelempasan bekisting setelah 14 hari
g. penimbunan base wall, wing wall dan back wall.

Gambar.3. 13. Penimbunan di A1


Sumber : Data Pribadi

37
Gambar.3. 6. Back wall dan wing wall
Sumber : Data pribadi

Pekerjaan antara kedua abutment dikerjakan tidak bersamaan


atau dengan waktu yang sama, pada proyek ini pekerjaan
dimulai dengan mengerjakan A2 serta dilanjutkan pengerjaan
pilar-pilar lalu menjelang pilar mencapai piar head pekerjaan
abutment pada A1 mulai dikerjakan. Dalam pekerjaan abutment
mengunakan alat-alat seperti truck mixer, concrete pump,
bekisting, vibrator, scraper serta untuk pekerjaan tanah
menggunakan vibrator roller, bulldozer dan stemper agar tanah
terhampar dan padat.

4. Pekerjaan Kolom Pilar

38
Kolom pilar (Kolom pier) merupakan bangunan yang berguna
untuk menyalurkan beban kontruksi yang diterima oleh
jembatan. Dalam proyek ini terdapat 16 pilar karena dalam satu
titik footing terdapat dua kolom, biasanya kolom tersebut
disebut dengan sebutan P1 kanan atau jika berada disebelah kiri
disebut dengan P1 kiri. Dimensi kolom pier adalah 3×3 m
dengan panjang segmen untuk kolom masive setinggi 3 m dan
untuk kolom hollow setinggi 4 m dengan ketebalan selimut 40
m cm.

Gambar.3. 7. Rangkaian besi kolom hollow


Sumber : Data pribadi

Tahap-tahap pekerjaan kolom pier


a. Segmen Massive
1) Pekerjaan perangkaian besi atau penulangan, dalam
pekerjaan penulangan kolom digunakan besi ulir dengan
Ø 16, 19, 22, 25, 29, 32. Dalam alur pekerjaan
pembesian diawali dengan pekerjaan pabrikasi besi
dengan bar cutter untuk memotong dan bar bending
untuk membengkokkan besi-besi tersebut. Besi-besi

39
yang telah dipotong dan dibengkokkan sesuai rencana
akan dibawa menuju lokasi proyek menggunakan up
crane truck, lalu besi-besi tersebut dirangkai sesuai
gambar rencana dan dieratkan menggunakan kawat drat
yang dipuntir dengan catut
2) penyambungan dengan tulangan pada footing, dengan
menekuk besi mengait kepada rangkaian tulangan
footing dan direkatkan menggunakan kawat drat dan
beberapa bagi direkatkan dengan bantuan las

Gambar.3. 16. Proses climbing lantai kerja Sumber : Data pribadi

3) setelah kegiatan penulangan, dilanjutkan dengan


pemasangan bekisting. Bekisting yang digunakan
adalah bekisting yang sudah dipabrikasi sebelum proyek

40
Gambar.3. 8. Pemasangan bekisting untuk segmen hollow pada pilar pier P3
Sumber : Data pribadi

Plat besi yang dirangkai menjadi bentuk balok yang


bagian sisi atas dan bawahnya tidak tertutup setinggi 5
m. Pengangkatan bekisting menggunakan bantuan tower
crane. Sebelum dilakukan penyambungan besi pekerja
melakukan climbing lantai kerja untuk menaikkan
tempat kerja mereka sesuai ketinggiaan kolom massive
yang sudah dilepas dari bekisting
4) penyetingan bekisting dan periksaan apakah bekisting
sudah terpasang dengan baik (tegak) dengan memeriksa
menggunakan waterpass yang menembak prisma yang
diletakkan petugas di atas bekisting

41
Gambar.3. 18. Pengecoran kolom pier menggunakan metode buchket
Sumber : Data pribai

5) pengecoran hingga 21 m3 setiap segmen massive,


pemerataan agregat dan penyebaran ready mix
menggunakan vibrator elektrik yang di arahkan oleh
pekerja.
b. Segmen Hollow
1) Pekerjaan perangkaian besi atau penulangan, dalam
pekerjaan penulangan kolom digunakan besi ulir dengan
D 16, 19, 22, 25, 29, 32. Dalam alur pekerjaan
pembesian diawali dengan pekerjaan pabrikasi besi
dengan bar cutter untuk memotong dan bar bending
untuk membengkokkan besi-besi tersebut. Besi-besi
yang telah dipotong dan dibengkokkan sesuai rencana
akan di bawa menuju lokasi proyek menggunakan up

42
crane truck, lalu besi-besi tersebut dirangkai sesuai
gambar rencana dan dieratkan menggunakan kawat drat
yang dipuntir dengan catut.

Gambar.3. 19. Rangkaian besi pada kolom hollow


Sumber : Data pribadi

2) senyambungan dengan tulangan pada pada kolom pier


massive, dengan dilas sesuai panjang sambungan yang
telah di tentukan.
3) setelah kegiatan penulangan, dilanjutkan dengan
pemasangan bekisting. Bekisting yang digunakan
adalah bekisting yang sudah dipabrikasi sebelum
proyek. Plat besi yang dirangkai menjadi bentuk balok
yang bagian sisi atas dan bawahnya tidak tertutup
setinggi 5 m sebagai cover luar bekisting, lalu bagian
dalam agar kolom pier menjadi hollow dibuat dengan
bahan yang sama dengan ukuran yang lebih kecil dan di
tahan oleh asskom ketika pemasangan. Penyangga-
penyangga di dalam bekisting berguna agar menahan

43
plat tidak melendut menggundakan scafolding dengan
sambungan jack U dan jack pass. Pengangkatan
bekisting menggunakan bantuan tower crane.

Gambar.3. 9. Setting bekisting dalam menggunakan scaffolding Sumber : Data Priba

Sebelum dilakukan penyambungan besi pekerja


melakukan climbing lantai kerja untuk menaikkan
tempat kerja mereka sesuai ketinggiaan kolom massive
yang sudah dilepas dari bekisting.

44
Gambar.3. 21. Bekisting yang telah siap dipasang
Sumber : Data pribadi

4) penyetingan bekisting dan periksaan apakah bekisting


sudah terpasang dengan baik (tegak) dengan memeriksa
menggunakan waterpass yang menembak prisma yang
diletakkan petugas di atas bekisting.
5) pengecoran hingga 21 m3 setiap segmen massive,
pemerataan agregat dan penyebaran ready mix
menggunakan vibrator elektrik yang diarahkan oleh
pekerja.

45
Gambar.3. 10. Proses pengecoran P3
Sumber : Data pribadi

Gambar.3. 23. Penampilan kolom hollow saat bekisting sudah dilepas Sumber : Data pribadi

5. Pekerjaan Pier Head


Pier head merupakan bagian atas dari kolom pier yang berguna
menyangga 12 girder. Pembuatan pier head dalam proyek ini

46
dilakukan dengan metode shoring, pengecoran beton
konvensional dan penggunaan perancah yang ditumpukan pada
balok konsol.
Tahap-tahap pekerjaan kolom pier

Gambar.3. 24. Pemasangan H beam


Sumber : Data pribadi

a. Pemasangan baja H beam sebagai perancah bertumpu pada


balok konsol dan diberi pengait, ditambah perangkaian
scafolding
b. pemasangan bottom bekisting disangga oleh perancah
dalam bentuk scaffolding yang dikolaborasi menggunakan
baja canal C yang di hubung kan dengan jack U
c. pemasangan bekisting bagian samping depan, belakang
kanan dan kiri
d. lalu dilanjutkan dengan perangkaian besi (penulangan)
e. pada pier head P1 dan P7 di beri back wall untuk menahan
girder

47
Gambar.3. 25. Plywood sebagai bekisting Sumber : Data pribadi

Gambar.3. 26. Pengangkatan H beam menggunakan Tower crane


Sumber : Data pribadi

48
f. setelah penulangann selesai dilakukan pengecoran
menggunakan concrete pump jenis kodok dengan bantuan
truk mixer untuk membawa ready mix ke lokasi pengecoran
g. lalu setelah 14 hari bekisting dilepas, lalu dipasanglah
mortar pad dengan campuran semen : Air ( 1 sak : 2,5 liter
air) menggunakan bekisting persegi yang telah di siapkan
seukuran 20×20 cm.
Tahap Pekerjaan pier head di P1 menggunakan metode soring
menggunakan scaffolding
a. Mempersiapkan scaffolding dengan diameter pipa ukuran
sedang kelokasi P1
b. lalu penyusunan scaffolding dengan tinggi disesuaikan
bekisting pier head, tentunja bagian samping kanan, kiri
dan tengah di buat sesuai tinggi bekisting bottom pier head
menggunakan rangkaian scaffolding berdiameter lebih kecil
dari pada pipa shoring dan di padukan menggunakan jack
pass untuk membuat sanggaan terhadap bekisting pier head
dikolaborasi menggunakan profil baja canal C.
c. lalu dilakukan pemasangan bekisting
d. dilanjutkan perakitan besi
e. lan dilakukan pengecoran menggunakan concrete pump
truck.
Tahap-tahap memasang mortar pad dan bearing pad
a. Memasang pembesian pada mortar pad
b. menyiapkan alat aduk berupa ember cat dengan ukuran 20
liter cat dan kayu adukan
c. semen satu sak dicampur sika dengan ember seukuran 2,5
liter cat kedalam ember adukan
d. campuran tersebut dicampur dan diaduk merata

49
e. bekisting dengan bentuk persegi telah di persiapkan di titik
ass mortar pad
f. lalu adukan tersebut di tuang dan dilepas ketika berumur
satu minggu untuk perawatan mortar pad hanya di tutup
menggunakan lembaran plastik dan disiram air agar suhu
terjaga dari cuaca panas.

Gambar.3. 27. Mortar pad


Sumber : Data pribadi

Gambar.3. 28. Perawatan mortar pad dengan disiram air Sumber : Data pribadi

50
3.1.3. Struktur atas
1. Stressing girder
Girder merupakan bagian struktur atas, girder dalam proyek ini
berbentuk I girder yang di produksi secara precast oleh PT.
Wika Beton dan diantar menuju proyek dari boyolali
menggunakan bantuan truck container dengan membawa satu
segmen girder sepanjang 5 m. Girder yang tiba di lokasi proyek
lalu di tempatkan langsung di belakang abutment dua dan di
ganjal oleh bantalan-bantalan beton, pemindahan girder dari
truck container dikerjakan menggunakan service crane
berkapasitas 35 ton, dalam proyek ini berjejer 12 girder
sepanjang 40 m di tiap girder, girder yang sudah berada di
lokasi proyek sebelumnya di beri strand baja untuk bertujuan
untuk melawan momen yang timbul akibat beban yang
nantinya diterima jembatan. Straind di-streesing menggunakan
jack hidraulik yang ditahan angkur berkapasitas 2 ton,
sebelumnya lubang-lubang di beri wedges untuk menahan
ujung straind ketika di stressing. Tahap-tahap stressing straind
baja.

Gambar.3. 29. Proses memasukan strand


Sumber : Data pribadi

51
Gambar.3.30. Prosses stressing
Sumber : Data pribadi

a. Girder di susun persegmen, lalu straind di tarik memasuki


lubang sebanyak 16 pada lubang satu dan 18 pada lubang
2,3,4. Lalu di beri wedges agar tertahan
b. setelah tertahan ujung yang belum di beri wedges diberi
wedges dan di tarik (stressing) menggunakan jack yang di
tahan angkur sebesar 75%.
c. setelah mencapai 75% widges di pukul agar mengunci
straind dan dilakukan di ke tiga lubang berikutnya
d. setelah semua tertarik straind sisa dipotong menggunakan
grenda dan di tutup dengan semen.
e. lalu dilanjutkan dengan groting semen

52
Tahap-tahap groting

Gambar.3. 11. Pekerja memegang selang grouting


Sumber : Data pribadi

a. Menyiapkan adukan, dicampur sika beton dengan campuran


1 sak semen dengan 0,5 liter sika kedalam adukan semen
b. lalu adukan semen tersebut dialirkan kedalam kompresor
semen untuk diinjek kedalam girder dengan bantuan selang
c. satu pekerja bersiap di sisi girder yang tidak di tembak
semen untuk mengontrol apakah grouting sudah mencapai
ujung dan menutup lubang grouting, setelah grouting
selesai lubang grouting di tutup dengan semen.
Dalam pekerjaan stressing girder dan grouting semen kendala
yang mempersulit pekerjaan adalah keadaan medan atau jalan
menuju tempat peletakan girder yang berkubang serta licin
akibat lumpur sehingga truck container banyak terjebak

53
dikubangan lumpur, serta cuaca yang sering hujan
memperlambat pekerjaann. Dalam menghadapi permasalahan
tersebut selalu di adakan perbaikan terhadap jalur yang di
lintasi truk, lalu sebagian titik di beri ready mix yang di bantu
bambu untuk membuat jalur agar tidak berkubang.

Gambar.3. 12. Proses pencampuran semen grouting


Sumber : Data pribadi

Gambar.3. 33. Penutupan ujung girder Sumber : Data pribadi

54
2. Diafragma
Diafragma pada jembatan berfungsi sebagai segmen
mempersatu struktur atas, dengan dibantu dengan straind baja
yang melintasi girder dan diafragma. Diafragma berdimensi
165 × 184 cm dengan ketebalan 20 cm dengan sistem precast.
Tahap-tahap pemasangan diafragma
a. Beberapa tumpuk diafragma di angka menggunakan
bantuan tower crane untuk di letakan di dekat titik
pemasangan diafragma
b. pekerja menyeting angkur pada titik pemasangan diafragma
c. dua pekerja mengangkat diafragma dan di kaitkan akur
untuk menahan dan menurunkan diafragma agar dapat
terpasang di tengah-tengah girder
d. setelah terpasang girder di beri ganjal sementara

Gambar.3. 34. Penempatan diafragma dilapangan


Sumber : Data pribadi

55
Gambar.3. 35. Angkur untuk menahan diafragma yang sedang dipasang
Sumber : Data pribadi

e. Setelah seluruh baris girder terpasang, barulah straind baja


dipasang dan ditarik melintasi girder dan diafragma
f. Setelah itu lubang starin di beri wedges agar straind
tertahan dan di beri penahan di ujung satunya.

G ambar.3. 13. Tampak dari bawah jembatan diafragma yang telah rpasang
te
Gambar.3. 14. Tampak dari atas diafragma yang telah terpasang
Sumber : Data pribadi

56
Dalam pekerjaan pemasangan Diafragma mengalami kendala
saat cuaca hujan karena berbahaya ketika mengerjakan
dikondisi hujan diatas ketinggian ±40 m sehingga pekerjaan ini

Gambar.3. 15. Widges penahan straind diafragma


Sumber : Data pribadi

diminta untuk cepat menyelesaikan atau pun terhambat karena


cuaca pekerja di minta mengejar target di hari berikutnya.

3. RC plate
RC plat merupakan jenis plat bertulang yang diproduksi secara
precast, dengan dimensi 100 × 145 cm dengan tebal 7 cm oleh
PT Wika Beton. Dalam proyek ini precast adalah bagian
terakhir sebelum nanti diberi rigid pavement.
Tahap-tahap pekerjaan RC Plate
a. prescas yang sudah berada di lokasi proyek langsung
diangkat menggunakan tower crane mendekati jembatan
b. setelah itu, pekerja membobok angkur dalam RC plat agar
memudahkan mengangkatnya menggunakan angkur, dua

57
pekerja mengakat dan menyusun RC plate dari ujung
abutment 2 menuju pilar 8.

Gambar.3. 39. Pengangkatan RC plate menggunakan tower crane


Sumber : Data pribadi

Gambar.3. 40. Penempatan RC Plat di atas girder dengan membobok akur


Sumber : Data pribadi

58
Dalam pekerjaan pemasangan RC plate mengalami kendala saat
cuaca hujan karena berbahaya ketika mengerjakan dikondisi
hujan diatas ketinggian ±40 m sehingga pekerjaan ini diminta
untuk cepat menyelesaikan atau pun terhambat karena cuaca
pekerja di minta mengejar target di hari berikutnya.

3.2. ALAT-ALAT BERAT


Dalam pelaksanaan suatu proyek peran alat berat sangat besar
untuk membantu proses pekerjaan dilapangan. Dalam mengoprasikan alat
berat diperlukan pula operator yang handal dalam mengendalikannya.

3.2.1. Truk mixer


Truk mixer merupakan kendaraan penganggkut beton
cair dari baching plant menuju lokasi proyek serta menjaga
keadaan beton cair sesuai dengan mutu rencana. Setiap truck mixer
terdiri dari satu pengemudi, dan semua intruksi berdasarkan
pelaksana pada lokasi yang akan dicor.
Pekerjaan ini dikerjakan oleh PT. Varia Usaha dengan
jumlah armada sebanyak lima truck mixer yang beroperasi setiap
harinya didalam proyek pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo
seksi 3.1.
Truk mixer PT. Varia Usaha memiliki Spesifikasi
sebagai berikut :
Tipe : Hyne
Tahun pembuatan : 2010
Kapasitas Produksi : 20m3/ jam
Jumlah Unit : 5 Unit
Status : Sewa (PT. Varian Usaha)

59
Pekerjaan : Seluruh Pekerjaan Cor (Pile, Pile Cap, Pilar,
Box Culvet, Abutment, Peer Head, Back
wall, dll)
Manajemen Alat : Penggunaan truck mixer diatur untuk bekerja
secara bergantian dan berulang dengan
satuan rate (Putar). Penggunaan truck mixer
juga diatur mampu mengerjakan dua
pekerjaan pengecoran sekaligus dengan
membagi armada menjadi dua tim, ketika
salah pekerjaan selesai maka tim tersebut
akan membantu menyelesaikan pekerjaan
yang masih berjalan.
Kendala : -Keadaan jalan yang buruk (Tanah
berlumpur)
- Lembur di hari berikutnya
- Perijinan rute
Penyelesaian : - Beberapa jalan diberi Land Concrete
dengan menggunakan bambu sebagai
tulangan
- Membagi tim menjadi 3 truk dan 2 truk dan
melembur di hari berikutnya
- Membuat rute yang tidak menggagu warga
seperti melintasi perkebunan.
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

60
Gambar.3. 41. Truk mixer ketika dalam batching plant
Sumber : Data pribadi

3.2.2. Batching plant


Batching plant merupakan tempat pengolahan produk
PT. Varia Usaha yang mengolah bahan material menjadi satu
campuran beton cair yang telah didesain kekuatannya dan
karakteristiknya, proyek ini menggunakan mutu K-400.

Proses kerja dari batching plan dapat dijelaskan melalui


alur berikut :
Stok pile – cool bin – timbangan material – pan mixer-
truck mixer.
Proses tersebut menghasilkan 5 m3 ready mix selama 10
menit. Dari stok pile buldozer mengarahkan material pasir dan
agregat 2 mm yang semuanya berasal dari muntilan diarahkan
menuju cool bin dan diangkut ketimbangan material, lalu di
campur dalam pan mixer. Dalam berlangsungnya seluruh proses

61
tersebut di tangani oleh satu pelaksana satu pengawas dan operator
baching plan.
Baching Plant milik PT Varia Usaha terletak kurang
lebih 1 km dari basecamp hingga lokasi proyek sehingga
memudahkan manajemen pekerjaan pengecoran. Baching Plant PT.
Varia Usaha memiliki Spesifikasi Sebagai berikut :
Tipe : WGS
Tahun pembuatan : 2010
Kapasitas Produksi : 60 m3/ jam
Jumlah Unit : 1 Unit
Status : Sewa (PT. Varian Usaha)
Pekerjaan : Ready Mix
Manajemen Alat : Penggunaan baching plant diatur untuk
diatur untuk bekerja sesuai volume pekerjaan per harinya,
Penggunaan Baching Plant juga diatur
mampu mengerjakan dalam sekali waktu
semua pencampuran ready mix, bertujuan
agar penggunaan bahan bakar lebih hemat
dan alat menjadi awet.
Kendala : -Kendala cuaca hujan sehingga proses bias
dihentikan sebelum pengecoran selesai.
Penyelesaian : -Melembur di hari berikutnya.
Jadwal Kerja : Terlampir Dalam kurva S.

62
Gambar.3. 42. Batching plant dalam lokasi proyek Sumber : Data pribadi

3.2.3. Truck concrete pump


Truck concrete pump merupakan alat berat yang digunakan untuk
menyalurkan beton cair ketempat yang tinggi atau sulit di jangkau.
Dalam proyek PT. Tugu Beton ini sebagai penyedia jasa Truck
concrete pump.
Truck concrete pump milik PT. Tugu Beton berjumlah satu unit
yang selalu stand by di dalam lokasi proyek.
Tahap yang dilakukan dalam pengoprasian truck concrete pump
adalah dengan menyeting nivo betujuan untuk membuat concrete
pump mampu bekerja dengan baik, bahkan bila posisi tidak rata
atau sedikit miring tidak dapat dioperasikan. Penyetingan nivo
dilakukan menggunakan tuas-tuas di samping truk sejumlah lima
tuas yang bertujuan untuk mengendalikan masing-masing kaki
hidrolik pada truck.
63
Gambar.3. 43. nivo pada truck
Sumber : Data pribadi

Gambar.3. 16. Tuas-tuas kontrol kaki


Sumber : Data pribadi

64
Gambar.3. 17. Remote pengendali boom Sumber : Data pribadi

Pengoprasian boom menggunakan remote bertombol yang di


operasikan oleh operator yang memiliki cukup pengalaman
menggunakan concrete pump. Pelaksana pengecoran berkerja sama
dengan operator concrete pump untuk mengaarahkan boom, pada
pangkal boom pekerja pula menopang dan membantu mengarahkan
boom.

65
Gambar.3. 18. Pekerja menopang dan mengarahkan boom
Sumber : Data pribadi

Truck concrete pump PT. Tugu Beton memiliki spesifikasi sebagai


berikut :
Tipe : IHI
Tahun pembuatan : 2009
Kapasitas Produksi : 50 m3 / Jam
Jumlah Unit : 1 Unit
Status : Sewa (PT. Tugu Beton)
Pekerjaan : Memompa ready mix ketempat yang sulit
dijangkau atau tinggi
Manajemen Alat : Penggunaan truck concrete pump dalam
proyek berjalan dengan baik, sebab ketika
pengecoran dilaksanakan di dua tempat dalam
waktu bersamaan penggunaan truck concrete
pump dibantu oleh pengecoran dengan sistem
buckhet sehingga penggunaan truck concrete

66
pump lebih diarahkan pengecoran di tempat
sulit sesuai jadwal yang telah direncanakan,
penggunaan truck concrete pump diatur
mengerjakan dalam sekali waktu kegiatan
pengecoran.
Kendala : -Alat sering tersumbat
-Boom dan silt boom seling bocor dan pecah
-Sulitnya medan dalam proyek.
Penyelesaian : -Diakukan pembersihan alat dan memberi air
ketika pengecoran

Gambar.3. 19. concrete pump truk


Sumber : Data pribadi

-Penggantian silt boom dan boom yang pecah


-Perbaikan jalan menuju lokasi
proyek Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

67
3.2.4. Concrete pump (Kodok)
Jangkau dari concrete pump truck dirasa terbatas ketika struktur
sudah mencapai ketinggian 35 m keatas, penggunaan buchket pun
dirasa kurang efektif ketika pekerjaan pengecoran pier head yang
memiliki volume yang cukup besar, dengan adanya kondisi
tersebut concrete pump tipe kodok dapat berguna dengan baik dan
tepat karena boom yang dirangkai dapat mencapai ketinggian yang
diingginkan.

Gambar.3. 20. Concrete pum tipe kodo


Sumber : Data pribadi

Concrete pump memiliki spesifikasi sebagai berikut :


Tipe : HBT6013132E
Tahun pembuatan : 2016
Kapasitas Produksi : 50 m3 / Jam
Jumlah Unit : 1 Unit
Status : Sewa (PT. Tugu Beton)
Pekerjaan : Memompa ready mix

68
Manajemen Alat : Penggunaan untuk pengerjaan pier head
dengan cara bergiliran karena pekerjaan
perancah pier head pun dilaksanakan
bergantian.
Kendala : -boom yang tersumbat
Penyelesaian : -Pembersihan secara rutin dan penggantian
boom yang pecah.
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

3.2.5. Bucket
Buchket merupakan alat bantu dalam kegiatan pengecoran yang
digunakan untuk menyalurkan beton cair ketempat yang tinggi atau
sulit di jangkau menggunakan bantuan tower crane.

Gambar.3. 21. Bucket dalam proyek Sumber : Data pribadi

Buchket milik PT. Adhi Karya berjumlah dua unit yang selalu
stand by di dalam lokasi proyek. Buchket memiliki Spesifikasi
Sebagai berikut :

69
Tipe : Buatan Sendiri
Tahun pembuatan : 2016
Kapasitas Produksi: 1 m3
Jumlah Unit : 2 Unit
Status : Milik Sendiri
Pekerjaan : Menjangkau lokasi pengecoran yang sulit
dengan dibantu tower crane.
Manajemen Alat : Pengangkutan menggunakan tower crane,
dalam pekerjaan pengecoran dilaksanakan
oleh empat orang dengan pembagian satu
pekerja berada di gondola buchket dua orang
mengarahkan corong truck mixer satu orang
menekan tombol truck mixer agar beton cair
keluar.
Kendala : -Corong tersumbat
-Kesulitan penggunaan ketika hujan karena
tidak diberi tutup.
Penyelesaian : -Pembersihan secara rutin dan penggantian
selang
-siberi penutup pada atas bucket atau
penghentian pengecoran.
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

3.2.6. Concrete vibrator


Concrete vibrator merupakan alat yang berguna untuk
meratakan penyebaran ready mix, vibrator yang digunakan dalam
proyek ini menggunakan tenaga listrik. Dalam pelaksanaan

70
vibrator di pegang oleh pekerja dan diarahkan kebagian
pengecoran yang sulit untuk dipenuhi oleh ready mix.
Tipe : Mikasa M TR 100
Tahun Pembuatan : 2011
Kapasitas : 3 HP
Jumlah 8
Status : Milik Sendiri
Pekerjaan : Meratakan penyebaran ready mix.
Manajemen Alat : menggunakan 3 hingga 4 alat dalam sekali
proses pengecoran.
Kendala : -Tempat yang tinggi sulit untuk menggunakan
listrik
-Kesulitan penggunaan ketika hujan
Penyelesaian : -Menggunakan kabel yang menjangkau tempat
tertinggi
-Diberi penutup pada atas kolom
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

Gambar.3. 22. Selang dan pangkal vibrato Sumber : Data pribadi

71
3.2.7. Excavator
Merupakan alat dalam pekerjaan tanah yang berguna
untuk menggali dan menimbun tanah. Dalam pekerjaan tanah
pelaksana mengarahkan operator excavator untuk memangkas
bagian yang cukup tinggi untuk ditimbun ke tempat yang lebih
redah atau memindahkannya dengan diakut oleh dump truck.
Tipe : Komatsu
Tahun Pembuatan : 2009-2014
Kapasitas : 0,8 m3
Jumlah 2
Status : Sewa
Pekerjaan : Menggali dan menimbun tanah
Manajemen Alat : Digunakan pada pekerjaan P3 dalam pekerjaan
menimbun pilar dan pekerjaan abutment 2.
Kendala : -Kesulitan penggunaan ketika hujan
Penyelesaian : -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan
dihari berikutnya
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

Gambar.3. 23. Pengurugan P3 menggunakan excavator


Sumber : Data pribadi

72
3.2.8. Buldozer
Buldozer merupakan alat yang berguna meratakan
permukaan tanah, agar permukaan memiliki elevasi yang sesuai
dengan rencana. Dalam proyek ini seksi 3.1 zona tiga Buldozer
berkerja pada P3 dan abutment, untuk meratakkan tanah timbunan
yang berada pada abutment, pada P3 buldozer juga membantu
meratakan tanah timbunan guna meninggikan permukaan sepadan
sungai.
Tipe : Komatsu
Tahun Pembuatan : 2009 – 2014
Kapasitas : 7 ton
Jumlah 1
Status : Sewa
Pekerjaan : Meratakan permukaan tanah
Manajemen Alat : Digunakan pada pekerjaan Abutment dalam
pekerjaan dan P3
Kendala : -Kesulitan penggunaan ketika hujan
Penyelesaian : -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan
dihari berikutnya
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

73
Gambar.3. 24. Dozer menuju P3
Sumber : Data pribadi

3.2.9. Vibrator roller


Vibrator roller merupakan alat berat yang erat dalam
mengerjakan pekerjaan tanah, tujuan penggunaan alat ini untuk
mendapatkan permukaan tanah yang rata mendekati sempurna.
Pekerjaan menggunakan vibrator roller berada pada abutment.
Tipe : HAMN
Tahun Pembuatan : 2009 – 2014
Kapasitas : 7 ton
Jumlah 1
Status : Sewa
Pekerjaan : Memadatkan Tanah Timbunan
Manajemen Alat : Digunakan pada pekerjaan Abutment yang
dikerjakan secara bergantian
Kendala : -Kesulitan penggunaan ketika hujan

74
Penyelesaian : -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan
dihari berikutnya
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

Gambar.3. 25. Vibrator roller saat memadatkan timbunan material A2


Sumber : Data pribadi

3.2.10. Water tank truck


Watertank dalam proyek ini sangat berguna dalam
memenuhi kebutuhan air bersih, dalam proyek ini watertank
mengelilingi lokasi proyek dan mengurangin debu yang di
timbulkan oleh proyek.
Tipe : Mitsubishi
Tahun Pembuatan : 2011
Kapasitas : 5000 liter
Jumlah 1
Status : Sewa

75
Pekerjaan : Membantu kebutuhan air dalam pengecoran,
pemadatan tanah dan membersihkan jalan
proyek dari debu
Manajemen Alat : digunakan setiap hari dengan rolling disekitar
proyek
Kendala : -Melewati jalan proyek yang buruk karena
hujan
Penyelesaian : -Memperbaiki jalan di lingkungan proyek
dengan LC.
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

Gambar.3. 26. Water tank sedang memberi air untuk proses pengecoran footing P1
Sumber : Data pribadi

3.2.11. Dumptruk
Dumptruk merupakan alat angkut material dalam proyek,
material yang banyak diangkut oleh dump truck berupa tanah
galian. Dalam pelaksanaan dumptruk mengangkut dalam satuan

76
rate. Rate adalah satu putaran dari lokasi awal kembali kelokasi
awal.
Tipe : Nissan, Hino, Mitsubishi dan Dyana H
T Tahun Pembuatan : 2009 – 2014
Kapasitas : 7 Ton
Jumlah 5
Status : Sewa
Pekerjaan : Mengangkut material
Manajemen Alat : Digunakan pada pekerjaan abutment dan P3
Kendala : -Kesulitan penggunaan ketika jalan buruk
akibat hujan
Penyelesaian : -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan
dihari berikutnya
Jadwal Kerja :Terlampir dalam kurva S.

Gambar.3. 27. Dump truck kapasitas 7 ton


Sumber : Data pribadi

77
3.2.12. Boring machine
Boring machine merupakan yang berguna untuk
mengebor tanah dalam keperluan pembuatan pile, penggunaan
boring machine digunakan ketika menemui tanah yang cukup
keras. Pekerjaan pengeboran dibantu dengan kucuran air yang
membantu melunakan permukaan tanah yang akan dibor. Dalam
pelaksanaannya pekerjaan menggunakan metode double core borel
yaitu menggunakan dua mata bor, karena keadaan tanah cukup
keras. Dalam pelaksanaan penyaksian langsung tidak dilakukan
menyebabkan infomasi yang didapat hanya sesuai data yang ada.
Tipe : Sany / SR-180
Tahun Pembuatan : 2011
Kapasitas : Dia. 120 cm
Jumlah 1
Status : Sewa
Pekerjaan : Mengebor lubang pile
Manajemen Alat : Digunakan secara bergantian
Kendala : -Kesulitan penggunaan
hujan
Penyelesaian : -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan
dihari berikutnya
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

78
Gambar.3. 28. Boring machine
Sumber : Data pribadi

3.2.13. Lounching girder


Lounching girder merupakan alat yang digunakan untuk
menyalurkan balok girder, dalam proyek ini girder terbuat dari
rangkaian portal.
PT. Jatra sejahtera membuat tiga segmen portal
sepanjang 65 m, yang pertama bertujuan untuk pemberat bagian
depan, untuk bagian tengah merupakan lounching girder utama dan
untuk segmen ketiga merupakan pemberat bagian belakang.Metode
yang digunakan dalam lounching ini adalah metode couter weight.

79
Gambar.3. 29. Proses setting portal
Sumber : Data pribadi

Untuk meluncurkan girder launcher menggunakan rel


dengan alat penggerak berupa troli elektrik darat, tujuan troli ini
untuk mengantarkan girder menuju portal hoist dan dilanjutkan
dengan troli kedua yaitu troli eletrik hoist yang berada pada portal
untuk menggantung dan menggerakan girder menuju tumpuan
yang direncanakan. Masing-masing troli terdiri dari sepasang troli,
yaitu bagian depan dan bagian belakang, troli ini menggunakan
gear yang bertingkat di dalammya, bertujuan untuk meringankan
gaya yang sangat besar dari girder sehingga pergerakan dari troli
ini dinilai lamban namun kecepat tersebut sudah maksimal
Persiapan awal yang dilakukan untuk penyetingan portal
dengan menyambung rangkaian-rangkaian yang semulanya
terpisah karna keperluan ekspedisi, sehingga pada pekerjaan awal
pekerja menyiapkan portal dengan menggunakan las dan bleder
menggunakan bahan plat, IWF, H beam dan honey beam yang
dirangkai menjadi sebuah portal. Setelah melakukan

80
penyambungan dan pemotongan pekerjaan dilanjutkan dengan
penyetingan mur penghubung.

Gambar.3. 30. Setting plat troli elektrik darat


Sumber : Data pribadi

Setelah seluruh pekerjaan setting portal hoist selesai


pekerjaan dilanjutkan dengan menyeting elektrik. Pertama
pengecheckan rantai dan gear serta pemberian pelumas, setelah itu
dilanjutkan dengan penyetingan kabel elektrikal.

Gambar.3. 31. Setting mur pada sambunagn portal hoist dengan portal counter Sumber : Data pribad

81
Pekerjaan terakhir untuk tahap persiapan launcher
adalah penyetingan rel dan memberi dudukan untuk rel. terdapat
dua rel dalam sistem lounching ini, yang pertama rel mampu
mengerakan girder dengan arah maju atau mundur, lalu untuk
pergerakan kedua rel mampu menggerakkan girder kekanan
ataupun kekiri. Dalam penyetingan rel hanya melakukan pengelasa
untuk membenarkan rel serta memberi tumpuan agar datar dan
kemiringan sesuai dengan rencana super elevasi.
Tipe : Fabrikasi
Tahun Pembuatan : 2014 dan 2015
Kapasitas : 140 ton
Jumlah 1
Status : Sewa (PT. Jatra Sejahtera)
Pekerjaan : lounching girder (meletakan girder)
Manajemen Alat : Digunakan secara bertahap dari A2 menuju A1
Kendala : -Kesulitan penggunaan karena cuaca hujan
-kemampuan alat yang tidak bisa dipaksa untuk
dipercepat
Penyelesaian : -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan
dihari berikutnya
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

82
Gambar.3. 32. Proses peluncuran girder
Sumber : Data pribadi

3.2.14. Jack Hidrolik


Penggunaan jack hidrolik digunakan untuk melakukan
stressing pada straind. Stressing dilakukan sekaligus dalam satu
tendon. Masing-masing tendon terdiri dari 17 straind untuk tendon
2,3, dan 4 lalu 19 strand untuk tendon 1.
Jack hidraulik bergantung pada angkur, lalu straind beri
wedges setelah itu kabel straind dimasukkan seluruhnya kedalam
jack hidraulik sesuai lubang dan diberi wedges lagi. Lalu dilakukan
stressing untuk mencapai 75% nilai elongasi. Pembacaan
menggunakan alat pumping dengan daya listrik 380 volt dengan
nilai toleransi 7% dari elongasi rencana. Urutan untuk stressing
dimulai dari tendon 2-1-3-4, untuk tendon 2 dan 1 dilakukan
stressing dengan persentase 100% mencapai target stressing untuk
tendon 3 dan 4 dilakukan dua tahap yang pertama 75%
lalu ditambah 25% , proses tersebut dilakukan agar tendon tidak

83
rusak karena ketika stressing dilakukan dengan presetase 100%
pada kedua tendo tersebut membuat straind mengkat girder.

Gambar.3. 33. Proses pekerja memasukan straind


Sumber : Data pribadi

Dalam pekerjaan stressing terdapat empat pekerja,


masing-masing bertugas untuk enjadi operator pumping, dan tiga
lainnya untuk menyeting angkur dan jack hidraulik.
Tipe : ZB4-500
Tahun Pembuatan : 2010
Kapasitas : Mpa
Jumlah 3
Status : Sewa
Pekerjaan : stressing strand
Manajemen Alat : digunakan bergantian tiap tendon
Kendala : -Kesulitan penggunaan karena cuaca hujan
Penyelesaian : -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan
dihari

84
berikutnya

85
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

Gambar.3. 34. Wedges dipasang disetiap tendon


Sumber : Data pribadi

86
Gambar.3. 35. Semakin menuju ketengah tendon semakin
menyatu Sumber : Data pribadi

Gambar.3. 36. Prosses Stressing Sumber : Data pribadi

87
3.2.15. Tower crane
Tower crane berguna untuk memindahkan barang berat dari satu
tempat ketempat lain yang dikehendaki sejauh jangkauan lengan
crane dengan berat maksimal 5 ton, serta tower crane mampu
mengangkat benda menuju ketinggian yang diinginkan setinggi 60
m dengan penambahan tinggi pertahap dengan metode sambung
menggunakan belt.
Tipe : EM K70-20 (K50/50) dan ZC 6517
Tahun Pembuatan : 2010 dan 2011
Kapasitas : 5 ton dan 1,7 ton
Jumlah 3
Status : Sewa
Pekerjaan : Memindahkan peralatan berat
Manajemen Alat : Digunakan sesuai panjang lengan crane secara
bergantian
Kendala : -Kesulitan penggunaan karena cuaca hujan
Penyelesaian : -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan
dihari
berikutnya
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

88
Gambar.3. 37. Tower crane P1 Sumber : Data pribadi

3.2.16. Service crane 35 ton


Service crane 35 ton merupakan crane yang bias berjalan dan tidak
tertanam seperti tower crane, namun alat ini tidak mampu
menjangkau kemampuan yang cukup tinggi. Alat ini digunakan
untuk memindahkan girder dan portal lounching.
Tipe : Kobelco , Sumitomo dan Hitachi
Tahun Pembuatan : 1988
Kapasitas : 35 ton
Jumlah 2
Status : Sewa
Pekerjaan : Memindahkan peralatan material berat (girder)
Manajemen Alat : Digunakan sesuai panjang lengan crane secara
bergantian
Kendala : -Kesulitan penggunaan karena cuaca hujan
Penyelesaian : -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan
dihari
berikutnya

89
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S

90
Gambar.3. 38. Proses pengangkatan girder
Sumber : Data pribadi

Gambar.3. 39. Service crane jatra sejahtera


Sumber : Data pribadi

91
3.2.17. Tandem roller
Alat untuk memadatkan timbunan atau tanah yang akan
diratakan sehingga tanah atau timbunan menjadi padat. Dengan
menciprsti permukaan tanah dengan air dan digilas berulang.
Tipe : Sakai W
M770 Tahun Pembuatan : 2010
Kapasitas : 10-12 ton
Jumlah 1
Status : Sewa
Pekerjaan : Meratakan permukaan tanah yang sudah di
padatkan
Manajemen Alat : digunakan bergantian untuk memadatkan tanah
pada abutment
Kendala : -Kesulitan penggunaan karena cuaca hujan
Penyelesaian : -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan
dihari
berikutnya
Jadwal Kerja : Terlampir.

Gambar.3. 40. Tandem Roller Sumber : Data pribadi

92
3.2.18. Genset
Genset merupakan pemsok listrik dalam proyek, setiap pagi sekitar
pukul 08.00 wib seorang operator genset selalu menghidupkan dan
mengecheck keadaan genset di proyek dan mematikannya
menjelang sore.

Gambar.3. 41. Genset pada P2


Sumber : Data pribadi

Tipe : Mitsubishi
Tahun Pembuatan : 2010
Kapasitas : 300 KVA
Jumlah 2
Status : Sewa
Pekerjaan : Menyediakan pasokan listrik proyek
Manajemen Alat : Digunakan setiap hari dari pukul 08.00 WIB
hingga 17.00 WIB dengan pengecualian
hingga lembur
Kendala :-
Penyelesaian :-
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

93
3.2.19. Bar bender
Bar bender berada pada tempat pabrikasi besi dalam
proyek terdapat sebuah bar bender yang setiap harinya digunakan
untuk menekuk besi sesuai rencana.
Tipe : TAKEDA B42
Tahun Pembuatan : 2010
Kapasitas : 42 mm
Jumlah 1
Status : Milik PT. Adhi Karya

Pekerjaan : Membengkokkan besi


Manajemen Alat : Memproduksi besi sesuai target perhari
Kendala :-
Penyelesaian :-
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

Gambar.3. 42. Bar bender


Sumber : Data pribadi

94
3.2.20. Bar cutter
Bar cutter berada pada tempat pabrikasi besi dalam
proyek terdapat sebuah bar cutter yang setiap harinya digunakan
untuk memototng besi sesuai rencana.
Tipe : TOYO C43
Tahun Pembuatan : 2010
Kapasitas : 43 mm
Jumlah 1
Status : Milik PT. Adhi Karya
Pekerjaan : Memotong besi
Manajemen Alat : Memproduksi besi sesuai target perhari
Kendala :-
Penyelesaian :-
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

Gambar.3. 43. Bar Cutter


Sumber : Data pribadi

95
3.2.21. Total statio / Theodolit
Total Statio/theodolite merupakan alat ukur sudut dan jarak. Untuk
total dilengkapi dengan processor sehingga bisa menghitung jarak
datar, koordinat, dan beda tinggi secara langsung tanpa
perhitungan. Namun untuk theodolit masih perlu menghitung
menggunakan rumus.
Tipe : Topcon TL-6G
Tahun Pembuatan : 2011
Kapasitas : 6’’ to 30’’ (0,002g to
0,01g) Jumlah 2
Status : Milik PT. Adhi Karya
Pekerjaan : Mengukur Elevasi
Manajemen Alat : Mengecheck elevasi dan menghitung volume
pekerjaan (QS)
Kendala :-
Penyelesaian :-
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

Gambar.3. 44. Proses pemeriksaan volume


Sumber : Data pribadi

96
3.2.22. Waterpass
Alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah
benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal
maupun horizontal.
Tipe : Topcon TL-6G
Tahun Pembuatan : 2011
Kapasitas : 0’’ to 360’’ (0g to 400g)
Jumlah 2
Status : Milik PT. Adhi Karya
Pekerjaan : Mengukur Elevasi
Manajemen Alat : Mengecheck beda tinggi dan menghitung
volume pekerjaan (QS)
Kendala :-
Penyelesaian :-
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

97
Gambar.3. 45. Waterpass
Sumber : Data pribadi
3.2.23. Stemper
Temper digunakan untuk memadatkan tanah dengan luasan yang
kecil dengan kendali langsung oleh pekerja. Temper pada proyek
ini digunakan untuk pemadatan tanah abutment bagian samping.
Penggunaan temper menggunakan tenaga listrik.

Gambar.3. 74. proses pemadatan stemper Sumber : Data pribadi

98
Tipe :
Tahun Pembuatan : 2011
Kapasitas :
Jumlah 1
Status : Milik PT. Adhi Karya
Pekerjaan : Memadatkan tanah
Manajemen Alat : berfokus pada pekerjaan stemper pada tanah
bagian samping abutment secara berangsur
hingga seluruh bagian terpadatkan.
Kendala : cuaca ketik hujan
Penyelesaian :-
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

3.2.24. Las dan bleder


Las merupakan alat untuk mempersatukan besi menjadi sebuah
rangkaian pasangan las adalah bleder merupakan pemotong besi
atau rangkaian besi yang telah direkatkan.
Las menggunakan litrik yang di rubah menjadi energi panas,
sedangkan untuk bleder menggunakan energi gas.

99
Gambar.3. 46. Tabung blader berisi gas
Sumber : Data pribadi

Gambar.3. 47. Set alat las


Sumber : Data pribadi

100
Gambar.3. 48. Alat las
Sumber : Data pribadi

Tipe :-
Tahun Pembuatan : -
Kapasitas :-
Jumlah 2
Status : Milik PT. Puja Perkasa dan PT. Jatra Sejahtera
Pekerjaan : Memotong dan menyambungkan logam
Manajemen Alat : untuk las dan bleder milik PT. Puja perkasa
berfokus untuk pekerjaan pengelasan perancah
pier head, namun untuk milik PT. Jatra
sejahtera difokuskan bertujuan untuk setting
portal hois.
Kendala : cuaca ketik hujan
Penyelesaian :-
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

101
3.2.25. Scafolding
Scafolding merupakan rangkaian pipa dengan penyambung
berupakan jack, terdapat dua macam jack yang digunakan yaitu
jack pass dan jack u.

Gambar.3. 49. Rangkaian scafolding guna penyangga bekisting


Sumber : Data pribadi

Gambar.3. 50. Perancah pata P1


Sumber : Data pribadi

102
Status : Milik PT. Adhi Karya
Pekerjaan : menyangga bekisting
Manajemen Alat : dikerjakan bergantian untuk menyangga
bekisting kolom, serta pada pekerjaan
bekisting pier head P1 sebagai bagian dari
metode menggunakan shoring.
Kendala : cuaca ketik hujan
Penyelesaian :-
Jadwal Kerja : Terlampir dalam kurva S.

3.3. BAHAN-BAHAN
3.3.1. Tulangan
Tulangan dalam bangunan berupa baja atau besi adalah salah satu
material dalam bangunan yang memiliki peranan penting dalam
struktur & konstruksi, sebagai struktur utama atau sebagai penguat
struktur beton bertulang. Dalam proyek ini seluruh besi berjenis
ulir memiliki sirip yang lebih mampu mengatasi gaya tarik. Pada
pekerjaan jembatan besi tulangan yang digunakan adalah besi
dengan diameter Ø 16, 19, 22, 25, 29, 32.

Gambar.3. 51. Tulangan yang di gunakan dala proyek Sumber : Data pribadi

103
3.3.2. Ready mix

Gambar.3. 52. Ready mix saat diambil sampel


Sumber : Data pribadi

Merupakan campuran agregat, semen dan air dengan komposisi


yang telah di tentukan oleh proses mix desain. Tujuan mix desain
adalah mencapai kekuatan beton yang diinginkan. Dalam proyek
ini mix desain diuji dalam bentuk silinder dan diwajibkan
mencapai kekuatan mutu E (239,34 kg/cm2), C (239,34 kg/cm2),
(B2 338,69 kg/cm2) dan BB (414,25 kg/cm2).

3.3.3. Pasir
Pasir dalam proyek ini diambil dari muntilan karena sudah terbukti
berkualitas baik. Pasir adalah bahan material butiran. Pasir
memiliki warna sesuai dengan asal pembentukannya. Pasir juga
penting untuk bahan bangunan bila dicampur Semen.

104
Gambar.3. 53. Pasir muntilan dalam lokasi baching plan
Sumber : Data pribadi

3.3.4. Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir,
atau mineral. Agregat dipakai bersama-sama dengan suatu media
pengikat misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang untuk membentuk
suatu beton semen hidraulik atau adukan. Agregat yang digunakan
dalam proyek ini berasal dari muntilan dengan diameter kerikil
sebesar 20 mm – 30 mm.

Gambar.3. 54. Agregat dari muntilan Sumber : Data pribadi

105
3.3.5. Semen
Semen merupakan bahan pengikat agregat dalam beton, semen
dalam proyek ini menggunakan PPC dari semen gresik.

Gambar.3. 55. satu sak semen PPC gresik


Sumber : Data pribadi

3.3.6. Air
Air Dalam proyek ini berasal dari sungai tuntang yang disedot
menggunakan pompa dan kebutuhan air bersih menggunakan
sumur yang berada dalam base camp PT. Adhi Karya.

Gambar.3. 56. Water tang di isi menggunakan air sungai tuntang Sumber : Data pribadi

106
3.4. PENGENDALIAN PROYEK
Pengendalian proyek merupakan upaya untuk mengendali dan
mengontrol proyek agar berjalan sesuai rencana. Dalam pelaksanaan bentuk
pengendalian berupa pengendalian terhadap mutu, biaya dan waktu.
Dalam proyek progress sampai tahap pekerjaan struktur dari
footing hingga pekerjaan lounching girder, Pengendalian mutu berupa
Spesifikasi teknis (Pabrikan, RKS), Metode Pelaksanaan (Pabrikan, RKS),
Gambar Kerja (DED) dan Hasil Tes bahan dari Laboratorium, untuk
pengendalian biaya pengendalian berupa informasi sumber Dana Proyek
yang valid, Progres pembayaran yang telah dilakukan dalam suatu pekerjaan
(kontrak) sesuai dengan yang direncanakan, Tahapan-tahapan/angsuran
pembayaran yang dilakukan untuk Kontrak local, Pengendalian biaya atas
setiap item pekerjaan yang ada didalam Bill of Quantity, Tahapan-
tahapan/angsuran pembayaran yang dilakukan untuk Kontrak Internasional
dan Pengendalian biaya atas rencana disburse / penyerapan dalam kontrak,
sedangkan untuk pengendalian waktu dalam bentuk penyusunan jadwal
pekerjaan yang disusun kedalam kurva S.

3.4.1. Pengendalian mutu


Pengendalian mutu bertujuan untuk menjaga mutu agar
kontruksi yang terbangun berkualitas baik. Berikut merupakan
bentuk-bentuk pengendalian mutu yang dilakukan di proyek
pembangunan tol semarang-solo :
1. Spesifikasi teknis (Pabrikan, RKS).
2. Metode Pelaksanaan (Pabrikan, RKS).
3. Gambar Kerja.
4. Hasil Tes bahan dari Laboratorium.

107
a. Uji kuat tekan
Dalam pengujian ini mengunakan mutu E (239,34 kg/cm2),
C (239,34 kg/cm2), (B2 338,69 kg/cm2) dan BB (414,25
kg/cm2). Penggunaan mutu beton dengan mutu E digunakan
untuk RC plate, Land Concrete, untuk mutu C digunakan
untuk Reinforced Concrete Pipe, Abutment, Dinding
Retaining Wall, Bottom Slab, mutu B2 digunakan untuk
bore pile dan untuk mutu BB untuk bahan kolom. Untuk
target umur pengujian untuk struktur yang berada dibawah
menggunakan target umur 28 hari jika untuk struktur yang
berada di ketinggian menggunakan target umur 7 hari.

Gambar.3. 57. Benda uji kuat tekan beton


Sumber : Data pribadi

108
b. Slump tes
Slump tes dilakukan setiap kali pengecoran dengan batas
toleransi keruntuhan ± 2 cm. pengukuran slump tes
langsung diambil dari ready mix yang berasal dari truk
mixer.

3.4.2. Pengendalian biaya


Pengendalian biaya bertujuan agar pengeluaran tidak terjadi
pembengkakan karena pengunaan bahan, alat dan jumlah pekerja
yang berlebih dan tidak efisien. Dalam proyek pembangunan tol
Semarang – Solo kontrak yang digunakan adalah kontrak Unit
Price, kontrak ini merupakan kontrak berdasar pada pengukuran
kembali sesuai dengan pengukuran kembali saat pelaksanaan,
untuk volume dalam perencanaan berupa volume rencana dan bias
berubah sesuai kondisi lapangan. Berikut bentuk pengendalian
yang dilakukan di dalam proyek :
1. Sumber Dana Proyek.
2. Progres pembayaran yang telah dilakukan dalam suatu
pekerjaan (kontrak) sesuai dengan yang direncanakan.
3. Tahapan-tahapan/angsuran pembayaran yang dilakukan untuk
Kontrak lokal.
4. Pengendalian biaya atas setiap item pekerjaan yang ada
didalam Bill of Quantity.
5. Tahapan-tahapan/angsuran pembayaran yang dilakukan untuk
Kontrak Internasional.
6. Pengendalian biaya atas rencana disburse / penyerapan dalam
kontrak.
a. Pengawas memperhatikan pembobotan masing-masing item
pekerjaan.

109
b. Pengawas mengetahui prosentase dari masing-masing item
pekerjaan yang telah diselesaikan
c. Pengawas mengetahui jumlah biaya yang harus dibayarkan
dalam setiap progres pekerjaan..

3.4.3. Pengendalian waktu


Pengendalian waktu bertujan agar waktu pelaksaan
pekerjaan kontruksi tidak melebihi batas waktu yang telah
ditentukan, serta mampu membuat pekerja mapu bekerja dengan
efisien, karena bertambahnya waktu tentunya akan menambah
biaya. Berikut merupakan bentuk pengendalian waktu :
Penjadwalan dan penyusunan Kurva S
Pembuatan kurva S dilakukan dalam tahap awal bertujuan agar
pekerjaan dapat terarah. Dalam perjalanannya kontraktor juga
membuat kurva S untuk mengatasi pekerjaan-pekerjaan yang
mengalami kekurangan sehingga dilakukan penyusunan- ulang
menyesuaikan keadaan lapangan agar pekerjaan mencapai target
yang di kehendaki.
Pengendalian Waktu dengan Jaringan Kerja dilakukan melalui
rangkaian kegiatan (Network Planning) yang saling berkaitan yang
menuju target yang telah ditentukan dengan sarana dan waktu yang
terbatas.
Pengawas pekerjaan memahami rencana urutan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan pekerjaan yang sudah dibuat oleh
kontraktor, sedemikian rupa sehingga proyek bisa terlaksana sesuai
dengan rancangannya (desain), dalam waktu yang telah ditetapkan,
mutu sesuai standar dan biaya yang sudah direncanakan.

110
3.5. PENGAMATAN-PENGAMATAN DILAPANGAN
Suatu proyek memiliki kondisi yang berbeda-beda yang menjadi
pembeda sebuah proyek dengan proyek lainnya walaupun memiliki
kesamaan dalam jenis pekerjaan, misal proyek pembangunan Jembatan
Tuntang dengan proyek pembangunan proyek jembatan lainnya.
Dalam pelaksanaan kontraktor akan mengalami kesulitan-
kesulitan di titik tertentu dalam lokasi proyek tanpa terduga, sehingga
kontraktor dituntut mampu menyelesaikan kesulitan tersebut dengan
effisien. Selain kesulitan dalam suatu proyek pemilik proyek juga akan
menerima resiko dengan menghadapi penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan pekerja atau penyedia jasa. Berikut merupakan bentuk-bentuk
kesulitan dan penyimpangan yang terjadi di dalam proyek.

3.5.1. Kesulitan-kesulitan dalam proyek


1. Kesulitan untuk menuju lokasi proyek karena kondisi jalur
yang buruk dan pekerjaan yang dilakukan ketika kondisi hujan
Jalur proyek yang masih dominan dalam kondisi
tanah ternilai buruk karena jalur tersebut akan sangat berdebu
saat siang hari yang terik dan akan sangat becek dan licin ketika
hujan. Selain jalur yang masih dalam bentuk tanah, alat berat
pula kesulitan menuju proyek karena masih menumpang
dengan jalur warga, dan terdapat jalan yang cukup sulit
sehingga terdapat satu truk mixer yang jatuh kejurang dan
hampir menimpa rumah warga.
Pada saat pelaksanaan proyek cuaca yang tiba-tiba
berubah menjadi mendung dan dilanjutkan dengan hujan sangat
kerap terjadi, sehingga pekerja mengalami kesulitan dalam
bekerja seperti truk yang sulit di kendalikan saat posisi hujan
sehingga sering terjadi penutupan jalur oleh pekerja untuk
menjaga keamanan dan keselamatan mereka.

111
Solusi yang dilakukan oleh kontraktor adalah
membuat jalur melalui kebun warga yang disewa sementara
dan melapisi beberapa titik jalur menuju proyek dengan LC.
2. Rusaknya Sill dan tersumbatnya Concrete Pump
Proyek pembangunan tol semarang solo seksi 3.1
memiliki sebuah truk concrete pump yang digunakan
sepenuhnya untuk semua kegiatan pengencoran yang mampu
dijangkaunya sehingga alat ini dinilai sangat efisien selain alat
ini memiliki boom yang paling panjang sepanjang 33 m.
Namun karena intensitas yang cukup tinggi dan
boom sering terhantam agregat sehingga boom mengalami
bocor dibagian badan boom atau pun bagian karet penghubung
(sill) sehingga terkadang penutup sementara kebocoran
mengalami kerembesan.
Selain pecahnya boom, tersumbatnya boom
membuat pekerjaan proyrk mrnjadi tertuda dan harus
diberhentikan beberapa saat. Kesulita-kesulitan ini memang
tidak terlalu banyak namun cukup terasa kehadirannya.
3. Sulitnya akses untuk mengapai abutment dua karena masih
berbentuk jalur yang licin dan miring
Abutmen dua erda di posisi yang cuckup tinggi
sehinga pembuatan jalur menjadi sangat miring di tambahlagi
jalur tersebut masih dalam bentuk tanah, sehingga banyak truk
mixer dan dump truk yang tidak kuat menanjak serta terdapat
mahasiswa yang sedang kerja praktek terpleset saat menuruni
jalur tersebut.
Solusi yang dilakukan kontraktor dengan membuat
LC dengan tulangan bamboo serta memberi plat-plat besi.

112
4. Genangan air di P3
Genangan di P3 terjadi karena rendahnya elevasi
footing, sehingga ketika hujan atau sungai meluap mengalir dan
menggenangi lokasi tersebut, ditambah pula rembesan-
rembesan yang menambah volume air genangan sehingga
pekerja kesulitan dalam pengencoran footing dan melanjut
kekolom peir.
Dalam menangi kondisi tersebut kontraktor
menimbum footing sehingga elevasi tanah berada diatas talud
sungai dam membuat bronjong dipinggir talud.

3.5.2. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi didalam proyek


1. Penambahan air ketika menyalurkan ready mix menggunakan
concrete pump
Kadar air dalam ready mix sudah memiliki tingkat
yang telah disesuaikan dengan rencana mutu beton yang akan
di dapat maka penambahan air tidak diperlukan lagi,
penambahan air mampu membuat mutu beton menurun dan
menimbulkan retak-retak ketika air menguap dan mencoba
keluar dari beton yang mulai mengeras.
Dalam kegiatan pengecoran kontruksi sering terlihat
operator concrete pump mengucurkan air dari truk mixer, yang
seharusnya air tersebut digunakan untuk mencuci mixer setelah
usai membawa ready mix agar tidak merekat di mixer dan
membuat alat rusak. Dalam keterangannya operator melakukan
hal tersebut karena kawatir boom akan tersumbat dan rusak.
Pengawas telah mencoba untuk memperingati
operator namun operator tetap membandel, sehingga ketika
tidak dalam pengawasan penuh penyimpangan ini tetap
dilakukan.

113
2. Kurang memperhatikan tinggi jatuh ready mix yang disalurkan
oleh boom concrete pump
Perlunya memperhatikan tinggi jatuh beton adalah
hal yang penting karena ketika hal tersebut tidak diperhatikan
akan mengurangi mutu beton karena agregat tidak rata
memenuhi beton sehingga mampu menurunkan kuatt tekan
beton dititik-titik tertentu.
Pekerjaan pengecoran dilakukan menggunakan boom
yang diameternya cukup besar sehingga sulit menerobos
rangkaian besi yang sudah terpasang dengan renggang yang
cukup rapat, dibeberapa kegiatan pengecoran kontraktor
menggunakan penyalur tambahan agar tinggi jatuh dari ready
mix terjaga namun terdapat pula pekkerjaan yang tidak
menggunakan penambahan boom seperti pengcoran di footing
P1.
3. Membawa keluarga ke proyek menggunakan fasilitas proyek
Lokasi proyek merupakan tempat yang cukup
berbahaya karena resiko akan terjadi kecelakanan tentunya
lebih tinggi. Terdapat kejadian yang cukup mengkhawtirkan
ketika operator truk mixer ketika sedang melakukan proses
pengecoran membawa satu keluarga kecilnya tanpa
menggunakan perlengkapan keamanan kedalam cabin truk
sedangkan kaca depan truk dalam keadaan rusak parah.
4. Terdapat pengawas yang tidak menggunakan rompi dan helem
pengaman
Berikut merupakan contoh yang tidak baik karena
seorang pengawas dengan jabatan yang cukup tinggi di bandi
pengawas lainnya meninjau proyek tanpa mengunakan rompi
dan helm proyek dan dilakukan berulang walaupun K3 telah
menegur

114
5. Pekerja tidak menggunakan rompi dan keamanan yang aman
ketika menaiki tempat yang tinggi
Hampir seluruh pekerja di proyek ini tidak
menggunakan perlegkapan keamanan, seperti penggunaan
rompi, sarung tangan dan sepatu keamanan. Kondisi yang
cukup mengkhawatirkan pula terlihat ketika pekerja sedang
berada di ketinggian sekitar ±40 m bahkan lebih dengan kondisi
yang cukup sempit melakukan ekerjaan tampa pengaman.
Perlengkapan keamanan yang digunakan pekerja hanya dalam
bentuk penggunaan helm dan sepatu penutup tanpa fitur khusus
keamanan.
6. Diagfragma yang tidak sesuai dengan girder
Diafrgama adalah bagian dari struktur bawah, tujuan diafragma
adalah mempersatukan girder, namun metode yang digunakan
untuk mendapatkan diafragma dengan metode precast malah
menjadikan pekerjaan menjadi bertambah, karena kehadiaran
precast diafragma dilapangan dengan ukuran yang tidak sesuai
mengharuskan pekerja untuk menyesuaikan ukuran dengan
membobok bagian binggir diafragma dan akhirnya mengubah
mutu dari kekuatan rencana difragma.
7. Hujan yang terlalu sering
Di lokasi proyek hujan sering dirasakan. Ketika waktu mulai
menjelang sore hujan dengan deras langsung mengguyur lokasi
proyek yang menyebabkan pekerja tidak mampu berlindung di
tempat yang aman, kebanyakan pekerja yang sedang
mengerjakan pilar tertahan diatas pilar hingga hujan reda atau
memaksa turu perlahan.

115
BAB IV
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
1. Terdapat 25 alat yang digunakan selalu dalam pekerjaan pembangunan
jembatan.
2. Dalam pembangunan jembatan terdapat alat yang bernama launcher
yang berguna untuk menempatkan girder ditumpuan.
3. Dalam pembangunan jembatan tol yang melintasi sungai tuntang
pekerjaan tanah tidak begitu dominan, kegiatan dominan berupa
pembuatan struktur.
4. Dalam pekerjaan lounching girder waktu yang di butuhkan sekitar 1,5
jam hingga 2 jam, untuk menempatkan girder dan setting launcher
sehingga sehari dapat ditargetkan 4-5 girder terpasang pada pier head.
5. Dalam pekerjaan pier head menggunakan metode soring, yaitu
menggunakan penumpu pada bekisting untuk menahan beban ready mix
sampai menjadi beton.
6. Penumpu metode soring berupa scafolding yang di modifikasi dengan
beberapa profil baja seperti canal c dan H beam yang direkatkan dengan
bantuan las.
7. Alat yang selalu bekerja tiap harinya dari pukul 08.00 – 17.00 wib
adalah genset dan tower crane.
8. Kondisi lapangan yang baik seperti jalan dan tempat bekerja membuat
kinerja alat serta pekerja lebih baik.
9. Perawatan rutin dan pengisian bahan bakar di setiap harinya selalu
dilakukan untuk semua alat berat.
10. Terdapat laporan rutin mengenai kondisi alat dan perawatan yang telah
dilakukan.
11. Pekerja mampu dan baik dalam pengoprasian alat-alat berat.
12. Sikap operator yang tidak baik membuat pekerjaan menjadi tertunda.
116
13. Hampir seluruh pekerja tidak menggunakan perlengkapan keselamatan
kerja.
14. Terdapat beberapa bengawas yang tidak memakai perlengkapan
keselamatan kerja.

5.2. SARAN
1. Disarankan untuk mengontrol selalu ketertiban pekerja dalam
mengoprasikan alat berat.
2. Disarankan untuk lebih megoptimalkan jalan menuju proyek dan
keadaan lokasi kerja agar pekerja dapat bekerja lebih cepat.
3. Disarankan untuk pekerja, pelaksana dan pengawas lebih tertib dalam
pemakaian perlengkapan keselamatan kerja dan bersikap dilokasi
proyek.

117

Anda mungkin juga menyukai