Anda di halaman 1dari 2

Universitas Indonesia

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Mata Kuliah Pengelolaan Bencana
Dosen Pengampu : Giur Hargiana, S.Kep, M.Kep
Nama : Dian Fitri Nurisfanti
NPM : 2006594952

Resume Perkuliahan Pengelolaan Bencana 3

Materi perkuliahan disampaikan oleh Prof. Arry Yanuar mengenai


Pharmaceuticals in Disaster. Ruang lingkup yang terdapat dalam pembahasan hari
ini mencakup manajemen farmasi, volume farmasi, pembuangan obat, dan
sebagainya. Persediaan obat merupakan hal yang penting untuk korban kebencanaan.
Volume obat-obatan yang tiba di suatu penanganan bencana terkadang terlalu banyak,
membuat tenaga bantuan yang ada di sana kesulitan dan kewalahan dalam menyimpan
obat tersebut. Barang-barang yang dating dan masuk dalam lokasi bencana dapat
tersortir maupun tidak. Sangat berbahaya dan dapat menjadi masalah apabila terdapat
barang yang belum sempat disortir, karena bisa saja hal-hal yang belum ada label atau
belum aman masuk dan membahayakan korban.

Pembuangan obat merupakan sumbangan obat-obatan yang tidak berguna/tidak


dapat digunakan. Manfaat bagi pendonor obat (dumper) adalah mengurangi biaya
penghancuran, penyimpanan, pajak, dan lainnya. Sedang penerima donor harus
berurusan dengan bahaya kesehatan dan lingkungan; termasuk penyimpanan,
penyortiran, dan penghancuran obat yang tidak berguna. Ada juga masalah-masalah
logistic kefarmasian, di antaranya pengemasan dan transportasi obat, paket yang
terlalu besar sulit dihandle, dan lain-lain. Untuk kedaluwarsa dalam obat-obatan,
harus diperhatikan karena beberapa obat akan sangat berbahaya apabila dikonsumsi
setelah kedaluwarsa. Tanggal kedaluwarsa obat juga bisa menjadi lebih cepat apabila
tidak ditangani dengan baik penyimpanannya. Maka dari itu, harus teliti diperhatikan
tanggal kedaluwarsa dan pengelolaan penyimpanan obat-obatan.

Penyimpanan obat adalah masalah yang harus diperhatikan, terutama di lokasi


bencana. Beberapa lokasi darurat bencana tidak mendukung kondisinya untuk

1
menyimpan beberapa obat yang butuh penanganan penyimpanan
lebih. Seperti dibutuhkannya kulkas atau tempat yang sangat steril
untuk mencegah kontaminasi.

Selanjutnya, Prof. Arry juga menyampaikan materi mengenai


peran farmasi dalam penanganan bencana. Beberapa ruang lingkup yang akan dibahas
di antaranya Red Cross and Red Srescent Disaster Management, Japanese RC Society,
disaster response (domestic/internasional), dan disaster relief pharmacist. Emergency
response unit (ERU) merupakan suatu bagian dari red cross disaster management
yang berisi orang-orang terlatih untuk dapat menangani suatu bencana yang darurat.
Untuk JRCS, terdapat 3 system yang membentuk, yaitu emergency readiness system,
emergency relief, dan recovery. Terdapat juga emergency healthy/medical kit yang
mencakup supplementary unit, basic unit, renewable unit, dan lain-lain. Alat-alat ini
haruslah efisien agar mudah diangkut dan harus ada manajemen kedaluwarsa serta
harus terus disortir untuk menjaga keamanannya.

Banyak hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan obat, beberapa di


antaranya adalah tempat penyimpanan (berupa kardus, rak-rak, kulkas, dan lainnya),
akomodasi staf, pengaturan suhu, dan lainnya. Manajemen farmasi juga diperlukan
dalam penanganan bencana ini. Harus ada orang yang mengerti untuk memilah obat-
obatan untuk korban, memberitahukan dosis, mengedukasi korban, dan lainnya. Pada
intinya, manajemen kefarmasian sangat penting dalam penanganan bencana dan harus
dipelajari dengan baik dalam menghadapi kebencanaan.

Anda mungkin juga menyukai