Anda di halaman 1dari 3

RESUME KULIAH UMUM 3

PHARMACEUTICALS IN DISASTER
Pembicara: Prof. Dr. Arry Yanuar
Oleh: Wayan Wahyu Apriliantika | 1906292692 | PB 14
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Persediaan obat-obatan sangat penting dalam perawatan medis para korban bencana.
Masalah yang masih sering ditemui yaitu management of pharmaceuticals donation, volume
of pharmaceutical agents, sorted or unsorted agents, drug dumping, logistics, packaging,
expiration of pharmaceuticals, identification of pharmaceuticals agents, dan dispensing
pharmaceutical agents. Masalah-masalah ini menunjukkan perlu adanya pedoman untuk agen
farmasi dalam penanggulangan bencana. Maka dari itu WHO membuat guideline donasi obat
seperti berikut:

Volume of Pharmaceutical Agents


yang tiba biasanya terlalu masif hingga membuat pekerja kewalahan. Contohnya 16 hari
setelah gempa Guatemala terdapat >100 ton persediaan dalam 7000 karton berbagai ukuran
tiba. Sehingga membutuhkan 40 mahasiswa, diawasi oleh tiga apoteker untuk menyortir dan
mengklasifikasi obat dalam waktu 1120 jam. Sedangkan di Gempa Armenia sendiri
setidaknya terdapat 5000 ton obat dan waktu yang dubutuhkan untuk menyortirnya sekitar 6
bulan sebelum bisa digunakan.
Sorted or Unsorted Agents yaitu obat yang dibawa ke zona bencana datang sebagai
donasi yang disortir atau tidak disortir. Donasi yang tidak disortir berisi campuran item tanpa
label yang mengidentifikasi isinya. Hal ini menjadi masalah yang signifikan bagi pekerja
bantuan bencana. Obat yang tidak tersortir akan menyulitkan relawan karena 2/3 dari waktu
yang ada akan digunakan untuk menyortir obat yang dapat digunakan selama bencana. Di
Guatemala, hanya 10% dari obat donasi yang dapat digunakan saat bencana.
Drug Dumping, memiliki prinsip lebih baik mengirimkan obat apapun daripada tidak ada
pengiriman sama sekali, hal ini mengakibatkan banyak sekali obat yang tidak terpakai dan
kadaluarsa yang harus dimusnahkan dan menambah masalah baru karena untuk membakar
membutuhkan waktu berbulan-bulan.
Masalah logistik adalah pengemasan dan pengangkutan sumbangan bisa menjadi
masalah, bahkan dengan persediaan yang disortir. WHO merekomendasikan untuk
menetapkan maksimal 50 kg setiap satu kardus untuk donasi obat dapat diangkut oleh dua
orang. Kemasan yang buruk dan kiriman yang tidak diberi label dengan benar dapat
terkontaminasi atau rusak.
Packaging yaitu kemasan farmasi harus diberi label dengan memperhatikan kondisi
lapangan. Persediaan harus tahan terhadap elemen yang tidak salam kondisi terkontrol. Label
tahan cuaca dalam bahasa lokal, nama generik, bentuk sediaan, jumlah, tanggal eksplorasi,
nomor batch, dan kondisi penyimpanan khusus harus dicantumkan, kode internasional (hijau
untuk suplai dan peralatan medis, merah untuk makanan, biru untuk pakaian) harus
digunakan jika memungkinkan.  Pedoman WHO menyatakan bahwa kemasan obat tidak
boleh bercampur dengan persediaan lain.
Expiration of Pharmaceutical, kasus obat-obatan kadaluwarsa berulang kali terlihat
dalam misi bantuan internasional. Beberapa obat tidak aman jika sudah kadaluwarsa,
misalnya tetracycline yang dapat menyebabkan nefrotoksisitas. Sebagian besar obat aman
dan kurang ampuh setelah tanggal kadaluwarsa. Persentase senyawa aktif yang tersisa setelah
tanggal kadaluwarsa tidak tersedia.
Pharmaceutical Storace yaitu estabilan obat, persyaratan penyimpanan, dan
permasalahan obat yang membutuhkan pendingin (beku-cair-beku) saat di perjalanan tidak
dapat diterima untuk banyak obat. Kelembapan ekstrim di negara tropis dapat mengubah
stabilitas farmasi maka perlu mengemas dengan penghangat. Produk biologi tidak tahan
terhadap suhu ekstrim/guncangan hebat tanpa dekomposisi.

Identifikasi Agen Farmasi penting untuk kegunaannya dalam bencana. Pengemasan yang
tepat akan membantu memastikan bahwa label tetap ada pada barang dan tidak tercemar atau
rusak sehingga tidak dapat dikenali. Penggunaan bahasa dapat menjadi penghalang umum
dalam mengidentifikasi obat apa yang tersedia. Donasi harus diberi label dan disortir sesuai
dengan kategori penggunaan

Dispensing Pharmaceutical Agents, beberapa kesulitan dalam pemberian obat setelah


bencana tidak dapat dihindari yaitu kurangnya tenaga listrik, persediaan obat-obatan yang
sesuai dan keamanan narkotika. Jika apotek rusak secara fisik atau berada di lokasi
sementara, narkotika perlu dipindahkan ke area aman selama jam tidak beroperasi.
Referensi: 2021. Youtube Media RIK-UI. Video KULIAH UMUM PENGBEN PB.1-PB.45.
https://www.youtube.com/watch?v=m0nUMjL_Agc

Anda mungkin juga menyukai