Anda di halaman 1dari 86

PENGARUH POLA KOMUNIKASI DAN KEPEMIMPINAN

SITUASIONAL TERHADAP KINERJA PEGAWAI APOTEK BENOWO


FARMA SURABAYA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar


Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Wijaya Putra Surabaya

Oleh:
NAZILA FATIMAH BAHABAZI
NPM : 16012017

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2020
PENGARUH POLA KOMUNIKASI DAN KEPEMIMPINAN
SITUASIONAL TERHADAP KINERJA PEGAWAI APOTEK BENOWO
FARMA SURABAYA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar


Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Wijaya Putra Surabaya

Oleh:
NAZILA FATIMAH BAHABAZI
NPM : 16012017

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2020

i
PENGARUH POLA KOMUNIKASI DAN KEPEMIMPINAN
SITUASIONAL TERHADAP KINERJA PEGAWAI APOTEK BENOWO
FARMA SURABAYA

Diajukan Oleh:

NAZILA FATIMAH BAHABAZI


NPM : 16012017

Proposal skripsi telah disetujui untuk diseminarkan


Oleh:

Pembimbing

(Iful Novianto SH., MM)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

ii
PENGARUH POLA KOMUNIKASI DAN KEPEMIMPINAN
SITUASIONAL TERHADAP KINERJA PEGAWAI APOTEK BENOWO
FARMA SURABAYA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi persyaratan


Untuk memperoleh gelar Sarjana Manajemen pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh:

NAZILA FATIMAH BAHABAZI


NPM : 16012017

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan telah direvisi sebagaimana

disarankan oleh Tim Penguji

Pada Tanggal : .................................................

Susunan Tim Penguji

Ketua Penguji,

(................................................)

Penguji I, Penguji II,

(....................................................) (.................................................)
HALAMAN PENGESAHAN

iii
MOTTO

Dua Musuh terbesar kesuksesan adalah penundaan dan alasan

~ Jaya Setiabudi ~

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

sehingga proposal skripsi dengan judul “:Pengaruh Pola Komunikasi Dan

Kepemimpinan Situasional Terhadap Kinerja Pegawai Apotek Benowo Farma

Surabaya ini dapat diselesaikan. Proposal skripsi ini disusun untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana (S1). Penulis menyampaikan rasa

hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Budi Endarto, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas Wijaya

Putra Surabaya.

2. Dr. Hj. Soenarmi, SE., MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Wijaya Putra.

3. Dwi Lesno Panglipursari, SE., MM., selaku Ketua Program Studi

Manajemen Universitas Wijaya Putra.

4. Iful Novianto SH., MM atas bimbingan, arahan dan waktu yang telah

diluangkan kepada penulis untuk berdiskusi selama menjadi dosen

pembimbing.

5. Seluruh Dosen Program Studi Manajemen Universitas Wijaya Putra

Surabaya.

6. Kedua Orang Tua saya, atas segala motivasi, perhatian dan doanya dalam

proses pengerjaan Skripsi ini.

7. Rekan-Rekan Mahasiswa seangkatan yang telah memberikan masukan dan

bantuan dalam penyelesaian Skripsi ini.

v
8. Kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Dengan keterbatasan pengalaman, ilmu maupun pustaka yang ditinjau,

penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar Skripsi ini lebih sempurna

sehingga bisa digunakan sebagai masukan bagi penulis lain dimasa yang akan

datang.

Surabaya, 15 Mei 2020

Nazila Fatimah Bahabazi

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii
HALAMAN MOTTO.........................................................................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................v
DAFTAR ISI .....................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
DAFTAR TABEL...............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................x

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teori........................................................................................ 8
2.2 Penelitian Terdahulu................................................................................ 27
2.3 Kerangka Konseptual............................................................................... 32
2.4 Hipotesis ................................................................................................. 33

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian.............................................................. 35
3.2. Variabel dan Definisi Operasional Variabel............................................ 36
3.3. Lokasi Penelitian..................................................................................... 38
3.4. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel................................ 38
3.5. Metode Pengumpulan Data...................................................................... 39
3.6. Metode Analisis Data............................................................................... 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Penelitian.......................................................................................... 46
4.1.1. Gambaran Obyek Penelitian............................................................ 46
4.1.2. Karakteristik Responden.................................................................. 47
4.1.3. Deskripsi Variabel Penelitian.......................................................... 49
4.1.4. Uji Validitas dan Reliabilitas........................................................... 56
4.1.5. Analisis Statistik Deskriptif............................................................. 59
4.1.6. Analisis Regresi Linier Berganda.................................................... 60
4.1.7. Pengujian Hipotesis......................................................................... 61
4.2. Pembahasan............................................................................................... 63

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan................................................................................................ 35
5.2. Saran.......................................................................................................... 36

vii
DAFTAR PUSTAKA

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Komunikasi Lasswell...................................................... 15


Gambar 2.2 Model Kerangka penelitian....................................................... 33

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu..................................................................... 27


Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Variabel Penelitian................................... 35

x
DAFTAR LAMPIRAN

Kuisioner Penelitian.......................................................................................... 48

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aset penting yang

dimiliki organisasi. Hal ini karena SDM memiliki peran penting dalam

menggerakkan dan menjaga keberlangsungan suatu organisasi. Pengelolaan atau

manajemen terhadap SDM harus dilakukan agar tujuan yang diinginkan

organisasi dapat tercapai. SDM yang kompeten, berkualitas, profesional, dan

sungguh–sungguh dalam bekerja merupakan keinginan dari setiap organisasi.

SDM yang kompeten dapat terdorong untuk menghasilkan kinerja yang baik dan

memberikan dampak positif bagi kinerja organisasi (Suwono, 2019:2)

Menurut Anwar dalam Sasono (2015:33), kinerja diartikan sebagai hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja karyawan diartikan sebagai gabungan dari kemampuan, usaha dan

kesempatan yang dapat diukur dari akibat yang dihasilkan. Berdasarkan hal

tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan merupakan hasil kerja yang

telah dan akan dilakukan oleh seseorang. Untuk memotivasi para karyawan,

biasanya setiap instansi mengadakan penilaian atas kinerja para karyawannya.

Masalah sumber daya manusia saat ini masih tetap menjadi pusat perhatian

dan tumpuan bagi suatu organisasi atau perusahaan untuk dapat bertahan di era

globalisasi yang diiringi dengan tingkat persaingan yang semakin ketat. Sumber

daya manusia mempunyai peran utama dalam setiap kegiatan organisasi atau

1
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen sumber daya manusia

merupakan kunci pokok yang harus diperhatikan dengan segala kebutuhannya.

Sumber daya manusia mempengaruhi kinerja dalam organisasi pemerintahan.

Peran sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka kinerja pegawai

merupakan faktor yang sangat penting. Kinerja pegawai tidak hanya ditentukan

oleh pengguna sistem teknologi canggih, melainkan juga pendekatan pada

perilaku dan sikap mental seorang pegawai untuk mencapai suatu prestasi atau

kinerja pegawai. Salah satunya adalah melalui komunikasi

Sebagai makhluk sosial, komunikasi tidak akan pernah lepas dari kehidupan

pada umumnya. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu kegiatan perusahaan

maupun organisasi dapat berjalan dengan lancar begitupun juga sebaliknya,

kurang atau tidak adanya komunikasi akan berakibat buruk dalam perusahaan

ataupun organisasi. Komunikasi dalam organisasi untuk memberikan informasi

kepada seluruh anggotanya.

Menurut Wibowo (2014:241) bahwa komunikasi adalah merupakan proses

penyampaian informasi dari satu pihak baik individu, kelompok atau organisasi

sebagai sender kepada pihak lain sebagai receiver untuk memahami dan terbuka

peluang memberikan respon balik kepada sender. Sedemikian pentingnya

komunikasi bagi kehidupan manusia sehingga komunikasi dipelajari dan

dikembangkan guna meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan sesamanya

dan dapat berkomunikasi secara efektif untuk mencapai tujuan.

Komunikasi yang efektif antara pimpinan dan anggota atau antara sesama

karyawan menjadi faktor penting dalam pencapaian tujuan suatu organisasi.

Komunikasi yang baik akan memungkinkan suasana kerja yang kondusif,

2
sehingga kinerja karyawan dapat menjadi maksimal. Berbagai penelitian

menemuka bahwa komunikasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja

karyawan (Kemby, 2017)

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rampengan, dkk

(2019) penelitian yang menggunakan karyawan hotel aryaduta manado sebagai

subjek penelitian menunjukkan bahwa komunikasi secara parsial berpengaruh

terhadap kinerja karyawan dinyatakan diterima atau terbukti. Hasil penelitian ini

memiliki arti bahwa semakin besar peningkatan yang terjadi dalam komunikasi

akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil studi terdahulu yang dilakukan oleh

Mariani dan Sariyathi (2017) yang menyatakan bahwa komunikasi secara parisal

memiliki dampak positif bagi kinerja karyawan. Selanjutnya disebutkan bahwa

dampak yang dimaksud adalah pengaruh yang signifikan sehingga disimpulkan

bahwa semakin baik faktor komunikasi akan menyebabkan semakin

meningkatnya kinerja karyawan. Kuncorowati dan Rokhmawati (2018) dalam

penelitiannya juga menyebutkan bahwa komunikasi secara parsial memiliki

pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Sama halnya dengan

yang ditunjukkan hasil penelitian oleh Utami, dkk. (2014) dimana komunikasi

memiliki dampak positif dalam bentuk pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

karyawan.

Jadi, apabila pola komunikasi tidak berjalan sesuai aturannya, maka akan

menjadi salah satu gangguan atau hambatan dalam mencapai kinerja karena pesan

tidak tersampaikan dengan benar. Kinerja di sini tidak akan dapat meningkat

tanpa adanya suatu komunikasi yang berjalan dengan baik sesuai dengan pola

3
komunikasinya bila melihat adanya perbedaan bahasa dalam suatu perusahaan.

Faktor pola komunikasi merupakan faktor yang berperan dalam menyatukan

informasi dan saling bekerjasama dengan semua pihak yang terlibat langsung

dalam organisasi, yang akan berdampak terhadap kinerja pegawai

Keberhasilan organisasi tidak terlepas juga dari faktor kepemimpinannya.

Model kepemimpinan seorang pemimpin akan signifikan dengan kondisi kerja,

dimana akan berhubungan dengan bagaimana karyawan menerima suatu model

kepemimpinan, senang atau tidak, suka atau tidak. Di satu sisi model

kepemimpinan tertentu dapat menyebabkan peningkatan disiplin kerja di sisi lain

dapat menyebabkan penurunan disiplin kerja, karena kepemimpinan cenderung

mengarahkan perilaku anggota organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan.

Sebagaimana pendapat Siagian (2014): “Bahwa keberhasilan atau kegagalan yang

dialami sebagian besar organisasi ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang

dimiliki orang-orang yang diserahi tugas memimpin organisasi itu”.

Sedangkan keberhasilan seorang pemimpin dalam memimpin sangat

dipengaruhi oleh perilaku dalam memimpin. Tentunya kondisi ini diperkirakan

akan menjadi sebab adanya perbedaan persepsi karyawannya sehingga pada

gilirannya akan mempengaruhi pembentukan kepemimpinan situasional. Perilaku

pimpinan yang handal sangat dibutuhkan untuk kepemimpinan situasional

karyawan agar dapat bekerja dengan baik demi tercapainya tujuan perusahaan

tersebut, karena kepemimpinan adalah suatu proses dalam mempengaruhi

kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha pencapaian tujuan (Hersey dan

Blanchard dalam Mualldin, 2016). Jadi penerapan perilaku pimpinan di suatu

organisasi harus mempertimbangkan sifat dan keterampilan tertentu yang dimiliki

4
pimpinan, selanjutnya mengadaptasikan sifat dan keterampilannya tersebut

dengan situasi lingkungan maupun kondisi bawahan.

Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Fadude, Dkk (2019) bahwa

secara parsial Kepemimpinan signifikan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan

di Bank Syariah Mandiri cabang Bitung. Hal ini berarti kinerja karyawan di Bank

Syariah Mandiri cabang Bitung naik atau turun dipengaruhi oleh kepemimpinan

yang berlaku di perusahaan tersebut. Semakin baik kepemimpinan yang

diterapkan maka semakin baik pula kinerja karyawannya. Demikian sebaliknya

Semakin buruk kepemimpinan yang diterapkan maka semakin buruk pula kinerja

karyawannya.

Kondisi yang terjadi di Apotek Benowo Farma Surabaya dilihat dari kondisi

secara langsung seperti tugas dan fungsi seorang pimpinan harusnya berkompeten

dalam menjalin komunikasi yang baik dengan berbagai pihak khususnya

komunikasi internal yang baik dengan para karyawan agar karyawan dapat

meningkatkan afektifitas kerjanya. Hal ini belum dilakukan oleh pimpinan di

Apotek Benowo Farma Surabaya

Disis lain bahwa pimpinan kurang memberi penjelasan terkait tugas

karyawan dan kurang mengkoordinasi dan mengarahkan karyawannya sehingga

karyawan sering melakukan kesalahan pada saat bekerja. Selanjutnya pemimpin

meminta bawahan untuk mematuhi peraturan kerja, misalnya piket kerja sesuai

jadwalnya, hadir di tempat kerja sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan

wajib mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di Apotek Benowo Farma

Surabaya.

5
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti akan melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Pola Komunikasi dan Kepemimpinan Situasional

terhadap Kinerja Pegawai Apotek Benowo Farma Surabaya”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana deskripsi Pola Komunikasi, Kepemimpinan Situasional, dan

Kinerja Pegawai di Apotek Benowo Farma Surabaya?

2. Apakah terdapat pengaruh simultan pola komunikasi dan kepemimpinan

situasional terhadap Kinerja Pegawai di Apotek Benowo Farma Surabaya?

3. Apakah terdapat pengaruh parsial pola komunikasi terhadap Kinerja Pegawai

di Apotek Benowo Farma Surabaya?

4. Apakah terdapat pengaruh parsial kepemimpinan situasional terhadap Kinerja

Pegawai di Apotek Benowo Farma Surabaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan Pola Komunikasi, Kepemimpinan

Situasional, dan Kinerja Pegawai di Apotek Benowo Farma Surabaya.

2. Untuk menganalisis pengaruh simultan pola komunikasi dan kepemimpinan

situasional terhadap Kinerja Pegawai di Apotek Benowo Farma Surabaya.

3. Untuk menganalisis pengaruh parsial pola komunikasi terhadap Kinerja

Pegawai di Apotek Benowo Farma Surabaya.

6
4. Untuk menganalisis pengaruh parsial kepemimpinan situasional terhadap

Kinerja Pegawai di Apotek Benowo Farma SurabAya.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terbagi dua, yaitu manfaat secara praktis dan

manfaat secara teoritis.

1. Manfaat Teoritis

Sebagai pengembangan konsep tentang kinerja pegawai yang dipengaruhi

oleh Pola Komunikasi dan Kepemimpinan Situasional.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

tambahan ilmu mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi Kinerja

Karyawan

2. Bagi Universitas Wijaya Putra, penelitian ini dapat dijadikan sebagai

bahan referensi untuk membuat penelitian yang berkaitan dengan Kinerja

Karyawan.

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan mampu menambah

pengetahuan, referensi, informasi serta wawasan teoritis tentang pola

komunikasi, gaya kepemimpinan dan eksistensi Kinerja karyawan.

4. Bagi Perusahaan, penelitian ini dapat dimanfaatkan terutama bagi mereka

yang menduduki posisi pimpinan untuk mengatur kebijakan mengenai

kinerja pegawai dengan memperhatikan pola komunikasi dan

kepemimpinan situasional.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kinerja Pegawai

2.1.1.1 Pengertian Kinerja

Istilah kinerja dimaksudkan sebagai terjemahan dari istilah "performance".

Menurut Kane (Sedarmayanti, 2016:135), kinerja bukan merupakan karakteristik

seseorang, seperti bakat atau kemampuan, tetapi merupakan perwujudan dari

bakat atau kemampuan itu sendiri. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa kinerja

merupakan perwujudan dari kemampuan dalam bentuk karya nyata. Kinerja

dalam kaitannya dengan jabatan diartikan sebagai hasil yang dicapai yang

berkaitan dengan fungsi jabatan dalam periode waktu tertentu.

Arifin (2016:211) menyatakan bahwa kinerja dipandang sebagai hasil

perkalian antara kemampuan dan motivasi. Kemampuan menunjuk pada

kecakapan seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu, sementara motivasi

menunjuk pada keingingan (desire) individu untuk menunjukkan perilaku dan

kesediaan berusaha. Orang akan mengerjakan tugas yang terbaik jika memiliki

kemauan dan keinginan untuk melaksanakan tugas itu dengan baik.

Mathis dan Jackson dalam Sasmita (2017) menyatakan bahwa kinerja

(performance) pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh

karyawan. Yuniarsih, dkk dalam Sasmita (2017) berpendapat bahwa kinerja

merupakan prestasi nyata yang ditampilkan seseorang setelah yang bersangkutan

8
menjalankan tugas dan peranannya dalam organisasi. Kinerja produktif

merupakan tingkatan prestasi yang menunjukkan hasil guna yang tinggi.

Noe (2015) berpendapat bahwa kinerja (performance) pada dasarnya adalah

apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Boudreau dan Milkovich

dalam Noe (2015) mengungkapkan bahwa kinerja karyawan merupakan tingkatan

dimana karyawan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan syarat-syarat yang telah

ditentukan.

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan, dapat disimpulkan

bahwa kinerja pegawai merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas pada

fungsi tertentu yang dilaksanakan pegawai. Hasil tersebut merupakan tingkatan

dimana pegawai menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan syarat-syarat yang telah

ditentukan.

2.1.1.2. Manfaat Penilaian Kinerja Karyawan

Menurut Prawisentono dalam Murty (2012:75) berpendapat bahwa,

“manfaat penilaian kinerja karyawan yang dilakukan secara objektif, tepat dan

didokumentasikan secara baik cenderung menurun potensi penyimpangan yang

dilakukan karyawan, sehingga kinerjanya diharapkan harus bertambah baik sesuai

dengan kinerja yang dibutuhkan perusahaan”. Disamping itu penilaian kinerja

karyawan merupakan sarana untuk memperbaiki karyawan yang tidak melakukan

tugasnya dengan baik dan membuat karyawan mengetahui posisi dan perannya

dalam menciptakan tercapainya tujuan perusahaan. Hal tersebut akan menambah

motivasi karyawan untuk berkinerja lebih baik lagi, karena masing-masing dapat

bekerja lebih baik dan benar sesuai dengan tanggung jawabnya.

9
2.1.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Kinerja karyawan adalah tingkat hasil yang dicapai karyawan pada fungsi

dan tugas tertentu sesuai dengan persyaratan kerja. Menurut Boudreau dan

Milkovich dalam Noe (2015), kinerja karyawan merupakan fungsi dari interaksi

tiga dimensi, yaitu:

1. Kemampuan (Ability) adalah kapasitas seorang individu untuk mengerjakan

berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan keseluruhan seorang

individu pada dasarnya tersusun dari dua perangkat faktor yaitu:

a. Kemampuan fisik yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang

menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan, yaitu berupa

faktor kekuatan dinamis, kekuatan tubuh, kekuatan statik, keluwesan

dinamis, koordinasi tubuh, keseimbangan dan stamina.

b. Kemampuan mental/intelektual, yaitu kemampuan yang diperlukan untuk

kegiatan intelektual seperti kecerdasan numerik, pemahaman verbal,

kecepatan perseptual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi

ruang dan ingatan.

2. Motivasi (Motivation) adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat apa yang

tinggi ke arah tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya

untuk memenuhi suatu kebutuhan individual.

3. Peluang (Opportunity). Peluang yang dimiliki oleh karyawan yang

bersangkutan, karena adanya halangan yang akan menjadi rintangan dalam

bekerja, meliputi dukungan lingkungan kerja, dukungan peralatan kerja,

ketersediaan bahan dan suplai yang memadai, kondisi kerja yang mendukung,

rekan kerja yang membantu, aturan dan prosedur yang mendukung, cukup

10
informasi untuk mengambil keputusan dan waktu kerja yang memadai untuk

bekerja dengan baik.

Mathis dan Jackson dalam Sasmita (2017) menyatakan bahwa kinerja

merupakan rangkaian yang kritis antara strategi dan hasil organisasi, banyak

faktor yang dapat mempengaruhi kinerja individu karyawan yaitu kemampuan

mereka, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka

lakukan dan hubungan mereka dengan organisasi.

Kinerja pegawai merupakan hasil sinergi dari sejumlah faktor. Faktor-faktor

tersebut adalah faktor lingkungan internal organisasi, faktor lingkungan

eksternal,dan faktor internal karyawan atau pegawai (Wirawan, 2015), masing-

masing faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor Internal Pegawai. Faktor-faktor dari dalam diri pegawai yang

merupakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika ia

berkembang. Faktor-faktor bawaan, misalnya bakat, sifat pribadi, serta keadaan

fisik dan kejiwaan. Sementara itu, faktor-faktor yang diperoleh, misalnya

pengetahuan, keterampilan, etos kerja, pengalaman kerja, dan motivasi kerja.

2. Faktor-Faktor Lingkungan Internal Organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya,

pegawai memerlukan dukungan organisasi tempat ia bekerja. Dukungan

tersebut sangat memengaruhi tinggi rendahnya pegawai. Sebaliknya, jika

sistem kompensasi dan iklim kerja organisasi buruk, kinerja karyawan akan

menurun. Faktor internal organisasi lainnya misalnya strategi organisasi,

dukungan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, serta

sistem manajemen dan kompensasi. Oleh karena itu, manajemen organisasi

11
harus menciptakan lingkungan internal organisasi yang kondusif sehingga

dapat mendukung dan meningkatkan produktivitas karyawan.

3. Faktor Lingkungan Eksternal Organisasi. Faktor-faktor lingkungan eksternal

organisasi adalah keadaan, kejadian, atau situasi yang terjadi di lingkungan

eksternal organisasi yang memengaruhi kinerja karyawan.

Gibson, dkk dalam Bima (2017) menyatakan bahwa ada tiga variabel utama

yang mempengaruhi kinerja individu, yaitu karakteristik individu, karakteristik

organisasi, dan karakteristik prsikologis. Lebih lanjut lagi, Gibson, dkk dalam

Bima (2017) menyatakan bahwa keterlibatan kerja (Job Involvement) dan

kepuasan kerja masuk dalam karakteristik individu.

Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai antara lain faktor internal atau

faktor dalam diri meliputi; fisik, kemampuan intelektual, motivasi, faktor bawaan

(bakat, sifat kepribadian) dan karakteristrik kepribadian. Faktor eksternal dan

lingkungan meliputi; peluang, dukungan yang diterima, kebudayaan pekerjaan,

faktor lingkungan (keadaan, kejadian, situasi dan peristiwa dalam organisasi) dan

karakteristik organisasi.

2.1.1.4. Indikator Kinerja Pegawai

Sehubungan dengan ukuran penilaian prestasi kerja maka kinerja pegawai,

menurut Simamora dalam Ade (2014:38), diukur dengan indikator-indikator

sebagai berikut:

1. Kuantitas hasil kerja, yaitu meliputi jumlah produksi kegiatan yang

dihasilkan.

2. Kualitas hasil kerja, yaitu yang meliputi kesesuaian produksi kegiatan

12
dengan acuan ketentuan yang berlaku sebagai standar proses pelaksanaan

kegiatan maupun rencana organisasi.

3. Ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan, yaitu pemenuhan kesesuaian

waktu yang dibutuhkan atau diharapkan dalam pelaksanaan kegiatan.

2.1.2 Komunikasi

Komunikasi merupakan aktivitas yang selalu dilakukan oleh individu, untuk

lebih memahaminya maka peneliti memaparkan tentang komunikasi dalam sub

bab-sub bab berikut ini.

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi

Organisasi pasti memiliki sumber daya manusia untuk menjalankan

kegiatannya, agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik maka diperlukan

hubungan yang baik antar anggota organisasi tersebut. Hubungan baik tersebut

dapat terjadi dengan adanya komunikasi. Menurut Bovee and Thil dalam Shabrina

& Aini (2019) kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicare yang

berarti memberi, mengambil bagian atau meneruskan sehingga terjadi sesuatu

yang umum (common), sama atau saling memahami.

Menurut Flippo dalam Mangkunegara (2016:136) komunikasi adalah

aktivitas yang menyebabkan orang lain menginterpretasikan suatu ide, terutama

yang dimaksudkan oleh pembicara atau penulis. Hovland, Janis dan Kelley dalam

Mangkunegara (2016) mengatakan bahwa communication is the process by which

an individual transmits stimuly (usually verbal) to modify the behaviour of other

individuals, dengan kata lain komunikasi adalah proses individu mengirim

13
stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang

lain.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

komunikasi adalah suatu kegiatan mengirimkan pesan atau berita dari pengirim

pesan dan diterima oleh penerima pesan sehingga pesan dapat dipahami dan dapat

mempengaruhi penerima pesan.

2.1.2.2 Unsur-unsur dalam komunikasi

Menurut Effendy dalam Shabrina (2019) unsur-unsur komunikasi adalah

sebagai berikut:

1. Sumber informasi (source) adalah orang yang menyampaikan pesan. Pada

tahap ini sumber informasi melakukan proses yang kompleks yang terdiri dari

timbulnya suatu stimulus yang menciptakan pemikiran dan keinginan untuk

berkomunikasi, pemikiran ini diencoding menjadi pesan, dan pesan tersebut

disampaikan melalui saluran atau media kepada penerima.

2. Encoding adalah suatu proses dimana sistem pusat syaraf sumber informasi

memerintahkan sumber informasi untuk memilih simbol-simbol yang dapat

dimengerti yang dapat menggambarkan pesan.

3. Pesan (Message) adalah segala sesuatu yang memiliki makna bagi penerima.

Pesan merupakan hasil akhir dari proses encoding. Pesan ini dapat berupa kata-

kata, ekspresi wajah, tekanan suara, dan penampilan.

4. Media adalah cara atau peralatan yang digunakan untuk menyampaikan pesan

kepada penerima. Media tersebut dapat berupa surat, telepon atau tatap muka

langsung.

14
5. Decoding adalah proses dimana penerima pesan menginterpretasikan pesan

yang diterimanya sesuai dengan pengetahuan, minat dan kepentingannya.

6. Feedback (Umpan Balik) adalah respon yang diberikan oleh penerima pesan

kepada pengirim sebagai tanggapan atas informasi yang dikirim sumber pesan.

Pesan ini dapat berupa jawaban lisan bahwa si penerima setuju atau tidak

setuju dengan informasi yang diterima.

7. Hambatan (Noise) adalah berbagai hal yag dapat membuat proses komunikasi

tidak berjalan efektif.

2.1.2.3 Model Komunikasi

Siapa Apa Saluran Siapa


(Pembicara) (Pesan) (Medium) (Audien) Efek

Gambar 2.1. Model Komunikasi Lasswell dalam Arni Mangkunegara

(2016:6)

Lasswell menggunakan lima pertanyaan yang perlu ditanyakan dan dijawab

dalam melihat proses komunikasi yaitu:

1. Who adalah menunjuk kepada siapa orang yang mengambil inisiatif untuk

memulai komunikasi.

2. Says what adalah berhubungan dengan isi komunikasi atau apa pesan yang

disampaikan dalam komunikasi tersebut.

3. Through what adalah melalui media apa. Yang dimaksudkan dengan media

adalah alat komunikasi, seperti berbicara, gerakan badan, kontak mata,

sentuhan, radio, televisi, surat, buku dan gambar.

15
4. To whom adalah menanyakan siapa yang menjadi audience atau penerima dari

komunikasi. Atau dengan kata lain kepada siapa komunikator berbicara atau

kepada siapa pesan yang ia ingin disampaikan diberikan.

5. What effect adalah efeknya dari komunikasi tersebut. Pertanyaan mengenai

efek komunikasi ini dapat menanyakan dua hal yaitu apa yang ingin dicapai

dengan hasil komunikasi tersebut dan kedua, apa yang dilakukan orang sebagai

hasil dari komunikasi.

2.1.2.4 Bentuk-Bentuk Komunikasi

Menurut Mangkunegara (2016:95) pada dasarnya ada dua bentuk dasar

komunikasi yang lazim digunakan dalam organisasi, yaitu komunikasi verbal dan

komunikasi non verbal.

a. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau

kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan.

Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan komunikasi

tulisan. Komunikasi lisan dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana

seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk

mempengaruhi tingkah laku penerima. Sedangkan komunikasi tulisan adalah

apabila keputusan yang akan disampaikan oleh pimpinan itu disandikan dalam

simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat lain yang bisa

dibaca, kemudian dikirimkan pada pegawai yang dimaksudkan.

b. Komunikasi non verbal

Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak

menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh,

16
sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka,

kedekatan jarak, dan sentuhan.

2.1.2.5 Format Interaksi Komunikasi

Mangkunegara (2016:158) mengungkapkan berdasarkan jumlah interaksi

yang terjadi dalam komunikasi, komunikasi tersebut dapat dibedakan atas tiga

kategori yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok kecil, dan

komunikasi publik.

1. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara

seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua

orang yang dapat langsung diketahui balikannya.

2. Komunikasi Kelompok Kecil

Komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat

mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain,

berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain,

dan berkomunikasi tatap muka.

3. Komunikasi Publik

Komunikasi publik adalah pertukaran pesan dengan sejumlah orang yang

berada dalam organisasi atau yang di luar organisasi, secara tatap muka atau

melalui media.

17
2.1.2.6 Fungsi Komunikasi

Effendy dalam Shabrina (2019) mengatakan bahwa komunikasi memiliki 4

fungsi yakni :

a. Kontrol

Komunikasi dengan cara-cara tertentu bertindak untuk mengontrol perilaku

anggota. Organisasi memiliki hierarki otoritas dan garis panduan formal yang

wajib ditaati oleh pegawai.

b. Motivasi

Komunikasi menjaga motivasi dengan cara menjelaskan kepada para pegawai

mengenai apa yang harus dilakukan, seberapa baik pekerjaan mereka, dan apa

yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja sekiranya hasilnya kurang

baik.

c. Ekspresi emosional

Bagi banyak pegawai, kelompok kerja mereka adalah sumber utama interaksi

sosial. Komunikasi yang terjadi dalam kelompok merupakan sebuah

mekanisme fundamental yang melaluinya para anggota menunjukkan rasa

frustasi dan rasa puas mereka.

d. Informasi

Komunikasi memberikan informasi yang dibutuhkan oleh individu dan

kelompok untuk mengambil keputusan dengan cara menyampaikan data untuk

mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan-pilihan alternatif yang ada.

18
2.1.2.7 Pengelompokan Komunikasi

Menurut Guffery dalam Bovee and Thil dalam Effendy dalam Shabrina

(2019):12) ditinjau dari segi formalitas, komunikasi organisasional bisa

dikelompokkan menjadi komunikasi informal dan formal.

1. Komunikasi Informal

Komunikasi informal merupakan suatu proses komunikasi yang terjadi diantara

para anggota organisasi tanpa menggunakan jalur komunikasi formal yang

berlaku di organisasi.

2. Komunikasi Formal

Komunikasi formal merupakan suatu arus komunikasi yang terjadi secara

formal sesuai dengan struktur organisasi.

Ditinjau dari arahnya, komunikasi formal bisa dikelompokkan menjadi tiga

yaitu:

1. Komunikasi ke bawah (downward communication)

Komunikasi ke bawah merupakan komunikasi yang terjadi antara seseorang

dengan bawahannya dalam suatu organisasi. Adapun bentuknya bisa berupa

memo, kebijaksanaan, perintah, presentasi, rapat, majalah organisasi, buletin

dan sebagainya.

2. Komunikasi ke atas (upward communication)

Komunikasi ke atas merupakan komunikasi dari bawahan ke atasan, dan

biasanya dalam laporan, baik tertulis maupun tidak.

3. Komunikasi sejajar (lateral communication)

Komunikasi sejajar merupakan komunikasi di antara orang-orang yang

mempunyai jabatan yang selevel tapi berbeda departemen.

19
Menurut Pace, R Wayne, Don F dan Faules dalam Shabrina (2019)

komunikasi formal terdiri dari dari empat arah aliran informasi.

1. Komunikasi Formal

a. Komunikasi ke Bawah

Komunikasi ke bawah dalam organisasi berarti bahwa informasi mengalir

dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih

rendah. Menurut Katz dan Kahn dalam Pace, R Wayne, Don F dan Faules

dalam Shabrina (2019) ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan

dari atasan kepada bawahan.

a) Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan;

b) Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan;

c) Informasi mengenai kebijakan dan praktik – praktik organisasi;

d) Informasi mengenai kinerja pegawai;

e) Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of

mision).

b. Komunikasi ke Atas

Komunikasi ke atas dalam organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari

tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia).

Komunikasi ke atas penting karena beberapa alasan:

a) Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan

keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi

kegiatan orang – orang lainnya.

20
b) Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan

mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan

menerima apa yang dikatakan kepada mereka.

c) Komunikasi ke atas memungkinkan bahkan mendorong omelan dan keluh

kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu

mereka yang paling dekat dengan operasi – operasi sebenarnya.

d) Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada

organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk

mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran – saran

mengenai operasi organisasi.

e) Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk menentukan apakah

bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah.

f) Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan

mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka

dengan organisasi tersebut.

g) Memberitahukan apa yang dilakukan bawahan tentang pekerjaan mereka,

prestasi, kemajuan, dan rencana – rencana untuk waktu mendatang.

h) Menjelaskan persoalan – persoalan kerja yang belum dipecahkan bawahan

yang mungkin memerlukan beberapa macam bantuan.

i) Memberikan saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit – unit mereka

atau dalam organisasi sebagai suatu keseluruhan.

j) Mengungkapkan bagaimana pikiran dan perasaan bawahan tentang

pekerjaan mereka, rekan kerja mereka, dan organisasi.

c. Komunikasi Horizontal

21
Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan –

rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu –

individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi

dan mempunyai atasan yang sama. Tujuan komunikasi horizontal adalah

sebagai berikut:

a) Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja;

b) Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan;

c) Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan

pegawai;

d) Perasaan bahwa penyelia dan manager tidak dapat dihubungi dan

tidak dianggap atas apa yang disampaikan pegawai.

d. Komunikasi Lintas saluran

Komunikasi lintas saluran merupakan salah satu bentuk komunikasi

organisasi dimana informasi diberikan melewati batas–batas fungsional atau

batas–batas unit kerja, dan diantara orang-orang yang satu sama lainnya

tidak saling menjadi bawahan atau atasan. Baik komunikasi horizontal

maupun komunikasi lintas saluran mencakup hubungan lateral yang penting

bagi komunikasi organisasi efektif.

e. Komunikasi Informal, Antar pribadi atau Selentingan

Informasi informal atau personal muncul dari interaksi diantara orang –

orang tanpa mengindahkan posisinya dalam organisasi, informasi ini

tampaknya mengalir dengan arah yang tidak dapat diduga, dan jaringannya

digolongkan sebagai selentingan. Dalam istilah komunikasi, selentingan

digambarkan sebagai “metode penyampaian laporan rahasia dari orang ke

22
orang yang tidak dapat diperoleh melalui saluran biasa”. Komunikasi

informal cenderung mengandung laporan “rahasia” tentang orang – orang

dan peristiwa yang tidak mengalir melalui saluran organisasi yang formal.

Informasi yang diperoleh melalui selentingan lebih memperhatikan “apa

yang dikatakan atau didengar oleh seseorang” daripada apa yang

dikeluarkan oleh pemegang kekuasaan. Paling tidak sumbernya terlihat

“rahasia” meskipun informasi itu sendiri tidak terlihat rahasia.

2.1.2.8. Indikator Komunikasi

Menurut Suranto dalam Maagrufah (2015) ada beberapa indikator

komunikasi yang efektif, yang meliputi pemahaman, kesenangan, sikap dan

tindakan. Oleh karena itu indikator komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Interaksi antar pegawai; yaitu terjadinya hubungan satu sama lain dalam hal

memperdalam pekerjaan yang dilakukan antar pegawai sehingga terjadinya

komunikasi yang baik

2. Kerjasama terpadu; saling bekerjasama dalam mencapai tujuan organisasi

3. Rasa kepedulian; terciptanya rasa peduli antar pegawai akan menciptakan

komunikasi yang baik

4. Pemahaman terhadap informasi yang dikomunikasikan; ketika sebuah

informasi sudah diterima dengan baik maka seorang pegawai akan

menjalankan perintah sesuai dengan arahan yang diberikan

5. Efektivitas komunikasi; yaitu komunikasi yang dilakukan hanya karena hal

pekerjaan

6. Komunikasi yang tidak menimbulkan konflik. Komunikasi dilakukan dengan

baik tidak menimbulkan masalah antar pegawai

23
2.1.3. Kepemimpinan Situasional

2.1.3.1. Pengertian Gaya Kepemimpinan Situasional

E. Mulyasa (2014) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah cara yang

dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Gaya

kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada

saat mempengaruhi anak buah, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan,

cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk

gaya kepemimpinan.

Wahyudi (2014) mengemukakan bahwa perilaku kepemimpinan yang

ditampilkan dalam proses manajerial secara konsisten disebut sebagai gaya (style)

kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dimaksudkan sebagai cara berperilaku yang

khas dari seorang pemimpin terhadap para anggota kelompok. Dengan demikian,

gaya kepemimpinan adalah cara pemimpin berperilaku secara konsisten terhadap

bawahan sebagai anggota kelompok.

Thoha (2014) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu pola

perilaku yang konsisten yang kita tunjukkan dan diketahui oleh pihak lain ketika

kita berusaha memengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain. Berdasarkan uraian di

atas dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu pola

perilaku yang secara konsisten diketahui oleh pihak lain ketika mempengaruhi

orang lain.

Salah satu faktor yang menunjukkan adanya perbedaan situasi organisasi

adalah tingkat kematangan dan perilaku kelompok atau bawahan. Tinggi-

24
rendahnya tingkat kematangan kelompok turut menentukan kemana

kecenderungan gaya kepemimpinan seorang pemimpin harus diarahkan.

Ashar Sunyoto Munandar dalam Thoha (2014) menyatakan bahwa teori

kepemimpinan situasional, yang dikembangkan oleh Harsey dan Blanchard

merupakan pengolahan dari model efektivitas pemimpin yang tiga dimensi,

didasarkan atas hubungan kurvaliner antara perilaku tugas dan perilaku hubungan

dan kedewasaan.

Stoner dan Freeman dalam Wahyudi (2014) menjelaskan bahwa teori

kepemimpinan situasional membangkitkan minat karena merekomendasikan suatu

tipe kepemimpinan yang dinamik dan luwes. Dalam gaya kepemimpinan

situasional, motivasi, kemampuan, dan pengalaman bawahan harus terus-menerus

dinilai agar dapat ditentukan kombinasi gaya yang paling tepat.

2.1.3.2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Gaya Kepemimpinan Situasional

Bernardine R. Wirjana dan Susilo Supardo dalam Thoha (2014) menyatakan

bahwa teori Situasional Hersey-Blanchard teori ini mengemukakan bahwa gaya

kepemimpinan harus disesuaikan dengan kematangan para anggota. Kematangan

diakses dalam hubungan dengan tugas spesifik dan mempunyai dua bagian

sebagai berikut:

1. Kematangan psikologis; kepercayaan diri, kemampuan dan kesiapan menerima

tanggung jawab.

2. Kematangan pekerjaan (job maturity): keterampilan dan pengetahuan teknis

yang relevan.

3. Bilamana kematangan para anggota bertambah, kepemimpinan harus lebih

berorientasikan pada hubungan dan bukan berorientasikan tugas. Untuk empat

25
derajat kematangan anggota, dari yang amat matang ke yang paling tingkat

matang, kepemimpinan dapat terdiri dari:

a. mendelegasikan kepada anggota,

b. berpartisipasi dengan anggota,

c. menjual/memberikan ide-ide kepada anggota, dan

d. memberitahukan anggota apa yang harus mereka kerjakan.

Berdasarkan uraian tentang gaya kepemimpinan situasional maka dapat

disimpulkan, gaya kepemimpinan situasional adalah cara mempengaruhi orang

lain atau kelompok sesuai dengan tingkat kematangannya. Kepemimpinan

situasional Hersey dan Blanchard dalam Thoha (2014), adalah kepemimpinan

yang didasarkan atas hubungan saling mempengaruhi antara lain sebagai berikut:

1. jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan,

2. jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan, dan

3. tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukkan dalam

melaksanakan tugas khusus, fungsi, atau tujuan tertentu.

2.1.3.3. Indikator Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan Situasional, menurut penjelasan Hersey dan Blanchard

dalam Thoha (2014) bahwa indikator Kepemimpinan Situasional ada tiga yaitu :

a. jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan,

b. jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan.

c. tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukkan dalam

melaksanakan tugas khusus, fungsi, atau tujuan tertentu.

26
2.2. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Penelitian & Judul & Sumber Tujuan Variabel & Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Thn Pustaka Teknik
Analisa Data
1 Ginting (2018) Pengaruh Disiplin Untuk menguji Vairabel : Hasil penelitian Variabel X Pada penelitian
Kerja dan dan X1 : Disiplin menunjukkan yang diteliti ginting tersebut
Komunikasi menganalisis Kerja bahwa hipotesis yaitu terdapat variabel
terhadap Kinerja pengaruh X2 : r 0,248 pada komunikasi X lain yaitu
Karyawan di PT disiplin kerja Komunikasi satuan kerja Dan variabel Disiplin kerja,
Lapangan Sekar dan komunikasi Y:Kinerja disiplin dan Y yaitu pada penelitian
Mulia Abadi. terhadap kinerja Karyawan 0,461 kinerja ini X yang lain
Sumber : karyawan pada merupakan unit karyawan adalah gaya
AJIE- Asian PT. Sekar Mulia Metode analisis komunikasi yang kepemimpinan
Journal of Abadi Medan data yang secara parsial
Innovation and digunakan memiliki
Entrepreneurship adalah analisis pengaruh
Vol. 3. Issue, 2 regresi signifikan
May 2018 berganda terhadap kinerja
karyawan dan
secara simultan
terdapat
pengaruh yang

27
signifikan dari
dua variabel
sebesar 26,2%
terhadap kinerja
karyawan pada
PT. Sekar Mulia
Abadi Medan

2 Kaunang, dkk Pengaruh Gaya Penelitian ini Vairabel : Hasil penelitian Variabel X Pada penelitian
(2018) Kepemimpinan bertujuan untuk X1 : Gaya ini menunjukkan yang diteliti kaunang dkk
dan Semangat menganalisis Kepemimpinan bahwa gaya yaitu gaya tersebut terdapat
Kerja terhadap dan X2 : Semangat kepemimpinan kepemimpinan variabel X lain
Kinerja Karyawan membuktikan Kerja dan semangat Dan variabel yaitu semangat
PT.PLN Persero pengaruh gaya Y:Kinerja kerja memiliki Y yaitu kerja, pada
Wilayah kepemimpinan Karyawan dampak positif kinerja penelitian ini X
Suluttenggo. dan semangat yang signifikan karyawan yang lain adalah
Sumber : kerja terhadap Teknik analisis terhadap kinerja komunikasi
Jurnal EMBA Vol kinerja data penelitian karyawan
6 No. 4 September karyawan bersifat
2018 kuantitatif
3 Wandi, dkk Pengaruh Penelitian ini Variabel: Hasil penelitian Variabel X Variabel X yang
(2019) Komunikasi bertujuan untuk X : ini menunjukkan yang diteliti diteliti hanya 1
terhadap Kinerja menganalisis Komunikasi bahwa yaitu yaitu
pegawai pada dan Y : Kinerja komunikasi komunikasi komunikasi
Badan membuktikan berpengaruh sedangkan di

28
Penanggulangan pengaruh Pegawai secara positif Dan variabel penelitian ini
Bencana Daerah Komunikasi dan signifikan Y yaitu terdapat 2 X
Provinsi Banten terhadap Analisis data terhadap kinerja kinerja
Sumber: Kinerja pegawai menggunakan pegawai BPBD karyawan
Jurnal Ekonomi pada Badan teknik regresi Provinsi Banten
Vokasi Vol 2 No 2 Penanggulangan linier sederhana dengan nilai t
Juli 2019 Bencana Daerah menggunakan hitung sebesar
Provinsi Banten bantuan 8,721 dengan
program SPSS tingkat
signifikansi
sebesar 0,000
4 Dermawan, dll Pengaruh Gaya Penelitian ini Variabel: Gaya Variabel X Pada penelitian
(2018) Kepemimpinan bertujuan untuk X : Gaya Kepemimpinan yang diteliti ini tidak
Situasional menjelaskan Kepemimpinan Situasional yaitu gaya memiliki
terhadap Kinerja pengaruh Y : Kinerja memiliki kepemimpinan variabel
Karyawan dengan variabel gaya Pegawai pengaruh pada Dan variabel intervening
Motivasi kerja kepemimpinan Z : Motivasi kinerja Y yaitu
sebagai variabel situasional Kerja karyawan kinerja
intervening terhadap dengan motivasi karyawan
variabel kinerja Peneliti kerja sebagai
karyawan menggunakan variabel
dengan motivasi path analisis intervening. Hal
kerja sebagai dengan SPSS tersebut
variabel versi 23. menunjukkan
intervening semakin tinggi

29
gaya
kepemimpinan
situasional akan
berdampak
positif pada
motivasi kerja
dan peningkatan
kinerja
karyawan
5 Lubis dan Pengaruh Pola Penelitian ini Variabel: Hasil penelitian Variabel X Variabel X yang
Furbani (2018) Komunikasi mengkaji X : ini menunjukan yang diteliti diteliti hanya 1
Pimpinan terhadap tentang pola Komunikasi bahwa pola yaitu yaitu
Kinerja Pegawai komunikasi Y : Kinerja komunikasi komunikasi komunikasi
Perpustakaan pemimpin Pegawai pemimpin baik Dan variabel sedangkan di
Universitas secara formal, komunikasi Y yaitu penelitian ini
Mataram informal, proses Teknik analisis formal, informal, kinerja terdapat 2 X
dan bentuk data proses dan karyawan
komunikasi menggunakan bentuk
terhadap kinerja Path Analysis komunikasi
pegawai di berpengaruh
perpustakaan terhadap kinerja
Univesitas pegawai
Mataram perpustakaan
Universitas

30
Mataram.
Sumber : Penelitian terdahulu, diolah (2020)

31
32

2.3. Kerangka Konseptual

Suriasumantri, 1986 dalam (Sugiyono, 2009:92) mengemukakan bahwa

seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun

kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran

merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek

permasalahan. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa

meyakinkan ilmuwan, adalah alur-alur pemikiran yang logis

dalammembangun suatu berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa

hipotesis. Jadi kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan

antara variabel yang disusundari berbagai teori yang telah dideskripsikan.

Selanjutnya dianalisis secara kritis dansistematis, sehingga menghasilkan

sintesa tentang hubungan antara variabel penelitian.Sintesa tentang hubungan

variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis

Harahap (2016) Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat

berjalan lancar dan berhasil dan begitu juga sebaliknya kurangnya atau tidak

adanya komunikasi organisasi dapat mecet atau berantakan. Dengan demikian,

komunikasi organisasi akan ikut menentukan baik buruknya kinerja pegawai.

Kaunang, dkk. (2018) dalam penenlitiannya menjelaskan bahwa dalam

setiap kegiatan organisasi mengharapkan karyawan agar mencapai tujuan

perusahaan diperlukan sumber daya manusia yang tepat. Kaunang dkk juga

menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan memiliki dampak positif yang signifikan

terhadap kinerja pegawai sehingga berdasarkan kondisi tersebut maka Kaunang,


33

dkk berharap adanya perbaikan di dunia kerja yang berkaitan dengan gaya

kepemimpinan.

Berdasarkan acuan tersebut di atas, maka kerangka konsep penelitian ini

dapat digambarkan sebagai berikut

Pola Komunikasi
(X1)

Kinerja Pegawai
(Y)

Kepemimpinan
Situasional
(X2)

Gambar 2.2 : Model Kerangka Penelitian

Keterangan:

: Pengaruh secara parsial

: Pengaruh secara simultan

2.4. Hipotesis

Menurut Dantes (2012:39), hipotesis yakni  merupakan praduga atau asumsi

yang harus diuji melalui data atau fakta yang diperoleh dengan melalui penelitian.

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis

penelitian ini adalah :

1. Terdapat pengaruh simultan pola komunikasi dan kepemimpinan

situasional terhadap kinerja pegawai Apotek Benowo Farma Surabaya


34

2. Terdapat pengaruh parsial pola komunikasi dan kepemimpinan situasional

terhadap kinerja pegawai Apotek Benowo Farma Surabaya

3. Terdapat pengaruh parsial kepemimpinan situasional terhadap kinerja

pegawai Apotek Benowo Farma Surabaya


35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

3.1.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini explanatory research, Menurut Silalahi,

(2011:65) bahwa penelitian explanatory research merupakan penelitian yang

menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan kuesioner

sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Pendekatan dalam penelitian ini

mengunakan pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan

angka-angka. Hal ini sependapat dengan Arikunto, (2010:28) menjelaskan

bahwa penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut

menguakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data

tersebut, serta penampilan hasilnya.

3.1.2. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan pendapat Saifudin (2011:75) pendekatan kuantitatif

adalah penelitian yang analisisnya lebih fokus pada data-data  numerikal

(angka) yang diolah dengan menggunakan metode statistika. Pada umumnya

penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif merupakan penelitian sampel

besar, karena pada pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian

inferensial yaitu dalam rangka pengujian hipotesis dan menyandarkan

kesimpulan pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil.


36

Menggunakan pendekatan ini, maka akan diperoleh signifikansi hubungan

antar variabel yang diteliti.

3.2. Definisi Operasional Variabel dan Indikator Variabel Penelitian

3.2.1.Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah definisi konsep secara operasional,

secara praktik, secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan

variabel terikat.

1. Variabel Bebas (Independent Variable), Variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi, yang menyebabkan timbulnya atau berubahnya variabel

terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pola

Komunikasi (X1) dan Kepemimpinan Situasional (X2).

2. Variabel Terikat (Dependent Variable), Variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi karena adanya variabel bebas. Variabel terikat yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kinerja pegawai (Y).

Menurut Flippo dalam Mangkunegara (2016:136) komunikasi adalah

aktivitas yang menyebabkan orang lain menginterpretasikan suatu ide, terutama

yang dimaksudkan oleh pembicara atau penulis. Stoner dan Freeman dalam

Wahyudi (2014) menjelaskan bahwa teori kepemimpinan situasional

membangkitkan minat karena merekomendasikan suatu tipe kepemimpinan

yang dinamik dan luwes. Kinerja adalah hasil seseorang secara keseluruhan

selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas, seperti standar hasil kerja,
37

target atau sasaran kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah

disepakati bersama (Veithzal, 2011:97).

3.2.2. Indikator Variabel Penelitian

Indikator variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

No. Variabel Indikator Sub Indikator


1 Kinerja (Y) a. Kualitas kerja,. 1) Sangat Setuju (SS)
b. Kuantitas Kerja. 2) Setuju (S)
c. Ketepatan Waktu. 3) Cukup Setuju (CS)
d. Efektivitas Biaya. 4) Tidak Setuju (TS)
e. Kebutuhan Pengawas 5) Sangat Tidak Setuju
f. Pengaruh (STS)
Interpersonal.
2 Pola a. Interaksi antar pegawai 1) Sangat Setuju (SS)
Komunikasi b. Kerjasama terpadu 2) Setuju (S)
(X1) c. Rasa kepedulian 3) Cukup Setuju (CS)
d. Pemahaman terhadap 4) Tidak Setuju (TS)
informasi yang 5) Sangat Tidak Setuju
dikomunikasika (STS)
e. Efektivitas komunikasi.
f. Komunikasi yang tidak
menimbulkan konflik
4 Kepemimpi d. jumlah petunjuk dan 1) Sangat Setuju (SS)
nan pengarahan yang 2) Setuju (S)
Situasional diberikan oleh 3) Cukup Setuju (CS)
pimpinan, 4) Tidak Setuju (TS)
(X2)
e. jumlah dukungan 5) Sangat Tidak Setuju
sosioemosional yang (STS)
diberikan oleh
pimpinan.
f. tingkat kesiapan atau
kematangan para
pengikut yang
ditunjukkan dalam
melaksanakan tugas
khusus, fungsi, atau
tujuan tertentu.
Sumber : Kajian Pustaka 2020 (diolah)
38

Dalam penelitian ini, setiap alternatif jawaban dalam koesioner diberi skor

penilaian sebagai berikut :

1. Skor 5 jika respoden menjawab kategon jawaban "SS"

2. Skor 4 jika respoden menjawab kategori jawaban "S"

3. Skor 3 jika respoden menjawab kategori jawaban "CS"

4. Skor 2 jika respoden menjawab kategon jawaban "TS"

5. Skor 1 jika respoden menjawab kategori jawaban "STS"

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Apotek Benowo Farma Surabaya yang

beralamatkan di JL Raya Kauman Benowo, 35-A RT 003/01, Surabaya, 60195,

Benowo, Pakal, Surabaya, Jawa Timur 60195

3.4. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

3.4.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2014:80) populasi adalah wilayah generalisasi,

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sedangkan menurut Arikunto (2010:173) populasi adalah keseluruhan dari

subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai Apotek

Benowo Farma Surabaya yang berjumlah 32 orang.


39

3.4.2. Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

(Arikunto 2013:74). Sedangkan menurut sugiyono (2013:118) sampel

merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah semua pegawai Apotek Benowo

Farma Surabaya yang berjumlah 32 orang.

3.4.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan data dari penelitian ini menggunakan teknik yang

diambil secara total atau menggunakan metode sensus sampling sehingga

keseluruhan populasi dijadikan sampel penelitian. Metode sensus adalah

teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel (Sugiyono, 2012:96). Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi

relatif kecil atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan

yang sangat kecil.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari responden

dimana data tersebut diperoleh melalui penyebaran daftar pertanyaan kepada

pegawai Apotek Benowo Farma Surabaya yang digunakan dalam penelitian

ini ada 2 jenis yaitu :

a. Data primer, adalah data yang dikumpulkan atau didapat secara langsung

ditempat penelitian atau diperoleh langsung dan responden melalui

penyebaran daftar pertanyaan.


40

b. Data skunder, dimana data ini diperoleh secara tidak langsung yaitu melaui

buku-buku atau literatur, dokumen dan laporan-laporan.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui

penyebaran untuk data primer, sedangkan dokumentasi digunakan sebagai

metode pelengkap untuk mengumpulkan data skunder. Adapun metode yang

digunakan secara rinci sebagai berikut:

a. Kuesioner yaitu alat pengumpul data dengan menggunakan lembaran-

lembaran yang telah disampaikan terdahulu kemudian disebar kepada

responden yang sampel penelitian.

b. Dokumentasi, yaitu data yang berasal dari internal maupun eksternal. Data

ini akan melengkapi data yang dikumpulkan melalui angket tersebut.

3.6. Metode Analisis Data

3.6.1. Pengujian Validitas

Validitas instrument penelitian ini menyangkut ketepatan alat ukur untuk

mengukur yang seharusnya diukur. Kuesioner penelitian ini harus mampu

mengukur variabel-variabel yang hendak diukurnya, baik variabel Y maupun

X. Sarwono, Jonathan (2008:6) mejelaskan rumusan korelasi yang digunakan

adalah r-Product – moment. Untuk mempermudah analisis digunakan bantuan

computer dengan tabel r Product-moment. Item pertanyaan yang r hitungnya <

dari r tabel, maka item tersebut dinyatakan gugur dan harus dibuang untuk

diganti dengan item baru. Sebaliknya, apabila r hitung > r tabel, maka item

pertanyaan itu dikatakan valid. Dengan ketentuan sebagai berikut:


41

 Item pertanyaan yang r < 0,3 maka item tersebut dinyatakan gugur dan

harus dibuang untuk diganti dengan item baru

 Apabila item pertanyaan r > 0,3 maka item pertanyaan itu dikatakan valid

3.6.2. Pengujian Reliabilitas

Pengujian reliabilitas merupakan alat ukur yang digunakan dalam

penelitian ini dapat dipercaya sebagai alat ukur atau tidak. Alat ukur dapat

dipercaya apabila digunakan beberapa kali pengukuran terhadap kelompok

subyek yang sama hasilnya relatif sama. Uji Reliabilitas menggunakan

koefisien Cronbach’s Alpha dengan bantuan SPSS. Pengujian dilakukan

dalam tahapan yaitu dengan membandingkan nilai pada Cronbach’s Alpha

dengan nilai pada Cronbach’s Alpha if item deleted. Jika Alpha rendah,

kemungkinan satu atau beberapa item tidak reliabel dan harus dilakukan tes

lanjutan guna melihat item-item tertentu yang tidak reliabel. Hasil uji

reliabilitas dengan nilai Cronbach’s Alpha > 0.6 =Reliabel.

3.6.3. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2016, 154) uji normalitas dilakukan untuk menguji

apakah dalam model regresi variabel bebas (independen) dan variabel terikat

(dependen) atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Apabila

variabel tidak berdistribusi secara normal maka hasil uji statistik akan

mengalami penurunan. Uji normalitas data dapat dilakukan dengan

menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov yaitu dengan ketentuan

apabila nilai signifikan diatas 0,05 maka data dinyatakan terdistribusi normal.
42

Sedangkan jika hasil One sample Kolmogorov Smirnov menunjukkan nilai

signifikan dibawah 0,05 maka data dinyatakan tidak terdistribusinormal.

3.6.4. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menghitung bagaimana

pengaruh darisuatu variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Analisa

korelasi dipakai untuk menghitung derajat keeratan hubungan antara variabel

bebas terhadap variabel terikatnya. Program komputer yang digunakan untuk

melakukan perhitungan ini adalah SPSS versi 25. Teknik analisa regresi linier

berganda dipergunakan untuk menghitung besarnya pengaruh dari variabel

bebas terhadap variabel terikat, rumusnya :

Y = a + b1X1+b2X2 + e

Keterangan :

Y = Kinerja pegawai

X1 = Pola Komunikasi

X2 = Kepemimpinan Situasional

b1b2 = Koefisien regresi yang berhubungan dengan variabel bebas

e = Standard error

3.6.5. Uji Hipotesis

Uji Hipotesis adalah cabang Ilmu Statistika Inferensial yang

dipergunakan untuk menguji kebenaran suatu pernyataan secara statistik dan

menarik kesimpulan apakah menerima atau menolak pernyataan tersebut.


43

Pernyataan ataupun asumsi sementara  yang dibuat untuk diuji kebenarannya

tersebut dinamakan dengan Hipotesis (Hypothesis) atau Hipotesa.

Dari hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya maka akan dilakukan

pengujian hipotesis yang akan dijelaskan pengaruh variabel bebas (X)

terhadap terikat (Y), pengujian hipotesis akan memastikan besarnya pengaruh

Pola Komunikasi dan Kepemimpinan Situasional terhadap kinerja pegawai

Apotek Benowo Farma Surabaya.

3.6.5.1. Uji t

Guna membuktikan kebenaran hipotesis pertama digunakan uji t yaitu

menguji kebenaran regresi parsial. Untuk menguji Hipotesis yang menyatakan

bahwa variabel Pola Komunikasi (X1) dan Kepemimpinan Situasional (X2)

secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai (Y)

digunakan t tes. Uji t ini, bila nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis nol (Ho)

diterima, hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Bila nilai signifikansi > 0,05, maka

hipotesis nol (Ho) ditolak, hipotesis alternatif (Ha) diterima.

3.6.5.2. Uji F

Untuk membuktikan kebenaran hipotesis pertama digunakan uji F,

untuk mengetahui apakah variasi perubahan nilai variabel bebas dapat

menjelaskan variasi perubahan nilai variabel terikat. pengujian Uji F ini

dimaksudkan untuk menguji koefisien regresi secara keseluruhan. Dengan

membandingkan Signifikansi dengan 0,05 apabila :


44

a. Nilai signifikansi < 0,05, Maka Ha diterima dan Ho ditolak. Ini berarti

bahwa variasi dari model regresi berhasil menerangkan variabel bebas

secara keseluruhan

b. Nilai signifikansi > 0,05, maka Ha ditolak dan Ho diterima. Ini berarti

bahwa variasi dari model regresi tidak berhasil menerangkan variasi

variabel bebas secara keseluruhan.

c. Untuk melihat kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variabel

tidak bebasnya dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi ganda

(R2). Semakin besar R2 atau semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan

bahwa variabel bebas yang digunakan dalam model semakin kuat dapat

menerangkan variasi tidak bebasnya. Jika R2 menunjukkan bahwa

proporsi/presentasi sumbangan variabel bebas terhadap variasi atau naik

turunnya variabel terikat. Nilai koefisien determinasi ganda (R2) itu sendiri

berada diantara 0 dan 1, atau 0 < R2 < 1.


45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Obyek Penelitian

Apotek Benowo Farma Surabaya merupakan Badan Usaha Swasta

Milik Perorangan. Apotek Benowo Farma Surabayadi kelola oleh APA

(Apoteker pengelola Apotek) yang bernama Nurul Aini

Armalifia,S.Farm.,Apt. Apotek Benowo Farma Surabaya berlokasi di JL

Raya Benowo, 35 RT 003/01, Surabaya, 60195, Benowo, Pakal, Surabaya,

Jawa Timur 60195. Apotek Benowo Farma Surabaya didirikan pada tanggal

18 november 2000. Tujuan awal didirikan Apotek Benowo Farma Surabaya

yaitu untuk memenuhi pelayanan resep dari dokter-dokter umum di sekitar

Apotek Benowo Farma Surabaya dan pada umumnya untuk melayani

kebutuhan obat, bahan obat, alat kesehatan serta perbekalan Farmasi lainnya

sesuai dengan kebutuhan masyarakat di sekitar Apotek.

Selain itu pendirian Apotek Benowo Farma Surabaya juga bertujuan

untuk Memberikan konseling, informasi, dan edukasi kepada pasien guna

meningkatkan pemahaman pasien terhadap obat, sehingga tercapainya

pengobatan yang rasional. Melakukan evaluasi penggunaan obat, berupa

monitoring terhadap obat yang digunakan oleh pasien sehingga tercapainya

keamanan penggunaan obat serta pengobatan yang rasional. Konsumen yang

dimiliki oleh Apotek Benowo Farma Surabaya meliputi konsumen dengan


46

resep dari luar Klinik Benowo Farma Surabaya serta konsumen yang

membeli OTC (Over The Counter) dan komoditi lainnya.

Bentuk pelayanan yang di layanin oleh Apotek Benowo Farma

Surabaya meliputi Pelayanan resep dari dokter umum. Apotek juga

melakukan Pelayanan penjual obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib

Apotek tanpa resep dokter.

4.1.1.2. Visi dan Misi Apotek Benoowo Surabaya

Visi :

Visi Apotek Benowo Farma Surabaya sebagai Apotek yang berorientasi

kepada pelanggan dengan mengutamakan pelayanan Kefarmasian secara

professional

Misi :

1. Memberikan pelayanan Kefarmasian berbasis pharmaceutical care kepada

masyarakat

2. Melakukan pelayanan informasi serta konsultasi obat dan kesehatan

kepada masyarakat

3. Menyediakan serta menyalurkan sediaan Farmasi dan perbekalan

kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat

4. Ikut menjaga dan memantau penggunaan obat di masyarakat

5. Memberikan citra dan wibawa Apotek sebagai suatu bisnis yang bersih,

terpercaya dan penuh tanggung jawab


47

6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan

kemampuan dan pengetahuan seluruh karyawan

7. Melaksanakan sistem manajemen yang efektif dan efisien

8. Mengevaluasi kinerja di Apotek secara rutin dan menyeluruh serta

senantiasa melakukan perbaikan

4.1.2 Karakteristik Responden

Jumlah responden yang diteliti pada penelitian ini adalah sebanyak 32

responden yang berasal dari Apotek Benowo Farma Surabaya dan masing-

masing responden akan dicatat karakteristiknya berdasarkan jenis kelamin,

usia, tingkat pendidikan, domisili, masa kerja dan mulai bekerja. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:

4.1.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1.:
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Laki-laki - -
2 Perempuan 32 100 %
Jumlah 32 100.0
Sumber: Data primer (2019) diolah

Dari tebel 4.1 diatas terlihat bahwa semua responden berjenis kelamin

perempuan sebanyak sebanyak 32 atau sebesar 100% responden.


48

4.1.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dibaca pada tabel

berikut:

Tabel 4.2 :
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 15-25 20 62.5%
2 >25-35 6 18.75%
3 >35-45 4 12.5%
4 >45 2 6.25%
Jumlah 32 100.0
Sumber: Data primer (2019) diolah
Berdasarkan tabel diatas diketahui. Responden berusia antara 15

tahun sampai dengan 25 tahun sebanyak 20 atau 62.5% responden.

Responden berusia antara lebih dari 25 tahun sampai dengan 35 tahun

sebanyak 6 atau 18.75% responden. Responden berusia antara lebih dari 35

tahun sampai dengan 45 tahun sebanyak 4 atau 12.5% responden.

Responden berusia lebih dari 45 tahun sebanyak 2 atau 6.25% responden.

4.1.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dibaca

pada tabel berikut:

Tabel 4.3:
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Jenis Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 SD - -
2 SMP - -
3 SMKF 29 90.6%
4 Perpegawaian Tinggi 3 9.4*
5 Pascasarjana - -
Jumlah 32 100.0
Sumber: Data primer (2019) diolah
49

Dari tabel 4.3 di atas dapat dijelaskan bahwa tidak ada tingkat

pendidikan responden yang berpendidikan SD dan SMP, yang

berpendidikan SMKF yaitu sebanyak 29 orang atau 90.6%, yang

berpendidikan perpegawaian tinggi sebanyak 3 atau 9.4%, dan tidak ada

yang berpendidikan pascasarjana

4.1.2.4. Masa Kerja

Karakteristik responden berdasarkan Domisili dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
No Masa Kerja Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Surabaya 28 87.5%
2 Gresik 4 12.5%
3 Sidoarjo - -
4 Mojokerto - -
5 Lain-lain - -
Jumlah 32 100.0
Sumber: Data primer (2019) diolah
Berdasarkan pada tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa pegawai yang

berdomisili di Surabaya sebanyak 28 atau 87.5% . Pegawai yang berdomisili

di Gresik sebanyak 4 atau 12.5%. Dan tidak ada pegawai yang berdomisili di

Sidoarjo, Mojokerto, dan kota lain.

4.1.3. Deskripsi Variabel Penelitian

4.1.3.1. Pola Komunikasi (X1)

Hasil analisis deskriptif variabel Pola Komunikasi dapat dijelaskan

sebagai berikut:
50

Tabel 4.7 :
Pola Komunikasi (X3)
Jawaban Jawaban Jawaban Jawaba Jawaba
A B C n n
No Indikator
D E
 %  %  %  %  %
1 Interaksi antar
11 34.4 10 31.3 11 34.4 - - - -
pegawai (X1.1)
2 Kerjasama
10 31.3 12 37.5 10 31.3 - - - -
terpadu(X.1.2)
3 Rasa kepedulian
8 25 14 43.8 10 31.3 - - - -
(X.1.3)
4 Pemahaman
terhadap 7 21.9 14 43.8 10 31.3 1 3.1 - -
informasi (X.1.4)
5 Efektivitas
Komunikasi 11 34.4 11 34.4 10 31.3 - -
(X.1.5)
6 Komunikasi yang
tidak
- -
menimbulkan
konflik (X1.6)
Sumber : Hasil tabulasi kuesioner (diolah), 2019
Berdasarkan tabel tersebut diatas, dapat dilihat indikator-
indikator tentangPola Komunikasi (X3) yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pada Indikator tentang Interaksi antar pegawai di Apotek Benowo Farma

Surabaya (X.1.1) sebanyak 11 pegawai atau sebesar (34.4%) responden

menyatakan sangat setuju, sebanyak 10 pegawai atau sebesar (31.3%)

responden menyatakan setuju, sebanyak 11 pegawai atau sebesar (34.4%)

responden menyatakan cukup setuju, tidak ada responden yang menjawab

kurang setuju dan responden yang menjawab tidak setuju.

2. Pada Indikator tentang Kerjasama terpadu di Apotek Benowo Farma

Surabaya (X.1.2) sebanyak 10 pegawai atau sebesar (31.3%) responden

menyatakan sangat setuju, sebanyak 12 pegawai atau sebesar (37.5%)

responden menyatakan setuju, sebanyak 10 pegawai atau sebesar (31.3%)


51

responden menyatakan cukup setuju, tidak ada responden menyatakan

kurang setuju dan tidak ada yang menjawab tidak setuju.

3. Pada Indikator tentang Rasa kepedulian di Apotek Benowo Farma

Surabaya (X1.3) sebanyak 8 pegawai atau sebesar (25.0%) responden

menyatakan sangat setuju, sebanyak 14 pegawai atau sebesar (43.8%)

responden menyatakan setuju, sebanyak 10 pegawai atau sebesar (31.3%)

responden menyatakan cukup setuju, tidak ada responden menyatakan

kurang setuju dan tidak ada yang menjawab tidak setuju.

4. Pada Indikator tentang Pemahaman terhadap informasi di Apotek

Benowo Farma Surabaya (X.1.4) sebanyak 7 pegawai atau sebesar

(21.9%) responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 14 pegawai atau

sebesar (43.8%) responden menyatakan setuju, sebanyak 10 pegawai atau

sebesar (31.3%) responden menyatakan cukup setuju, responden yang

menjawab kurang setuju sebanyak 1 atau sebesar (3.1%) dan tidak

responden yang menjawab tidak setuju.

5. Pada Indikator tentang Efektivitas Komunikasi di Apotek Benowo Farma

Surabaya (X1.5) sebanyak 11 pegawai atau sebesar (34.4%) responden

menyatakan sangat setuju, sebanyak 11 pegawai atau sebesar (34.4%)

responden menyatakan setuju, sebanyak 10 pegawai atau sebesar (31.3%)

responden menyatakan cukup setuju, tidak ada responden yang menjawab

kurang setuju dan tidak ada responden yang menjawab tidak setuju.

6. Pada Indikator tentang Komunikasi yang tidak menimbulkan konflik di

Apotek Benowo Farma Surabaya (X1.6) sebanyak 9 pegawai atau sebesar


52

(28.1%) responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 12 pegawai atau

sebesar (37.5%) responden menyatakan setuju, sebanyak 11 pegawai atau

sebesar (34.4%) responden menyatakan cukup setuju, tidak ada

responden yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju.

4.1.3.1 Lingkungan Kerja(X)

Hasil analisis deskriptif variabel lingkungan kerja dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Tabel 4.5 :
Kepemimpinan Situasional (X2)
Jawaban Jawaban Jawaban Jawaba Jawaba
N A B C n n
Indikator
o D E
 %  %  %  %  %
1 Jumlah petunjuk
1 1
yang diberikan 9 29.0 32.3 38.7 - - - -
0 2
(X2.1)
2 Jumlah dukungan
1
sosioemosional(X2.2 9 29.0 38.7 9 29.0 1 3.2 - -
2
)
3 Tingkat kesiapan
1 19.
dan 7 22.6 4 12.9 45.2 6 - -
4 4
kematangan(X1.3)
Sumber : Hasil analisis data (diolah), 2019

Berdasarkan tabel tersebut diatas, dapat dilihat indikator-indikator

tentang Kepemimpinan Situasional (X2) yang dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Pada Indikator tentang Jumlah petunjuk yang diberikan Apotek Benowo

Farma Surabaya (X1) sebanyak 9 pegawai atau sebesar (28.1%) responden

menyatakan Sangat setuju, sebanyak 10 pegawai atau sebesar (31.3%)

responden menyatakan Setuju, sebanyak 13 pegawai atau sebesar


53

(40.6%) responden menyatakan cukup Setuju, tidak ada responden

menyatakan kurang Setuju dan tidak ada responden yang menyatakan

tidak Setuju.

2. Pada Indikator tentang Jumlah dukungan sosioemosional di Apotek

Benowo Farma Surabaya (X.2) sebanyak 9 pegawai atau sebesar (28.1%)

responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 12 pegawai atau sebesar

(37.5%) responden menyatakan Setuju, sebanyak 10 pegawai atau sebesar

(31.3%) responden menyatakan cukup Setuju, responden yang menjawab

kurang Setuju sebanyak 1 atau sebesar 3.1% dan tidak ada responden

yang menjawab tidak Setuju.

3. Pada Indikator tentang Tingkat kesiapan dan kematangandi Apotek

Benowo Farma Surabaya (X.3) sebanyak 7 pegawai atau sebesar (21.9%)

responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 4 pegawai atau sebesar

(12.5%) responden menyatakan Setuju, sebanyak 15 pegawai atau sebesar

(46.9%) responden menyatakan cukup Setuju, sebanyak 6 pegawai atau

sebesar (18.8%) responden yang menyatakan kurang Setuju dan tidak ada

juga responden yang menyatakan tidak Setuju.

4.1.3.4 Kinerja (Y)

Hasil analisis deskriptif variabel kinerja pegawai dapat dijelaskan

sebagai berikut:
54

Tabel 4.8 :
Kinerja (Y)
Jawaban Jawaban Jawaban Jawaba Jawaba
A B C n n
No Indikator
D E
 %  %  %  %  %
1 kualitas kerja 19.
7 22.6 4 12.9 14 45.2 6 - -
(Y.1) 4
2 kuantitas 19.
7 22.6 4 12.9 14 45.2 6 - -
kerja(Y.2) 4
3 ketepatan
7 22.6 11 35.5 12 38.7 1 3.2 - -
waktu(Y.3)
4 efektivitas
11 35.5 13 41.9 7 22.6 - - - -
biaya(Y.4)
5 Kebutuhan
12 38.7 12 38.7 6 19.4 1 3.2 - -
Pengawas(Y.5)
6 pengaruh
12 38.7 12 38.7 6 19.4 1 3.2 - -
interpersonal(Y.6)
Sumber : Hasil tabulasi kuesioner (diolah), 2019
Berdasarkan tabel tersebut diatas, dapat dilihat indikator-
indikator tentangKinerjaPegawai (Y) yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pada Indikator tentang kualitas kerja pegawai yang ada di Apotek

Benowo Farma Surabaya (Y.1) sebanyak 6 pegawai atau sebesar (18.8%)

responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 5 pegawai atau sebesar

(15.6%) responden menyatakan setuju, sebanyak 14 pegawai atau sebesar

(43.8%) responden menyatakan cukup setuju, sebanyak 6 pegawai atau

sebesar (18.8%) responden yang menjawab kurang setuju dan sebanyak

1 pegawai atau sebesar (3.1%) responden yang menjawab tidak setuju.

2. Pada Indikator tentang kuantitas kerjaApotek Benowo Farma Surabaya

(Y.2) sebanyak 7 pegawai atau sebesar (21.9%) responden menyatakan

sangat setuju, sebanyak 4 pegawai atau sebesar (12.5%) responden

menyatakan setuju, sebanyak 15 pegawai atau sebesar (46.9%) responden


55

menyatakan cukup setuju, sebanyak 6 pegawai atau sebesar (18.8%)

responden menyatakan kurang setuju dan tidak ada yang menjawab tidak

setuju.

3. Pada Indikator tentang ketepatan waktu saat bekerja di Apotek Benowo

Farma Surabaya (Y.3) sebanyak 7 pegawai atau sebesar (21.9%)

responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 11 pegawai atau sebesar

(34.4%) responden menyatakan setuju, sebanyak 13 pegawai atau sebesar

(40.6%) responden menyatakan cukup setuju, sebanyak 1 pegawai atau

sebesar (3.1%) responden menyatakan kurang setuju dan tidak ada yang

menjawab tidak setuju.

4. Pada Indikator tentang efektivitas biaya maupun dengan atasan di

Apotek Benowo Farma Surabaya (Y.4) sebanyak 11 pegawai atau sebesar

(34.4%) responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 13 pegawai atau

sebesar (40.6%) responden menyatakan setuju, sebanyak 8 pegawai atau

sebesar (25%) responden menyatakan cukup setuju, tidak ada responden

yang menjawab kurang setuju dan tidak responden yang menjawab tidak

setuju.

5. Pada Indikator tentang kebutuhan pengawas Apotek Benowo Farma

Surabaya (Y5) sebanyak 12 pegawai atau sebesar (37.5 %) responden

menyatakan sangat setuju, sebanyak 12 pegawai atau sebesar (40.6%)

responden menyatakan setuju, sebanyak 6 pegawai atau sebesar (18.8%)

responden menyatakan cukup setuju, sebanyak 1 pegawai atau sebesar


56

(3.1%) responden yang menjawab kurang setuju dan tidak ada responden

yang menjawab tidak setuju.

6. Pada Indikator tentang pengaruh interpersonal Apotek Benowo Farma

Surabaya (Y5) sebanyak 12 pegawai atau sebesar (37.5 %) responden

menyatakan sangat setuju, sebanyak 12 pegawai atau sebesar (40.6%)

responden menyatakan setuju, sebanyak 6 pegawai atau sebesar (18.8%)

responden menyatakan cukup setuju, sebanyak 1 pegawai atau sebesar

(3.1%) responden yang menjawab kurang setuju dan tidak ada responden

yang menjawab tidak setuju.

4.1.4. Uji Validitas dan Reliabilitas

4.1.4.1 Hasil Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi pearson

product moment. Hasil korelasi (r) pearson digunakan untuk mendeteksi

validitas dari masing-masing item pernyataan. Item pernyataan valid jika

nilai (r) Pearson lebih besar dari nilai krisis pada tabel (r) Product Moment

korelasi Pearson Setuju dengan derajat kebebasan dan signifikansinya.

Harga koefisien korelasi yang minimal sama dengan 0.3. Dengan

demikian semua item yang memiliki korelasi kurang dari 0.3 dapat

disisihkan dan item-item yang akan dimasukkan dalam alat test adalah item-

item yang memiliki korelasi di atas 0.3 dengan pengertian semakin tinggi

korelasi itu mendekati angka 1 maka semakin setuju pula konsistensinya

(validitasnya).
57

Hasil pengukuran uji validitas ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.9 :
Hasil Uji Validitas
Nilai Koefisien Korelasi
Variabel Kesimpulan
Product Moment
X1.1 .451 Valid
X1.2 .628 Valid
X1.3 .427 Valid
X1.4 .684 Valid
X1.5 .496 Valid
X1.6 .479 Valid
X2.1 .660 Valid
X2.2 .659 Valid
X2.3 .658 Valid
Y1 .678 Valid
Y2 .633 Valid
Y3 .591 Valid
Y4 .467 Valid
Y5 .710 Valid
Y6 .710
Sumber : Hasil Analisis Data, 2019

Tabel tersebut menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan dalam

penilaian ini adalah valid, dimana nilai krisis (r) Product Moment dengan

derajat keabsahan. Nilai korelasi dari seluruh pertanyaan lebih besar nilai

kritisnya, yang berarti item-item pertanyaan dalam kuesioner telah

memenuhi syarat validitas.

4.1.4.2. Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas (keandalan) juga dilakukan pada ketiga variabel bebas

maupun variabel terikat. Dari hasil uji validitas, item-item pertanyaan dan

indikator yang dinyatakan valid diukur reliabilitasnya atau kendalanya

dengan bantuan program SPSS. Suatu alat ukur dinyatakan memiliki


58

reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya jika alat ukur tersebut mantab. Dapat

diartikan bahwa alat tersebut stabil, dapat diandalkan (dependability) dan

dapat juga diramalkan (predictability).

Uji reliabilitas didasarkan pada nilai Alpha Cronbach (α) lebih besar

dari 0.60, maka data penelitian dianggap cukup Setuju dan reliable untuk

digunakan sebagai input dalam proses penganalisasian data guna menguji

hipotesis penelitian. Hasil pengukuran reliabilitas ditunjukkan pada tabel

berikut.

Tabel 4.10 :
Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach Standar
Variabel Keterangan
Alpha Reliabilitas
Pola Komunikasi (X1) 0.630 0,60 Reliabel
Kepemimpinan
0.669 0,60 Reliabel
Situasional (X2)
Kinerja pegawai (Y) 0.783 0,60 Reliabel
Sumber : Hasil Analisis Data, 2019

Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha

Cronbach (α) > 0.6 (Sekaran, 2003). Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang

dilakukan menunjukkan bahwa nilai Alpha Cronbach (α) lebih besar dari

0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian yang telah dilakukan

dapat diandalkan untuk dilakukan analisis lebih lanjut.

4.1.5.Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan suatu data secara

statistik. Statistik deskriptif dalam penelitian ini merujuk pada nilai rata-rata
59

(mean) dari seluruh variabel dalam penelitian ini yaitu Kinerja pegawai (Y),

Pola Komunikasi (X1), dan Kepemimpinan Situasional (X2) sebagaimana

ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 4.11:
Descriptive Statistics
N Minimu Maximum Mean Std.
m Deviation
Pola 32 3.33 5.00 3.9584 4.2584
Komunikasi
Kepemimpina 32 3.00 5.00 3.7188 .60024
n Situasional
Kinerja 32 3.00 5.00 3.7925 .57249
pegawai
Valid N 32
(listwise)
Sumber: Hasil penelitian (2019) diolah

Dari data tersebut dapat diketahui variabel Pola Komunikasi memiliki

nilai mean sebesar 3.9584, variabel Keepemimpinan Situasional memiliki

nilai mean sebesar 3.7188, variabel Kinerja pegawai memiliki nilai mean

sebesar 3.7925. Untuk skala penilaian nilai mean pada masing-masing

variabel, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12.:
Kategori Interval
0,00- 1,80 Tidak baik
1,81- 2,60 Kurang baik
2,61- 3,40 Cukup baik
3,41- 4,20 Baik
4,21 – 5,00 Sangat baik
Sumber: Hasil penelitian (2019) diolah

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa variabel Pola Komunikasi

dalam kategori baik, variabel Kepemimpinan Situasional dalam kategori

baik, dan variabel kinerja pegawai juga dalam kategori baik.


60

4.1.6.Analisis Regresi Linier Berganda

Setelah mengetahui hasil penelitian statistik diskriptif selanjutnya

dilakukan analisis regresi linier berganda. Hasil analisis regresi linier

berganda dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.13. :
Hasil Analisis Regresi dengan Menggunakan SPSS
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) .325 .664
Pola Komunikasi .572 .167 .426
Kepemimpinan .498 .118 .522
Sumber : Hasil Penelitian (2019) diolah

Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana yang dirangkum dalam

tabel tersebut diatas, dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 0.325+0.572(X1)+ 0.498(X3) +e

Persamaan diatas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif dari

pola komunikasi dan kepemimpinan situasional terhadap peningkatan kinerja

pegawai.Nilai konstanta sebesar 0.325 mengandung makna bahwa apabila

tidak ada pola komunikasi dan kepemimpinan situasional serta variabel lain,

maka tingkat kinerja pegawai sebesar 0.325 satuan

Nilai 0.572 menunjukkan bahwa apabila ada kenaikan pada pola

komunikasi sebesar satu satuan maka akan meningkatkan kinerja pegawai

sebesar Nilai 0.572 satuan. Nilai 0.498 menunjukkan bahwa apabila ada

peningkatan dalam kepemimpinan situasional sebesar satu satuan akan

meningkatkan kinerja pegawai sebesar Nilai 0.498 satuan.


61

4.1.7.Pengujian Hipotesis

4.1.7.1. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh pola komunikasi dan

kepemimpinan situasional secara parsial terhadap kinerja pegawai. Hasl

analisis uji t pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.14. :
Hasil Analisis Regresi Uji-t

Model t Sig.

1 (Constant) .489 .628


Pola Komunikasi 3.425 .002
Kepemimpinan 4.206 .000
Sumber : Hasil Penelitian (2019) diolah

Berdasarkan tabel diatas perhitungan analisis Uji-t dengan program

SPSS dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Nilai t hitung untuk pola komunikasi sebesar 3.425 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0.002 karena nilai signifikansi 0.002 (lebih kecil dari

0,05), maka pola komunikasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap

kinerja pegawai. Oleh karena itu hipotesis yang menyatakan bahwa pola

komunikasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Apotek

Benowo Farma Surabaya diterima.

2. Nilai t hitung untuk kepemimpinan situasional sebesar 4.206 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0.000 karena nilai signifikansi 0.000 (lebih

kecil dari 0,05) maka kepemimpinan situasional mempunyai pengaruh

signifikan positif terhadap kinerja pegawai.Oleh karena itu hipotesis yang


62

menyatakan bahwa kepemimpinan situasional berpengaruh signifikan

terhadap kinerja pegawai Apotek Benowo Farma Surabaya diterima.

4.1.7.2. Uji F

Uji F dilakukan untuk menguji pengaruh Pola komunikasi dan

kepemimpinan situasional secara simultan terhadap Kinerja pegawai. Hasil

analisis uji F pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel anova sebagai

berikut :

Tabel 4.15 :
Hasil Analisis of Varians (ANOVA)
Sum of Df Mean F Sig
Model Square Square
1 Regression 6.119 2 3.059 21.952 .000b
Residual 4.042 29 .139
Total 10.160 31
Sumber : Hasil penelitian (2019) diolah

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai uji F hitung sebesar

21.952 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 artinya bahwa pola

komunikasi dan kepemimpinan situasional secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai.

Dengan demikian hipotesisyang menyatakan bahwa Pola komunikasi

dan kepemimpinan situasional secara simultan berpengaruh terhadap kinerja

pegawai diterima.

Kemudian unutuk mengukur besarnya konstribusi pengaruh pola

komunikasi dan kepemimpinan situasional terhadap kinerja pegawai dapat

dilihat dari nilai koefisien determinasi pada tabel berikut:


63

Tabel 4.16.:
Model Summary
R R Adjusted R Std Error of
Model Square Square the estimate
1 .776 .602 .575 .37331
Sumber : Hasil penelitian, (2019) diolah

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa koefisien determinasi

adalah sebesar 0.602 atau sebesar 60.2% Artinya bahwa sebesar 60.2%

kinerja pegawai dapat dijelaskan oleh pola komunikasi dan kepemimpinan

situasional sedangkan sisanya sebesar 39.8% dijelaskan oleh variabel lain

diluar peneltian ini.

4.2.Pembahasan

Hasil pengujian deskriptif statistik bahwa Pola Komunikasi dalam kategori

baik, variabel Kepemimpinan Situasional dalam kategori baik, dan variabel kinerja

pegawai juga dalam kategori baik.

Berdasarkan hasil analis data yang dilakukan variabel Pola Komunikasi

secara parsial mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja

pegawai. Hal tersebut didukung oleh penelitian terdahulu dari Ginting (2018)

komunikasi yang secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja

karyawan dan Wandi dkk (2019) yang menjelaskan bahwa komunikasi

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai BPBD Provinsi

Banten dengan nilai t hitung sebesar 8,721 dengan tingkat signifikansi sebesar

0,000. Dengan demikian dapat dikatakan apabila pola komunikasi mengalami

peningkatan, maka kinerja pegawai di Apotek Benowo Farma Surabaya juga akan

mengalami peningkatan yang signifikan.


64

Berdasarkan hasil analisis data secara parsial variabel kepemimpinan

situasional mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kinerja pegawai.Hal

tersebut juga diperkuat oleh penelitian terdahulu Kaunang, dkk (2018) gaya

kepemimpinan dan semangat kerja memiliki dampak positif yang signifikan

terhadap kinerja karyawan dan Dermawan, dkk (2018) bahwa Gaya

Kepemimpinan Situasional memiliki pengaruh pada kinerja karyawan dengan

motivasi kerja sebagai variabel intervening. Hal tersebut menunjukkan semakin

tinggi gaya kepemimpinan situasional akan berdampak positif pada motivasi kerja

dan peningkatan kinerja karyawan. Dengan demikian dapat dikatakan apabila

keoemimpinan situasional mengalami peningkatan, maka kinerja pegawai di

Apotek Benowo Farma Surabaya juga akan mengalami peningkatan yang

signifikan.

Berdasarkan analisi data dapat dijelaskan bahwa variabel pola komunikasi

dan kepemimpinan situasional secara simultan berpengaruh terhadap kinerja

pegawai di Apotek Benowo Farma Surabaya. Dengan demikian apabila secara

simultan maka akan berpengaruh pada perubahan kinerja pegawai di Apotek

Benowo Farma Surabaya. Apalagi bila dilihat dari Dari hasil analisis data

menunjukkan bahwa koefisien determinasi adalah sebesar 0.602 atau sebesar

60.2% Artinya bahwa sebesar 60.2% kinerja pegawai dapat dijelaskan oleh pola

komunikasi dan kepemimpinan situasional, sedangkan sisanya sebesar 39.8%

dijelaskan oleh variabel lain diluar peneltian ini.


65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang berkaitan dengan

permasalahan dan tujuan penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Lingkungan kerja, semangat kerja, kompetensi dan kinerja pegawai di

SMK Teknologi Bojonegoro semuanya dalam kondisi setuju.

2. Lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

pegawai Apotek Benowo Farma Surabaya.

3. Semangat kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

pegawai Apotek Benowo Farma Surabaya.

4. Kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai

Apotek Benowo Farma Surabaya.

5. Pola komunikasi dan kepemimpinan situasionalsecara simultan

berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai SMK Teknologi

Bojonegoro.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan

diatas, penulis mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat

memberikan manfaat dalam upaya peningkatan kinerja pegawai Apotek

Benowo Farma Surabaya yaitu sebagai berikut :


66

1. Perlu ada peningkatan pada kepemimpinan situasional, dikarenakan

kepemimpinan situasional mempunyai pengaruh signifikan dan paling

besar terhadap kinerja. Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan

semangat kerja antara lain dengan cara memberikan memberikan

petunjuk dan pengarahan bekerja, memberikan dukungan dan

sosioemosional, Pimpinan memiliki tingkat kesiapan dan kematangan

yang cukup baik dengan ditunjukkan pelaksanaan tugas khusus, fungsi,

dan tujuan tertentu

2. Selain kepemimpinan situasional, juga perlu meningkatkan variabel pola

komunikasi karena memiliki pengaruh yang besar pula terhadap kinerja,

meningkatkan interaksi antar pegawai, kemampuan bekerjasama antar

pegawai, memiliki rasa kepedulian terhadap sesama, memahami

mengenai informasi yang dikomunikasikan, memiliki kemampuan

komunikasi yang efektif, dan komunikasi yang tidak menimbulkan

konflik
67

DAFTAR PUSTAKA

Ade, K. 2014.Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi


Informasi, dan Sistem Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai
Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Pemerintah Kota Bandar
Lampung. Fakultas Ekonomi Bisnis. UNILA, Bandar Lampung
Arifin Johan, 2016, Praktikum tentang Analisis Kinerja DINSOSNAKERTRANS
Ponorogo Terhadap Penutupan Lokalisasi Kedung Banteng serta Dampak
Umum Ekonomi dan Sosial Masyarakat di Desa Kedung Banteng
Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Dermawan, dkk. 2018. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional terhadap
Kinerja Karyawan dengan Motivasi kerja sebagai variabel intervening
Fadude, Fikri Djafar. 2019. Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan
Kompetensi terhadap Kinerja Karyawan PT Bank Syariah Mandiri Cabang
Bitung. Jurnal EMBA Vol. 7 No. 1 Januari 2019. Universitas Sam Ratulangi
Ginting. 2018. Pengaruh Disiplin Kerja dan Komunikasi terhadap Kinerja
Karyawan di PT Lapangan Sekar Mulia Abadi. AJIE- Asian Journal of
Innovation and Entrepreneurship Vol. 3. Issue, 2 May 2018
Kaunang, dkk. 2018. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Semangat Kerja terhadap
Kinerja Karyawan PT.PLN Persero Wilayah Suluttenggo. Jurnal EMBA Vol
6 No. 4 September 2018
Kemby, Ester Faya, dkk. 2017. Pengaruh Kepemimpinan, Komunikasi dan
Motivasi terhadap Kinerja Karyawan pada BP2RD Provinsi Sulawesi Utara.
Jurnal EMBA Vol. 5 No. 3 September 2017. Universitas Sam Ratulangi
Lubis dan Furbani .2018. Pengaruh Pola Komunikasi Pimpinan terhadap Kinerja
Pegawai Perpustakaan Universitas Mataram
Mangkunegara, AA. Anwar Prabu, 2016, Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, , Bandung. Remaja Rosdakarya
Mariani, Lung Mah Indah dan Sariyathi Ni Ketut. 2017. Pengaruh Motivasi,
Komunikasi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan Warung Mina
Peguyangan di Denpasar. E-Jurnal Manajemen Unud Vol. 6 No. 7 2017 :
Universitas Udayana Bali
Mualldin, I. 2016. Kepemimpinan Transformasional dalam Kajian Teoritik dan
Empiris.
68

Mulyasa, E. 2014. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi


Aksara. Ed.1. Cet. 3
Murty, Hudiwinarsih. 2012. Pengaruh Kompensasi, Motivasi, dan Komitmen
Organisasional Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Akuntansi (Studi Kasus
pada Perusahaan Manufaktur Di Surabaya). Jurnal The Indonesian
Accounting Review Vol. 2. STIE Perbanas. Surabaya.
Noe. 2015. Human Resource Management. Ninth Edition. USA: Prentice Hall.
Rampengan Clief Briando L, dkk. 2019. Pengaruh Komunikasi, Pengawasan dan
Kualitas Kehidupan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Hotel Aryaduta
Manado. Jurnal EMBA Vol. 7 No. 3 Universitas Sam Ratulangi
Sasmita, Jumiati. 2017. Pengaruh Penghargaan Dan Kompetensi Terhadap Kinerja
Melalui Loyalitas Karyawan Hotel Bintang Lima Di Pekanbaru. Jurnal
Tepak Manajemen Bisnis. Vol 9. N0 3 : 131-142.
Sasono, Agus Dwi. 2015. “Pengaruh Motivasi, Insentif, dan Disiplin kerja
Terhadap Kinerja Karyawan PT. Telkomsel Grapari Pemuda Surabaya”. E-
Jurnal Ilmu Manajemen MAGISTRA Vol. 1 No.2. E-ISSN : 2442-4315
Sedarmayanti. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi Dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama.
Siagian, Sondang. P. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
BumiAksara.
Silalahi, Ulber. 2011. Asas-Asas Manajemen. Bandung: Refika Aditama.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :
Alfabeta.
Suwono, Budi Harton, dkk. 2019. Kinerja Pegawai Kantor Pertahanan Kabupaten
Tubam Ditinjau dari Kompetensi, Ketrampilan dan Kepemimpinan. JMM
Online Vol. 3 No.5: Kresna BIP
Thoha, M. 2014. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta :
Raja Grafindo Persada.
Utami, Ni Made Satya. 2014. Pengaruh Kepemimpinan, Kompetensi Karyawan,
Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Karyawan Asuransi Jiwa bersama
Bumi Putera 1912 Kantor Cabang Ubung Denpasar. Denpasar : Prosiding
Seminar Nasional Hasil Penelitian.
Wahyudi, joko. 2014. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi
Pembelajar(Learning Organization). (Bandung: Alfabeta)
69

Wandi, dkk. 2019. Pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja pegawai pada Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Banten. Jurnal Ekonomi Vokasi
Vol 2 No 2 Juli 2019
Wibowo. 2017. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers
Wirawan. 2015. Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi
dan Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
70

PENGARUH POLA KOMUNIKASI DAN


KEPEMIMPINAN SITUASIONAL TERHADAP
KINERJA PEGAWAI APOTEK BENOWO FARMA
SURABAYA

Kepada,
Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i Pegawai Apotek Benowo Surabaya
Di Tempat
Dengan hormat,
Kuesionerini kami tujukan untuk tugas akhir (skripsi) sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan
Manajemen di Universitas Wijaya Putra Surabaya. Adapun judul skripsi yang
sayabuatyaitu“Pengaruh Pola Komunikasi Dan Kepemimpinan Situasional
Terhadap Kinerja Pegawai Apotek Benowo Farma Surabaya ”.Dengan segenap
kerendahan hati, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk bersedia
meluangkan waktu mengisi kuesioner ini dengan jujur dan apaadanya.
Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan hanya digunakan untuk
kepentingan terbatas, dalam artian hanya diperlukan untuk penelitian ini saja.
Peneliti menjamin rahasia pribadi juga jawaban Bapak/Ibu/Saudara/i dalam
memberikan kebenaran data pada peneliti.
Atas bantuan dan kerjasamanya Bapak/Ibu/Saudara/i, saya ucapkan
terimakasih, dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Hormat saya,

Nazila Fatimah Bahabazi


71

KUESIONER PENELITIAN

Petunjuk Pengisian

Mohon berikan tanda Check List ( ) pada kolom yang dianggap paling
sesuai dengan pendapat Anda.

Keterangan Jawaban
5 : Sangat Setuju
4 : Setuju
3 : Cukup Setuju
2 : Kurang Setuju
1 : Tidak Setuju

Data Responden
a. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
 Laki – Laki
 Perempuan
3. Usia :
 15 – 25
 >25 – 35
 >35 – 45
 >45
4. Pendidikan :
 SD
 SMP
 SMA/ SMK
 Perguruan Tinggi
 Pasca Sarjana
5. Domisili :
 Surabaya
 Gresik
72

 Sidoarjo
 Mojokerto
 Lain - Lain
6. Berapa tahun anda bergabung pada Apotek Benowo Farma Surabaya
 1 tahun
 2 tahun
 >5 tahun
 Lainnya
7. Sejak kapan Anda bergabung di Apotek Benowo Farma Surabaya
 1 tahun yang lalu
 2 tahun yang lalu
 3 tahun yang lalu
 4 tahun yang lalu
 5 tahun yang lalu
 Lainnya
73

Daftar Pernyataan
Penilaian Responden

No Pernyataan 5 4 3 2 1
Kinerja Karyawan
1 Saya sangat memperhatikan kualitas kerja saya di
Apotek Benowo Farma
2 Saya sangat memperhatikan kuantitas kerja saya
di Apotek Benowo Farma
3 Saya sangat memperhatikan ketepatan waktu saya
dalam bekerja di Apotek Benowo Farma
4 Saya sangat memperhatikan efektivitas biaya
dalam bekerja di Apotek Benowo Farma
5 Saya membutuhkan pengawas dalam bekerja di
Apotek Benowo Farma
6 Saya memberikan pengaruh interpersonal ketika
bekerja di Apotek Benowo Farma
Pola Komunikasi
7 Saya selalu berinteraksi antar sesama pegawai
ketika bekerja di Apotek Benowo Farma
Surabaya
8 Saya memiliki kemampuan bekerjasama antar
pegawai dengan baik ketika saya bekerja di
Apotek Benowo Farma Surabaya
9 Saya memiliki rasa kepedulian terhadap sesama di
Apotek Benowo Farma Surabaya
10 Saya selalu memahami mengenai informasi yang
dikomunikasikan di Apotek Benowo Farma
Surabaya
11 Saya memiliki kemampuan komunikasi yang
efektif di Apotek Benowo Farma Surabaya
12 Saya selalu melakukan komunikasi yang tidak
menimbulkan konflik ketika saya bekerja di
Apotek Benowo Farma Surabaya
Kepemimpinan Situasional
13 Pimpinan cukup dalam memberikan petunjuk dan
pengarahan bekerja di Apotek Benowo Farma
Surabaya
14 Pimpinan cukup dalam memberikan dukungan
dan sosioemosional di Apotek Benowo Farma
Surabaya
15 Pimpinan memiliki tingkat kesiapan dan
kematangan yang cukup baik dengan ditunjukkan
pelaksanaan tugas khusus, fungsi, dan tujuan
tertentu
74

Anda mungkin juga menyukai