Anda di halaman 1dari 71

i

ANALISIS IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

TERHADAP CITRA PERUSAHAAN PADA PT. JASA RAHARJA (Persero)

KANTOR PERWAKILAN BOJONEGORO

SKRIPSI

Oleh :

NURUL ISTIQOMAH

NIM. 15010022

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI CENDEKIA

BOJONEGORO

TAHUN 2019

i
ii

ANALISIS IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(CSR) TERHADAP CITRA PERUSAHAAN PADA PT. JASA RAHARJA

(Persero) KANTOR PERWAKILAN BOJONEGORO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat


guna mencapai gelar Sarjana Manajemen
Program Studi Manajemen pada
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Cendekia
Bojonegoro

Oleh :

NURUL ISTIQOMAH
NIM.15010022

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II

DR. Ari Kuntardina.,S.T.,SE.,MM Ahmad Saifurriza.E.SHI.,MM


NIDN.0722047505 NIDN.0725058802

ii
iii

BIODATA SINGKAT PENULIS

Nama Lengkap : NURUL ISTIQOMAH

Nim : 15010022

Tempat, Tanggal Lahir : Bojonegoro, 04 November 1996

Agama : Islam

Pendidikan Sebelumnya : SMAN 4 Bojonegoro

Pekerjaan :-

Jabatan :-

Nama Istri/Suami :-

Nama Orangtua/Wali : Wachid

Alamat Rumah : Jl. Maswiji 35/006 Ds. Banjarsari, Kec. Trucuk

Alamat Kantor :-

Judul Skripsi : Analisis Implementasi Corporate Social

Responsibility (CSR) terhadap Citra Perusahaan

pada PT. Jasa Raharja (Persero) Kantor Perwakilan

Bojonegoro.

Bojonegoro, 04 April 2019

Mahasiswa/Penulis

NURUL ISTIQOMAH

iii
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT pencipta manusia dan alam semesta.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rosul Muhammad SAW.

Dari keteladanannya kita mendapatkan nilai-nilai acuan bagaimana berinteraksi

dengan sesame manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna meraih gelar Sarjana Ekonomi (SE) jenjang Strata-1 Program Studi

Manajemen, dan penelitiannya bertujuan untuk mengetahui, menganalisa suatu

masalah yang diangkat dalam skripsi ini dan mengambil manfaat dari hasil

kesimpulannya.

Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada :

1. Bapak Tri Suwarno, SH.,MM, selaku Ketua STIE CENDEKIA

2. Ibu Latifah Anom, SE.,MM selaku ketua Jurusan STIE CENDEKIA

3. Ibu DR.Ari Kuntardina, ST.,SE.,MM dan Bapak Ahmad Saifurriza Effasa,

SHI.,MM selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan petunjuk yang

berguna dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Para Dosen, Karyawan, dan rekan-rekan, dan semua pihak yang telah

memberikan berbagai bentuk bantuan dalam proses penelitian dan penulisan

skripsi ini.

5. Orangtua dan saudara-saudara kami tercinta yang telah memberikan dorongan

semangat dan bantuan lainnya yang sangat berarti bagi penulis.

6. Juga pihak lain yang terkait dalam penulisan skripsi ini.

iv
v

Akhirnya, sebagai hamba yang lemah, penulis menyadari bahwa skripsi ini

tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, penulis harapkan

saran dan kritik dari pembaca. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua khususnya bagi penulis sendiri.

Bojonegoro, 02 April 2019

Mahasiswa/Penulis

NURUL ISTIQOMAH

v
vi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................

ABSTRAK ..........................................................................................................

BIODATA PENULIS .........................................................................................

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................

DAFTAR TABEL ...............................................................................................

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................

A. Latar Belakang Masalah ......................................................

B. Fokus Penelitian....................................................................

C. Rumusan Masalah .................................................................

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KAJIAN EMPIRIK .......................

A. Kajian Pustaka ......................................................................

1. Pengertian Analisis ..........................................................

2. Pengertian Implementasi .................................................

3. Tentang CSR (Corporate Social Responsibility) .............

vi
vii

4. CSR dalam peraturan Perundang-Undangan ...................

5. Prinsip-Prinsip CSR .........................................................

6. Citra Perusahaan ..............................................................

7. Indikator Pembentuk Citra Perusahaan ...........................

8. Hubungan antara CSR dan Citra......................................

B. Kajian Empirik ....................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................

A. Metode Penelitian................................................................

B. Tempat Penelitian................................................................

C. Instrumen Penelitian............................................................

D. Situasi Sosial Dan Sampel Sumber Data ............................

E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................

F. Teknik Analisis Data ...........................................................

G. Pengujian Keabsahan Data ..................................................

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan perekonomian di dunia, khususnya di

Indonesia banyak sekali perusahaan-perusahaan yang telah berkembang pesat dan

menyumbang kekayaan pada Negara. Dengan adanya perusahaan-perusahaan

yang telah berkembang maka diharapkan dapat membantu kesejahteraan pada

lingkungan sekitar atau yang biasa disebut dengan stakeholder. Stakeholder juga

berperan penting dalam keberlangsungan suatu perusahaan, tanpa adanya

stakeholder perusahaan tidak mungkin bisa berdiri dengan kokoh. Stakeholder

merupakan pihak yang cukup berpengaruh dalam pendirian maupun

pengembangan suatu perusahaan.

Stakeholder merupakan pihak pemangku kepentingan atau beberapa

kelompok orang yang memiliki kepe

ntingan di dalam perusahaan yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh

tindakan dari bisnis secara keseluruhan. Dalam hal menyeimbangkan peran dan

hubungan antara stakeholder, maka perusahaan harus memiliki tanggung jawab

social atau yang biasa disebut dengan istilah CSR (Corporate Social

Responsibility) kepada para stakeholdernya jika menginginkan perusahaannya

terus beroperasi dalam jangka panjang, terlebih lagi dalam memaksimalkan

keuntungan.

1
2

Makna dari perusahaan bukan lagi sebagai entitas yang mementingkan diri

sendiri (selfish), alienasi dan/atau eksklusivitas dari lingkungan masyarakat,

melainkan sebuah entitas badan hokum (recht persoon) yang wajib melakukan

adaptasi sosiokultural dengan lingkungan dimana ia berada, serta dapat dimintai

pertanggungjawaban layaknya subjek hokum pada umumnya. Sebagai badan

hokum, perusahaan merupakan personifikasi dari manusia sebagai subjek hokum

(naturlijk persoon). Atas paradigm tersebut, maka CSR (Corporate Social

Responsibility) yang selama ini dilaksanakan dalam makna bersifat sukarela

(voluntary), ke depan harus bersifat keharusan (mandatory). Dasar dari paradigma

ini sendiri tidak terlepas dari amanat Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 yang

menegaskan bahwa “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas

demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, sertadengan menjaga

keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.

Secara teoritis CSR merupakan inti dari etika bisnis, dimana suatu

perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban ekonomis dan legal kepada

pemegang saham (shareholders), tetapi perusahaan juga mempunyai kewajiban-

kewajiban terhadap pihak lain yang berkepentingan (shareholders). Semua itu

tidak lepas dari kenyataan bahwa suatu perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi,

dan bertahan serta memperoleh keuntungan tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Jadi CSR lebih menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap kepentingan pihak-

pihak lain secara lebih luas (stakeholders) daripada hanya sekedar kepentingan

perusahaan itu sendiri. CSR itu sendiri merujuk pada semua hubungan yang
3

terjadi antara perusahaan dengan pelanggan (customers), karyawan (employers),

komunitas masyarakat, investor, pemerintah, dan pemasok (supplier).

Menurut ODA (Official Development Assistance), jika dilihat dari

berbagai kebijakan, program, dan proyek pemerintahan (public), stakeholders

dapat dikelompokkan atas tiga, yaitu ;

a. Primary stakeholders.

Merupakan stakeholders yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung

dengan suatu kebijakan, kegiatan, program, dan/atau proyek tertentu. Mereka

harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan,

mereka antara lain adalah masyarakat dan tokoh masyarakat, dan pihak manajer

public atau lembaga/badan public yang bertanggung jawab dalam pengambilan

dan implementasi suatu keputusan

b. Secondary stakeholders.

Adalah stakeholders yang tidak berkaitan kepentingan secara langsung terhadap

suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki kepedulian (concern) dan

keprihatinan, sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap sikap

masyarakat dan keputusan legal pemerintah. Stakeholders sekunder terdiri dari ;

lembaga(aparat) pemerintah, LSM, perguruan tinggi, dan badan usaha yang

terkait.

c. Key stakeholders

Adalah stakeholders yang memiliki kewenangan secara legal dalam hal

pengambilan keputusan. Stakeholders kunci yang dimaksud adalah unsure

eksekutif sesuai dengan levelnya, legislative, dan instansi terkait.


4

Kepedulian perusahaan ini sendiri terlihat dari komitmen perusahaan untuk

mempertanggungjawabkan segala dampak dari aktivitas usahaanya dalam dimensi

ekonomi, social, dan lingkungan (Triple Bottom Line (3BL)). Bagi perusahaan

yang konsisten menerapkan CSR dalam aktivitasnya, dalam jangka panjang akan

mendapatkan keuntungan dalam bentuk kepercayaan dari stakeholders-nya

(corporate image)terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sehigga kondisi ini

telah menjadi perhatian yang serius dari kalangan dunia usaha baik domestic

maupun Internasional. Fakta menunjukkan andanya korelasi positif antara

perusahaan yang menerapkan CSR dalam aktivitas usahanya dengan apresiasi

masyarakat. Oleh karena itu, penerapan CSR tidak lagi dianggap “cost” semata-

mata, melainkan sebagai investasi jangka panjang bagi perusahaan yang

bersangkutan.

CSR (Corporate Social Responsibility) atau tanggung jawab social

perusahaan adalah tanggungjawabnya terhadap masyarakat diluar tanggung jawab

ekonomis. Jika kita berbicara tentang tanggung jawab social perusahaan, kita

memaksudkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan demi suatu tujuan

social dengan tidak memperhitungkan untung atau rugi ekonomis (K.Bertens

:320). Paradigm agar perusahaan menerapkan CSR semakin lengkap berdasarkan

hasil survey yang dilakukan Suprapto dan Siti Adiprigadi Adiwoso pada tahun

2005 terhadap 375 Perusahaan di Jakarta. Hasil survey menunjukkan bahwa 166

(44,27%) perusahaan menyatakan tidak melakukan kegiatan CSR dan 209

(55.75%) perusahaan melakukan kegiatan CSR. Sedangkan bentuk CSR yang

dilakukan adalah kegiatan kekeluargaan (116 perusahaan), sumbangan pada


5

lembaga agama (50 perusahaan), sumbangan pada yayasan social (39 perusahaan),

pengembangan komunitas (4 perusahaan). Survey ini juga mengungkapkan bahwa

CSR yang dilakukan oleh perusahaan amat bergantung pada keinginan dari pihak

manajemen perusahaan. Sedangkan hasil survey kompas tentang penerapan CSR

tahun 2007 menunjukkan bahwa kegiatan CSR hanya dilakukan ±30% dari

keseluruhan perusahaan yang beroperasi di Indonesia, dan kegiatannya sendiri

lebih terfokus pada kedermawanan (philanthropy) dan kemurahan hati (charity)

dalam rangka membantu korban bencana alam.

Berpijak pada persoalan tersebut, pemerintah sebagai regulator telah

memasukkan klausula CSR dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal (UUPM) sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas (UUPT) sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995. Pada

sisi lain, dari berbagai tulisan dan penelitian menunjukkan bahwa CSR yang

berkembang di kalangan dunia usaha dewasa ini bukanlah murni atas dasar

kesadaran perusahaan, tetapi merupakan suatu tuntutan dalam rangka menghadapi

derasnya arus globalisasi dan tuntutan pasar bebas (free market). Kondisi ini

dipertajam lagi dengan terbentuknya ikatan-ikatan ekonomi dunia, WTO, AFTA,

UE dan lain sebagainya. Untuk bisa masuk dan berkompetisi di dalam ikatan

ekonomi tersebut harus terlebih dahulu mengantongi sertifikat tertentu, seperti

International Standart Organization (ISO) 14.000 dan 14.001 berkaitan dengan

manajemen lingkungan serta ISO 26.000 tentang petujuk standar internasional

tentang tanggung jawab social.


6

Di Indonesia sendiri jenis perusahaan ada banyak, dan salah satunya

adalah perusahaan yang sahamnya secara keseluruhan dimiliki oleh pemerintah

atau yang disebut dengan BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Sebagaimana

dinyatakan pada Pasal 2 huruf e Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bahwa maksud dan tujuan pendirian BUMN

adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha

golongan lemah, koperasi, dan masyarakat. Ketentuan yang sama juga ditegaskan

dalam pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 tentang

Perusahaan perseroan (Persero) atau (PP Persero).

Berdasarkan ketentuan pasal 2 huruf e UU BUMN dan Pasal 4 ayat (2) PP

Persero, Kementrian BUMN menindaklanjutinya dengan mengeluarkan

Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor Kep-236/MBU/2003 yang

mengharuskan setiap BUMN untuk menyelenggaraka Program Kemitraan Dan

Bina Lingkugan (PKBL). Lebih lanjut ketentuan mengenai PKBL ini diatur dalam

Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program

Kemitraan Badan Usaha Milik dan Program Bina Lingkungan sebagai pengganti

Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor Kep-236/MBU/2003.

Jasa Raharja merupakan perusahaan milik pemerintah atau Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang Jaminan Sosial Kecelakaan.

Program CSR Jasa Raharja dilakukan dengan dua program, yaitu program

kemitraan dan program bina lingkungan (PKBL) sesuai dengan dengan dasar

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN serta Peraturan Menteri

BUMN Nomor Per-02/MBU/2017 yang menyatakan maksud dan tujuan BUMN


7

tidak hanya mengejar keuntungan, melainkan turut aktif memberikan bimbingan

dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan

masyarakat. Program Kemitraan dilaksanakan pada pelaku usaha kecil dan

koperasi dengan pola pemberian pinjaman modal kerja dan atau investasi serta

memberikan bantuan hibah. Sementara itu, Program Bina Lingkungan diberikan

pada 6 sektor yaitu pendidikan, sarana ibadah, sarana kesehatan, sarana umum,

bencana alam dan pelestarian lingkungan (Kepmen BUMN No.05/MBU/07).

Namun yang menjadi focus penelitian ini adalah CSR pada program bina

lingkungan tentang sarana kesehatan masyarakat.

Hakikat pembangunan adalah manusia seutuhnya dan pembangunan

masyarakat Indonesia dengan segala totalitasnya, peradabannya, kebudayaannya,

dan agamanya. Demikian pula peningkatan iman dan taqwa serta kenyamanan

menjalankan ibadah menjadi bagian terpenting dan hak dasar dari hakikat

pembangunan manusia tersebut. Untuk mendukung pemenuhan hal itu PT. Jasa

Raharja (persero) telah berupaya memberikan bantuan kepada korban bencana

alam, pengerjaan sarana ibadah, peningkatan kesehatan masyarakat., serta

bantuan-bantuan langsung seperti Bedah Rumah bagi Veteran TNI dimana pada

tahun 2017 ini telah direalisasikan sebesar Rp. 31.000.000.000-,

Salah satu program Bina Lingkungan tersebut yang menjadi perhatian

saya adalah pada kesehatan masyarakat. PT. Jasa Raharja, salah satunya dengan

mengadakan kegiatan MUKL (Mobile Unit Keselamatan Lalu Lintas). Kegiatan

ini dilakukan selama dua bulan sekali dan bertempat di Terminal. Fungsi dari

dilakukannya kegiatan tersebut adalah selain sebagai pelayanan santunan kepada


8

masyarakat, juga sebagai sarana sosialisasi peran dan fungsi Jasa Raharja serta

sarana untuk pelayanan cek kesehatan dan pengobatan gratis. Dan sebagai

komitmen Jasa Raharja untuk senantiasa memberikan pelayanan terbaik kepada

masyarakat. Dengan dilakukannya kegiatan tersebut akan memberikan manfaat

bagi masyarakat.

MUKL ini juga berperan penting dalam menekan angka kecelakaan yang

dapat terjadi salah satunya karena factor kesehatan. Dengan adanya kegiatan

MUKL ini para penumpang dan pengemudi yang ada di Terminal akan diberikan

obat gratis dan pengecekan kesehatan agar saat mengemudi dapat berkonsentrasi

penuh dan terhindar dari kecelakaan lalu lintas. Namun dari kegiatan MUKL ini

kami menemukan beberapa masalah antara lain ; kegiatan MUKL ini hanya

dilakukan di satu tempat saja, yaitu di terminal dan jangka waktu untuk

melakukan kegiatan ini adalah dua bulan sekali. Padahal masih banyak pengemudi

kendaraan lain di tempat-tempat umum yang dapat menerima manfaat dari

kegiatan ini. Dan terminal di Bojonegoro juga tidak selalu ramai oleh penumpang,

atau masyarakat pengendara motor pada umumnya. Padahal mayoritas kecelakaan

terjadi pada pengendara motor/kendaraan pribadi. Sehingga menurut pandangan

saya, untuk pelaksanaan kegiatan ini kurang. Kegiatan ini mungkin saja

dilaksanakan di tempat-tempat umum lain dan dengan jangka waktu sekiranya

seminggu sekali untuk lebih memaksimalkan kegiatan tersebut dan tidak hanya di

satu tempat saja.

Sekaligus secara tidak langsung kegiatan MUKL tersebut dapat

mensosialisasikan PT. Jasa Raharja (Persero), dan masyarakat juga akan


9

menerima manfaat lain selain mendapat santunan ketika kecelakaan, karena

masyarakat juga ikut berkontribusi dalam membayar iuran dan santunan wajib

kepada Jasa Raharja. Selama ini mungkin banyak masyarakat yang belum begitu

paham apa itu Jasa Raharja, sehingga kegiatan ini selain sebagai CSR juga sebagai

sarana untuk sosialisasi kepada masyarakat. Setelah masyarakat mengetahui apa

itu jasa Raharja, dan mendapat manfaat dari kegiatan tersebut, masyarakat akan

bisa menilai bagaimana Jasa Raharja di mata masyarakat luas, kontribusi yang

diberikan apakah memberikan gambaran feedback yang baik dari masyarakat

dengan adanya Jasa Raharja tersebut.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, menarik untuk dicermati

mengenai Kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) dari PT. Jasa Raharja

yang salah satunya diimplementasikan dalam program Bina Lingkungan pada

kesehatan masyarakat sehingga dari kegiatan tersebut akan diketahui bagaimana

pandangan masyarakat mengenai kegiatan yang dilakukan tersebut dan bagaimana

pandangan masyarakat terhadap citra perusahaan (Corporate Image) yang

diciptakan melalui program CSR salah satunya di kegiatan MUKL ini. Atas dasar

pemikiran tersebut penulis merasa terdorong untuk melakukan penelitian

mengenai “ANALISIS IMPLEMENTASI CSR (Corporate Social Responsibility)

TERHADAP CITRA PERUSAHAAN PADA PT. JASA RAHARJA (Persero)

KANTOR PERWAKILAN BOJONEGORO”.


10

B. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi focus dalam penelitian yaitu mengenai

Program CSR (Corporate Social Responsibility) yang dilakukan oleh PT. Jasa

Raharja (Persero) Kantor Perwakilan Bojonegoro khususnya dalam bidang Bina

Lingkungan tentang kesehatan masyarakat melalui kegiatan MUKL (Mobile Unit

Keselamatan Lalu Lintas). Yang secara operasional didefinisikan sebagai tingkat

keberhasilan PT.Jasa Raharja dalam menyelenggarakan program CSR melalui

kegiatan MUKL ini kepada masyarakat sekitar Kabupaten Bojonegoro yang

menjadi ruang lingkup kerjanya. Penyelenggaraan Program CSR tersebut

berdasarkan Keputusan Menteri BUMN No.05/MBU/2007 tentang Program

Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Uasaha Kecil dan Program Bina

Lingkungan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang muncul pada

penelitian ini adalah sebagai berikut ;

a. Apakah kegiatan MUKL ini sudah efektif untuk sarana sosialisasi dan

sebagai implementasi dari Program CSR Bina Lingkungan dalam

menciptakan Citra Perusahaan Kepada masyarakat?

b. Bagaimana tanggapan masyarakat mengenai Kegiatan MUKL yang

diselenggarakan oleh PT. Jasa Raharja. Dan bagaimana Upaya Perusahaan

agar meningkatkan kegiatan MUKL tersebut demi terciptanya sebuah citra

positif dari masyarakat?


11

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian :

a. Untuk mengetahui bagaimana masyarakat memandang keberadaan dari

Jasa Raharja dengan adanya program CSR salah satunya MUKL ini.

b. Untuk mengetahui apakah dengan adanya MUKL sudah cukup efektif

dalam menjalankan fungsi gandanya.

c. Untuk mengetahui bahwa kegiatan tanggung jawab sosial atau CSR

suatu perusahaan tentunya dapat menimbulkan citra yang dapat

dirasakan oleh masyarakat yang memperoleh manfaat.

2. Manfaat Penelitian :

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan yaitu :

a. Secara akademis, penelitian ini dharapkan dapat memberikan kontribusi

terhadap perkembangan konsep keilmuan serta sebagai bahan untuk

penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan masalah Corporate

Social Responsibility maupun sebagai bahan kajian perbandingan bagi

yang menggunakannya.

b. Secara Praktis, Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan

sebagai bahan informasi lebih lanjut guna meningkatkan efektivitas dari

kegiatan Tanggungjawab sosial perusahaan dalam kegiatan MUKL dan

diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk kemajuan


12

dan alat introspeksi atas kelemahan prosedur yang digunakan dan

memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sekitar.

c. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini merupakan sebuah kajian yang

dapat membuka wawasan dan menarik untuk terus digali dan dapat

dikembangkan, sehingga Program Corporate Social Responsibility

khususnya dalam Bidang Bina Lingkungan pada kesehatan masyarakat

dapat diterapkan secara efektif oleh PT.jasa Raharja (Persero) Kantor

Perwakilan Bojonegoro dan dapat dirasakan oleh masyarakat banyak

d. Bagi Penulis, penelitian ini merupakan sarana peningkatan kemampuan

ilmiah penulis dari teori-teori yang telah didapat dalam Etika

Perusahaan dan Corporate Social Responsibility (CSR). Penelitian ini

juga memberikan pemahaman lebih luas tentang pelaksanaan program

CSR yang lebih baik.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KAJIAN EMPIRIK

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Analisis

Definisi mengenai analisis, yaitu menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia kata analisis memiliki lima pengertian yaitu :

a. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,

perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang

sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya),

b. Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya

dan menelaah bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk

memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti

keseluruhan.

c. Analisis adalah penyelidikan kimia dengan menguraikan sesuatu

untuk mengetahui zat bagiannya dan sebagainya.

d. Analisis adalah penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya.

e. Analisis adalah pemecahan persoalan yang dimulai dengan

dugaan akan kebenarannya.

Melihat pengertian tersebut analisis yang peneliti gunakan yaitu

pengertian analisis yang pertama. Yaitu untuk menelaah secara

mendalam dan sistematis terhadap program Corporate Social

Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh PT.Jasa Raharja

(Persero) Kantor Perwakilan Bojonegoro khususnya dalam

13
14

program Bina lingkungan yaitu tentang pelayanan kesehatan

masyarakat. Yang dapat memberikan keterangan tentang tugas

dan tanggung jawab, untuk pelaksanaan program tersebut

sehingga menciptakan kesan perusahaan (corporate image) yang

baik oleh masyarakat.

2. Pengertian Implementasi

Arti implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah pelaksanaan/penerapan. Sedangkan pengertian umum adalah

suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun secara

cermat dan rinci (matang). Dalam kalimat lain implementasi itu

sebagai penyedia sarana untuk melaksanakan sesuatu yang

menyebabkan dampak terhadap sesuatu. Menurut Totnanatzky &

Johnson (1982) dalam (Subandjinah, 1996:305) implementasi adalah

sebagai terjemahan segala proses teknik atau metode apapun dari

pengetahuan ke praktik.

Pengertian lain dari Van Meters dan Van Horn (1975) dalam

jurnal Rickhy George (2013:158), Implementasi kebijakan sebagai

tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau

pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang

diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam

keputusan kebijaksanaan. Jenkins (1978) menyatakan bahwa studi

Implementasi adalah studi perubahan; bagaimana perubahan terjadi,

bagaimana kemungkinan perubahan bisa dimunculkan. Ia juga


15

merupakan studi tentang mikro struktur dari kehidupan politik;

bagaimana organisasi diluar dan didalam system politik menjalankan

urusan mereka dan berinteraksi satu sama lain, apa motivasi-motivasi

mereka bertindak secara berbeda. Sedangkan menurut Pressman dan

Wildavsky (1973) implementasi dinyatakan sebagai sebuah proses

interaksi antara penentuan tujuan dan tindakan untuk mencapai tujuan

tersebut.

Memperhatikan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan

bahwa implementasi adalah suatu bentuk pelaksanaan suatu kegiatan

berdasarkan kebijakan atau kesepakatan bersama demi tercapainya

sebuah tujuan perusahaan. Baik perusahaan swasta maupun perusahaan

milik Negara pasti mempunyai sebuah tujuan yang ingin dicapai

bersama, dengan mengimplementasikan sebuah kebijakan yang telah

disepakati bersama dengan kejujuran maka akan tercipta sebuah

pelayanan yang bagus untuk masyarakat.

Salah satu pengimplementasian kebijakan yang dibuat bersama

adalah kebijakan mengenai Pelaksanaan Program CSR (Corporate

Social Responsibility), dimana dengan pelaksanaan CSR kepada

masyarakat sekitar perusahaan, masyarakat akan merasakan manfaat

dari program CSR tersebut kemudian akan menciptakan sebuah kesan

yang ditimbulkan akibat dari kegiatan tersebut.


16

3. Tentang Corporate Social Responsibility (CSR)

Sampai sekarang ini belum adanya kesatuan bahasa terhadap

CSR, namun secara empiris CSR ini telah diterapkan oleh perusahaan

dalam berbagai bentuk kegiatan yang didasarkan atas kesukarelaan

(voluntary). CSR tersebut, dilakukan dengan motivasi yang beragam,

tergantung pada sudut pandang dan bagaimana memaknai CSR itu

sendiri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat beberapa rumusan tentang

CSR sebagai berikut.

a. The World Bussiness Council for Sustainable Development

(WBCSD) merumuskan CSR sebagai

“The continuing commitment by business to behave ethically


and contribute to economic development while improving the
quality of life of the workforce and their families as well as of
the local community and society at large to improve their
quality of life”.

b. World Bank

Lembaga keuangan global ini merumuskan CSR sebagai

“The commitment of business to contribute to sustainable


economic development working with employees and their
representatives, the local community and society at large to
improve quality of life, in ways that are both good for business
and good for development”.

c. CSR Foum juga memberikan rumusan pengertian tentang CSR

yaitu:

“CSR mean open and transparent business practice that are


based on ethical values and respect for employees, communities,
and environtment”.
17

d. European Union

European Union atau Uni Eropa sebagai lembaga perhimpunan

Negara-negara di benua Eropa merumuskan pengertian CSR

sebagai

“….is a concept whereby companies integrate social and


environtmental concerns in their business operations and in
their interaction with their stakeholders on a voluntary basic”.

Lebih lanjut lagi The European Commision juga menjelaskan

kembali bahwa CSR adalah

“Being Socially responsibility means not only fulfilling legal


expectations, but also going beyond compliance and investing
more into human capital, the environtment, and relations with
stakeholders”.

e. Business for Social Responsibility Merumuskan CSR sebagai


“Operating a business in a manner that meets or exceeds the
ethical, legal, commercial, and public expectations that society
has of business. Social responsibility is a guiding principle for
every dicision made and in every area of a business”.

Bila dikritisi rumusan CSR tersebut diatas, maka secara prinsip

rumusan WBCSD dengan World Bank sama-sama menekankan CSR

sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan

ekonomi berkelanjutan, bekerjasama dengan karyawan, keluarga

karyawan, dan masyarakat setempat (lokal) dalam rangka

meningkatkan kualitas kehidupan. Namun, rumusan World Bank

menambahkan penekanan pada kemanfaatan aktivitas CSR bagi usaha

dan pembangunan (in ways that are both good for business and good

for development). Sedangkan rumusan European Union hanya

menggambarkan CSR sebagai suatu konsep, bagaimana suatu


18

perusahaan berusaha mengintegrasikan aspek social dan lingkungan

serta stakeholders atas dasar “voluntary” dalam melakukan aktivitas

usahanya. Pengintegrasian ini tidak hanya kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan yang ada, tetapi meliputi kerelaan

berinvestasi ke dalam pengembangan manusia, lingkungan, dan

hubungan dengan stakeholders.

Sedangkan rumusan dari CSR forum sendiri hanya menegaskan

bahwa CSR merupakan keterbukaan dan transparan dalam dunia

bisnis ynag didasarkan atas nilai etika dan respek terhadap karyawan,

komunitas, dan lingkungan. Begitu pula halnya rumusan CSR dari

Business for Social Responsibility USA hanya menekankan bahwa

aktivitas suatu bisnis harus dilakukan secara etis, mentaati aturan

hokum yang berlaku, sehingga CSR merupakan petunjuk (guideline)

dalam setiap pengambilan keputusan bisnis.

Pengertian dan konsep CSR terus mengalami perkembangan,

sebagaimana diungkapkan oleh pakar akuntansi bahwa perkembangan

CSR berangkat dari istilah akuntansi lingkungan yang sebenarnya

sama artinya dengan akuntansi social ekonomi (social economic

accounting). Atas dasar tersebut, Davis dan Frederic (1992) dalam

(Asheri Busyra:27) menyatakan bahwa CSR adalah sebagai kewajiban

organisasi bisnis atau perusahaan untuk mengambil bagian dalam

kegiatan yang bertujuan melindungi serta meningkatkan kesejahteraan


19

masyarakat secara keseluruhan disamping kegiatan-kegiatan yang

bertujuan untuk kepentingan organisasi itu sendiri.

Menurut Mu’man Nuryana (2005) dalam (Asheri Busyra : 28),

CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan

kepedulian social dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi

mereka dengan pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan

prinsip kesukarelawanan dan kemitraan. Sedangkan penulis sendiri

merumuskan pengertian CSR adalah sebagai komitmen perusahaan

untuk melaksanakan kewajiban yang didasarkan atas keputusan untuk

mengambil kebijakan dan tindakan dengan memperhatikan

kepentingan pra stakeholders dan lingkungan dimana perusahaan

melakukan aktivitasnya yang berlandaskan pada ketentuan hokum

yang berlaku.

Menurut Prince of Wales International Business Forum, ada

lima pilar aktivitas CSR yaitu sebagai berikut ;

a. Building human capital adalah berkaitan dengan internal

perusahaan untuk menciptakan sumber daya manusia yang handal,

sedangkan secara eksternal perusahaan dituntut melakukan

pemberdayaan masyarakat.

b. Strenghtening economies adalah perusahaan dituntut untuk tidak

menjadi kaya sendiri sementara komunitas di lingkungannya

miskin. Perusahaan harus memberdayakan ekonomi sekitarnya.


20

c. Assessing social chesion adalah upaya untuk menjaga

keharmonisan dengan masyarakat sekitarnya agar tidak

menimbulkan konflik.

d. Encouraging good governance adalah perusahaan dalam

menjalankan bisnisnya, harus mengacu pada Good Corporate

Governance (GCG).

e. Protecting the environment adalah perusahaan harus beruapaya

keras menjaga kelestarian lingkungan.

Kelima pilar aktivitas tersebut, menunjukkan bahwa CSR jauh

lebih luas cakupannya dibandingkan dengan community

development. Perbedaan paling mendasar terlihat dari ruang

lingkup CSR yang meliputi aspek ekonomi, social, dan

lingkungan. Program yang dijalankan tidak bersifat jangka pendek

(short therm) dan sekedar membagi-bagi kedermawanan, tetapi

bersifat berkelanjutan (sustainable). Monitoring serta evaluasi

program sangat dibutuhkan agar kegiatan berlangsung tepat

sasaran, bahkan laporan (reportig) sebagai cerminan output

dijadikan sebagai umpan balik. Hal inilah yang menjadi cirri khas

CSR meskipun bersifat sukarela.

4. Corporate Social Responsibility dalam peraturan perundang-undangan

Karena yang menjadi focus penelitian oleh peneliti adalah pada

perusahaan BUMN, maka penulis akan membahas tentang Corporate

Social Responsibility bagi perusahaan BUMN. Badan Usaha Milik


21

Negara (BUMN) sebagai salah satu pelaku ekonomi dalam system

perekonomian nasional, disamping badan usaha milik swasta dan

koperasi. BUMN ikut berperan menghasilkan barang dan/atau jasa

yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. Untuk itu perlu dilakukan penataan system

pengelolaan dan pengawasannya melalui ketentuan peraturan

perundang-undangan tersendiri. Atas pertimbangan tersebut,

dikeluarkanlah Undang-Undang No.19 Tahun2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara (UU BUMN)

Pendirian BUMN ini sendiri mempunyai maksud dan tujuan

sebagaimana ditegaskan pada Pasal 2 ayat (1) huruf e UU BUMN di

antaranya adalah “turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan

kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan

masyarakat”. Namun sebelumnya dalam Pasal 4 ayat (2) Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan

Terbatas (Persero) menegaskan bahwa Persero dengan sifat usaha

tertentu dapat melaksanakan penugasan khusus untuk

menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum. Untuk itu pemerintah

mengemas keterlibatan BUMN sebagai upaya pemerintah dalam

rangka memperkuat program kemitraan, melalui Peraturan Menteri

Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program

Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan


22

Program Bina Lingkungan (PKBL). Di mana Pasal 2-nya menegaskan

sebagai berikut.

(1) Persero dan Perum wajin melaksanakan Program Kemitraan

dan Program Bina Lingkungan dengan memenuhi ketentuan-

ketentuan yang diatur dalam peraturan ini;

(2) Persero Terbuka dapat melaksanakan Program Kemitraan

dan Program Bina Lingkungan dengan berpedoman pada

Peraturan ini yang ditetapkan berdasarkan Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS)

Sedangkan menegenai sumber dananya ditegasakan dalam Pasal

9 yaitu :

(1) Dana Program Kemitraan bersumber dari :

a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua

persen);

b. Jasa administrasi pinjaman/margin/bagi hasil, bunga

deposito dan/atau jasa giro dari dana Program Kemitraan

setelah dikurangi bebean operasional;

c. Pelimpahan dana Kemitraan dari BUMN lain, jika ada.

(2) Dana Program Bina Lingkungan (BL) bersumber dari :

a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2%(dua

persen)

b. Hasil bunga deposito dan/atau Jasa Giro dari dana

Program BL.
23

Menurut ketentuan Pasal 11 Peraturan Menteri Negara BUMN

sebagaimana, ditegaskan bahwa Dana Program Kemitraan diberikan

dalam bentuk :

a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan/atau pembelian

aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan

penjualan;

b. Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana

pelaksana kegiatan Mitra Binaan yang bersifat pinjaman

tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi

pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan.

c. Beban permintaan meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan,

pemasaran, promosi, dan hal-hal lainyang menyangkut

peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk

pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan Program

Kemitraan

2. Beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya maksimal

20% dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada

tahun berjalan.

Sedangkan ruang lingkup bantuan Program Bina Lingkungan,

sebagai berikut.

a. Bantuan korban bencana alam;

b. Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan;


24

c. Bantuan untuk peningkatan kesehatan;

d. Bantuan untuk pengembangan prasarana dan/atau sarana umum;

e. Bantuan sarana ibadah; bantuan pelstarian alam.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-

05/MBU/2007 berkaitan dengan PKBL mengaskan bahwa PKBL

sebagai bagian dari CSR bagi BUMN tidak lagi kegiatan yang bersifat

voluntary, tetapi malah menjadi suatu kegiatan yang bersifat

mandatory.

Bila disimak lebih dalam secara filosofinya PKBL digantungkan

pada kondisi suatu perusahaan, yaitu bila perusahaan BUMN itu

beruntung. Dengan kata lain, bila perusahaan BUMN dalam posisi

merugi, maka tidak ada kewajibannya untuk melaksanakan PKBL.

Namun apabila ketentuan PKBL ini dikaitkan dengan ketentuan Pasal

3 PP Nomor 12 Tahun 1998 tentang perusahaan Perseroan (Persero)

timbul persoalan, yaitu bagi BUMN dalam bentuk Persero secara

mutatis mutandis berlaku segala prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

5. Prinsip-prinsip CSR

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, di mana sampai saat

sekarang ini belum ada kesatuan pandang, baik kalangan ahli maupun

lembaga-lembaga di bidang dunia usaha terhadap pengertian, ruang

lingkup, dan sifat CSR. Kondisi ini berdampak pada implementasinya,

sehingga tidak salah bila pelaku usaha melaksanakan CSR sesuai


25

dengan pemahamandan kebutuhan mereka. Namun, sebagai

acuandalam penerapannya dapat merujuk pada prinsip-prinsip dasar

CSR sebagaimana dinyatakan oleh salah seorang pakar CSR dari

University of Bath Inggris yaitu Alyson Warhurst. Dimana pada tahun

1998 beliau menjelaskan bahwa ada enam belas prinsip yang harus

diperhatikan dalam penerapan CSR yaitu :

1. Prioritas Perusahaan

2. Manajemen Terpadu

3. Proses Perbaikan

4. Pendidikan Karyawan

5. Pengkajian

6. Produk dan jasa

7. Informasi Publik

8. Fasilitas dan Operasi

9. Penelitian

10. Prinsip Pencegahan

11. Kontraktor dan Pemasok

12. Siaga Menghadapi Darurat

13. Transfer Best Practice

14. Memberikan Sumbangan

15. Keterbukaan

16. Pencapaian dan pelaporan


26

Disisi lain, Prinsip CSR juga mengacu pada Organization for

Economic Cooperation Development (OECD) dan menurut ISO

26000. Selain itu dapat juga mengacu pada Global Compact (GC)

yang di deklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada

Tahun 2000. GC mengelompokkan prinsip CSR atas empat sebagi

berikut .

a. Human Rights

b. Labour Standards

c. Environtment

d. Anti-Corruption

6. Cita Perusahaan

Citra perusahaan merupakan persepsi dari suatu organisasi yang

direkam di memori konsumen dan bekerja sebagai filter yang

mempengaruhi persepsi terhadap perusahaan. Citra menunjukkan

kesan suatu objek terhadap objek lain yang terbentuk dengan

memproses informasi setiap waktu dari objek lain yang terbentuk

dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber

terpercaya.

Menurut Bill Canton dalam (S.Soemirat & Adrianto.E 2007)

memberikan pengertian citra sebagai kesan, perasaan, gambaran diri

public terhadap perusahaan kesan yang dengan sengaja diciptakan dari

suatu objek, orang atau organisasi. Dengan terbentuknya citra yang


27

baik di mata pelanggan, hal ini akan meningkatkan kepuasan dan

loyalitas pelanggan terhadap perusahaan tersebut.

Kaprefer (1994) menyatakan bahwa konsumen membentuk citra

melalui sintesis dari semua sinyal atau asosiasi yang dihasilkan nama

merek/perusahaan, symbol visual (bisa logo dan slogan), produk,

periklanan, sponsorship, artikel yang kemudian dikembangkan dan

diinterpretasikan oleh konsumen. Penilaian tertentu terhadap citra

perusahaan oleh publiknya bisa berbentuk citra baik, sedang, dan

buruk.

Menurut Nurzalena (2014), factor-faktor yang mempengaruhi

citra perusahaan antara lain.

(1) Orientasi terhadap manfaat yang telah diberikan atau diterima,

sebagaimana diinginkan oleh kelompok khalayak sasarannya.

(2) Manfaat yang ditampilkan melalui kualitas atau kuantitas

pelayanan cukup realistis dan mengesankan bagi khalayaknya.

(3) Citra yang baik tersebut telah dipresentasikan berdasarkan

kemampuan perusahaan, kebanggaan, nilai-nilai kepercayaan,

kejujuran, dan mudah dimengerti oleh public sebagai khalayak

sasaran.

(4) Citra yang baik muncul dari akibat penilaian atau tanggapan

public terhadap berbagai aktivitas, empati, prestasi, dan reputasi

perusahaan selama melakukan berbagai kegiatannya.


28

(5) Citra baik perusahaan lainnya yang dapat timbul dari aspek yang

menampilkan keseriusannya dalam tanggung jawab social

perusahaan yang lebih peduli pada kelestarian lingkungan hidup,

menggunakan teknologi ramah lingkungan, dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sekitarnya.

(6) Citra perusahaan yang baik juga meliputi layanan pengaduan bagi

masyarakat, apalagi jika mampu memberikan garansi tanpa

merugikan konsumen.

Menurut Bill Canton dalam Soleh Sumirat dan Elvinro

(2004:111) mengatakan bahwasanya citra adalah “image: the

impression, the felling, the conception, which the public has of a

company; a concioussly createdimpression of an object, person of

organization” (citra adalah kesan, perasaan, gambaran dari public

terhadap perusahaan; kesan uang dengan sengaja diciptakan dari suatu

objek, oorang, atau organisasi.)

Freank Jefkins dalam Soleh Soemirat (2004:114) juga

menyimpulkan secara umum, citra diartikan sebagai kesan seseorang

atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari

pengetahuan dan pengalaman. Berikut ini dijelaskan pula jenis-jenis

citra menurut Frank Jenkins dalam Rusady Ruslan (2005:76);

a. Citra cermin (mirror image)

Menyangkut pada “cermin” yang dipantulkan perusahaan tertentu

dengan menitik beratkan pada tingkah laku manajemen


29

perusahaan, dalam hal ini menyangkut tingkah laku

kepemimpinan organisasi atau tingkah laku dari personel-personel

yang ada pada perusahaan tersebut. Jadi image yang baik tidak

dibentuk oleh kata-kata tetapi oleh fakta yang ada dan terlihatdari

tingkah laku manajemen dalam melaksanakan kegiatan pada

masyarakat.

b. Citra kini (current image)

Citra merupakan kesan yang baik diperoleh dari orang lain

tentang perusahaan atau hal lain yang berkaitan dengan

produknya. Berdasarkan pengalaman dan informasi kurang baik

penerimanya, sehingga dalam posisi tersebut pihak humas akan

menhadapi resiko yangsifatnya permusuhan, kecurigaan,

prasangka buruk (prejudice), dan hingga muncul kesalah pahaman

(missunderstanding), yang menyebabkan citra kini

yangditanggapi secara tidak adil atau bahkan kesan negative.

c. Citra keinginan (wish image)

Citra keinginan adalah seperti apa yang ingin dicapai oleh pihak

manajemen terhadap lembaga atau perusahaan, atau produk yang

ditampilkan tersebut telah dikenal (good awwareness),

menyenangkan dan diterima dengan kesan yang selalu positif

diberikan (take and give) oleh public atau masyarakat umum.

Menurut Kanaidi (2010:33), Citra perusahaan sangat penting

bagi setiap perusahaan karena merupakan keseluruhan kesan yang


30

terbentuk dibenak masyarakat tentang perusahaan. Citra dapat

berhubungan dengan nama bisnis, arsitektur, variasi produk, tradisi,

ideology, dan kesan pada kualitas komunikasi yang dilakukan oleh

setiap karyawan yang berinteraksi dengan klien perusahaan. Dengan

demikian, citra perusahaan dapat dipersepsikan sebagai gambaran

mental secara selektif. Karena keseluruhan kesan tentang karakteristik

suatu perusahaan-lah yang nantinya akan membentuk citra perusahaan

di benak masyarakat.
31

7. Unsur pembentuk Citra Perusahaan

Secara lebih spesifik unsure-unsur pembentuk citra organisasi

pada perusahaan dapat terlihat pada gambar di berikut ini:

Cooperative Sector

Corporate Organizational Cooperative


Identity Culture Value

Corporate Image

Contact Physical
Personnel Environment

Service Sector

Sumber : Nguyen (2006) dalam Tatang Kusmayadi (2012)

Persepsi konsumen terhadap citra perusahaan terdiri dari :

1. Identitas Organisasi. Identitas Organisasi ini dapat berupa nama,

logo, ataupun unsure visual lain yang ditonjolkan, yang dapat

membentuk proses kognitif dari konsumen.

2. Budaya Organisasi. Budaya organisasi ini dilihat berdasarkan

fungsi yang dirasakan oleh konsumen seperti rasa percaya

konsumen terhadap organisasi dari tindakan operusahaan yang

mudah, memberikan bantuan dan perilaku anggota perusahaan,


32

informasi yang diberikan pada konsumen, dan kesesuaian

informasi tersebut dengan kenyataan.

3. Nilai organisasi.

Nilai organisasi ini biasanya diukur dari nilai ekonomis yang

dikorbankan konsumen, nilai social, sehingga manfaat yang

didapatkan oleh konsumen sebanding dengan pengorbanan.

4. Komunikasi Individu. Hubungan petugas dengan konsumen dapat

diukur dari professional kerja petugas, kompetensi atau kemapuan

dan perilaku petugas dalam menghadapi konsumen termasuk

didalamnya performance petugas seperti cara berpakaian.

5. Bukti dan Lingkungan Fisik. Dukungan agar proses ini berjalan

dengan baik maka unsure pendukung seperti peralatan, teknologi,

penerangan, kenyamanan dan keamanan.

8. Hubungan antara Citra Perusahaan dengan Corporate Social

Responsibility

Menurut Susanto (2007:28) dalam Jurnal Yosa Vega (2017)

prusahaan yang menjalankan tanggungjawab sosialnya secara

konsisten akan mendapatkan dukungan yang luas dari komunitas yang

merasakan manfaat dari berbagai aktivitas yang dijalankannya.

Penerapan program CSR akan meningkatkan citra perusahaan dan

dalam waktu yang panjang akan terakumulasi menjadi reputasi

perusahaan.
33

Selama ini yang menjadi tujuan suatu perusahaan didirikan

adalah memperoleh keuntungan yang sebsar-besarnya dan

meningkatkan citra perusahaan yang akan menjamin pertumbuhan

perusahaan secara berkelanjutan (sustainability) bila perusahaan

member perhatian pada aspek ekonomi, social, dan lingkungan sekitar.

Masyarakat juga sudah pandai dalam menilai bagaimana kontribusi

suatu perusahaan terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan

sekitarnya. Selama ini, CSR diidentikkan dengan seberapa besar uang

yang dikeluarkan oleh perusahaan.

CSR tidak hanya dilihat dari besarnya uang yang telah diberikan

perusahaan, nilai intangible juga sangat penting terkait dengan sejauh

mana perusahaan aktif dan proaktif dengan lingkungan. Berdasar pada

hal tersebut saat ini beberapa perusahaan telah melaksanakan program

CSR sebagai suatu komitmen dan tanggugjawab perusahaan dalam

berkontribusi aspek ekonomi, social, dan lingkungan hidup dan

diharapkan memperoleh dukungan dari masyarakat luas dan

berdampak positif terhadap citra perusahaan (Untung, 2008:100)


34

B. Kajian Empirik

No Nama Peneliti Judul Penelitian Metodologi Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

Penelitian Penelitian Penelitian

1. Besse Evaluasi Kualitatif Pada penelitian Meneliti Tempat

Asniwaty Pelaksanaan ini menunjukkan masalah penelitiannya

(Staf Pengajar Corporate Social bahwa penerapan penerapan berbeda.

Jurusan Responsibility Program CSR Corporate Social Peneliti akan

Administrasi pada PT.Pupuk pada PT. Pupuk Responsibility melakukan

Bisnis Kaltim Kaltim Sudah pada perusahaan penelitian di

Politeknik termasuk dalam BUMN, PT.Jasa

Negeri kategori baik. menggunakan Raharja

Samarinda) Dan dalam metode yang (Persero)

pelaksanaanya sama yaitu Kantor

juga sudah metode kualitatif Perwakilan


35

mengacu pada Bojonegoro.

Kepmen BUMN Sedangkan

No : SE- dalam

433/MBU/2003 penelitian

tentang petunjuk dilakukan di

pelaksanaan PT. Pupuk

PKBL dan Kaltim di

Kepmen BUMN Samarinda,

Kalimantan

Timur. Dan

dalam

penelitian

tersebut hanya

mengevaluasi
36

bagaimana

implementasi

dari CSR, tidak

dikaitkan

dengan Citra

Perusahaan

2. Heri Iswanto, Pengaruh Kuantitatif Hasil dari Sama-sama Metode

Achmad Fauzi Corporate Social penelitian ini meneliti tentang penelitian yang

DH, Imam Responsibility adalah terdapat implementasi digunakan

Suyadi (CSR) Terhadap pengaruh secara CSR terhadap berbeda.

(Mahasiswa Citra (Survey positif namun citra perusahaan Peneliti akan

Fakultas Ilmu pada warga Rw2, tidak signifikan menggunakan

Administrasi kelurahan panjang secara sendiri- metode

Universitas jiwo, kecamatan sendiri pada kualitatif,


37

Brawijaya) Tenggilis Mejoyo, variable sementara pada

Kota Surabaya dukungan kepada penelitian

yang tinggal di masyrarakat tersebut

sekitar PT. terhadap citra menggunakan

Vitapharm) perusahaan. metode

kuantitatif.
38
39

3. Novia Dessy Pengaruh Kuantitatif Berdasarkan hasil Sama-sama Tempat

Kartika sari, Corporate Social penelitian yang meneliti dalam penelitian dan

Kadarisman Responsibility dilakukan Program CSR metode yang

Hidayat, Edy (CSR) terhadap tersebut diketahui perusahaan dan digunakan

Yulianto Citra Perusahaan bahwa variable pengaruhnya berbeda.

(Mahasiswa Multinasional bebas yaitu CSR terhadap Citra Peneliti akan

Fakultas Ilmu (Survey pada berpengeruh yang perusahaan. menggunakan

Administrasi, Konsumen signifikan metode

Universitas Unilever di terhadap citra kualitatif, dan

Brawijaya) Indonesia perusahaan tempat

mengenai Program secarasimultan penelitian yang

“Project Sunlight” dan parsial. digunakan oleh

PT. Unilever Diketahui bahwa peneliti adalah

Indonesia Tbk.) ketiga variable perusahaan


40

(ekonomi, BUMN,

lingkungan, dan sementara

sosial) tersebut dalam

yang paling penelitian, pada

dominan perusahaan

pengaruhnya multinasional.

terhadap Citra

Perusahaan

adalah Ekonomi

karena memiliki

nilai koefisien

beta dan t paling

besar.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui

pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-

angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan

lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo, dan dokumen resmi lainnya

(Moleong,2004:138). Menurut Strauss dan Corbin dalam Sujarweni

(2014:19), yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis

penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat

dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistic atau

cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara

umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat,

sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas social, dan lain-

lain.

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Sujarweni (2014:19)

menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan

dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan Kualitatif diharapkan

mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan

atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok,

masyarakat, dan atau organisasitertentu dalam suatu keadaan konteks

41
42

tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan

holistic.

Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami

fenomena atau gejala social dengan cara memberikan pemaparan berupa

penggambaran yang jelas tentang fenomena atau gejala social tersebut

dalam bentuk rangkaian kata yang pada akhirnya akan menghasilkan

sebuah teori. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini

adalah ingin menggambarkan realita empiric dibalik fenomena secara

mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan

kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita

empiric dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif

(Lexy J Moleong, 2014:131).

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Istilah

deskriptif berasal dari istilah bahasa Inggris to describe yang berarti

memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi,

situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain. Dengan demikian yang dimaksud

dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk

menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang sudah disebutkan,

yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto,

2013:3).

Karakter data penelitian kualitatif deskriptif selain diperoleh

melalui observasi, wawancara dan dokumentasi melalui informen, peneliti

juga dapat menggunakan instrument berupa angket dengan melibatkan


43

responden. Biasanya ini dilakukan untuk mendapatkan sejumlah informasi

yang lebih luas dengan lokasi yang juga luas, sehingga agak sulit

dijangkau. Oleh karenanya, peneliti harus menetapkan samplenya dengan

berpatokan pada prosentase minimal 5%, kemudian hasilnya dapat pula di

prosentasekan dalam analisis data penelitian yang dilakukan

(Mukhtar,2013:25)

Alasan penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif

adalah bahwasannya dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

dan menginterpretasikan kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang

berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang

terjadi tentang pengimplementasian CSR di lingkup Kantor PT. Jasa

Raharja Perwakilan Bojonegoro terhadap citra perusahaan.

B. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di PT.Jasa Raharja

(persero) Kantor Perwakilan Bojonegoro. Agar penelitian ini sesuai

dengan apa yang diharapkan maka peneliti membatasi ruang lingkup

penelitian, yaitu beberapa karyawan yang ada di PT. Jasa Raharja seperti

pada bagian pelayanan, bagian PJ Keuangan dan SDM, dan Kepala

Perwakilan. Sedangkan untuk responden masyarakat, peneliti hanya

meneliti di daerah sekitar area Bojonegoro.

Adapun penelitian dilakukan di lokasi tersebut karena peneliti

berkepentigan dengan masalah yang ada dalam rangka penyusunan

SKRIPSI untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Program Strata 1


44

STIE Cendekia Bojonegoro, dan lokasi tersebut pernah dijadikat tempat

melaksanakan PKN (Praktek Kerja Nyata) oleh peneliti, sehingga peneliti

sedikit banyak mengetahui aktivitas didalamnya. Untuk waktu

penelitiannya sendiri akan dilaksanakan pada bulan April 2019.

Pada umumnya jangka waktu penelitian kualitatif cuup lama,

karena tujuan penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bukan

sekedar pembuktian hipotesis seperti dalam penelitian kuantitaif

(Sugiyono, 2014:24). Namun demikian kemungkinan jangka penelitian ini

akan berlangsung dalam waktu yang pendek, apabila telah ditemukan

sesuatu dan datanya sudah jenuh. Jika data tersebut dapat ditemukan dalam

satu bulan, dan telah teruji kredibilitasnya, maka penelitian kualitatif

dinyatakan selesai, sehingga tidak memerlukan waktu yang lama.

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi instrument atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk

melihat dan mengamati kegiatan-kegiatan dalam implementasi CSR

MUKL di wilayah Kantor Perwakilan PT. Jasa Raharja Bojonegoro.

Selanjutnya setelah focus penelitian menjadi jelas maka

dikembangkan instrument penelitian sederhana, yang diharapkan dapat

melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan

melalui observasi dan wawancara.

Untuk dapat merumuskan pedoman wawancara, maka dalam

mewujudkannya diperlukan kisi-kisi instrument penelitian. Instrument


45

penelitian ini berguna untuk menjadikan penelitian ini untuk tetap berada

pada jalur penelitian yang diinginkan sehingga tetap focus.

Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa

karyawan PT.Jasa Raharja seperti pada bagian pelayanan, PJ Keuangan

dan SDM, dan juga Kepala Perwakilan untuk mendapat informasi terkait

implementasi dari CSR khususnya MUKL yang dilakukan di wilayah

Bojonegoro.

Karena peneliti sebagai instrument penelitian maka perlu

divalidasi, yaitu meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian,

penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk

memasuki objek penelitian. Yang melakukan validasi adalah peneliti

sendiri melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode

kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti,

serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.

D. Situasi Sosial dan Sampel Sumber Data

Di dalam buku Pedoman Penulisan Skripsi STIE Cendekia

Bojonegoro telah dijelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak

menggunakan istilah populasi, tetapi dinamakan “social situation” atau

situasi social yang terdiri dari tiga elemen, yaitu : tempat (place), pelaku

(actors), dan aktivitas(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi

social tersebut berada di PT.Jasa Raharja (Persero) Kantor Perwakilan

Bojonegoro beserta karyawan yang menjalankan program CSR khususnya

program MUKL yaitu bagian pelayanan. Bagian pelayanan sebagai salah


46

satu yang mengimplementasikan kegiatan MUKL tersebut. Dengan adanya

peraturan yang mengharuskan semua perusahaan melakukan tanggung

jawab social, khususnya Badan Usaha Milik Negara ini. Untuk itu peneliti

ingin mengetahui apa saja aktivitas yang dilakukan selama menjalankan

program MUKL dan bagaimana pelayanan saat melaksanakan kegiatan

tersebut, yang diberikan apakah dapat menciptakan citra yang baik atau

buruk bagi perusahaan. Pada situasi sosialatau objek penelitian ini peneliti

dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) , orang-orang

(actors) yang ada pada tempat (place) tertentu. Tempat (Place) dalam

penelitian ini dilakukan di PT.Jasa Raharja (Persero) Kantor Perwakilan

Bojonegoro dan tempat dilaksanakannya kegiatan MUKL, actors nya

terdiri dari sebagian karywan dari Jasa Raharja dan beberapa orang

sebagai sampel penelitian yang telah menerima manfaat MUKL, dan

aktivitasnya (activity) berupa Program CSR khususnya kegiatan MUKL

(Mobile Unit Keselamatan Lalu lintas).

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena

penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi

social tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan pada populasi,

tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi social yang memiliki

kesamaan dengan situasi social pada kasus yang dipelajari. Sugiyono

(2014:50) menyatakan bahwa :

“sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden,


tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman, dan
guru dalam penelitian. Tidak disebut sebagai sampel statisti,
tetapi sampel teoritis karena tujuan penelitian untuk
47

menghasilkan teori, disebut juga sampel konstruktif karena


dengan sumber data dari sampel dapat dikonstruksikan
fenomena yang sebelumya belum jelas”.

Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi social

tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang

dipandang tahu tentang situasi social tersebut. Menetapkan populasi dan

sampel dalam penelitian deskriptif kualitatif dapat dilakukan dengan

beberapa cara yakni (Mukhtar, 2013:91) :

1. Jika peneliti memiliki populasi yang sangat besar, maka dapat

dilakukan dengan menariknya secara prosentase min 5 hingga 10%,

kemudian datanya dapat ditabulasikan dengan menggunakan rumus

prosentase

2. Jika peneliti berhadapan dengan populasi yang sedang atau sederhana,

dapat ditetapkan secara snowball sampling, yakni membiarkan data

mengalir dari orang-orang yang menjadi subjek dan berada dalam

situasi social. Dalam proses snowball dicatat siapa-siapa yang terlibat

sebagai subjek penelitian, sebut unsurnyadan jumlahnya secara

keseluruhan termasuk yang ditetapkan sebagai key informen.

3. Jika peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan maksud tertentu,

seperti ada tujuan dan manfaat atau target khusus, maka dapat

ditetapkan langsung siapa saja unsure yang menjadi sample penelitian.

Penetapan sample seperti ini dikenal dengan “purposive sampling”,

yakni penetapan sample berdasarkan tujuan atau kepentingan tertentu.


48

Sampel sumber data pada tahap awal memasuki lapangan dipilih

orang yang memiliki power /kekuasaan dan otoritas pada situasi social

atau objek yang diteliti, sehingga mampu menjadi pembuka jalan bagi

peneliti dalam melakukan pengumpulan data. Sampel atau sumber data

yang digunakan sebagai informan dalam penelitian ini masih bersifat

sementara. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai

implementasi program CSR khususnya pada kegiatan MUKL, maka

sampel sumber data yaitu beberapa karyawan PT.Jasa Raharja (Persero)

Kantor Perwakilan Bojonegoro yang paling tahu mengenai masalah

yang diteliti.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai

sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat

dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting). Bila dilihat dari

sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber

primer dan sumber sekunder (Sugiyono, 2014:62). Sumber primer adalah

sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan

sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan

data kepadapengumpul data (Sugiyono, 2014:62).

Di dalam penelitian ini sumber data primer diambil dengan cara

wawancara, observasi, dan dokumentasi kepada narasumber yang


49

menguasai permasalahan dalam penelitian. Data diambil di PT.Jasa

Raharja (Persero) Kantor Perwakilan Bojonegoro untuk mendapatkan

informasi langsung mengenai pengimplementasian Program CSR salah

satunya pada kegiatan MUKL yang dilakukan sebagai wujud kepedulian

terhadap masyarakat. Peneliti menggunakan data sekunder untuk

memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah didapat

melalui wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder yang peneliti

gunakan yaitu peraturan-peraturan dalam artikel maupun web, arsip,

dokumentasi foto dan dokumen lain yang berkenaan dengan program CSR

khususnya kegiatan MUKL di PT.Jasa Raharja (Persero) Kantor

Perwakilan Bojonegoro.

Pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menjaring data

penelitian (Suwartono, 2014:41). Sehingga dibutuhkan suatu metode yang

tepat. Metode pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang

memiliki kredibilitas tinggi. Oleh karena itu, tahap pengumpulan data

tidak boleh salah dan harus dilakukan dengan format sesuai prosedur dan

cirri-ciri penelitian kualitatif.

Jika salah salam metode pengumpulan data akan berakibat fatal,

yakni berupa data yang tidak mempunyai kredibilitas, sehingga hasil

penelitiannya tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hasil

penelitian demikian sangat berbahaya, lebih-lebih jika dipakai sebagai

dasar pertimbangan untuk mengambil kebijakan public. Dalam penelitian


50

ini metode yang digunakan oleh pneliti untuk proses pengumpulan data

yang lebih mendalam adalah dengan proses triangulasi atau gabungan

antara observasi, wawancara, dan dokumentasi.

a. Observasi

Menurut Sujarweni (2012:32) observasi merupakan suatu

kegiatan mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyajikan

gambaran riil suatu peristiwa atau kegiatan untuk menjawab

pertanyaan penelitian, untuk membantu mengerti perilaku manusia

dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek

tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Hasil

observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau

suasana tertentu.

Peneliti melakukan pengamatan dan mengumpulkan data secara

langsung tentang Program CSR dalam kegiatan MUKL di PT. Jasa

Raharja (Persero) Kantor Perwakilan Bojonegoro. Cara ini sangat

sesuai untuk mengkaji proses dan perilaku yang terjadi. Menggunakan

metode ini berarti menggunakan mata dan telinga sebagai jendela

untuk merekam data. Dilihat dari sejauh mana keterlibatan

peneliti/pengumpul data dalam event yang diamati. Bungi (2007 )

dalam Sujarweni (2014:33) mengemukakan beberapa bentuk

observasi, yaitu : 1). Observasi Partisipasi, 2). Observasi tidak

terstruktur, 3). Observasi kelompok. Senada tentang pendapat


51

tersebut, Suwartono (2014:41) mengatakan observasi dibagi menjadi

dua, yaitu observasi partisipan dan observasi nonpartisipan.

Untuk memudahkan dalam penelitian ini peneliti

mengumpulkan data melalui observasi partisipatif. Peneliti melakukan

observasi di lingkungan kantor PT.jasa Raharja Bojonegoro. Dalam

observasi ini peneliti ikut terlibat dengan kegiatan MUKL yang

dilakukan oleh PT. Jasa Rahrja di lingkungan Kabupaten Bojonegoro.

Pertama mengobservasi lingkungan dari kantor PT. Jasa Raharja

Bojonegor, selain itu juga melihat pegawai dalam memberikan

pelayanan dalam kegiata MUKL kepada masyarakat. Sambil

melakukan pengamatan, peneliti ikut membantu dalam kegiatan

MUKL itu sendiri. Dengan observasi partisipatif ini, maka data yang

diperoleh akan lebi lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada

tingkat makna dari setiap perilaku yang Nampak.

Susan Stainback (1998) dalam Sugiyono (2014:65) menyatakan

“in participant observation, the researcher observes what people do,

listen to what they say, and participates in their activities”. Seperti

telah dikemukakan sebelumnya observasi partisipatif digolongkan

menjadi empat, yaitu pastisipasi aktif, moderat, yang tersamar, dan

yang lengkap. Dalam penelitian ini yang akan dilakukan peneliti

menggunakan partisipasi moderat. Partisipasi Moderat (Moderate

Prticipation) : means that the researcher maintains a balance between

being insider and being outsider (Sugiyono, 2014:66). Dalam


52

observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang

dalam dan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut

observasi partisipatif dalam kegiatan MUKL tersebut.

b. Wawancara atau Interviu

Interviu yang sering disebut dengan wawancara atau kuesioner

lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2013: 198). Interviu

digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang.Suwartono

(2014:48) juga berpendapat bahwa wawancara adalah cara menjaring

informasi atau data melalui interaksi verbal/lisan. Wawancara

memungkinkan kita menyusup ke dalam “alam” pikiran orang lain,

tepatnya hal-hal yang berhubungan dengan perasaan, pikiran, pengalaman,

pendapat, dan lainnya yang tidak bisa diamati. Berdasarkan tingkat

formalitasnya, wawancara dibedakan menjadi tiga, antara lain:

a. Wawancara tidak terstruktur

Sebagaimana namanya, dalam wawancara jenis ini peneliti

(pengumpul data) memberikan sedikit sekali kendala atas pembicaraan-

jalannya pembicaraan lebih diarahkan oleh respon dari responden

daripada agenda yang dimiliki oleh peneliti. Oleh karena itu, arah

pembicaraan relatif tidak bisa diramalkan.

Keuntungan penggunaan wawancara ini antara lain (1)

wawancara bisa lebih spontan dalam pembicaraan, (2) lebih kecil

terhalangi mengalirnya informasi, (3) lebih besar peluang bisa


53

menjajaki berbagai aspek permasalahan yang tidak terbatas. Sedangkan

kelemahan utamanya adalah (1) bisa diwawancarai lebih dari satu orang

kemampuan untuk membandingkan data/informasi yang diperoleh dari

satu orang ke orang berikutnya perlu diperhatikan tersendiri, (2)

kurangnya kendali pembicaraan berpeluang menyita waktu lebih lama.

b. Wawancara semi terstruktur

Dalam wawancara jenis ini, pewawancaralah yang lebih

mengarahkan pembicaraan. Seperti halnya dengan wawancara tidak

terstruktur, dalam wawancara semi-terstruktur ini pewawancara tidak

mengajukan persoalan berdasarkan daftar pertanyaan yang telah

disiapkan. Topik atau isu-isulah yang menentukan arah pembicaraan.

Wawancara jenis ini lebih terarah. Maka dari itu, ada yang

menyebutnya dengan wawancara format fokus. Moleong (1999) dalam

Suwartono (2014:50) menyebutnya dengan istilah wawancara

berdasarkan petunjuk umum. Oleh karena itu, instrumen paling praktis

dan umum digunakan pada saat mengadakan wawancara berupa

petunjuk umum wawancara (general interview guide atau interview

protocol). Karena formatnya yang tidak terlalu lentur sekaligus tidak

kaku sehingga cukup efisien waktu dan cukup efektif untuk menjaring

data. Dowsett (Di dalam Suwartono 2014) mengatakan bahwa

wawancara semi terstruktur memiliki”power” yang luar biasa, yang

tidak dimiliki wawancara jenis lain atau angket, seberapapun terbuka

(open–ended)-nya angket itu.


54

c. Wawancara terstruktur

Wawancara jenis ini paling kaku. Wawancara ini berangkat dari

serangkaian pertanyaan yang telah disiapkan dan dinyatakan menurut

urutan yang telah ditentukan. Tentu saja waktu yang dibutuhkan jauh

lebih singkat. Namun, hingga taraf tertentu paling rentan terhadap bias,

dangkal, dan tertutup kemungkinan terhadap temuan-temuan “yang

mengejutkan”.

Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, peneliti tertarik

untuk melakukan wawancara dengan format wawancara semi

terstruktur. Karena jalannya wawancara/interviu tidak terlalu kaku dan

juga santai. Interviu yang peneliti gunakan adalah interviu yang

menggunakan interview guide, yaitu mengharuskan pewawancara

membuat kerangka dan garis-garis besar atau pokok-pokok yang

ditanyakan dalam proses wawancara, kemudian dikembangkan seiring

atau sambil bertanya setelah informan tersebut menjawab sehingga

terjadi wawancara yang interaktif antara peneliti dengan informan.

Penyusunan pokok-pokok ini dilakukan sebelum wawancara. Dalam hal

ini pewawancara harus dapat menciptakan suasana yang santai tetapi

serius yang artinya bahwa interviu dilakukan dengan sungguh-sungguh,

tidak main-main tetapi tidak kaku.

Menginterviu bukanlah pekerjaan yang mudah. Dalam hal ini

pewawancara harus dapat menciptakan suasana santai tapi serius,

artinya, bahwa interviu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, tidak


55

main-main, tetapi tidak kaku. Suasana ini penting dijaga agar responden

mau menjawab apa saja yang dikehendaki oleh pewawancara secara

jujur. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan interviu, pewawancara

harus berlatih terlebih dahulu.

Wawancara itu digunakan untuk mengungkap data tentang

analisis penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) terkait

dengan kegiatan MUKL (Mobile Unit Keselamatan Lalulintas). Dalam

penelitian ini yang menjadi informan ada lima orang yaitu:

a. Pertama, informan kunci yaitu Bapak Eko Bagus yang menjabat

sebagai Kepala Perwakilan PT. Jasa Raharja (Persero) Kntor

Perwakilan Bojonegoro karena informasi yang lengkap terkait CSR

(Corporate Social Responsibility) di wilayah perwakilan

Bojonegoro.

b. Kedua, informan pendukung yaitu ibu Mely Suharni Sihotang yang

menjabat sebagai Pelayanan di PT. Jasa Raharja (Persero) Kntor

Perwakilan Bojonegoro. Beliau juga terlibat langsung dalam

pelayanan dan yang melakukan kegiatan MUKL yang berkaitan

dengan salah satu program Corporate Social Responsibility (CSR).

c. Selanjutnya, yang menjadi informan yaitu tiga (3) orang

masyarakat Kabupaten Bojonegoro terutama yang menerima manfaat

dari kegiatan MUKL tersebut. Peneliti tidak hanya melakukan

wawancara dengan pegawai PT. Jasa Raharja (Persero) Kntor

Perwakilan Bojonegoro , karena peneliti juga ingin melihat persepsi/


56

sudut pandang dari masyarakat sebagai penerima / manfaat dari

kegiatan MUKL tersbut sehingga dapat diketahui kesan apa yang ada

dalam benak masyarakat tentang keggiatan di perusahaan tersebut.

Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang

telah dibuat oleh peneliti. Pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti

dalam pedoman wawancara dapat dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan informasi yang diperlukan saat wawancara sehingga

wawancara dapat berjalan dengan terbuka namun tetap fokus pada

masalah penelitian. Dalam penelitian tersebut, peneliti berhasil

mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian

mengenai pelayanan publik yang diberikan oleh Aparatur Pemerintah

Desa dalam pengurusan administrasi kependudukan di Desa Binangun.

Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti

memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau

sumber data, maka alat-alat yang akan peneliti gunakan yaitu 1. buku

catatan, untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data, 2.

handphone untuk merekam semua percakapan atau pembicaran serta

untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaran informan.

Dengan adanya foto, maka dapat meningkatkan keabsahan penelitian

akan lebih terjamin, karena peneliti benar-benar melakukan

pengumpulan data.
57

c. Dokumentasi

Dokumentasi bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan data-

data yang tertulis maupun yang tercatat dan berhubungan dengan

penelitian, dalam kaitannya untuk melengkapi dan mendukung keterangan

dan fakta-fakta yang ada hubungannya dengan Program CSR (Corporate

Social Responsibility) dalam kegiatan MUKL. Sebagian besar data bisa

berbentuk surat, catatan harian, arsip foto, dokumen dari kegiatan MUKL,

peraturan-peraturan dan lain-lain.

Dalam menggunakan metode dokumentasi peneliti memegang

check-list untuk mencari variabel yang sudah ditentukan. Apabila muncul

variabel yang dicari, maka peneliti tinggal membubuhkan tanda check di

tempat yang sesuai. Untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau

belum ditentukan dalam daftar variabel peneliti dapat menggunakan

variabel bebas.

F. Teknik Analisis Data

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data

yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang

diteliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode

kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data lebih banyak

dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Analisis data

dilaksanakan sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum

memasuki lapangan sampai penulisan hasil penelitian.


58

Menurut Mudjiarahardjo dalam Sujarweni (2014:34) analisis

data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya

sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang

ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang

biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk

akhirnya bisa dipahami dengan mudah. Setelah data terkumpul kemudian

dianalisis. Analisis data merupakan bagian sangat penting dalam

penelitian, analisis data kualitatif sangat sulit karena tidak ada pedoman

baku, tidak berproses secara linear, dan tidak ada aturan-aturan yang

sistematis.

Menurut Miles (1994) dan Faisal (2003) dalam Sujarweni

(2014:34) analisis data dilakukan selama pengumpulan data di lapangan

dan setelah semua data terkumpul dengan teknik analisis model

interaktif: Analisis data berlangsung secara bersama-sama dengan

proses pengumpulan data dengan alur tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi data

Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang

terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh

direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-

hal yang penting. Data hasil mengikhtiarkan dan memilah-milah

berdasarkan satuan konsep, tema dan kategori tertentu akan

memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan juga


59

mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai tambahan

atas data sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.

2. Penyajian data

Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok

permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan

peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data

lainnya.

3. Penyimpulan dan verifikasi

Kegiatan penyimpulan merupakan langkah lebih lanjut dari

kegiatan reduksi dan penyajian data. Data yang sudah direduksi dan

disajikan secara sistematis akan disimpulkan sementara. Kesimpulan

yang diperoleh pada tahap awal biasanya kurang jelas, tetapi pada

tahap-tahap selanjutnya akan semakin tegas dan memiliki dasar yang

kuat. Kesimpulan sementara perlu diverifikasi. Teknik yang dapat

digunakan untuk memverifikasi adalah triangulasi sumber data dan

metode, diskusi teman sejawat, dan pengecekan anggota.

4. Kesimpulan akhir

Kesimpulan akhir diperoleh berdasarkan kesimpulan sementara

yang telah diverifikasi. Kesimpulan final ini diharapkan dapat diperoleh

setelah pengumpulan data selesai.


60

G. Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan

valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti

dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi

perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian

kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada

konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seseorang sebagai hasil proses

mental tiap individu denganberbagai latar belakangnya. Dalam

pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan

istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Uji keabsahan data

dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2014:121) meliputi uji

credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal),

dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).

Pada penelitian inidigunakan uji kredibilitas untuk menguji

keabsahan data. Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data

hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan

pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi,

diskusi dengan teman, analisis kasus negatif, dan member check.

Namun dalam penelitian ini penelitimenguji kredibilitas data dengan

triangulasi. Wiliam Wiersman (1986) dalam Sugiyono (2014:125)

menyatakan Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses

the sufficiency of the data according to the convergence of multiple


61

data sources or multiple data collection procedures.Triangulasi data

diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara, dan berbagai waktu. Terdapat tiga triangulasi dalam

keabsahan data, yaitu sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber

Pada triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui

beberapa sumber. Data dari beberapa sumber tersebut dideskripsikan,

dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan

mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang diperoleh

dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan

selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan beberapa

sumber data tersebut.

2. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek

dengan observasi atau dokumentasi. Bila dengan tiga teknik pengujian

kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka

peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang

bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang

dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut

pandangnya berbeda-beda.
62

3. Triangulasi waktu

Waktu yang sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara

sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data

yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka

pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu

atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang

berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai

ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan

cara mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas

melakukan pengumpulan data.

Dari ketiga triangulasi dalam keabsahan data, penulis lebih

tertarik untuk menggunakan triangulasi teknik. Untuk menguji

kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber

yang sama namun dengan teknik yang berbeda. Misalnya saja dengan

mengecek hasil wawancara dengan pengamatan yang telah dilakukan

ataupun mengecek isi suatu dokumen yang berkaitan dengan

implementasi CSR pada kegiatan MUKL. Kemudian peneliti akan

melakukan diskusi untuk memastikan data mana yang dianggap benar.


DAFTAR PUSTAKA

Ashery,Busyra.2012. Corporate Social Responsibility : Dari Voluntary menjadi

Mandatory. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada

Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://kbbi.web.id/implementasi, diakses 03 April

2019

Keputusan Menteri BUMN No.5/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN

dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan

Wikipedia.http://id.m.wikipedia.org/wiki/Citra Perusahaan. Diakses tanggal 03

April 2019

Scribd. http://id.scribd.com/citra perusahaan, diakses tanggal 04 April 2019

Jurnal Sains Manajemen dan Akuntansi (Online) 4 (1). http://jsma.stan-

in.ac.id/pdf/vol4>3 sistem, diakses tanggal 04 April 2019

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Mukhtar.2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta :

REFERENSI (GP Press Group)

Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung :Remaja Rosda

Karya

Suwartono.2014. Dasar Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Andi

63
Asniwaty. Besse. 2010. Evaluasi Pelaksanaan Corporate Social Responsibility PT.
PupukKaltim,6(1)(Online),(jurnaleksis,http://www.karyailmiah.polnes.ac.i
d) diakses tanggal 23 Maret 2019

Iswanto, Heri dkk. 2014. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR)


Terhadap Citra (Survey pada warga Rw2, kelurahan panjang jiwo,
kecamatan Tenggilis Mejoyo, Kota Surabaya yang tinggal di sekitar PT.
Vitapharm), 13 (1) (online),(administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id),
diakses tanggal 25 Maret 2019

Dessy,Novia dkk.2017. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap


Citra Perusahaan Multinasional (Survey pada Konsumen Unilever di
Indonesia mengenai Program “Project Sunlight” PT. Unilever Indonesia
Tbk.), 43 (1) (online), (administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id) diakses
tanggal 04 April 2019

64

Anda mungkin juga menyukai