SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana
Sains
HEBER N SEMBIRING
060801017
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
Diluluskan di
Medan, 19 Oktober 2010
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan
dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Heber.N Sembiring
NIM : 060801017
Puji dan syukur Saya ucapkan kepada Allah Bapa di surga pencipta segala yang
ada, kepada Yesus Kristus penyelamat hidupku dan juga kepada Roh Kudus penolong
yang Bapa berikan kepadaku untuk tetap semangat dalam menghadapi kesukaran dan
dalam suka maupun duka di saat mengerjakan tugas akhir ini. Kepada-Nyalah aku selalu
berserah dengan segala hormat dan pujianku. Dan juga terkhusus kepada orang tua saya
yang sangat saya sayangi dan saya cintai, W Sembiring dan K Br Karo yang telah
membiayai, mendidik, menyemangati, mendukung dan mengarahkan penulis hingga saat
ini bahkan telah memberikan segenap tenaga dan doa mereka untuk penulis bisa seperti
sekarang ini, serta keluarga besar saya yang selalu mengingatkan dan memotivasi penulis
sampai terselesaikannya tugas akhir ini.
4. Bang Tua Raja Simbolon,M.Si yang juga telah mengarahkan penulis untuk
mengerjakan tugas akhir ini.
6. Abang saya yang saya sayangi dan saya cintai dengan penuh hormat Stopria
Tarigan yang juga tetap memotivasi, mendukung dan selalu mengingatkan
penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini bahkan dalam doa-doanya bagi
penulis.
7. Bang Toni Aprianto Manik, S.Si dan juga Bang Jonatan Hutahaean, S.Si yang
juga telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Semua teman-teman saya yang ada di kampung susuk yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini sampai selesai.
10. Kepada semua pihak yang membantu penulis yang tidak bisa saya urutkan satu
per satu namanya. Semoga Tuhan yang membalaskan segala kebaikan kalian
semuanya.
ABSTRAK
Fungsi partisi digunakan untuk N osilator harmonis atau N partikel boson maupun
fermion terhadap sistem partikel-partikel identik bebas tidak saling berinteraksi dengan
membandingkan hasil perhitungan antara model Einstein dengan metode perhitungan
fungsi partisi D.I. Ford dengan cara yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang sama
yaitu: U N = N k B T.
ABSTRACT
Halaman Judul................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii
Halaman Pernyataan .......................................................................................... iii
Halaman Penghargaan ....................................................................................... iv
Abstrak.............................................................................................................. vi
Abstract ............................................................................................................. vii
Daftar Isi ........................................................................................................... viii
Daftar Lambang dan Singkatan.......................................................................... x
Bab 1 Pendahuluan .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Metode Penelitian ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 2
1.4 Batasan Masalah ............................................................................. 2
1.5 Sistematika Penulisan...................................................................... 2
Bab 2 Sistem Mikro dan Makro ....................................................................... 4
2.1 Sistem Makroskopik dan Mikroskopik ............................................. 4
2.1.1 Riview ( kajian) Mekanika Kuantum .................................... 4
2.1.2 Partikel Identik ..................................................................... 5
2.1.3 Prinsip Ekslusi Pauli ............................................................. 6
2.2 Mekanika Statistik .......................................................................... 7
2.2.1 Mikrokanonik, Kanonik dan Kanonik Total ............................. 7
2.2.2 Ensembel Kanonik .................................................................. 12
2.2.3 Sifat-Sifat Termodinamika Ensembel Kanonik ........................ 13
2.3 Fermion dan Boson ........................................................................ 14
2.3.1 Distribusi Bose-Einstein......................................................... 16
2.3.2 Distribusi Fermi-Dirac .......................................................... 17
2.4 Statistika Kuantum .......................................................................... 19
Bab 3 Fungsi Partisi ........................................................................................ 20
3.1 Fungsi Partisi Kanonik Gas Ideal ..................................................... 20
Lambang matematika dan fisika maupun singkatan beserta artinya yang digunakan
dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Z Fungsi partisi
E Energi
F Energi bebas
T Temperatur
V Volume
N Jumlah partikel
µ Potensial kimia
β Temperature Invers
αk Faktor Boltzman
kt Energi osilator ke t
H Hamiltonian
ρ Matriks densitas
S Entropi
ABSTRAK
Fungsi partisi digunakan untuk N osilator harmonis atau N partikel boson maupun
fermion terhadap sistem partikel-partikel identik bebas tidak saling berinteraksi dengan
membandingkan hasil perhitungan antara model Einstein dengan metode perhitungan
fungsi partisi D.I. Ford dengan cara yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang sama
yaitu: U N = N k B T.
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Di alam, partikel-partikel yang ada dapat diklasifikasikan kepada dua jenis stastistik
kuantum. Jenis statistik partikel pertama adalah golongan partikel-partikel yang
memenuhi kaidah statistika Bose-Einstein sedangkan yang kedua adalah partikel-partikel
yang memenuhi kaidah statistika Fermi-Dirac. Perbedaan ini didasarkan pada keadaan
partikel penyusunnya yaitu partikel identik yang tak terbedakan.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi partisi hasil
perhitungan metode Einstein serta berdasarkan konsep Ensemble Kanonik Besar (EKB).
Hasilnya akan dibandingkan dengan teori atau metode D.I Ford, apabila diambil interval
k (status energi osilator) dari 1 sampai N. Keadaan tersebut ditandai dengan kondisi µ =
0, yang disebut potensial kimia µ dalam besaran sistem selama proses berlangsung
adalah konstan.
Supaya lebih mengarahkan kepada satu arah topik pembicaraan, maka perlu
di buat batasan suatu permasalahan dalam skripsi ini yaitu bahwa sistem partikel bebas
diasumsikan sebagai partikel yang tidak saling berinteraksi ( sistem gas ideal) yang di
peroleh dari fungsi partisi, dan juga besaran observabel (besaran yang teramati) hanya
dihitung pada energi fungsi partisinya serta dalam perhitungan baik melalui metode
Einstein ataupun metode D.I. Ford hanya temperatur tinggi.
Tugas akhir ini terdiri dari beberapa bab dan masing-masing bab terdiri dari beberapa
subbab:
Sistem yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah sistem fermion yang
mengikuti kaidah eksklusi Pauli, merupakan partikel identik dan memiliki sifat-sifat yang
berbeda jika di bandingkan dengan sistem boson. Oleh karena itu dalam skripsi ini, untuk
menjelaskan gambaran mengenai partikel fermion secara lebih detail sebaiknya terlebih
dahulu kita mengkaji mengenai dasar-dasar mekanika statistik sebagai bahan bagi kita
untuk lebih memahami skripsi ini.
Dua partikel dikatakan identik jika tidak ada efek ketika kedua partikel
tersebut dipertukarkan. Lebih tepatnya, semua kuantitas teramati harus tidak berubah jika
posisi, momentum dan variabel dinamis lainnya seperti spin dari partikel pertama
dipertukarkan dengan variabel dinamis dari partikel kedua. Fungsi gelombang lengkap ψ
dari elektron dalam atom hidrogen dapat dinyatakan sebagai perkalian dari fungsi-fungsi
gelombang yang terpisah, masing-masing menggambarkan bagian ψ dari variabel-
variabel dinamis yang di ketahui.
ψ(1,2,3,…) = ψ(1)ψ (2)ψ(3)… (2.1)
Kita misalkan salah satu partikel yang kita tinjau dalam keadaan kuantum a
dan yang lain dalam keadaan kuantum b, karena partikel itu identik, tidak terdapat
perbedaan dalam kerapatan peluang |ψ| 2 dari sistem itu jika partikel itu dipertukarkan,
partikel dalam keadaan a menggantikan yang dalam keadaan b dan sebaliknya.dengan
kata lain
|ψ| 2 (1,2) = |ψ| 2 (2,1) (2.2)
Jadi fungsi gelombang ψ(2,1) menyatakan partikel yang dipertukarkan dapat diberikan
oleh salah satu
ψ(2,1) = ψ(2,1) (2.3)
ψ(2,1) = -ψ(2,1) (2.4)
dan tetap memenuhi persamaan(2.2). Fungsi gelombang sendiri bukanlah kualitas yang
dapat diukur, sehingga dapat diubah tandanya oleh pertukaran partikel. Fungsi
gelombang yang tidak dipengaruhi oleh pertukaran partikel disebut simetrik, sedangkan
yang tandanya berubah setelah pertukaran partikel disebut antisimetrik.
Jika partikel 1 dalam keadaan a dan partikel 2 dalam keadaan b, menurut persamaan (2.1)
fungsi gelombang sistim menjadi
ψI = ψ a (1) ψ b (2) (2.5)
sedangkan jika partikel 2 dalam keadaan a dan partikel 1 dalam keadaan b, fungsi
gelombangnya adalah
Karena kedua partikel tidak dapat dibedakan, maka kombinasi linier ψ I dan ψ II
merupakan pemberian yang tepat untuk menyatakan keadaan sistim. Terdapat dua
kombinasi yang mungkin, simetrik (ψ S ) dan antisimetrik (ψ A ).
ψS =
1
[ ψ a (1)ψ b (2) + ψ a (2)ψ b (1) ] (2.7)
2
ψA =
1
[ ψ a (1)ψ b (2)-ψ a (2)ψ b (1) ] (2.8)
2
1
Faktor diperlukan untuk menormalisasi ψ s dan ψ A .
2
Perbedaan yang mencolok antara kasus yang pertama dan kedua adalah pada
kasus pertama, partikel 1 dan 2 dapat berada dalam keadaan kuantum yang sama secara
serentak, dengan a = b, sedangkan dalam kasus kedua partikel tidak dapat berada dalam
keadaan kuantum yang sama.
Kondisi inilah yang membedakan kedua partikel kuantum fermion dan boson. Fermion
mengikuti fungsi gelombang antisimetrik dan boson mengikuti fungsi gelombang
simetrik. Sehingga ketika fermion-fermion dalam keadaan yang sama, total ψ adalah nol.
Contohnya, ψ a = ψ b , ini membuktikan kebenaran dari hukum yang menyatakan tidak
terdapat dua elektron dalam keadaan kuantum yang sama atau berlakunya prinsip
eksklusi Pauli.
Dalam tahun 1925, Wolfgang Pauli menemukan prinsip pokok yang mengatur
konfigurasi elektronik atom yang memiliki lebih dari satu elektron. Prinsip eksklusinya
(larangannya) menyatakan bahwa tidak terdapat dua elektron dalam sebuah atom yang
dapat berada dalam keadaan kuantum yang sama. Masing-masing elektron dalam sebuah
atom harus memiliki kumpulan bilangan kuantum n,l,m l dan m s yang berbeda. Bersifat
Gambaran dari suatu kumpulan partikel tunggal tergantung kepada apakah partikel-
partikel tersebut terbedakan (distinguishable) atau tak-terbedakan (indistinguishable).
H = ∑ Ea
Λ m Λ
Na (2.10)
a
∑w
ratakan
A = i i | A|i (2.11)
Dimana keadaan i adalah ortonormal dari Hamiltonian H dan w i adalah peluang berada
bentuk bebas
β=
1
(2.16)
k BT
∂S
β =
∂E V
(2.17)
Tekanan P,
∂S
=
P
k B T ∂V E
(2.18)
∂S ∂S
dE +
∂E ∂V
dS = dV (2.19)
dF = dE - k B (SdT + TdS )
= k B TdS – PdV - k B SdT - k B TdS (2.22)
= - k B SdT – PdV
Entropi,
Tekanan P,
∂F
P=-
∂V T
(2.24)
∂F
= F - T
∂T V
(2.25)
∂ F
∂T T
= - T2
Dalam kesetimbangan termal, asumsinya sistem kontak dengan panas reservoir sehingga
temperatur dalam keadaan konstan. Matrik densitasnya
ρ = Ce − βH (2.26)
Ini berguna untuk menurunkan konstanta normalisasi, C dan bekerja dengan matriks
densitas tanpa normalisasi sehingga kita dapat mendefenisikan fungsi partisi
Z = Tr{ ρ } (2.27)
atau
Z= ∑ei
− β Ei
(2.28)
∑E e β − Ei
1
E= a
Z a
∂
∂T
= - kβT 2 ln Z
Oleh karena itu dapat diperoleh persamaan energi bebas berdasarkan kanonik ensembel
F = - k β T ln Z (2.30)
∂F
µ=
∂N
(2.31)
ρ = Ce − β ( H − µN ) (2.32)
Di sini juga berlaku matriks densitas tanpa normalisasi dan membentuk fungsi partisi
kanonik lengkap
Z= ∑e
N , Ea
− β ( Ea − µN )
(2.33)
∂
∂µ
N = - kβ T ln Z (2.34)
∂ ∂
ln Z + µk B T
∂β ∂µ
E=- ln Z (2.35)
∑e ε
Fungsi partisi dari ensembel yang berada di dalam ensemble kanonik adalah :
− i / kT
Z= (2.37)
i
εe
1
εi / kT
Po = (2.40)
Di mana
Z = ε e −εi / kT (2.41)
Maka
e −εi / kT
Pi =
Z
Pengertian ensemble disini adalah suatu ensemble yang terdiri dari beberapa
sistem yang berada pada satu ruangan masing-masing tempat dapat berada pada sistem
energi. Energi rata-rata dari sebuah ensemble dapat dituliskan persamaannya sebagai
berikut di bawah ini
E = ε P i εi
−
(2.43)
P i = P(0) e −εi / kT
1
−εi / kT
P(0) =
ze
Z = ε e −εi / kT
e −εi / kT
P i = −εi / kT
ze
e −εi / kT
Pi =
Z
E = Z P i εi
−
Maka
e −εi / kT
E =ε
−
E
Z
ε (e −εi / kT εi )
−
E=
1
(2.44)
Z
−
∫
− ∂ E −εi / kT ∂Z
−εi / kT :εi )
= e = kT
∂ −1 / kT T ∂T
E (e (2.45)
− kT 2 ∂Z
E=
Z ∂T
Fermion, diambil dari nama Enrico Fermi, yang artinya adalah partikel yang
membentuk status kuantum komposit yang benar-benar antisimetrik. Hasilnya fermion
bersifat sesuai dengan prinsip eksklusi Pauli dan juga sesuai dengan statistik Fermi-
Dirac.Teori spin-statistik menyatakan bahwa fermion mempunyai spin yang berupa
separuh bilangan bulat. Salah satu cara untuk menggambarkan spin ini ialah bahwa
partikel dengan spin 1/2 , seperti fermion, harus diputar oleh dua rotasi penuh untuk
mengembalikan mereka ke keadaan semula. Contoh-contoh fermion antara lain: elektron,
proton, dan neutron.
Karena masing-masing keadaan kuantum hanya dapat dihuni paling banyak
oleh satu elektron, kita harus mengingat bahwa lebih dari N keadaan kuantum, N 1 dari
seluruhnya yang akan ditempati(terisi).
Jadi, untuk memberikan jumlah dari tingkat energi g i , banyaknya cara n i menempati
gi
Ω i (Ei ) =
ni
Ω i (E i ) =
ni !( g i − ni )!
gi!
(2.46)
Ω (E) = ∏ Ω (E ) = ∏ n
gi!
i ! ( g i − ni )!
i i (2.47)
i i
∑E = ∑n ε
dan
E= i i i (2.48)
i
Dengan menggunakan pendekatan sterling, kita dapat menghitung entropi, energi bebas,
dan potensial kimia.
Entropinya (S),
F = E – TS
Di mana E = n ε
∑ [n ε
Maka
F= i i − T ( g i ln g i − ni ln ni − ( g i − ni ) ln( g i − ni )] (2.50)
i
Untuk menghitung potensial kimia melalui persamaan (2.31) dari kulit I yaitu
∂F
µi =
∂ni
= ε i − T [− ln ni − 1 + ln( g i − ni ) + 1]
Sehingga,
ε i − µi ( g − ni )
= ln i
T ni
Maka,
ε − µi
gi
) +1
ni = (2.51)
exp( i
T
Dalam kesetimbangan, semua potensial kimia untuk semua kulit yang berbeda
harus sama. Dalam hal ini µ i → µ dan mengintepretasikan kedudukan n i dalam bentuk
yang bersesuaian dengan nilai rata-rata kedudukan dalam kesetimbangan, sehingga dapat
dituliskan:
Untuk distribusi fermion
ni =
ε − µi
gi
) +1
(2.52)
exp( i
T
Untuk distribusi boson
) −1
(2.53)
exp( i
T
Untuk sistem boson, fungsi partisinya dari persamaan fungsi partisi kanonik
lengkap (2.33) yaitu
Z= ∑e
N , Ea
− β ( Ea − µN )
(2.54)
Suku-suku dalam nilai eigen partikel tunggal dan energi partikel tunggal adalah
n i = 0,1,2,3…
Sehingga,
∑ ∑i niε i − µ ∑i ni )
−β (
Z= e
{ }
ni
∏ ∑ e β
− ( ni ε i − µni )
= (2.56)
i ni
∏1− e β ε
1
− ( i −µ )
=
i
ni =
1
β (ε i − µ )
−1
(2.57)
e
Banyaknya jumlah partikel dalam sistem,
N= ∑ i
ni
∑
Energinya diberikan oleh
Ea = ni ε i
=∑
i
εi
β ( ε i − µ ) −1
(2.59)
e
N akan meningkat seiring peningkatan µ . Kondensasi Bose-Einstein terjadi ketika
i
N> ∑
i ≠0
ni (2.60)
Oleh sebab itu prinsip eksklusi Pauli yaitu bahwa tidak terdapat dua elektron
dalam sebuah atom yang dapat barada dalam keadaan kuantum yang sama, jadi jumlah
partikel yang dapat menempati keadaan tunggal hanya 0 dan 1, sehingga jika ada g i
kosong. Sejumlah g i keadaan dapat diatur dalam g i ! cara yang berbeda, tetapi ada n i !
permutasi dari keadaan terisi di antara mereka yang tidak relavan partikel itu tak
terbedakan dan ( g i − ni )! permutasi keadaan kosong di antara mereka yang tidak relavan
karena keadaan tidak ada isinya.
Untuk sistem fermion bebas, fungsi partisinya dari persamaan (2.33) adalah
Z= ∑e
N , Ea
− β ( Ea − µN )
Ea = ∑n ε i
i i = n0 ε 0 + n1ε 1 + ...
sehingga
∑ ∑i nε − µ ∑i ni )
−β (
Z= e
{ } ni
∏ ∑ e β
− ( ni ε i − µni )
1
ni =0
= (2.62)
∏ (1 + e )
i
− β (ε i − µ )
=
i
ni =
1
β (ε i − µ )
+1
(2.63)
e
dari persamaan ini diperoleh
∑ eβ ε
1
( i −µ )
+1
N= , (2.64)
i
dan
∑ eβ ε
ε
( −µ )
+1
i
E= (2.65)
i
f( ε ) =
1
β (ε − µ )
+1
(2.66)
e
Jikalau dibandingkan dengan sistem boson, maka distribusi untuk partikel
boson yang mengikuti distribusi Bose-Einstein adalah
f( ε ) =
1
β (ε − µ )
−1
(2.67)
e
Pada sistem boson tidak ada batas dalam mengisi jumlah pada masing-masing level
keadaan atau tidak memenuhi eksklusi Pauli.
FUNGSI PARTISI
Pada bab ini di jelaskan bahwa menurut Kerson Huang, gas ideal dikatakan
bahwa jarak antar partikel dapat dianggap jauh lebih besar dibandingkan dengan ukuran
partikel. Sehingga gaya tarik menarik Van der Walls antar partikel adalah sangat lemah.
Juga kerapatan partikel gas ideal dapat dianggap sangat rendah. Dengan kedua anggapan
tersebut maka interaksi antar partikel dapat diabaikan, sehingga energi total gas hanya
disebabkan oleh gerak partikel yaitu energi kinetik. Energi total dapat dinyatakan
sebagai penjumlahan atas energi masing-masing partikel yang secara diskrit dapat
dinyatakan sebagai berikut
ε 1 ≤ ε 2 ≤ ε 3 ≤ ... ≤ ε k ≤ .
Dalam hal ini indeks k menunjukkan status energi dari masing-masing
partikel. Kediskritan energi ini di pahami secara mudah dalam kuantum. Gas ideal terdiri
atas N partikel, berada dalam temperatur T dan berkesetimbangan dengan reservoir
panas. Status energi gas secara keseluruhan di tentukan oleh jumlah penempatan n k yaitu
∑n ε
∞
E= (3.1)
k =1
k k
∑n ε
∞
E= + n2 ε 2 + n3ε 3 + ... (3.1)
k =1
1 1
∑n
∞
N= (3.2)
k =1
k
Jika g k adalah jumlah status yang bersesuaian dengan jumlah penempatan n k , maka
k =1
k
Z(T,V,N) = ∑g
n1n2 ...
k e − βE (3.3)
∑g
Di mana bahwa fungsi partisi untuk suatu sistem dalam ensemble adalah:
Z= s e − ε s / kT
∑n
s
∞
dengan =N
k =1
k
oleh sebab itu Z disebut sebagai fungsi partisi Boltzman yang secara sederhana disebut
sebagai fungsi partisi dan untuk memperoleh hasil jumlah total suatu sistem partikel-
partikel melalui perhitungan baik melalui penjumlahan maupun perkalian dari stastik
kuantum.
Fungsi partisi kanonik N partikel menurut statistik Maxwell-Boltzmann (MB)
dibatasi dengan persyaratan berikut
- jumlah ensemble dalam sistem konstan
∑n
∞
N= (3.4)
k =1
k
∑n ε
∞
E= (3.1)
k =1
k k
k =1
k
dengan ∑n
k
k =N
( ∑ nk ) N = ∑ N !∏
∞ ∞
( n k ) nk
(3.6)
k =1 n1n2 ... k =1 nk !
∑n
∞
dengan =N
k =1
k
(e )
Maka
∑∏
∞ − βε k nk
=
n1n2 ... k =1 nk !
dengan ∑n k =N
∑e
1 ∞ − βε k
N
N ! k =1
Z(T,V,N) = (3.7)
∑ e βε
∞
−
Z1 = k
(3.8)
k =1
∑ e −2 βε k + ∑ ∑ e
∞ ∞ ∞
− β ( ε k1 +ε k 2 )
Z(T,V,2) = Z 2 (3.10)
k =1 k1 =1 k 2 =1
∑ e + 2! ∑ ∑e
1 ∞ − βε k 1 ∞ ∞ − β (ε k1 +ε k 2 )
Z(T,V,2) = (3.11)
2 k =1 k1 =1 k 2 =1
Di mana k1 ≠ k 2
Dengan demikian fungsi partisi untuk N partikel dapat di tuliskan sebagai berikut:
∑ ∑ ∑ ∑e
ε
1 ∞ ∞ ∞
+ + ... (3.12)
− β ( ε +ε +...+ε k N ) 1 − Nβε k
Z(T,V,N) = ... e k1 k 2
N ! k1 =1 k 2 =1... k N =1 N k =1
∑ exp(− β (n ε
Fungsi partisi kanonik dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut:
Z(T,V,N) = 1 1 + n2 ε 2 + ...)) (3.13)
n1n2 n3...
∑n
∞
N= (3.2)
k =1
k
Tetapi perhitungan fungsi partisi kanonik N partikel boson ini menjadi sulit dilakukan,
∑n
∞
karena persyaratan = N , yang menyebabkan tidak dapat dilakukan terhadap
k =1
k
dilakukan satu per satu secara bebas. Fungsi partisi kanonik besar dapat dituliskan
sebagai berikut :
Untuk boson :
Bose-Einstein
∑ z (T ,V , N ) e µβ
∞
Z ( T,V, µ ) = N
N =0
∑ ∑e β
∞
= − ( n1ε 1 + n2ε 2 +...)
e µβ (n1 + n2 + ...)
N = 0 n1n2 ...
∑ e β ( µ −ε1 )n1 ∑ eβ µ ε
∞ ∞
( − 2 ) n2
= (3.14)
n1 = 0 n2 = 0
β ( µ −ε 1 )
= (1 - e ) −1 (1 - e β ( µ −ε 2 ) ) −1
∏ (1 − e β µ ε
∞
( − ) −1
= k
)
k =1
n1 = 0 n2 = 0
∏ (1 + e β µ ε
∞
( − )
= k
)
k =1
Untuk atom kristal, fungsi partisinya mudah dihitung. Karena antara atom satu
dengan atom yang lain dapat dibedakan dari indek fononnya. Fonon adalah kuanta di
dalam medan gelombang suara secara makroskopis. Adapun atom-atom kristal masing-
masing dapat dianggap sebagai osilator-osilator, yang masing-masing berhubungan
sebagai modus normal dari kisi-kisi yang berosilasi. Didalam teori kuantum modus-
modus itu seperti halnya kuanta yang kemudian disebut fonon.
∑ exp(−βΕ)
Fungsi partisi N buah osilator adalah :
Z(T,V,N) =
k1k 2 ...
E = ε k1 + ε k 2 + ... + ε k N .
k t = 0,1,…, ∞ .
Status energi osilator ke t.
εk t
= energi osilator pada status energi k t
= hvk t
Di mana t adalah sebagai frekuensi osilator.
∏ ∑e β
∞
− hvkt
N
Z(T,V,N) = (3.16)
t =1 k t = 0
= − βhv
N
1
(1 − e )
Metode Einstein :
- Fungsi partisi N osilator adalah
Z(T,V,N) = − βhv
N
1
(1 − e )
(3.17)
Ln Z(T,V,N) = -N ln (1 - e − βhv )
- Energi total N osilator adalah :
∂
∂β
UN = - ln Z(T,V,N) (3.18)
∂
=− ln (1 − e βhv
∂β
Nhv
(e − 1)
βhv
=
(T,V, µ ) = ∏ (1 − e β µ
1
1
( − hvk )
(3.20)
k =1 )
∑ ln(1 − e β µ
∂ ∞
( − hvk )
∂β
=- ) (3.21)
k =1
∑ (e β
∞
(hvk − µ )
( hvk − µ )
− 1)
=
k =1
Dari hasil yang di peroleh dari metode Einstein pada kondisi sistem
temperatur tinggi.
T >> 1 maka h v /k B T << 1. Sehingga
e hv / k B T = 1 + h v /k B T + … (3.22)
x2 x3
jadi menurut persamaan e x = 1 + x + + +…
2! 3!
jika kita mensubstitusikan nilai x = hν /k B T ke persamaan e x , maka :
hv / k B T
e =1 + hν /k B T + + ...
2
2!
x
dalam hal ini kita asumsikan temperatur tinggi menuju tak terhingga (T→ ∞ ), maka
nilai suku kedua dan seterusnya dapat di abaikan sehingga persamaan dapat ditulis
sebagai berikut:
Nhv
(e − 1)
βhv
UN =
=N
hv
1 + hv / k β T − 1
Nhv
1 + hv / k B T − 1
= (3.23)
N
=
1
kB T
Pada temperatur tinggi, hasil yang di peroleh dari metode perhitungan fungsi partisi
D.I.FORD:
∑ (e
N
thv
thv / k BT −1)
UN = (3.24)
t =1
∑ 1 + thv / k
N
thv
T −1
=
t =1 B
∑ thv / k
N
thv
UN =
t =1 B T
+ + ...
1 hv 2 hv
Di mana N = 1 hv / k B T 2 hv / k B T
N = k B T + k B T + ...
maka
UN = N kB T
∏ (1 − α z ) −1
n
Gh = (3.25)
k =1
k
z = e βµ
n→ ∞
jadi dari persamaan Bose-Einstein
∏ (1 − e β µ
∞
G h = (T,V, µ ) = ( − hvk ) −1
)
k =1
Apabila jika ditinjau juga persamaan di bawah ini dalam fungsi partisi hasil
perhitungan metode D.I.FORD :
∏ (1 − e β − thv −1
N
ZN = ) (3.27)
t =1
∏ (1 − e β µ
∞
(T,V, µ ) =
1
( − hvk )
(3.20)
k =1 )
Yaitu terlihat bahwa fungsi partisi hasil perhitungan metode D.I.FORD adalah sama
dengan hasil yang di peroleh lewat Ensemble Kanonik Besar, apabila diambil interval k
(status energi osilator) dari 1 sampai N, serta memasukkan untuk harga µ = 0. Hal ini
lebih mudah dipahami karena munculnya konsep Ensemble Kanonik Besar, juga sebagai
pelebaran konsep Ensemble Kanonik. Bila pada Ensembel Kanonik, jumlah osilator
dibatasi sampai dengan N. Sedangkan untuk Ensemble Kanonik Besar, nilai N tersebut
harus merupakan suatu variabel dari nol sampai tak berhingga dan berdasarkan hal
tersebut dapat dilihat besaran sistem yang disebut potensial kimia µ selama proses
berlangsung adalah konstan.
Untuk partikel boson, terutama foton, pengambilan nilai µ = 0 , khususnya
dalam kasus radiasi benda hitam. Selanjutnya kalau ditinjau deret dari 1/(1-e β ( µ − hvk ) ) ,
mengenai konvergensinya hanya bisa dicapai apabila:
e β ( µ − hvk ) < 1 (3.28)
atau
µ − hvk < 0 (3.29)
Untuk k = 0, maka :
4.1 Kesimpulan
1. Fungsi partisi dalam osilator harmonis sederhana yang dihitung oleh Einstein dengan
metode Ensemble Kanonik Besar diperoleh hasil yang sama dengan cara yang berbeda
yang dilakukan dengan metode D.I. Ford.
Formulasi untuk energi osilator yang dihitung oleh Einstein dan D.I. Ford adalah:
Metode Bose- Einstein
Nhv
(e − 1)βhv
UN =
Nhv
1 + hv / k B T − 1
=
N
=
1
kB T
UN = N kB T
∑ (e
N
thv
T − 1)
UN =
t =1
thv / k B
∑ 1 + thv / k
N
thv
T −1
=
t =1 B
∑ thv / k
N
thv
=
t =1 B T
+ + ...
1 hv 2 hv
Di mana N=
1 hv / k B T 2 hv / k B T
N = k B T +k B T +…
maka
UN = N kB T
4.2 Saran
Untuk peneliti selanjutnya apabila mengangkat judul ini sebagai tugas akhir
supaya dalam melakukan perhitungan pada fungsi partisi menggunakan metode yang
sama dengan cara yang sama untuk mendapatkan atau memperoleh hasil yang sama
berdasarkan temperatur tinggi, karena yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah
dengan cara yang berbeda .
Contoh:
Misalkan T adalah operator linier di berikan oleh matriks
− 2 2 − 3
−1 1 3
2 0 − 1
ρ = ∑ p j | ψ j >< ψ j |
Bentuk matriks densitas
(B.5)
j
Harga ekspektasi (nilai harap) dari pengukuran dapat dihitung melalui pengembangan
dari keadaan murni ( ρ 2 = ρ ) adalah
A = ∑ p j ψ j ψ j = Tr [ρA] (B.6)
j