Anda di halaman 1dari 47

STUDI STATISTIK KUANTUM DALAM FUNGSI PARTISI

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana
Sains

HEBER N SEMBIRING
060801017

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN

Judul : STUDI STATISTIK KUANTUM DALAM FUNGSI


PARTISI
Kategori : SKRIPSI
Nama : HEBER N SEMBIRING
Nomor Induk Mahasiswa : 060801017
Program studi : SARJANA (S1) FISIKA
Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA

Diluluskan di
Medan, 19 Oktober 2010

Disetujui oleh Pembimbing


Departemen Fisika FMIPA USU
Ketua,

Dr,Marhaposan Situmorang. Drs.Kurnia Sembiring,MS.


NIP.195110041980032001 NIP.195801311986011001

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PERNYATAAN

STUDI STATISTIK KUANTUM DALAM FUNGSI PARTISI

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan
dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 19 Oktober 2010

Heber.N Sembiring
NIM : 060801017

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGHARGAAN

Puji dan syukur Saya ucapkan kepada Allah Bapa di surga pencipta segala yang
ada, kepada Yesus Kristus penyelamat hidupku dan juga kepada Roh Kudus penolong
yang Bapa berikan kepadaku untuk tetap semangat dalam menghadapi kesukaran dan
dalam suka maupun duka di saat mengerjakan tugas akhir ini. Kepada-Nyalah aku selalu
berserah dengan segala hormat dan pujianku. Dan juga terkhusus kepada orang tua saya
yang sangat saya sayangi dan saya cintai, W Sembiring dan K Br Karo yang telah
membiayai, mendidik, menyemangati, mendukung dan mengarahkan penulis hingga saat
ini bahkan telah memberikan segenap tenaga dan doa mereka untuk penulis bisa seperti
sekarang ini, serta keluarga besar saya yang selalu mengingatkan dan memotivasi penulis
sampai terselesaikannya tugas akhir ini.

Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada

1. Dosen Pembimbing saya, Drs.Kurnia Sembiring,MS sekaligus sebagai dosen


wali saya yang telah memberikan pengarahan dalam perkuliahan dan
membimbing penulis mulai dari pencarian judul hingga terselesaikannya tugas
akhir ini.

2. Dosen Penguji skripsi saya yaitu : Drs.Milangi Ginting,MS, Drs.Tenang


Ginting,MS, dan Drs.Mimpin Sitepu,M.Sc yang juga ikut serta memberikan
pengarahan kepada penulis dalam skripsi ini.

3. Ketua Departemen Fisika Dr.Marhaposan Situmorang dan Sekretaris


Departemen Dra.Justinon,MS yang telah membantu dalam bidang administrasi.

4. Bang Tua Raja Simbolon,M.Si yang juga telah mengarahkan penulis untuk
mengerjakan tugas akhir ini.

5. Saudari-saudari saya, Sion Oliva Br Sembiring dan Susi Melisa Br sembiring


yang juga memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan tugas
akhir saya ini.

6. Abang saya yang saya sayangi dan saya cintai dengan penuh hormat Stopria
Tarigan yang juga tetap memotivasi, mendukung dan selalu mengingatkan
penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini bahkan dalam doa-doanya bagi
penulis.

7. Bang Toni Aprianto Manik, S.Si dan juga Bang Jonatan Hutahaean, S.Si yang
juga telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Semua teman-teman saya yang ada di kampung susuk yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini sampai selesai.

Universitas Sumatera Utara


9. Teman-teman di Departemen Fisika stambuk 2006. Semangat dan tetap
berjuang!

10. Kepada semua pihak yang membantu penulis yang tidak bisa saya urutkan satu
per satu namanya. Semoga Tuhan yang membalaskan segala kebaikan kalian
semuanya.

Universitas Sumatera Utara


Studi Statistik Kuantum Dalam Fungsi Partisi

ABSTRAK

Fungsi partisi digunakan untuk N osilator harmonis atau N partikel boson maupun
fermion terhadap sistem partikel-partikel identik bebas tidak saling berinteraksi dengan
membandingkan hasil perhitungan antara model Einstein dengan metode perhitungan
fungsi partisi D.I. Ford dengan cara yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang sama
yaitu: U N = N k B T.

Dimana U N adalah Energi total N osilator.

Universitas Sumatera Utara


Statistical Study Quantum In Partition Function.

ABSTRACT

Partition function used for the N of harmonis oscillator or N of particle of boson


and also fermion to free particle identic system do not interact by comparing result of
calculation between Einstein model with method calculation of partition function of D.I.
Ford differently to get result same that is U N = N k B T.

Where U N is total energy of oscillator N.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii
Halaman Pernyataan .......................................................................................... iii
Halaman Penghargaan ....................................................................................... iv
Abstrak.............................................................................................................. vi
Abstract ............................................................................................................. vii
Daftar Isi ........................................................................................................... viii
Daftar Lambang dan Singkatan.......................................................................... x
Bab 1 Pendahuluan .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Metode Penelitian ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 2
1.4 Batasan Masalah ............................................................................. 2
1.5 Sistematika Penulisan...................................................................... 2
Bab 2 Sistem Mikro dan Makro ....................................................................... 4
2.1 Sistem Makroskopik dan Mikroskopik ............................................. 4
2.1.1 Riview ( kajian) Mekanika Kuantum .................................... 4
2.1.2 Partikel Identik ..................................................................... 5
2.1.3 Prinsip Ekslusi Pauli ............................................................. 6
2.2 Mekanika Statistik .......................................................................... 7
2.2.1 Mikrokanonik, Kanonik dan Kanonik Total ............................. 7
2.2.2 Ensembel Kanonik .................................................................. 12
2.2.3 Sifat-Sifat Termodinamika Ensembel Kanonik ........................ 13
2.3 Fermion dan Boson ........................................................................ 14
2.3.1 Distribusi Bose-Einstein......................................................... 16
2.3.2 Distribusi Fermi-Dirac .......................................................... 17
2.4 Statistika Kuantum .......................................................................... 19
Bab 3 Fungsi Partisi ........................................................................................ 20
3.1 Fungsi Partisi Kanonik Gas Ideal ..................................................... 20

Universitas Sumatera Utara


3.2 Fungsi Partisi Kanonik Besar Untuk Boson dan Fermion ................. 23
3.3 Fungsi Partisi Kanonik Osilator Harmonis ....................................... 25
Bab 4 Kesimpulan dan Saran ............................................................................ 30
4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 30
4.2 Saran................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 32
LAMPIRAN ..................................................................................................... 33

Universitas Sumatera Utara


ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang matematika dan fisika maupun singkatan beserta artinya yang digunakan
dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Z Fungsi partisi
E Energi
F Energi bebas
T Temperatur
V Volume
N Jumlah partikel
µ Potensial kimia
β Temperature Invers

kB Tetapan Boltzman ( k = 1,38 x 10 −23 J/K)

h Konstanta Planck (h = 6,626 x 10 −34 Js)


U Energi internal
Gh Fungsi generator dari α k

αk Faktor Boltzman

kt Energi osilator ke t

H Hamiltonian
ρ Matriks densitas
S Entropi

Universitas Sumatera Utara


Studi Statistik Kuantum Dalam Fungsi Partisi

ABSTRAK

Fungsi partisi digunakan untuk N osilator harmonis atau N partikel boson maupun
fermion terhadap sistem partikel-partikel identik bebas tidak saling berinteraksi dengan
membandingkan hasil perhitungan antara model Einstein dengan metode perhitungan
fungsi partisi D.I. Ford dengan cara yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang sama
yaitu: U N = N k B T.

Dimana U N adalah Energi total N osilator.

Universitas Sumatera Utara


Statistical Study Quantum In Partition Function.

ABSTRACT

Partition function used for the N of harmonis oscillator or N of particle of boson


and also fermion to free particle identic system do not interact by comparing result of
calculation between Einstein model with method calculation of partition function of D.I.
Ford differently to get result same that is U N = N k B T.

Where U N is total energy of oscillator N.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

Di alam, partikel-partikel yang ada dapat diklasifikasikan kepada dua jenis stastistik
kuantum. Jenis statistik partikel pertama adalah golongan partikel-partikel yang
memenuhi kaidah statistika Bose-Einstein sedangkan yang kedua adalah partikel-partikel
yang memenuhi kaidah statistika Fermi-Dirac. Perbedaan ini didasarkan pada keadaan
partikel penyusunnya yaitu partikel identik yang tak terbedakan.

Partikel-partikel yang memenuhi statistika Bose-Einstein adalah partikel


boson (contohnya foton, partikel alpa,dll), memiliki spin 0 atau bilangan bulat. Boson
tidak memenuhi prinsip eksklusi, tidak terpengaruh pula pada pertukaran setiap pasangan
partikel atau disebut fungsi gelombang simetrik. Sementara partikel-partikel yang
memenuhi statistika Fermi – Dirac adalah partikel fermion (contohnya elektron, proton
dan neutron,dll), memiliki spin setengah bilangan bulat ganjil (1/2,3/2,5/2,…). Fermion
berbeda dengan boson dalam hal penempatan setiap elektron dalam keadaan yang
tersedia. Fermion mematuhi prinsip larangan Pauli sehingga dia bersifat antisimetrik.
Tetapi dalam hal ini, D.I. Ford juga membahas tentang boson,fermion dalam kondisi
partikel-partikel tidak terjadi interaksi.

1.1 Latar Belakang

Telah banyak pemakaian yang di lakukan terkait kepada statistika Fermi-


Dirac maupun statistika Bose-Einstein. Pemakaian dari statistika Fermi-Dirac diantaranya
adalah untuk membahas fungsi partisi untuk gas ideal dalam fungsi partisi kanonik boson
dan fermion melalui perhitungan metode Einstein serta berdasarkan konsep Ensemble
Kanonik Besar dimana hasilnya dibandingkan terhadap metode D.I. Ford. ( D.I. Ford,
1971).

Universitas Sumatera Utara


.

1.2 Metode Penelitian

Penelitian ini dikerjakan berdasarkan teoritis dan dilakukan melalui statistik


kuantum dalam fungsi partisi. Karena penelitian ini sifatnya teoritis, maka di perlukan
sumber informasi yang tepat mengenai topik yang akan dibicarakan dari buku, jurnal
maupun internet.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi partisi hasil
perhitungan metode Einstein serta berdasarkan konsep Ensemble Kanonik Besar (EKB).
Hasilnya akan dibandingkan dengan teori atau metode D.I Ford, apabila diambil interval
k (status energi osilator) dari 1 sampai N. Keadaan tersebut ditandai dengan kondisi µ =
0, yang disebut potensial kimia µ dalam besaran sistem selama proses berlangsung
adalah konstan.

1.4 Batasan masalah

Supaya lebih mengarahkan kepada satu arah topik pembicaraan, maka perlu
di buat batasan suatu permasalahan dalam skripsi ini yaitu bahwa sistem partikel bebas
diasumsikan sebagai partikel yang tidak saling berinteraksi ( sistem gas ideal) yang di
peroleh dari fungsi partisi, dan juga besaran observabel (besaran yang teramati) hanya
dihitung pada energi fungsi partisinya serta dalam perhitungan baik melalui metode
Einstein ataupun metode D.I. Ford hanya temperatur tinggi.

1.5 Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini terdiri dari beberapa bab dan masing-masing bab terdiri dari beberapa
subbab:

Universitas Sumatera Utara


• Bab 1 menguraikan pendahuluan, latar belakang masalah, metode
penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.
• Bab 2 menguraikan teori dasar dari tugas akhir ini mengenai sistem
makroskopik dan mikroskopik yang berisi uraian tentang mekanika
kuantum, partikel identik, prinsip eksklusi pauli. Mekanika statistik berisi
uraian keadaan mikrokanonik, kanonik dan kanonik total, partikel fermion
dan boson, distribusi Bose-Einstein, distribusi Fermi-Dirac.
• Bab 3 adalah fungsi partisi yang membahas mengenai fungsi partisi
kanonik gas ideal, fungsi partisi kanonik besar untuk boson dan fermion,
fungsi partisi kanonik osilator harmonis.
• Bab 4 berisi kesimpulan dan saran.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

SISTEM MAKRO DAN MIKRO

Sistem yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah sistem fermion yang
mengikuti kaidah eksklusi Pauli, merupakan partikel identik dan memiliki sifat-sifat yang
berbeda jika di bandingkan dengan sistem boson. Oleh karena itu dalam skripsi ini, untuk
menjelaskan gambaran mengenai partikel fermion secara lebih detail sebaiknya terlebih
dahulu kita mengkaji mengenai dasar-dasar mekanika statistik sebagai bahan bagi kita
untuk lebih memahami skripsi ini.

2.1 Sistem Makroskopik dan Mikroskopik

Cabang fisika mekanika statistik menunjukkan atau menjelaskan hubungan


antara sifat makroskopik sistem banyak partikel dengan sifat mikroskopik partikel itu
sendiri. Pokok utama mekanika statistik adalah mencari gambaran semua hukum-hukum
termodinamika dengan kelakuan atom-atom atau molekul-molekul materi, sehingga
pandangan tentang hukum-hukum termodinamika dapat di mengerti secara rinci.
Mekanika statistik sesungguhnya tidaklah mempersoalkan interaksi antara partikel
individual melainkan mempersoalkan kelakuan dengan peluang terbesar.

2.1.1 Review ( kajian) Mekanika Kuantum

Prinsip mekanika kuantum (sistem mikroskopik) mengarah kepada hasil


bahwa energi partikel, tidak mematuhi beberapa gaya konservatif seperti gravitasi, listrik,
atau medan magnetik, tidak bisa menerima beberapa harga yang berubah-ubah, atau tidak
dapat berubah dalam bentuk kontinu. Melainkan partikel dapat berada hanya dalam salah
satu jumlah keadaan yang memiliki energi yang khusus. Energi ini dikatakan
terkuantisasi. Persamaan yang paling dikenal dalam mekanika kuantum adalah
schrodinger.

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Partikel Identik (Indistinguishable Particles)

Dua partikel dikatakan identik jika tidak ada efek ketika kedua partikel
tersebut dipertukarkan. Lebih tepatnya, semua kuantitas teramati harus tidak berubah jika
posisi, momentum dan variabel dinamis lainnya seperti spin dari partikel pertama
dipertukarkan dengan variabel dinamis dari partikel kedua. Fungsi gelombang lengkap ψ
dari elektron dalam atom hidrogen dapat dinyatakan sebagai perkalian dari fungsi-fungsi
gelombang yang terpisah, masing-masing menggambarkan bagian ψ dari variabel-
variabel dinamis yang di ketahui.
ψ(1,2,3,…) = ψ(1)ψ (2)ψ(3)… (2.1)
Kita misalkan salah satu partikel yang kita tinjau dalam keadaan kuantum a
dan yang lain dalam keadaan kuantum b, karena partikel itu identik, tidak terdapat
perbedaan dalam kerapatan peluang |ψ| 2 dari sistem itu jika partikel itu dipertukarkan,
partikel dalam keadaan a menggantikan yang dalam keadaan b dan sebaliknya.dengan
kata lain
|ψ| 2 (1,2) = |ψ| 2 (2,1) (2.2)
Jadi fungsi gelombang ψ(2,1) menyatakan partikel yang dipertukarkan dapat diberikan
oleh salah satu
ψ(2,1) = ψ(2,1) (2.3)
ψ(2,1) = -ψ(2,1) (2.4)
dan tetap memenuhi persamaan(2.2). Fungsi gelombang sendiri bukanlah kualitas yang
dapat diukur, sehingga dapat diubah tandanya oleh pertukaran partikel. Fungsi
gelombang yang tidak dipengaruhi oleh pertukaran partikel disebut simetrik, sedangkan
yang tandanya berubah setelah pertukaran partikel disebut antisimetrik.

Jika partikel 1 dalam keadaan a dan partikel 2 dalam keadaan b, menurut persamaan (2.1)
fungsi gelombang sistim menjadi
ψI = ψ a (1) ψ b (2) (2.5)

sedangkan jika partikel 2 dalam keadaan a dan partikel 1 dalam keadaan b, fungsi
gelombangnya adalah

Universitas Sumatera Utara


ψ II = ψ a (2)ψ b (1) (2.6)

Karena kedua partikel tidak dapat dibedakan, maka kombinasi linier ψ I dan ψ II
merupakan pemberian yang tepat untuk menyatakan keadaan sistim. Terdapat dua
kombinasi yang mungkin, simetrik (ψ S ) dan antisimetrik (ψ A ).

ψS =
1
[ ψ a (1)ψ b (2) + ψ a (2)ψ b (1) ] (2.7)
2

ψA =
1
[ ψ a (1)ψ b (2)-ψ a (2)ψ b (1) ] (2.8)
2
1
Faktor diperlukan untuk menormalisasi ψ s dan ψ A .
2
Perbedaan yang mencolok antara kasus yang pertama dan kedua adalah pada
kasus pertama, partikel 1 dan 2 dapat berada dalam keadaan kuantum yang sama secara
serentak, dengan a = b, sedangkan dalam kasus kedua partikel tidak dapat berada dalam
keadaan kuantum yang sama.
Kondisi inilah yang membedakan kedua partikel kuantum fermion dan boson. Fermion
mengikuti fungsi gelombang antisimetrik dan boson mengikuti fungsi gelombang
simetrik. Sehingga ketika fermion-fermion dalam keadaan yang sama, total ψ adalah nol.
Contohnya, ψ a = ψ b , ini membuktikan kebenaran dari hukum yang menyatakan tidak
terdapat dua elektron dalam keadaan kuantum yang sama atau berlakunya prinsip
eksklusi Pauli.

2.1.3 Prinsip Eksklusi Pauli

Dalam tahun 1925, Wolfgang Pauli menemukan prinsip pokok yang mengatur
konfigurasi elektronik atom yang memiliki lebih dari satu elektron. Prinsip eksklusinya
(larangannya) menyatakan bahwa tidak terdapat dua elektron dalam sebuah atom yang
dapat berada dalam keadaan kuantum yang sama. Masing-masing elektron dalam sebuah
atom harus memiliki kumpulan bilangan kuantum n,l,m l dan m s yang berbeda. Bersifat

gelombang simetrik atau asimetrik. Sifat gelombang maksudnya adalah fungsi

Universitas Sumatera Utara


gelombang yang tidak dipengaruhi oleh pertukaran partikel dan sebaliknya fungsi
gelombang yang berpengaruh terhadap pertukaran partikelnya disebut gelombang
asimetrik.

2.2 Mekanika Statistik

Kita menggunakan mekanika statistik untuk membuktikan sistem riil (sistem


banyak partikel). Dengan mudah kita dapat memecahkan persamaan schrodinger satu
partikel. Untuk banyak partikel,solusinya adalah
ψ total = kombinasi linier ψ a (1)ψ b (2)ψ c (3)… (2.9)

ψ a artinya partikel dalam keadaan a dengan suatu energi E a .

Jika distribusi dari partikel-partikel dari sistem sepanjang energi keadaannya


diketahui, sifat-sifat makroskopik dari sistem dapat ditentukan. Jadi masalah inti dari
mekanika statistik adalah menentukan distribusi yang mungkin dari partikel-partikel
sepanjang energi level dan energi keadaan.

Gambaran dari suatu kumpulan partikel tunggal tergantung kepada apakah partikel-
partikel tersebut terbedakan (distinguishable) atau tak-terbedakan (indistinguishable).

2.2.1 Mikrokanonik,Kanonik dan Kanonik Total

Tinjau suatu sistem partikel-partikel yang tidak saling berinteraksi, dengan


Hamiltoniannya diberikan oleh

H = ∑ Ea
Λ m Λ

Na (2.10)
a

Dimana E a merupakan energi keadaan kuantum partikel tunggal iα dan


Λ

Nα merupakan operator yang mencacah banyaknya partikel yang berada pada iα ,

Universitas Sumatera Utara


sedangkan m menunjukkan jumlah aras energi yang berbeda (dapat merosot), dinotasikan
sebagai iα = 1,…,m, dengan m dapat tak berhingga.

Mekanika statistik kita diperhadapkan dengan situasi dimana keadaan


kuantum dari sistem tidak diketahui.Nilai harap dari suatu observabel harus dirata-

∑w
ratakan
A = i i | A|i (2.11)

Dimana keadaan i adalah ortonormal dari Hamiltonian H dan w i adalah peluang berada

dalam keadaan i .w i harus memenuhi ∑w i = 1. Nilai harap dapat dituliskan dalam

bentuk bebas

A = Tr{ ρA} (2.12)

ρ adalah matriks densitas. Dalam hal ini ρ = ∑w i i i i . Keadaan ∑wi = 1 yakni

peluangnya bertambah 1,yaitu


Tr{ ρ } = 1 (2.13)

Kita selalu diperhadapkan kepada tiga ensemble: mikrokanonik ensemble,


kanonik ensemble, dan kanonik ensemble total. Dalam mikrokanonik ensemble
diasumsikan sistim dalam keadaan tertutup, sehingga energi E tetap, tetapi semua
keadaan dengan energi E sama dengan probabilitas
ρ = C δ (H – E) (2.14)
dimana ρ adalah matriks densitas.
δ adalah delta kronecker.

C adalah konstanta normalisasi dan entropi diberikan oleh:


S = - ln C (2.15)

Universitas Sumatera Utara


Dengan demikian S = ln (# keadaan dari energi E).
Temperatur invers,

β=
1
(2.16)
k BT

 ∂S 
β = 
 ∂E V
(2.17)

Tekanan P,

 ∂S 
= 
P
k B T  ∂V  E
(2.18)

Dari hukum pertama termodinamika

∂S ∂S
dE +
∂E ∂V
dS = dV (2.19)

dE = k B TdS – PdV (2.20)


Energi bebas,
F = E - k B TS (2.21)

Jika persamaan ini diturunkan dan dihubungkan dengan persamaan sebelumnya

dF = dE - k B (SdT + TdS )
= k B TdS – PdV - k B SdT - k B TdS (2.22)

= - k B SdT – PdV

Maka diperoleh persamaan –persamaan

Entropi,

Universitas Sumatera Utara


1  ∂F 
 
k B T  ∂T V
S=- (2.23)

Tekanan P,
 ∂F 
P=-  
 ∂V  T
(2.24)

Energi E kita peroleh kembali dalam formulasi yang baru


E = F + k B TS

 ∂F 
= F - T 
 ∂T V
(2.25)

∂ F
 
∂T  T 
= - T2

Dalam kesetimbangan termal, asumsinya sistem kontak dengan panas reservoir sehingga
temperatur dalam keadaan konstan. Matrik densitasnya

ρ = Ce − βH (2.26)

Ini berguna untuk menurunkan konstanta normalisasi, C dan bekerja dengan matriks
densitas tanpa normalisasi sehingga kita dapat mendefenisikan fungsi partisi

Z = Tr{ ρ } (2.27)
atau

Z= ∑ei
− β Ei
(2.28)

Energi rata-ratanya diperoleh

∑E e β − Ei
1
E= a
Z a

Universitas Sumatera Utara



∂β
=- ln Z (2.29)


∂T
= - kβT 2 ln Z

Oleh karena itu dapat diperoleh persamaan energi bebas berdasarkan kanonik ensembel
F = - k β T ln Z (2.30)

Potensial kimia µ di defenisikan sebagai

∂F
µ=
∂N
(2.31)

N adalah jumlah partikel.

Dalam kanonik lengkap total, temperatur T dan potensial kimia µ diketahui


dan matriks densitas

ρ = Ce − β ( H − µN ) (2.32)
Di sini juga berlaku matriks densitas tanpa normalisasi dan membentuk fungsi partisi
kanonik lengkap

Z= ∑e
N , Ea
− β ( Ea − µN )
(2.33)

Jumlah partikel rata-rata di peroleh


∂µ
N = - kβ T ln Z (2.34)

Sehingga energi rata-ratanya diperoleh

∂ ∂
ln Z + µk B T
∂β ∂µ
E=- ln Z (2.35)

Universitas Sumatera Utara


Pada skripsi ini kita akan menggunakan fungsi partisi kanonik lengkap untuk kondisi
temperatur dan potensial kimia yang diketahui dalam suatu sistem.

2.2.2 Ensemble Kanonik

Semua ensemble yang berada dalam ensemble kanonik mempunyai


temperatur yang sama. Oleh karena itu di dinding pemisah bersifat permeabel yang
artinya dapat ditembus oleh panas atau cairan. Oleh karena setiap ensemble yang
mempunyai temperatur yang sama maka terjadi kesetimbangan termodinamika. Energi
dari sebuah ensemble yang berada dalam ensemble kanonik berubah terhadap waktu
mulai dari energi ke nol sampai ke energi totalnya. Apabila sebuah ensemble yang di
dalam ensemble kanonik berada pada state ke i dengan energi ε i yang dinyatakan posisi.
Probobilitas bahwa sebuah berada dalam state ke i sama dengan nol.
− ε / kT
P i = P(0) e (2.36)

Di mana P(0) adalah fungsi temperatur T.


Oleh karena pada state ke i ensemble harus sama dengan 1 sehingga probabilitas
menjadi:
ε Pi = 1

∑e ε
Fungsi partisi dari ensembel yang berada di dalam ensemble kanonik adalah :
− i / kT
Z= (2.37)
i

Fungsi partisi ini mempunyai sifat-sifat sama dengan partisi total.


ZN
Z= (2.38)
N!
Sehingga
− εi / kT
P i = p(o) e (2.39)

εe
1
εi / kT
Po = (2.40)

Di mana
Z = ε e −εi / kT (2.41)
Maka

Universitas Sumatera Utara


e −εi / kT
εe
P i = −εi / kT (2.42)

e −εi / kT
Pi =
Z

2.2.3 Sifat- Sifat Termodinamika Ensemble Kanonik

Pengertian ensemble disini adalah suatu ensemble yang terdiri dari beberapa
sistem yang berada pada satu ruangan masing-masing tempat dapat berada pada sistem
energi. Energi rata-rata dari sebuah ensemble dapat dituliskan persamaannya sebagai
berikut di bawah ini

E = ε P i εi

(2.43)

P i = P(0) e −εi / kT

1
−εi / kT
P(0) =
ze
Z = ε e −εi / kT
e −εi / kT
P i = −εi / kT
ze
e −εi / kT
Pi =
Z

E = Z P i εi

Maka
e −εi / kT
E =ε

E
Z

ε (e −εi / kT εi )

E=
1
(2.44)
Z
−

− ∂  E −εi / kT ∂Z
−εi / kT :εi )
=  e = kT
∂ −1 / kT  T ∂T
E (e (2.45)

− kT 2 ∂Z
E=
Z ∂T

Universitas Sumatera Utara


2.3 Fermion dan Boson

Fermion, diambil dari nama Enrico Fermi, yang artinya adalah partikel yang
membentuk status kuantum komposit yang benar-benar antisimetrik. Hasilnya fermion
bersifat sesuai dengan prinsip eksklusi Pauli dan juga sesuai dengan statistik Fermi-
Dirac.Teori spin-statistik menyatakan bahwa fermion mempunyai spin yang berupa
separuh bilangan bulat. Salah satu cara untuk menggambarkan spin ini ialah bahwa
partikel dengan spin 1/2 , seperti fermion, harus diputar oleh dua rotasi penuh untuk
mengembalikan mereka ke keadaan semula. Contoh-contoh fermion antara lain: elektron,
proton, dan neutron.
Karena masing-masing keadaan kuantum hanya dapat dihuni paling banyak
oleh satu elektron, kita harus mengingat bahwa lebih dari N keadaan kuantum, N 1 dari
seluruhnya yang akan ditempati(terisi).
Jadi, untuk memberikan jumlah dari tingkat energi g i , banyaknya cara n i menempati

tingkat-tingkat energi ini adalah

 gi 
Ω i (Ei ) =  
 ni 

Ω i (E i ) =
ni !( g i − ni )!
gi!
(2.46)

Dengan E i = n i ε i .Jadi untuk keseluruhan sistem

Ω (E) = ∏ Ω (E ) = ∏ n
gi!
i ! ( g i − ni )!
i i (2.47)
i i

∑E = ∑n ε
dan
E= i i i (2.48)
i

Dengan menggunakan pendekatan sterling, kita dapat menghitung entropi, energi bebas,
dan potensial kimia.

Entropinya (S),

Universitas Sumatera Utara


S = k ln Ω (E) = k ∑ g i ln g i – n i ln n i –(g i – n i ) ln(g i –n i ) (2.49)
i

Energi bebas (F),

F = E – TS
Di mana E = n ε

∑ [n ε
Maka
F= i i − T ( g i ln g i − ni ln ni − ( g i − ni ) ln( g i − ni )] (2.50)
i

Untuk menghitung potensial kimia melalui persamaan (2.31) dari kulit I yaitu

∂F
µi =
∂ni

= ε i − T [− ln ni − 1 + ln( g i − ni ) + 1]
Sehingga,

ε i − µi  ( g − ni ) 
= ln i 
T  ni 
Maka,

ε − µi
gi

) +1
ni = (2.51)
exp( i
T
Dalam kesetimbangan, semua potensial kimia untuk semua kulit yang berbeda
harus sama. Dalam hal ini µ i → µ dan mengintepretasikan kedudukan n i dalam bentuk

yang bersesuaian dengan nilai rata-rata kedudukan dalam kesetimbangan, sehingga dapat
dituliskan:
Untuk distribusi fermion

ni =
ε − µi
gi

) +1
(2.52)
exp( i
T
Untuk distribusi boson

Universitas Sumatera Utara


ni =
ε − µi
gi

) −1
(2.53)
exp( i
T

2.3.1 Distribusi Bose –Einstein

Untuk sistem boson, fungsi partisinya dari persamaan fungsi partisi kanonik
lengkap (2.33) yaitu

Z= ∑e
N , Ea
− β ( Ea − µN )
(2.54)

Suku-suku dalam nilai eigen partikel tunggal dan energi partikel tunggal adalah

E a = ∑ ni ε i = n0 ε 0 + n1ε 1 + ... (2.55)


i

n i = 0,1,2,3…

Sehingga,

∑ ∑i niε i − µ ∑i ni )
−β (
Z= e
{ }
ni

∏  ∑ e β
 
− ( ni ε i − µni )


 
= (2.56)
i ni

∏1− e β ε
1
− ( i −µ )
=
i

ni =
1
β (ε i − µ )
−1
(2.57)
e
Banyaknya jumlah partikel dalam sistem,

N= ∑ i
ni

Universitas Sumatera Utara


∑ eβ ε
1
( i −µ )
−1
= (2.58)
i


Energinya diberikan oleh
Ea = ni ε i

=∑
i

εi
β ( ε i − µ ) −1
(2.59)
e
N akan meningkat seiring peningkatan µ . Kondensasi Bose-Einstein terjadi ketika
i

N> ∑
i ≠0
ni (2.60)

2.3.2 Distribusi Fermi-Dirac

Statistik Fermi-Dirac pertama sekali di perkenalkan oleh Enrico Fermi dan


Paul Dirac pada 1926. Salah satu aplikasi dari statistika Fermi-Dirac ini adalah dalam
distribusi Fermi-Dirac yaitu untuk sistem fermion identik.

Oleh sebab itu prinsip eksklusi Pauli yaitu bahwa tidak terdapat dua elektron
dalam sebuah atom yang dapat barada dalam keadaan kuantum yang sama, jadi jumlah
partikel yang dapat menempati keadaan tunggal hanya 0 dan 1, sehingga jika ada g i

keadaan berenergi sama ε i dan ada n i partikel,maka n i keadaan terisi dan (g i -n i )

kosong. Sejumlah g i keadaan dapat diatur dalam g i ! cara yang berbeda, tetapi ada n i !
permutasi dari keadaan terisi di antara mereka yang tidak relavan partikel itu tak
terbedakan dan ( g i − ni )! permutasi keadaan kosong di antara mereka yang tidak relavan
karena keadaan tidak ada isinya.

Untuk sistem fermion bebas, fungsi partisinya dari persamaan (2.33) adalah

Z= ∑e
N , Ea
− β ( Ea − µN )

Universitas Sumatera Utara


sama halnya pada distribusi Bose-Einstein, bahwa

Ea = ∑n ε i
i i = n0 ε 0 + n1ε 1 + ...

hanya, oleh karena prinsip eksklusi pauli


n i = 0,1 (2.61)

sehingga

∑ ∑i nε − µ ∑i ni )
−β (
Z= e
{ } ni

∏  ∑ e β
 
− ( ni ε i − µni )


1

 ni =0 
= (2.62)

∏ (1 + e )
i

− β (ε i − µ )
=
i

ni =
1
β (ε i − µ )
+1
(2.63)
e
dari persamaan ini diperoleh

∑ eβ ε
1
( i −µ )
+1
N= , (2.64)
i

dan

∑ eβ ε
ε
( −µ )
+1
i
E= (2.65)
i

maka distribusi Fermi-Dirac untuk fermion adalah

f( ε ) =
1
β (ε − µ )
+1
(2.66)
e
Jikalau dibandingkan dengan sistem boson, maka distribusi untuk partikel
boson yang mengikuti distribusi Bose-Einstein adalah

f( ε ) =
1
β (ε − µ )
−1
(2.67)
e

Pada sistem boson tidak ada batas dalam mengisi jumlah pada masing-masing level
keadaan atau tidak memenuhi eksklusi Pauli.

Universitas Sumatera Utara


Tanda positif dan negatif pada persamaan inilah yang menyebabkan perbedaan antara
kedua distribusi ini. Di mana bahwa dalam distribusi Fermi-Dirac terbukti bahwa peluang
elektron menempati suatu keadaan adalah antara 0 dan 1, karena dibatasi oleh pembagi
+1.

2.4 Statistika Kuantum

Statistika kuantum adalah sejumlah energi yang terdistribusi diantara sistem


partikel dalam kesetimbangan termal pada temperatur dimana bahwa sistem mekanika
kuantum yang terdiri dari N partikel. Fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann berlaku untuk
sistem partikel identik yang satu sama lain dapat di bedakan dengan fungsi
gelombangnya bertumpangan. Molekul dalam gas cocok dengan pemerian tersebut, dan
memenuhi statistika Maxwell-Boltzman. Jika fungsi gelombang cukup banyak saling
bertumpangan, keadaannya berubah karena partikel tersebut tidak dapat dibedakan.
Akibat mekanika kuantum dari partikel yang tak terbedakan, maka fungsi gelombang
dalam sistem partikel tersebut yang saling bertumpangan dapat dilihat dalam dua bagian
yaitu:
1. Partikel dengan spin 0 atau bilangan bulat yang disebut boson. Boson tidak me
menuhi prinsip eksklusi, dan fungsi gelombang boson tidak terpengaruh oleh –
pertukaran setiap pasangan partikel. Fungsi gelombang semacan ini disebut
simetrik.
1 3 5
2. Partikel dengan spin setengah bilangin bulat-ganjil ( , , ,...) di sebut fer-
2 2 2
mion. Fermion memenuhi prinsip eksklusi yaitu bahwa tidak terdapat dua
elektron dalam sebuah atom yang barada dalam keadaan kuantum yang sama,
dan fungsi gelombang sistem fermion berubah tanda terhadap pertukaran setiap
pasangan partikel. Fungsi gelombang semacam ini disebut antisimetri.

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

FUNGSI PARTISI

3.1 Fungsi Partisi Kanonik Gas Ideal

Pada bab ini di jelaskan bahwa menurut Kerson Huang, gas ideal dikatakan
bahwa jarak antar partikel dapat dianggap jauh lebih besar dibandingkan dengan ukuran
partikel. Sehingga gaya tarik menarik Van der Walls antar partikel adalah sangat lemah.
Juga kerapatan partikel gas ideal dapat dianggap sangat rendah. Dengan kedua anggapan
tersebut maka interaksi antar partikel dapat diabaikan, sehingga energi total gas hanya
disebabkan oleh gerak partikel yaitu energi kinetik. Energi total dapat dinyatakan
sebagai penjumlahan atas energi masing-masing partikel yang secara diskrit dapat
dinyatakan sebagai berikut

ε 1 ≤ ε 2 ≤ ε 3 ≤ ... ≤ ε k ≤ .
Dalam hal ini indeks k menunjukkan status energi dari masing-masing
partikel. Kediskritan energi ini di pahami secara mudah dalam kuantum. Gas ideal terdiri
atas N partikel, berada dalam temperatur T dan berkesetimbangan dengan reservoir
panas. Status energi gas secara keseluruhan di tentukan oleh jumlah penempatan n k yaitu

jumlah molekul yang menempati status energi ke k.


Energi total gas dalam ensemble adalah

∑n ε

E= (3.1)
k =1
k k

∑n ε

E= + n2 ε 2 + n3ε 3 + ... (3.1)
k =1
1 1

Jumlah partikel gas dalam ensemble adalah

∑n

N= (3.2)
k =1
k

Universitas Sumatera Utara


∑n

N= + n2 + n3 + ... (3.2)
k =1
1

Jika g k adalah jumlah status yang bersesuaian dengan jumlah penempatan n k , maka

g k dapat dibagi dalam dua fungsi yaitu:

1.Untuk statistik BE dan FD, → g k =1. g k = n k sedangkan

2.Untuk statistik MB setelah di koreksi dengan 1/N!, → g k =


∏n !
1

k =1
k

Fungsi partisi N partikel di defenisikan sebagai berikut

Z(T,V,N) = ∑g
n1n2 ...
k e − βE (3.3)

∑g
Di mana bahwa fungsi partisi untuk suatu sistem dalam ensemble adalah:
Z= s e − ε s / kT

∑n
s


dengan =N
k =1
k

oleh sebab itu Z disebut sebagai fungsi partisi Boltzman yang secara sederhana disebut
sebagai fungsi partisi dan untuk memperoleh hasil jumlah total suatu sistem partikel-
partikel melalui perhitungan baik melalui penjumlahan maupun perkalian dari stastik
kuantum.
Fungsi partisi kanonik N partikel menurut statistik Maxwell-Boltzmann (MB)
dibatasi dengan persyaratan berikut
- jumlah ensemble dalam sistem konstan

∑n

N= (3.4)
k =1
k

- energi total dalam ensemble pada sistem konstan

∑n ε

E= (3.1)
k =1
k k

Universitas Sumatera Utara


Juga statistik Maxwell-Boltzmann memperbolehkan jumlah penempatan tiap status dari
nol sampai tak berhingga karena status energi gas boson secara keseluruhan dapat
ditentukan oleh jumlah penempatan setiap status energinya.

∑ e − β ( n1ε1 + n2ε 2 + n3ε 3 +...)


∏n !
1

Z(T,V,N) = (3.5)
n1n2 ...

k =1
k

dengan ∑n
k
k =N

Dengan menggunakan persamaan di bawah ini:

( ∑ nk ) N = ∑ N !∏
∞ ∞
( n k ) nk
(3.6)
k =1 n1n2 ... k =1 nk !

∑n

dengan =N
k =1
k

(e )
Maka

∑∏
∞ − βε k nk
=
n1n2 ... k =1 nk !

dengan ∑n k =N

∑e
1  ∞ − βε k 

N

N !  k =1 
Z(T,V,N) = (3.7)

Karena fungsi partisi satu partikel telah didefenisikan sebagai

∑ e βε


Z1 = k
(3.8)
k =1

Sehingga fungsi partisi untuk N partikel adalah


1
Z(T,V,N) = (Z1 ) N (3.9)
N!
Berikut ini akan ditinjau fungsi partisi untuk dua partikel, yang akan diperluas
untuk menentukan bentuk fungsi N partikel.
Fungsi partisi untuk dua partikel adalah :

∑ e −2 βε k + ∑ ∑ e
∞ ∞ ∞
− β ( ε k1 +ε k 2 )
Z(T,V,2) = Z 2 (3.10)
k =1 k1 =1 k 2 =1

Universitas Sumatera Utara


Suku pertama menyatakan bahwa kedua partikel menempati status energi yang sama.
Tetapi karena tidak terdapat perbedaan antara status energi yang satu dengan yang lain
maka perhitungan dilakukan dengan faktor 1/2.
Suku kedua menyatakan bahwa masing-masing partikel menempati status yang berlainan.
Tetapi karena antar partikel tak dapat dibedakan, maka harus disertakan faktor
perhitungan sebesar 1/2!

∑ e + 2! ∑ ∑e
1 ∞ − βε k 1 ∞ ∞ − β (ε k1 +ε k 2 )
Z(T,V,2) = (3.11)
2 k =1 k1 =1 k 2 =1

Di mana k1 ≠ k 2
Dengan demikian fungsi partisi untuk N partikel dapat di tuliskan sebagai berikut:

∑ ∑ ∑ ∑e
ε
1 ∞ ∞ ∞
+ + ... (3.12)
− β ( ε +ε +...+ε k N ) 1 − Nβε k
Z(T,V,N) = ... e k1 k 2
N ! k1 =1 k 2 =1... k N =1 N k =1

Bentuk fungsi partisi tersebut hanyalah menyatakaan dua kemungkinan penempatan


partikel atas status energinya.
Suku pertama menyatakan bahwa setiap partikel menempati status energi yang berbeda.
Karena antar partikel tak dapat dibedakan maka harus disertakan dalam bentuk 1/N!.
Suku kedua menyatakan N partikel menempati status energi yang sama. Karena hanya
satu status yang dipilih dan itu tidak berbeda, maka harus di lakukan dengan faktor 1/N!.

3.2 Fungsi Partisi Kanonik Besar Untuk Boson Dan Fermion

Status energi gas boson secara keseluruhan ditentukan oleh jumlah


penempatan masing-masing status energinya, yang disimbolkan dengan nk =

0,1,2,3,…, ∞ , sedangkan k menunjukkan status energi, k = 1,2,3,…, ∞ .

∑ exp(− β (n ε
Fungsi partisi kanonik dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut:
Z(T,V,N) = 1 1 + n2 ε 2 + ...)) (3.13)
n1n2 n3...

Perhitungan ini dilakukan dengan persyaratan :


- Energi total gas :

Universitas Sumatera Utara


∑n ε

E= (3.1)
k =1
k k

- Jumlah partikel dalam gas :

∑n

N= (3.2)
k =1
k

Tetapi perhitungan fungsi partisi kanonik N partikel boson ini menjadi sulit dilakukan,

∑n

karena persyaratan = N , yang menyebabkan tidak dapat dilakukan terhadap
k =1
k

masing-masing n k secara bebas satu sama lain.


Untuk mengatasi kesulitan tersebut, maka digunakan ensemble kanonik besar,
yang mana jumlah partikel dalam setiap sistem dapat berubah-ubah dari nol sampai tak
berhingga. Dalam hal ini T,V dan µ (potensial kimia) dari sistem adalah konstan.Akibat
pelonggaran persyaratan itu, bahwa dalam setiap penjumlahan terhadap n k dapat

dilakukan satu per satu secara bebas. Fungsi partisi kanonik besar dapat dituliskan
sebagai berikut :
Untuk boson :
Bose-Einstein

∑ z (T ,V , N ) e µβ

Z ( T,V, µ ) = N

N =0

∑ ∑e β

= − ( n1ε 1 + n2ε 2 +...)
e µβ (n1 + n2 + ...)
N = 0 n1n2 ...

∑ e β ( µ −ε1 )n1 ∑ eβ µ ε
∞ ∞
( − 2 ) n2
= (3.14)
n1 = 0 n2 = 0

β ( µ −ε 1 )
= (1 - e ) −1 (1 - e β ( µ −ε 2 ) ) −1

∏ (1 − e β µ ε

( − ) −1
= k
)
k =1

Sedangkan untuk fermion, jumlah penempatan masing-masing status adalah :


n k = 0, atau 1.
Fermi-Dirac

Universitas Sumatera Utara


(T,V, µ ) = ∑ e β ( µ −ε1 ) n1 ∑ eβ µ ε ( −
1 1
2 ) n2

n1 = 0 n2 = 0

= (1 + e β ( µ −ε1 ) ) (1+e β ( µ −ε 2 ) ) (3.15)

∏ (1 + e β µ ε

( − )
= k
)
k =1

3.3 Fungsi Partisi Kanonik Osilator Harmonis

Untuk atom kristal, fungsi partisinya mudah dihitung. Karena antara atom satu
dengan atom yang lain dapat dibedakan dari indek fononnya. Fonon adalah kuanta di
dalam medan gelombang suara secara makroskopis. Adapun atom-atom kristal masing-
masing dapat dianggap sebagai osilator-osilator, yang masing-masing berhubungan
sebagai modus normal dari kisi-kisi yang berosilasi. Didalam teori kuantum modus-
modus itu seperti halnya kuanta yang kemudian disebut fonon.

∑ exp(−βΕ)
Fungsi partisi N buah osilator adalah :
Z(T,V,N) =
k1k 2 ...

E = ε k1 + ε k 2 + ... + ε k N .

k t = 0,1,…, ∞ .
Status energi osilator ke t.
εk t
= energi osilator pada status energi k t

= hvk t
Di mana t adalah sebagai frekuensi osilator.

∏ ∑e β

− hvkt
N
Z(T,V,N) = (3.16)
t =1 k t = 0

 
=  − βhv 
N
1
 (1 − e ) 

Universitas Sumatera Utara


Dengan demikian bahwa energi menurut metode Einstein dan menurut
konsep Ensemble Kanonik Besar akan dibandingkan kedua hasil perhitungan tersebut
yang di dasarkan pada teori fungsi partisi D.I. FORD.

Metode Einstein :
- Fungsi partisi N osilator adalah

 
Z(T,V,N) =  − βhv 
N
1
 (1 − e ) 
(3.17)

Ln Z(T,V,N) = -N ln (1 - e − βhv )
- Energi total N osilator adalah :

∂β
UN = - ln Z(T,V,N) (3.18)


=− ln (1 − e βhv
∂β
Nhv
(e − 1)
βhv
=

Di mana h adalah konstanta planck.

Metode Ensemble Kanonik Besar :


- Fungsi partisi kanonik besar osilator adalah:
Bose-Einstein
(T,V, µ ) = (1-e β ( µ −ε k ) ) −1 (3.19)

untuk osilator, bila skala energi dimulai dari ½ hv


maka ε k = hvk

di mana k disini sebagai status energi osilator.


Bose-Einsten

(T,V, µ ) = ∏ (1 − e β µ
1
1
( − hvk )
(3.20)
k =1 )

Universitas Sumatera Utara


- Energi total osilator dalam Ensemble Kanonik Besar:

ln (T , V , µ )
∂β
U EKB = -

∑ ln(1 − e β µ
∂ ∞
( − hvk )

∂β
=- ) (3.21)
k =1

∑ (e β

(hvk − µ )
( hvk − µ )
− 1)
=
k =1

Dari hasil yang di peroleh dari metode Einstein pada kondisi sistem
temperatur tinggi.
T >> 1 maka h v /k B T << 1. Sehingga

e hv / k B T = 1 + h v /k B T + … (3.22)

x2 x3
jadi menurut persamaan e x = 1 + x + + +…
2! 3!
jika kita mensubstitusikan nilai x = hν /k B T ke persamaan e x , maka :

 hv / k B T 
e =1 + hν /k B T +   + ...
2

 2! 
x

dalam hal ini kita asumsikan temperatur tinggi menuju tak terhingga (T→ ∞ ), maka
nilai suku kedua dan seterusnya dapat di abaikan sehingga persamaan dapat ditulis
sebagai berikut:

Nhv
(e − 1)
βhv
UN =

 
=N  
hv
1 + hv / k β T − 1
Nhv
1 + hv / k B T − 1
= (3.23)

N
=
1
kB T

Universitas Sumatera Utara


= N k B T.
Di mana T adalah temparatur.

Pada temperatur tinggi, hasil yang di peroleh dari metode perhitungan fungsi partisi
D.I.FORD:

∑ (e
N
thv
thv / k BT −1)
UN = (3.24)
t =1

∑ 1 + thv / k
N
thv
T −1
=
t =1 B

∑ thv / k
N
thv
UN =
t =1 B T

+ + ...
1 hv 2 hv
Di mana N = 1 hv / k B T 2 hv / k B T

N = k B T + k B T + ...
maka
UN = N kB T

Di mana bahwa t adalah waktu.


Ternyata bahwa pada temperatur tinggi, energi total dari N osilator baik dihitung dengan
metode Einstein maupun dengan metode perhitungan fungsi partisi dari D.I FORD
didapatkan hasil yang sama, yaitu U N = N k B T.

Tinjau kembali persamaan di bawah ini:

∏ (1 − α z ) −1
n
Gh = (3.25)
k =1
k

Disubstitusikan untuk : α k = e − βε k = e − βhvk (3.26)

z = e βµ
n→ ∞
jadi dari persamaan Bose-Einstein

Universitas Sumatera Utara


∏ (1 − e β µ

(T,V, µ ) =
1
( − hvk )
(3.20)
k =1 )
Di mana bahwa Π adalah untuk penjumlahan perkalian sedangkan Σ adalah sebagai
penjumlahan biasa.
maka :

∏ (1 − e β µ

G h = (T,V, µ ) = ( − hvk ) −1
)
k =1

Apabila jika ditinjau juga persamaan di bawah ini dalam fungsi partisi hasil
perhitungan metode D.I.FORD :

∏ (1 − e β − thv −1
N
ZN = ) (3.27)
t =1

dengan membandingkan persamaan Bose-Einstein dibawah ini:

∏ (1 − e β µ

(T,V, µ ) =
1
( − hvk )
(3.20)
k =1 )
Yaitu terlihat bahwa fungsi partisi hasil perhitungan metode D.I.FORD adalah sama
dengan hasil yang di peroleh lewat Ensemble Kanonik Besar, apabila diambil interval k
(status energi osilator) dari 1 sampai N, serta memasukkan untuk harga µ = 0. Hal ini
lebih mudah dipahami karena munculnya konsep Ensemble Kanonik Besar, juga sebagai
pelebaran konsep Ensemble Kanonik. Bila pada Ensembel Kanonik, jumlah osilator
dibatasi sampai dengan N. Sedangkan untuk Ensemble Kanonik Besar, nilai N tersebut
harus merupakan suatu variabel dari nol sampai tak berhingga dan berdasarkan hal
tersebut dapat dilihat besaran sistem yang disebut potensial kimia µ selama proses
berlangsung adalah konstan.
Untuk partikel boson, terutama foton, pengambilan nilai µ = 0 , khususnya

dalam kasus radiasi benda hitam. Selanjutnya kalau ditinjau deret dari 1/(1-e β ( µ − hvk ) ) ,
mengenai konvergensinya hanya bisa dicapai apabila:
e β ( µ − hvk ) < 1 (3.28)
atau
µ − hvk < 0 (3.29)
Untuk k = 0, maka :

Universitas Sumatera Utara


µ <0
Dengan demikian jelas, bahwa potensial kimia per partikel boson adalah negatif atau
bersifat anti simetrik karena potensial kimianya lebih kecil dari nol, yaitu µ < 0. Jadi
dalam fungsi partisi N osilator, baik dihitung melalui ensemble kanonik besar maupun
lewat metode perhitungan fungsi partisi dari D.I.FORD di dapatkan hasil yang sama.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Fungsi partisi dalam osilator harmonis sederhana yang dihitung oleh Einstein dengan
metode Ensemble Kanonik Besar diperoleh hasil yang sama dengan cara yang berbeda
yang dilakukan dengan metode D.I. Ford.
Formulasi untuk energi osilator yang dihitung oleh Einstein dan D.I. Ford adalah:
Metode Bose- Einstein
Nhv
(e − 1)βhv
UN =

Nhv
1 + hv / k B T − 1
=

N
=
1
kB T
UN = N kB T

Metode D.I. Ford

∑ (e
N
thv
T − 1)
UN =
t =1
thv / k B

∑ 1 + thv / k
N
thv
T −1
=
t =1 B

∑ thv / k
N
thv
=
t =1 B T

+ + ...
1 hv 2 hv
Di mana N=
1 hv / k B T 2 hv / k B T

N = k B T +k B T +…
maka
UN = N kB T

Universitas Sumatera Utara


Di mana:
U N = Energi total N osilator

N = Jumlah molekul yang menempati energi ke k.


k B = Ketetapan Boltzman.
T = Temperatur
Dengan hasil yang diperoleh lewat metode Einstein, untuk kondisi temperatur tinggi, β
= 0, sedangkan hasil dari Ensemble Kanonik Besar, apabila yang digunakan hanya k
(status energi osilator) dari 1 sampai N, dan µ = 0.
2.Perhitungan fungsi partisi boson atau fermion dapat dihitung lebih mudah tanpa
melalui kanonik besar karena dalam kanonik besar nilai N dimulai dari 0 sampai ∞
di mana potensial kimia µ adalah konstan.
3.Dalam tugas akhir ini yang dibicarakan pada osilator harmonis dapat dilihat atau
identik berdasarkan energi dari sistem partikelnya.

4.2 Saran

Untuk peneliti selanjutnya apabila mengangkat judul ini sebagai tugas akhir
supaya dalam melakukan perhitungan pada fungsi partisi menggunakan metode yang
sama dengan cara yang sama untuk mendapatkan atau memperoleh hasil yang sama
berdasarkan temperatur tinggi, karena yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah
dengan cara yang berbeda .

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Artur Beiser.1992.Konsep Fisika Modern.Cetakan Kedua.Terjemahan The


How Liong.Jakarta: Erlangga.

D I Ford. 1971.A Note An The Partition Function For Systems Of


Independent Particles.Journal American Of Physics.

Kerson Huang.1987. Statistical Mechanics.Massachusetts Institute of


Technology,USA.John Willey & Sons.

M O Tjia. 1999.Mekanika Kuantum.Bandung:Penerbit ITB

Sutrisno.1979.Fisika Dasar.Cetakan Pertama.Bandung:Penerbit ITB.

http:// one. Indoskripsi. Com/ judul – skripsi/ fisika/ fungsi-fungsi


termodinamika-system-statistika-fuzzy

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

A. Faktor Koreksi Maxwell-Boltzmann

Jika N partikel yang dapat di bedakan di simbolkan dengan: a,b,c,…,z dan


semuanya berada dalam status yang berbeda yaitu:
ε ka , ε kb , ε kc ,…, ε kz
1 2 3 N
(A.1)

Maka pertukaran jenis partikel: a,b,c,…,z, tidak memberikan perbedaan dalam


perhitungan, tetapi statistik Maxwell-Boltzmann dapat membedakannya. Sehingga
statistik tersebut harus di koreksi dengan 1/2!, bila terjadi pertukaran antara dua partikel
yang tak dapat dibedakan.
Untuk N partikel, maka faktor koreksinya adalah = 1/N!. Karena dalam
experiment, a=b=c…=z. Sehingga energinya cukup di simbolkan:
ε k , ε k , ε k ,…, ε k
1 2 3 N
(A.2)

B. Trace & Matriks Densitas

Tr{A} = a 11 + a 22 +…+ a mm = ∑ aii


m
(B.1)
i =1

Contoh:
Misalkan T adalah operator linier di berikan oleh matriks
− 2 2 − 3
−1 1 3 
 
 2 0 − 1

Sehingga Tr(T) = -2+1-1=-2


Trace dari identitas matrik adalah dimensi dari ruang.Trace dari proyeksi (yakni P 2 =P)
adalah urutan dari proyeksi.

Universitas Sumatera Utara


Sifat-sifat
Tr(A+B) = Tr(A) +Tr(B) (B.2)
Tr(cA) = c.Tr(A) (B.3)
Untuk semua matrik persegi A dan B dan semua bilangan scalar c.Jika A adalah matrik
mxn dan B adalah matriks nxm, maka
Tr(AB) = Tr(BA) (B.4)

ρ = ∑ p j | ψ j >< ψ j |
Bentuk matriks densitas
(B.5)
j

Harga ekspektasi (nilai harap) dari pengukuran dapat dihitung melalui pengembangan
dari keadaan murni ( ρ 2 = ρ ) adalah

A = ∑ p j ψ j ψ j = Tr [ρA] (B.6)
j

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai