Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

“PROFESI AKUNTAN”

DOSEN PENGAMPU : Dr. SISKA. S.E., M.Si., Ak., CA

DISUSUN OLEH KELOMPOK IX :

MAIMUNAHWAROH HETA W. 205313024

MUHAMMAD ZAIDI 195310159

NELTIA VILTA 195310499

NINO MAINI 195310190

PRODI AKUNTANSI S1

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2022
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................……………………….
DAFTAR ISI.......................................................................……………………….
BAB I PENDAHULUAN...................................................……………………….
A. Latar Belakang.................................................……………………….
B. Rumusan Masalah............................................……………………….
C. Tujuan Penulisan..............................................……………………….
BAB II PEMBAHASAN....................................................……………………….
A. Fungsi Akuntansi..............................................……………………….
B. Definisi Profesi..................................................……………………….
i. Profesi Diregulasi............................................……………………….
C. Pengertian Akuntansi.......................................……………………….
D. Fungsi Asersi dan Asurans..............................……………………….
E. Peran di Pasar...................................................……………………….
F. Hubungan Fidusia............................................……………………….
G. Etika Profesi......................................................……………………….
i. Utilitarianisme.................................................……………………….
ii. Deontologisme...............................................……………………….
iii. Virtualisme....................................................……………………….
H. Standar Performa.............................................……………………….
i. Standar Akuntansi...........................................……………………….
ii. Kerangka Pengendalian Internal....................……………………….
iii. Standar Audit................................................……………………….
iv. Standar Pengendalian Mutu..........................……………………….
I. Solusi Konflik....................................................……………………….
BAB III PENUTUP............................................................……………………….
A. Kesimpulan........................................................……………………….
B. saran....................................................................……………………….
DAFTAR PUSTAKA.........................................................……………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fungsi Akuntan

Salah satu frofesi penting yang terlibat dalampenerapan sistem tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate governance) adalah frofesi akuntan. Terdapat
tiga pihak yang mempunyai peran utama dalam profesi ini,pertama adalah akuntan
publik,kedua akuntan manajement,dan ketiga organisasi profesi akuntan.

Akuntansi manajement adalah akuntan yang bekerja untuk sebuah perusahaan.


Akuntan publik adalahakuntan independen yang bekerja secara mandiri dengan
mendirikan kantor akuntan publik (KAP). Penyebutan dua bidang pekerjaan yang
ditekuni dalam profesi akuntan tidak dimaksutkan tidak dimaksudkan untuk meredukasi
pentingnya peran akuntan yang bergerak di bidang lain,misalnya akuntan pajak,akuntan
pemerintah,akuntan pendidikan atau akuntan beregister negara yang mendirikan kantor
jasa akuntansi (KJA).

Laporan keuangan keuangan merupakan jantung pertanggung jawaban kepasa


stakeholder dari direksi terkait kepengurusan dan dewan komisaris mengenai
pengawasan.pihak internal perusahaan dan jasa-jasa lain yang dapat diberikan oleh
akuntan publik atau akuntan beregister negara yang mendirikan KJA.

B. Definisi Profesi

Ronald duska dkk (2011:69) menyebytkan 7 karateristik profesi.

1. Adanya cabang ilmu pengetahuan khusus (specialized body knowledge) yang


menaungi bidang pekerjaan yang bersangkutan.
2. Adanya proses pendidikan formal yang diakui (recornized formal education
proces) untuk memperoleh ilmu pengetahuan khusus tersebut.
3. Keanggotaan masyarakat dipenuhinya standar kualifikasi profesional
(professional qualification standard).
4. Adanya atandar prilaku (standard of conduct) atau kode etik yang mengatur
hubungan antara praktisi dan klien,teman sejawat,dan masyarakat.
5. Adanya pengakuan status (status recorqnition).
6. Adanya penerimaan terhadap tanggung jawab sosial (social responsibility) yang
melekat dalan bidang pekerjaan yang berkaitan dengan kepentingan publik.
7. Adanya organisasi yang khusus menangani pengembangan kewajiban sosial
kelompok (organization).
Salah satu syarat untuk memperoleh register negara adalah bahwa yang bersangkutan
telah lulus pendidikan profesi akuntansi atau lulus ujian sertifikat akuntansi profesi yang
diselenggarakan oleh ikatan akuntansi indonesia.untuk akuntan publik yang
bersangkutan harus lulus ujian profesional akuntan publik yang dilaksanakan oleh
institut akuntasi publik indonesia. Dengan ketentuan ini,syarat yang tercantum dalam
butiran 1,2, dan 3 telah diperbaharui

Syarat nomor 4 terpenuhi terpenuhi dengan diadopsinya kode etik akuntan yang
dikeluarkan oleh committee on code of conduct dari international federation of
accountan (IFAC).kewajiban bagi akuntan untuk untuk mematuhi kode etik (etika
profesi) `ditegaskan dalam peraturan mentri keuangan Nomor 17/PMK.01/2014 Tentang
akuntan beregister negara dan peraturan mentri keuangan Nomor 17/PMK.01/2008
tentang jasa akuntan publik. Kode etik (etika prosesi) ditetapkan oleh asosiasi profesi
yang bersangkutan.

Syarat nomor 5 tentang pengakuan status terlihat ,misalnya dengan undang-undang


nomor 40 tahun 2007 tentang persero terbatas (UUPT).pasal 66 ayat (3) UUPT
menyatakan bahwa laporan keuangan yang diserahkan oleh direksi perseroan terbatas
kepada rapat umum pemegang saham (RUPS).

Ketentuan profesi untuk menerima tanggung jawab sosial seperti tercantum dalam
syarat nomor (6),terutama yang berkaitan dengan kepentingan publik,dengan tegas
dicantumkan dalam bagian “menimbang”dari dikeluarkannya UUAO.butir (c) dari bagian
ini berbunyi sbb.

“bahwa sampai saat ini belum ada undang-undang yang khusus mengatur
profesinakuntan publik yang memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi
masyarakat dan profesi akuntan publik”.

Dalam keputusan tersebut ,pemerintah memberi kewewenangan tertentu kepada


mereka,terutama yang berkaitan dengan hal berikut.

1. Penetapan kode etik dan standar profesi.


2. Pelaksanaan ujian profesi.
3. Penyelanggaraan pendidikan profesi berkelanjutan.
4. Penegakan disiplin untuk anggota.
5. Pengendalian mutu.

-profesi Diregalasi

Akuntasi adalah suatu profesi yang sangat diregulasi.Hal ini tidak terlepas dari
peran penting mereka di pasar keuangan, terutama pasar modal .informasi keuangan
memengaruhi pembentukan harga atau nilai pasar.
Harga merupakan penentuan dari keseimbangan penawaran (supplay) dan pemerintah
(demand).efesian pasar merupakan perhatian besar dari masyarakat Oleh karena itu,
pemerintah turun tangan melalui regulasi. Skandal akuntansi yang sering terjadi memicu
adanya regulasi tersebut.

C. Pengertian Akuntansi

Duska dkk. (2011: 10) menjelaskan tentang sifat (nature) dari akuntansi
(accounting). Menurut Duska dkk., akuntansi adalah teknik (technique) yang
dikembangkan untuk membantu orang atau organisasi dalam memonitor transaksi
ekonominya. Akuntansi menyediakan informasi mengenai transaksi atau kejadian
ekonomi, bersifat keuangan, yang mereka lakukan. Dalam praktiknya, akuntansi
merupakan seni (art) atau keahlian (craft).

Sebagai sebuah teknik, akuntansi dalam menghasilkan informasi harus mengikuti


cara-cara tertentu yang dapat diterima oleh penggunanya. Cara-cara itu, tidak
hanya yang berkaitan dengan urut-urutan langkah (prosedur), tetapi juga meliputi
istilah yang dipakai, konsep-konsep Konsep tentang pengertian (definisi),
pengukuran, penilaian, penyajian, dan pengungkapan yang yang digunakan dalam
akuntansi dituangkan ke dalam Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan
(Conceptual Framework for Financial Reporting) yang kemudian dijabarkan
dalam standar akuntansi (accounting standard). Umumnya, kerangka pelaporan
keuangan dan standar akuntansi dikeluarkan oleh organisasi profesi akuntan di
negara yang bersangkutan.

Urutan langkah dalam penyusunan laporan keuangan, yang tercakup dalam sistem
informasi akuntansi, menggunakan kerangka konseptual pelaporan keuangan dan
standar akuntansi sebagai pedomannya. Kerangka konseptual pelaporan keuangan
dan standar akuntansi memastikan bahwa laporan keuangan telah disusun dengan
cara yang lazim dan diakui oleh semua pihak y berkepentingan. Sistem informasi
akuntansi juga harus mendukung asersi manajemen yang dinyatakan yang secara
implisit dan eksplisit dalam rangka memenuhi ciri-ciri kualitatif laporan
keuangan. Sistem informasi akuntasi mencakup pengendalian internal atas
pelaporan keuangan (internal controls over financial reporting) dan pengendalian
dan prosedur pengungkapan (disclosures controls and procedurs).

Walaupun secara normatif, teknik yang digunakan dalam akuntansi telah


terstruktur dengan baik, tetapi dalam praktiknya, penerapan teknik tersebut masih
memerlukan pertimbangan (judgement) yang tinggi. Sistem informasi akuntansi
mempunyai fleksibilitas dalam penerapannya karena ukuran perusahaan
(organisasi) dan kompleksitas transaksi. Standar akuntansi (terutama yang
didasarkan atas International Financial Reporting Standards (IFRS) tidak
menjelaskan secara rinci aturan-aturan yang harus dianut dan selalu membuka
peluang adanya pertimbangan profesional dalam penerapannya.

Atas dasar alasan tersebut, akuntansi juga dipandang sebagai seni atau keahlian.
Kata keahlian barangkali lebih tepat daripada seni. Alasannya, walaupun dalam
akuntansi masih memerlukan pertimbangan yang bersifat subjektif, tetapi
pertimbangan tersebut tetap harus didasarkan pada kaidah-kaidah profesionalisme.
Kata "seni" dapat diinterpretasikan sebagai kreativitas tanpa batas.

D. Fungsi Asersi Dan Asurans

Dalam kaitannya dengan sistem tata kelola perusahaan,produk akuntansi utama


yang berkontribusi adalah laporan keuangan.Produk ini dapat dilihat dari dua
sudut pandang.Laporan keuangan merupakan salah satu bentukpertanggung
jawaban penting atas kepengurusan yang dilakukan direksi dan pengawasan oleh
dewan komisaris.Direksi yang diwakili oleh direktur utama dan direktur keuangan
adalah penyedia laporan kauangan .Laporan keuangan memuat asersi atas apa
yang dilaporkan.Penyedia laporan keuangan sekaligus merupakan penanggung
jawab laporan keuangan tersebut.

Akuntan dapat berperan direksi dalam menyusun laporan keuangan. Dalam hal
Ini, akuntan bertindak sebagai penyusun laporan keuangan (preparer). Tanggung
jawab (responsibility) kepada pihak luar atas laporan keuangan tetap berada di
tangan direksi. Jika seorang akuntan menjabat sebagai direktur utama atau
direktur keuangan, la tidak lagi penyusun laporan keuangan. Ia adalah penyedian
laporan tersebut . Akuntan sebagai penyusun laporan keuangan merupakan
karyawan (employer accountant). Mereka bertugas membantu direksi untuk
memastikan bahwa laporan keuangan telah sesuai dengan asersi- asersi yang di
buat direksi.

Dalam kaitannya dengan laporan keuangan, akuntan manajemen atau akuntan


beregister negara yang mendirikan KJA yang bertindak sebagai penyusun
(preparer) laporan keuangan dan akuntan publik yang memberikan jasa pemberi
keyakinan (assurance provider) secara independen pada dasarnya mempunyai
kepentingan yang sama. Kepentingan itu adalah menyediakan, kepada publik ,
laporan keuangan (sebagai bagian utama dari pelaporan keuangan) yang bebas
dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kesalahan (error) maupun
kecurangan (omission).

E. Peran Di Pasar

Peran laporan keuangan di pasar modal dapat digambarkan seperti terlihat dalam
Gambar 32.1. Seperti terlihat dalam Gambar 32.1, pasar modal (keuangan)
merupakan tempat bertemunya pembeli dan penjual produk-produk (keuangan)
berupa surat-surat berharga (misalnya, saham). Pembeli dalam hal ini adalalı para
investor sebagai penyedia modal (capital provider). Penjual adalah direksi dan
dewan komisaris yang mewakili perusahaan sebagai pengurus dan pengawas.
Pada dasarnya, objek yang dijual adalah perusahaan yang direpresentasikan dalam
bentuk saham.
Faktor yang menentukan pembeli dalam memutuskan untuk melakukan investasi
atau tidak adalah kinerja dan prospek perusahaan. Kinerja dan prospek perusahaan
dihasilkan oleh direksi dan diawasi oleh dewan komisaris. Informasi utama
mengenai kinerja dan prospek perusahaan tercantum dalam laporan keuangan.

Dalam sistem ekonomi pasar, suatu transaksi akan terjadi jika kedua belah pihak
(pembeli dan penjual) memperoleh manfaat. Dari sudut penjual, manfaat yang
diperoleh berupa dana masuk ke perusahaan yang dapat di gunakan untuk
kegiatan usaha.investor,sebagai pembeli,mengharapkan manfaat berupa
peningkatan kesejahteraan.

Gambar 32.1 Laporan Keuangan Di Pasar Modal


Dalam sistem ekonomi pasar, suatu transaksi akan terjadi jika kedua belah pihak
(pembeli dan penjual) memperoleh manfaat. Dari sudut penjual, manfaat yang
diperoleh berupa dana masuk ke perusahaan yang dapat di gunakan untuk
kegiatan usaha.investor,sebagai pembeli,mengharapkan manfaat berupa
peningkatan kesejahteraan. Peningkatan kesejahteraan harus diartikan sebagai
akibat perusahaan yang dapat digunakan untuk kegiatan . pembeli, mengharapkan
dari peningkatan nilai fundamental perusahaan. Peningkatan ini berasal dari
kinerja perusahaan. Sekali lagi, perlu dicatat bahwa harapan investor tentang
peningkatan kesejahteraan, tidak hanya berasal dari kenaikan nilai fundamental
perusahaan.

F. Hubungan Fidusia

Kepentingan akuntan sebagai penyusun (atas limpahan wewenang direksi) dan


akuntan sebagai pemberi asurans laporan keuangan, pada hakikatnya, sama saja.
Mereka menghendaki agar laporan keuangan yang disajikan kepada publik telah
bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kesalahan maupun
kecurangan. Selain itu, mereka ingin memastikan bahwa laporan keuangan telah
mengikut kerangka laporan keuangan dan standar akuntansi yang berlaku. Namun,
tidak jarang terjadi bahwa, dalam kaitannya dengan kewajiban fidusia kepada
publik, keduanya mempunyai kepentingan yang berbeda.

Hubungan antara akuntan dengan masyarakat (publik) merupakan hubungan


fidusia. Hubungan ini mengakibatkan timbulnya kewajiban fidusia. Bagi akuntan
manajemen sebagai penyusun laporan datangan kewajiban fidusia tersebut muncul
karena hubungan fidusia yang disandang oleh direksi dan dewan komisaris.
Hubungan fidusia antara akuntan publik sebagai pemberi asurans dengan
masyarakat (publik) terjalin secara langsung. Tanggung jawab akuntan publik
memang kepada publik, walaupun tanggung jawab kontraknya kepada direksi.

Akuntan manajemen, sebagai penyusun laporan keuangan, membantu direksi atau


dewan komisaris melaksanakan kewajiban fidusia tersebut. Oleh karena itu,
akuntan manajemen tidak mempunyai hubungan fidusia secara langsung dengan
pemegang saham dan stakeholder lain. Akuntan manajemen juga tidak
mempunyai hubungan fidusia dengan direksi atau dewan komisaris karena pihak
yang terakhir ini dapat melakukan pengarahan dan pengawasan langsung terhadap
pekerjaan akuntan manajemen.

Standar performa memberikan pedoman tentang cara- cara pelaksanaan yang


ditugaskan. Akuntan publik di Indonesia tunduk pada kode etik akuntan publik
sebagai standar perilaku dan International Auditing Standands (ISA) sebagai
standar performa. Peraturan OJK Nomor 33 Tahun 2014 mengharuskan direksi
dan dewan komisaris untuk menyusun kode etik yang merupakan standar perilaku
dan pedoman kerja sebagai standar performa bagi mereka. Akuntan manajemen
tunduk pada kode etik performanya adalah standar akuntansi yang ditetapkan oleh
organisasi profesi. Standar perilaku dan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia dan kode etik yang dikeluarkan perusahaan. Standar standar performa
merupakan kriteria (criteria) dalam penyusunan dan pengauditan laporan
keuangan.

G. Etika Profesi

Kode etik yang diterapkan untuk profesi akuntan (juga untuk profesi lain
dan bisnis) sebaiknya mengacu pada paham-paham filosofis tentang etika yang
lazim diakui secara universal. Paham-paham seperti utilitarianisme, dentologisme,
dan virtuisme perlu digunakan sebagai acuan dalam pengembangan kode etik.

i. Utilitarianisme

Pencapaian kebahagiaan (termasuk kebahagiaan diri sendiri) merupakan


tujuan yang ingin dicapai oleh paham utilitarianisme dalam melakukan suatu
tindakan. Kemudian kebahagiaan tesebut direduksi menjadi manfaat bagi banyak
orang. Perbuatan yang dianggap baik adalah perbuatan yang mendatangkan
manfaat bag banyak orang yang terlibat, termasuk manfaat bagi diri sendiri.

Dalam konteks akuntan, penyajian laporan keuangan yang bebas dari salah
saji material dan mengikuti standard akuntansi akan memberikan manfaat bagi
banyak orang yang dalam hal ini disebut stakeholder. Penyediaan informasi
seingga membuat pasar modal menjadi pasar yang bergerak di pasar
tersebut.iktikad baik merupakan dasar utama pelaksanaan utilitarianisme.

Dari sudut akuntan manajemen, pemilihan kebijakan akuntan dan


pemilihan metode, asumsi, data, dan proyeksi dalam perhitungan estimasi akuntan
merupakan bagian penting dari keputusan untuk berbuat demi kepentingan sendiri
(direktur) atau kepentingan public

Dari sudut akuntan public, konflik antara berbuat untuk kepentingan


sendiri dan kepentingan public juga terjadi. Manfaat bagi public yang ingin
dicapai dalam penugasan audit adalah peningkatan kredibilitas laporan keuangan
historis untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dan
pertanggungjawaban. Keputusan tentang penerimaan penugasan, pelaksanaan
pekerjaan, dan pemberian opini merupakan bagian utama dari penerapan kode
etik. Evaluasi terhadap kebijakan akuntansi yang dipilih dan perhitungan estimasi
yang dilakukan perusahan merupakan pekerjaan berat bagi akuntan public
sehubungan dengan konflik kepentingan.

ii. Deontologisme

paham deontologisme menekankan perbuatan yang memang harus


dilakukan karena kelaziman universal. Perbuatan itu tidak perlu dipertanyakan
kebenarannya karena kelaziman universal telah membuktikannya. Deontologisme
menganggap bahwa perbuatan tersebut merupakan suatu tugas atau kewajiban
(duty). Namun Emanuel Kant, penggagas paham ini, juga menyebutkan bahwa
tugas dan kewajiban harus didasari adanya motif moral (moral motive).

Memperlakukan seseorang dengan adil, seperti kita menginginkan


perlakuan yang sama dari orang tesebut merupakan perbuatan yang dianggap baik
bagi paham dentologisme. Bertindak adil atau tidak memihak merupakan
kelaziman universal yang mengandung motif moral di dalamnya.bertindak adil
berarti melaksanakan hak, tetapi pada saat yang sama juga menyadari tentang
adanya konsekuensi kewajiban bagi orang lain yang berarti engorbanan bagi
orang lain tersebut. Paham deontologisme juga tidak membenarkan bahwa orang
lain hanya dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan.. kaidah emas (golden
rule) menurut paham ini adalah “Perlakuan orang lain seperti anda menginginkan
orang lain memperlakukan anda”.

Penjabaran lebih lanjut dari paham dentologisme adalah adanya kewajaan,


kepantasan/keputusan, dan propordionalitas dalam bertindak. Pelaksanaan tugas
dan kewajiban perl didasarkan atas kewajaran, keputusan/kepantasan, dan
proporsional.

Objektivitas merupakan suatu hal yang wajar, patut/pantas, dan


propersional dalam profesi akuntansi yang diakui secara universal. Objektivitas
juga mempunyai motif moral dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban. Analisis
yang sama dapat dikategorikan sebagai pemenuhan kewajaran,
kepantasan/kepatutan, dan proporsionalitas Kompetensi memungkinkan seseorang
memiliki kapasitas terbaiknya untuk melakukan Sesutu.

iii. Virtuisme

Jika utilitarianisme dan deontologisme banyak berbicara tentang apa yang


harus dilakukan, virtuisme lebih menekankan pada karakter (sifat) atau watak
yang harus dimiliki seseorang (Duska dkk., 2011:66). Aristoteles, seperti dikutip
Duska kk, menyatakan bahwa kehidupan yang baik (good life) adalah kehidupan
ketika seseorang melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas terbaiknya (excellent
capacity).

Untuk profesi akuntan, integritas (integrity) mungkin dapat digolongkan


sebagai etika yang memenuhi paham virtuisme ini dalam integritas, terkandung
unsur-unsur kelugasan (straight forward) dan kejujuran (honesty). Keduanya
mengacu pada karakter tentang keutamaan (virtuisme). Keduanya mengacu pada
karakter tentang keutamaan (virtuisme). Idenpendensi yang mrupakan ciri utama
dari pekerjaan akuntan public merupakan jabaran dari virtuisme dan
deontologisme.

H. Standar Performa

Selain etika profesi, hubungn fidusia yang mucul sehubungan dengan


pekejaan menyusun atau mengaudit laporan keuangan, jug didasarkan atas
kepercayaan dari pemberi tugas, bahwa penerima tugas akan melaksanakan
pekerjaannya sesui dengan standard peforma yang menurut kelaziman dapat
diterima. Untuk dapat diterima oleh pemberi tugas, standard peforma tersebut
harus dikeluarkan oleh pihak ketiga yang mempunyai otoritas untuk
melakukannya. Salah satu pihak yang dipercaya adalah organisasi proesi yang
memperoleh mandate dari pemerintah, misalnya Ikatan Akuntan Indonesia atau
Institut Akuntan Publik Indonesia. Dalam kaitannya dengan laporan keuangan,
terdapat dua macam stndar peforma yang perlu diperhatikan, yaitu standard untuk
penyusunannya dan standard untuk pengauditannya.

i. Standar Akuntansi

Jika dikaitkan dengan kewajibannya terhadap public, direksi harus


membuat dua macam pernyataan. Dua macam pernyataan tersebut berisi
pernyaaan bahwa mereka bertanggung jawab terhadap dua hal berikut.

1. Laporan keuangan telah menyajikan secara wajar semua hal yang


material, posisi keuangan, hasil usaha perusahaan, laporan
perubahan ekuitas, dan laporan arus kas telah disajikan sesuai
dengan standard akuntansi yang berlaku.
2. System pengendalian internal yang diterapkan dalam perusahaan
telah memadai dan efektif.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua


standard peforma yang diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan, yaitu
standard akuntansi dan standard (jika boleh dilakukan sebagai standard)
perancangan dan implementasi system pengendalian internal.

Standard akuntansi digunakan dalam pencatatan, penggolongan,


pengakuan, pengukuran, penilaian, penyajian, dan pengungkapan transaksi atau
kejadian ekonomis yang bersifat keuangan yang dilakukan perusahaan (entitas).
Standard akuntansi merupakan kriteria yang dijadikan pedoman dalam
penyusunan laporan keuangan.

ii. Kerangka Pengendalian Internal

Di Amerika Serikat, proses penyusunan laporan keuangan harus


memenuhi kerangka pengendalian internal yang dikeluarkan oleh organisasi
terkemuka, misalnya committee of Sponsoring Organization of the Treadway
Commission (COSO). Dalam system pelaporan keuangan, direksi harus
menggunakan kerangka ini saat menilai kecukupan dan efektivitas perancangan
dan implementasi pengendalian internal yang diterapkan di perusahaan.
Di Indonesia OJK tidak menentukan karangka yang harus digunakan
dalam merancang dan mengimplementasikan pengendalian internal dalam
perusahaan. Asersi direksi tentang pengendalian internal juga tidak memerlukan
atestasi dari akuntan public. Namun, dalam melakukan audit atas laoran keuangan
historis, akuntan public wajib melakukan pemahaman dan penilaian terhadap
pengendalian internal perudahaan dan jika diperlukan, melakukan pengujian
terhadapnya.

iii. Standard Audit

Standar audit berlaku bagi akuntan public yang melakukan pekerjaan audit
atas laporan keuangan historis. Laporan ini merupakan salah satu dari laporan,
yang secara berkala, harus disampaikan kepada OJK dan diumumkan kepada
public.standar audit yang berlaku di Indonesia adalah Internasional Standards on
Auditing (ISA) yang dikeluarkan oleh International Auditing and Assurance
Standards Board (IAASB). ISA diadopsi sebagai Standar Profesi Akuntan Publik
(SPAP) di Indonesia.

Dalam penugasan audit atas laporan keuangan historis, kualitas teknis


berkaitan dengan kemampuan akuntan public untuk mendeteksi dan melaporakan
salah saji material dan ketidkpatuhan terhadap standard akuntansi dalam laporan
keuangan yang disebabkan oleh kesalahan (error) atau kecurangan
(irregulatities). Kualitas teknis diukur dari hasil (outcoe), yaitu laporan audit
sehingga dapat disebut juga sebagai kualitas hasil. Kualitas fungsional
didefinisikan sebagai kemampuan proses audit yang dilakukan oleh akuntan
public untuk memenuhi harapan pasar.

Penelitian Dessen (1995) terhadap pasar audit di Belanda menyimpulkan


bahwa klien (perusahaan) tidak hanya menghargai kemampuan akuntan public
dalam mendeteksi salah saji (Hayes dkk.,2005:51). Mereka juga mengharapkan
agar akuntan public mampu mengidentifiksikan hal-hal penting yang menjadi
minat manajemen dalam bidang keuangan korporat, pengendalian internal, dan
manajemen umum. Inilah yang disebut dengan kualitas fungsional atau kualitas
proses.

iv. Standar Pengendalian Mutu

Kantor Akuntan Publi (KAP) yang memberikan jasa audit dan riview atas
laporan keuangan, jasa asurans lainnya, dan jasa-jasa yang terkait dengan jasa
asurans harus mengikuti standard pengendalian mutu dalam pengoprasian
kantornya. Standard ini berlaku untuk kantor akuntansi public (KAP).
Pengendalian mutu yan diterapkan pada suatu KAP mengikuti Internasional
Standard on Quality Conrols 1 (ISQC 1) yang berjudul “International Standard
on Quality Control for Firms that Perform Audit and Review of Financial
Statetmen and Other Assurance Standard Board (IAASB).

Standar pengendalian mutu menghendaki agar KAP menerapkan


kebijakan dan prosedur untuk dapat memastikan bahwa kualitas jasa asurans
(termasuk audit atas laporan keuangan historis) yang diberikan oleh KAP telah
memenuhi mutu yang diharapkan oleh pengguna laporan. Mutu atas jasa yang
dihasilkan akan menentukan kepercayaan dalam konsep hubungan fidusia. KAP
yang telah melakukan standard pengendalian mutu dengan baik akan memberikan
keyakinan kepada pemberi tugas fidusia bahwa pekerjaan akan dilakukan dengan
segenap keahlian dan perilaku professional yang diinginkan oleh KAP tersebut.

I. Solusi Konflik
Walaupun didasarkan atas kepercayaan, hubungan fifusia tetap saja
memungkinkan tejadinya konflik. Konflik yang dimaksud adalah perbedaan
pendapat tentang penugasan dan pekerjaan atau hasil penugasan dan pekerjaan
dimana salah satu atau kedua belah pihak merasa dirugikan. Dalam kaitannya
dengan penugasan audit terhadap laporan keuangan historis, konflik yang dialami
akuntan public dapat terjadi dengan klien (perusahaan atau organisasi pemberi
tugas), pengguna atau pihak ketiga lainnya, dan dengan teman sejawat (kantor
akuntan public lain).
Sebagai penyusun laporan keuangan, akuntan manajemen biasanya tidak
mempuyai permasalahan konflik secara langsung. Pekerjaan atau hasil pekerjaan
akuntan manajemen merupakan tanggung jawab perusahaan atau organisasi
tempat mereka bekerja. Tanggung jawab perusahaan kepada pihak luar diawali
oleh direksi. Seperti halnya akuntan public, direksi sebagai perwakilan perusahaan
dapat berkonflik dengan pemberi tugas fidusia (pemegang saham) dan engguna
atau pihak luar lainnya.

Bagi profesi akuntan, solusi konflik dapat dilakukan melalui dua jalur,
yaitu secara professional atau secara hokum. Solusi konflik melalui jalur
professional ditangani oleh organisasi profesi yang bersangkutan. Jalur hukum
ditrmpuh melalui pengadilan. Solusi konflik yang pemecahannya menggunakan
jalur professional biasanya berkaitan dengan masalah etika. Pelanggaran terhadap
etika dapat dikenakan sanksi berupa sanksi social, isalnya teguran (lisan dan
tulisan) atau pemberhentian sementara atau tetap) atas keanggotaan. Sanksi social
juga dapat berupa pembatasan-pembatasan atau pelaksanaan tugas-tugas tertentu.
Sanksi pembatasan dapat berupa, mislanya, tidak diperkenankannya akuntan yang
bersngkutan untuk melakukan penugasn atau pekerjaan di bidang tertentu.

Pemecahan masalah melalui jalur hukum dapat berakibat dijatuhkannya


sanksi denda, bahkan penjara. Jalur hukum yang ditempuh dapat berupa jalur
pidana atau jalur perdata, tergantung permasalahan yang dihadapi. Penyelesaian
masalah melalui jalur hukum sudah berada di luar ranah akuntan yang
bersangkutan harus dapat membuktikan bahwa dirinya tidak melakukan
pelangaran hukum yang dituduhkan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akuntan adalah profesi yang sangat diregulasi. Hal ini tidak terlepas dari
peran penting mereka di pasar keuangan, terutama pasar modal. Mekanisme di
pasar ini sangat mengandalkan pada informasi keuangan yang dihasilkan oleh
profesi tersebut. Informasi keuangan memengaruhi pembentukan harga atau nilai
di pasar. Namun, tidak dipungkiri adanya faktor lain yang juga ikut menentukan.

Akuntansi adalah teknik yang dikembangkan untuk membantu orang atau


organisasi memonitor transaksi ekonominya. Akuntansi menyediakan informasi
mengenai transaksi atau kejadian ekonomi yang mereka lakukan. Dalam
praktiknya, akuntansi merupakan suatu seni (art) atau keahlian (craft).

Laporan keuangan, sebagai produk utama akuntansi, merupakan bentuk


pertanggungjawaban direksi atau dewan komisaris. Laporan ini dapat digunakan
untuk menilai kinerja direksi melalui analisis terhadap kuat-tidaknya posisi
keuangan dan bagus-tidaknya hasil usaha. Dari evaluasi tersebut dapat diambil
keputusan untuk mempertahankan atau melepas direksi atau dewan komisaris.
Selain sebagai pertanggungjawaban, laporan keuangan dapat digunakan oleh
investor atau kreditur untuk memutuskan perlu-tidaknya menahan, menjual, dan
membeli saham atau surat- surat berharga yang dimiliki.

Hubungan antara akuntan dan public merupakan hubungan fidusia.


Hubungan ini mengakibatkan timbulnya kewajiban fidusia. Bagi akuntan
manajemen, sebagai penyusun laporan keuangan, kewajiban fidusia tersebut
muncul karena hubungan fidusia yang disandang oleh direksi atau dewan
komisaris. Hubungan fidusia antara akuntan publik, sebagai pemberi asurans
terhadap laporan keuangan, dengan publik, terjalin secara langsung.

Hubungan fidusia antara akuntan publik dan direksi atau dewan komisaris
dan pemegang saham dan stakeholder lain didasarkan atas kepercayaan dari
pemberi tugas fidusia. Kepercayaan bahwa akuntan publik, direksi, atau dewan
komisaris akan melaksanakan kewajiban fidusianya dengan baik. Kepastian
bahwa tugas fidusia akan dilaksanakan dengan baik dimanifestasikan dalam
standar perilaku dan standar performa yang harus dipatuhi oleh penerima tugas
fidusia.

Bagi akuntan, standar perilaku yang akan dijabarkan dalam kode etik
sebaiknya mengacu pada paham-paham filosofis tentang etika yang lazim diakui
secara universal. Paham-paham filosofis tersebut adalah utilitarianisme,
deontologisme, dan virtuisme.

Standar performa dapat digolangkan menjadi standar penyusunan dan


standard pemberian asurans laporan keuangan. Dalam penyusunan laporan
keuangan, standar yang harus diikuti adalah standar akuntansi, termasuk kerangka
pelaporan keuangannya. Proses penyusunan laporan keuangan mengikuti
kerangka pengendalian internal yang dikeluarkan oleh organisasi yang
mempunyai otoritas untuk melakukannya.

Standar performa bagi akuntan public pada waktu memberikan jasa audit
terhadap laporan keuangan historis terdiri atas standard audit dan standard
pengendalian mutu. Standard audit diberlakukan untuk pelaksanaan audit terhadap
laporan keuangan. Standard pengendalian mutu berkaitan dengan kebijakan dan
prosedur yang diterapkan oleh Kantor Akuntan Publik dalam menjalankan
operasinya sehingga kualitas jasa asurans (termasuk audit atas laporan keuangan
historis) telah memenuhi mutu yang diharapkan oleh pengguna laporan.
Jika terjadi konflik antara akuntan dan pihak lain, penyelesaiannya dapat
menempuh jalur professional atau jalur huku,n. solusi konflik melalui jalur
professional ditangani oleh organisasi profesi yang bersangkutan. Jalur hokum
ditempuh melalui pengadilan.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai