Perawat Jiwa
Perawat Jiwa
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
Negara- negara maju, meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai
gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan
tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berperilaku yang
dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif (Hawari,
2009).
Himpitan hidup yang semakin berat di alami hampir oleh semua kalangan
masyarakat sehingga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan jiwa
(Intan,2010).
Selama ini ada kesalahan dalam menerapkan pelayanan kesehatan jiwa, dimana
pelayanan kesehatan jiwa hanya berbasis di Rumah Sakit, sehingga orang yang
datan hanya yang mengalami gangguan jiwa berat, seetelah sembuh mereka
pulang dan akan datang lagi jika terserang lagi. WHO menyarankan agar
penanganan kesehatan jiwa lebih dtekankan atau berbasis pada Masyarakat
(Community Based), sehingga masyarakat diharapkan mampu menangani kasus
gangguan jiwa yang ringan, dan hanya yang berat ang dilayani oleh Rumah
Sakit Jiwa (Moersalin, 2009).
1.4.1 Bagi Mahasiswa
1.4.2 Bagi Masyarakat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perawat Jiwa
Konsep perawat jiwa meliputi definisi perawat kesehatan jiwa, peran perawat
jiwa, Fungsi perawat Jiwa.
2.1.1 Definisi kesehatan Jiwa
Keperawatan jiwa merupakan merupakan sebagian dari penerapan ilmu tentang
perilaku manusia, psikososial, bio-psik dan teori-teori kepribadian, dimana
penggunaan diri perawat itu sendiri secara terapeutik sebagai alat atau instrumen yang
digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan (Erlinafsiah, 2010)
2.1.2 Peran Perawat Jiwa
Peran perawat kesehatan jiwa mempunyai peran yang bervariasi dan spesifik
(Dalami, 2010). Aspek dari peran tersebut meliputi kemandirian dan kolaborasi
diantaranya adalah yang pertama yaitu sebagai pelaksana asuhan keperawatan, yaitu
perawat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa kepada individu,
keluarga dan komunitas. Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan konsep
perilaku manusia, perkembangan kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta
gangguan jiwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga
dan komunitas. Perawat melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif
melalui pendekatan proses keperawatan jiwa, yaitu pengkajian, penetapan diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, dan melaksanakan tindakan
keperawatan serta evaluasi terhadap tindakan tersebut.
Peran perawat yang kedua yaitu sebagai pelaksana pendidikan keperawatan yaitu
perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada individu, keluarga dan komunitas
agar mampu melakukan perawatan pada diri sendiri, anggota keluarga dan anggota
masyarakat lain. Pada akhirnya diharapkan setiap anggota masyarakat bertanggung
jawab terhadap kesehatan jiwa. Peran yang ketiga yaitu sebagai pengelola
keperawatan adalah perawat harus menunjukkan sikap kepemimpinan dan
bertanggung jawab dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa. Dalam melaksanakan
perannya ini perawat diminta menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan,
menggunakan berbagai strategi perubahan yang diperlukan, berperan serta dalam
aktifitas pengelolaan kasus dan mengorganisasi pelaksanaan berbagai terapi modalitas
keperawatan.
Peran perawat yang kekempat yaitu sebagai pelaksana penelitian yaitu perawat
mengidentifikasi masalah dalam bidang keperawatan jiwa dan menggunakan hasil
penelitian serta perkembangan ilmu dan teknologi untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa.
Fungsi perawat jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan
asuhan keperawatan secara tidak langsung (Erlinafsiah, 2010). Fungsi tersebut dapat
dicapai melalui aktifitas perawat jiwa, yaitu: pertama, memberikan lingkungan
terapeutik yaitu lingkungan yang ditata sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
perasaan aman, nyaman baik fisik, mental,dan sosial sehingga dapat membantu
penyembuhan pasien. Kedua, bekerja untuk mengatasi masalah klien “here and now”
yaitu dalam membantu mengatasi segera dan tidak ditunda sehingga tidak terjadi
penumpukkan masalah. Ketiga, sebagai model peran yaitu perawat dalam
memberikan bantuan kepada pasien menggunakan diri sendiri sebagai alat melalui
contoh perilaku yang ditampilkan oleh perawat.
Fungsi perawat yang keempat yaitu memperhatikan aspek fisik dari masalah
kesehatan klien merupakan hal yang sangat penting. Dalam hal ini perawat perlu
memasukkan pengkajian biologis secra menyeluruh dalam evaluasi pasien jiwa untuk
mengidentifikasi adanya penyakit fisik sedini mungkin sehingga dapat diatasi dengan
cara yang tepat. Kelima, memberikan pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada
pasien, kleuarga dan komunitas yang mencakup pendidikan kesehatan jiwa, gangguan
jiwa, ciri-ciri sehat jiwa, penyebab gangguan jiwa, ciri- ciri gangguan jiwa, fungsi dan
tugas keluarga, dan upaya perawatan pasien ganggua jiwa. Keenam, sebagai perantara
sosial yaitu perawat dapat menjadi perantara dari pihak pasien, keluarga dan
masyarakat dalam memfasilitasi pemecahan masalah pasien.
Fungsi yang ketujuh adalah kolaborasi dengan tim lain adalah perawat membantu
pasien mengadakan kolaborasi dengan petugas kesehatan lain yaitu dokter jiwa,
perawat kesehatan masyarakat (perawat komunitas), pekerja sosial, psikolog, dll.
Kedelapan, memimpin dan membantu tenaga perawatan adalah pelaksanaan
pemberian asuhan keperawatan jiwa didasarkan pada manajemen keperawatan
kesehatan jiwa. Kesembilan, menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan
kesehatan mental. Hal ini penting diketahui oleh perawat bahwa sumber-sumber yang
ada dimasyarakat perlu diidentifikasi untuk digunakan sebagai faktor pendukung
dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa yang ada dimasyarakat.
Perawat jiwa memiliki peran dalam tingkat pelayanan kesehatan jiwa yaitu:
Secara integral, pasien adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien
sebagai pusat anggota tim. Karena dalam hal ini pasien sakit jiwa tidak dapat berpikir
dengan nalar dan pikiran yang rasional, maka keluarga pasienlah yang dapat dijadikan
pusat dari anggota tim. Disana anggota tim dapat berkolaborasi dalam menentukan
tindakan-tindakan yang telah ditentukan. Apabila pasien sakit jiwa tidak memiliki
keluarga terdekat, maka disinilah peran perawat dibutuhkan sebagai pusat anggota
tim. Karena perawatlah yang paling sering berkomunikasi dan kontak langsung
dengan pasien sakit jiwa. Perawat berada disamping pasien selam 24 jam sehingga
perawatlah yang mengetahui semua masalah pasien dan banyak kesempatan untuk
memberikan pelayanan yang baik dengan tim yang baik.
Perawat adalah anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim.
Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting
antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.
Kewenangan
Komunikasi
Tanggungjawab
Tujuan Umum
Kerjasama
Kolaborasi
Interdisiplin Efektif
Pemberian pertolongan
Kordinasi
Ketegasan
3.1 Kesimpulan
Untuk mencapai pelayanan perawatan pasien sakit jiwa yang efektif maka
keluarga, perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya harus berkolaborasi satu
dengan yang lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan lebih
berkuasa diatas yang lainnya. Masing-masing profesi memiliki kompetensi
profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan dapat menjadi kekuatan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kolaborasi yang efektif antara anggota
tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya pelayanan keperawatan jiwa yang
berkualitas.
3.2 Saran
Demikian isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi
yang kami uraikan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA