Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

LASA (Look Alike Sound Alike) merupakan kesalahan obat yang

terjadi karena kebingungan terhadap nama obat, kemasan dan

etiket/labeling. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau

mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses

pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan

elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Obat-obat

LASA (Look Alike Sound Alike) ini dapat berbahaya, dikarenakan

bentuknya yang mirip atau namanya yang mirip jika dituliskan atau

diucapkan. Dimana jika mirip dituliskan (orthographic) maka interpretasi

resep bisa keliru. Jika bunyinya mirip (phonetic) lalu obat dipesan melalui

lisan maka bisa menimbulkan kekeliruan, dan apalagi jika kemasannya

mirip dan kembar, jika keadaan emergensi bisa gawat (Permenkes, 2014).

Menurut Permenkes RI no 58 Tahun 2014 tentang standar

pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Maka Rumah Sakit perlu

mengembangkan kebijakan obat untuk meningkatkan keamanan,

khususnya obat yang perlu diwaspadai (high-alert medications). Obat

High Alert adalah obat yang harus diwaspadai karena sering

menyebabkan terjadi kesalahan serius (sentinel event), obat yang

berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse

1
2

outcome) (Permenkes, 2014). United States Pharmacopoeia (USP) Center

for the Advancement of Patient Safety (CAPS) melaporkan bahwa antara

tahun 2003 dan 2006, sekitar 3170 pasang obat generik dan merk dagang

membuat bingung penyedia layanan kesehatan di US. Tahun 2008, USP

merilis data mengenai detail evaluasi bahwa kesalahan obat-obat LASA

sekitar 1,4% menimbulkan efek yang membahayakan pasien. Sekitar

64,4% dikarenakan kesalahan dispensing baik oleh tenaga teknis

kefarmasian maupun farmasis.

Di Indonesia kesalahan pemberian obat (drug administration)

memiliki persentase sebesar 59,3% dalam kejadian DRPs (Drug Related

Problems) hal ini disebabkan karena mayoritas jenis dan nama obat

termasuk dalam Look Alike and Sound Alike (LASA). Tingginya angka

kejadian medication error pada pasien di tempat pelayanan kesehatan

mendorong pemerintah untuk meningkatkan pengawasan terhadap faktor-

faktor yang memicu terjadinya medication error salah satunya yaitu

pengelolaan terhadap obat high alert. Pemerintah melalui Permenkes RI

No.1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah

Sakit, disebutkan Rumah Sakit harus berperan secara kritis untuk

memastikan keselamatan pasien dalam hal ini termasuk pengawasan

terhadap obat high alert (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Pengelolaan obat high alert seperti penyimpanan, pencatatan,

pendistribusian dan pelabelan perlu diperhatikan untuk meminimalkan dan

mencegah terjadinya kesalahan yang dapat membahayakan pasien. Pada


3

standar prosedur operasional yang telah ditentukan, setiap obat high alert

yang masuk dan diterima di gudang farmasi sentral Rumah Sakit diberi

tanda “Obat High Alert” pada kotak pembungkus (box obat). Sedangkan

penandaan pada tiap sediaan obat (ampul, vial, atau obat oral) dilakukan di

masing-masing depo farmasi sebelum obat diberikan.

Berdasarkan latar belakang tersebur maka disusunlah penelitian

tentang LASA (Look Alike Sound Alike) untuk melihat kesesuaian dengan

peraturan Permenkes RI No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang

Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Oleh karena itu peneliti tertarik

melakukan penelitian yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Obat-Obat

LASA (Look Alike Sound Alike) di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun

2017”

B. Rumusan Masalah

“Bagaimana evaluasi penggunaan obat-obat LASA (Look Alike Sound

Alike) di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui rasionalitas penggunaan obat-obat LASA (Look Alike

Sound Alike) di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi rasionalitas penggunaan obat-obat LASA (Look

Alike Sound Alike) di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2017


4

berdasarkan kesesuaian item obat yang tersedia dengan DOEN

(Selection).

b. Mengidentifikasi rasionalitas penggunaan obat-obat LASA (Look

Alike Sound Alike) di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2017

berdasarkan tahap Procurement yang meliputi:

1) Frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun

2) Frekuensi kurang lengkapnya surat pesanan/kontrak

3) Frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap

waktu yang disepakati.

c. Mengidentifikasi rasionalitas penggunaan obat-obat LASA (Look

Alike Sound Alike) di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2017

berdasarkan tahap Distribution yang meliputi :

1) Ketepatan data jumlah obat pada kartu stock

2) Sistem penataan gudang

3) Presentase stok mati

4) Tingkat ketersediaan obat

D. Manfaat

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian di harapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk

melakukan penggunaan obat-obat LASA (Look Alike Sound Alike) dan

memberikan pengalaman serta pemahaman lebih mendalam mengenai

penggunaan obat-obat LASA (Look Alike Sound Alike). Sebagai suatu

bentuk kepedulian terhadap permasalahan dalam penggunaan obat-


5

obat LASA (Look Alike Sound Alike) yang terjadi khususnya

mengenai rasionalitas penggunaan obat-obat LASA (Look Alike

Sound Alike).

2. Bagi Instusi

Hasil Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi di perpustakaan

bagi mahasiswa farmasi dan bermanfaat juga dalam memperkaya teori-

teori khususnya mengenai evaluasi penggunaan obat-obat LASA (Look

Alike Sound Alike).

3. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat sebagai referensi

evaluasi penggunaan obat-obat LASA (Look Alike Sound Alike) di

RSU Kota Tangerang Selatan dan sebagai pembelajaran untuk

pelayanan kefarmasian di RSU Kota Tangerang Selatan.

4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan masukan dan

informasi bagi seluruh praktisi kesehatan dalam pelayanan kefarmasian

terhadap masyarakat, khususnya dalam penggunaan obat.

Anda mungkin juga menyukai