FITOFARMAKA
TIAH RACHMATIAH
Penilaian
Uji fitofarmaka adalah uji toksisitas, uji farmakologik eksperimental dan uji
klinis fitofarmaka.
Uji farmakologik eksperimental adalah pengujian pada hewan coba untuk
memastikan khasiat fitofarmaka.
Uji klinis adalah pengujian pada manusia untuk mengetahui atau memastikan
adanya efek farmakologik, tolerabilitas, keamanan dan manfaat klinis untuk
pencegahan penyakit, pengobatan penyakit atau gejala penyakit
Prioritas pemilihan fitofarmaka
Didalam Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 761/
Menkes / SK/ IX/ 1992 tentang pedoman Fitofarmaka
dijelaskan bahwa prioritas pemilihan fitorfarmaka
1. Bahan bakunya relatif mudah diperoleh
2. Didasarkan pada pola penyakit di Indonensia
3. Perkiraan manfaatnya terhadap penyakit tertentu cukup
besar
4. Memiliki rasio resiko dan kegunaan yang menguntungkan
penderita
5. Merupakan satu-satunya alternatif pengobatan
Keputusan men kes RI no. 0584/menkes/SK/VI/1995
tentang sentra pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional
Ketentuan umum:
a. Sentra pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional (sentra P3T) adalah wadah untuk
pengkajian/penelitian/pengujian, pendidikan-pelatihan, dan pelayanan pengobatan tradisional sebelum
pengobatan tersebut diterapkan secra luas di masyarakat atau terintegrasikan ke dalam jaringan
pelayanan kesehatan.
b. Pengobatan tradisional adalah pengobatan atau perawatan, baik yang asli maupun yang berasal dari
luar indonesia, yang dilakukan dengan cara, obat, dan pengobatannya yang mengacu kepada
pengalaman dan keterampilan turun temurun, dan diteraapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat.
c. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun, dan diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
d. Fitofarmaka adalah sediaan obat tradisional yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan
bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang memenuhi persyaratan yang berlaku.
e. Komisi ahli uji fitofarmaka adalah komisi yang ditunjuk oleh menkes beranggotakan para pakar
multidisipliner, yang diberi tugas mengevaluasi uji pre-klinik dan uji klinik fitofarmaka daan memberikan
rekomendasi untuk keputusan terhadap hasil uji preklinik dan uji klinik fitofarmaka tersebut.
f. Komisi ahli uji fitofarmaka adalah komisi yang ditunjuk oleh menkes beranggotakan para pakar
multidisipliner, yang diberi tugas mengevaluasi uji pre-klinik dan uji klinik fitofarmaka daan memberikan
rekomendasi untuk keputusan terhadap hasil uji preklinik dan uji klinik fitofarmaka tersebut.
Tugas sentra p3t: tidak lagi menyelenggarakan uji klinik/uji penerapan obat tradisional
yang potensial untuk menjadi fitofarmaka
Pasal 10
Pada saat peraturan ini mulai berlaku, keputusan menteri Kesehatan nomor
0584/menkes/sk/vi/1995 tentang sentra pengembangan dan penerapan pengobatan
tradisional, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Selain itu juga ditetapkan dalam keputusan Kepala Badan POM RI, nomor HK.
00.05.4.2411 tanggal 17 Mei 2004 tentang ketentuan pokok pengelompokan
dan penandaan obat bahan alam Indonesia.
1. Obat Bahan Alam Indonesia adalah obat bahan alam yang diproduksi
di Indonesia
2. Berdasarkan cara pembuatan jenis klaim pengguna dan tingkat
pembuktian khasiat maka obat bahan alam Indonesia dikelompokan
menjadi :
a. Jamu
b. Obat Herbal Tertstandar
c. Fitofarmaka
3. a. Jamu adalah obat tradisional Indonesia
b. Obat Herbal Terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang
telah dibuktikan keamanan secara ilmiah dengan praklinik dan
bahan bakunya telah distandarisasi
c. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji
klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandarisasi
Peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan republik indonesia
nomor 13 tahun 2014 tentang pedoman uji klinik obat herbal
• Pengelompokan obat herbal tradisional di indonesia dapat berupa jamu,
obat herbal terstandar (OHT) serta fitofarmaka, yang mana untuk masing-
masing kelompok memerlukan bukti dukung yang berbeda (empiris, nonklinik
dan/atau klinik). Ketiga kelompok tersebut tidak diperbolehkan mengandung
bahan kimia.
• Obat herbal adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari
tumbuhan, hewan, dan mineral, dapat berupa obat herbal tradisional atau
obat herbal non tradisional.
• Obat herbal tradisional adalah obat herbal yang memenuhi kriteria definisi
obat tradisional.
• Obat herbal non tradisional adalah obat herbal yang tidak memenuhi
kriteria definisi obat tradisional.
SKEMA PENGEMBANGAN OBAT DARI BAHAN ALAM
-Pengalaman empiris, turun temurun
-Pengetahuan Obat Tradisional
-bahan baku tidak distandarisasi
-untuk pengobatan sendiri