Anda di halaman 1dari 24

Uji Klinis – Tanaman Herbal

FK UNSRAT Oktober 2021


Indonesia kaya akan tanaman herbal
Uji Klinis
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK
INDONESIANOMOR 13 TAHUN 2014TENTANGPEDOMAN UJI KLINIK OBAT HERBAL
BPOM RI - standarisasi obat herbal
Indonesia

uji ilmiah untuk mengetahui apakah


kandungan didalamnya aman untuk
dikonsumsi atau tidak.

Cakupan Prosedur : pemeriksaan jenis bahan


yg digunakan, proses pembuatannya ?,
prosedur pemisahan zat, cara penyiapan bahan
& langkah-langkah detail lainnya

Dikonsumsi.
Fase trial klinik & karakteristiknya (Bennet & Brown, 2008)
Uji Klinik Obat Herbal

kegiatan penelitian dengan mengikutsertakan subjek manusia


disertai adanya intervensi produk uji, untuk menemukan atau
memastikan efek klinik, farmakologik dan/atau farmakodinamik bahan atau ramuan bahan yg berasal dari tumbuhan, hewan&mineral,
lainnya, dan/atau mengidentifikasi setiap reaksi yg tidak dptHerbal
Obat berupa obat herbal tradisional atau obat herbal non tradisional.
Tradisional
diinginkan, dan/atau mempelajari absorbsi, distribusi,
metabolisme & ekskresi dgn tujuan utk memastikan keamanan
dan/atau efektifitas produk yg diteliti.
Uji Nonklinik obat
Obat herbal Non
Herbal yg memenuhi kriteria definisi obat tradisional.
Tradisional

uji yg dilakukan pd hewan coba utk menilai keamanan serta profil


Carafarmakodinamik
Uji Klinik yangproduk yg diuji.
Baik (CUKB), obat herbal
Pedoman UjiygKlinik
tidak memenuhi kriteria definisi obat tradisional.
Obat Herbal

Standar untuk desain, pelaksanaan, pencapaian, pemantauan,


audit, perekaman, analisis& pelaporan uji klinik yg memberikan
jaminan bahwa data & hasil yg dilaporkan akurat & terpercaya, acuan untuk menyusun metodologi/disain serta aspek uji klinik lain yg
serta bahwa hak, integritas & kerahasiaan subjek uji klinik diperlukan dalam
Persetujuan pelaksanaan
Pelaksanaan UjiujiKlinik,
klinik obat herbal.
(PPUK) persetujuan
dilindungi. pelaksanaan uji klinik yg diterbitkan oleh Kepala Badan.
Obat Tradisional
Sponsor
bahan atau ramuan bahan yg berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran
dari bahan tersebut yg secara turun temurun telah digunakan utk
pengobatan, & dpt diterapkan sesuai dgn norma yg berlaku di perorangan, perusahaan, institusi atau organisasi yg bertanggung jawab
masyarakat. utk memprakarsai, mengelola, dan/atau membiayai suatu uji klinik.
Pengelompokan obat herbal tradisional di Indonesia masing-masing kelompok
memerlukan bukti dukung
yang berbeda (empiris,
nonklinik dan/atau klinik).
Jamu, Obat Herbal Terstandar
(OHT) serta Fitofarmaka Ketiga kelompok tersebut
tidak diperbolehkan
mengandung bahan kimia.
Pengelompokkan herbal berdasarkan riwayat tradisional & bukti
dukungnya serta alur bila memerlukan pelaksanaan uji klinik.
Tahap pengembangan & pengujian Fitofarmaka
Tahap seleksi calon fitofarmaka Tahap pengembangan sediaan (formulasi) bahan calon
fitofarmaka
Tahap biological screning calon fitofarmaka a) Mengetahui bentuk-bentuk sediaan yang memenuhi syarat
Pada tahap ini dilakukan analisis kandungan kimia aktif dari mutu, keamanan, estetika untuk pemakaian pd manusia
tanaman calon fitofarmaka seperti kandungan flavonoid, Tata laksana teknologi farmasi dalam rangka uji klinik
alkaloid, steroid, saponin dan terpenoid b)

c) Teknologi farmasi tahap awal


Tahap penelitian farmakodinamik calon fitofarmaka d) Pembakuan (standarisasi): simplisia, ekstrak , sediaan Obat
melihat pengaruh calon fitofarmaka terhadap masing- masing Alam
sistem biologis organ tubuh e) Parameter standar mutu: bahan baku Obat Alam, ekstrak,
Pra klinik, in vivo & in vitro sediaan Obat Alam
Toksisitas ubkronis 4 fase tahap uji klinik pada manusia sehat&atau sakit :
Toksisitas akut
Toksisitas khas/ khusus 1. dilakukan pada sukarelawan sehat
Tahap pengujian toksisitas lanjut (multiple doses) calon 2 : dilakukan pada kelompok pasien terbatas3 :
fitofarmaka dilakukan pada pasien dengan jmlh yang lebih besar dari fase
2
4: post marketing survailence, untuk melihat
kemungkinan efek samping yang tidak terkendali saat uji pra
klinik maupun saat uji klinik fase 1
Uji Pre Klinik dari Jamu menuju OHT

Uji Uji Uji toksisitas Uji toksisitas Uji toksisitas


eksperimenta eksperimenta akut subkronik khusus
l in vitro l in vivo
Uji Pre Klinik dari Jamu menuju OHT
Uji eksperimental in vitro
Bersifat parsial pada sebagian organ diatas cawan petri Tujuannya
untuk mengklarifikasi/membuktikan klaim sebuah obat
Ekstrak diberikan kepada sebagian organ yang terisolasi, kultur sel,
atau mikroba
Pengamatan pada efek yang ditimbulkan
Uji Pre Klinik dari Jamu menuju OHT
Uji toksisitas akut
Uji eksperimental in vivo
Dilakukan pada hewan Bertujuan untuk mengetahui
percobaan (mencit/tikus/k LD50 sebuah obat
elinci/Kucing/anjing) Semakin tinggi LD50 maka
Bertujuan untuk membuktikan semakin aman  dibutuhkan
klaim sebuah obat dosis tinggi utk sampai pada
tahap mematikan
Uji Pre Klinik dari Jamu menuju OHT
Uji toksisitas khusus
Uji toksisitas subkronik
Tujuannya untuk mengamati Tujuannya untuk melihat
kelainan akibat konsumsi obat kemanan konsumsi obat dalam
yang diamati jangka panjang
Efek akumulasi obat menjadi Apakah obat bersifat
fokus riset tahap ini karsinogenik, mutagenic,
Setiap hari selama 3 bulan teratogenic, iritatif & aman
berturut hewan diberi ekstrak untuk reproduksi?
Uji Klinik dari OHT menuju Fitofarmaka

Untuk Diberikan Jumlah Post


mengetahui pada orang sukarelawan marketing
efek dan yang sakit diperbanyak surveillance
farmakokineti sesuai klaim dan lokasi
k obat diperluas
Sukarelawan Kontrol Kontrol
sehat berupa berupa obat
placebo inovator

U U U U
ji ji ji ji
K K K K
li li li li
n n n n
Uji toksisitas Non Klinik secara in vivo (suatu uji untuk
mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi&memperoleh data dosis-respon
yang khas dari sediaan uji)
Faktor yang berpengaruh pada
keabsahan uji toksisitas
Uji toksisitas akut oral
Uji toksisitas subkronik oral
uji toksisitas kronik oral 1. Sediaan uji2. Penyiapan sediaan
Uji teratogenisitas
uji
Uji sensitisasi kulit
uji iritasi mata 3. Hewan uji4. Dosis5. Teknik &
Uji iritasi akut dermal
Uji iritasi mukosa vagina prosedurpengujian
uji toksisitas akut dermal
uji toksisitas subkronik dermal 6. KemampuanSDM

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014
Tentang Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo
Pedoman uji toksisitas
Prinsip
Prosedur
Konvensional
Toksisitas Tujuan
akut oral Pengumpulan
data &
analisis
Metode
Prinsip

Fixed Dosed Prosedur


Methode

Pelaporan
hasil
pengujian
Toksisitas akut oral

Untuk mendeteksi efek toksik yang


muncul dalam waktu singkat setelah
pemberian suatu zat dalam dosis tunggal
atau dosis berulang yang diberikan dalam
waktu < 24 jam; apabila pemberian
dilakukan secara berulang, maka interval
waktu < 3 jam
Toksisitas akut oral
Untuk obat, obat tradisional bahan lainnya (Generally Recognized As Safe/GRAS) seperti bahan pangan, penentuan
kategori toksisitas akut digunakan penggolongan klasifikasi
TOKSISITAS SUBKRONIK ORAL
Tujuan
Prinsip
Sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan Efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji
setiap hari pada beberapa kelompok hewan uji. toksisitas akut.
Selama waktu pemberian sediaan uji, hewan harus Efek toksik setelah pemaparan sediaan uji secara
diamati setiap hari untuk menentukan adanya berulang dalam jangka waktu tertentu.
toksisitas.
Dosis yang tidak menimbulkan efek toksik (No
Hewan yang mati selama periode pemberian Observed-Adverse Effect-Level/NOAEL).
sediaan uji, bila belum melewati periode rigor mortis
(kaku) segera diotopsi, organ dan jaringan diamati Mempelajari adanya efek kumulatif dan efek
secara makropatologi dan histopatologi. reversibilitas setelah pemaparan sediaan uji secara
berulang dalam jangka waktu tertentu.
Pada akhir periode pemberian sediaan uji, semua
hewan yang masih hidup diotopsi selanjutnya
dilakukan pengamatan secara makropatologi pada
setiap organ maupun jaringan, serta dilakukan
pemeriksaan hematologi, biokimia klinis dan
histopatologi.
TOKSISITAS KRONIK ORAL
Tujuan
Prinsip
Sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan 1. Efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji
setiap hari pada beberapa kelompok hewan uji toksisitas subkronis.
selama tidak kurang dari 12 bulan.
2. Karakterisasi toksisitas dari suatu sediaan uji yang
Pengamatan setiap hari untuk menentukan adanya dipaparkan dalam waktu lama & berulang
toksisitas.
3. Untuk menentukan NOAEL yaitu dosis yang tidak
Hewan yang mati selama periode pemberian menimbulkan efek toksik
sediaan uji, bila belum melewati periode rigor mortis
(kaku) segera diotopsi, organ dan jaringan diamati
secara makropatologi dan histopatologi.
Pada akhir periode pemberian sediaan uji, semua
hewan yang masih hidup diotopsi selanjutnya
dilakukan pengamatan secara makropatologi pada
setiap organ maupun jaringan, serta dilakukan
pemeriksaan hematologi, biokimia klinis,
histopatologi.
Uji Klinis
JENIS UJI KLINIS

Uji pada manusia dalam rangka Fase 1


pengembangan obat.Dilakukan Untuk melihat keamanan/toleransi pada subyek
sehat
minimal setelah diperoleh data uji 20-100 orang
toksisitas Akut dan toksisitas Fase II
Subkronik Untuk melihat khasiat subjek sakit dengan subjek
terbatas
Merupakan studi 100-200 orang
experimental,terdiri dari 4 fase Fase III
Terhadap Herbal : lebih ditujukan Untuk melihat khasiat & efek samping pada subjek
untuk pengembangan herbal lebih banyak
Minimal 500 orang
Indonesia, dalam rangka
pemanfaatan herbal di fasilitas Fase IV (post marketing surveilance)
Evaluasi produk obat yang telah beredar di
kesehatan formal. masyarakat
EVIDENCE BASED VALIDATED GRADING RATIONALE
Prinsip Uji Klinik yang Baik

Individu yang terlibat ➔


memenuhi syarat
Sesuai deklarasi Helsinski Informed consent tanpa
Risiko & ketidaknyamanan diperhitungkan tekanan
Hak,keamanan,kesejahteraan ➔ penting Semua data direkam,
Informasi produk memadai ditandatangani, & disimpan
Landasan ilmiah kuat ➔ protokol Kerahasiaan rekaman terjamin
Dilaksanakan ~protokol disetujui KE Produk memenuhi CPOB
Pelayanan & keputusan medik ➔ dr./drg. Sistem dengan prosedur yang
menjamin mutu setiap aspek
Jenis Uji Toksisitas Subkronik Oral
Uji Toksisitas Subkronis Singkat Oral Uji Toksisitas Subkronis Oral 90 hari
28 hari pada Rodensia pada Rodensia
Untuk menguji sediaan uji yang Untuk menguji sediaan uji yang
penggunaannya secara klinis penggunaannya secara klinis
apakah: berulang dalam waktu 1-4
a. dalam bentuk sekali pakai. minggu.
b. berulang dalam waktu
kurang dari satu minggu
RESUME
Pengembangan obat bahan alam menjadi
OHT maupun FF merupakan upaya
pembuktian ilmiah

Obat modern asli Indonesia

Dapat digunakan sebagai substitusi atau


komplementer dalam penanganan atau
terapi pada kondisi suatu penyakit
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai