Obat Herbal
Kelompok 3:
Agun Juniawan (D1A191884)
Angga Ardy
Femi Fahmisari (D1A191817)
Lulu Afifah Pradipta (D1A191967)
Syifa Nurfadlilah S (D1A191886)
Uji Klinik
“
Obat Prinsip-prinsip
Herbal CUKB
“
Klinik
Komisi Etik dan
Sponsor dan ORK Peneliti Tempat Penelitian
Regulator
• Memiliki sumber daya • Memiliki sumber daya • Memiliki latar • Harus memiliki
yang kompeten dan yang kompeten dalam belakang yang sesuai fasilitas yang cukup,
memahami prinsip rangka mengawal dan memahami CUKB seperti ketersediaan
CUKB serta regulasi bahwa protokol uji serta memiliki ruang-ruang sesuai
yang berlaku serta dokumen uji sertifikat CUKB fungsi masing-
• Mengetahui dokumen lainnya dapat • Memiliki sumber daya masing, peralatan
yang harus tersedia dipertanggungjawabk yang kompeten dan medis serta obat
saat uji klinik dan an secara etis dan memahami prinsip untuk keadaan
memahami fungsi dari ilmiah untuk CUKB serta regulasi darurat, peralatan
setiap dokumen dilaksanakan serta yang berlaku elektronik yang
tersebut melakukan menunjang
pengawasan terhadap pelaksanaan uji klinik
pelaksanaan uji 3
tersebut
Terbukti JAMU
secara empiris
“
OBAT
OBAT
HERBAL HERBAL OHT
TRADISIONAL
FITOFARMAKA
Bahan/Ramuan
Bahan berasal dari HERBAL NON
Tumbuhan, Hewan & INDIGENOUS/
OBAT ASING
Mineral
HERBAL NON
TRADISIONAL Tidak mempunyai
riwayat tradisional 4
▪ INDIGENOUS :
6
Tujuan
8
Uji Pre Klinik dari Jamu menuju OHT
9
Uji Klinik dari OHT menuju Fitofarmaka
10
Obat Herbal
Nontradisional
▪ Pembuktian keamanan dan khasiat obat herbal Jamu
nontradisional tidak cukup hanya sampai pada
uji nonklinik namun harus sampai pada uji Obat Herbal
klinik.
Fitofarmaka
▪ Untuk itu standardisasi serta kemudian data
toksisitas, data farmakodinamik serta adanya
senyawa penanda merupakan persyaratan
yang harus dipenuhi sebelum dilakukan uji
klinik.
11
Obat herbal tradisional yang memerlukan bukti/data klinik lebih
lanjut
Obat herbal tradisional yang memiliki bukti dukung empiris (dalam
“
hal ini Jamu), dapat dikembangkan menjadi OHT ataupun
fitofarmaka dengan dilengkapi bukti dari data nonklinik dan data Jamu
Jamu
OHT berasal dari jamu, oleh karenanya
harus memenuhi riwayat tradisionalnya Obat Herbal
dan didukung oleh adanya bukti empiris
serta dilengkapi dengan data nonklinik. Fitofarmaka
13
14
KLAIM DAN METODE PEMBUKTIAN
▪ Klaim menggambarkan ▪ Metode pembuktian dalam uji klinik dapat
kegunaan /manfaat yang dilakukan melalui beberapa pilihan seperti
menjanjikan suatu perubahan positif Randomized Control Trial (RCT).
bagi konsumen. ▪ Metode ini merupakan metode uji yang ideal,
▪ Klaim obat herbal tradisional harus disebabkan adanya alokasi random (acak)
subjek ke dalam kelompok kontrol atau
disertai bukti empiris yang
kelompok produk uji untuk mengontrol serta
mendukung klaim tradisionalnya,
mengurangi bias yaitu agar kelompok
sedangkan klaim yang tidak lagi
pembanding dan kelompok uji mempunyai
sesuai dengan klaim tradisionalnya
karakteristik yang relatif sama.
perlu didukung oleh bukti ilmiah
▪ Oleh karenanya metode dengan random sangat
yang cukup melalui uji klinik yang
dianjurkan dalam pelaksanaan uji klinik.
relevan. 15
Cont...
▪ Pihak industri atau ▪ Untuk mendapatkan ▪ Pemilihan metodologi atau desain uji klinik
peneliti harus dapat data klinik sesuai obat herbal merupakan hal yang sangat
menyesuaikan antara kriteria yang penting, karena harus dapat menjawab
karakteristik produk uji, ditentukan, uji klinik tujuan uji klinik dan menentukan seberapa
tujuan uji serta klaim perlu didukung jauh dapat mendukung klaim yang akan
yang akan diajukan metodologi/desain diajukan. Oleh karenanya pemilihan desain
dengan tingkat penelitian disertai harus dipertimbangkan dengan cermat,
pembuktian yang pelaksanaan sesuai mempertimbangkan antara lain:
digunakan. Hal tersebut dengan standar
1. Karakteristik produk uji
harus dilandasi dengan CUKB.
justifikasi ilmiah. 2. Tujuan uji klinik dimaksud harus selaras
dengan klaim yang akan diajukan saat
registrasi produk.
16
Data
17
LD 50 ( LETHAL DOSE 50)
18
Fase Uji Lengkap
▪ Fase uji lengkap dalam rangka ▪ Untuk itu perlu diperhatikan data-data
pembuktian khasiat produk dimulai yang ada pada uji fase-fase
dari fase uji nonklinik hingga fase sebelumnya. Dalam hal diperlukan
I, II, III dan IV pada manusia. Uji data keamanan lebih lanjut dan/atau
nonklinik dan uji fase I, II, III dan untuk konfirmasi efikasi yang telah
IV pada manusia memiliki fungsi disetujui, dapat dilakukan melalui uji
masing-masing yang harus fase IV dengan ketentuan bahwa telah
diperhatikan dan dipenuhi, dilakukan uji klinik pra-pemasaran
karenanya harus dilaksanakan sebelumnya dan telah mendapat izin
secara berurutan. edar di Indonesia.
19
Fase Uji Lengkap
▪ Obat herbal dengan penggunaan
sesuai dengan riwayat tradisional Karena pada obat tradisional
kasusnya sudah digunakan pada
di Indonesia
berbagai populasi dan terbukti
manfaatnya sesuai dengan yang
maka tahapan uji klinik fase I dapat diinginkan. Maka ketika data
dipertimbangkan untuk tidak penggunaan pada banyak orang
dilakukan. sudah ada, tidak perlu lagi
dilakukan fase 1 . Jadi sudah
mewakili hasil pengujian untuk fase
1.
20
Studi penentuan dosis
▪ Studi penentuan dosis (dose ranging study) dalam tahapan uji klinik
merupakan hal penting yang harus dilakukan. Studi penentuan dosis
dimaksudkan untuk dapat menentukan dosis efektif yang kemudian
konsisten diberikan pada fase-fase selanjutnya dalam uji klinik maupun
setelah dapat diedarkan.
▪ Bila telah ada konversi yang pasti dari dosis efektif pada hewan coba kepada
manusia, studi penentuan dosis tidak perlu dilakukan.
▪ Studi penentuan dosis dilakukan sebelum fase III uji klinik dengan
memperhatikan hasil uji LD50, serta uji toksisitas dan farmakodinamik pada
hewan coba.
21
Peneliti mengetahui
isi dari produk uji
yang digunakan
Single Blind /
Tanpa Pembanding
Subjek peserta uji
Desain Uji Klinik klinik tidak
Obat Herbal mengetahui
(berdasarkan
justifikasi ilmiah)
Peneliti serta subjek
peserta uji klinik
Double Blind /
tidak mengetahui isi
Dengan Pembanding
dari produk uji yang
digunakan.
22
Cont...
.
3. Pihak sponsor 4. Lakukan penilaian 5. Pertimbangkan
ataupun produsen terhadap data untuk mengontrak
harus memahami nonklinik yang ORK bila diperlukan.
bahwa proses ada/telah dilakukan, Bila melakukan
pembuatan produk bagaimana profil kontrak dengan
uji harus konsisten keamanan dan/atau ORK, lengkapi
pada setiap tahap aspek lainnya. dengan surat
atau fase, dan bagaimana LD50, perjanjian kontrak
proses pembuatan data toksisitas akut, dan dijelaskan
tersebut harus subkronik dan atau fungsi sponsor apa
mengacu kepada kronik sesuai yang dikontrakkan
standar CPOTB kebutuhan untuk kepada ORK.
kondisi yang
diujikan. 26
Langkah-langkah berikut dapat digunakan sebagai acuan dalam rangka
persiapan pelaksanaan uji klinik:
6. Persiapkan kompetensi 7. Pemilihan tempat pelaksanaan uji klinik dan pemilihan peneliti
monitor (sponsor/ORK). serta persiapkan tempat pelaksanaan tersebut. Sponsor memiliki peran
penting dalam pemilihan tempat uji klinik. Pertimbangan utama yang
harus dijadikan landasan pemilihan, antara lain :
- Terdapat peneliti dengan latar belakang keahlian yang sesuai.
- Ketersediaan sumber daya, sistem dan fasilitas/perangkat penunjang
ditempat penelitian.
- Ketersediaan Standard Operating Procedures (SOP).
27
8. Pembuatan/penyusunan protokol uji klinik.
Elemen dalam protokol uji klinik yang disusun harus jelas dan lengkap, dimulai dari hal administratif
seperti judul, nomor/versi dan tanggal, nama Peneliti Utama, Nama Koordinator Peneliti (bila ada),
hingga yang bersifat ilmiah, seperti:
• Tujuan:
• Desain:
- Harus tepat sasaran, jelas dan fokus,
- Menjelaskan secara singkat desain
harus dapat diakomodir oleh parameter
studi dan secara umum bagaimana
pengukuran khasiat maupun keamanan.
desain dapat menjawab
- Tujuan dapat terdiri dari tujuan primer
pertanyaan/tujuan uji.
dan sekunder ataupun bahkan tersier.
- Dapat memberikan gambaran
Namun perlu diperhatikan adalah bahwa
tipe/desain uji (misal placebo
tujuan uji klinik harus jelas, tepat sasaran
controlled, double blind, single
dan fokus.
blind atau open label)
12. Pertimbangan /
11. Pengajuan
peninjauan dan
persetujuan untuk
persetujuan uji klinik
dokumen/ pelaksanaan
oleh Komisi Etik dan
uji klinik.
regulator.
29
13. Persetujuan subjek (Informed
Consent) dan rekrutmen subjek
30
Langkah-langkah berikut dapat digunakan sebagai acuan dalam rangka
persiapan pelaksanaan uji klinik:
15. Pengelolaan
14. Penapisan
pelaporan
(screening) dan
Kejadian Tidak 16. Pengelolaan 17. Laporan akhir
penyertaan
Diinginkan data penelitian. penelitian.
(enrollment)
maupun pelaporan
subjek
lain.
31
▪ Langkah-langkah di atas beberapa dapat
“
dilakukan secara paralel dan beberapa langkah
lainnya harus dilakukan secara berurutan.
▪ Contoh langkah yang dapat dilakukan paralel
seperti pada angka 8, 9, 10.
▪ Contoh langkah yang harus berurutan seperti
pada angka 11,12,13 dan 14.
▪ Kelengkapan protokol secara utuh, peran dari
peneliti, Komisi Etik, sponsor, pihak regulator,
dokumen yang harus tersedia dan lainnya yang
terkait dapat mengacu kepada Pedoman Cara Uji
klinik yang Baik di Indonesia.
32
PERBEDAAN UJI KLINIK PADA OBAT SINTETIS
DENGAN OBAT HERBAL /TRADISIONAL
OBAT SINTETIS OBAT HERBAL
▪ Pembentukan/penapisan struktur ▪ Sudah ada sediaanya (baik dalam
kimia obat dicari, ikatan2 yang bentuk simplisia /ekstrak), sudah
terlibat (sehingga menghasilkan digunakan lama dan secara luas
aktivitas yang diinginkan) . Jika (Jamu)
sudah ditemukan senyawa, barulah ▪ Tidak selalu melalui uji klinik
dibuat sediaan jadi yang dapat
▪ Fase 1 dapat dilewati
digunakan oleh masyarakat.
▪ Harus selalu melalui Uji Klinik
▪ Fase uji harus lengkap, mulai dari
fase1-4
33
“
Pemaparan contoh uji
klinik obat herbal
34
▪ Ini adalah penelitian untuk menilai pengaruh
androgen (testosteron) ekstrak cabe jawa dapat
meningkatkan kadar testosteron darah dan menekan
produksi FSH dan LH pada laki-laki hipogonad
▪ Uji klinik ekstrak cabe jawa dilakukan dengan
rancangan penelitian single blind clinical trial. Hal
ini disebabkan oleh sulitnya memperoleh pria
hipogonad.
▪ Subjek penelitian adalah pasien dengan interfil
oligozoospermia dan keluhan libido atau potensi
seks, volume testis <15mL, serta kadar hormon
testosteron di bawah kisaran normal
35
KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI
KRITERIA INKLUSI KRITERIA EKSKLUSI
Pasien laki-laki berumur 18-50 tahun Pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat
Volume testis <15mL yang diteliti
37
Tahapan fase uji klinik yang dilakukan
38
Lanjutan tahapan fase uji klinik yang dilakukan
Simmons PRN. Clinical Trials. Research Initiative Treatment Action. Vol 8. no. 1. Summer . 2002. 39
Lanjutan tahapan fase uji klinik yang dilakukan
40
▪ Penelitian ini merupakan penelitian pertama kali dalam uji klinik esktrak cabe jawa pada
manusia.
▪ Data awal berat badan, konsentrasi spermatozoa dan volume testis.
▪ Dari hasil penimbangan berat badan, konsentrasi spermatozoa, dan pengukuran volume
testis ditemukan bahwa data tidak menunjukan perbedaan karakteristik berat badan,
konsentrasi spermatozoa dan volume testis pada pria kelompok ekstrak cabe jawa dan
kelompok plasebo/kontrol 41
Kadar Hormon Testosteron sebelum, selama dan sesudah Terapi
Dari hasil analisis statistik menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p>0,05) terhadap kadar
testosteron darah relawan.
42
Kadar Hormon FSH sebelum, selama, dan sesudah Terapi
Dari data kadar hormon FSH menunjukan bahwa hasil analisis statistik ternyata tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p>0,05)
terhadap kadar FSH relawan.
43
Kadar Hormon LH sebelum, selama, dan sesudah Terapi
Dari data kadar hormon LH menunjukan bahwa hasil analisis statistik ternyata tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p>0,05)
terhadap kadar LH relawan.
44
Kadar PSA sebelum, selama, dan sesudah Terapi
Dari data kadar PSA menunjukan bahwa hasil analisis statistik ternyata tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p>0,05) terhadap
kadar PSA relawan.
45
Konsentrasi Spermatozoa sebelum, selama, dan sesudah Terapi
Hasil analisis statistik dari data konsentrasi spermatozoa memperlihatkan terdapat
perbedaan yang signifikan pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p<0,05) terhadap
konsentrasi spermatozoa relawan.
46
Frekuensi Koitus sebelum, selama, dan sesudah Terapi
Hasil analisis statistik dari data konsentrasi koitus memperlihatkan terdapat
perbedaan yang signifikan pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p<0,05) terhadap
konsentrasi coitus relawan.
47
Berat Badan sebelum, selama, dan sesudah Terapi
Dari data berat badan relawan menunjukan bahwa hasil analisis statistik tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p>0,05)
terhadap berat badan relawan.
48
KESIMPULAN
50
Thanks!
51