Anda di halaman 1dari 36

UJI KLINIS BAKAL SEDIAAN FITOFARMAKA

Indra T. Maulana
UJI KLINIS OBAT HERBAL

• Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2014 Tentang Pedoman Uji Klinik Obat Herbal
• Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2014 Tentang Tata Laksana Persetujuan Uji Klinik
• BPOM RI, (2016), Buku Pedoman Cara Uji Klinik Yang Baik Di Indonesia Edisi 3
DEFINISI OBAT, OBAT TRADISIONAL, DAN OBAT HERBAL

• Obat adalah obat jadi termasuk produk biologi, yang merupakan


bahan atau paduan bahan digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan
peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia.
• Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
• Obat Herbal adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari
tumbuhan, hewan, dan mineral, dapat berupa Obat Herbal
Tradisional atau Obat Herbal Nontradisional.
• Obat Herbal Tradisional adalah Obat Herbal yang memenuhi kriteria
definisi Obat Tradisional.
PRODUK HERBAL YANG MEMERLUKAN UJI KLINIS

• Obat Herbal Non tradisional.


• Obat herbal tradisional yang memerlukan bukti/data klinik lebih lanjut
• Pengembangan OHT : Obat herbal yang berupa jamu atau OHT yang telah
beredar dan telah memiliki nomor registrasi tidak harus dilengkapi dengan
data ilmiah dari uji klinik, namun bila diinginkan oleh industri yang
bersangkutan untuk tujuan tertentu, seperti akan merubah klaim yang tidak
lagi tradisional sehingga memerlukan pembuktian ilmiah lebih lanjut maka
uji klinik perlu dilakukan.
• Pembuktian keamanan dan khasiat obat herbal
Obat Herbal nontradisional tidak cukup hanya sampai pada uji nonklinik
namun harus sampai pada uji klinik.
Non • Obat herbal nontradisional dapat meliputi: produk herbal
Tradisional yang tidak memiliki riwayat tradisional dan herbal
nonindigenus
DEFINISI UJI KLINIS

• Uji Klinik adalah kegiatan penelitian dengan


mengikutsertakan subjek manusia disertai
adanya intervensi produk uji, untuk
menemukan atau memastikan efek klinik,
farmakologik dan/atau farmakodinamik
lainnya, dan/atau mengidentifikasi setiap
reaksi yang tidak diinginkan, dan/atau
mempelajari absorbsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi dengan tujuan
untuk memastikan keamanan dan/atau
efektifitas produk yang diteliti.
Uji Klinik
Obat Herbal • Memberikan manfaat nyata bagi perkembangan
yang ilmu pengetahuan dan kepentingan masyarakat;
• Mendapatkan persetujuan etik dari Komisi Etik;
dilakukan • Mendapatkan persetujuan atau menyampaikan
harus: notifikasi kepada Kepala Badan
• Mengacu kepada Pedoman CUKB dan Pedoman Uji
Klinik Obat Herbal.
• Cara Uji Klinik yang Baik, yang selanjutnya disebut CUKB, adalah standar untuk disain,
pelaksanaan, pencapaian, pemantauan, audit, perekaman, analisis, dan pelaporan uji
klinik yang memberikan jaminan bahwa data dan hasil yang dilaporkan akurat dan
terpercaya, serta bahwa hak, integritas, dan kerahasiaan subjek uji klinik dilindungi.

CUKB
Uji Klinis
• Setiap uji klinis di indonesia harus mengikuti
aturan yang berlaku
• Peraturan kepala BPOM RI No. 13 Thn 2014
Tentang Pedoman Uji Klinik Obat herbal
• Pedoman Cara Uji klinik yang Baik (CUKB)
BUKU
PEDOMAN
TERBARU
YANG TERLIBAT PADA UJI KLINIK HERBAL

• Sponsor dan ORK


• Sponsor adalah perorangan, perusahaan, institusi atau organisasi yang bertanggung
jawab untuk memprakarsai, mengelola, dan/atau membiayai suatu Uji Klinik
• Organisasi Riset Kontrak (ORK) adalah seseorang atau suatu organisasi (komersial
atau lainnya) yang dikontrak oleh sponsor untuk melaksanakan satu atau lebih tugas
dan fungsi sponsor dalam Uji Klinik
• ORK harus memiliki sumber daya yang kompeten dan memahami prinsip GCP serta
regulasi yang berlaku, serta
• Mengetahui dokumen yang harus tersedia saat uji klinik dan memahami fungsi dari
setiap dokumen tersebut.
• Komisi Etik dan Regulator
• Memiliki sumber daya yang kompeten dalam rangka mengawal bahwa protokol uji
serta dokumen uji lainnya dapat dipertanggungjawabkan secara etis dan ilmiah untuk
dilaksanakan serta melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan uji tersebut
Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik

• Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik, yang selanjutnya disebut PPUK, adalah


persetujuan pelaksanaan uji klinik yang diterbitkan oleh Kepala Badan.
• Peneliti
• Memiliki latar belakang yang sesuai
dan memahami GCP/CUKB serta
memiliki sertifikat GCP/CUKB.
• Memiliki sumber daya yang kompeten
PENELITI DAN dan memahami prinsip GCP serta
regulasi yang berlaku.
TEMPAT • Tempat Penelitian (site)
PENELITIAN • Harus memiliki fasilitas yang cukup,
seperti ketersediaan ruang–ruang
sesuai fungsi masing–masing,
peralatan medis serta obat untuk
keadaan darurat, peralatan elektronik
yang menunjang pelaksanaan uji klinik.
PEMBANDING UJI KLINIK

• Uji klinik obat herbal dapat dilakukan dengan menggunakan pembanding


atau tanpa menggunakan pembanding berdasarkan justifikasi, dengan
beberapa pilihan desain yang dapat digunakan, seperti single atau double
blind.
• Single blind, Peneliti mengetahui isi dari produk uji yang digunakan,
sementara subjek peserta uji klinik tidak mengetahui;
• Double blind, Peneliti serta subjek peserta uji klinik tidak mengetahui isi
dari produk uji yang digunakan.
RUANG LINGKUP UJI KLINIS DI INDONESIA

• Obat
• Obat Herbal
• Suplemen Kesehatan
• Pangan Olahan
• Kosmetika
JENIS UJI KLINIS

• Uji Klinis Prapemasaran, yaitu Uji Klinik yang


menggunakan produk uji yang belum memiliki izin
edar di Indonesia dan meliputi Uji Klinik fase I, II, dan
III, termasuk Uji Klinik dengan Produk Uji yang telah
memiliki izin edar untuk mengetahui
indikasi/posologi baru. meliputi
• Tahap 1
• Tahap 2
• Tahap 3
• Uji Klinis Pasca Pemasaran (tahap 4) yaitu uji klinis
yang menggunakan Produk Uji yang sudah melalui
Uji Klinik Prapemasaran dan telah memiliki izin edar
di Indonesia, untuk mendapatkan data keamanan
dan/atau untuk konfirmasi khasiat/manfaat yang
telah disetujui.
PENGAJUAN
PELAKSANAAN UJI KLINIS

• Pengajuan pelaksanaan Uji Klinik


Prapemasaran dilakukan secara tertulis
oleh Sponsor atau ORK kepada Kepala
Badan POM
• Penyampaian notifikasi pelaksanaan Uji
Klinik Pascapemasaran dilakukan secara
tertulis oleh Sponsor atau ORK kepada
Kepala Badan.
PRODUK SAMPEL UJI KLINIS

• Produk Uji yang akan digunakan dalam Uji Klinik harus memiliki data
keamanan awal dan persyaratan mutu sesuai dengan tahapan Uji Kliniknya.
• Peneliti Utama wajib melaporkan seluruh KTDS dalam
Uji Klinik kepada Sponsor dan Komisi Etik
• Sponsor wajib melaporkan Efek Samping Produk yang
Serius dari Uji Klinik kepada Kepala Badan
PELAPORAN • Sponsor wajib melaporkan perkembangan pelaksanaan
UJI KLINIS Uji Klinik yang dilakukan kepada Kepala Badan:
a. setiap 6 (enam) bulan;
b. saat berakhirnya pelaksanaan Uji Klinik; dan
c. jika terjadi penghentian pelaksanaan Uji Klinik
sebelum waktunya.
ALUR
PERMOHON
AN UJI KLINIS
PRAPEMASA
RAN
ALUR
PERMOHON
AN UJI KLINIS
PASCAPEMA
SARAN
UJI KLINIS

• Uji klinik tahap 1 → uji keamanan obat


kepada sukarelawan sehat
• Uji klinik tahap 2 → uji khasiat, dan
penetapan dosis optimal obat kepada
sukarelawan sakit yang terseleksi dalam
jumlah terbatas
• Uji klinik tahap 3 → uji khasiat, kepada
pasien dalam jumlah besar dan tidak
diseleksi
• Uji klinik tahap 4 → survei
epidemiologi, efektifitas, dan keamanan
obat
Uji farmakologi klinis

• Acuan dosis : berdasarkan uji farmakologi


pra klinis
• Menggunakan manusia (sukarelawan)
• Diamati oleh para ahli klinis
Tahap I :

Subjek : Pada sukarelawan sehat, melibatkan 20-80 sukarewalan


Data yang diperoleh :
• Menguji keamanan dan Tolerabilitas obat tradisional
• Kecepatan obat yang diabsorpsi
• Kecepatan dan tingkat kadar obat dalam darah
• Cara dan kecepatan eliminasi dari tubuh
• Efek toksik (jika ada) dalam jaringan tubuh dan organ utama
• Perubahan dalam darah
• Perubahan dalam proses-proses fisiologi normal
Tahap II
• Subjek Pada sukarelawan sakit dengan jumlah
terbatas dan diseleksi terlebih dahulu
• Jumlah sukarelawan Antara 36 – 300 pasien
sukarelawan
• Biasanya hanya melibatkan rumahsakit
pemerintah tertentu
• Menggunakan pembanding single blind (placebo
dan control positif)
Tujuan utama :
• Menentukan efektivitas obat dalam mengurangi
dan menghilangkan penyakit
• Pemantauan dosis terapi dan efek samping yang
tidak teramati pada uji sebelumnya
Tambahan data :
• Pola absorpsi obat
• Eksresi obat
Tahap II • Metabolit obat yang kemungkinan terjadi
• Efek samping yang timbul
(lanjutan) • Tingkat dosis (pasien tidak tahan efek toksik
/ pengaruh bahaya obat) → untuk batas
keamanan
Tahap III

• Subjek : Sukarelawan Sakit dengan jumlah


peserta lebih banyak dibanding pada tahap
dua
• Jumlah sukarelawan antara 300 – 3000 pasien
sukarelawan
• Pada tahapan ini digunakan pembanding
double blind
• Dokter-dokter praktek swasta diikutsertakan
bersama-sama dengan ahli klinis
berpengalaman → untuk menentukan
manfaat obat baru di kalangan dokter swasta
Tahap III (lanjutan) :

• Dokter-dokter praktek swasta yang ikut serta melaporkan penemuan kepada badan
penyelidik
• Melaporkan informasi dan evaluasi kepada instansi pemerintah yang berwenang
(Badan POM)
• Instansi pemerintah yang berwenang mengevaluasi dan hasilnya disebarkan kepada
dokter-dokter swasta yang ikut dalam penelitian
• Jika data tidak menjamin, uji klinis dapat dihentikan
• Jika selama 3 tahap uji, obat cukup aman dan terapi baik → dibuatkan surat
permohonan registrasi obat kepada Instansi BPOM
Data yang
diperoleh dari • Tingkat Keamanan obat
tahap III • Efikasi obat
Menghitung
Efikasi Hasil
Uji Klinis
Tahap III (lanjutan) :

• Badan POM berwenang


• memberi keputusan apakah obat
tersebut diijinkan dipasarkan atau tidak
• Masih dimintai data tambahan sebelum
diberi keputusan

• Badan POM berwenang menarik obat


dari pasaran : sementara atau tetap
Kegagalan obat memasuki
pasaran

• Toksisitas tidak dapat diterima


• Gagal menghasilkan efek terapi yang diharapkan
• Potensi pasar untuk penjualan tidak menutupi
biaya pengembangan
Pemasaran
Obat yang • Tingkat pemasaran suatu obat baru tidak
menghentikan upaya penelitian yang
telah Melalui dilakukan terhadap obat baru tersebut
• Uji berlanjut ke tahap IV
Tahapan Uji
Klinis III
• Subjek : Pasien Sakit dari berbagai ras dan suku
• Menambah pengertian mekanisme kerja obat
• Uji surveillance dan epidemiologi
• Menunjukkan penyembuhan pada berbagai kriteria pasien
atau indikasi baru
Tahap IV : • Jika obat tsb menunjukkan kemanfaatan dalam mengobati
para penderita dari penyakit-penyakit lain yang tidak
direncanakan : → dapat diajukan ke BPOM untuk
memperoleh izin mempromosikan dan memasarkan obat
karena ada indikasi baru
• Dokumen Uji Klinik adalah dokumen lengkap yang terdiri
dari
Dokumen Uji • protokol uji klinik,
• informed consent,
Klinik • dokumen mengenai produk uji klinik,
• investigator brochure (bila diperlukan) serta
• dokumen lain yang terkait uji klinik dimaksud

Anda mungkin juga menyukai