Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KIMIA RUMAH TANGGA

“ZAT ADIKTIF YANG MENIMBULKAN


KETERGANTUNGAN”

DISUSUN OLEH:

Kelompok 6

Wulandari 1916441013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Shalawat
serta salam kami kirimkan kepada Rasululah SAW. yang telah membimbing dan
mengarahkan umatnya ke jalan yang lebih baik dari dahulu.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


membantu dalam proses penyusunan makalah mengenai “Zat Adiktif Yang
Menyebabkan Ketergantungan” untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Kimia
Rumah Tangga.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dari


pembaca mengenai “Zat Adiktif Yang Menyebabkan Ketergantungan”. Kami
menyadari masih terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini, sehingga kritik
dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan untuk penyusunan makalah
selanjutnya.

Makassar, 11 April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
A. Latar Belakang............................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................. 5
A. Zat Adiktif ...................................................................................................................... 5
B. Jenis Zat Adiktif ............................................................................................................. 5
C. Zat Adiktif yang Menimbulkan Ketergantungan ........................................................... 7
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 18

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemukan bahan ataupun produk
yang sifatnya adiktif atau dapat menimbulkan ketergantungan. Zat ini memiliki
dampak yang positif dan negatif dalam penggunaannya, namun banyak
masyarakat yang menyalahgunakannya. Bagi tim medis zat ini bermanfaat untuk
membius dan mengurangi rasa sakit. Penggunaan zat ini telah diatur dalam UU.
Zat adiktif banyak macam dan jenisnya serta tingkat ketergantungannya.
Zat ini juga banyak digunakan dalam pembuatan obat-obat terlarang seperti
narkoba. Oleh karena bahayanya zat ini,maka perlu disediakan bacaan mengenai
zat adiktif yang menyebabkan. Maka dari itu makalah ini dibuat agar kita semua
lebih tahu mengenai zat adiktif apa saja yang menyebabkan ketergantungan
sehingga kita dapat mengetahui efek yang akan ditimbulkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian zat adiktif?
2. Apa saja jenis-jenis zat adiktif?
3. Apa saja zat adiktif yang menyebabkan ketergantungan?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian zat adiktif
2. Mengetahui jenis-jenis zat diktif
3. Mengetahui zat adiktif yang menyebabkan ketergantungan

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah istilah untuk zat-zat yang pemakaiannya dapat
menimbulkan ketergantungan fisik yang kuat dan ketergantungan psikologis yang
panjang (drug dependence). Kelompok zat adiktif adalah narkotika (zat atau obat
yang berasal dari tanaman) atau bukan tanaman, baik sintetik maupun
semisintetik, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.

B. Jenis Zat Adiktif


Zat adiktif dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa kelompok.
a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat
berat.
Berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun 2009, jenis narkotika
dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II, dan
golongan III.
1) Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya
adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan untuk
kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan.
Contohnya ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan lain-lain.

5
2) Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol, dan lain-lain.
3) Narkotika golongan III adalah : narkotika yang memiliki daya adiktif
ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya
adalah kodein dan turunannya.
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah
maupun sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
normal dan perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter
untuk mengobati gangguan jiwa (psyche).
Berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun 1997, psikotropika dapat
dikelompokkan ke dalam 4 golongan yaitu:
1) Golongan I adalah: psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat,
belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti
khasiatnya. Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.
2) Golongan II adalah : psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin,
metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
3) Golongan III adalah : psikotropika dengan daya adiksi sedang serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal,
buprenorsina, fleenitrazepam, dan sebagainya.
4) Golongan IV adalah : psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah nitrazepam
(BK, mogadon, dumolid), diazepam, dan lain-lain.
c. Bahan Adiktif Lainnya
Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan
psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan rokok, alkohol dan

6
minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan. Thinner dan
zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin, yang bila
dihisap, dihirup, dan dicium, dapat memabukkan. Jadi, alkohol, rokok, serta
zat-zat lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan juga tergolong
NAPZA.

C. Zat Adiktif yang Menimbulkan Ketergantungan


1. Narkotika
a. Ganja

Ganja atau cannabis mengacu pada semua produk yang berasal dari
tanaman Cannabis sativa dan Cannabis indica, yang lebih dikenal dengan
nama Marijuana.
Marijuana dapat menawarkan efek pereda nyeri bagi mereka yang
menderita nyeri kronis, nyeri saraf, atau multiple sclerosis. Harvard Health
juga mencantumkan bahwa marijuana dapat mengurangi tremor pada penyakit
Parkinson dan dapat mengobati glaukoma. Marijuana berada di dalam daftar
terakhir jenis zat adiktif dengan skor 1·51.
30% pengguna Marijuana menunjukkan tanda-tanda gangguan
penggunaan Marijuana yang berhubungan dengan ketergantungan. Gejala
penarikan dapat muncul termasuk ketidaknyamanan fisik, nafsu makan
menurun, gangguan suasana hati dan kesulitan tidur dan gelisah. Orang yang

7
mulai menggunakan Marijuana sebelum 18 tahun memiliki kemungkinan
hingga 7 kali lebih besar untuk mengembangkan gangguan penggunaan
Marijuana ke depannya.

b. Heroin

Heroin adalah derivatif 3.6-diasetil dari morfin (karena itulah namanya


adalah diasetilmorfin) dan disintesiskan darinya melalui asetilasi. Bentuk
kristal putihnya umumnya adalah garam hidroklorida, diamorfin
hidroklorida. Dikatakan bahwa heroin jauh lebih keras dibandingkan morfin.
Efek candu heroin bahkan 2–3 kali lebih kuat daripada morfin.
Heroin adalah obat opioid yang terbuat dari Morfin. Heroin adalah
jenis zat adiktif yang memberikan rasa ketergantungan paling tinggi dengan
skor 3·00. Pengguna heroin akan merasakan semburan euforia setelah
menyuntik atau menghisap narkoba. Tidak butuh waktu lama untuk
mengembangkan toleransi terhadap heroin, dan penggunanya harus terus
meningkatkan dosis untuk mendapatkan efek yang sama. Gejala penarikan
yang tidak menyenangkan memotivasi pengguna untuk terus menggunakan
zat adiktif ini.
Tanda-tanda umum penarikan diri dari penggunaan heroin adalah
nyeri otot dan tulang yang parah, diare dan muntah, gelisah, kilatan dingin,
dan gerakan kaki yang tidak terkendali. Efek jangka panjang dari kecanduan

8
opioid dapat menyebabkan hilangnya materi putih di otak, yang memengaruhi
pengambilan keputusan dan kontrol perilaku.

Jika digunakan dalam jangka panjang, heroin dapat menimbulkan masalah


kesehatan, seperti:

 Gangguan mental, misalnya kecanduan heroin, gangguan cemas,


halusinasi, dan depresi
 Insomnia atau susah tidur
 Kerusakan pembuluh darah akibat penggunaan jarum suntik berulang kali
 Abses atau infeksi di lokasi suntikan
 Disfungsi seksual
 Siklus haid tidak teratur

Selain itu, penggunaan heroin, terutama dalam bentuk suntikan, juga dapat
meningkatkan risiko terjadinya penyakit yang ditularkan melalui darah, misalnya
HIV dan hepatitis.

c. Kokain

Skor kokain berada di urutan kedua dengan skor 2·39. Obat bubuk
putih ini biasanya dihirup melalui hidung dan merupakan stimulan yang
dibuat dari daun tanaman koka. Kokain merupakan tumbuh-tumbuhan yang
dapat dijadikan obat perangsang, kebanyakan cocaine tumbuh di Amerika
selatan, Ceylon, India, dan Jawa.

9
Kokain meningkatkan kadar dopamin di otak, dan penggunaan yang
sering dapat menghentikan komunikasi normal antar sel saraf. Hal ini berarti
otak Anda akan menjadi kurang sensitif terhadap dopamin dan pengguna
harus meningkatkan jumlahnya untuk merasa bahagia. Gejala penarikan yang
umum adalah depresi, mimpi buruk dan insomnia, kelelahan, dan pemikiran
yang lambat. Pengguna yang menghirup kokain mungkin akan kehilangan
penciuman, mimisan, pilek, dan masalah menelan. Mereka yang menelan obat
tersebut dapat mengalami kerusakan usus yang parah.
d. Petidin

Petidin (pethidine) adalah obat golongan opioid yang digunakan untuk


meredakan nyeri sedang hingga parah. Namun penggunaannya ini hanya
dilakukan saat pasien berada di rumah sakit.
Terkadang, obat ini masih digunakan untuk membantu meringankan
nyeri setelah melahirkan. Meski diresepkan untuk mengatasi nyeri parah, obat
ini tidak diberikan untuk mengatasi nyeri kanker.
Beberapa tahun terakhir, obat ini lebih jarang digunakan karena
penggunaan morfin jauh lebih tahan lama dalam meredakan nyeri dan efek
sampingnya lebih minim. Cara kerja obat ini untuk mengurangi rasa sakit
adalah dengan mengganggu saraf dalam memberi sinyal rasa sakit ke otak dan
tubuh.
e. Kodein

10
Kodein adalah satu dari jenis-jenis narkoba yang bisa dijumpai pada
obat batuk orang dewasa. Pada dosis yang tepat, kodein bisa bermanfaat.
Namun, apabila penggunaannya di luar pengawasan dokter atau
disalahgunakan, efek samping yang muncul adalah:

 Euforia atau perasaan senang berlebih


 Mual dan muntah
 Hipotensi atau tekanan darah sangat rendah
 Depresi
 Gangguan saluran pernapasan berat

2. Psikotropika
a. Benzodiazepin

Benzodiazepin (Benzos) adalah beberapa obat yang paling sering


diresepkan di AS dan membantu mengurangi kecemasan dan kejang,
mengendurkan otot, dan membantu pengguna untuk tidur. Namun obat ini juga

11
sering disalahgunakan karena sifat adiktifnya dan memiliki skor ketergantungan
1·83.
Contoh Benzos adalah Xanax, Valium, dan Restoril. Dalam 1 hingga 4
hari setelah penggunaan Benzos dihentikan, pengguna mungkin akan mulai
mengalami insomnia dan kecemasan.
Setelah itu, selama 10 hingga 14 hari berikutnya tanpa benzos, mereka
akan mengalami serangan panik, gangguan tidur, muntah dan mual kering, sakit
kepala, dan nyeri otot dan kekakuan. Penarikan Benzo bisa berakibat fatal dalam
keadaan tertentu, yang berarti detoksifikasi dalam perawatan dan pengawasan
medis sangat diperlukan.

b. Amfetamin

Amfetamin digunakan untuk mengobati Attention Deficit Hyperactivity


Disorder (ADHD) dan narkolepsi, amfetamin adalah obat perangsang dengan
skor rata-rata ketergantungan 1·67.
Amfetamin yang diproduksi secara ilegal, seperti Meth, terkadang
dicampur dengan kafein, gula, dan zat pengikat dan ditelan, dihisap, dihirup, atau
disuntikkan. Segera setelah mengonsumsi obat tersebut, pengguna mungkin
merasa energik, percaya diri, bahagia, dan memiliki dorongan seks yang
meningkat.
Namun, ini juga meningkatkan detak jantung dan menyebabkan mulut
kering dan gigi bergemeretak. Gejala putus obat biasanya hilang setelah sebulan

12
tidak mengonsumsinya. Gejala yang akan dialami adalah mimpi buruk, gelisah,
sakit dan nyeri, kelelahan, depresi, paranoia, kebingungan, dan mudah
tersinggung.
3. Zat adiktif lainnya
a. Rokok

Merokok adalah faktor dari banyak masalah kesehatan, salah satunya


adalah yang mempengaruhi sistem pernapasan. Meski dampak negatif dari
merokok telah banyak diketahui, menghentikan kebiasaan merokok tetap tidak
mudah bagi banyak orang. Pasalnya, rokok dapat menimbulkan kecanduan.
Zat adiktif pada rokok yang menyebabkan kecanduan adalah nikotin. Dilansir
dari Health Promoting University (HPU) Universitas Gadjah Mada, di dalam
tembakau terdapat lebih dari 3.000 senyawa, namun yang paling
menimbulkan efek kecanduan adalah nikotin. Dalam hal ini, ketergantungan
atau kecanduan dapat diartikan sebagai kondisi ketika suatu zat dapat
mengontrol perilaku seseorang.
Nikotin mempunyai efek yang memicu kecanduan karena dapat
berikatan dengan reseptor asetilkolin nikotik yang terdapat pada saraf di otak.
Aktivasi terhadap saraf ini menyebabkan produksi dopamin. Dopamin mampu
memperkuat stimulasi otak dan mengaktifkan reward pathway, yakni
pengaturan perasaan dan perilaku yang disebabkan oleh adanya mekanisme

13
tertentu di otak. Inilah yang menyebabkan keinginan untuk mengonsumsi
nikotin kembali dan menimbukan ketergantungan fisik terhadap nikotin.
Selain itu, dopamin juga merupakan senyawa kimia yang bertanggungjawab
terhadap rasa senang, motivasi, dan percaya diri. Efek inilah yang ingin
didapat oleh perokok dan membuatnya ketagihan. Oleh sebab itu, ketika
seseroang merokok secara terus menerus, kadar dopamin dalam tubuhnya
akan meningkat dan berakibat pada kecanduan.

b. Alkohol

Alkohol menduduki peringkat tinggi dalam kategori kesenangan, dan


masuk akal jika kebanyakan orang mengonsumsi alkohol untuk bersantai atau
bersenang-senang. Skor ketergantungan alcohol 1·93
Namun, minum alkohol berlebihan dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan termasuk di antaranya tekanan darah tinggi, keracunan
alkohol, stroke, masalah memori, depresi, dan kecemasan. Berhenti
mengonsumsi alkohol dapat menyebabkan delirium tremens yang dapat
mengakibatkan kematian. Gejala mengerikan lainnya termasuk tremor,
halusinasi, dan kejang.
c. Lem aibon

14
Dalam lem Aibon terkandung zat Lysergic Acid Diethyilamide atau
LSD. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 LSD merupakan Narkotika
Golongan I. Zat tersebut sejenis zat hirup yang sangat mudah ditemui di
produk lem perekat. Pengaruhnya sangat luar biasa bagi penggunanya. Ketika
mengisap aromanya, zat kimia tersebut memengaruhi sistem saraf dan
melumpuhkan.
Zat yang dihirup dalam lem Aibon menjadikan penggunanya merasa
bahagia hingga aktivitas sang pengguna akhirnya berkurang lantaran
halusinasi yang dialami. Efeknya dapat menjadi nikmat yang luar biasa,
sangat tenang dan mendorong perasaan nyaman. Sering kali ada perubahan
pada persepsi, pada penglihatan, suara, penciuman, perasaan, dan tempat.
Dari beberapa literatur yang dihimpun, zat LSD pertama kali dibuat secara
sintetis sekitar tahun 1940. Zat tersebut digunakan untuk menghilangkan
hambatan yang merintangi pada kasus kejiwaan.
Penggunaan jangka panjang juga dapat mengakibatkan sorot balik dan
halusinasi yang dapat terjadi berhari-hari, berminggu-minggu, hingga
berbulan-bulan. Namun, dari beberapa literatur belum dijumpai bukti
ketergantungan fisik dari gejala putus zat, meski dipakai secara
berkesinambungan. Namun, diduga dapat terjadi ketergantungan kejiwaan
bagi penggunanya. Efeknya mungkin sama dengan pengguna narkoba, seperti
hilangnya kendali emosi, disorientasi, depresi, kepeningan, perasaan panik

15
yang akut dan perasaan tak terkalahkan. Bahkan, dapat mengakibatkan
pengguna menempatkan diri dalam bahaya fisik.

16
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Zat adiktif adalah istilah untuk zat-zat yang pemakaiannya dapat
menimbulkan ketergantungan fisik yang kuat dan ketergantungan psikologis
yang panjang (drug dependence).
2. Zat adiktif dibagi 3 yaitu narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya.
3. Zat adiktif yang menimbulkan ketergantungan yaitu: ganja, heroine, kokain,
petidin, kodein, benzodiazepine, amfetamin, rokok, alkohol dan lem.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, K. (2020).Seputar Heroin dan Bahaya Yang Mengancam Penggunanya.


https://www.alodokter.com/seputar-heroin-dan-bahaya-yang-mengancam-
penggunanya. April 2022.

Eleanora, F. N. (2022). Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha Pencegahan


Dan Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis). Jurnal hukum, 25(1), 439-
452.

Lokollo, L., Salamor, Y. B., & Ubwarin, E. (2020). Kebijakan Formulasi Undang-
undang Narkotika Dalam Legalisasi Penggunaan Ganja Sebagai Bahan
Pengobatan di Indonesia. Jurnal Belo, 5(2), 1-20.

Pottie, K., Thompson, W., Davies, S., Grenier, J., Sadowski, C. A., Welch, V., ... &
Farrell, B. (2018). Deprescribing benzodiazepine receptor agonists: Evidence-
based clinical practice guideline. Canadian Family Physician, 64(5), 339-351.

Swari, R.C. (2019).Efek Kokain Terhadap Kesehatan. https://hellosehat.com/obat-


suplemen/efek-kokain-terhadap-kesehatan/. April 2022.

Szyfter, K., Napierala, M., Florek, E., Braakhuis, B. J., Takes, R. P., Rodrigo, J. P., ...
& Ferlito, A. (2019). Molecular and health effects in the upper respiratory tract
associated with tobacco smoking other than cigarettes. International journal of
cancer, 144(11), 2635-2643.

Wati, M. (2021). Petidin. https://www.alomedika.com/obat/analgesik/analgesik-


narkotik/petidin . April 2022.

18
Yahya, F. F., & Ul, N. (2020). Penyalahgunaan Zat Adiktif Oleh Anak Di Bawah
Umur. Jurnal Legitimasi, 9(1), 17-45.

19

Anda mungkin juga menyukai