HIPERPLASIA ENDOMETRIUM
NIM : 1914201003
TAHUN 2020/2021
A. DEFINISI
Hiperplasia endometrium dalah suatu kondisi dimana lapisan dalam
rahim (endometrium) tumbuh secara berlebihan. Kondisi ini merupakan
proses yang jinak (benign), tetapi pada beberapa kasus (hiperplasia tipe
atipik) dapat menjadi kanker rahim.
Kanker merupakan bentuk kelainan progresif pada usia lanjut. Kejadian
ini diawali dengan adanya hipertrofi atau pun hiperplasia. Hipertrofi adalah
bertambahnya isi/volume suatu jaringan atau alat tubuh, bertambah besarnya
alat tubuh terjadi oleh karena masing-masing sel yang membentuk alat tubuh
tersebut membesar, dan bukan oleh karena bertambahnya jumlah unsur atau
sel baru.
Bila suatu alat tubuh membesar karena pembentukan atau tumbuhnya sel-
sel baru maka disebut hiperplasia. Pada hiperplasia dan hipertrofi kelainan
bersifat kuantitatif baik dalam ukuran maupun jumlah daripada sel. (Rayburn,
F. William.2016)
B. KLASIFIKASI
Menurut World Health Organization (WHO) dan the International
Society of Gynecologic Pathologists terdapat 4 jenis hiperplasia yakni, simpel
non atipik, kompleks non atpik , simpel atipik, dan kompleks atipik.
Klasifikasi ini berdasarkan ada dan tidaknya gambaran sel atipik dan
selanjutnya berdasarkan kompleksitas kelenjarnya yaitu menjadi simpleks dan
kompleks.
1. Hiperplasia Simpel Non Atipik
Sebelumnya disebut sebagai hiperplasia kistika atau ringan dengan
gambaran yang tampak adalah banyak kelenjar yang mengalami
proliferasi dan dilatasi dengan tepi yang tidak teratur dan terdapat
penonjolan dan perlekukan kelenjar yang menonjol serta sering ada
gambaran kistik, dan dipisahkan oleh stroma yang masih banyak.
2. Hiperplasia Kompleks Non Atipik
Hiperplasia kompleks sebelumnya dikenal sebagai hiperplasia moderat
atau adenomatosa, dengan tampak suatu gambaran susunan kelenjar yang
padat. Pada kelenjar terdapat gambaran irreguler, dengan ukuran
bervariasi, sebagian berdilatasi bercabang dengan lekukan dan tonjolan.
Lebih banyak adanya penonjolan dan perlekukan kelenjar dan kadang-
kadang kelenjar saling berdekatan dan menempel karena padatnya (back-
to-back position), dengan hanya sedikit stroma yang masih terlihat. Rasio
kelenjar dan stroma lebih dari 2:1. Derajat kepadatan kelenjar inilah yang
membedakan hiperplasia simpleks dan kompleks. Gambaran kelenjar
kistik kadang juga ditemukan.
3. Hiperplasia Simpel Atipik
Hiperplasia atipik simpleks memperlihatkan gambaran kelenjar yang
kurang padat dibandingkan dengan jenis kompleks, sehingga risiko untuk
berkembangnya menjadi adenokarsinoma endometrium lebih tinggi.
4. Hiperplasia Kompleks Atipik
Secara umum hiperplasia atipik berbentuk kompleks dengan kelenjar
yang padat sekali. Bentuk dan ukuran kelenjar sangat tidak beraturan
berbentuk papiler atau bertumpuk, dengan sedikit inti fibrovaskuler
dalam lumen. Walaupun kompleks dan sangat padat, kelenjar pada
hiperplasia endometrium atipik dikelilingi oleh stroma dengan adanya
gambaran kelenjar yang saling menempel, tiap kelenjar mempunyai
membran basalis dengan tepi tipis.
C. ETIOLOGI
Hormon yang ada di tubuh wanita: estrogen dan progesteron mengatur
perubahan endometrium dimana estrogen merangsang pertumbuhannya dan
progesterone mempertahankannya. Sekitar pertengahan siklus haid, terjadi
ovulasi (lepasnya sel telur dari indung telur). Jika sel telur ini tidak dibuahi
(oleh sperma), maka kadar hormon (progesteron) akan menurun sehingga
timbullah haid/ menstruasi.
Hiperplasia endometrium disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesteron, yang dihasilkan oleh ovarium. Perubahan level
kedua hormon ini tiap bulannya yang mengatur siklus menstruasi. Tetapi, bila
efek estrogen berlebihan atau tubuh memproduksi estrogen lebih banyak dari
progesteron, maka sel-sel endometrium akan terstimulasi untuk bertumbuh
dengan sangat cepat.
Hiperplasia endometrium lebih sering terjadi pada gadis remaja yang
baru mendapat menstruasi pertama, dan juga pada wanita yang mendekati
masa menopause. Bagaimanapun, hiperplasia endometrium dapat terjadi pada
wanita yang dalam masa reproduksi, yakni bila sering tidak terjadi ovulasi.
Pada saat ovulasi, telur dilepaskan dari ovarium. Tetapi bila tidak terjadi
ovulasi, maka ovarium tidak melepas progesteron, sehingga estrogen akan
tetap tinggi.
Wanita yang beresiko tinggi terjadi hiperplasia endometrium :
Tidak menstruasi
Obesitas
Sindrom polikistik ovarium
Perimenopause (mendekati menopause) dan siklus menstruasi tidak
teratur
Terapi sulih hormon yang mengandung estrogen tetapi tanpa progesteron
untuk mengurangi efek dari gejala menopause (estrogen berlebihan
dapat meningkatkan resiko kanker endometrium)
Penggunaan tamoxifen untuk mencegah / mengobati kanker payudara
ETIOLOGI
PREDISPOSISI PRESIPITASI
HIPERPLASIA ENDOMETRIUM
Nyeri
( Sumber : Jones. Derek Llewellyn .2016 )
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Ultrasonography (USG)
Pada wanita pasca menopause ketebalan endometrium pada pemeriksaan
ultrasonografi transvaginal kira-kira < 4 mm. Untuk dapat melihat
keadaan dinding cavum uteri secara lebih baik maka dapat dilakukan
pemeriksaan hysterosonografi dengan memasukkan cairan kedalam
uterus.
2. Biopsi
Biopsi adalah tindakan pengambilan sampel endometrium, selanjutnya
diperiksa dengan mikroskop (PA). Diagnosis hiperplasia endometrium
dapat ditegakkan melalui pemeriksaan biopsi yang dapat dikerjakan
secara poliklinis dengan menggunakan mikrokuret. Metode ini juga dapat
menegakkan diagnosa keganasan uterus.
3. Dilatasi & Kuretase (D &C)
Leher rahim dilebarkan dengan dilatator kemudian hiperplasianya
dikuret. Hasil kuret lalau di PA-kan. Tindakan ini selain untuk
menegakkan diagnosa sekaligus sebagai terapi untuk menghentikan
perdarahan.
4. Histerokopi
Histeroskopi adalah tindakan dengan memasukkan peralatan teleskop
kecil kedalam uterus untuk melihat keadaan dalam uterus. Dengan
peralatan ini selain melakukan inspeksi juga dapat dilakukan tindakan
pengambilan sediaan biopsi untuk pemeriksaan histopatologi.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pasien dengan hiperplasia dapat diterapi dengan terapi progestin atau
histerektomi, tergantung dari usia dan adanya keinginan untuk memiliki anak.
Wanita-wanita muda dengan hiperplasia sederhana seringkali berhasil diterapi
dengan pil kontrasepsi oral, progesterone periodik withdrawal atau progestin
dosis tinggi. Histerektomi dianjurkan pada pasien dengan hiperplasia atipikal
kompleks. Pasien-pasien yang masih memiliki keinginan untuk memiliki
anak atau mereka yang memiliki masalah kesehatan lain yang menyulitkan
operasi dapat diterapi dengan progestin dosis tinggi sambil diawasi dengan
ketat melalui biopsi endometrial yang diulang setiap 3-6 bulan.
Terapi progestin sangat efektif dalam mengobati hiperplasia endometrial
tanpa atipi, akan tetapi kurang efektif untuk hiperplasia dengan atipi. Terapi
cyclical progestin (medroxyprogesterone asetat 10-20 mg/hari untuk 14 hari
setiap bulan) atau terapi continuous progestin (megestrol asetat 20-40
mg/hari) merupakan terapi yang efektif untuk pasien dengan hiperplasia
endometrial tanpa atipi. Terapi continuous progestin dengan megestrol asetat
(40 mg/hari) kemungkinan merupakan terapi yang paling dapat diandalkan
untuk pasien dengan hiperplasia atipikal atau kompleks. Terapi dilanjutkan
selama 2-3 bulan dan dilakukan biopsi endometrial 3-4 minggu setelah terapi
selesai untuk mengevaluasi respon pengobatan.
Biopsi endometrial berkala atau USG transvaginal dianjurkan untuk
dilakukan pada pasien dengan hiperplasia atipikal setelah terapi progestin,
karena kemungkinan adanya kanker yang tidak terdiagnosa pada 25% dari
kasus, 29% kemungkinan progresi ke arah kanker dan angka kekambuhan
yang tinggi setelah diterapi dengan progestin.
Pada pasien peri- dan postmenopause dengan hiperplasia atipikal yang
mengalami kekambuhan setelah terapi progestin atau yang tidak dapat
mentoleransi efek samping maka dianjurkan untuk histerektomi vaginal atau
abdominal.
Beberapa macam terapi yang dapat dilakukan pada hiperplasia
endometrium: :
• Dilatasi dan kuretase
Ini termasuk prosedur operasi kecil dimana dilakukan kerokan pada
endometrium. Bagi wanita yang premenopause dan yang mengalami
hiperplasia non atipikal, tindakan ini dapat memulihkan endometrium,
dan masih ada kemungkinan untuk hamil lagi.
• Terapi hormon
Biasanya akan digunakan progestin, untuk mengimbangi efek estrogen
terhadap dinding uterus. Tujuan utama terapi hormon adalah untuk
mengembalikan keseimbangan hormonal tubuh agar endometrium dapat
bertumbuh secara normal.
• Histerektomi
Ini merupakan prosedur operasi dimana dilakukan pengangkatan uterus
secara keseluruhan. Bila terjadi perubahan prekanker pada endometrium,
maka histerektomi dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kanker
endometrium. Setelah histerektomi, tidak ada lagi kemungkinan untuk
hamil.
H. PENCEGAHAN
Harus diambil langkah untuk menurunkan resiko hiperplasia endometrium :
1. Penggunaan etsrogen pada masa pasca menopause harus disertai dengan
pemberian progestin untuk mencegah karsinoma endometrium.
2. Bila menstruasi tidak terjadi setiap bulan maka harus diberikan terapi
progesteron untuk mencegah pertumbuhan endometrium berlebihan.
Tderapi terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral kombinasi.
3. Rubah gaya hidup untuk menurunkan berat badan.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi: inisial, umur, suku, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat dan lama menikah.
2. Data Biologis / Fisiologis
Meliputi keluhan utama, riwayat keluhan utama, riwayat kesehatan lalu,
riwayat keluarga, riwayat reproduksi, riwayat aktivitas sehari-hari.
3. Pemeriksaan Fisik
Meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, keadaan umum, tingkat
kesadaran dan pemeriksaan head to toe.
4. Data Psikologi / Sosiologis
Meliputi respon emosional setelah diagnosa penyakit diketahui dan
peranan pasien dalam keluarga.
5. Data Spiritual
Meliputi usaha pasien berdoa terhadap penyakitnya, pantangan dan
keharusan menurut keyakinan pasien selama di rumah sakit.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
3. PK: Perdarahan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan luka pembedahan
C. RENCANA KEPERAWATAN