Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERPLASIA ENDOMETRIUM

NAMA : OSAINA PUTRI KHARIM

NIM : 1914201003

RUANG PRAKTEK : KEBIDANAN

PEMBIMBING KLINIK DOSEN PEMBIMBING

( ELIYA NOVA, S. ST ) (TITIN IFAYANTI, M.Biomed)

PROGRAM PENDIDIKAN S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes ALIFAH PADANG

TAHUN 2020/2021
A. DEFINISI
Hiperplasia endometrium dalah suatu kondisi dimana lapisan dalam
rahim (endometrium) tumbuh secara berlebihan. Kondisi ini merupakan
proses yang jinak (benign), tetapi pada beberapa kasus (hiperplasia tipe
atipik) dapat menjadi kanker rahim.
Kanker merupakan bentuk kelainan progresif pada usia lanjut. Kejadian
ini diawali dengan adanya hipertrofi atau pun hiperplasia. Hipertrofi adalah
bertambahnya isi/volume suatu jaringan atau alat tubuh, bertambah besarnya
alat tubuh terjadi oleh karena masing-masing sel yang membentuk alat tubuh
tersebut membesar, dan bukan oleh karena bertambahnya jumlah unsur atau
sel baru.
Bila suatu alat tubuh membesar karena pembentukan atau tumbuhnya sel-
sel baru maka disebut hiperplasia. Pada hiperplasia dan hipertrofi kelainan
bersifat kuantitatif baik dalam ukuran maupun jumlah daripada sel. (Rayburn,
F. William.2016)

B. KLASIFIKASI
Menurut World Health Organization (WHO) dan the International
Society of Gynecologic Pathologists terdapat 4 jenis hiperplasia yakni, simpel
non atipik, kompleks non atpik , simpel atipik, dan kompleks atipik.
Klasifikasi ini berdasarkan ada dan tidaknya gambaran sel atipik dan
selanjutnya berdasarkan kompleksitas kelenjarnya yaitu menjadi simpleks dan
kompleks.
1. Hiperplasia Simpel Non Atipik
Sebelumnya disebut sebagai hiperplasia kistika atau ringan dengan
gambaran yang tampak adalah banyak kelenjar yang mengalami
proliferasi dan dilatasi dengan tepi yang tidak teratur dan terdapat
penonjolan dan perlekukan kelenjar yang menonjol serta sering ada
gambaran kistik, dan dipisahkan oleh stroma yang masih banyak.
2. Hiperplasia Kompleks Non Atipik
Hiperplasia kompleks sebelumnya dikenal sebagai hiperplasia moderat
atau adenomatosa, dengan tampak suatu gambaran susunan kelenjar yang
padat. Pada kelenjar terdapat gambaran irreguler, dengan ukuran
bervariasi, sebagian berdilatasi bercabang dengan lekukan dan tonjolan.
Lebih banyak adanya penonjolan dan perlekukan kelenjar dan kadang-
kadang kelenjar saling berdekatan dan menempel karena padatnya (back-
to-back position), dengan hanya sedikit stroma yang masih terlihat. Rasio
kelenjar dan stroma lebih dari 2:1. Derajat kepadatan kelenjar inilah yang
membedakan hiperplasia simpleks dan kompleks. Gambaran kelenjar
kistik kadang juga ditemukan.
3. Hiperplasia Simpel Atipik
Hiperplasia atipik simpleks memperlihatkan gambaran kelenjar yang
kurang padat dibandingkan dengan jenis kompleks, sehingga risiko untuk
berkembangnya menjadi adenokarsinoma endometrium lebih tinggi.
4. Hiperplasia Kompleks Atipik
Secara umum hiperplasia atipik berbentuk kompleks dengan kelenjar
yang padat sekali. Bentuk dan ukuran kelenjar sangat tidak beraturan
berbentuk papiler atau bertumpuk, dengan sedikit inti fibrovaskuler
dalam lumen. Walaupun kompleks dan sangat padat, kelenjar pada
hiperplasia endometrium atipik dikelilingi oleh stroma dengan adanya
gambaran kelenjar yang saling menempel, tiap kelenjar mempunyai
membran basalis dengan tepi tipis.

C. ETIOLOGI
Hormon yang ada di tubuh wanita: estrogen dan progesteron mengatur
perubahan endometrium dimana estrogen merangsang pertumbuhannya dan
progesterone mempertahankannya. Sekitar pertengahan siklus haid, terjadi
ovulasi (lepasnya sel telur dari indung telur). Jika sel telur ini tidak dibuahi
(oleh sperma), maka kadar hormon (progesteron) akan menurun sehingga
timbullah haid/ menstruasi.
Hiperplasia endometrium disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesteron, yang dihasilkan oleh ovarium. Perubahan level
kedua hormon ini tiap bulannya yang mengatur siklus menstruasi. Tetapi, bila
efek estrogen berlebihan atau tubuh memproduksi estrogen lebih banyak dari
progesteron, maka sel-sel endometrium akan terstimulasi untuk bertumbuh
dengan sangat cepat.
Hiperplasia endometrium lebih sering terjadi pada gadis remaja yang
baru mendapat menstruasi pertama, dan juga pada wanita yang mendekati
masa menopause. Bagaimanapun, hiperplasia endometrium dapat terjadi pada
wanita yang dalam masa reproduksi, yakni bila sering tidak terjadi ovulasi.
Pada saat ovulasi, telur dilepaskan dari ovarium. Tetapi bila tidak terjadi
ovulasi, maka ovarium tidak melepas progesteron, sehingga estrogen akan
tetap tinggi.
Wanita yang beresiko tinggi terjadi hiperplasia endometrium :
 Tidak menstruasi
 Obesitas
 Sindrom polikistik ovarium
 Perimenopause (mendekati menopause) dan siklus menstruasi tidak
teratur
 Terapi sulih hormon yang mengandung estrogen tetapi tanpa progesteron
untuk mengurangi efek dari  gejala menopause (estrogen berlebihan
dapat meningkatkan resiko kanker endometrium)
 Penggunaan tamoxifen untuk mencegah / mengobati kanker payudara

 Ada tumor ovarium yang mensekresi estrogen (jarang)

D. TANDA DAN GEJALA


Gejala dari hiperplasia endometrium, antara lain : siklus menstruasi tak
teratur, tidak haid dalam jangka waktu lama (amenore) ataupun menstruasi
terus-menerus dan banyak. Selain itu, akan sering mengalami plek bahkan
muncul gangguan sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya. Dampak
berkelanjutan dari penyakit ini adalah penderita bisa mengalami kesulitan
hamil dan terserang anemia. Hubungan suami-istri pun terganggu karena
biasanya terjadi perdarahan yang cukup parah/
E. PATOFISIOLOGI
Hiperplasia endometrium ini diakibatkan oleh hiperestrinisme atau
adanya stimulasi unoppesed estrogen (estrogen tanpa pendamping
progesteron / estrogen tanpa hambatan).Kadar estrogen yang tinggi ini
menghambat produksi Gonadotropin (feedback mechanism). Akibatnya
rangsangan terhadap pertumbuhan folikel berkurang, kemudian terjadi regresi
dan diikuti perdarahan.
Pada wanita perimenopause sering terjadi siklus yang anovulatoar
sehingga terjadi penurunan produksi progesteron oleh korpus luteum
sehingga estrogen tidak diimbangi oleh progesteron. Akibat dari keadaan ini
adalah terjadinya stimulasi hormon estrogen terhadap kelenjar maupun
stroma endometrium tanpa ada hambatan dari progesteron yang menyebabkan
proliferasi berlebih dan terjadinya hiperplasia pada endometrium. Juga terjadi
pada wanita usia menopause dimana sering kali mendapatkan terapi hormon
penganti yaitu progesteron dan estrogen, maupun estrogen saja. Estrogen
tanpa pendamping progesterone (unoppesed estrogen) akan menyebabkan
penebalan endometrium. Peningkatan estrogen juga dipicu oleh adanya kista
ovarium serta pada wanita dengan berat badan berlebih.
Penebalan pada lapisan dinding dalam rahim terjadi karena kerja hormon
estrogen, sehingga jika terjadi penebalan berlebih itu menunjukkan adanya
peningkatan berlebih dari kadar hormon estrogen itu sendiri. Pada kasus
umum, peningkatan hormon estrogen bisa terjadi akibat dipicu oleh
tumbuhnya kista. Pada kasus lain, penebalan dinding rahim juga terjadi
karena faktor ketidakseimbangan hormonal dimana peningkatan hormon
estrogen tak diimbangi oleh peningkatan progesteron. Kondisi ini juga
biasanya dialami oleh wanita yang tergolong berbadan gemuk karena
produksi estrogennya berlebihan. Jadi, hiperplasia endometrium sebenarnya
bisa dialami siapa pun, baik yang sudah memiliki anak maupun belum.
(Jones. Derek Llewellyn.2016)
PATHWAY

ETIOLOGI

PREDISPOSISI PRESIPITASI

 Umur  Tidak menstruasi


 Faktor genetic Stimulasi Estrogen  Obesitas
 riwayat keluarga  Sindrom polikistik ovarium

 Perimenopause (mendekati menopause)


Proliferasi di uterus dan siklus menstruasi tidak teratur

HIPERPLASIA ENDOMETRIUM

pre operasi post operasi

peningkatan perlawanan pada Post Luka


masa neo plasma pembedahan pembedahan

pembesaran pertahanan tubuh Ansietas PK: Resiko Infeksi


uterus tidak adekuat Pendarahan

penyempitan Resiko Infeksi


saraf simpatik

Nyeri
( Sumber : Jones. Derek Llewellyn .2016 )
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Ultrasonography (USG)
Pada wanita pasca menopause ketebalan endometrium pada pemeriksaan
ultrasonografi transvaginal kira-kira < 4 mm. Untuk dapat melihat
keadaan dinding cavum uteri secara lebih baik maka dapat dilakukan
pemeriksaan hysterosonografi dengan memasukkan cairan kedalam
uterus.
2. Biopsi
Biopsi adalah tindakan pengambilan sampel endometrium, selanjutnya
diperiksa dengan mikroskop (PA). Diagnosis hiperplasia endometrium
dapat ditegakkan melalui pemeriksaan biopsi yang dapat dikerjakan
secara poliklinis dengan menggunakan mikrokuret. Metode ini juga dapat
menegakkan diagnosa keganasan uterus.
3. Dilatasi & Kuretase (D &C)
Leher rahim dilebarkan dengan dilatator kemudian hiperplasianya
dikuret. Hasil kuret lalau di PA-kan. Tindakan ini selain untuk
menegakkan diagnosa sekaligus sebagai terapi untuk menghentikan
perdarahan.
4. Histerokopi
Histeroskopi adalah tindakan dengan memasukkan peralatan teleskop
kecil kedalam uterus untuk melihat keadaan dalam uterus. Dengan
peralatan ini selain melakukan inspeksi juga dapat dilakukan tindakan
pengambilan sediaan biopsi untuk pemeriksaan histopatologi.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pasien dengan hiperplasia dapat diterapi dengan terapi progestin atau
histerektomi, tergantung dari usia dan adanya keinginan untuk memiliki anak.
Wanita-wanita muda dengan hiperplasia sederhana seringkali berhasil diterapi
dengan pil kontrasepsi oral, progesterone periodik withdrawal atau progestin
dosis tinggi. Histerektomi dianjurkan pada pasien dengan hiperplasia atipikal
kompleks. Pasien-pasien yang masih memiliki keinginan untuk memiliki
anak atau mereka yang memiliki masalah kesehatan lain yang menyulitkan
operasi dapat diterapi dengan progestin dosis tinggi sambil diawasi dengan
ketat melalui biopsi endometrial yang diulang setiap 3-6 bulan.
Terapi progestin sangat efektif dalam mengobati hiperplasia endometrial
tanpa atipi, akan tetapi kurang efektif untuk hiperplasia dengan atipi. Terapi
cyclical progestin (medroxyprogesterone asetat 10-20 mg/hari untuk 14 hari
setiap bulan) atau terapi continuous progestin (megestrol asetat 20-40
mg/hari) merupakan terapi yang efektif untuk pasien dengan hiperplasia
endometrial tanpa atipi. Terapi continuous progestin dengan megestrol asetat
(40 mg/hari) kemungkinan merupakan terapi yang paling dapat diandalkan
untuk pasien dengan hiperplasia atipikal atau kompleks. Terapi dilanjutkan
selama 2-3 bulan dan dilakukan biopsi endometrial 3-4 minggu setelah terapi
selesai untuk mengevaluasi respon pengobatan.
Biopsi endometrial berkala atau USG transvaginal dianjurkan untuk
dilakukan pada pasien dengan hiperplasia atipikal setelah terapi progestin,
karena kemungkinan adanya kanker yang tidak terdiagnosa pada 25% dari
kasus, 29% kemungkinan progresi ke arah kanker dan angka kekambuhan
yang tinggi setelah diterapi dengan progestin.
Pada pasien peri- dan postmenopause dengan hiperplasia atipikal yang
mengalami kekambuhan setelah terapi progestin atau yang tidak dapat
mentoleransi efek samping maka dianjurkan untuk histerektomi vaginal atau
abdominal.
Beberapa macam terapi yang dapat dilakukan pada hiperplasia
endometrium: :
• Dilatasi dan kuretase
Ini termasuk prosedur operasi kecil dimana dilakukan kerokan pada
endometrium. Bagi wanita yang premenopause dan yang mengalami
hiperplasia non atipikal, tindakan ini dapat memulihkan endometrium,
dan masih ada kemungkinan untuk hamil lagi.
• Terapi hormon
Biasanya akan digunakan progestin, untuk mengimbangi efek estrogen
terhadap dinding uterus. Tujuan utama terapi hormon adalah untuk
mengembalikan keseimbangan hormonal tubuh agar endometrium dapat
bertumbuh secara normal.
• Histerektomi
Ini merupakan prosedur operasi dimana dilakukan pengangkatan uterus
secara keseluruhan. Bila terjadi perubahan prekanker pada endometrium,
maka histerektomi dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kanker
endometrium. Setelah histerektomi, tidak ada lagi kemungkinan untuk
hamil.

H. PENCEGAHAN
Harus diambil langkah untuk menurunkan resiko hiperplasia endometrium :
1. Penggunaan etsrogen pada masa pasca menopause harus disertai dengan
pemberian progestin untuk mencegah karsinoma endometrium.
2. Bila menstruasi tidak terjadi setiap bulan maka harus diberikan terapi
progesteron untuk mencegah pertumbuhan endometrium berlebihan.
Tderapi terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral kombinasi.
3. Rubah gaya hidup untuk menurunkan berat badan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi: inisial, umur, suku, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat dan lama menikah.
2. Data Biologis / Fisiologis
Meliputi keluhan utama, riwayat keluhan utama, riwayat kesehatan lalu,
riwayat keluarga, riwayat reproduksi, riwayat aktivitas sehari-hari.
3. Pemeriksaan Fisik
Meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, keadaan umum, tingkat
kesadaran dan pemeriksaan head to toe.
4. Data Psikologi / Sosiologis
Meliputi respon emosional setelah diagnosa penyakit diketahui dan
peranan pasien dalam keluarga.
5. Data Spiritual
Meliputi usaha pasien berdoa terhadap penyakitnya, pantangan dan
keharusan menurut keyakinan pasien selama di rumah sakit.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
3. PK: Perdarahan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan luka pembedahan

C. RENCANA KEPERAWATAN

N DIANGOSA TUJUAN INTERVENSI


O KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Pain Management
injuri biologi keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri pasien 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
berkurang. komprehensif termasuk lokasi,
Pain Level, karakteristik, durasi, frekuensi,
Pain control, kualitas dan faktor presipitasi
Comfort level 2. Observasi reaksi nonverbal dari
Kriteria Hasil : ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
1. Mampu mengontrol nyeri terapeutik untuk mengetahui
(tahu penyebab nyeri, pengalaman nyeri pasien
mampu menggunakan 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
tehnik nonfarmakologi respon nyeri
untuk mengurangi nyeri, 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
mencari bantuan) lampau
2. Melaporkan bahwa nyeri 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
berkurang dengan kesehatan lain tentang
menggunakan manajemen ketidakefektifan kontrol nyeri masa
nyeri lampau
3. Mampu mengenali nyeri 7. Bantu pasien dan keluarga untuk
(skala, intensitas, frekuensi mencari dan menemukan dukungan
dan tanda nyeri) 8. Kontrol lingkungan yang dapat
4. Menyatakan rasa nyaman mempengaruhi nyeri seperti suhu
setelah nyeri berkurang ruangan, pencahayaan dan kebisingan
5. Tanda vital dalam rentang 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
normal 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
2. Ansietas b.d Post Setelah dilakukan asuhan Anxiety Reduction (penurunan
pembedahan keperawatan selama 1x6 jam kecemasan)
diharapakan cemasi terkontro 1. Gunakan pendekatan yang
 Anxiety control menenangkan
Coping 2. Nyatakan dengan jelas harapan
Kriteria Hasil : terhadap pelaku pasien
1. Klien mampu 3. Jelaskan semua prosedur dan apa
mengidentifikasi dan yang dirasakan selama prosedur
mengungkapkan gejala 4. Temani pasien untuk memberikan
cemas keamanan dan mengurangi takut
2. Mengidentifikasi, 5. Berikan informasi faktual mengenai
mengungkapkan dan diagnosis, tindakan prognosis
menunjukkan tehnik untuk 6. Dorong keluarga untuk menemani
mengontol cemas anak
3. Vital sign dalam batas 7. Lakukan back / neck rub
normal 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
4. Postur tubuh, ekspresi 9. Identifikasi tingkat kecemasan
wajah, bahasa tubuh dan 10. Bantu pasien mengenal situasi yang
tingkat aktivitas menimbulkan kecemasan
menunjukkan 11. Dorong pasien untuk
berkurangnya kecemasan mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
12. Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
13. Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
3. PK: Perdarahan Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x1 jam 1. Monitor tanda-tanda perdarahan
diharapakan pasien gastrointestinal
menunjukkan perdarahan dapat 2. Awasi petheciae, ekimosis,
diminimalkan perdarahan dari suatu tempat
3. Monitor vital sign
4. Catat perubahan mental Hindari
aspirin
5. Awasi HB dan factor pembekuan
6. Berikan vitamin tambahan dan
pelunan feses
4. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan Infection Control (Kontrol infeksi)
luka pembedahan keperawatan diharapakan 1. Bersihkan lingkungan setelah
infeksi terkontrol. dipakai pasien lain
Immune Status 2. Pertahankan teknik isolas
Knowledge : Infection control 3. Batasi pengunjung bila perlu
Risk control 4. Instruksikan pada pengunjung untuk
Kriteria Hasil : mencuci tangan saat berkunjung dan
1. Klien bebas dari tanda dan setelah berkunjung meninggalkan
gejala infeksi pasien
2. Mendeskripsikan proses 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk
penularan penyakit, factor cuci tangan
yang mempengaruhi 6. Cuci tangan setiap sebelum dan
penularan serta sesudah tindakan kperawtan
penatalaksanaannya, 7. Gunakan baju, sarung tangan
3. Menunjukkan kemampuan sebagai alat pelindung
untuk mencegah timbulnya 8. Pertahankan lingkungan aseptik
infeksi selama pemasangan alat
4. Jumlah leukosit dalam 9. Ganti letak IV perifer dan line
batas normal central dan dressing sesuai dengan
5. Menunjukkan perilaku petunjuk umum
hidup sehat 10. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung
kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap
infeksi)
13. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
14. Monitor hitung granulosit, WBC
15. Monitor kerentanan terhadap infeksi
16. Batasi pengunjung
17. Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
18. Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
19. Pertahankan teknik isolasi k/p
20. Berikan perawatan kulit pada area
epidema
21. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
22. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
23. Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
24. Dorong masukan cairan
25. Dorong istirahat
26. Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
27. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
28. Ajarkan cara menghindari infeksi
29. Laporkan kecurigaan infeksi
30. Laporkan kultur positif
DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali dkk.2015. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta.Media Aesculapius

Jones. Derek Llewellyn. 2016. Dasar-dasar obstetric dan


ginekologi.jakarta.hipokrates

Moore, Hacker.2017. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta.Hipokrates

Rayburn, F. William.2016. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta. Widya medika

Wiknjosastro, hanifa.2018. Ilmu Kandungan. Jakarta.yayasan bina pustaka

www.wikipedia.com/Ca Endomatrium. Diakses 18 Januari 2020 jam 13.00


wita.

Anda mungkin juga menyukai