Anda di halaman 1dari 7

HARMONIS

Nama : M. Ricky Ananda,Amd. Kep


Angkatan : IV Kelompok 3
Instansi : Polda Kalteng
SatKer : Rumkit Bhayangkara Tk III BIDOKKES POLDA KALTENG

No Potensial Konflik Penyebab Solusi Keterangan


1 Perbedaan Gaya Bekerja Setiap orang memiliki gaya Memahami gaya kerja rekan kerja
bekerja masing – masing ada masing – masing
yang suka bekerja dengan tim-
oriented dan ada juga yang
suka bekerja sendiri karena
dirasa lebih cepat
2 Selalu ketergantungan dengan satu Dis informasi dan Saling mengingatkan untuk kemajuan
sama lain untuk menyelesaikan keterlambatan penyampaian bersama
maslah informasi untuk mengatasi
masalh
MATA AGENDA 2 SELF LEARNING
Nama : M. Ricky Ananda,Amd. Kep
Angkatan : IV Kelompok 3
Instansi : Polda Kalteng
SatKer : Rumkit Bhayangkara Tk III BIDOKKES POLDA KALTENG

LOYAL
CEGAH STUNTING, SIAPA TAKUT ?
Oleh : Pemerintah kota Surabaya, RSUD dr. Muhammad Soewandhie

https://rs-soewandhi.surabaya.go.id/cegah-stunting-siapa-takut/

Kekurangan gizi masa anak-anak selalu dihubungkan dengan kekurangan  vitamin  mineral 
yang  spesifik dan berhubungan dengan mikronutrien maupun makronutrien tertentu.
Beberapa tahun terakhir ini telah banyak penelitian mengenai dampak dari kekurangan intake
zat gizi, dimulai dari meningkatnya risiko terhadap penyakit infeksi dan kematian yang dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan mental.
Masalah balita pendek (stunting) adalah masalah gizi dunia yang sedang dihadapi oleh
negara-negara berkembang salah satunya adalah Indonesia. Pada tahun 2018 Kementerian
Kesehatan melakukan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) tentang pravelensi stunting,
berdasarkan penelitian tersebut angka stunting didapatkan sebesar 30,8%. Hal tersebut dapat
menjadi indikasi bahwa pravelensi balita stunting di Indonesia masih tergolong tinggi dari
ambang batas yang ditetapkan WHO yaitu 20%.
Masalah kurang gizi dan stunting merupakan dua masalah yang saling berhubungan. Stunting
adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang
cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi terutama
pada seribu hari pertama kehidupan. Gangguan tumbuh kembang pada anak akibat
kekurangan gizi bila tidak mendapatkan intervensi sejak dini akan berlanjut hingga dewasa.
Balita pendek (stunting) dapat dilihat pada indikator status gizi berdasarkan indeks PB/U atau
TB/U dimana dalam standard antropometri penilaian status gizi anak, status pengukuran
tersebut berada pada ambang batas (<-2SD) sampai dengan (-3SD) yaitu pendek/ stunted dan
(<-3SD) yaitu sangat pendek/severely stunded. Masalah stunting merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan, kematian,
dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental Anak yang mengalami
stunting memiliki kemungkinan lebih besar tumbuh menjadi individu dewasa yang tidak
sehat. Stunting pada anak juga berhubungan dengan peningkatan kerentanan anak terhadap
penyakit, baik penyakit menular maupun Penyakit Tidak Menular (PTM) serta peningkatan
risiko overweight dan obesitas. Keadaan overweight dan obesitas jangka panjang dapat
meningkatkan risiko penyakit degeneratif. Kasus stunting pada anak dapat dijadikan predictor
rendahnya kualitas sumber daya manusia suatu negara. Selain disebabkan oleh asupan gizi
yang tidak adekuat, stunting juga dapat disebabkan karena beberapa faktor. Apa saja
faktornya?
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyawati pada tahun 2018, berat badan lahir,
panjang badan lahir, pola pemenuhan gizi, pengetahuan ibu tentang gizi, pola perawatan dan
pendapatan perkapita merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting
balita. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa faktor penyebab kejadian stunting terjadi sejak
kehamilan akibat kekurangan nutrisi pada masa tersebut, inisiasi menyusui dini kurang dari
satu jam kelahiran maupun tidak sama sekali, pemberian ASI terhenti 12 bulan, dan makanan
yang diberikan tidak bervariasi dengan frekuensi dan tekstur yang tidak sesuai usia.
Stunting mulai terjadi pada masa pra-konsepsi yaitu pada masa dimana seorang remaja
menjadi ibu yang kurang gizi dan anemia, hal tersebut bertambah parah ketika seorang ibu
hamil kurang asupan gizi yang sesuai kebutuhan ditambah dengan sanitasi lingkungan yang
kurang memadai. Pengetahuan ibu dalam pola asuh balita juga sangat mempengaruhi
terjadinya stunting pada anak. Untuk itu pentingnya mencegah terjadinya stunting perlu
dilakukan kerjasama multisectoral yang dilakukan pemerintah. Pencegahan stunting
merupakan program nasional yang didasarkan pada dikeluarkannya PeraturanPresiden RI No.
42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. Upaya pemerintah
dalam mencegah stunting telah dilakukan beberapa Kota dan Kabupaten salah satunya Kota
Surabaya.
Dalam pencegahan stunting, bertepatan dengan Peringatan Hari Gizi Nasional, Kota
Surabaya melaksanakan kegiatan yang mengusung tema “Bersama Wujudkan Surabaya
EMAS (Eleminasi Masalah Stunting)”. Kegiatan ini melibatkan beberapa instansi di Kota
Surabaya yang sama-sama berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya ibu
balita tentang bagaimana cara memberikan asupan gizi yang adekuat yang dirancang dalam
menu sehat anak balita stunting. Selain itu peran serta aktif Tim Pendamping Keluarga dan
ibu balita dalam menumbuhkan inovasi menu dengan menggunakan bahan pangan local juga
menjadi perhatian. Asupan gizi pada balita stunting tidak hanya bisa didapat dari makanan
mahalsaja, loh…
Lalu apa saja sih bahan pangan yang dapat kita gunakan untuk bisa menambah asupan gizi
bagi balita stunting? Bahan pangan yang dapat digunakan untuk membuat makanan lezat dan
bergizi bagi balita stunting salah satunya adalah ikan lele dan telur ayam yang mudah dan
murah untuk di dapatkan. Selain ikan lele dan telur ayam ada banyak pangan lokal yang dapat
digunakan untuk membuat makanan bergizi dan lezat dengan harga terjangkau  yang  bisa
kita dapatkan dari UMKM di Kota Surabaya.
Yuk bersama aksi cegah stunting, untuk Indonesia yang lebih sehat. Penurunan angka
stunting dapat dilakukan apabila semua lapisan masyarakat dan Pemerintah saling
berkolaborasi untuk meningkatkan asupan pangan dan gizi bagi balita. Cegah  Stunting, Siapa
Takut?

Analisa Nilai Loyal


Perilaku Loyal Kata Kunci Dalam artikel
Memegang teguh ediologi Pemkot Surabaya melaksanakan kegiatan promosi
pancasila, undang – undang dasar kesehatan tentang stunting, dilihat didalam alenia
Negara republic Indonesia tahun artikel : Kota Surabaya melaksanakan kegiatan yang
1945, setia kepada NKRI serta mengusung tema “Bersama Wujudkan Surabaya
pemerintah yang sah EMAS (Eleminasi Masalah Stunting)”.
Menjaga nama baik sesama ASN Pemkot Surabaya menghargai komonikasi , Konsultasi,
dan kerja sama dalam mencapai target, dilihat didalam
artikel :  Kegiatan ini melibatkan beberapa instansi di
Kota Surabaya yang sama-sama berupaya memberikan
edukasi kepada masyarakat khususnya ibu balita
tentang bagaimana cara memberikan asupan gizi yang
adekuat yang dirancang dalam menu sehat anak balita
stunting.
Menjaga rahasia jabatan dan Pemkot Surabaya memberikan informasi secara benar
Negara. dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi, dilihat pada artikel : Masalah
balita pendek (stunting) adalah masalah gizi dunia yang
sedang dihadapi oleh negara-negara berkembang salah
satunya adalah Indonesia. Pada tahun 2018
Kementerian Kesehatan melakukan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes)
tentang pravelensi stunting, berdasarkan penelitian
tersebut angka stunting didapatkan sebesar 30,8%. Hal
tersebut dapat menjadi indikasi bahwa pravelensi balita
stunting di Indonesia masih tergolong tinggi dari
ambang batas yang ditetapkan WHO yaitu 20%

CEGAH HEPATITIS AKUT MISTERIUS DENGAN PHBS


Oleh : Dinas Kesehatan Kota Bandung
https://dinkes.bandung.go.id/cegah-hepatitis-akut-misterius-dengan-phbs/

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Ahyani Raksanagara mengajak seluruh masyarakat
Kota Bandung untuk membiasakan diri dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
sebagai langkah pencegahan penyakit hepatitis akut pada anak-anak di bawah usia 16 tahun
yang telah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO per 15 April 2022 lalu.

“Tidak perlu panik, tapi kita harus waspada. Hepatitis secara umum menular melalui mulut,
maka pencegahannya dengan PBHS,” kata Ahyani pada agenda Bandung Menjawab, Rabu
(11/05/2022).

Hepatitis adalah peradangan pada sel-sel organ hati akibat infeksi virus/bakteri/protozoa, atau
sejenisnya. Lazimnya, masyarakat Indonesia menyebut penyakit ini dengan istilah penyakit
kuning atau penyakit liver. Saat ini ada lima varian hepatitis yang diketahui di dunia, yaitu
Hepatitis A, B, C, D, dan E.

Sebelumnya, WHO mendapat laporan dari 12 negara terkait kasus hepatitis akut yang tidak
diketahui etiologinya sebab pada pasien pengidap hepatitis akut tersebut tidak ditemukan
adanya virus hepatitis A, B, C, D, ataupun E sehingga penyebab penyakit hepatitis akut ini
masih misterius.

“Kami mengajak kepada masyarakat, terutama para orang tua agar memperhatikan
kebersihan makanan anak-anaknya. Kita perlu membiasakan anak-anak kita untuk mencuci
tangan pakai sabun setiap sebelum dan sesudah beraktivitas, sebelum dan sesudah makan,
tidak berbagi barang pribadi seperti alat makan dan sikat gigi, memastikan makanan yang
dimakan itu bersih dan sehat, serta menjaga kebersihan dapur,” jelasnya.

Hepatitis akut memiliki gejala seperti penyakit hepatitis pada umumnya, gejala klinis pada
kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati,
sindrom jaundice akut, yakni perubahan warna kulit menjadi kekuningan dan ganggaun pada
saluran pencernaan (gastrointestinal) seperti nyeri perut, diare, muntah-muntah, lebih lanjut
bisa terjadi penurunan kesadaran meski sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala
demam. Ahyani mengimbau apabila warga merasakan gejala tersebut, segeralah
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat dengan tetap memperhatikan protocol
kesehatan.

Sebagai upaya kewaspadaan, Dinas Kesehatan Kota Bandung berupaya untuk melalukan
sosialisasi dan edukasi terkait penyakit ini melalui media massa, media sosial, serta
mempersiapkan tatalaksana penanganan kasus di fasilitas kesehatan jika sewaktu-waktu
ditemukan kasus, serta memperkuat upaya surveilans untuk menelusuri penyebab kasus
tersebut. Selain itu, Dinas Kesehatan Kota Bandung juga telah melakukan Program deteksi
Dini Hepatitis B dan C pada Ibu hamil dan kelompok beresiko, sejak tahun 2017.

(Humas Dinas Kesehatan Kota Bandung)

Analisis Nilai Loyal

Perilaku Loyal Kata Kunci Dalam artikel


Memegang teguh ediologi Dinas Kesehatan Kota Bandung mengabdi kepada
pancasila, undang – undang dasar Negara dan rakyat Indonesia , tercermin di artikel :
Negara republic Indonesia tahun Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Ahyani
1945, setia kepada NKRI serta Raksanagara mengajak seluruh masyarakat Kota
pemerintah yang sah Bandung untuk membiasakan diri dengan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai langkah
pencegahan penyakit hepatitis akut pada anak-anak di
bawah usia 16 tahun yang telah ditetapkan sebagai
Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO per 15 April
2022 lalu.

Menjaga nama baik sesama ASN Dinas kesehatan Kota Bandung Menjalankan tugas
secara professional dan tidak berpihak, tercermin di
dalam artikel : Sebagai upaya kewaspadaan, Dinas
Kesehatan Kota Bandung berupaya untuk melalukan
sosialisasi dan edukasi terkait penyakit ini melalui
media massa, media sosial, serta mempersiapkan
tatalaksana penanganan kasus di fasilitas kesehatan jika
sewaktu-waktu ditemukan kasus, serta memperkuat
upaya surveilans untuk menelusuri penyebab kasus
tersebut. Selain itu, Dinas Kesehatan Kota Bandung
juga telah melakukan Program deteksi Dini Hepatitis B
dan C pada Ibu hamil dan kelompok beresiko, sejak
tahun 2017.

Menjaga rahasia jabatan dan Dinas Kesehatan Kota Bandung Memberikan informasi
Negara. secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
tercermin didalam artikel : “Tidak perlu panik, tapi kita
harus waspada. Hepatitis secara umum menular melalui
mulut, maka pencegahannya dengan PBHS,” kata
Ahyani pada agenda Bandung Menjawab, Rabu
(11/05/2022).

Hepatitis adalah peradangan pada sel-sel organ hati


akibat infeksi virus/bakteri/protozoa, atau sejenisnya.
Lazimnya, masyarakat Indonesia menyebut penyakit ini
dengan istilah penyakit kuning atau penyakit liver. Saat
ini ada lima varian hepatitis yang diketahui di dunia,
yaitu Hepatitis A, B, C, D, dan E.

Sebelumnya, WHO mendapat laporan dari 12 negara


terkait kasus hepatitis akut yang tidak diketahui
etiologinya sebab pada pasien pengidap hepatitis akut
tersebut tidak ditemukan adanya virus hepatitis A, B,
C, D, ataupun E sehingga penyebab penyakit hepatitis
akut ini masih misterius.

Anda mungkin juga menyukai