Riset Ekonometrika - KLP 8
Riset Ekonometrika - KLP 8
Dosen Pengampu:
Dr. Syahriyah Semaun, S.E., M.M.
Disusun Oleh:
Kelompok 8
Anisyah Pratiwi Syarham 19.2400.022
A.Sophia Latifah L 19.2400.081
Rahmatullah 19.2400.053
2021
24
KATA PENGANTAR
25
DAFTAR ISI
26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Seberapa baik harga dan kualitas serum Scarlett Whitening?
2. Seberapa baik minat beli mahasiswa IAIN Parepare?
3. Apakah ada hubungan harga dan kualitas terhadap minat beli serum Scarlett
Whitening mahasiswa IAIN Parepare?
4. Apakah ada pengaruh harga dan kualitas terhadap minat beli serum Scarlett
Whitening mahasiswa IAIN Parepare?
C. Tujuan Riset
1. Untuk mengetahui seberapa baik harga dan kualitas serum Scarlett
Whitening.
2. Untuk mengetahui seberapa baik minat beli mahasiswa IAIN Parepare.
3. Untuk mengetahui hubungan harga dan kualitas terhadap minat beli serum
Scarlett Whitening mahasiswa IAIN Parepare.
4. Untuk mengetahui pengaruh harga dan kualitas terhadap minat beli serum
Scarlett Whitening mahasiswa IAIN Parepare.
27
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Harga
Menurut William J. Stanton harga adalah jumlah uang (kemungkinan
ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa
kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya. Harga menurut
Jerome Mc Cartgy harga adalah apa yang dibebabankan untuk sesuatu.1
Menurut Tjiptono harga adalah satuan moneter atau ukuran lainnya
(termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak
kepemilikan atau pengunaan suatu barang atau jasa.2
Harga sebuah produk atau jasa merupakan faktor penentu dalam
permintaan pasar. Harga merupakan hal yang sangat penting yang diperhatikan
oleh konsumen dalam membeli produk atau jasa. Jika konsumen merasa cocok
dengan harga yang ditawarkan, maka mereka akan cenderung melakukan
pembelian ulang untuk produk yang sama. Dalam teori ekonomi disebutkan
bahwa harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif, maka tinggi
rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar.
Menurut Kotler dan Armstrong ada empat indicator yang mencirikan
harga yaitu:
1) Keterjangkauan harga.
2) Kesesuaian harga dengan kualitas produk.
3) Daya saing harga.
4) Kesesuaian harga dengan manfaat.3
1
Marius P. Angipora, Dasar-dasar Pemasaran, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), Cet 2,
h. 268.
2
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran Edisi 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 2012), h. 151
3
Philip Kotler dan Gary Armstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2008), h.
225
28
2. Kualitas
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan.4 Kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan
sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik.5
Menurut Kotler dan Armstrong arti dari kualitas produk adalah “the
ability of a product to perform its function, it includes the product’s overall
durability, reliability, precision, ease of operation and repair, and other valued
attributes” yang artinya kemampuan sebuah produk dalam memperagakan
fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan,
kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya.6
Dimensi kualitas produk menurut Mullins, Orville, Larreche, dan Boyd
terdiri dari: Performance (kinerja) yaitu berhubungan dengan karakteristik
operasi dasar dari sebuah produk. Durability (daya tahan), yang berarti berapa
lama umur produk bertahan sebelum produk tersebut harus diganti.
Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh
mana produk memenuhi spesifikasi atau tidak ditemukannya cacat pada produk.
Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk
menyempurnakan fungsi produk atau ketertarikan konsumen terhadap produk.
Reliability (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan
memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Aesthetics (estetika),
berhubungan dengan bagaimana penampilan produk. Perceived quality (kesan
kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang
4
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran Edisi 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 2012), h. 32.
5
Supranto J, “Metode Riset: Aplikasinya dalam Pemasaran Edisi 6”, (Hoboken: NJ Rineka Cipta,
1997), h. 288.
6
Philip Kotler dan Gary Armstrong, Principles of Marketing, (New Jersey: Pearson Education
Limited, 2012), h. 283
29
dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen
tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan.7
3. Kosmetik
3.1. Pengertian Kosmetik
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik
Indonesia tahun 2011, kosmetik adalah setiap bahan atau sediaan yang
dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,
rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membrane
mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, dan mengubah
penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi tertentu.
Untuk memperbaiki dan memperhatikan kesehatan kulit diperlukan
jenis kosmetik tertentu-bukan hanya obat. Selama kosmetik tersebut tidak
mengandung bahan berbahaya yang secara farmakologis aktif
mempengaruhi kulit, penggunaan kosmetik jenis ini menguntungkan dan
bermanfaat untuk kulit itu sendiri. Contoh: preparat antiketombe,
antiperspirant, deodorant, preparat untuk mempengaruhi warna kulit (untuk
memutihkan atau mencoklatkan kulit), preparat anti jerawat, preparat
pengeriting rambut, dll.8
Takeo Mitsui mengatakan bahwa tujuan utama penggunaan
kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi,
meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri
dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV,
7
John W. Mullin, Orville C. Walker, Marketing Management A Strategic Decision, Edisi Kelima,
(New York: McGraw Hill, 2005), h. 422
8
Retno Iswari T dan Fatma Latifah, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 7
30
polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara
umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup.9
3.2. Penggolongan Kosmetik
Penggolongan kosmetik antara lain menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI, menurut sifat modern atau tradisionalnya, dan menurut
kegunaannya bagi kulit.
3.2.1. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi ke
dalam 13 kelompok:
a. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dll.
b. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule,
dll.
c. Preparat untuk mata, misalnya mascara, eye-shadow, dll.
d. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dll.
e. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dll
f. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick,
dll.
g. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth
washes, dll.
h. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dll.
i. Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dll.
j. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab,
pelindung, dll.
k. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dll.
l. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen
foundation, dll.
3.2.2. Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan:
9
Retno Iswari T dan Fatma Latifah, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 7
31
a. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara
modern (termasuk antaranya adalah cosmedics).
b. Kosmetik tradisional:
1) Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang
dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara
yang turun temurun.
2) Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan
pengawet agar tahan lama.
3) Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang
benar-benar tradisional dan diberi zat warna yang
menyerupai bahan tradisional.
3.2.3. Penggolongan menurut kegunaannya bagi kulit:
a. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics).
Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit.
Termasuk di dalamnya:
1) Kosmetik untukmembersihkan kulit (cleanser): sabun,
cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit
(freshner).
2) Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer),
misalnya moisturizing cream, night cream, anti wrinkle
cream.
3) Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan
sunscreen foundation, sun block cream/lotion.
4) Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit
(peeling), misalnya scrub cream yang berisi butiran-
butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas
(abrasiver).
b. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)
32
Jenis ini diperlukan untukmerias dan menutup cacat pada
kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik
serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya
diri (self confidence). Dalam kosmetik riasan, peran zat
pewarna dan zat pewangi sangat besar.
4. Minat Beli
Minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak
sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Terdapat perbedaan
antara pembelian aktual dan minat pembelian ulang. Bila pembelian aktual
adalah pembelian yang benar-benar dilakukan oleh konsumen, maka minat
pembelian ulang adalah niat untuk melakukan pembelian kembali pada
kesempatan mendatang.10
Minat beli berhubungan dengan perasaaan dan emosi, bila seseorang
merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan
memperkuat minat beli, ketidakpuasan biasanya menghilangkan minat. Minat
beli yang ada dalam diri konsumen merupakan fenomena yang sangat penting
dalam dalam kegiatan pemasaran, minat beli merupakan suatu perilaku
konsumen yang melandaskan suatu keputusan pembelian yang hendak
dilakukan.11
Menurut Ferdinand, minat beli dapat diidentifikasi melalui indikator-
indikator sebagai berikut:
a) Minat transaksional: yaitu kecenderungan seseorang untuk selalu membeli
produk. Hal ini bermaksud yakni konsumen telah memiliki minat untuk
melakukan pembelian suatu produk tertentu yang ia inginkan.
b) Minat referensial: yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan
produk kepada orang lain. Hal ini bermaksud yakni seorang konsumen yang
10
I Setiawan, Manajemen Strategis, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2007) h. 27.
11
Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty, 2001), h.
339.
33
telah memiliki minat untuk membeli akan menyarankan orang terdekatnya
untuk juga melakukan pembelian produk yang sama.
c) Minat preferensial: yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang
yang selalu memiliki preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini
hanya dapat diganti bila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.
d) Minat eksploratif: minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu
mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari
informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.12
B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir adalah penjelasan sementara terhadap suatu gejala yang
menjadi objek permasalahan penelitian. Kerangka pikir disusun berdasarkan tinjauan
teori dan hasil penelitian yang terdahulu yang relevan. Dengan uraian yang telah di
jelaskan pada sub bagian sebelumnya, maka dapat dibuat kerangka pikir yakni
abstraksi dari fenomena-fenomena kehidupan nyata yang akan peneliti sajikan dan
akan memeberikan penjelasan kepada para pembaca tentang tujuan yang di
rencanakan oleh peneliti. Kerangka pikir yang dibuat oleh penulis yakni, penulis
ingin melakukan penelitian kuantitatif dengan metode SPSS dengan tujuan melihat
hubungan dan pengaruh harga dan kualitas terhadap minat beli serum Scarlett
Whitening mahasiswa IAIN Parepare.
Gambar di bawah ini menunjukkan kerangka pemikiran yang dibuat dalam
model penelitian mengenai pengaruh harga dan kualitas kosmetik terhadap minat beli
mahasiswa IAIN Parepare.
C. Kerangka Konseptual
Harga (X1)
12
Ferdinand, Manajemen Pemasaran, Edisi Pertama, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 129
34
Minat Beli (Y)
Kualitas (X2)
D. Hipotesis
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan survai. Pendekatan survai adalah suatu metode penelitian untuk
memperoleh informasi tentang karakteristik, tindakan dan pendapat yang mewakili
populasi melalui kuesioner.
Fokus penelitian ini adalah mahasiswa IAIN Parepare dan berfokus pada
variabelnya. Variabel penelitian ini adalah harga (X1) dan kualitas (X2) merupakan
variabel bebas/independent dan minat beli (Y) merupakan variabel terikat/dependent.
Seperti pada tablel berikut :
Tabel 1
Tabel Variabel Penelitian
No Variabel Independen Dependen
1. X1 Harga
2. X2 Kualitas
3. Y Minat Beli
36
25
13
Sugiono, Statistika untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2002), h.55.
14
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D)
(Cet. 15; Bandung: Alfabeta, 2012), h. 118.
15
Sugiono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2002), h. 56
26
16
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2012), h.199.
27
17
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2013),
h. 46.
18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.
172
28
19
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2013),
h. 55.
20
S. Nasution, Metode Research Penelitian ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) h.77
21
S. Nasution, Metode Research Penelitian ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.77
29
Sangat Lemah
Lemah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
22
Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif (Jakarta:PT Bumi Aksara.
2013), h. 153.
30
Y = a+ß1X1+ß2X2+ß3X3+e
Keterangan :
Y : Minat Beli
X1: Harga
X2: Kualitas
ß1 : Koefisien Regresi Variabel Harga
ß2 : Koefisien Regresi Variabel Kualitas
a : Konstanta
e : error
23
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta:Kencana Prenadamedia Group, 2013),
h. 301.
31
32
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
33
DAFTAR PUSTAKA