Anda di halaman 1dari 149

i

PERAN FORUM KEMITRAAN POLISI


MASYARAKAT (FKPM) SEBAGAI MEDIATOR
DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA
HUKUM DI MASYARAKAT
(Studi Kasus di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Syariah

Oleh
USWATUN HASANAH
NIM 21209006

FAKULTAS SYARI’AH
PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH (AHS)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
SALATIGA
2015
ii

Drs. Mubasirun, M.Ag.


Dosen IAIN Salatiga

NOTA PEMBIMBING
Lamp. : 3 (tiga) Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi

Sdr. Uswatun Hasanah


Kepada
Yth. Rektor IAIN Salatiga
Di Salatiga.
Assalamu‟alaikum wr. wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini kami kirimkan naskah skipsi saudara:
Nama : Uswatun Hasanah
NIM : 21209006
Jurusan : Syariah / Ahwal Al-Syakhsiyyah
Judul : PERAN FORUM KEMITRAAN POLISI MASYARAKAT
(FKPM) SEBAGAI MEDIATOR DALAM
PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA HUKUM DI
MASYARAKAT (studi kasus di Kelurahan Pulutan,
Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga)
Bersama ini kami mohon agar naskah skipsi saudara tersebut di atas
segera di munaqosyahkan.
Demikian harap menjadi perhatian.
Wassalamu‟alaikum wr. Wb.
Salatiga, 8 januari 2015
Pembimbing

Drs.Mubasirun,M.Ag.
NIP. 19590202 199031001
iii

SKRIPSI

PERAN FORUM KEMITRAAN POLISI MASYARAKAT(FKPM)

SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA

HUKUM DI MASYARAKAT

(studi Kasus di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota salatiga)

DISUSUN OLEH

USWATUN HASANAH

NIM : 21209006

Telah dipertahankan didepan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas Syariah,


Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 23 Febuari
2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1
Hukum Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag ------------------------------

Sekertaris : Drs. Mubasirun, M.Ag ------------------------------

Penguji I : Drs. Machfudz, M.Ag ------------------------------

Penguji II : Dr. Adang Kuswaya, M.Ag ------------------------------

Salatiga, 6 Maret 2015

Rektor IAIN Salatiga

Dr. H, Rahmat Hariyadi, M.Pd.


Nip.19670112 199203 1 005
iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Uswatun Hasanah

NIM : 21209006

Jurusan : syariah

Program Stu di : Al Ahwal Al Syakhsiyyah

Mengatakan bahwa skipsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip berdasarkan kode etik

ilmiah.

Yang bertanda tangan

Uswatun Hasanah
v

MOTTO

“Belajar itu butuh proses, proses butuh berjuang, dan

berjuang butuh kesabaran, karena kesabaran yang disertai

dengan keihklasan adalah kunci kesuksesan”

PERSEMBAHAN

Karya ini, penulis persembahkan untuk :

Yang telah bersusah-payah, berjuang dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, ikhlas tanpa
mengharap apapun dari kami, kecuali ridha dari Allah SWT dalam membesarkan kami
seorang diri,

Umi-ku Adawiyah

Ya Allah tempatkanlah ayahku di surgamu yang kekal dan abadi, do’a kami akan selalu
menyertaimu,

Abi-ku DAmami

Jazzakumullah khairon katsiron

Motivasi dan do’a darimu kakakku, sehingga adikmu bisa menyelesiakan pendidikan ini
jazzakumullah khairon katsiron

Teman hidupku Sutarso Abdullah,

Do’a, semangat, dan kasih sayangmu serta tempat curhatku jazzakumullah khairon katsiron

Anak-anakku tercinta,

Kalian motivasi terbesar dalam hidupku

Teman-teman seperjuanganku AS-NR 2009, jazzakumullah khairon katsiron


vi

ABSTRAKS

Hasanah, Uswatun. 2015. Peran Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM)


Sebagai Mediator Dalam Penyelesaian Perkara-perkara Hukum di
Masyarakat. Program Studi Ahwal AL-Syakhsiyyah, Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Drs. H. Mubasirun, M.Ag.

Kata Kunci : Mediator, FKPM dan Penyelesaian Perkara

Ditahun 2012 berbagai media masa memberitakan kasus pencurian sandal,


pencurian semangka, kasus prita, kasus randu dan lain-laian, yang diproses hingga
pengadilan,sehingga memunculkan tanggapan miring masyarakat atas peradilan di
Indonesia yang kurang memenuhi keadilan masyarakat. Hukum seakan hanya
tajam kalau yang berperkara masyarakat kecil. Yang menjadi rumusan masalah
pada penelitian ini adalah bagaimana peran FKPM sebagai mediator dalam
penyelesaian perkara-perkara hukum di msyarakat, bagaimana peran FKPM
dalam program Kepolisian dan apa kendala yang dihadapi dan bagai mana cara
mengatasinya.
Untuk memperoleh jawaban dari rumusan masalah diatas dalam penelitian
ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dimana dalam proses penelitian
yang digunakan berdasarkan teori yang relevan dengan permasalahan yang
diteliti. Alasan pemilihan pendekatan kualitatif karena berkaitan dengan konsep
judul dan rumusan masalah yang mengarah pada jenis penelitian studi kasus.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan penyelesaian perkara-perkara hukum melalui FKPM mengedepankan
cara kekeluargaan, damai, manusiawi dan bermartabat sehingga sangat efektif
karena, prosesnya cepat, tidak di pungut biaya dan mampu memperbaiki
hubungan silaturrahmi masing-masing pihak. Dalam hal ini FKPM sebagai pihak
ke tiga (mediator) yang membantu proses penyelesain perkara, memberikan
pertimbangan-pertimgan yang mungkin sebagai penyelesaian perkara kepada para
pihak. Berbagai kegiatan FKPM tidak terlepas dari kontrol kepolisian karena
terdapat seorang petugas Polmas atau Bhabinkamtibmas sebagai wakil dari Ketua
FKPM yang selalu bertukar informasi mengenai katimbas di daerahnya. Dalam
menjalankan berbagai kegiatanya FKPM mengahadapi berbagai kendala
operasional, namun semuaitu dapat diatasi dengan selalu berkoordinasi dengan
berbagai pihak, seperti konsoltasi ke Polres, mengadakan seminar katimbas,
menghadiri berbagai pertemuan yang diadakan masyarakat Pulutan untuk
memberikan penyeluhan tetang pentingnya katimbas.
vii

KATA PENGANTAR

Segala piji bagi Alloh. Kita memuji-Nya, memohon pertolongan serta


ampunan-Nya. Dan kita berlindung kepada Alloh dari kejelekan diri dan amal
perbuatan. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Alloh maka tiada yang mampu
untuk menyesatkanya, dan barang siapa yang disesatkan oleh Alloh maka tidak
akan ada yang bisa memberikan hidayah kepadanya.

Saya bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah melainkan Alloh
yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-
Nya.

Alloh Ta’ala berfirman yang artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dengan sebenar-benar takwa
kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaa beragama Islam.”
(QS. Ali Imron (3) : 102)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Alloh dan katakanlah perkataan
yang benar, niscaya Alloh memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-
dosamu. Dan barang siapa mentaati Alloh dan Rosul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapatkan kemenangan yang besar.”(QS. Al-Ahzab (33) : 70 – 71)

Semoga Allah menerima amal-amal kita dan menggantinya dengan


pahala yang besar disisi-Nya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari ada berbagai kekurangan


dan juga karya ini tidak akan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Dengan penuh
kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan
tulisan ini :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Beny Ridwan, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Syariah IAIN Salatiga.

3. Bapak Sukron Makmun, M. Si, selaku ketua Prodi Al-Ahwal al-Syakhsiyyah


STAIN Salatiga.

4. Bapak Drs. H. Mubasirun, M. Ag, selaku dosen pembimbing dalam skripsi ini.

5. Bapak dan ibu dosen dan para akademika lingkungan Jurusan Syariah yang
telah dengan ikhlas membagi ilmunya.
viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................... ii

PENGESAHAN.................................................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.......................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................... v

ABSTRAKS ....................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR......................................................................................... vii

DAFTAR ISI...................................................................................................... viii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah................................................................... 1

B. Rumusan masalah........................................................................... 5

C. Tujuan penelitian............................................................................ 5

D. Manfaat penelitian.......................................................................... 6

E. Penegasan istilah............................................................................. 7

F. Tela‟ah pustaka................................................................................ 7

G. Metodologi penelitian...................................................................... 9

H. Sistematika penulisan....................................................................... 16

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Mediator........................................................................................... 19
ix

B. Perkara hukum di masyarakat.......................................................... 24

C. Penyelesaian perkara dalam islam dan penyelesaian perkara menurut

teori konflik...................................................................................... 33

BAB III : HASIL PENELITIAN

A. Peran FKPM sebagai mediator dalam menyelesaiakan perkara-

perkara hukum di masyarakat.......................................................... 41

B. Peran FKPM dalam program Kepolisian......................................... 57

C. Kendala-kendala yang dihadapi FKPM Kelurahan Pulutan............ 74

BAB IV : PERAN FKPM PULUTAN SEBAGAI MEDIATOR

A. Peran FKPM dalam pandangan hukum Islam................................ 78

B. FKPM dan penyelesaian perkara-perkara hukum.......................... 82

C. Kendala penyelesaian perkara-perkara hukum di Kelurahan

Pulutan............................................................................................ 86

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................... 90

B. Saran............................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA

LAPIRAN-LAMPIRAN
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan pancasila. Inti

dari negara hukum pancasila adalah penegakan keadilan dan kebenaran,

bukan semata-mata penegakan hukum dalam arti formal.”(Mahfud MD,

1999 : 141) Lebih lanjut Mahfud MD menjelaskan bahwa “menegakan

hukum itu tidak dengan sendirinya menegakkan keadilan, banyak sekali

orang menegakkan hukum dengan membangun kebenaran formal tetapi

subtansinya sangat bertentangan dengan rasa keadilan karena yang

dibangun disana adalah hukum untuk hukum bukan hukum untuk

keadilan.” (Mahfud MD, 1999 : 140)

Wajah lain dari hukum dan proses hukum yang formal tadi adalah

terdapatnya fakta bahwa keadilan formal tersebut sekurang-kurang nya di

indonesia, ternyata mahal, berkepanjangan, melelahkan, tidak

menyelesaikan masalah. Sebagaimana kita tahu, di tahun 2012 berbagai

media masa memberitakan kasus pencurian sandal, pencurian semangka,

kasus prita, kasus randu, kasus minah, dan lain-lain yang di proses hingga

pengadilan, sehingga memunculkan tanggapan miring masyarakat atas

sistem peradilan Indonesia yang kurang memenuhi rasa keadialan

masyarakat. Hukum seakan hanya tajam kalau yang berperkara masyarakat

kecil.(http://umk.ac.ad/index.php/beranda/857) Berbeda halnya dengan

perkara-perkara hukum dengan tersangka dan terdakwa tokoh-tokoh


2

terkenal yang memiliki nama, jabatan dan kekuasaa. Proses hukum yang

dijalankan terkesan ditunda-tunda. Seakan-akan masyarakat selalu

disuguhkan sandiwara dari tokoh-tokoh negara tersebut. Contohnya saja

kasus Gayus Tambunan, pegawai dierjen pajak Golongan III yang

diperkirakan korupsi sebesar 28 miliyar, tetapi hanya dikenai 6 tahun

penjara, kasus Bank Century yang belum jelas ujungya hingga sekarang,

dan kasus Ketua Makamah Konstitusi (MK), Akil Muhtar yang ditangkap

dalam Operasi Tangkap Tangan. Dalam operaasi itu, KPK telah menyita

uang dolar singapura sebesar 3 miliyar yang menunjukkan penegakan

hukum di Indonesia dalam kondisi awas, hampir semua kasus diatas

prosesnya sampai saat ini belum mencapai keputusan yang jelas. Padahal

semua kasus tersebut begitu merugikan negara dan masyarakat kita.”

(http://randyrinaldi.blogspot.com)

Sebagai seorang muslim penulis teringat akan firman Allah

Subhanahuwata‟ala yang artinya:

Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu penegak keadilan,


menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri, terhadap ibu
bapak atau kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun
miskin, maka Allah lebih tau kemaslakhatan (kebaikannya). Maka janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan
jika kamu memutar balikan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
ketahuilah Allah Maha teliti segala apa yang kamu kerjakan.(QS. An-Nisa
: 135)
Bagi para penegak hukum seharusnya firman Allah diatas menjadi

peringatan baginya untuk benar-benar menegakkan hukum dengan adil

demi kebenaran.
3

Dan juga Sabda Rosulullah SAW telah memperingatkan kita akan

kehancuran umat-umat terdahulu dikarenakan mereka menyimpang dari

kebenaran. Disebutkan dalam riwayat Bukhori dan Muslim bahwa

Rasulullah SAW Bersabda yang artinya:

Wahai manusia sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang yang


sebelum kalian adalah sikap mereka yang bila yang melakukan kejahatan
mencuri adalah orang yang terpandang mereka membiarkanya (tidak
menghukumnya). Namun bila yang mencuri di tengah mereka adalah orang
yang lemah, maka mereka menegakkan hukum atasnya. Demi Allah SWT
seandainya fatimah binti Muhammad mencuri, maka aku sendiri yang akan
memotongtangannya.”(HR.Bukhori)
(http://mimbarjumat.com/arcive/1087)
Polisi merupakan salah satu alat negara untuk menegakkan hukum

dan sekaligus bertanggung jawab untuk melindungi masyarakat dari

gangguan keamanan. Berdasarkan Skep Kapolri No: 373/X/2005

tertanggal 13 Oktober 2005 yang memerintahkan agar diberbagai tingkat

organisasi polri di bentuk Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM)

tujuan pembentukan FKPM ini untuk katimbas yang kondusif di wilayah

desa dengan cara memberi pendapat dan saran kepada polri secara timbal

balik. Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan hukum secara aktif

membantu mencegah dan mengatasi tejadinya pelanggaran di wilayah

kelurahan atau desa. Inti dari pembentukan FKPM ini adalah untuk

membantu tugas polri melalui polmas dalam membangun katibmas.

Sehingga hal-hal yang muncul dan tergolong kecil bisa diselesaikan

dengan kekeluargaan oleh FKPM, tidak harus dibawa ke mapolsek.

Surat Keputusan Kapolri No: 373/X/2005 ini telah direspon satuan-

satuan wilayah di daerah termasuk di kota salatiga. Saat ini setiap


4

Kelurahan di Kota salatiga telah di bentuk Forum Kemitraan Polisi

Masuarakat (FKPM) yang salah satunya adalah Kelurahan Pulutan.

Menurut salah satu Kasad BINMAS, Kelurahan Pulutan adalah salah satu

kelurahan yang mempunyai keanggotaan FKPM yang aktif dan telah

menyelesaikan beberapa perkara hukum, baik tindak pedana ringan

maupun problem solving, sehingga mempunyai banyak catatan yang bisa

dijadikan data oleh peneliti. FKPM pulutan merupakan bentuk kerjasama

antara polisi dengan masyarakat yang dijadikan percontohan karena

keberhasilanya, sehingga dapat dijadikan pelajaran bagi FKPM di tempat

lain. Menurut Aibtu. Darsono selaku bhabinkamtibmas kelurahan pulutan,

ditahun 20012 FKPM Pulutan berhasil menyelesaikan beberapa kasus

tindak pidana ringan, dan pada saat ini baru menangani problem solving.

Bisakah FKPM ini menjadi solusi untuk mengatasi ketidak percayaaan

masyarakat terhadap sebuah sistem peradilan yang selama ini telah

berlaku di negeri ini, sehingga di dapat keadilan yang mudah, murah dan

cepat. Karena dengan kepercayaanlah kesadaran hukum masyarakat akan

terbangun, yang dapat mendorong timbulnya kepatuhan hukum dalam diri

seseorang. Kelurahan Pulutan adalah salah satu Kelurahan di Salatiga yang

dilalui oleh jalan baru lingkar salatiga, yang dalam pengamatan penulis

telah terjadi berbagai aktivitas yang pasti akan menimbulkan berbagai

pengaruh bagi masyarakat, khususnya masyarakat Kelurahan Pulutan.

Dalam pandangan penulis hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi

anggota FKPM Kelurahan Pulutan untuk dapat mencegah dan


5

menyelesaikan hal-hal yang tidak diingiankan sesuai dengan tujuan

dibentuknya FKPM menyelesaikan masalah tanpa meninggalkan masalah.

Untuk itu peneliti ingin memfokuskan penelitian ini di Kelurahan Pulutan,

karena dalam kaca mata penulis telah mengalami perubahan yang

signifikan sejak di bukanya jalan baru lingkar salatiga.

Dengan berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menulis

skripsi dengan judul “PERAN FKPM SEBAGAI MEDIATOR DALAM

PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA HUKUM

DIMASYARAKAT”.

B. Rumusan Masalah

Dengan berdasarkan latarbelakang di atas, dan untuk memperjelas

pembahasan masalah, penulis telah menetapkan rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah peran FKPM sebagai mediator dalam penyelesaian

perkara-perkara hukum di Kelurahan Pulutan?

2. Bagaimanakah peran FKPM dalam program Kepolisian?

3. Apa kendala yang dihadapi FKPM dan bagaimana mengatasinya?

C. Tujuan Penelitian

Dalam setia penelitian pasti memiliki tujuan, adapun tujuan penulis

dalam penelitian ini sebagaiberikut:

1. Untuk mengetahui peran FKPM sebagai mediator dalam penyelesaian

perkara-perkara hukum di masyarakat Kelurahan Pulutan.

2. Untuk mengetahui peran FKPM dalam program kepolisian.


6

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi FKPM dan cara

mengatasinya.

D. Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian diharapkan akan dapat memberikan manfaat

yang positif baik bagi penulis maupun pihak lain. Terdapat dua manfaat

dalam penelitian ini yaitu manfaaat secara teoritis dan praktis, dengan

penjelasan sebagai berikut:

1. Secara teoritis

a. Menghasikan suatu penjelasan tentang proses penyelesaian

perkara-perkara hukum di masyarakat melalui FKPM sebagai

mediator.

b. Menghasilkan suatu penjelasan mengenai kendala- kendala yang

ada dan cara mengatasinya.

2. Secara praktis

a. Mengembangkan pola pikir, penalaran dan pengetahuan bagi

penulis

b. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

E. Penegasan Istilahi

Untuk memudahkan memahami isi skipsi ini, berikut penulis

sampaikan beberapa pengertian dan singkatan yang terkandung dalam

judul skipsi “PERAN FKPM SEBAGAI MEDIATOR DALAM


7

PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA HUKUM DI

MASYARAKAT”.

1. Peran : adalah pemain, tukang lawak, perangkat tingkah yang

diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam

masyarakat.(Fajri dan Senja, tth : 641)

2. Perkara adalah persoalan, masalah; urusan yang harus diselesaikan;

tindak pidana; tentang sesuatu hal, mengenai, berkenaan; karena.(Fajri

dan Senja, tth :646)

3. Mediator adalah orang atau pihak yang jadi penengah

perselisiahan.(Fajri dan Senja, tth : 557)

4. FKPM merupakan singkatan dari “Forum Kemitraan Polisi

Masyarakat”.

5. Hukum adalah peraturan resmi yang menjadi pengatur dan dikuatkan

oleh pemerintah; UU, perturan; patokan (kaidah-kaidah, ketentuan)

mengenai peristiwa alam yang tertentu; keputusan yang dijatuhkan

hakim. (fajri dan senja, tth : 365)

F. Telaah Pustaka

Peran FKPM Sebagai Mediator Dalam Penyelesaian Perkara-Perkara

Hukum Dimasyarakat (studi Kasus di Kelurahan Pulutan Kota Salatiga),

belum pernah diangkat sebagai skipsi. Meskipun demikian penulis

menemukan beberapa penelitian tenteng FKPM sebagai berikut:

Dr. Hidayatullah, SH Mhum Staf Pengajar Fakultas Hukum

Universitas Muria Kudus berhasil meraih gelar doktor melalui disertasinya


8

yang berjudul “Alternatif Penyelesaian Tindak Pidana Ringan Melalui

Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM)” (studi kasus FKPM di

Polres Salatiga, dengan fokus penelitian bagaimana jalannya penyelesaian

tindak pidana ringan di polres salatiga dan prospek FKPM sebagai

alternatif penyelesaiannya. Dengan hasil temuan menunjukan ada ktriteria

kasus tindak pidana ringan yang dapat diselesaikan melalui FKPM yang

masih mempertimbangkan situasi dan kondisi peleku. FKPM juga

memiliki prospek sebagai alternatif penyelesaian tindak pidana ringan

yang dapat di dayagunakan di daerah-daerah lain. Hal ini didasarkan pada

sikap ketidak percayaan masyarakat terhadap lembaga, aparatur peradilan

dan sistem peradilan formal untuk menyelesaikan taindak pidana ringan

dengan asas, adil, manusiawi, sederhana, cepat dan biaya murah.

(Hidayatullah, 2012) Penelitian ini ber beda dengan penelitian penulis,

dimana penulis memfokuskan penelitianya pada basis kewilayahan yaitu

kelurahan pulutan. Dalam penelitian yang dilakukan penulis FKPM

merupakan mediator karena hasil dari penyelesaiannya berupa

kesepakatan-kesepakatan dari kedua belah pihak dan tidak memaksa.

Ary Wahyono peneliti pulsit. Kemasyarakatan dan kebudayaan-LIPI,

Widia graha dengan judul” Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat

(FKPM): Sebuah Pendekatan Perpolisian Masyarakat Untuk Membangun

Citra Polisi.” Hasil dari penelitian ini adalah FKPM tidak dapat

diseragamkan di seluruh indonesia, analisis dokumen-dokumen

pembentukan FKPM di seluruh Indonesia memperlihatkan komposisi


9

FKPM sangat bervariasi, terutama dalam penempatan unsur polri dalam

kepengurusan FKPM. Dan juga basis sosial FKPM tidak seragam ada yang

berbentuk kewilayahan seperti RT, RW, Kelurahan /Desa, Kecamatan, dan

Kabupaten, adapun yang berbentuk kawasan seperti, pertokoan, Mall,

perkantoran, dan kawasan industri. Program perpolisian Masyarakat

menjadi momentum untuk memperbaiki citra polisi yang selama ini

dianggap kurang baik, disisi lain program perpolisian masyarakat

berdampak pada pemeritah yang harus menata kembali pranata sosial di

masyarakat yang di hancurkan pada masa orde baru.

(http://library.um.ac.id/../39544.html) Dilihat dari hasil temuan penelitian

ini jelas berbeda dari penelitian yang dilakukan penulis.

G. Metodologi Penelitian

Dalam penyusunan skipsi tenteng “PERAN FKPM SEBAGAI

MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA

HUKUM DIMASYARAKAT” di Kelurahan Pulutan kecamatan Sidorejo

kota salatiga, penyusunan menggunakan cara atau metode sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis penelitian

Untuk memperoleh data di lapangan dalam penelitian ini penulis

memilih pendekatan kualitatif, di mana dalam proses penelitian yang

digunakan berdasarkan teori yang relevan dengan permasalahan yang

diteliti untuk menemukan jawaban dari permasalah tersebut.

Alasan pemilihan pendekatan kualitatif karena ini berkaitan

dengan konsep judul dan rumusan masalah yang mengarah pada studi
10

kasus yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan

memperoleh pemahaman dari individu, organisasi atau situasi.( Emzir,

2011 : 20).

2. Sifat Penelitian

Adapun sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian deskripsi, yaitu penelitian yang berusaha untuk

memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan,

atau gejala-gejala lainya. Maksudnya adalah untuk mempertegas

hipotesa-hipotesa agar memperkuat teori-teori lama, atau didalam

menyusun teori-teori baru. Didalam penelitian ini dideskrisikan peran

FKPM sebagai mediator dalam menyelesaikan perkara-perkara hukum

di masyarakat, peran kepolisian dalam FKPM, dan kendala-kendala

yang dihadapi FKPM Kelurahan Pulutan.

3. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif peneliti wajib datang lansung di

lapangan untuk memperoleh data yang valit (langsung dari

sumbernya) mengadakan dan meminta dokumen-dokumen yang di

butuhkan dalam penelitian. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini di

ketahui oleh pihak-pihak terkait, dan memperoleh ijin untuk

mengadakan penealitian di Kelurahan Pulutan.

4. Lokasi Penelitian

Untuk melengkapi data penelitian penulis mengambil lokasi

penelitian di kelurahan pulutan. Penulis mengambil penelitian di


11

kelurahan pulutan, karena memperoleh arahan dari kasad binmas

sebagai kelurahan yang memiliki keanggotaan yang aktif dan

merupakan FKPM yang terdapat kasus tentang perkara hukum yang

saat ini sedang diteliti oleh penulis.

5. Sumber Data

Menurut lofland dan lofland (1984 : 47) sumber data utama

dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya

adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. (Moleong, 2009 :

157) Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis data sebagai

berikut:

a. Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau di

wawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama

dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman.(Moleong,

2009 : 157) Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kedua

metode yang ada yaitu pencatatan dan perekaman dalam

pengumpulan data di lapangan, mengigat ada sebagian orang

menolak untuk di rekam perkataanya pada saat wawancara

berlangsung.

Dalam hal ini pihak-pihak yang terkait dengan FKPM

kelurahan pulutan adalah sebagai berikut:

1) Bhabinkamtibmas Kelurahan Pulutan Bapak AIBTU Darsono

2) Ketua FKPM Kelurahan Pulutan Bapak H.M Syafi‟i


12

b. Sumber data tertulis

Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata-kata dan

tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa

diabaikan, karena sumber data tertulis berkaitan erat dengan

sumber data utama, yang dapat membantu memahami dan

menganalisis sumper data utama. Dalam hal ini terdiri atas:

1) Laporan Penyelesaian Masalah Nomor :

041/FKPM/VIII/2012

2) Laporan Penyelesaian Masalah Nomor :

056/FKPM/VIII/2013

3) Surat Keputusan No. Pol. : Skep/433/VII/2006 Tentang

“PANDUAN PEMBENTUKAN DAN

OPERASIONALISASI PERPOLISIAN MASYARAKAT

(POLMAS)”

4) Surat Keputusan No. Pol. : Skep/507/X/2009 Tentang “

NASKAH SEMENTARA BUKU PEDOMAN

PELAKSANAAN STANDAR PENERAPAN POLMAS

BAGI PELAKSANA POLMAS”

5) Buku Pedoman Implementasi Polmas Tahun 2009

6) Buku Mediasi

6. Tenik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang falid dan objektif, maka dalam

penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:


13

a. Interview (wawancara)

Teknik yang diarahkan untuk menghimpun informasi dari

para informan yang kompeten dan oleh karenanya dianggap

mengetahui kondisi dari obyek dari proses penyelesaian perkara

oleh FKPM.

Wawancara kepada Bhabinkamtibmas Kelurahan Pulutan

dilakukan pada senin, 10 febuari 2014 pada pukul 11.00 sampai

dengan pukul 11.50 di Kantor Kelurahan Pulutan. Kemudian

wawancara kepada Bp. Syafi‟i selaku Ketua FKPM Pulutan

dilakukan dirumah beliau pada sabtu, 17 mei 2014 pada pukul

16.30 sampai dengan pukul 17.45 dan di lanjutkan pada senin, 19

mei 2014 pukul 13.30 sampai dengan pukul 02.45 di tempat yang

sama.

b. Studi dokumen atau bahan pustaka

Metode ini merupakan cara pengumpulan data dengan

membaca, mempelajari, mengkaji, membuat catatan yang di

perlukan diantaranya, Laporan Penyelesaian Masalah Nomor :

041/FKPM/VIII/2012, Laporan Penyelesaian Masalah Nomor :

056/FKPM/VIII/2013, Skep NO. Pol. : Skep/433/VII/2006

Tentang “PANDUAN PEMBENTUKAN DAN

OPERASIONALISASI PERPOLISIAN MASYARAKAT”, Skep

No. Pol.: Skep/507/X/2009 Tentang “NASKAH SEMENTARA

BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN STANDAR


14

PENERAPAN POLMAS BAGI PELAKSANA POLMAS”, Buku

Implemenasi Polmas Tahun 2009 dan buku mediasi.

c. Observasi (pengamatan)

Metode ini merupakan cara pengumpulan data dengan

pengamatan langsung di lapangan. Dalam penelitian ini

pengamatan dilakukan di Balai Kemitraan Polisi Masyarakat

(BKPM).

7. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data kualitatif dengan menggunakan metode interaktif. Yang

mengumpulkan data kualitatif, kemudian dilakukan penguraian untuk

mengambil suatu kesimpulan. Sedangkan metode interaktif mengacu

pada empat tahapan yang dijelaskan oleh miles dan huberman(analisis

data) yaitu sebagai berikut:

a. Pengumpulan data melalui wawancara terhadap informan yang

telah ditentukan, sebagai orang yang mengetahui tentang FKPM,

kemudian dilakukan studi dokumen-dokumen baik yang di dapat

langsung dari Polres Kota Salatiga maupun langsung dari

lapangan.

b. Reduksi data yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul saat

penelitian.
15

c. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun

yang memberikan kemungkinan untuk memberikan kesimpulan

dan tindakan.

d. Penarikan kesimpulan yang dimulai sejak awal pengumpulan

data, seoran yang menganalisis data kualitatif mencari keteraturan

benda-benda, pola-pola, penjelasan konsfigurasi, berbagai

kemungkinan, alur sebab akibat dan proporsi. Kesimpula akan

ditangani secara longga, tetap terbuka dan skeptis, tetapi

kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas, meningkat

lebih rinci, dan mengakar pada pokok.

8. Pengecekan Keabsahan Temuan

Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh

yang sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian.

Sehingga diperlukan suatu tenknik untuk memeriksa keabsahan suatu

data.

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan

teknik trianggu lasi sumber, menurut patton berarti membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode

kualitatif.(Meleong, 2009 : 331)

9. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menentukan terlebih dahulu tema

penelitian, yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian pendahuluan


16

ke polres salatiga dan kelurahan pulutan. Di kelurahan pulutan peneliti

bertanya lansung kepada Bhabinkamtibmas kelurahan pulutan bpk

Aibtu. Darsono, mengenai proses penyelesaian perkara-perkara

hukum, peran kepolisian dalam FKPM dan kendala-kendala yang

dihadapi FKPM kelurahan pulutan.

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah

sebagai berikit:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, penegasan istilah, metodologi penelitian dan

sistematika penulusan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan kerangka teori berupa tinjauan

mediator, tinjauan tentang perkara-perkara hukum di

masyarakat, dan penyelesaian perkara dalam Islam dan

pemyelesaian perkara menurut teori konflik.

BAB III : HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan berisi berbagai temuan dilapangan

berdasarkan rumusan masalah, yaitu peran FKPM sebagai

mediator dalam menyelesaikan perkara-perkara hukum


17

dimasyarakat, peran FKPM dalam Program Kepolisian, dan

kendala-kendala yang dihadapi FKPM Kelurahan Pulutan.

BAB IV : PERAN FKPM PULUTAN SEBAGAI MEDIATOR

Dalam bab ini akan dibahas pokok-pokok permasalahan yang

ingin di ungkap berdasarkan rumusan masalah yaitu, peran

FKPM dalam pandangan hukum Islam, FKPM dan penyelesaian

perkara-perkara hukum dimasyarakat, dan kendala penyelesaian

perkara-perkara hukum di Kelurahan Pulutan.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini merupakan akhir dari penelitian yang berisikan

kesimpulan-kesimpulan yang diambil berdasarkan dari hasil

penelitian, dan saran-saran sebagai tindak lanjut dari

kesimpulan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mediator

1. Pengertian Mediator

Mediator adalah pihak ketiga yang membantu penyelesaian

senggketa para pihak, yang mana ia tidak melakukan intervensi

terhadap pengambilan keputusan (Abbas, 2011 : 59).

Pengertian mediator menurut Peraturan Makamah Agung No.1

tahun 2008 mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak

dalam proses perundingan guna mencari kemungkinan penyelesaian

sengaketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan

sebuah penyelesaian (PERMA NO. 1 TAHUN 2008).

2. Tipologi Mediator

Mediator dalam menjalankan proses mediasi memperlihatkan

sejumlah sikap yang mencerminkan tipe mediator. Mediator

melakukan Tindakan semata-mata ingin membantu dan mempercepat

proses penyelesaian sengketa. Berikut tipe-tipe mediator menurut

Prof. DR. Syahrizal Abbas:

a. Tipe mediator otoritatif

Tipe mediator dimana dalam proses mediasi dia memiliki

kewenangan yang besar dalam mengontrol dan memimpin

pertemuan antar pihak. Mediator jenis ini dapat menghentikan


19

pertemuan antara para pihak, jika dirasa pertemuan tersebut tidak

efektif.

Dalam proses mediasi, mediator dengan tipe otoritatif libih

banyak mengajukan pertanyaan kepada para pihak seputas akar

persoalan utama yang menjadi sumber sengketa. Mediator

otoritatif tidak banyak mendengarkan cerita dari para pihak. Pada

sisi ini para pihak terlihat agak pasif dalam mengemukakan

persoalannya, sehingga lebih banyak bergantung pada mediator.

b. Tipe mediator social network

Mediator dengan tipe sosial network adalah tipe mediator

dimana ia memiliki jaringan sosial yang luas untuk mendukung

kegiatanya dalam menyelesaikan sengketa. Mediator ini memiliki

hubungan dengan sejumlah kelompok sosial yang ada dalam

masyarakat. kelompok sosial dimaksud bertugas membantu

masyarakat dalam menyelesaiakan sengketa. Mediator yang

bertipe sosial network dalam menjalankan proses mediasi lebih

menekankan bagaimana para pihak menyelesaikan sengketa

melalui jaringan sosial yang ada.Mediator social network

mengarahkan sengketa yang ia tangani kepada pola-pola

penyelesaian sengketa yang ia peroleh ketika ia bergabung dalam

kelompok sosial.
20

c. Tipe mediator independen

Mediator independen adalah tipe mediator dimana ia tidak

terikat dengan lembaga sosial dan institusi apapun dalam

menyelesaikan sengketa para pihak. Mediator jenis ini berasal

dari masyarakat yang dipilih oleh para pihak untuk menyelesaikan

sengketa mereka. Ia betul-betul bebas dari pengaruh manapun,

sehingga ia leluasa menjalankan mediasi. Mediator jenis ini

sengaja diminta oleh para pihak, karena memiliki kapasitas dan

skill dalam menyelesaiakan sengketa. Umumnya tipe mediator ini

berasal dari tokoh masyarakat, tokoh adat, ulama, yang cukup

berpengalaman dalam menyelesaikan sengketa.

Independensi mediator tidak hanya dari sisi lembaga dan

keberadaannya dalam masyarakat, tetapi juga independen dalam

menjembatani, menegosiasi, dan mencari opsi bagi penyelesaian

sengketa para pihak. Ia menjaga imparsialitas dan netralitas dari

pengaruh manapun termasuk dari para pihak. Mediator jenis ini

semata-mata memfokuskan diri pada upaya strategis yang dapat

diambil untuk mengakhiri sengketa para pihak. Mediator

independen sangat bebas menciptakan kreasi untuk menciptakan

sejumlah opsi, tanpa tergantung pada pihak manapun. (Abas,

2011)
21

3. Fungsi Mediator

Mediator sebagai penengah dalam suatu proses mediasi

mempunyai fungsi tersendiri sebagai seorang mediator. Fungsi yang

di maksud adalah sebagai berikut :

a. Memperbaiki kelayakan komunikasi antara para pihak yang

biasanya ada hambatan dan sekat-sekat psikologis.

b. Mendorong trciptanya suasana yang kondusif untuk memulai

negosiasi yang fair.

c. Secara tidak langsung mendidik para pihak atau memberi

wawasan tentang proses dan substansi negosiasi yang sedang

berlangsung.

d. Mengklarifikasi masalah subtansial dan kepentingan masing-

masing pihak.

4. Posisi Mediator

Sebagai seorang mediator haruslah memiliki posisi, dalam hal

ini khusus menangani mediasi. Adapun posisi mediator dalam hal ini

adalah sebagai berikut :

a. Mediator tidak boleh memberikan penilaian tentang siapa yang

benar dan siapa yang salah, diantara para pihak yang sedang

berselisih atau bersengketa.

b. Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam

proses negosiasi guna mencari berbagai kemungakinan


22

penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau

memaksakan sebuah penyelasaian.

c. Mediator tidak boleh mengampil suatu keputusan atas

persengketaan atau konflik yang sedang berlansung antara kedua

belah pihak.

d. Mediator hanya berposisi sebagai fasilitator yang memperlancar

jalanya suatu proses negosiasi yang belangsung antara para pihak

atau para negosiator yang mewakili kepentingan para pihak.

(http://Maulidindarma.blogspot.com/2014/02, 31 januari 2015)

5. Peran Mediator

Berbagai peran mediator dalam proses mediasi secara deskripsi

sebagai berikut :

a. Menumbuhkan dan mempertahankan kepercayaan diantara para

pihak.

b. Menerangkan proses dan mendidik para pihak dalam hal

komunikasi dan menguatkan suasana yang baik.

c. Membantu para pihak untuk menghadapi situasi dan kenyataan.

d. Mengajar para pihak dalam proses dan ketkrampilan tawar-

menawar.

e. Membantu para pihak mengumpulkan informasi penting, dan

menciptakan pilihan-pilihan untuk memudahkan penyelesaian

problem.(Abbas, 2011 : 79-80)


23

6. Kewenangan dan tugas mediator

Mediator memiliki sejumlah kewenangan dan tugas dalam

menjalankan mediasi. Kewenangan dan tugas di peroleh dari para

pihak, dimana mereka „mengijinkan dan setuju‟ adanya pihak ke tiga

menyelesaikan sengketa mereka. Kewenangan dan tugas mediator

terfokus pada upaya menjaga dan mempertahankan proses mediasi.

Kewenangan mediator terdiri atas :

a. Mengontrol proses dan menegaskan aturan dasar

b. Mempertahankan struktur dan momentum dalam negosiasi.

c. Mengakhiri proses bilamana mediasi tidak produktif lagi. (Abbas,

2011 : 83-84)

Adapun tugas seorang mediator adalah sebagai berikut :

a. Melakukan diagnosis konflik.

b. Mengidentifikasikan masalah serta kepentingan-kepentingan

kritis para pihak.

c. Menyusun agenda.

d. Memperlancar dan mengendalikan komunikasi.

e. Mediator harus menyusun dan merangkaikan kembali tuntutan

(positional claim) para pihak, menjadi kepentingan sesungguhnya

para pihak.

f. Mediator bertugas mengubah pandangan egosentris masing-masing

pihak menjadi pandangan yang mewakili semua pihak.


24

g. Mediator bertugas dan berusaha mengubah pandangan parsial

(berkutat definisi tertentu) para pihak mengenai suatu

permasalahan ke pandangan yang lebih baik universal (umum)

sehingga dapat diterima oleh semua pihak.

h. Memasukkan kepentingan kedua belah pihak dalam pendefinisian

permasalahan.

i. Mediator bertugas menyusun proposisi mengenai permasalahan

para pihak dalam bahasa dan kalimat yang tidak menonjolkan

unsur emosional.

j. Mediator bertugas menjaga pernyataan para pihak agar tetap

berada dalam kepentingan yang sesungguhnya. (Abbas, 2011 :

86-90)

B. Perkara Hukum di Masyarakat

1. Definisi Hukum

a. Definisi hukum menurut para ahli hukum

Beberapa Sarjana Hukum indonesia juga turut berusaha

merumuskan hukum sebagai berikut:

1) S.M. Amin,SH

Dalam buku beliau yang berjudul “bertamasya ke Alam

Hukum,” hukum dirumuskan sebagai berikut: “Kumpulan-

kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan

sanksi itu disebut hukum dan tujuan hukum itu adalah


25

mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga

keamanan dan ketertiban terpelihara”.

2) J.C.T. Simorangkir,S.H dan Woerjono Sastropranoto,S.H

Dalam buku yang disusun bersama berjudul “pelajaran

hukum indonesia” telah diberikan definisi hukum sebagai

berikut: “hukum itu ialah peraturan-peratuan yang bersifat

memeksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam

lingkungan masyarakat yang di buat oleh badan-badan resmi

yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-

peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan

hukum tertentu.”

3) M.H. Tirtaamidjaja,S.H

Dalam buku beliau “pokok-pokok Hukum Perniagaan”

ditegaskan “Hukum ialah semua aturan (norma) yang harus

diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam

pergaulan hidup dengan ancaman meski mengganti kerugian

– jika melanggar aturan-aturan itu – akan membahayakan diri

sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan

kemerdekaanya, didenda, dan sebagainya.”(Kansil, 1999)

b. Unsur , ciri-ciri dan sifat hukum

Adapun hukum itu memiliki unsur-unsur sebagai berikut :

1) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan

masyarakat
26

2) Peraturan itu diadakan badan-badan resmi yang berwajib.

3) Peraturan itu bersifat memaksa

4) Sanksi terhadap pelanggar hukum adalah tegas

Selanjutnya agar hukum itu dapat dikenal dengan baik,

haruslah mengetahui ciri-ciri hukum. Menurut C.T.S. Kansil,

S.H., ciri-ciri hukum adalah sebagai berikut :

1) Terdapat perintah dan/atau larangan.

2) Perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi setiap orang.

Setiap orang wajib bertindak sedemikian rupa dalam

masyarakat, sehingga tata tertib dalam masyarakat itu tetap

terpelihara sebaik-baiknya. Oleh karena itu hukum meliputi

berbagai peraturan yang menentukan dan mengatur perhubungan

orang yang satu dengan orang lainya, yaitu peraturan-peraturan

hidup bermasyarakat yang dinamakan “Kaedah Hukum”.

Barang siapa yang dengan sengaja melanggar suatu “Kaedah

hukum” akan dikenakan sanksi (sebagai akibat dari pelanggaran

“Kaedah Hukum”) yang berupa „hukuman‟.

Bentuk hukuman berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) Bab II (PIDANA) pasal 10 adalah sebagai

berikut :
27

1) Pidana pokok

a) Pidana mati;

b) Pidana penjara;

c) Pidana kurungan;

d) Pidana denda;

e) Pidana tutupan;

2) Pidana tambahan

a) Pencabutan hak-hak tertentu;

b) Perampasan barang-barang tertentu;

c) Pengumuman putusan hakim.

Sedangkan sifat bagi hukum adalah sifat mengatur dan

memaksa. Ia merupakan peraturan-peraturan hidup

kemasyarakatan yang dapat memaksa orang supaya mematuhi

tata-tertib dalam masyarakat serta memberikan sanksi yang

tegas (berupa hukuman) kepada siapa saja yang tidak

mematuhinya. Ini harus diadakan bagi sebuah hukum agar

kaedah-kaedah hukum itu dapat ditaati, karena tidak semua

orang mau mentaati kaedah-kaedah hukum itu.(Kansil, 1999 :

40)

c. Fungsi danTujuan Hukum

Hukum itu selalu melekat pada manusia yang

bermasyarakat. Dengan berbagai peran hukum, maka hukum

memiliki fungsi : “menertibkan dan mengatur pergaulan dalam


28

masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah yang

timbul”. Lebih rincinya funsi hukum dalam perkembangan

masyarakat terdiri dari :

1) Sebagai alat mengatur tata-tertib hubungan masyarakat;

dalam arti, hukum berfungsi menunjukkan manusia mana

yang baik, dan mana yang buruk, sehingga segala sesuatu

dapat berjalan dengan tertib dan teratur.

2) Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan

batin; dikarenakan hukum memiliki sifat dan ciri-ciri yang

telah disebutkan, maka hukum dapat memberi keadilan,

dalam arti dapat menentukan siapa yang salah dan siapa

yang benar, dapat memaksa agar peraturan dapat ditaati

dengan ancaman saksi bagi pelanggarnya.

3) Sebagai sarana penggerak hubungan: daya memaksa dan

mengikat dari hukm dapat digunakan atau didayagunakan

untuk menggerakkan pembangunan. Disini hukum

digerakkan untuk membawa masyarakat kearah yang lebih

maju.

4) Sebagai penentuan aplikasi wewenang secara terperinci

siapa yang boleh melakukan pelaksanaan (penegak) hukum

, siapa yang harus mentaatinya, siapa yang memilih sanksi

yang tepat dan adil, seperti konsep hukum konstitusi

negara.
29

5) Sebagai alat penyelesaian sengketa: sebagai contoh

penyelesaian sengketa harta waris dapat segera selesai

dengan ketetepan hukum waris yang telah diatur dalam

hukum perdata.

6) Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan

diri dengan kondisi kehidupan yang berubah, yaitu dengan

merumuskan kembali hubungan-hubungan esensial antara

anggota-anggota masyarakat. (http://akitiano.blogspot.com,

30 januari 2015)

Dari deretan pengertian, unsur, ciri-ciri, sifat dan funsi

hukum, maka tujuan dari perwujudtan hukum itu harus ada,

dimana terdapat berbagai pendapat mengenai tujuan hukum

dari para ahli hukum, berikut diantaranya :

1) Dalam buku Pengantar Ilmu Hukum jilit 1, karangan Drs.

C.T.S. Kansil, S.H. disebutkan hukum itu bertujuan

menjamin adanya kepastian hukum masyarakat dan hukum

itu pula harus bersendikan pada keadilan, yaitu keadilan

pada masyarakat itu. ( Kansil, 1999 : 14)

2) Tujuan hukum menurut S.M. Amin, S.H sebagai mana teleh

tertulis diatas adalah mengadakan ketertiban dalam

pergaulan hidup manusia, sehingga keamanan dan

ketertiban dapat terpelihara. (Kansil, 1999 : 11 )


30

3) Apeldoorn dalam bukunya disebutkan tujuan hukum adalah

mengatur pergaulan hidup secara damai. Hukum

menghendaki perdamaian.(Apeldoorn, 1993 : 10)

Perdamain diantara manusia dipertahankan oleh hukum

dengan melindungi kepentingan-kepentingan manusia yang

tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa harta benda dsb.

Terhadap yang merugikannya.

Kepentingan dari perseorangan dan kepentingan dari

golongan-golongan manusia selalu bertentangan satu sama lain.

Pertentangan ini selalu akan menyebabkan pertikaian, bahkan

peperangan antar semua orang melawan semua orang, jika

hukum tidak bertindak sebagai perantara untuk mempertahankan

perdamaian. Dan hukum mempertahankan perdamaian dengan

menimbang kepentingan yang bertentangan secara telitindan

mengadakan keseimbangan di antara keduanya, karena hukum

hanya dapat mencapai tujuan (mengatur pergaulan hidup secara

damai) ijka ia menuju peraturan yang adil.(Apeldoorn, 1993 :

11)

2. Perkara Hukum di Masyarakat

Sebagai mahkluk sosial manusia tidak dapat hidup

sendiri untuk memenuhi kebutuhanya, sebagaimana

diungkapkan Bapak Farkhani dalam bukunya sebagai berikut :

Secara kodrati (sunatullah), manusia diciptakan


untuk bermasyarakat, hidup berkelompok dan
31

interdependensi antara satu dengan yang lainnya. Tidak


ada satupun manusia yang dapat hidup menyendiri dan
dapat hidup bertahan lama, apalagi sampai dapat
menciptakan sebuah peradapan. Oleh karena
kehidupannya yang memiliki kecenderungan
berkelompok, Aristoteles (384-322 SM) menyebut
manusia sebagai zoo politicon atau de men is een social
wezen, artinya manusia sebagai makhluk yang pada
dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan
sesama manusia lainnya. (Farkhani, 2009 : 1)

Sebagai individu yang hidup bermasyarakat manusia

memiliki berbagai kepentingan yang berbeda-beda dengan yang

lain. Kepentingan pribadi dapat diupayakan pemenuhanya

masing-masing tanpa saling bertentangan. Namun seringkali

kepentingan antar pribadi bertemu dan saling berbenturan satu

sama lain. Prof. Dr. Dirjosisworo mencontohkan sebagai

berikut:

Misalnya “A” yang bertetangga dengan “B” ,


suatu hari karena baru saja hujan lebat banyak kotoran
yang menyumbat saluran pembuangan kotoran yang
berbatasan dengan rumah “B”, maka demi
kepentingannya “A” membersihkan kotoran pada
saluran pembuangan dengan mendorongnya sehingga
kotoran tersebut memenuhi halaman rumah “B”.
“A”berfikir masa bodoh pokoknya halama saya bersih”.
Padahal “B” pun dalam kasus ini memiliki kepentingan
yang sama, agar kotoran tidak menimpa rumahnya.
Apabila “B” berfikir seperti “A”, maka “B” akan
mendorong kotoran tersebut ke halaman rumah “A”
dan dapat diramalkan sengketa akan terjadi. Ini adalah
contoh yang sangat sederhana sekali. Padahal praktek
berbenturan kepentingan antar pribadi banyak
sekali.(Dirdjosisworo, 2010:134)
32

Gambaran diatas menjadi salah satu contoh perbedaan

kepentingan antar pribadi. Padahal dalam kehidupan

bermasyarakat banyak sekali perkara-perkara yang dianggap

sepele, apabila tidak tepat dalam penanganannya dapat

menimbulkan pertikaian antar warga, sehingga mengurangi

keharmonisan dalam masyarakat itu.

Demikianlah gambaran singkat perkara-perkara hukum

yang muncul dimasyarakat sebagai akibat dari perbedaan

kepintingan, perbedaab kepentingan itu bisa antar pindividu,

individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan

kelompok. Jika kasus-kasus yang muncul tidak tepat

penyelesaiannya akan berakibat pada ketidaknyamanan di

masyarakat.

Dalam KUHP telah ditulis terperinci mengenai bentuk

perkara hukum yang dibagi menjadi dua (2), yaitu kejahatan

dalam BAB II dan pelanggaran dalam BAB III.

Kejahatan adalah Rechtdelicht, yaitu perbuatan yang

bertentangan dengan keadilan, terlepas apakah perbuatan itu

diancam pidana dalam suatu undang-undang atau tidak.

Sekalipun tidak dirumuskan sebagai delik dalam undang-

undang, perbuatan ini benar-benar dirasakan oleh masyarakat

sebagai perbuatan yang bertentangan dengan keadilan.


33

Pelanggaran adalah Westdelicht, yaitu perbuatan-

perbuatan yang oleh masyarakat baru disadari sebagai suatu

tindak pidana, karena undang-undang merumuskanya sebagai

suatu delik. Perbuatan-perbuatan ini baru disadari sebagai

tindak pidana oleh masyarakat oleh karena undang-undang

mengancamnya dengan sanksi pidana.

(www.tenagasosial.com/2013/08)

C. Penyelesaian Perkara Dalam Islam dan Penyelesaian Perkara

Menurut Teori Konflik

1. Penyelesaian Perkara Dalam Islam

“Perdamaian dalam syariat islam sangat dianjurkan. sebab

dengan perdamaian akan terhindarlah kehancuran silaturahmi

(hubungan kasih sayang) sekaligus permusuhan diantara pihak-

pihak yang bersengketa akan dapat diakhiri”

(http://alawiyahtuti18.blogspot.com/2011/04, 2 Januari 2015)

Perdamaian dalam Islam dikenal dengan istilah sulh, yang

artinya “suatu proses penyelesaian sengketa dimana para pihak

bersepakat untuk mengakhiri perkara mereka dengan

damai.”(Abbas, 2011:156) Di dalam Al-Qur‟an dan hadist Nabi

Muhammad menganjurkan pihak yang bersengkete menempuh

jalur sulh dalam menyelesaikan sengketa, baik di depan pengadilan

maupun di luar pengadilan. Sulh memberikan kesempatan para

pihak untuk memikirkan jalan terbaik penyelesaian sengketa, dan


34

mereka tidak lagi terpaku secara ketat pada pengajuan alat bukti.

Para pihak memiliki kebebasan mencari jalan keluar agar sengketa

mereka dapat di akhiri. (Abbas, 2011)

Allah Subhanahu Wata‟ala berfirman dalam surat an-Nisa :


114 yang artinya :
tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh memberikan
sedekah, atau berbuat makruf atau mengadakan perdamaian
diantara manusia. Dan barang siapa berbuat demikian karena
mencari keridhan Allah, maka kelak kami memberi kepadanya
pahala yang besar.(QS. an-Nisa‟ : 114)
Dalam ayat lain Allah SWT memerintahkan kita untuk

mendamaikan saudara kita sesama mukmin yang berperang atau

bersengketa, Allah SWT berfirman dalam surat al-Hujurut (49) : 9-

10 yang artinya :

Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang,


maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya
berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah
(golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali
kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah lembali (kepada
perintah Allah), maka damaikanllah antara keduanya dan berlaku
adilah.”sesungguhnya, orang-orang mukmin itu bersaudara, karena
itu damaikanlah antara kedua sadaramu (yang berselisih) dan
bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.(QS. Al-
Hujurat (49) : 9-10)
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Anas,

Rasulullah SAW. Bersabda yang artinya : “tolonglah saudaramu

(sesama mukmin) dalam ia berbuat zalim atau dizalimi.” Kemudia Anas

ra. Bertanya kepada Rasulullah SAW. “ya Rasulullah, ini aku

menolongnya dalam keadaan ia dizalimi, maka bagaimana aku menolinganya


35

dalam keadaan ia yang zalim?” Rasulullah pun menjawab : “dengan

mencegahnya berbuat kezaliman.” (katsir, 2004 : 357-358)

Anjuran sekaligus perintah Allah SWT yang tertulis dalam

Al-Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW diatas dalam

penyelesian perkara/kasus untuk memilih sulh sebagai sarana

penyelesaian sengketa yang didasarkan pada pertimbangan bahwa,

sulh dapat memuaskan para pihak, dan tidak ada para pihak yang

merasa menang atau kalah dalam penyelesaian sengketa mereka.

sulh mengantarkan pada ketentraman hati, kepuasan dan

memperkuat tali silaturahmi para pihak yang bersengketa. (Abbas,

2011 :160)

Dalam hal ini proses perdamaian dalam Islam juga tegas

dalam memberikan batasannya, yaitu larangan perjanjian

menghalalkan yang haram ataupun sebaliknya, dalam sebuah hadist

yang diriwayatkan at-Tirmizi yang artinya :

Sulh adalah sesuatu yang harus ada di antara kaum muslimin,


kecuali suatu perdamaian yang menghalalkan yang haram atau
mengharamkan yang halal, dan kaum muslimin terikat dengan janji
mereka, kecuali janjin yang menharamkan yang halal dan
menghalalkan yang haram”.(at-Tirmidzi). (Abbas, 2009 : 161)

2. Penyelesaian Perkara Berdasarkan Teori Konflik

a. Pengertian Konflik

Berikut ini pengertian konflik yang relefan dengan

penelitian ini menurut beberapa ahli, diantaranya :


36

1) Menurut Taquiri dalam Nemstorm dan Davis (1977),

konflik merupakan warisan sosial yang boleh berlaku dalam

berbagai keadaan akibat dari pada berbangkitnya keadaan

ketidak setujuan, kontroversi dan pertentangan dua pihak

atau lebih secara berterusan.

2) Menurut pace dan faules (1994), Konflik merupakan

ekpresi pertikaian antara individu dengan individu lain,

kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan.

Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya

perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekpresikan,

diingat dan dialami.

3) Menurut soerjono soekanto, konflik merupakan dimana

orang per orangan atau kelompok manusia berusaha

memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan

yang disertai ancaman atau kekerasan.

b. Teori konflik

Berikut ini akan dipaparkan beberapa teori penyebab

konflik, sebagai berikut :

1) Teori hubungan masyarakat

Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi

yang terus terjadi, ketidak percayaan dan permusuhan

diantara kelompok yang berbeda dalam masyarakat.


37

2) Teori negosiasi prinsip

Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi

yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang

konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.

3) Teori kebutuhan manusia

Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan

oleh kebutuhan dasar manusia fisik, mental, dan sosial yang

tidak terpenuhi atau dihalangi, keamanan, identitas,

pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering menjadi inti

pembicaraan.

4) Teori kesalah pahaman antar budaya

Berasumsi bahwa konflik desebabkan oleh ketidak cocokan

dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang

ada.

5) Teori tranformasi konflik

Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah

ketidak setaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai

masalah-masalah sosial, budaya, dan ekonomi.

c. Faktor-faktor penyebab konflik

1) Perbedaan indivudu yang meliputi perbedaan pendirian dan

perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap

orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda


38

satu dengan yang lainnya. Perbedaan pendirian dan

perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini

dapat menjadi faktor penyebab konflik, sebab dalam

menjalani kehidupan sosial, seseorang tidak selalu sejalan

dengan kelompoknya.

2) Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk

pribadi-pribadi yang berbeda.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-

pola pemikiran dan pendirian kelomponya. Pemikiran dan

pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan

menimbulkan perbedaan individu yang dapat memicu

konflik.

3) Perbedaan kepentingan antar individu atau kelompok

manusia memiliki perasaan, pendir, maupun latar belakang

kebudayaan yang berbeda.

Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersaan, masing-masing

orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-

beda. Kadang-kadang orang dapat melekukan hal yang

sama, namun untuk tujuan yang berbeda-beda.

4) Perubahan nilai-nilai yang cepat dan mendadak dalam

masyarakat.

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi,

tetapi jika perubahan itu berlansung cepat bahkan


39

mendadak, perubahan itu dapat memicu munculnya konflik

sosial.

d. Akibat Konflik

1) Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok

(ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.

2) Keretakan hubungan kelompok yang bertikai.

3) Perubahan kepribadian pada individu.

4) Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.

5) Dominasi bahkan penahklukan salah satu pihak yang

terlibat dalam konflik.

e. Solusi penyelesaian konflik

1) Meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara

kelompok-kelompok yang mengalami konflik.

2) Mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa

saling menerima keragaman yang ada di dalamnya.

3) Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk

memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan

isu, dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi

berdasarkan kepentingan-kepentingan mereka, dari pada

posisi yang sudah tetap.

4) Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk

mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan

mereka yang tidak terpenuhi, dan mengahasilkan pilihan-


40

pilihan untuk memenihi kebutuhan itu.

(http://jeckprodeswijaya.blogspot.com/2013)
41

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Peran FKPM Sebagai Mediator Dalam Penyelesaian Perkara-Perkara

Hukum di Masyarakat

1. Profil Kelurahan Pulutan

Pada awalnya kelurahan Pulutan merupakan bagian wilayah

kabupaten semarang. Sejak adanya pemekaran Kota Salatiga pada

tahun 1987, kelurahan Pulutan masuk menjadi wilayah kota salatiga

hingga saat ini.

Kelurahan Pulutan memiliki udara yang sejuk dengan luas

wilayah 162,715 Ha, yang terletak pada 007,17-007,23 LS dan 110

8”58-110 32”464 BT yang berada pada ketinggian 584-600 M diatas

permukaan laut. Wilayah utara kelurahan pulutan berbatasan langsung

dengan kel. Blotongan dan Sidorejolor, sebelah timur berbatasan

dengan Kel. Sidorejolor, sebelah selatan berbatasan dengan kel.

Kecandran dan sebelah barat berbatasan dengan kel. Candirejo Kec.

Tuntang.

Penduduk Pulutan mayoritas beragama Islam yang terdapat 4

(empat) masjid dan 17 (tujuh belas) musholla. Terdapat pula tempat

pendidikan yang berupa 3 pondok pesantren dan beberapa TK, PAUD,

MI, SD, dan SLTP.Tidak terdapat tempat ibadah agama lain di

pulutan.
42

2. Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat Kelurahan Pulutan

a. Latar Belakang Pembentukan

Perencanan pembentukan FKPM di lakukan bersama2 antara

polisi dan tokoh masyarakat kelurahan Pulutan. Tokoh masyarakat

dalam hal ini di wakili ketua Rt, Ketua Rw tokoh-tokoh agama,

tokoh pemuda, serta tokoh wanita. Diawali dengan sosialisasi

tentang konsep polmas dimana reformasi polri menempatkan

masyarakat sebagai mitra kerja polisi yang kemudian meminta

saran dan pendapat mereka (tokoh masyarakat Pulutan) akan

kebutuhan rasa aman di kelurahan pulutan. Sebagian besar tokoh

masyarakat menyadari kalo kebutuhan akan rasa aman merupakan

kebutuhan bersama, sehingga keberadaan Polmas/FKPM sangat di

butuhkan.

Masyarakat pulutan menyambut positif pembentukan FKPM.

Dalam FKPM, antara masyarakat dan polisi adalah sebagai mitra

yang sejajar berdasarkan Skep. No.373/2005 tentang kebijakan dan

strategi penerapan perpolisian masyarakat.

Karena keamanan dirasakan merupakan kebutuhan bersama,

maka pada tanggal 24 Febuari 2007 dibentuklah FKPM di

kelurahan pulutan. yang di ketuai oleh Bapak H. M Safi‟i sampai

sekarang.
43

b. Struktur organasasi

Sejak di bentuk awal tahun 2007 organisasi ini telah

mengalami 3 (tiga) kali perubahan dalam struktur organisasinya.

Perubahan terjadi karena adanya salah satu anggota yang

meninggal dunia dan juga karena seorang anggota yang padat

kesibuakannya sehingga kurang bisa aktif di FKPM. Berikut ini

struktur organisasi FKPM Pulutan yang aktif di tahun 2013.

SRUKTUR ORGANISASI FKPM PULUTAN

Ketua : HM Syafi‟i

Wakil Ketua : AIPTU. Darsono

Sekretaris : Agus Suprihadi

Bendahara : Kadariyah

Penanggung Jawab Bidang

Bidang Agama : Muslih

Bidang Idiologi : Sutarti Suroso

Bidang Pemuda dan Olah Raga : Kamami

Bidang Sosial : HM Sucipto

Bidang Keamanan : Ans‟adi Komyayin dan

Haryanto

Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan


Anak : Umi Kholifah
44

c. Tujuan FKPM Pulutan

FKPM Pulutan memiliki tujuan umum dan tujuan khusus

untuk terciptanya suasana yang kondusif di Kelurahan Pulutan

yaitu sebagai berikut :

1) Tujuan umum

Meningkatkan indikator keamanan, ketentraman dan ketertiban

masyarakatsehingga masyarakat meraasa nyaman dalam

melakukan aktifitasnya sehari-hari.

2) Tujuan khusus

a) Meningkatnya intensitas kegiatan forum dan keikut sertaan

masyarakat.

b) Meningkatnya pengurus dalam menemukan dan

mengidetifikasi akar permasalahan.

c) Meningkatnya kemampuan forum bersama masyarakat

menyelesaikan permasalahan termasuk konflik antar

warga.

d) Terakomodasinya keluhan warga untuk diselesaikan.

e) Meningkatkan intensitas kunjungan forum kepada warga.

f) Menurunya angka kejahatan.

g) Masyarakat mersa terayomi terhadap gangguan kamtibmas.

d. Tempat Penyelesaian Perkara

FKPM kelurahan Pulutan telah memiliki gedung Balai

Kemitraan Polisi Masyarakat yang nantinya lebih sering di sebut


45

BKPM. Bangunan BKPM ini baru saja selesai di bangun yang

berdiri tegak di depan Kantor Kelurahan Pulutan. Fasilitas

bangunan ini di gunakan untuk acara diskusi-diskusi yang

berhubungan dengan FKPM.

Dalam wawancara Ketua FKPM menuturkan untuk

penyelesaian perkara/permasalahan sendiri tidak selalu di BKPM,

beliau beranggapan penyelesai persmasalahan dengan damai harus

di carikan tempat-tempat yang tenang, agar suasananya cair dan

tidak menimbulkan pertannyaan bagi orang lain dan tidak ada

beban dari para pihak yang berselisih.

BKPM sebagai tempat penyelesaian jugadianggap kurang

tepat, karena bisa menimbulkan kesan untuk menghakimi para

pihak yang berperkara/berselisih. Padahal tujuan FKPM bukan

untuk menghakimi, melainkan membantu penyelesaian perkara/

permasalahan dengan damai yang manusiawi dan

bermartabat.Sehingga tujuan FKPM dapat dalam rangka menjaga

gangguan keamanan dan ketertiban yang terjadi atau bersumber

dari dalam masyarakat dapat terwujud.

e. Sumber Biaya Operasional

Dalam setiap organisasi memerlukan biaya operasiaonal

untuk menjalankan program-programnya. Biaya operasional

FKPM di peroleh dari dua jalur, jalur formal dan jalur informal.

Jalur formal di peroleh dari dari APBD kelurahan Pulutan dan


46

kepolisian salatiga. Namun ini tidak berlangsung lama, selama

operasionalnya bantuan diberikan kurang lebih 3 (tiga) kali.

Sedangkan jalur in formal, FKPM memperoleh biaya

operasional dari LSM. Dalam kegiatan-kegiatannya FKPM

mendapat respon dari salah satu LSM di salatiga, bantuan dana pun

di berikan. Jika terdapat sisa anggaran kegiatan seperti seminar

tidak di bagikan ke anggota, melaikan disimpan unutk biaya

keperluan lain yang mendesak nantinya.

Untuk menutup kekurangan biaya operasional FKPM selama

ini, anggota FKPM beriuran sendiri demi terlaksananya program

dan penyelesaian permasalahan. Menurut Bp. Syafi‟i iuran ini tidak

menjadi masalah, karena mampu membantu menyelesaikan

permasalahan orang lain demi terciptanya masyarakat yang aman,

damai di lingkungannya.

f. Proses Penyelesaian Perkara

Proses penyelesaian sebuahperkara oleh FKPM yaitu sebagai

berikut:

1) Adanya laporan dari korban atau masyarakat terkait suatu

perkara/kasus yang di catat dalam buku Wira-wiri oleh ketua

FKPM.

2) Ketua dan beberapa anggota FKPMyang di dampingin

Bhabinkamtibmas selaku wakil ketua FKPM setempat

merespon laporan dengan memanggil/menyambangi langsung


47

pihak-pihak terkait untuk mengklarivikasi mengenai

permasalahan yang terjadi, untuk mengetahui akar

permasalahan.

3) Setelah mengetahui akar permasalahannya FKPM akan

mengungkapkan beberapa pilihan (opsi) untuk menyelesaikan

persoalan dengan memaparkan akibat yang akan timbul dari

masing-masing pilihan penyelesaian.

4) Selanjutnya keputusan diserahkan kepada para pihak untuk

menentukan sendiri cukup di FKPM dengan menerima

gantirugi/meminta maaf saling menyadari kesalahan masing

atau mau di lanjutkan ke kepolisian dalam hal ini di laporkan

ke POLSEK setempat.

5) Jika para pihak menerima penyelesaian perkara melalui FKPM

sebagai penghubung perdamaian, maka akan di keluarkan SKB

(Surat Kesepakatan Bersama) yang ditandatangani kedua belah

pihak dan di beri meterai.

3. Data Laporan perkara di FKPM Pulutan

Ketua FKPM Bp. Syafi‟i telah mencatat laporan gangguan

keamanan di Pulutan sejak tahun 2006, yaitu satu tahun sebelum

FKPM di bentuk di kelurahan Pulutan pada tahun 2007. Laporan

masyarakat ini dicatat dalam sebuah buku yang oleh FKPM dinamakan

buku wira – wiri.


48

Laporan yang masuk di FKPM sangat komplek dari

permasalahan sosial, pencurian, persoalan rumah tangga, warisan

hingga tindak pidana berat seperti curanmor,pencurian ternak,

percobaan pembunuhan, perampokan, dan penipuan. Sebagian besar

laporan tersebut dapat diselesaikan oleh FKPM terkecuali curanmor

dan sebagaian kecelakaan lalu – lintas .

Mengenai kasus kecelakan lalu lintas terjadi perbedaan

pendapat antara Ketua FKPM Bp, syafi‟i dengan Bhabinkamtibmas

Pulutan AIPTU Darsono. Bp. Syafi‟i berpendapat bahwa penyelesaian

dengan damai adalah untuk membantu para pihak dalam menyelesaian

persoalanya, melalui beberapa alternatif penyelesaian yang berdasakan

pada akar permasalahannya. Sedangkan AIPTU Darsono berpendapat

bahwa kecelakaan lalu – lintas bisa saja mengakibatkan salah satu

pihak luka dalam yang baru terasa/diketahui setelah kesepakatan damai

di buat. Yang kemudian akan menuntut FKPM selaku pihak yang

menbantu dalam proses perdamaian.

Adanya perbedaan cara pandang inilah kemudian dibuat aturan

bahwa penyelesaian kecelakaan lalu lintas oleh FKPM harus di laporka

ke kepolisian, mengenai kronologi kejadian dan bentuk

penyelesaiannya.
49

Tabel jumlah laporan perkara/kasus di FKPM kelurahan pulutan

periode 2006 – 2013.

No. Klasifikasi perkara Jumlah Keterangan


kasus
1. Tindak pidana berat
a. Pencurian sepeda 5 Kasus
motor
b. Pembobolan rumah 3 kasus Warga sebagai korban
1 perkara dapat
diselasaikan
c. Pemerasan Warga sebagai korban
d. Pencurian hp yang 3 kasus Warga sebagai korban
digunakan untuk 1 kasus
memeras pemilik hp.
e. Pencurian dengan
pengkrusakan Warga sebagai korban
f. Pencurian biasa 3 kasus Warga sebagai korban
g. perampokan
h. Penipuan 7 kasau
i. pemaksaan 1 kasus
j. Percobaan 1 kasus Suami istri.
pembunuhan 1 kasus Dapat diselesaikan
k. Ancaman pembunuhan 1 kasus

l. Pemalsuan identitas Pelaku paman korban


2 kasus Dapat diselesaikan

m. Pelecehan seksual 1 kasus Tetanga. Dapat


diselesaikan

n. Laporan penertiban 1 kasus


warung yang juga
berjualan miras.
o. Laporan warung bakso
yang digunakan 1 kasus
sebagai transaksi
seksual.
Jumlah kasus 1 kasus

32 kasus
50

2. Tindak pidana ringan


a. Penganiayaan ringan 2 kasus Warga dgn bukan warga
b. Perkelahian 1 kasus Warga pulutan
c. Perkelahian suami istri 1 kasus Warga pulutan
d. Pemukulan Bukan warga pulutan TKP
Jumlah kasus 1 kasus di pulutan
5 kasus NB : diselesaikan di FKPM
3. Pertikaian antar warga
a. kisruh pemasangan 1 kasus warga
tratak terkait pilkada
b. anggota satpam yang 1 kasus warga
buta baca tulis
menyebabkan
kekisuhan Warga
c. kericuhan pembagian 1 kasus
gas elpiji gratis warga
d. kesalah pahaman 1 kasus
antara keluarga PP
dengan Keluarga SP
yg bermaksut
membangun kamar
mandi yg dipandang Warga pulutan
mengganggu PP
e. perselisihan 1 kasus
pemekaran wilayah Rt warga
02 – Rt 05
f. kericuhan terkait Antar tetangga RT
perilaku kurang sopan 1 kasus
dan kata kasar.
g. pembongkaran paving 1 kasus
yang tidak di setujui
warga.
jumlah kasus 7 kasus
4. Kecelakaan lalu – lintas 11 kasus 7 perkara di
selesaiakan di FKPM
5. perkara perdata
a. Sengketa batas tanah 1 kasus Warga tetangga
b. Warisan dan hutang – 2 kasus Warga
piutang
c. Perceraian 3 kasus Warga
Warga
d. Jual – beli tanah 1 kasus Dapat diselesaikan di
FKPM
Jumlah kasus 7 kasus
51

6. Permasalahan sosial
a. Pemblikiran jln karena 1 kasus
truk pengangkut tanah Sebagian besar
uruk dinilai persoalan yang
mengkrusak jln dihadapi warga pulutan
b. Laporan kehilangan 1 kasus dapat terselesaikan oleh
kunci rumah FKPM
c. Adanya orang tiduran 2 kasus
dimasjid tidak bawa
identitas
d. Pembangunan 1 kasus
perumahan yang tidak
memperdayakan warga
sekitar
e. Laporan kehilangan 1 kasus
dompet dengan isi
SIM, STNK, dan KTP.
f. Perselisihan menantu 1 kasus
dengan mertua
g. Dugaan 1 kasus
perselingkuhan
h. Pembangunan saluran 1 kasus
air tanpa sosialisasi
i. Penemuan barang 1 kasus
berupa tas
j. mencarikan bantuan 1 kasus
orang depresi untuk di
bawa ke RSJ.
k. Menasehati warga
yang gagal bunuh 1 kasus
diri/hendak melakukan
bunuh diri.
l. Mencarikan bantuan 1 kasus
korsi roda untuk warga
yang lumpuh.
m. Laporan laki-laki 1 kasud
menginap di rumah
seorang janda
n. Pelebaran jalan tanpa 1 kasus
sosialisasi
o. Penitipan sepeda 2 kasus
motor oleh orang tdak
di kenal.
p. Larangan truk
pembawa material 1 kasus
masuk ke area
52

perumahan villa
kenanga.
q. Perselisihan keluarga 1 kasus
Jumlah kasus 19 kasus
Jumlah 81 kasus

Untuk lebih jelasnya penulis membagi laporan perkara/kasus

yang masuk di FKPM Pulutan berdasarkan data diatas sebagai berikut:

a. laporan gangguan keamanan yang tidak dapat diselesaikan oleh

FKPM Kelurahan Pulutan

Tidak semua perkara/kasus yang diadukan/dilaporkan oleh

masyarakat dapat diselesekan oleh FKPM. Untuk memastikan

kebenaran suatu kasus terkadang memerlukan penyelidikan terlebih

dahulu, dan ini memerlukan orang-orang yang ahli dibidangnya

yaitu kepolisian, maka laporan akan disarankan untuk di laporkan

ke POLSEK setempat. Selain itu tidak dapat diselesaikannya

perkara-perkara oleh FKPM karena tidak diketahui identitas

pelakunya, dari hasil penelitian sebagian besar adalah curanmor

dan kecelakaan lalu lintas. Berikut ini perkara/kasus yang di

laporannya di lanjutkan ke POLSEK setempat:

Tabel perkara-perkara yang tidak dapat di selesaikan oleh

FKPMperiode 2006 - 2013

No. Klasifikasi perkara Jumlah Keterangan


kasus
1. Tindak pidana berat
a. Pencurian sepeda 5 Kasus
motor
b. Pembobolan rumah Warga sebagai korban
2 kasus 1 perkara dapat
diselasaikan
53

c. Pemerasan Warga sebagai korban


d. Pencurian hp yang 3 kasus Warga sebagai korban
digunakan untuk 1 kasus
memeras pemilik hp.
e. Pencurian dengan
pengkrusakan Warga sebagai korban
f. Pencurian biasa 3 kasus Warga sebagai korban
g. Penipuan
h. perampokan 5 kasus
i. Ancaman pembunuhan 2 kasus
j. Laporan penertiban 1 kasus
warung yang juga 1 kasus
berjualan miras.
k. Laporan warung bakso 1 kasus
yang digunakan
sebagai transaksi
seksual. 1 kasus
Jumlah kasus

25 kasus
2. Kecelakaan lalu – lintas 4 kasus Bukan warga, 2 warga
sebagai korban
3. Perkara perdata
a. Pengaduan batas tanah 1 kasus
yg hendak
disertifikatkan
b. Perceraian 2 kasus Fkpm hanya
menasehati agar
dipikirkan kembali
Jumlah kasus 3 kasus recana perceraiannya
4. Permasalahan sosial
a. istri yang akan pulang 1 kasus Tidak dapat
kerumah orang tuanya diselesaikan karena
karena sering dimarahi suaminya tidak datang
mertuanya
b. suami kos dipulutan dan 1 kasus Bukan warga,fkpm
istrinya sms agar diusir hanya menyarankan
agar dibicarakan dulu
dgn yang
bersangkutan,dan
memintnya berperilaku
baik.
c. perselingkuhan di JB 1 kasus Tidak ada penyelesaian
ada yang melihat
jumlah kasus 3 kasus
54

JUMLAH TOTAL 35kasus Perkara yang tidak


dapat diselesaikan di
Fkpm

b. Laporan gangguan keamanan yang dapat diselesaikan

denganperdamaian oleh FKPM

Dasar penyelesaian kasus melalui FKPM adalah

mendekonstruksi tidak pidana menjadi permasalahan

sosial/permasalahan yang melibatkan para pihak. Dekonstruksi ini

ditandai dengan tidak dipatuhinya rambu-rambu perkara yang

menjadi wewenang FKPM yang diatur secara limitif dalam Skep

Kapolri No. 433tahun 2006 oleh pengurus FKPM.(Hidayatullah,

2012 : 240)

Tabel perkara-perkara yang berhasil diselesaiakan oleh

FKPM Kelurahan Pulutan

Periode 2006 – 2013

No. Klasifikasi perkara Jumlah Keterangan


kasus
1. Tindak pidana berat

a. Pembobolan rumah 1kasus Warga sebagai korban


1 perkara dapat
diselaikan.
Dapat diselesaikan.
b. Ancaman pembunuhan 1 kasus Suam - istri
c. Percobaan 1 kasus
pembunuhan Pelaku paman korban
d. Pemalsuan identitas 1 kasus Dapat diselesaikan
Tetanga. Dapat
e. Pelecehan seksual diselesaikan.
1 kasus Pencurian dilakukan
f. Pencurian anak-anak
55

2 kasus
Jumlah kasusu
7 kasus
2. Tindak pidana ringan
a. Penganiayaan ringan 2 kasus Warga dgn bukan warga.
b. Perkelahian 1 kasus Anak-anak yg
c. Perkelahian suami istri menyebabkan luka.
1 kasus Warga.
d. pemukulan
Jumlah kasus 1 kasus Bukan warga pulutan.
5 kasus
3. Pertikaian antar warga
a. kericuhan pemasangan 1 kasus warga
tratak terkait pilkada
b. anggota satpam yang
buta baca tulis 1 kasus warga
menyebabkan
kerkrisuhan Warga
c. kericuhan pembagian 1 kasus
gas elpiji gratis
d. kesalah pahaman warga
terkait pembangunan 1 kasu
kamar mandi. warga
e. Provokasi sebagian 1 kasus
warga paska
pemekaran Rt 02 – Rt Warga
05
f. Kericuhan terkait 1 kasus
perilaku tidak sopan Antar warga pulutan
dan kata-kata kasar
g. pembongkaran paving 1 kasus
yang tidak disetujui
warga.
jumlah kasus 7 kasus
4. Kecelakaan lalu – lintas 7 kasus Warga dengan bukan
warga pulutan
5. perkara perdata
a. Warisan dan hutang – 2 kasus Warga
piutang
b. Perceraian 1 kasus Warga
Warga
c. Jual – beli tanah 1 kasus Dapat diselesaikan di
Jumlah kasus 4 kasus FKPM
6. Permasalahan sosial Persoalan yang
a. Pemblikiran jalan 1 kasus dihadapi warga pulutan
karena truk dapat terselesaikan oleh
56

pengangkut tanah uruk FKPM


dinilai mengrusak jln.
b. Laporan kehilangan 1 kasus
kunci rumah
c. Terkait pembangunan 1 kasus
perumahan yang tidak
memperdayakan warga
sekitar
d. Laporan kehilangan 1 kasus
dompet dengan isi
SIM,STNK, danKTP
e. Pembangunan saluran 1 kasus
air tanpa sosialisai
f. Penemuan barang 1 kasus 1 diantar ke Polsek, 1
berupa tas pergi dgn sendirinya
g. Laporan adanya orang 2 kasus
tidur di masjud dan Bukan warga, tetapi
tidak membawa tinggal di pulutan
identitas
h. mencarikan bantuan 1 kasus
orang depresi untuk di
bawa ke RSJ.
i. Menasehati warga 1 kasus
yang gagal bunuh
diri/hendak melakukan
bunuh diri.
j. Mencarikan bantuan 1 kasus
korsi roda untuk warga
yang lumpuh.
k. Laporan laki-laki 1 kasud
menginap di rumah
seorang janda
l. Pelebaran jalan tanpa 1 kasus
sosialisasi
m. Penitipan sepeda 2 kasus
motor oleh orang tdak
di kenal
n. Larangan truk 1 kasus
pembawa material
masuk ke komplek
pembangunan
perumahan villa
kenanga.
Jumlah kasus
16 kasus
57

Jumlah 46 kasus

B. Peran FKPM Dalam Program Kepolisian

Dalam disertasainya, Hidayatullah mengungkapkan FKPM sebagai

keunikan Community Policing (CP) yang diterapkan di Indonesia

dibandingkan dengan gaya pemolisian di negara lain. Gaya pemolisian

polmas di wujudkan dengan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat,

khususnya dalam masalah sosial dalam bentuk sengketa/pertikaian antar

warga. Yang selaras dengan budaya masyarakat indonesia yang lebih

mengedepankan cara-cara penyelesaian sengketa melalui musyawarah-

mufakat dibanding penyelesaian sengketa melalui peradilan formal

(Hidayatullah, 2012 : 105-106).

Berawal dari konsep perpolisian tradisianal yang mengedepankan

pada patroli dan memberikan respon/reaksi yang cepat terhadap kejadian

kejahatan, dan menindak lanjutinya dengan melakukan investigasi

kejahatan, model ini tidak melibatkan hubungan kemitraan dengan

masyarakat sebagai suatu hal yang penting/krusial, bahkan pendekatan ini

telah menimbulkan jarak antara polisi dengan masyarakat. Disamping

konsep perpolisian tradisianal, model perpolisian militeristik yang telah

dianut Polri selalam beberapa dekade, mengakibatkan jarak polisi dan

masyarakat semakin jauh ( jurnal budaya dan masyarakar, volume 11,

2009 : 126).
58

Sejak terpisahnya Polri dari TNI polisi mengubah gaya

pemolisiannya dari perpolisian tradisional menjadi perpolisian model

polmas, yang lebih mengedepankan kemitraan dan pemberdayaan

masyarakat sebagai entitas yang dilayaninya.

1. Pengertian Polmas

Polmas adalah filosofi, sestrategi operasional yang mendorong

terciptanya suatu kemitraan antara masyarakat dengan polisi dalam

memecahkan masalah dan tindakan proaktif. Yang selalu menjunjung

nilai-nilai kemanusiaan dan menampilkan sikap santun dan saling

menghargai antar polisi dan masyarakat dalam rangkan menciptakan

kondisi yang menjunjung kelancaran penyelenggaraan fungsi

kepolisian dan peningkatan kualitas hidup masyarakat (Dara Muluk,

Media Informasi Komunikasi FKPM Pulutan, mei 2011).

Sebagai suatu strategi atau program Polmas berarti model

perpolisian yang menekankan kemitraan yang sejajar antara Petugas

Polmas dengan masyarakat lokal dalam menyelesaikan setiap

permasalahan sosial yang mengancam kehidupan masyarakat setempat

dengan tujuan mengurangi kejahatan dan rasa ketakutan masyarakat

akan kejahatan serta meningkatkan kualitas hidup warga setempat.

(Skep : 433/VII/2006)

Di luar negeri Polmas lebih dikenal dengan sebutan Community

Policing,sedang di indonesia di kenal dengan sebutan POLMAS yang

diimplementasikan ke dalam FKPM.


59

2. Bentuk FKPM

Dalam SkepKapolri No : 433/VII/2006 bentuk FKPM adalah

sebagai berikut :

a. FKPM adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat

independen, mandiri dalam kegiatanya bebas dari campur tangan

pihak manapun.

b. FKPM dapat disebut dengan nama dan istilah lain atau dengan

bahasa daerah tertentu atas dasar kesepakatan masyarakat

setempat.

c. FKPM dibangun atas dasar kesepakatan bersama antara kapolsek,

camat/Kepala Desa/Lurah dan tokoh masyarakat/warga masyarakat

setempat.

3. Keanggotaan dan Tahap-Tahap Pembentukan POLMS/ FKPM

a. Keanggotaan polmas /FKPM harus dilakukan bersama oleh 3 (tiga)

pilar utama polmas, yaitu :

1) Unsur masyarakat yang didalam pembentukannya diwakili

oleh tokoh-tokoh dan dalam operasionalisasinya oleh forun

kemitraan (FKPM).

2) Unsur polri yang dalam pembentukannya diwakili oleh

kapolsek/staf dan operasionalisasi oleh petugas polmas yang

ditunjuk.

3) Unsur pemerintah daerah yang dalam pembentukannya

diwakili oleh camat/staf bersama lurah/kepela desa/badan


60

perwakilan keluraan/desa dan dalam operasionalisasinya oleh

lurah/kepala desa.

b. Tahap-Tahap Pembentukan POLMAS/FKPM

1) Tahap persiapan pembentukan

a) Kapolsek bersama staf melekukan rapat untuk menentukan

desa/kelurahan atau kawasan yang akan dijadikan tempat

atau lokasi dan merencanakan untuk menbentukan

POLMAS.

b) Melakukan penjajakan terhadap kebutuhan warga

masyarakat tentang pembentukan polmas di wilayahnya

dengan mengadakan koordinasi dengan camat/kepala

desa/lurah dan tokoh masyarakat setempat serta

lembaga perwakilan desa.

c) Sosialisai Polmas kepada aparat dan tokoh masyarakat

desa/kelurahan atau kawwasan oleh Kapolsek/pejabat

yang ditunjuk/mewakili untuk memberikan pemahaman

tentang Polmas dan merangsang tumbuhnya kebutuhan

pembentukannya.

d) Jika ternyata masyarakat seperti tersebut pada huru c

diatas belum merasa perlu membentuk polmas di

wilayah/kawasannya, maka tidak perlu dipaksakan,

selanjutnya program dapat dialihkan ke desa/kelurahan

atau kawasan yang lain.


61

e) Sebaliknya jika diperoleh kepastian bahwa masyarakat

sepakat benar-benar memerlukan pembentukan polmas,

Kapolsek harus segera merespon dengan melakukan

kegiatan sebagai berikut :

(1) Menunjuk personil yang telah dilatih (diangkat

sebagai petugas pomas) menjadi petugas polmas

diwilayah desa/kelurahan atau kawasan tersebut,

atau

(2) Mengajukan permohonan kepada Kapolres untuk

menujuk/menugaskan personil yang telah dilatih

menjadi petugas Polmas diwilayah yang telah

ditentukan lika pada jajaran Polsek belum

ada/memiliki personil yang telah dilatih.

2) Tahap Pelaksanaan Pembentukan

a) Kapolsek bersama petugas polmas yang ditunjuk

melakukan persiapan pembentukan FKPM.

b) Kkapolsek bersama-sama petugas polmas memfasilitasi

pembentukan FKPM dalam-sama petugas polmas

memfasilitasi pembentukan FKPM dalam suatu

pertemuan umum bersama suatu pertemuan umum

bersama pejabat kecamatan, aparat desa, tokoh

masyarakat yang ada pada kawasan tersebut.


62

c) Acara dalam pertemuan tersebut mencakup pembukaan,

penjelasan tentang Polmas oleh Kapolsek atau Petugas

Polmas, sambutan, pemilihan anggota Polamas,

pemilihan dan penyusunan Pengurus FKPM,

penutup/do‟a.

d) Penetuan unsur-unsur FKPM harus memperhatikan

keterwakilan anggota berdasarkan wilayah geografis

(RW/dusun/kampung da lain-lain.

e) Penunjukan anggota forum harus dengan persetujuan

yang bersangiutan atas dasar kesukarelaan dan

komitmen untuk kemaslahatan masyarakat.

f) Jumlah anggota/pengurus FKPM sebaiknya antara 10

sampai 20 orang.

g) Dalam melaksanakan pemilihan atau pembentukan

FKPM sejauh mungkin dihindari pendekatan formal

dan pertimbangan politis.

h) Dam hal petugas polmas diikutsertakan sebagai

pengurus FKPM, kedudukan tersebut tidak mengurangi

peranya sebagai petugas polri dengan segala

kewenangan yang ada padanya sesuai perundang-

undangan yang berlaku khususnya berkenaan dengan

kewenangan diskretifnya.
63

i) Kesepakatan pembentukan Polmas sejauh mungkin

sudah mencakup penentuan tempat kegiatan (balai)

sebelum BKPM dibangun.

j) Jika diperlukan dapat dibuat anggaran dasar/anggaran

rumah tangga (AD/ART) Polmas.

k) Camat/ Kapolsek/Kepala desa/lurah mengesahkan dan

melantik pengurus dan anggota FKPM untuk masa

bakti tertentu yang disepakati.

4. Tugas dan Wewenang FKPM

a. Tugas

Tugas pokok FKPM sebagai mana diatur dalam skep no.

433 tahun 2006 adalah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

berkaitan dengan operasionalisasi polmas dan mendorong

berfunsinya pranata polmas dalam rangka menyelesaikan ganguan

keamanan dan ketertiban yang terjadi dan atau bersumber dari

kehidupan masyarakat setempat.

b. Wewenang

1) Membuat kesepakatan tentang hal-hal yang perlu dilakukan

atau tidak dilakukan oleh warga sehingga merupakan dalam

lingkungannya.

2) Secara kelompok atau perorangan mengambil dalam hal

terjadi kejahatan / tindak pidana dengan tertangkap tangan.


64

3) Memberi pendapat dan saran kepada kapolsek baik secara

tertulis maupun lisan mengenai pengelolaan / peningkatan

kualitas keamanan / ketertiban lingkungan.

4) Menegakkan peraturan lokal sebagaimana di makasud pada

butir (1) di atas dan ikut serta menyelesaikan perkara

ringan/pertikaian antar warga yang dilakukan petugas

polmas.

5. Hak dan Kewajiban

a. Hak

1) Mendapatkan fasilitas materiil maupun non materiil sesuai

yang di tetapkan atau di sepakati forum kusus aparat Desa dan

dukungan warga

2) Mendapat dukungan anggaran dari pemerintanh sepanjang

tercantum dalam rangaka pembinaan kamtibmas dan

peningakatan kualitas hidup masyarakat

3) Kewajiban

1) Menjunjung hak asasi manusia dan menghormati norma-norma

agama adat/kebiasaan dan kesusilaan masyarakat setempat.

2) Bersikap jujur dalam menjalankan tugas.

3) Tidak diskriminatif menyajikan layanan kepolisian dan tidak

berpihak dalam menangani perselisihan/pertikaian.

4) Mengutamakan kepentingan umum/tugas diatas kepentingan

pribadi.
65

5) Bersikap santun dan menghargai setiap orang serta bersikap

dan berperilaku yang dapat menjadi contoh dan tauladan

masyarakat.

6. Dasar hukum Perpolisian Masyarakat (Polmas)/FKPM

Hidayatullah mendasarkan Polmas pada Tap MPR No. V

Tahun 2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional

yang di tegaskan dan dijabarkan lebih lanjut dengan :

a. Tap MPR No. VII Tahun 2000 tentang peran TNI dan Polri;

b. Kepres No. 89 Tahun 2000 tentang kedudukan Polri;

c. Kepres No. 70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Polri;

d. UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisisan Negara Republik

Indonesia.

Peraturan perundanga-undangan tersebut diatas menegaskan

tugas polri sebagai : “ Memeliharan keamanan dan ketertiban

masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan,

pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangaka

terpeliharanya keamanan dalam Negeri”.

Perubahan tersebut di tindak lanjuti polri dengan mereformasi

diri dengan merubah gaya pemolisian militeristik menjadi gaya

pemolisian sipil. Reformasi tersebut diantaaranya ditandai dengan

digulurkannya program Perpolisian / Pemolisian Masyarakat yang

di populerkan dengan akronim Polmas. Program Polmas


66

dirumuskan dalam Surat Keputusan/ Skep Kapolri No. 737 tahun

2005 tanggal 13 oktober 2005 tantang Kebijakan dan Strategi

Penerapan Model Perpolisisan Masyarakat dalam Penyelenggaraan

Tugas Polisi.

Skep tersebut di jabarkan dan di sempurnakan lebih lanjut

dengan :

a. Skep Kapolri No.431 tahun 2006 tertanggal 1 juli 2006 tentang

Pedoman Pembinaan Personel dan Pengembangan Fungsi

Polmas;

b. Skep Kapolri No. 432 Tahun 2006 tentang Panduan

Pelaksanaan Fungsi Operasianal Polri dengan pendekatan

polmas;

c. Skep Kapolri No. 433 tahun 2006 tertanggal 1 juli 2006 tentang

Pembentukan dan Operasionalisasi Polmas;

d. Peraturan Kapolri No. 7 tahun 2008 Pemolisian Masyarakat;

e. Peraturan Kapolri / Perkap No. 9 tahun 2007 tentang Rencana

Strategis Kepolisian Negara Republik Indonesia 2005-2009

(perubahan);

f. Kebijakan dan Strategi Kapolri tertanggal 8 Desember 2007;

g. Peraturan Kapolri No. 7 tahun 2008 tentang Pemolisian

Masyarakat dan
67

h. Skep Kapolri No. 507 tahun 2009 tertanggal 30 Oktober 2009

tentang Pengesahan Buku Pedoman Pelaksanaan Standar

Penerapan Polmas Bag susi Pelaksana Polamas.

i. Skep Kapolres Salatiga Nomor : 08/III/2007 tentang susunan

FKPM sekota salatiga.

7. Kriteria Perkara yang Menjadi Wewenang FKPM dan

Mekanisme Penyelesaiannya.

a. Kriteria Perkara yang Menjadi Wewenang FKPM

Berdasarkan Skep Kapolri No. 433/VII Tahun 2006 kriteria

kewenangan FKPM yaitu menyelesaikan perkara ringan dan

pertikaian antar warga. Dalam skep ini pula dirumuskan pengertian

/ kriteria perkara / tindak pidana ringan sebagai berikut :

1) Pelanggaran sebagaimana diatur dalam buku ketiga KUHP

2) Tindak pidana ringan yang diancam dengan pidana penjara atau

kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-

bnyaknya Rp. 7500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah)

3) Kejahatan ringan (Lichte Musdrijven) sebagaimana diatur

dalam KUHP, sebagai contoh :

a) Pasal 302 tentang penganiayaan ringan terhadap hewan

b) Pasal 352 tentang penganiayaan ringan terhadap manusia

c) Pasal 364 tentang pencurian ringan

d) Pasal 373 tentang penggelapan ringan

e) Pasal 379 tentang penipuan ringan


68

f) Pasal 482 tentang penadahan ringan

g) Pasal 315 tentang penghinaan ringan

4) Pertikaian antar warga adalah pertikaian yang terjadi antara

individu dengan individu, individu dengan kelompok,

kelompok dengan kelompok yang hanya termasuk dalam kasus

tindak pidana ringan dan pelanggaran. Apabila petugas polmas

tidak menanganinya dengan segera dan cepat maka dapat

mengakibatkan pertikaian tersebut menjadi berkembang besar,

bahkan dapat terjadi konflik sosial yang melibatkan beberapa

kelompok masyarakat yang menyakup suku/ras dan agama

(sara).

b. Mekanisme penyelesaiannya

Skep Kapolri No. 433 tahun 2006 juga telah merumuskan

panduan penyelesaian perkar yang menjadi kewenangan FKPM

sebagai berikut :

1) Penyelesaian perkara ringan

a) Tahap awal

Pada tahap ini yang harus diperhatikan seorang petugas

polmas adalah :

(1) Petugas Polmas berkewajiban menerima laporan

/pengaduan masyarakat.

(2) Menyiapkan ruangan dan administrasi pencatatan dalam

penerimaan informasi/keluhan/pengaduan masyarakat.


69

(3) Penerimaan laporan/pengaduan dilaksanakan dengan

sikap yang sopan dan ramah sehingga masyarakat

merasa tentram dan aman.

b) Tahap pelaksanaan

Petugas polmas mengakaji atau meneliti secara cermat dan

seksama terhadap laporan/pengaduan masyarakat dengan

cara :

(1) Mengundang atau mendatangi pemberi informasi untuk

diminta keterangannya agar menyampaukan secara jelas

mengenai kronologi kejadiannya.

(2) Memberikan pandangan terhadap pelapor tentang perlu

tidaknya permasalahan itu ditindaklanjuti dengan

laporan polisi dan menjadi fasilitator musyawarah.

(3) Meminta pelapor menunjukkan / mengajukan saksi-

saksi yang dapat diminta keterangan berikut barang

bukti.

(4) Menyimpulkan apakah perkara ini termasuk perkara

ringan atau tidak.

c) Tahap penyelesaian

Yang dilakukan oleh petugas polmas pada tahap ini adalah :

(1) Memastikan dan menyimpulkan bahwa perkara

dimaksud adalah perkara ringan, yang dapat


70

diselesaikan secara musyawarah antar kedua belah

pihak yang berperkara.

(2) Memanfaatkan pihak terkait lainya dan tokoh

masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan dengan

norma yang berlaku.

(3) Penyelesaian melalui musyawarah dilakukan di pos

(Balai) meleui Forum Kemitraan Polisi Msyarakat.

(4) Dalam penyelesaian perkara dimaksud hedaklah dibuat

suatu perikatan (surat perjanjian/pernyataan diatas

materai) yang dapat dijadikan pertanggungjawaban

hukum dikemudian hari.

(5) Dalam proses penyelesaian perkara tersebur hindari

adanya keberpihakan dari petugas polmas dan tokoh

masyarakat yang dilibatkan.

(6) Proses penyelesaian yang diupayakan hendaknya

memperhatikan norma-norma yang berlaku di dalam

masyarakat ( termasuk norma kesusilaan dan adat

setempat ).

(7) Dalam hal perkara tidak dapat diselesaikan Petugas

polmas dan Forum Kemitraan Polisi Masyarakat

(FKPM), penyelesaian perkara dapat dianjurkan untuk

dilaporkan dengan resmi ke Polsek/Polres.


71

2) Penyelesaian perkara antar warga

a) Tahap awal

Petugas polmas melakukan serangkaian tindakan mencari

atau mengidentifikasi orang-orang yang diduga terlibat

dalam pertikaian dan mengumpulkan informasi tentang

akar permasalahannya serta mencari solusi penyelesaiannya

dengan cara tatap muka, komunikasi dan koordinasi dengan

tokoh masyarakat, tokoh agama melalui Forum Kemitraan

Polisi Masyarakat (FKPM).

b) Tahap Pelaksanaan

Yang dilakukan petugas Polmas adalah :

(1) Memberikan Peringatan dan Anjuran

Petugas Polmas bersama dengan anggota Forum

Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) mengambil

langkah-langkah pencegahan (preventiv) antara lain :

(a) Memberikan himbauan /penyuluhan agar

pertikaian tidak berlanjut / segera dihentikan.

(b) Melakukan tindakan secara sepontan, tegas, jelas,

sesui dengan hukum yang berlaku.

(c) Melakukan komunikasi yang tidak melukai

perasaan yang mendengar dan dapat dipatuhi

masing-masing yang bertikai, dengan harapan


72

keadaan /linkungan wilayah Polmas kembali

normal.

(2) Kegiatan Melalui Kring Serse

Dalam kegiatan ini diutamakan pencegahan, dimana

kring serse adalah pembagian wilayah pantauan anggota

reskrim, sehingga personil Polmas dapat berkoordinasi

tentang akar permasalahan yang terjadi penyebab

terjadinya pertikaian serta dapat menentukan orang

yang diduga terlibat pertikaian dalam rangka

memberikan bimbingan kepada warga masyarakat

dalam penyelesaian pertikaian antar warga sehingga

dapat dicarikan solusi yang terbaik.

c) Tahap Penyelesaian

Yang dilakukan petugas Polmas adalah :

(1) Mengatasi pertikaian antar individu (satu lawan satu)

(a) Usahakan melerai/memisahkan para pelaku dengan

perinatan untuk mengalihkan perhatian.

(b) Apabila dalam perkelahian tersebut yang terlibat

didalamnya menggunakan senjata atau alat-alat

perbahaya (pisau, golok, parang, rantai, pentungan

dsb.) maka usahakan peleraian itu diarahkan kepada

salah satu pihak yang menggunakan alat berbahaya

tersebut.
73

(c) Apabila keduanya menggunakan alat

berbahaya,maka usahakan minta bantuan dari

masyarakat dalam melerainya.

(d) Memberikan pengertian kepada kedua belah pihak

tentang penyelesaian permasalahan melalui jalan

musyawarah

(2) Mengatasi perkelahian antar warga (individu dengan

kelompok atau kelompok dengan kelompok)

(a) Petugas polmas bersama dengan anggota FKPM

atau petugas kepolisian lainnya memberi himbauan

kepada yang berkelahi untuk menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi secara musyawarah.

(b) Menjadi mediator dan negosiator penyelesaian

damai melalui musyawarah di pos/BKPM dengan

melibatkan tokoh dari masing-masing kelompok

yang bertikai.

(c) Dalam melakukan negosiasi hindari sikap arogan,

keberpihakan, tidak simpatik atau hal lain yang

dapat memicu dan menimbulkan permasalahan baru.

(d) Usahakan membuat suatu kesepakatan perjanjian

tertulis/kesepakatan bersama yang dapat

dipertanggung jawabkan oleh kedua belah pihak.


74

(e) Melaporkan hasil musyawarah beserta kronologis

perkaranya kepada Kapolsek Kanit Serse baik lesan

maupun tertulis.

C. Kendala-Kendala yang Dihadapi FKPM Kelurahan Pulutan

Dalam proses perjalanan suatu organisasi pasti akan menemui

hambatan/kendala dalam melaksanakan tujuan-tujuanya. Dalam hal ini

tidak terkecuali FKPM yang dalam Pembentukannya di usahakan oleh

polri dengan mendorong tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh agama untuk

ikut bersama-sama menciptakan keamanan dan ketertiban maasyarakat

dengan bergabung sebagai anggota FKPM. Adapun kendala-kendala yang

dihadapi FKPM pulutan sebagai berikut :

1. Kendala Operasional FKPM

a. Kurangnya kemampuan FKPM dalam menangani permasalahan

Untuk menunjang kemampuan anggota FKPM dalam

menangani permasalahan, diadakanlah pertemuan rutin dua bulan

sekali untuk berdiskusi, konsultasi ke Polres, pelatihan tentang

penanganan masalah, penyelesaian konflik .

b. Belum Punya Balai Kemitraan Polisi – Masyarakat (BKPM)

Pada awal pembentukannya FKPM Pulutan belum memiliki

BKPM/ POS yang tetap sebagai sekretariat. Namunsaat ini telah

selesai di bangun BKPM di depan kantor Kelurahan Pulutan

sebagai POS FKPM.


75

c. Biaya Operasianal yang Cukup Besar

Sebagai organisasi yang independen FKPM tidak boleh

menerima bantuan dana dari lembaga pemerintahan manapun.

Pemberian biaya dari pihak lembaga pemerintahan di sinyalir akan

berdampak pada ke tidak netralan FKPM dalam menangani

perkara.

Untuk mengatasai permasalahan biaya ini dalam mengadakan

kegiatan-kegiatan diskusi FKPM membuat proposal kegiatan yang

mendapat respon dari LSM Percik. Dimana Sisa biaya kegiatan

dapat di gunakan untuk biaya operasional FKPM.

Selain membuat proposal dalam kegiatan diskusi, untuk

mengatasi besarnya biaya operasional dalam membantu

penyelesaian permasalahan di masyarakat, anggota FKPM

beriuran sendiri.

2. Kendala yang Bersumber dari Internal Pulutan

a. Kuranya perhatian masyarakat dalam tertib hukum

Kuranya kesadaran masyarakat terhadap ketertiban hukum

menjadi ancaman keamanan lingkungan. sehingga perlu diadakan

penyuluhan yang berkesinambungan kepada berbagai lapisan

masyarakat agar hukum itu ada untuk di taati,untuk keharmonisan

masyarakat itu sendiri. Dalam rangka mendorog kesadaran

masyarakat terhadap hukum FKPM mengadakan promosi tertib

hukum sebagai berikut :


76

1) Touring tertib lalu lintas.

2) Penyuluhan sadar hukum.

3) Melestarikan musik tradisional sebagai media komunikasi.

4) Mendorong partisipasi masyarakat dalam menggalakkan

siskampling.

5) Mendorong masyarakat untuk membangun gardu poskampling.

6) Merintis turnamen olah raga untuk membangun sportifitas.

b. Masyarakat belum mengetahui tentang peran FKPM

Untuk menujang pengetahuan masyarakat mengenai FKPM,

anggota FKPM dalam berbagai kesempatan menyampaikan

perannya dalam masyarakat, dan juga menerbitkan buletin yang

diberi nama Dara Muluk.

3. Kendala yang Bersumber dari Eksternal Pulutan

Letak kelurahan pulutan yang dilalui jalan baru lingkar salatiga

memiliki dampak terhadap gangguan di masyarakat, yaitu sering

diggunakannya jalan sebagai ajang balap motor atau lebih dikenal

dengan trek-trekan pada malam hari, hal ini telah menimbulkan

keresahan di masyarakat sekitar. Masyarakat yang merasa terganggu

kemudian melaporkan kegiatan trek-trekan tersebut kepada Ketua

FKPM BP HM Syafi‟i.

Untuk merespon laporan masyarakat tersebut Ketua FKPM

menghubungi pihak Kepolisian ketika ajang trek-trekan terjadi, tidak

sampai 10 menit polisi datang ke lokasi, kemudian peserta ajang pun


77

pergi meninggalkan lokasi namun setelah polisi meninggalkan lokasi

mereka kembali lagi.Kejadian ini sudah berkali-kali dan selalu begitu,

mereka kembali setelah polisi pergi.

Untuk mengatasi gangguan trek-trekan, terakhir dilakukan

dengan pengerahan masa oleh warga pulutan, salah satu sepeda motor

peserta ajang di rusak masa. Hal ini pun belum menghentikan ajang

balab motor liar tersebut. Namun paling tidak mampu mengurangi

intensitasnya.
78

BAB IV

PERAN FKPM PULUTAN SEBAGAI MEDIATOR

A. Peran FKPM dalam Pandangan Hukum Islam

Al-Qur‟an dan Hadist Nabi menganjurkan pihak yang bersengkete

menempuh jalur sulh dalam menyelesaikan sengketa, baik di depan

pengadilan maupun di luar pengadilan. Sulhmemberikan kesempatan para

pihak untuk memikirkan jalan terbaik penyelesaian sengketa, dan mereka

tidak lagi terpaku secara ketat pada pengajuan alat bukti. Para pihak

memiliki kebebasan mencari jalan keluar agar sengketa mereka dapat di

akhiri. Sebagai mana tercantum dalam al-Qur‟an Allah Subhanahu

Wata‟ala berfirman yang artinya :

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali

bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh memberikan sedekah, atau berbuat

makruf atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barang siapa

berbuat demikian karena mencari keridhan Allah, maka kelak kami memberi

kepadanya pahala yang besar.(an-Nisa‟ : 114)

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman yang artinya :

Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka


damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim
terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat
zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika
golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanllah
antara keduanya dan berlaku adilah.”sesungguhnya, orang-orang mukmin
itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua sadaramu (yang
79

berselisih) dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat


rahmat.”(QS.Al-Hujurat (49) : 9-10)
Dalam ayat di atas cukup jelas bahwa mendamaikan pihak-pihak

yang berselisih merupakan menjalankan perintah Agama, bagi yang

melaksanakannya akan mendapatkan pahala yang besar disisi-Nya.

Dalam Hadist yang diriwayatkan at-Titmizi diterangkan,


artinya:“Sulh adalah sesuatu yang harus ada di antara kaum muslimin,
kecuali suatu perdamaian yang menghalalkan yang haram atau
mengharamkan yang halal, dan kaum muslimin terikat dengan janji mereka,
kecuali janjin yang menharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram”
(at-Tirmidzi).(Abbas, 2009 :161) Maka, sebuah perjanjian sah dan
wajib untuk ditaati apabila isi dari perjanjian perdamain itu tidak
termasuk kedalam pengertian hadist diatas.
FKPM adalah sebuah organisasi yang pendiriannya di prakarsai oleh

kepolisian yang memiliki tugas menyelesaikan gangguan keamanan dan

gangguan ketertiban yang terjadi dan atau bersumber dari kehidupan

masyarakar setempat. Prinsip penyelesaian perkara yang dilakukan FKPM

yaitu penyelesaian secara kekeluargaan, damai, bermartabat dan

manusiawi. Dimana masing-masing pihak yang berperkara diposisikan

bukan sebagai pihak yang berlawaman, tetapi sebagai pihak yang

mengalami permasalahan yang memerlukan bantuan. Berikut ini kutipan

wawancara dengan Ketua FKPM Pulutan Bapak Syafi‟i:

Awal terbentuk FKPM, pertama tejadi kasus tawuran antra anak


Rw 03 dan Rw 02,karena kesalah pahaman. Waktu itu yang namaya
FKPM belum dikenal di masyarakat kemudian kita buat acara-acara tokoh-
tokohnya kita undang untuk menyelesaikan permsalahan. Kita tidak bisa
menghakimi satu per satu,tapi kita beri peluang yang sama untuk
menyampaikan persoalanya itu apa?setelah kita ketahui baru kita cari jalan
keluar,kalo suatu pelangaran tindak pidana bisa kita adukan ke ranah
hukum, dan mereka harus tau akibtnya bermacam meninggalkan keluarga,
menanggung biaya, dan pasti ada yg menang dan ada yang kalah, dan lain
80

halnya kalo persoalan ini di selesaikan secara kekeluargaan melalui FKPM


secara damai, akar permasalanya apa kemudian kita cari solusinya,apakah
mereka bisa menerima,kalo mereka menerima, mereka akhirnya akan saling
memaafkan dan kita tuangkan dalam SKB(Surat Kesepakatan Bersama)
diatas meterai. Ini berlaku pada mereka untuk tidak mengulangi lagi dan
mereka harus lebih baik,prinsipnya penyelesaian di masyarakat ini degan
damai,kekeluargaan, manusiawi bermartabat.
Untuk membantu menyelesaiakan sebuah perkara peneliti

menemukan bahwa ketua FKPM yang di dampingi Bhabinkamtibmas

setempat bersama-sama dengan beberapa Anggota FKPM lainya

memfasilitasi pertemuan para pihakdan beberapa kerabat dekatnya untuk

mengklarifikasi pernasalahan yang terjadi, guna mengetahui akar

permasalanya, untuk dicarikan solusi. Dalam kesempatan ini disampaikan

pula kepada dua belah pihak yang berperkara beberapa opsi penyelesaian

dengan masing-masing akibatnya. Kemudian keputusan diserahkan kepada

pihak-pihak yang berperkara.

Tidak terdapatnya unsur paksaan dalam proses penyelesaian di

FKPM menunjukan peran FKPM hanya sebagai pihak ketiga yang

memfasilitasi berbagai keperluan demi tercapainya perdamaian diantara

para pihak yang berperkara.

Bahkan dalam penjelasanya ketua FKPM terkadang menolak

menggunakan BKPM untuk menghindari kesan menghakimi dan

menghindari perhatian masyarakat. FKPM terkadang malah memilih

tempat-tempat lain seperti warung, rumah salah satupihak yang berperkara

atau tempat lain untuk dapat mencairkan suasana sehingga sasaran dapat

tercapai.
81

Uraian diatas menunjukkan bahwa penyelesaian melalui FKPM lebih

sederhana, cepat, dan mampu memperbaiki hubungan para pihak, sehingga

suasana kembali kondusif. Dalam hal ini penyelesaian melalui FKPM

sesuai dengan perintah al-Qur‟an, dimana dengan perdamaian dapat

memuaskan para pihak, dan tidak ada yang merasa menang dan kalah

dalam penyelesaian sengketa mereka. Perdamaian dapat mengantarkan

pada ketentraman hati, kepuasan dan yang paling penting adalah dapat

memperkuat silaturahmi para pihak yang bersengketa.

Dalam buku Wira – Wiri FKPM Pulutan tercatat sebagian besar

perkara/kasus dapat diselesaikan, baik itu permasalahan sosial, perkara

perdata, tindak pidana ringan, bahkan perkara/kasus tindak pidana berat

pun pernah diselesaikan oleh FKPM Kelurahan pulutan, yaitu ancaman

pembunuhan dan pencurian siang hari di sebuah rumah yang disertai

pengkrusakan yang kemudian diketahui pelakunya adalah warga pulutan

sendiri.

Netralitas FKPM terlihat dari kepercayaan masyarakat terhadap

organisasin ini. Ketokohan Ketua FKPM H. M Syafi‟i sebagai orang yang

disegani yang memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat

menjadi faktor penting dalam penyelesaian berbagai perkara/kasus.

Sehingga masyarakat tidak merasa canggung untuk melaporkan berbagai

persoalannya. Dengan merespon secepat mungkin setiap adanya laporan

diharapkan kondisi masyarakat atau pihak-pihak yang berperkara dapat

tenang dan dapat segera kembali beraktifitas sepertibiasanya dengan aman


82

dan nyaman. Hal ini senada dengan tujuan FKPM pulutan yaitu

meningkatkan indikator keamanan, ketentraman, dan ketertiban

masyarakat sehingga masyarakat dapat dengan nyaman melakukan

aktifitasnya sehari-hari.

B. FKPM dan Penyelesaian Perkara-Perkara Hukum

Menurut M.H. Tirtamidjaja,S.H,Hukum ialah semua aturan (norma)

yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan

hidup dengan ancaman meski mengganti kerugian – jika melanggar

aturan-aturan itu – akan membahayakan diri sendiri atau harta,

umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaanya, didenda, dan

sebagainya.

Hukum yang selalu melekat pada manusia yang bermasyarakat,

dengan berbagai peran hukum, maka hukum memiliki fungsi :

“menertibkan dan mengatur pergaulan dalam masyarakat serta

menyelesaikan masalah-masalah yang timbul.”

Adapun hukum menurut Kansil memiliki tujuan yaitu untuk

menjamin adanya kepastian hukum masyarakat dan hukum itu pula harus

bersendikan pada keadilan, yaitu keadilan pada masyarakat itu.

Apeldoorn dalam bukunya disebutkan tujuan hukum adalah

mengatur pergaulan hidup secara damai. Hukum menghendaki

perdamaian.
83

Perdamain diantara manusia dipertahankan oleh hukum dengan

melindungi kepentingan-kepentingan manusia yang tertentu, kehormatan,

kemerdekaan, jiwa harta benda dsb.

Kepentingan dari perseorangan dan kepentingan dari golongan-

golongan manusia selalu bertentangan satu sama lain. Pertentangan ini

selalu akan menyebabkan pertikaian, bahkan peperangan antar semua

orang melawan semua orang, jika hukum tidak bertindak sebagai perantara

untuk mempertahankan perdamaian. Dan hukum mempertahankan

perdamaian dengan menimbang kepentingan yang bertentangan secara

teliti dan mengadakan keseimbangan di antara keduanya, karena hukum

hanya dapat mencapai tujuan (mengatur pergaulan hidup secara damai)

ijka ia menuju peraturan yang adil.

FKPM Pulutan sebagai organisasi masyarakat yang pembentukannya

diupayakan oleh kepolisian yang dalam kegiatannya didampingi oleh

seorang petugas Polmas, berusaha membantu menyelesaikan perkara-

perkara hukum yang dihadapi masyarakat setempat. Dalam buku Wira –

wiri yang sebagian besar merupakan laporan tindak kejahatan baik yang

terjadi di lingkungan Kelurahan Pulutan dengan warga sebagai korban,

ataupun laporan kejadian yang terjadi diluar Kelurahan Pulutan dengan

warga sebagai korbannya.

Laporan yang masuk di FKPM sangat komplek dari permasalahan

sosial, pencurian, persoalan rumah tangga, warisan hingga tindak pidana

berat seperti curanmor, pencurian ternak, percobaan pembunuhan,


84

perampokan, dan penipuan. Sebagian besar laporan tersebut dapat

diselesaikan oleh FKPM terkecuali curanmor dan sebagaian kecelakaan

lalu – lintas .

Berikut ini data penyelesain perkara melalui FKPM berdasarkan

buku wira – wiri: Pertikaian antar warga 7 perkara, tindak pidana ringan 5

perkara, perkara perdata 4, dan permasalahan sosial 16. Hal ini

menunjukkan kepercayaan masyarakat pada organisasi ini cukup

tingi.Selain itu terekam dalam buku wira – wiri ,penyelesaian tindak

pidana berat 7 perkara, dan kecelakaan lalu – lintas 7 perkara.

Mengenai kasus kecelakan lalu lintas terjadi perbedaan pendapat

antara Ketua FKPM Bp, syafi‟i dengan Bhabinkamtibmas Pulutan AIPTU

Darsono. Bp. Syafi‟i berpendapat penyelesaian dengan damai adalah untuk

membantu para pihak dalam menyelesaian persoalanya, melalui beberapa

alternatif penyelesaian yang berdasakan pada akar permasalahannya.

Sedangkan AIPTU Darsono berpendapat bahwa kecelakaan lalu – lintas

bisa saja mengakibatkan salah satu pihak luka dalam yang baru

terasa/diketahui setelah kesepakatan damai di buat. Yang kemudian akan

menuntut FKPM selaku pihak yang menbantu dalam proses

perdamaian.Adanya perbedaan cara pandang inilah kemudian dibuat

aturan bahwa penyelesaian Kecelakaan lalu lintas oleh FKPMharus di

laporkan ke kepolisian, mengenai kronologi kejadian dan bentuk

penyelesaiannya.
85

Banyaknya perkara yang berhasil diselesaiakan oleh FKPM

menunjukkan efektifitas organisasi ini untuk membantu tugas-tugas polisi

yang sejatinya juga merupakan tangggung jawab setiap warga negara

Indonesia berdasarka UUDNRI 1945 Pasal 30 ayat 1.

Tidak semua organisasi FKPM di salatiga mampu bekerja

sebagaimana FKPM di Kelurahan Pulutan, menurut salah satu kasad

BINMAS, hanya FKPM Kelurahan Pulutan dan Kutowinangun yang

memiliki catatan lengkap dan aktif membantu masyarakat

menyelesaiakan permasalahan yang dihadapinya. Padahal disetiap

Kelurahan di salatiga telah terbentuk FKPM.

FKPM Pulutan telah melaksanakan program Polmas sebagaimana

dalam Skep Kapolri No: 433/VII/2006 tentang Panduan Operasionalisasi

Polmas,tugas dan kewajiban telah dijalankan dengan baik. Meskipun

peneliti juga menemukan penyelesaian perkara yang diluar wewenang

FKPM, yaitu penyelesaian perkara tindak pidana berat dan perkara

kecelakaan lalu – lintas. Namun kenyataanya sampai saat ini FKPM telah

mampu menurunkan tingkat kejahatan di kelurahan Pulutan.

Konsep penyelesaian melalui FKPM telah sesui dengan penyelesaia

dalam teori konflik yaitu: Meningkatkan komunikasi dan saling pengertian

antara kelompok-kelompok yang mengalami konflik, Mengusahakan

toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang

ada di dalamnya, Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk

memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu, dan


86

memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan

kepentingan-kepentingan mereka, dari pada posisi yang sudah tetap,

Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk mengidentifikasi

dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, dan

mengahasilkan pilihan-pilihan untuk memenihi kebutuhan itu.

C. Kendala Penyelesaian Perkara-Perkara Hukum di Kelurahan Pulutan

Kendala paling menonjol yang dihadapi FKPM Kelurahan Pulutan

adalah biaya operasional yang cukup besar dan gangguan keamanan yang

bersumber dari eksternal pulutan.

1. Kendala Operasional

Dalam kegiatanya FKPM memiliki tugas sebagai mana diatur

dalam Skep Kapolri No: 433/VII/2006 adalah melaksanakan

kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan operasionalisasi polmas dan

mendorong berfunsinya pranata polmas dalam rangka menyelesaikan

ganguan keamanan dan ketertiban yang terjadi dan atau bersumber

dari kehidupan masyarakat setempat.

Dalam menjalankan tugasnya FKPM mendapatkan hak fasilitas

materiil maupun non materiil sesuai yang di tetapkan atau di sepakati

forum kusus aparat Desa dan dukungan warga dan mendapat

dukungan anggaran dari pemerintanh sepanjang tercantum dalam

rangaka pembinaan kamtibmas dan peningakatan kualitas hidup

masyarakat.
87

Kenyataan dilapangan didapaatkan bahwa selama ini biaya

operasional FKPM di peroleh dari dua jalur, jalur formal dan jalur

informal. Jalur formal di peroleh dari dari APBD kelurahan Pulutan

dan kepolisian salatiga. Namun ini tidak berlangsung lama, selama

operasionalnya bantuan diberikan kurang lebih 3 (tiga) kali.

Sedangkan jalur in formal, FKPM memperoleh biaya

operasional dari LSM. Dalam kegiatan-kegiatannya FKPM mendapat

respon dari salah satu LSM di salatiga, bantuan dana pun di berikan.

Jika terdapat sisa anggaran kegiatan seperti seminar tidak di bagikan

ke anggota, melaikan disimpan unutk biaya keperluan lain yang

mendesak nantinya.

Untuk menutup kekurangan biaya operasional FKPM selama

ini, anggota FKPM beriuran sendiri demi terlaksananya program dan

penyelesaian permasalahan. Menurut Bp. Syafi‟i iuran ini tidak

menjadi masalah, karena mampu membantu menyelesaikan

permasalahan orang lain demi terciptanya masyarakat yang aman,

damai di lingkungannya.

Menurut penulis sebuah program sebagus apapun tidak akan

dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan biaya/anggaran yang

memadai. Ini terbukti hanya beberapa kelurahan saja di salatiga yang

mamapu menjalankan tugasnya dengan baik.

2. Kendala Eksternal Pulutan


88

Dampak dari dibukanya jalan lingkar salatiga adalah

meningkatnya aktivitas masyarakat yang berpusat di jalan yang berada

di wilayah kelurahan pulutan, baik siang hari maupun malam hari.

Aktivitas masyarakat yang dianggap sering menggangu masyarakat

pulutan adalah kegiatan balap motor atau trek-trekkan.

Dalam merespon laporan dari masyarakat ketua FKPM pun

bertindak cepat dengan menghubungi pihak kepolisian untuk

membubarkan ajang tersebut. Kurang dari sepuluh menitpun polisi

telah sampe di TKP, dan pelaku trek-trekkanpun berhamburan pergi

meninggalkan lokasi. Nampaknya pembubaran yang di lakukan polisi

hanya bersifat sementara karena pelaku trek-trekkan kembali lagi

setelah polisi meninggalkan tempat.

Adanya bek-up dari oknum polisi dalam ajang balap motor

tersebut, membuat pelaku trek-trekkan tidak merasa takut berbuat

onar. Lagi-lagi polisi bukannya memberikan rasa aman terhadap

masyarakat, ini malah mendukung terciptanya gangguan di

masyarakat.

Ketidak tegasan aparat kepolisian dalam menangani masalah

dan anggotanya yang menjadi pembek-up suatu ajang atau

perkumpulan-perkumpulan yang mengganggu keamanan dan

ketertiban masyarakat, akan semakin menambah ketidak percayaan

masyarakat terhadap polisi. Ketidak percayaan masyarakat dapat

mendorong masyarakat untuk mengambil tindakan sendiri dalam


89

mengatasi persoalannya. Jika terjadi semacam ini sebuah masalah

akan dapat menimbulkan rentetan masalah yang baru.

Dalam pemberantasan trek-trekkan di pulutan pada akhirnya

juga menggunakan pengerahan masa, yang berakibat dirusaknya salah

satu sepeda motor pelaku yang berasil di tangkap. Hal ini di dorong

karena ketidak tegasan polisi mengatasi persoalan trek-trekkan,

sehingga masyarakat menganbil tindakan sendiri. Dalam negara

hukum harusnya pengerahan masa tidak boleh terjadi, karena dapat

mendorong pada perbuatan anarki yang pada akhirnya akan

merugikan masyarakat itu sendiri.


90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peran FKPM sebagai mediator dalam membantu penyelesaian perkara-

perkara hukum sesui dengan perintah al-Qur‟an surat al-Hujurat (49) :

9-10 dan hadist Nabi SAW. Sebagai penengah (mediator) dalam

membantu menyelesaikan perkara-perkara hukum dimasyarakat

FKPM mengedepankan cara kekeluargaan, damai, manusiawi dan

bermartabat, dimana dalam pengangkatannya sebagai mediator para

pihak hanya memberikan persetujuan agar perkara mereka diselesaikan

melalui FKPM sebagai pihak ke tiga (mediator), yang dipimpin oleh

Ketua FKPM sebagai tokoh masyarakat yang dihadiri korban dan

pelaku serta keluarga para pihak dan beberapa anggota FKPM. Selaian

itu FKPM sangat berperan sebagai pendidik masyarakat dengan

memberikan penyuluhan Kamtibmas, menerima berbagai laporan

ganggungan keamanan dan merespon secepat mungkin, dan membantu

mencarikan solusi penyelesaiannya. Sehingga persoalan dapat cepat

selesai, biaya murah dan para pihak dapat segera beraktifitas seperti

biasa, dan yang lebih penting untuk masa yang akan datang adalah

memperbaiki hubungan silaturrahmi para pihak.

2. Segala aktivitas FKPM tidak terlepas dari kontrol Kepolisian, dimana

dalam melakukan penyelesaian perkara lebih mengedepankan upaya

damai bagi para pihak. Dalam melakukan kegiatanya FKPM akan


91

didampingin seorang Bhabinkamtibmas setempat, yang dalam struktur

organisasinya sebagai wakil dari ketua FKPM. Bhabinkamtibmas

adalah pihak Kepolisian yang pertama akan menerima laporan dari

Ketua FKPM jika sewaktu-waktu di daerahnya terjadi gangguan

keamanan.

3. Dalam menjalankan operasionalnya FKPM Pulutan menghadapi

berbagai kendala, yaitu kendala operasional FKPM, seperti kurangnya

kemampuan FKPM dalam menyelesaikan masalah, belum adanya

BKPM sebagai Pos skertariat dan besarnya biaya operasional. kendala

yang bersumber dari internal, meliputi kurangnya perhatian

masyarakat tentang tertib hukum dan masyarakat belum mengetahui

tentang peran FKPM. Yang terakhir adalah kendala yang bersumber

dari eksternal seperti ajang balap motor liar di jalan lingkar salatiga.

Dalam mengatasi kendala-kendala tersebut, FKPM Pulutan selalu

berkoordinasi dengan berbagai pihak seperti konsoltasi ke Polres,

mengadakan pelatihan penanganan perkara, mengadakan pertemuan

rutin antar anggota FKPM, dan menghadiri pertemuan-pertemuan rutin

yang ada di masyarakat untuk memberikan penyuluhan akan

pentingnya ketertiban dan keamanan lingkungan. Sebagian besar

kendala yang ada dapat diatasi oleh FKPM Pulutan, kecuali kendala

yang bersumber dari eksternal Pulutan, ketidak jelasan pelaku dan

adanya oknum polisi yang membek-up menjadi faktor tidak dapat

dilakukan penyelesaian melalui FKPM. Dalam hal ini FKPM


92

memberikan arahan kepada warga untuk selalu waspada dan memiliki

kepedulian terhadap hal-hal yang mencurigakan untuk mencegah

tindak kejahatan.

B. Saran

1. Bagi penulis perbaiki diri dengan terus memupuk rasa kepedulian

dengan sesama, terus melatih kesabaran, dan menjaga keikhlasaan

dalam berbuat sebagai kunci kesuksesan.

2. POLRI Sebagai institusi yang telah melahirkan FKPM sebagai

program dalam melaksanakan sebagian tugas-tugasnya yang langsung

berhubungan dengan masyarakat sebagai entitas yang dilayaninya,

hendaknya memberikan bantuan berupa biaya opersional sebagai

penghargaan atas keberhasilannya dalam menjalankan tugas-tugasnya

sebagaimana tertuang dalam Skep Kapolri No: 433/VII/2006,

khususnya bagi FKPM-FKPM yang berperan aktif membantu

persoalan di masyarakat.

3. Dalm pembentukan FKPM perlu membekali anggota-anggota FKPM

dengan pengetahuan tentang teknik mediator, karena proses

penyelesaian yang dilakukan FKPM lebih mengutamakan upaya-

upaya damai (mediasi) sehingga dapat mendorong keberhasilan dalam

proses penyelesaian di FKPM.


DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Syahrizal. 2011.Mediasi Dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum
Nasional, Jakarta : Prenada Media Grop.

Apeldoorn, L. J. Van. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Pradnya Paramita

Dirdjosiworo, soejono. 2010. Pengantar Ilmu Hukum, cet 14. Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada.

Emzir. 2010. Metodologi Kualitatif : Analisis Data, Cet 2. Jakarta : Raja Wali Pers.

Fajri dan senja. tth. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta : Difa Publiser

Farkhani. 2009. Pengantar Ilmu Hukum, Salatiga : STAIN Salatiga Press.

Hidayatullah. 2012. Alternatif Penyelesaian Tindak Pidana Ringan Melalui Forum


Kemitraan Polisi – Masyarakat (FKPM) (Studi Kasus DI Polres Salatiga).
Disertasi tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Hukum UNDIP Semarang

Kansil C.T.S. 1999. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia jilit I, Cet 10.
Jakarta : Balai Pustaka.

___________1993. Pengantar ilmu Hukum dan Tata Hukum Indinesia jilid II, cet 9.
Jakarta : Balai Pustaka.

Katsir, Ibnu. tth. Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsir. Terjemahan oleh H. Salim
Bahreisy dan H. Said Bahreisy. Edisi revisi 2004. Surabaya : PT. Bina
Ilmu.

Mahfud MD, Moh. 1999. Hukum Dan Pilar-Pilar Demokrasai,Yogjakarta : Gama


Media.

Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet 25. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.

Setia, Hadi Tunggal. 2001. Ketetapan MPR 2001, 2000 dan Perubahan I & II UUD
1945, Jakarta : Harvindo

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. 2011. Cet. Ke-10. Jakarta : Sinar Grafika.
Skep Kapolri NO : 433/VII/2006, tentang operasiolalisasi POLMAS.

Perma No. 1 Tahun 2008.

Internet

Farih/Hoery-Portal, 27 september 2012. Dr. Hidayatullah Rekomendasikan


Penyelesaian “Pidana Ringan” Melalui FKPM.
(http://umk.ac.id/index.php/beranda/857, diakses 30 januari 2015)

Muchammad Zainudin, 2014. Mediasi Perbangkan sebagai Alternatif Penyelesaian


Sengkata di Luar Pengadilan, (Online),
(http://Maulidindarma.blogspot.com/2014/02, diakses 31 januari 2015)

Wahono, Ary, 2009. Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM): Sebuah
Pendekatan Perpolisian Untuk Membangun Citra Polisi, (Online),Vol.11, No. 1,
(http://library.um.ac.id/../39544.html, diakses 3 Januari 2015)

http://randyrinaldi.blogspot.com : bagaimana kondisi hukum dan penegakan hukum


Indonesia. Diakses 30 januari 2015)

http://akitiano.blogspot.com/2008/fungsidan.html: Pengertian, Unsur, Ciri, Sifat, dan


Tujuan Hukum. Diakses 31januari 20015)

http://mimbarjumat.com/archive/1087 :Menegakkan Hukum dan Keadilan menurut


syariat Allah SWT. Diaksea 31 Januari 2015.

http://jeckprodeswijaya.blogspot.com/2013: Pengertian dan teori konflik sosial.


Diakses 31 januari 2015

www.tenagasosial.com//2013/08: Delik Atas Kejahatan dan Pelanggaran. Diakses 31


januari 2015.

http://alawiyahtuti18.blogspot.com/2011/04 : As-Shulhu (Perdamaian). diakses 2


Januari 2015
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK KETUA FKPM KELURAHAN

PULUTAN

1. Mulai kapan terbentuknya FKPM di kelurahan pulutan ini?

2. Kasus-kasus apa saja yang di temui dan dapat diselesaikan oleh FKPM?

3. Bagaimana sambutan masyarakat terhadap FKPM di kelurahan Pulutan?

4. Yang di maksud dengan buku wira-wiri?

5. Apa saja kegiatan-kegiatan rutin FKPM?

6. Bagaimana masyarakat berkomunikasi dengan anggota FKPM?

7. Daerah yang menjadi pantauan khusus FKPM (rawan terjadi konflik)?

8. Bagaimana potensi konflik/kejahatan di kelurahan Pulutan?

9. Profil kelurahan pulutan?

a. Keadaan / letak geografis?

b. Cakupan wilayah kelurahan Pulutan (berapa dsn. Dan berapa Rt.)?

c. Latar belakang masyarakat (pendidikan dan mata pencaharian)

10. Kendala/hambatan apa saja yang dihadapi FKPM Pulutan?


PERTANYAAN UNTUK PETUGAS POLAMAS

1. Sejak kapan bpk. Sebagai petugas Pomas Kelurahan pulutan?

2. Bagaimana tingkat kejahatan di Kelurahan Pulutan?

3. Kasus apa saja yang terjadi dan berhasil di tangani?

4. Bagaimana kondisi keamanan di Kelurahan Pulutan?

5. Apakah setiap penyelesaian perkara di terbitkan SKB?


TRANSKIP WAWANCARA

1. Bagaimana latar belakang pembentukan FKPM?

“Bersama-bersama antara polisi dan Tokoh masyarakat merencanakan

pembentukan FKPM. FKPM itu mengumpulkan tokoh-tikoh masyarakat

dulul,dalam kaitanya dengan kebutuhan keamanan menurut mereka

bagaimana. pada waktu itu masaih ada geb antara masyarakat dengan

polisi t.dengan adanya Skep Kapolri Nomer : 373 th 2005 tentang strategi

penerapan perpolisian masyarakat kebijakan polri .disitu msyarakat sejajar

dengan polisi untuk apa? untuk bersama-sama menciptakan kondisi

masayarakat yang kondusif. yang namanya keamanan ternyata merupakan

kebutuhan bersama kemudian dibentuklah FKPM. Karena kebutuhan,

yang didukung dengan payung hukum Skep Kapolri Nomer: 373 dimana

msyarakat diberi peluang untuk bersama-sama dengan polisi untuk

membangun masyarakat yang aman, karena merupakan suatu kebutuhan

menurut tokoh di bentuklah FKPM. yang pertama, kita mengadakan

inventarisasi permasalahan di msyarakat dalam bidang keamanan,

kemudian dibuat skala prioritas cara-cara penangan.”

2. Bagaimana contoh penanganan kasus/perkara?

a. “Awal terbentuk FKPM pertama terjadi kasus tawuran antara anak Rw

03 dan Rw 02, karena kesalah pahaman. waktu itu yang namaya

FKPM belum dikenal di masyarakat kemudian kita buat acara-acara,

tokoh-tokohnya kita undang untuk menyelesaikan permasalahan. Kita

tidak bisa menghakimi satu per satu, tapi kita beri peluang yang sama
untuk menyampaikn persoalanya itu apa? stelah kita ketahui baru kita

cari jalan keluar, kalo suatu pelangaran tindak pidana bisa kita adukan

ke ranah hukum, dan mereka harus tau akibtnya bermacam-masam

meninggalkan keluaega, menanggung biaya, dan pasti ada yang

menang dan ada yang kalah, dan lain halnya apabila kalo persoalan ini

di selesaikan secara kekeluargaan melalui FKPM secara damai, akar

permasalanya apa kemudian kita cari solusinya, apakah mereka bisa

menerima, kalo mereka menerima mereka akhirnya akan saling

memaafkan dan kita tuangkan dalam SKB (surat kesepakatan

bersama), diatas meterai. Ini berlaku pada mereka untuk tidak

mengulangi lagi dan mereka harus lebih baik, prinsipnya penyelesaian

di masyarakat ini dengan damai, kekeluargaan, manusiawi,

bermartabat.”

b. “pernah terjadi pula kasus tawuran dengan warga blotongan, dengan

kronologi ada warga brajan yang lewat pulutan, ngablak yang

mengendarai motor kencang yang diingatkat,salah satu warga ngablak,

karena cara mengigatkannya itu dengan kata-kata mungkin kasar

karena anak muda trus emosi, yang kemudian pulang. terus balik lagi

dengan membawa teman-temannya terus ngajak berantem di pulutan.

Kemudian kita undang tokoh masyarakat yang disana dan ustad,

kemudian ketua FKPM blotongan juga hadir dan akhirnya mereka

menerima untuk diselesaikan secara damai.”


c. “kasus kecelakan seorang warga di tabrak mobil penggergaji,kemudian

korban di bawa k RSU. Ketua FKPM menyusul ke RSU, dari pihak

keluarga malah meminta klo jangan di laporkan ke polisi, di kira

kedatangan ketua FKPM dan bhabinkamtibmas ke RSU untuk

melaporkan ke polisi. Padahal untuk membantu proses penyelesaian.

Pihak korban menerima jamian biaya dari penabrak. Sekarang

kondisinya sudah aman. “

3. Kapan FKPM pulutan di bentuk?

“Pembentukan thn 2007. Awal tahun.”

4. Kegiatan rutin apa yang dilakukan untuk menciptakan keamanan?

“kegiatan rutin, kami berkoordinasi dengan cara, mengadakan kegiatan

rutin, kami setiap saat dimana pun, kapan pun ? karena yang namanya

keamanan tidak pandang waktu, jam setengah dua pun langsung ke TKP.

Kita membuka komunikasi dengan ibu-ibu dan anak-anak muda, Rt, Rw

dan Pos kampling, sehingga ada sesuatu itu cepat, ada msalah kita juga

langsung datang ke situ.”

5. Adakah dampak di bukanny JB bagi masyarakat Pulutan?

“Kita menagani lama,kita menjalani komunikasi dengan kelompok-

kelompok masyarakat mungkin jam 1 malam ada yang tergangu karena

ada trek-trekan itu langsung saya laporkan ke polisi langsung polisi datang

mereka pergi, ternyata pelaku trek-trekkan selama ini ada yang membek-

up, ada yang mengkoordinir dan rata-rata bukan orang pulutan. Pas

kejadian polisi datang, dan tiap polisi meninggalkan tempat mereka datang
lagi. Akhirnya kita menggerakan masyarakat membangitkan swadaya

masyarakat dan mereka terpanggil akhirya ketika ada trek-trekan mereka

lansung berkumpul menbawa tongkat, macam-macam alat kami datang itu

mereka langsung lari, ternyata ini sangat efektif sekali, ada yang

terkangkap itu langsung speda motornya di rusak,”boleh di rusak tapi

jangan di bakar”.

6. Bagaimana FKPM menanggulangi curanmor yang marak selama ini?

“Bagaimana untuk curanmor kmi melakukan preventiv. Harus hati-hati

jangan sampai mem buka peluang bagi orang untuk berbuat jahat, karena

terjadinya kejahatan itu ad 3 aspek , niat, ada niat dan ada peluang, ada

tindakan. kita tekankan pada masyarakat jangan sampai membuka peluang

pada orang untuk berbuat jahat. Memang kami juga sampaikan kepada

tidak hanya Bapak-Bapak tapi juga pada ibu-ibu, karena ibu-ibu kan juga

srategis, jadi klo misalnya pada siang hari kan bapak-bapak pada kerja

yang di rumah ibu-ibu merupakan kesempatan yang luar biasa yang

digunakan orang untuk berbuat jahat dengan ber pura-pura sebagai petugas

listrik atau sales atau apa saja, silahkan hati, klo ada seperti itu jangan

lansung di persilahkan masuk rumah dan itu berhasil. pernah ada kejadian

di rumahnya salah saat dosen stain Bpk. faqih. Pembantunya di rumah,

setelah ada komunikasi lansung pembantunya di sekap, dan membawa

hape, yang kemudian hp di berikan kepada anaknya yang sedang mondok

di pesantren dan ketemu di sana. Ada lagi sekitar jam 12 sampe stgh 1

Bapak-bapak pergi salat jumat di masjid. Yang di rumah siapa? Ibu-ibu,


kalo ada orang yang hendak berbuat jahat jenegan priksa, langsung saja

njenengan saja keriberbuat, kegaduhan apakah pukul piring, gelas, atau

mungkin teriak-teriak silahkan. Apalagi kalo kita punya kapasitas untuk

melawan silahkan itu di manfaatkan. Pagi-pagi pas jalan-jalan mau di

rampok langsung dia melawan yang di tendang alat fitalnya, langsung dia

lari tunggag langgang sampai-sampai malah helemnya ketingalan.”

7. Contoh penanganan kasus KDRT

“ Persoalan KDRT, kadang-kadang seorang ibu pun tega berbuat jahat

terhadap suaminya, suatu saat ada seorang laki-laki yang diancam oleh

istrinya, mau di bunuh dan lari k polsek. dari polsek di kembalikan ke

saya, “masalah kaya gini sana di paksafi‟i saja selesai”,kemudian ke

duanya kita undang kita ingin tau akar permasalahannya kalo tau akar

permasalahanya kan kita tahu kira-kira opsi penyelesaianya seperti ini.

silahkan kalo mau di lanjutkan, karena ancaman seperti ini sudah masuk

ranah pidana, njenengan bisa masuk penjara, nanti anak akhirnya

bagaimana karena sudah punya anak, dan nanti njenengan sendiri juga

repot, saya sarankan kalo memang anda tidak mau di penjara ya di

selesaikan saja di sini, masalahnya apa di bicarakan yang baik kalo

memang kesalah pahaman, atau rasa cemburu yang di anggap saja sebagai

suatu cobaan rumah tangga kalo memang menyadari ini sebagai suatu

kesalahan yang langsung saja mintamaaf. akhirnya betul mereka saling

memaafkan, dan akhirnya mereka tanda tangan di sini. dan selang 10


bulan mereka punaya anak lagi. Akhirnya diselesaiakan dengan damai

kekeluargaan.”
Data Laporan / Pengaduan Masyarakat Melalui FKPM Kelurahan Pulutan

Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga berdasarkan buku Wira – Wiri

Tahun 2006 Sampai Dengan 2013

No Tangga Uraian Kejadian Klasifikasi Relasi Tempat penyelesaian keterangan


Perkara Para Pihak Kejadian
Perkara
1. 6-5-06 Laporan sdr Iskandr P ttg adanya Permasala Warga RW Untuk Kesepakatan
pemasangan tratak yg dicurigai han saru Rw menghindari tidak di ketahui
akan digunakan sebagai alat sosial/terk dalam satu kesalah BHABINKAM
kampanye simpatisan salah satu ai pemilu kelurahan pahaman TIBMAS
calon wali kota. kada sepakat tratak di
Keterangan Lurah, tratak di kepala bongakar
pasang untuk pemungutan suara daerah.
(PPS) bukan untuk kampanye
salah satu wali kota.
2. 18-5- Anggota Satpam yang buta huruf Permasala Warga krluraha Berdasarkan Kesepakatan
06 sehingga tdk bisa menjalankan hlan dalam satu n musyawarah RT diketahui
tugas yg berkaitan dgn baca tukis. sosial/usul kelurahan tdk perlu BHABINKAM
Diusulkan oleh Bp. Mup untuk an diganti, ttp TIBMAS
diganti. penggantia diajari baca
n Satpam tulis.
yg buta
huruf
3. 16-9- Anak Fsdhila Rahman Aditya Permasala keluraha Org tua korban Surat peryataan
06 (1Tahun 9 Bln)jatuh kesungai n sosial n membuat surat di ketahui
hanyut dan meninggal. peryataan tdk BHABINKAM
Korban adalah anak luar kawin akan menuntut TIBMAS.
TKI.yang dianggat anak oleh Bp. kpd siapa
Spln. pun.dibuat
Berdasarkan pemeriksaan tdk ada dihadapan ketua
bukti penganiayaan RT.
4. 30-9- Ali Said kecelakaan di jl. Imam Kecelakaa Bukan keluraha Tidak ada Diketahui
06 bonjol. Yg menyebabkan patah n lalu – warga n penyelesaian BHABINKAM
tulang dada. lintas TIBMAS
Korban dirawat di RS dan sepeda
motor ditahan di POLTAS.
5. 5-10- Ditemukan spd motr zuzuku Permasala Tdk ada Keluraha Pemilik spd mtr Diketahui
06 tornado di depan rumah Bp. han sosial para pihak n diberi Bhabinkam
Bastari. pengarahan oleh Tibmas.
Perkembangan diketahui milik Ketua RT agar
Slamet Santoso, warga jati jajar hati-hati
Kab. Smg menitibkan spd
motor. Beri tahu
pemilik rumah
6. 24-10- ASP mabuk jm 23 mlm Pengkroyo Ttg satu RT Diselesaikan scr Diketehui
06 Ybsditegur MAP warga RT 3. kan RT kekeluargaan Bhabinkam
Asp tdk terima dan mengkroyok Tibmas
MAP bersama-sama ABD, NEP,
NP.
7. 3-11- Pemukulan yg dilakukan WP Penganiay tetangga keluraha Diselesaikan Diketahui
06 terhadap SP aan n dengan damai Bhabinkam
dgn syarat: tibmas
Tdk
mengulangi, dan
bersedia
membayar biaya
berobat RP.
700.000
8. 30-1- Pembentukan FKPM di rumah Kegiatan Keluraha
07 Bp. Kusno, BA FKPM n
9. 21-2- Rapat Anggota FKPM dan warga Kegiatan Keluraha
07 ttg pembangunan FKPM n
POSKAMPLING di RW 02 dana
dari swadana sdh tersedia
RP.3.848.000
10. 2-4-07 Samsi Ashar terserempet Kecelakaa tetangga keluraha Berdasarkan Diketahui
kendaraan pemotong kayu milik n lalu – n verivikasi Bhabinkam
jasman lintas pengurus FKPM Tibmas
dan Bhabinkam
Tibmas di RSU
terdapat korban.
Pelaku bersedia
menganti biya
pengobatan. Yg
dituangkan
dalam suratn
kesepakatan
11. 3-4-07 Penganiayaan yang dilakukan JP Penganiay tetangga RT Pelaku bersedia Diketahui
terhadap MP aan membayar Bhabinkam
pengobatan di Tibmas
RS, bersedia
dituntut apabila
tdk mentaati
kesepakatan.
12. 22-4- Laporan kehilangan spd mtr Pencurian Warga keluraha Tidak ada Diketahui
07 suzuki smas milik Wahyu Agus psd motor sebagai n penyelesaian bhabinkam
Aditya pd jam 22.30 korban Tibmas
13. 21-5- MP pinjam nama RNP utk kredit Pemalsuan Paman keluraha MP mengakui
07 sepeda motr. identitas korban n pinjam nama
Ansuran MP tdk lancar, sehingga dan bertanggung
RNP terganggu dengan tagihan- jawab, sehingga
tagihan Dari PT. FIF tdk merugikan
RNP
14. 23-6- Rapat pengurus FKPM, Kegiatan
07 membahas program kerja FKPM FKPM
15. 16-8- Jalan santai dan malam tirakatan Kegiatan
07 FKPM dengan Warga. FKPM
16. 12-9- Pengarahan FKPM seluruh FKPM Kegiatan
di POLERES salatiga FKPM
07

17. 16-9- Sosialisasi FKPM di RT02 dan 03 Kegiatan


07 RW IV FKPM
18. 18-9-  Sosialisai FKPMdi Rt 02 RW Kegiatan Diketahui
07 IV. FKPM Bhabinkamtib
 Sosislisasi FKPM RWII. Kegiatan mas
FKPM
 Laporan kehilangan spd mtr Laporan Warga Keluraha
vega pencurian sebagai n
korban
19. 3-10- Patroli keliling FKPM bersama Kegiatan
07 Bhabinkamtibmas ke pos2 FKPM
kampling
20. 13-10- Pelacakan orang takdikenal di Kegiatan
07 RW 01 dan RW 02 Ketua FKPM FKPM
bersama WArga
21. 17-10- Laporan kehilangan HP milik Laporan Tdk ada Diketahui
07 tamu H. Bastari pencurian pencurian Bhabinkamtib
mas
22. 18-10- Keliling pos kampling bersama Kegiatan
07 Bhabinkamtibmas FKPM
23. 25-10- Laporan kehilangan radio Laporan Tdk ada Diketahui
07 pencurian penyelesaian Bhabinkamtib
mas
24. 30-10- Penggalakan ronda mlm, krn byak Kegiatan
07 pencurian yg pelakunya tdk FKPM
diketahui.
25. 12-11- Rapat FKPM,dilanjutkan Kegiatan
07 perkenalan yg dilanjutkan patroli FKPM
dgn Bhabinkamtibmas
26. 23-12- Ancaman demo dari warga yg Permasala Pengurus RT Dilakukan
07 tidak mendapat pembagian han RT dan sosialisasi ttg
kompor dan gas gratis dari sosial/pem warga syarat warga yg
pemerintah bagian berhak
kompor mendapatkan
gas gratis tabung dan
kompor gratis.
Mengajak
semua pihak
menjaga suasana
kondusif
dilingkungannya
27. 29-12- Laporan kehilangan spd motor Laporan Tdk ada Tdk diketahui
07 honda pencurian penyelesaian Bhabinkamtib
spd motor Mas
Tahun
2008

28. 13-2- Pelecehan seksual yg dilakukan Perbuatan tetangga keluraha Dilakukan Tdk diketahui
08 RP terhadap RPL tdk n pemeriksaan Bhabinkamtibm
menyenan selaput dara oleh as
gkan dokter tdk rusak.
Dilakukan
penyelesaian scr
kekeluargaan
29. 20-2- Permintaan cerai KP istri dari RP Perceraian Suami –  RP meminta Diketahui
08 (perdata) istri maaf Bhabinkamtibm
 KP as
bersikeras
utk cerai
 Saran FKPM
permintaan
cerainya utk
dipikirkan
kembali
30. 21-2-  Pemblokiran jln oleh warga Permasala Pengusaha keluraha Pemilik trus
08 han sosial truk dgn n bersedia
Blotongan, karena truk warga mengganti rugi
pengangkut tanah urug dinilai RP 500.000,-
merusak jln penyelesaianya
 Warga minta ganti rugi 1 jt tdk tertulis
rupiah
31. 24-2- Laporan pemalakan dgn korban pemerasan Pelaku tdk Keluraha Tdk ada Diketahui
08 SP, kehilangan dompet dgn isi diketahui n penyelesaian Bhabinkamtibm
uang RP. 600.000,-, KTP, SIM dgn warga as
dan HP sbgai
korban
32. 8-3-08 Laporan pembobolan rumah dgn Pencurian Warga keluraha Tdk ada Tdk diketahui
korban Sapari, kehilangan uang sebagai n penyelesaian Bhabinkamtibm
dan VCD korban as
33. 2-4-08 Kecelakaan lalu – lintas dgn Kecelakaa Bukan keluraha Pelaku bersedia
korban Rini, pelaku melarikan n lalu - warga n meminta maaf
diri, namun kemudian tertangkap lintas dan mengganti
biaya
pengobatan di
RSU
34. 7-6-08 Laporan kehilangan uang receh di pencurian Warga Tdk ada
SD 02 Pulutan sebagai penyelesaian
korban
35. 6-9-08 Laporan pencurian di rumah, pencurian Warga Tdk ada
kehilangan tabung gas 2 buah dan sebagai penyelesaian
pakaian senilai 600.000,- korban
36. 13-11- Kesalah pahaman antara PP dgn Permasala tetangga RT Dilakukan
08 SP, SP bermaksud membangun han sosial pengecekan
kamar madi yang dipandang akan batas tanah dan
menggangu rumah Rusmini disepakati
pindah lokasi
pembangunan
kamar masdi
37. 14-11- Laporan kehilangan TV atas nama Pencurian Warga keluraha Laporan
08. Dina. Pelapor kos dirumah BP. TV sebagai n kehilangan sdh
Sumarto 2 bln. Pelapor pergi korban lama sehingga
selama 6 bln, setelah kembali sulit dilacak.
Tvnya hilang BP. SP minta
maaf.
38. 27-11- Ada tamu mengaku bernama SP penipuan Warga keluraha Menyarankan
08 dirumah BP. DP yang sebagai n jangan mudah
menawarkan pekerjaan kpd korban percaya dengan
anaknya. Dgn uang pelicin 80jt, orang lain,
sbg tanda kesepakan SP menta dilaorkan ke
uang transpot yang oleh BP. DP Polisi
diberi RP. 300.000,-, pd hr yang
dijanjikan ternyata SP tdk pernah
dtg lagi
39. 6-12- Laporan kehilangan di rumah BP. pencurian Warga Tdk ada
08
Darmo yg kehilangan LCD, sebagai penyelesaian
CPU,monitor,mous,tape korban
Tahun
2009
40. 29-3- Laporan kehilangan kunci rumah Permasala Warga Keluraha Tdk ada
09 han sosial sebagai n penyelesaian
korban
41. 5-5-09 Laporan kehilangan bebek milik Pencurian Warga Keluraha Tdk ada
BP. Najamudin RT 01/RW 03 ternak sebagai n penyelesaian
senilai RP.1.120.000 korban
42. 28-5- Slamet Riya di datangi orang pemerasan Warga keluraha Laporan
09 berpakaian tentara dan meminta sebagai n diteruskan ke
paksa HP korban Polsek dan
dianjurkan
diteruskan ke
Denpom
43. 9-7-09 Laporan kehilangan SPD motor Pencurian Warga keluraha Tdk ada
milik Gino sekitar pukul 11 – 15 sdp motor sebagai n penyelesaian
korban
44. 17-9- Penemuan tas di gereja Bethel Penemuan Warga yg keluraha Tas diserahkan
09 oleh Zaenab, atas nama Andreas barang menemuka n ke Polsek
Bambang Ismanto n barang
45. 28-9- Dilaporkan ADSP warga wono Permasala keluraha Yg
09 giri yg tdk bawa identitas tdr di han n bersangkutan
Masjid sosial/oran diantar ke
g asing polsek
mencuriga
kan
46. 19-10- Pengaduan batas tanahyg Kasus tetangga RT
09 disampaikan BP. SP warga RT 02 perdata/ba
RW 05 berkaitan BP. AP yg akan tas tanah
mensertifikatkan tanahnya yg
berbatasan dgn tanah BP. SP
47. 28-10- Laporan LP yang diancam akan di Ancaman Warga keluraha Tdk ada
09 bacok oleh warga Ngentaksari pembunuh sebagai n penyelesaian
an korban
Tahun
2010
48. 15-1- Laporan Abidin, bahwa neneknya pencurian Warga keluraha Diteruskan ke
10 kehilangan uang dan perhiasan sebagai n Polsek
emas korban
49. 4-2-10 Laka – Lantas korban Sigit Kecelakaa Warga keluraha Dilanjutkan ke
Sunardi, pelaku bertanggung n lalu sebagai n Polsek
jawab dgn membawa korban ke lintas korban
RS
50. 10-4- laporan KAP yg menangkap RP Tindak tetangga RT  Ibu RP
10 anak AWP dan AP anak JP yg pidana mengakui
mencuri uang di wrg mb Nlaporan ringan anaknya
KAP yg menangkap RP anak
AWP dan AP anak JP yg mencuri mencuri uang
uang di wrg mb NP.NP mengaku RP. 100rb
telah kehilangan uang sebanyak 3  Keduanya
kali, menurut pengakuan uang menyesal dan
curian digunakan utk main Plays bersedia
stasion. KAP meminta FKPM meminta maaf
menyelesaikan secara kpd korban
kekeluargaan.  Saran FKPM
pengawasan
anak
ditingkatkan,
jgn
menggunakan
kekerasan.
51. 5-510  Laporan KP yg kehilangan HP Tindak tetangga RT  Bp. Dari RP
merk Soni Ericson pidana mengembalika
 HP ditemukan WAP yg menurut anak n HP milik KP
pengakuan RP dia yg mencuri ,pencurian  Keduanya
 Keterangan KP mmg RP habis ringan saling
main dirumahnya memaafkan
 KP minta diselesaikan scr dan sepakat
kekeluargaan tdk akan
menuntut dan
berjanji rukun
kembali
 Diakhiri dgn
foto bersama
52. 18-6- Permasalahan keluarga Kasus Keluarga rumah Diselesaikan scr
10 perdata kekeluargaan
melalui
FKPM.kedua
belah pihak
menandatangani
surat
kesepakatan
53. 28-9-  Laporan ibu HP, ibu dari LP yg Hubungan Warga keluraha  Sepakat
10 melaporkan LP telah disetubuhi gelap sebagai n diselesaikan
pacarnya yg bernama YP korban scr
 YP semakin menjauh kekeluargaan
 Tuntutan pelapor agar YP  YP tdk siap
menikahi LP menikahi LP
 Jika hasil lap
LP hamil,YP
bersedia
menikahinya
Tahun
2011
54. 23-2-  TSP pengembang yg akan Permasala Pengemba keluraha  TSP bersedia
11 membangu perumahan di Blok han sosial ng dgn n memperbaiki
sewarung kel.Pulutan warga kerusakan jln
 Dalam melaksanakan (RT) yg diakibatkan
pembangunan menimbulkan pembangunan
kerusakan jln, saluran air dan perumahan
timbul permasalahan sosial krn  Akan
tdk memperdayakan masyarakat memperdayak
sekitar an masyarakat
setempat utk
bekerja pada
perumahan
tersebut
55. 16-7- Laporan ibu HP,bahwa LP hamil Hubbbung
7 bln.diceraikan YP 1 bln yg ggan
11 lalu,keluarga YP menerima dan gelap,
meminta untuk di uruskan aktenya
kelak.tdk menuntut nafkah kpd
keluarga YP
56. 6-8-11 Laporan SDP istri dari SP yg akan Pertengkar Mertua rumah Belum bisa
pulang ke rumah orang tuanya di an rumah dgn diselesaikan krn
Boyolali karena sering dimarahi tangga menantu suaminya tdk
mertuanya datang
57. 2-9-11 Laporan kehilangan dompet milik Permasala Warga keluraha Dompet
Hartanto berisi han sosial sebagai n ditemuka Agus
uang,STNK,SIM,KTP korban Sali di Balai
RW tetapi uang
hilang, dompet
diserahkan
kembali ke
Haryanto
disaksikan ketua
FKPM dan
Bhabinkamtibm
as
58. 8-9-11 Laporan DP anaknya yg bernama perkrlahia Antar RT Pengecekan
SUP digigit tangannya oleh NP n tetangga benar SUP luka
anak SHP gigitan sebesar
5cm.penyebab
tuduhan Saiful
bahwa NP
sebagai
pelacur.keduany
a sepakat untuk
tdk
mengulanginya
dan
menandatangani
surat
kesepakatan
59. 22-10-  Kecelakaan lalu – lintas antara Kecelakaa Bukan keluraha  Laporan
11 Maulana Malik dgn Deni n lalu– warga n diteruskan ke
 Krn tdk dapat diselesaikan SIM lintas Polsek
Maulana Malik diminta Paksa  Disarankan
oleh Deni untuk
diselesaikan
scr damai
melalui FKPM
 Keduanya
sepakat
kerusakan
ditanggung
masing2 dan
tdk saling
menuntut
60. 1-11- Kecelakaan lalu –lintas antara Kecelakaa Warga keluraha  Keduanya
Maria Agustin dengan Suranto yg n lalu – sebagai n sepakat
11 menyebabkan anak suranto luka- lintas korban diselesaikan
luka scr damai
 MA bersedia
menanggung
biaya
pengobatan
anak suratno
61. 29-11-  Dtg Bp. MP ketua RW V Dugaan Suami – rumah Saran FKPM utk
11 bersama dgn suami – istri MP perselingk istri memikirkan
dan SMP uhan kembali rencana
 MP dituduh berselingkuh dan perceraian
menyelah gunakan uang karena keduanya
kiriman selama SMP menjadi telah memiliki
TKI anak
Tahun
2012
62. 29-4- Laporan MS warga Podangan Kecelakaa Bukan keluraha Tdk ada
bhw terjadi kecelakaan lalu – n lalu – warga n penyelesaian
12 lintas . spd motor menabrak dokar lintas
Basri kesongo.pengendara putri di
bawa ke RSU Yamaha jupiter
hujau H5829 RB
63. 3-5-12 Laporan sdr iskandar terjadi Pencurian Warga keluraha Tdk ada
pencurian di PP Salafiah, benda sebagai n penyelesaian
yg hilang Radio, HP, Spiker korban
64. 16-5- Laporan ti TP bahwa Darwanto, Pencurian Warga keluraha Tdk ada
Farikhin dan tipyani kehilangan sebagai n penyelesaian
12 HP dan kamera digital korban
65. 17-5- Terjadi pencurian spd motor mio Curanmor Warga keluraha Tidak ada
atas nama Muflik RT03/I dgn sebagai n penyelesaian
12 buka pintu korban

66. 28-5-  MA (20th)terjadi kecelakaan Kecelakaa Warga Tidak ada


lalu – lintas atas pelapor dgn n lalu – sebagai penyelesaian
12 Tasdikul khairi di kecandran lintas korban
 Sdr MT bhw spd motornya
menabrak ibu suyati Tegalombo Warga keluraha
Blotongan Korban di bw ke RS Kecelakaa sebagai n MT bersedia
Puriasih n lalu - penabrak bertanggung
lintas jawab, dgn
mengganti biaya
pengobatan
67. 29-5- Laporan Ashari Ada org laki-laki Permasala masjid
tiduran di Masjid. tak bawa han sosial
12 KTPdisuruh pergi tidak mau. Jm
23.00 lsg pergi
68. 31-5- Laporan sdr. MT dan MR bahwa Permasala Warga rumah Jam 18.30
anaknya F (16 th) berniat bunuh han sosial lasung
12 diri dgn minum racun tikus sudah diberikan
dilakukan dua kali. Meminta pengertian
FKPM untuk memberikan pada anak ttg :
pengertian tugas anak
adalah berbakti
kepada orang
tua, giat
belajar, taat
pada perintah
Allah
69. 1-6-12 Sdr. TDQ ke RT 01/V meminta pemerasan Tetangga
uang RP. 100.000 pada kakak AF satu
kelurahan
70. 12-6- Laporan TM, masji kehilangan Pencurian Tidak ada
2mike FM, amplifee FM. Seharga penyelesaian
12 kurang lebih 500.000, dengan
buka paksa lemari
71. 27-6- Laporan sdr. HNF ke Rt 05/I,BP Permasala Tetangga keluraha  Penyelesaian Diketahui
SML RT 01/IV bongkar Paving han sosial satu n menunggu Bhabinkamtib
12 jln paving tanpa sepengetahuan kelurahan koordinasi RT mas
warga, warga tdk setuju kemudian  Dipercayakan
diingatkan, ttp lain hari pada ketua RT
pembongkaran diteruskan. 05/I
72. 2-8-12 Penyelesaian masalah atas pemukula Bukan keluraha  Penyelesaian Diketahui
pemukulan/penganiayaan ABP n warga n pelaku bersedia Bhabinkamtib
dan WK terhadap DMS pada hari tidak Mas
selasa 31 juli 1012 di mengulangi
jl.krompakan Et 03/Rw 04 dan meminta
Pulutan. maaf.
 Korban
berjanji tdk
akan dendam
dan
memaafkan
pelaku
 Berakhir
dengan
penandatangan
an SKB
73. 6-10- Sdr MDK lapor bahwa penjual Permasala keluraha
jamu di JB juga menjual miras, han sosial n
12 minta ditertibkan
74. 9-11- Sdr. Latifah melaporkan ada yg Pemerasan Warga Keluraha
mengambil Hpnya , kemudian sebagai n
12 sms minta uang, meminta bantuan korban
FKPM
75. 28-11- Laporan warga bahwa warung Permasala Keluraha
12 bakso mbak SRI dijadikan tempat han sosial n
transaksi seksual. Mohon
ditertibkan
Tahun
2013
76. 21-1- Dtg sdr. Rima Rt 01/Rw 02 Konsoltasi Suami – Rumah
13 mohon surat pengantar cerai, keluarga istri
77. 21-1- Terjadi kesalah pahaman pihak I, perkelahia Antar RT Penyelesaian Diketahui
13 Slamet riyadi 20 th, RT 05/04 dan n warga kedua belah Bhabinkamtibm
kolid 18 th, RT 05/0. pihak II pihak di bawa as
Fahroni 45 th, RT 05/05. oleh
Kronologi pihak II kerumah Bhabinkamtibm
pihak I pakai sepatu tak as untuk
dilepas,mematikan hidupkan diselesaiakan,
motornya,pihak I marah dgn kata- dan kedua belah
kata “asu” pada pihak II. Pihak II pihak sepakat
tdk terima dgn kata-kata tersebut deselesaikan
kmudian memukul pihak I, pihak secara
II di dorong jatuh. kekeluargaan:
1. Saling
memaafkan
2. Tidak
mengulangi
lagi
3. Bersedia rukun
kembali
Dibuatkan SKB
78. 17-3- H.AB Durohim Rt 02/Rw05 Permasala Warga RW
melaporkan paska pemekaran Rt han sosial pulutan
13 02 – Rt 05 terjadi dampak sosial
sbb:
1. Provokasi warga Rt 02 agar
menjadi warga Rt o5
2. Pengajian qur‟anan rutin pecah
3. Terjadinya perang dingin para
tokoh
89. 17-3- Sdr. Solikhin anak Nastain Rt 02/ Permasala warga Penyelesaian
13 Rw 02 datang minta bantuan han 1. Sdr. HF(
1. Sawah milik Nastain dan anak- keluara 02/02)
anak dijual sudah laku RP. 150 jt (ptanerdat 2. Sdr.solihin(02/
2. Sesui kesepakatan anak/sdr a) 02)
Nastain dapat bayaran 3. Nastain(02/02)
3. Sampai dengan hari ini belum Hasil
diberi bayaran kesepakatan No
1,2 dan 3 akan ke
St. Nasiroh
(watuagung) yg
telah menerima
hasil penjualan
tahan tsb, agar
menyerahkan
bayaran pada
pihak 1 dan2
80. 3-4-13 Laporan saudara NR, Tanah dan Perkara warga Penyelesaian
bangunan milik Almarhum NY perdata keluarga sepakat
dan SJ belum di bagi ke ahli bertemu di
warisnya sdr. NR. tingkir :
Tanah dan Rumah dulu yang 1. Sdr. KM
memberi Bp.nya NR.p NY 2. Sdr. NR
meninggal tanah dijual oleh istri 3. P. SM
NY utk bayar uang pd kel. T 4. Kel.dari istri
sebesar 5 jt. 40 hr NY ,istrinya NY
(SJ) meninggal dunia, utk biaya Tanah dijual
pemakaman kel. Pinjam uang Rp. Rp.35 jt
3,5 jt Buat byr utang
Rp. 8,5 jt
Sisa 26,5 jt.
Oleh istri NY
tanah boleh dijual
pada P. SM
81. 5-4-13  Terjadi pemasangan tulisan Permasala warga Penyelesaian:
larangan truk tak boleh masuk han sosial  Diadakan
bawa material ke villa kenanga pertemuan
di jln Rw 01.telah da seluruh ketua
kesepakatan. Rt Rw 01
 kemudian ada pemasangan dengan
patok agar truk pembawa pengembang
material ke villa kenanga tak villa kenanga
bisa masuk untuk mengirim yg diwakili Bp.
material pembangunan proyek. Susanto
 Pengembang
bersedia
memberikan
kompensasi
pembangunan
jln. Dan got
serta gorong-
gorong di
sepanjang jln
tersebut.
82. 9-4-13 Di rumah AG terjadi keributan Perselisiha warga Penyelesesaian :
 Kel.dari smg bernama AF n keluarga  Saran FKPM
datang minta tanda tangan pd AF di
sdr.AG (ayahnya). datangkan ke
 Penyebabnya pada waktu Pulutan temui
lamaran AG (ayahnya) tidak Bp.nya minta
diberi tahu maaf dan
mohon
do‟arestu.
 Jm 15:00 AF
datang lasung
minta maaf dan
mohon do‟a
restu
 AG (ayahnya)
memberikan
tanda tangan
dan
menyatakan
akan datang
sebagai wali.
83. 12-5- Sms dari istri mas SL,menyatakan Saran :
kalau tahu mas SL di Rt 02 Rw 1. Bicarakan dulu
13 02, Punya istri. Mohon agar di dengan mas
usir. SL.
2. Agar SL
berlaku baik.
84. 11-5- Laporan sdr. KL bahwa Sdr. MN Tindakan warga
13 menginap di rumah seorang janda tidak
bernama SP.meminta di tindak. menyenan
gkan
85. 22-813 Sdr. MK melaporkan mendapat Perselingk Warga
sms ANK yg berjualan di JB. uhan
Bahwa Sdr SR (Bakso Polanis)
kelonan dgn tukang Rosok. Sdr
LN menyingkir ke tukang tambal
ban.
86. 23-8- Telah terjdi kecelakaan lalu – Kecelakaa Warga Penyelesaian :
lintas korban : Daniem (29 th) Rt n lalu – sebagai 1. Kecelakaan
13 05/ 05 Ngablak.Pelaku : Ismi (30 lintas korban diselesaikan
th) Rt 01/08 Candirejo. scr damai.
Kronologi korban tiba-tiba belok, 2. Kedua belah
di belakang jarak dekat, pelaku pihak tdk
tidk bisa mengendalikan spd. saling
Motornya, shg menebrak dr menuntut.
belakang. 3. Pengobatan
ditangung
masing-masing
pihak
4. Kerusakan
motor
ditanggung
masing-masing
pihak
5. -Saling
memaafkan
6. Dibuatkan
SKB
87. 12-9- Terjadi pengkrusakan alat rumah Permasala Warga Penyelesaian : Diketahui
tangga pelaku RS (17 th) Rt han sosial yang 1. Cari Bhabinkamtibm
13 02/05. Di bawa ke Polsek dirujuk ngontrak kelengakapan as
Ke RSJ semarang. di pulutan administrasi
2. Menggunakan
jamkesmas
3. Pelaku di bawa
ke RSJ
semarang.
88. 19-10- Kecelakaan lalu – lintas, korban : Kecelakaa Warga Penyelesaian:
13 Jefri memboncengkan Rofik yg n lalu - sebagai 1. Meminta maaf
mengendong anaknya Muis (1th) lintas korban 2. Bersedia
Rt 02/ 02 tersenggol pelaku : RW bertanggung
Brokoh Rt 01/ 01 Pancur wening jawab kalau
Kec. Wonosobo terjadi apa-apa
terhadap muis.
3. Telah
diperiksakan di
RSU salatiga
keterangan dr.
Anak tidak
apa-apa.
89. 27-10- Ada org menitipkan spd mtr. Permasala Bukan Spd motor telah
13 Nopol H 4139 PV YAMAHA han sosial warga diambil oleh 3
MIO pd santri jam 05.30. keadaan org, Winarti,
roda ban belakang rusak.jm 10.45 Rohmat, Irkham
blm diambil maulana.
Dinasehati agar
tidk
sembarangan
menitipkan
barang, apalagi
spd motor.
90. 29-10- Terjadi penjualan kaos scr paksa Penipuan Warga Penyelesaian :
13 oleh orang yang tak dikenal, yg dan sebagai Polsek di telp.
mengatakan cari dana sosial pemaksaa korban Datang dan
polda. Minta kontak polsek dulu. n pelaku di bawa
ke Polsek.
91. 29-10- Jm 16.00 sdr. Rujiasi RT 01/ 02 Permasala warga Penyelesaian:
13 melaporkan bahwa atas han 1. Tipertemukan
dibangunya saluran air: sosial/pem warga dengan
bangunan
1. Tidak ada sosialisasi pihak
saluran
2. Terlalu dalam air/got pelaksana
3. Terlalu lebar pengemba proyek dan
ng, dinas DPU kota
dan warga. Salatiga.
2. Terjadi
kepakatan
sehingga pihak
warga
mendapatkan
ganti rugi.
92. 1-12- Sdr. DW kehilangan uang sebesar pencurian warga Tidak ada
13 Rp. 200.000. ada saudaranya yg penyelesaian
tiduran di kursi. DW keluar,
ketika pulang uang tikamarnya
hilang.
93. 3-12- Ada perampokan di rumah Bp. perampok Warga Belakangan
13 FK. Kehilangan HP dan Laptop an sebagai diketahui salah
korban satu pelaku
adalah warga
pulutan.
94. 4-12-  Datang NF (23 th) Rt 02/ 05 Ancaman warga Diselesaikan
13 melaporkan jm 15.00 di Brajan, pembunuh secara
warung JB. an kekeluargaan
 Diancam “ liani” mau diajak
gelut,adimu arep tak pateni
 Saksi nunik dan novi.

Anda mungkin juga menyukai