Anda di halaman 1dari 9

MASALAH KEPASIRAN

PADA PRODUKSI MINYAK DAN GAS


Zulfina Rianti-071.11.372
Masalah produksi pasir banyak dijumpai pada lapangan-lapangan minyak bumi dari
lapisan batu pasir produktif dikedalaman dangkal sampai yang dalam. Sebab – sebab dari
terproduksinya pasir diantaranya :
 Tenaga pengerukan (drag force), yaitu tenaga yang terjadi oleh aliran fluida dimana laju
aliran dan visositasnya meningkat menjadi lebih tinggi.
 Pengurangan kekuatan formasinya, hal ini sering dihubungkan dengan produksi air, karena
melarutkan material penyemen atau pengurangan gaya kapiler dengan meningkatnya
saturasi air.
 Penurunan tekanan reservoir, dengan penurunan ini akan mengganggu sifat penyemenan
antar batuan

Produksi pasir sangat sensitif terhadap kecepatan rate produksi. Pada kecepatan
tertentu dimana pasir tidak akan terproduksi, kondisi turunnya kecepatan produksi tersebut
bisa menjadikan sumur tidak ekonomis jika pasir formasi mudah terproduksi hanya dengan
gerakan fluida/rate yang sangat lamban sekalipun. Pada formasi batu pasir bersifat
unconsolidated material penyemen butiran-butiran pasir, pada umumnya berupa lempung
halus (de tritaloag) dan yang hampir tidak memberikan kekuatan untuk mampu bertahan
melawan berbagai stress formasi, sehingga pasir akan terproduksi mulai dari awal sumur
dikomplesi. Formasi batu pasir yang lebih kokoh (competent) mungkin tidak memproduksikan
pasir pada awal produksi namun setelah masa produksi tertentu mulai terjadi produksi pasir.
Hal ini bisa dipahami bahwa dengan turunnya tekanan reservoir maka tiap-tiap butiran pasir
akan memakan beban tekanan over burden yang makin besar yang kemudian berakibat
meningkatnya stress antar butiran hingga melampaui kemampuan material penyemen didalam
formasi batu pasir tersebut.
Kepasiran dapat menghambat kelangsungan operasi produksi, baik pada sumur atau di
permukaan. Kepasiran menimbulkan problem sebagai berikut :
1. Kapasitas produksi turun dratis akibat naiknya butiran pasir tersuspensi dalam fluida
produksi. Faktor lainnya antara lain : tersumbatnya lubang perforasi dan pipa salur di
permukaan.
2. Pembengkokan selubung atau liner akibat terbentuknya rongga-rongga di sekitar lubang
perforasi karena pasir terproduksi terus-menerus ke permukaan.
3. Pengikisan atau erosi pada peralatan produksi di bawah permukaan dan di permukaan pada
choke atau di persimpangan pipa salur.

Masalah kepasiran pada sumur-sumur produksi akan menjadi sangat serius manakala
mulai memproduksikan air. Alasan-alasan yang dapat diterima mengenai hal ini antara lain :

1. Menaikkan produksi fluida total untuk tetap menjaga harga rate produksi minyak dan gas
bisa berakibat membesarnya gaya dorong disepanjang aliran fluida di dalam formasi.
2. Membuat gangguan terhadap gaya kohesi ketika fasa air mulai bersifat “ Mobile “.
3. Gaya dorong fluida membesar dengan adanya dua fasa fluida yang sekaligus bergerak /
mengalir serta naiknya harga mobilitas fasa fluida pembasah (wetting phase).
4. Terjadi pelarutan atau pelunakan material penyemen batu pasir.

Tentu harus dipikirkan upaya optimal untuk tetap dapat memproduksikan fenida
hidrokarbon hingga dengan rate tertentu hingga batas-batas dimana sumur masih di
kategorikan ekonomis. Demikian halnya dengan lapangan-lapangan migas yang diduga
memiliki potensi “masalah kepasiran” jika dikembangkan perlu dilakukan kajian yang mendalam
dengan mengaitkan beberapa metoda dan dasar-dasar geoscience agar diperoleh alasan-alasan
yang kuat untuk memutuskan aplikasi teknologi komplesi serta program-program perawatan
sumur.

Untuk mengidentifikasi jenis pasir formasi perlu dikumpulkan berbagai bukti dan data
yang berkaitan dengan formasi batu pasir tersebut.Informasi yang terbaik adalah dari batu inti
(Core) yang diambil dari tiap lapisan kedalaman batu pasir, namun tidak jarang bahwa core
yang diambil tidak bisa mewakili sifat lapisan batu pasir yang sebenarnya.Oleh karena
kesalahan-kesalahan melakukan coring, terutama pada lapisan batu pasir lepas (Unconsolidated
Sands). Selain itu, lakukan juga monitoring terhadap konsentrasi pasir, monitoring terhadap
konsentrasi pasir yang diproduksikan bersama dengan fluida produksi. Cara ini dapat
membedakan jenis pasir dengan kategori atau type “quicksand” jika produksi pasir relatif
konstant, “Partially Consolidated” bila produksi sand yang ditampung terjadi funktuasi, dan
dikategorikan sebagai pasir “Suiable” bila konsentrasi pasir terproduksi menurun bertahap
hingga minimum.

Metoda analisa log sumuran dapat pula dilakukan untuk mengenali kekuatan relatif dari
tiap lapisan pasir, namun perlu diketahui bahwa beberapa type lapisan pasir yang berbeda
dapat ditemui dibawah permukaan melalui hasil rekam log sumuran tersebut. Pada saat dapat
dijumpai produk-produk analisa rekam sumuran yang dikhususkan untuk identifikasi sifat-sifat
mekanik batuan pada lapisan yang ditembus. Bahkan juga dapat dilakukan pekerjaan “Well
Core Image” yang mampu menangkap kenampakan (Feature) batuan yang ditembus untuk
lebih mengenali karakteristik inisitas stress batuan.

Untuk dapat memberikan pertimbangan mengenai desain sand control yang sesuai bagi
type batu pasir lapisan berpotensi pasiran, maka dilakukan analisa-analisa sebagai berikut :

1. Analisa Ayakan Butiran.


Analisa Ayakan Butiran batu pasir dari sample yang benar-benar dapat mewakili interval
lapisan batu pasir (sample perfoot) untuk mengetahui distribusi ukuran butiran batu pasir
sedemikian sehingga dapat memberikan ukuran gravel site yang tepat atau pun ukuran
spasi screen yang optimum. Sehingga didapatkan hasil minimasi pasir terproduksi atau
menghentikan sama sekali produksi pasir yang mungkin terjadi, namun tujuan produksi
fluida reservoir tetap terjaga.
2. Analisa Tingkat Stabilisasi Clay.
Hadirnya Clay dalam satuan batu pasir mempunyai pengaruh besar terhadap keefektifan
penanganan control pasir. Antara lain dengan mengetahui type Clay, konsentrasi serta
kandungan Clay dalam matrik maupun pori batuan. Analisa Clay ini biasanya dilakukan
dengan menggunakan “X-ray Diffraction Analisis” untuk menentukan tipe dan jumlah tiap
Clay yang ada.
3. Analisa Kelarutan Asam.
Uji kelakuan sampel batu pasir terhadap asam perlu dilakukan agar pada pekerjaan
keasaman untuk tujuan pembersihan daerah sekitar sumur akibat kerusakan oleh lumpur
pemboran cukup efektif tanpa merusak matrik batuan.Jadi perlu dianalisa untung – ruginya
pengasaman.
4. Analisa Kompatibilitas Fluida.
Berbagai aditif dan bahan kimia yang akan dipakai untuk penanganan sumur perlu diuji
kecocokannya agar tidak menimbulkan kerusakan-kerusakan pada formasi yang produktif.
Seperti test emulasi, korosi.
5. Uji Porositas dan Permeabilitas.
Uji ini dapat digunakan untuk mengetahui adanya indikasi permasalahan Clay, selain untuk
menentukan analisa kerja pengasaman dan kontrol pasir.
6. Analisa Wetability.
Walaupun pada umumnya pasir bersifat water wet, namun perlu dilakukan verifikasi
dilaboratorium. Jika ternyata mempunyai sifat oil wet, maka akan menimbulkan
permasalahan jika dilakukan “Plastic Treatment”. Kepastian sifat pembasahan batu pasir ini
juga sangat diperlukan untuk desain kontrol pasir.

Dari beberapa data lapangan, problem produksi yang sering dialami mempengaruhi laju
produksi sumur adalah problem kepasiran. Beberapa cara teknik yang digunakan untuk
menanggulangi problem kepasiran tersebut antara lain :
1. Sand Clean Up
Dikerjakan dan dilaksanakan untuk sumur-sumur yang mengalami problem kepasiran
dengan “Field Up Rate” (kecepatan pasir menutupi lubang sumur) yang paling rendah dan
hanya mengganggu laju produksi secara berkala, karena lubang perforasi tertutup oleh pasir
atau lempung.
Teknik dan peralatan yang dapat diaplikasikan untuk Sand Clean Up adalah :
a. Sand Bailer / Sand Pump
Dimana alat ini berbentuk barrel yang dirangkai dengan tubing dan dimasukkan ke dalam
lubang sumur dengan rangkaian tubing atau wire line dan sampai kedalaman yang
diinginkan dan setelah barrel penuh berisi pasir, rangkaian tubing / wire line diangkat ke
permukaan, selanjutnya pasir dibersihkan di permukaan, begitu seterusnya sampai tinggi
pasir dibawah lubang perforasi. Semua operasi cabut masuk rangkaian tubing dan wire line
menggunakan work over rig. Biaya yang dikeluarkan meliputi work over rig, sumber daya
manusia dan completion fluid

Sand Bailer
b. Clean Up Sand
Membersihkan pasir dengan menggunakan rangkaian tubing atau coil tubing, dimana water
gel di pompakan / disirkulasikan ke dalam lubang sumur sampai tinggi pasir dibawah tinggi
lubang perforasi. Operasi tersebut menggunakan work over rig atau tubing unit. Biaya yang
dikeluarkan meliputi work over rig, form chemical dan sumber daya manusia

c. Vacum Clean Sand


Dikerjakan dengan menggunakan Coil Tubing Unit (CTU) yang diujung coil tubing dipasang
“Vacum Tool” yang dikoneksikan dengan Dual String Coil Tubing (diameter 2.375” dan
1.25”), dimasukkan kedalam sumur dan dipompakan fluida water gel / fresh water melalui
coil tubing menghasilkan efek jetting di “Vacum Tool” yang menghisap pasir dan mengalir
ke permukaan melalui anmulus CT – CT. biaya yang dikeluarkan meliputi work over rig,
chemicals, sumber daya manusia.

2. Sand Consolidation
Dikerjakan untuk sumur-sumur yang mengalami kepasiran dengan “Fill Up Rate” yang cepat
/ tinggi dan dapat merusak peralatan produksi (obrasive). Seperti pompa, tubing, drifice dll,
sehingga laju produksi tidak optimum bahkan sumur tersebut tidak dapat berproduksi lagi.
Peralatan yang digunakan untuk sand consolidation adalah :
a. Screen / Slotted Liner, menggunakan screen yang ditempatkan I depan perforasi untuk
mencegah dan manyaring pasir dari lubang perforasi. Ukuran lubang dari screen ditentukan
oleh analisa butiran (sleve analisis) dari pasir produksi. Biaya yang dikeluarkan meliputi
work over rig dan screen liner.

Slotted Liner

b. Gravel Pack, menggunakan gravel (pasir) yang ditempatkan di anmulus antara screen dan
perforated casing, dengan cara dicampur dengan water gel dan dipompakan melalui gravel
pack tool. Ukuran butiran dari butiran gravel tersebut ditentukan oleh analisa butiran (Sieve
Analisis) dari pasir yang terproduksi. Biaya yang dikeluarkan meliputi pompa dll,m chemicals
dan sumber daya manusia.

Gravel Pack
c. Sand Resin Coated, menggunakan pasir / gravel yang ditempatkan di formasi dengan cara
dicampur dengan water gel dan dipompakan masuk ke dalam formasi dan di aktifkan
resinnya dengan menggunakan activator. Biaya yang dikeluarkan meliputi pompa dll,
chemicals resin dan sumber daya manusia.

3. Sand Fracturing
Dilakukan untuk mengatasi sumur-sumur yang mengalami problem selain kepasiran juga
mengalami problem kerusakan formasi (Formastion Damage) mis scale, filtrate
lumpur/bonding semen jelek atau dikarenakan permeabilitas batuan yang rendah. Teknik
dan peralatan yang dibutuhkan untuk sand frac adalah :
a. Frac Pack
Menggunakan fracturing unit yang digunakan untuk menempatkan pasir / gravel di formasi
dan di screen-screen casing perforated anmulus, dengan cara memompakan pasir yang
dicampur dengan water gel melewati gravel pack tool (Square Position) pada tekanan diatas
tekanan rekam formasi, setelah jumlah pasir sesuai dengan fracturing program atau
mengalami screen out. Gravel Pack Tool di set pada posisi (Circulated) dan di lanjutkan
dengan memompakan pasir sampai kondisi pack di anmulus screen-casing tercapai. Biaya
yang dikeluarkan meliputi pompa, chemicals, pasir dan sumber daya manusia.

b. Damage Frac
Menggunakan pasir / gravel yang ditempatkan di formasi dengan cara dicampur dengan
water gel dan dipompakan dengan fracturing unit pada tekanan diatas tekanan formasi.
Dengan terisinya formasi dengan pasir yang butirannya lebih homogen dan
permeabilitasnya diharapkan formasi mengalami kenaikan permeabilitas dan mengalami
stabilitas formasi yang lebih baik sehingga pasir tidak terproduksi ke lubang sumur.

Sumber :
1. Dwijono, Ir. Mustofa."Petunjuk Praktis Menanggulangi Problem Sand Di Lapangan
PERTAMINA dan Meningkatkan Produksi".2004.
2. Diktat Kuliah Teknik Pemboran II, Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti, 2001.
3. Sumantri. R. Buku Pelajaran Teknik Resevoir. Fakultas Technology Kebumian dan Energy.
Universitas Trisakti. Jakarta. 1998.

Anda mungkin juga menyukai