PEMBAHASA
Tenaga Kerja
transfer bahan tanam seorang pekerja mampu memperbanyak hingga 200 tabung
reaksi atau 40 botol per hari, sedangkan seorang pekerja mampu melakukan
pengamatan hingga ratusan botol planlet per hari. Pengamatan yang dilakukan
yaitu jumlah eksplan yang terkontaminasi. Kebutuhan SDM terbesar pada
perbanyakan secara kultur jaringan hanya pada washery/ sterilisasi yaitu 7 orang.
50 46
40 39
Produksi Kecambah (Juta)
39
40 35
26
30
20
10
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
Divisi Kultur Jaringan PPKS hingga saat ini telah menghasilkan sekitar
740 klon (Marihat klon). Dari wawancara penulis, pada pengadaan bahan tanam
secara kultur jaringan, jika diasumsikan pada setiap fase kegagalan akibat
kontaminasi 10%, dari satu pohon (ortet) bisa dihasilkan hingga 80 000 planlet.
Jika pada tahap aklimatisasi diharapkan persen daya hidup 70% maka produksi
yang bisa diperoleh yaitu sekitar 56 000 bibit untuk tahap pre nursery. Namun,
55
Tidak semua ortet yang dikultur menghasilkan planlet. Hal ini disebabkan respon
jaringan terhadap media pada tahap kultur berbeda (Ginting et al., 1994).
Laboratorium Kultur Jaringan PPKS Marihat memiliki lima buah lighted culture
room (ruang cahaya) dengan kapasitas penyimpanan lebih dari 3 000 000 kultur
dengan dua ruangan yang saat ini masih dalam tahap renovasi.
Kapasitas produksi dari perbanyakan kultur jaringan dari satu pohon
(ortet) mampu menghasilkan hingga 80 000 planlet dalam waktu satu tahun.
Sedangkan pada perbanyakan konvensional jika diasumsikan dalam satu tahun
mampu menghasilkan sekitar 6 tandan/ pohon, dengan rata-rata menghasilkan
1350 buah/ tandan, maka dalam setahun satu pohon hanya mampu menghasilkan
sekitar 8100 butir atau hanya 10.1% dari perbanyakan secara kultur jaringan.
Harga Bahan Tanaman. PPKS saat ini masih menjadi produsen tertinggi
dalam produksi kecambah kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat dari rencana dan
potensi produksi PPKS untuk tahun 2010 yang mencapai 50 000 000 butir
kecambah (Gambar 28). Disamping kualitas kecambah yang baik, harga
kecambah PPKS yang cenderung murah membuat PPKS banyak diminati oleh
konsumen (Lampiran 9). Harga kecambah berkisar Rp. 6000 - Rp. 7000. Harga
kecambah disesuaikan dengan jenis varietas. Bahan tanaman hasil perbanyakan
konvensional yang telah menjadi bibit dijual dengan harga Rp. 15 000 pada saat
pre nursery.
90
80
70 35
60 32
50
40 20
20 10
30 15 18
50
20 40
25 30 30
10 20 20
0
PPKS PT. Socfin PT. London PT. Dami PT. Tunggal PT. Bina PT. Bakti
Indonesia Sumatera Mas Yunus Sawit Tani
Sejahtera Estate Makmur Nusantara
lahan yang luas dan SDM yang besar untuk produksi. Selain itu, pengadaan bahan
tanaman secara konvensional sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
rentan terhadap hama penyakit.
PPKS saat ini telah memiliki program dan rencana untuk memenuhi
kebutuhan bahan tanam di masa depan. Salah satu program tersebut adalah
dengan perbanyakan secara kultur jaringan. Adapun keuntungan pemanfaatan
kultur jaringan yaitu : pengadaan bibit tidak tergantung musim, bibit dapat
diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif cepat, bibit yang
dihasilkan seragam, bibit yang dihasilkan bebas penyakit, biaya pengangkutan
bibit relatif lebih murah dan mudah, dalam proses pembibitan bebas dari
gangguan hama, penyakit dan deraan lingkungan lainnya.
Menurut Pahan (2008) penggunaan teknik kultur jaringan menjanjikan
harapan yang sangat besar. Dengan cara ini, akan dihasilkan tanaman kelapa sawit
yang mampu berproduksi 30% lebih banyak dari tanaman biasa. Kultur jaringan
akan mempercepat proses seleksi tanaman perkebunan yang berumur panjang.
Dengan teknik pemuliaan tanaman konvensional, PT. Socfindo menghasilkan
kecambah legitim dari 3 siklus RRS (8 tahun per siklus) untuk meningkatkan
potensi hasil 15-20% per siklus. Beberapa ahli memperkirakan kultur jaringan
dapat mempercepat pembiakan dan proses seleksi tanaman kelapa sawit sampai
30 kali lebih cepat. Bahan tanam asal kultur jaringan berpotensi meningkatkan
produksi Minyak Kelapa Sawit (MKS) dari 2-5 ton/ ha/ tahun menjadi sampai 10-
12 ton/ ha/ tahun.
Pengadaan bahan tanaman dengan kultur jaringan di PPKS masih banyak
mengalami kendala, antara lain masalah perakaran planlet. Umumnya tipe
perakaran yang paling banyak ditemui adalah tipe B dan C. Ini akan
mempengaruhi keberhasilan planlet pada saat aklimatisasi. Menurut Yusnita
(2003) tahap aklimatisasi merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di
rumah kaca, rumah plastik, rumah bibit, dan lapangan sangat jauh berbeda dengan
kondisi iklim mikro di dalam botol. Kondisi di luar botol berkelembaban nisbi
jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat intensitas cahanya lebih tinggi
daripada kondisi di dalam botol. Planlet atau tunas mikro lebih bersifat
58
Pengujian Perbandingan Bobot Tandan dan Jumlah Biji per Tandan antara
Anak Daun ormal dengan Anak Daun Menggulung pada
Tanaman Kelapa Sawit
Hasil analisis statistik mengenai evaluasi rata-rata jumlah biji per tandan
dan rata-rata bobot tandan per tanaman antara anak daun normal dan anak daun
menggulung tidak berbeda nyata (Tabel 6). Menurut Pahan (2008) ada tiga faktor
59
Tabel 6. Hasil Uji-t Jumlah Biji per Tandan dan Bobot Tandan antara Anak Daun
Normal dan Anak Daun Menggulung
Rataan
No Peubah (n) Jumlah biji per Bobot tandan
tandan (Butir) tn (kg) tn
1 Anak Daun Normal 27 972 22.40
2 Anak Daun Menggulung 27 1001 23.32
Sumber : data panen dari Divisi Produksi 2008-2009
Keterangan : tn berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5%
n adalah jumlah contoh