Anda di halaman 1dari 3

 

SAYANG, AKU PERMISI


Mutia Hidayastri (@Mutiahid)

Serupa angin di balik jeruji.


Serupa es batu di dalam gelas.
Kini keberadaanmu hanya kilas tak berbekas.
Menapaki sendu-sendu mengundang rindu.

Kadang kau terasa ada di sudut meski hanya cahaya.


Sering kau hilang dari ruang tanpa aba-aba.
Bisakah kau pamit jika ingin pergi, atau meninggalkan selembar surat seperti cerita di tivi.
Percayalah aku hanya ingin merapalkan kata hati-hati.

Menggenggam keras ingatan yang tak terulang terasa begitu mudah.


Namun mengulang kisah, entah masih kurakit caranya.
Bisa aku memintamu hadir dalam mimpiku untuk mengucapkan semangat.
Semenit, dua menit, semoga kau sempat.

Sepertinya sekarang sudah hampir malam, aku pamit pulang, besok kita akan berbincang lagi, semoga
saja besok kau sudah bangun.
Biar tidak hanya aku yang berbicara, biar tidak hanya aku yang berteriak rindu berkali-kali.
Sebelum pulang aku izin mengecup nisanmu, boleh? tak apa kalau tidak besok aku akan izin lagi.
Sayang, aku permisi.

INGKAR JANJI
Mutia Hidayastri (@Mutiahid)

Kau pernah bilang di latar halaman rumahku, katamu kau akan menjadi lelakiku pada waktunya nanti.
Kau pernah berjanji pada lelaki tua yang ku sebut ayah, katamu kau akan mengikat janji dengan
putrinya suatu hari.
Tapi ternyata mempercayaimu adalah kegilaan yang kujalankan dengan sepenuh hati.
Tapi ternyata pada hari ini ku tau kau tidak pernah dan tidak akan pernah tepati janji.

Masih di tempat yang ku kira kita akan mendapat ucapan dengan berbagai cara disini.
Masih dengan gaun yang ku kira aku akan menjadi wanitamu hari ini.
Masih dengan harapan kau akan muncul, meminta maaf, lalu mengucap akad.
Dan aku masih berdiri, dengan riasan tadi pagi dan segudang harap yang belum mati.

Kau tau pada detik ini semua menatapku penuh tanya mengenai keberadaan laki-laki yang ku cinta.
Dan pada detik ini semua berinteraksi padaku penuh isyarat, ibuku menggenggam erat.
Beberapa teman tersenyum memberi semangat, dan yang lain bergerak pergi seperti berucap kau tak
akan hadir disini.

Sampai tiba sebuah mobil, dengan ibu tua yang terisak, mehampiriku, memelukku, mengajakku
menujumu di rumah sakit, menyuruhku menyaksikanmu ingkar janji pada mimpi kita hari ini.
Kau tau, kau berhasil, detik ini aku mati dalam tubuhku sendiri. Aku terkubur dengan raga yang tak
mati.
SURAT UNTUK TUAN
Mutia Hidayastri (@Mutiahid)

aku ingin rindu.


pada pagi saat satpam membuka gerbang.
aku ingin rindu.
pada sore saat aku melihatmu beralas tanah lapang.

aku sudah rindu.


pada nama yang kini tak bisa ku sebutkan.

tuan.
ada surat datang...

tuan.
apa kabar?.
kulihat dari foto yang kau unggah sebulan lalu, kau memiliki jerawat kecil dekat pelipis.
kau sedang jatuh cinta, atau sedang menjalin ikatan cinta, ah senangnya.

tuan.
surat rinduku tak berbentuk lembaran.
mau kau ku buatkan kopi sambil ku ceritakan rindunya?.
tapi katamu kau lebih suka jahe tanpa adanya paduan.

tuan.
kamu ingat kursi taman yang selalu kau kunjungi pada pukul tiga.
kini kursi itu sudah dirias ulang, oleh siapanya aku belum kenalan.

tuan.
kamu ingat mainan berbentuk bintang yang selalu kau bilang benda keberuntungan.
kini aku memiliki usaha kue bintang kecil-kecilan di kiri jalan persimpangan.

tuan.
sudah ribuan pagi yang dilewatkan tanpa sarapan.
sudah ribuan ulasan senyum yang tak kau pamerkan.
kalau aku ingin mendapatkan, dengan ketentuan berulang.
adakah sayembara yang sudah pasti kumenangkan?.

tuan.
kemarin ada yang menitip pesan.
kau jangan lupa makan, lalu minum setelah kenyang.
kau jangan lupa tidur, apalagi lupa baca doa, nanti tidurmu diganggu setan.
kau jangan lupa belajar, tapi aku tak suka belajar.

tuan.
sekarang hari selasa.
semoga kau baik baik saja..
untuk sekarang, besok, dan hari setelahnya.
intinya, aku mau kau baik-baik saja tanpa tapi dan karena.

sekian.
BIOGRAFI PRIBADI

saya Mutia, manusia biasa-biasa saja yang kebetulan 65% suka hal bercanda dan 35% lagi sangat suka
dengan hal-hal serius. Sedikit menggambarkan mengenai diri sendiri, saya Mutia salah satu penduduk
muka bumi yang juga memiliki kesibukan menjadi penggemar dimsum, perkedel kentang, kentang
mustofa, teh panas, gado-gado, dan es dawet. Sebenarnya masih banyak, tapi nanti saja kita
berkenalan jika sempat. Salam sehat! (Mutiahid)

Anda mungkin juga menyukai