Anda di halaman 1dari 3

Teruntuk Masku…

Palembang, dini hari.

Masku… hmm… apa kamu tahu kalo aku bener-bener suka manggil kamu seperti itu?
bahkan kamu sendiri bilang kalo aku jarang sekali memanggil dengan nama depanmu.
Dan aku juga sangat suka saat kamu memanggilku “Dek Ayu”.

Masku… malam ini aku sakit, suhu badanku mulai meningkat, sepertinya aku demam
lagi. Kamu tahu kalo aku memang gampang sakit, aku cengeng, dan juga mungkin
lemah. Tapi aku tidak pernah mau dikasihani oleh orang lain, maka dari itu aku selalu
berpura-pura kuat jika sedang berhadapan dengan orang lain… tetapi kenapa sekarang
aku sedang merasa dikasihani olehmu…

Masku… cerita kita memang tidak biasa, sama sekali tidak biasa. Kita bertemu melalui
layar persegi yang ada di hadapanku ini. Mungkin sebagian orang akan menganggap
remeh hubungan kita, tapi aku dan kamu tahu pasti bagaimana hubungan kita sebenarnya.
Dari awal hubungan ini memang sulit, tapi saat itu aku bahagia karena kamu mau
berusaha menjalaninya bersamaku…

Entah berapa kilometer jarak yang membentang di antara kita, entah berapa banyak
waktu yang telah kita habiskan di depan layar persegi ini, entah berapa banyak pulsa
yang kita habiskan untuk menelpon… semuanya hanya karena satu hal, kita sedang
memperjuangkan cinta kita…

Masku… apa kamu ingat saat pertama kali kita bertemu di bandara itu? segala kecemasan
yang sebelumnya menerpaku seakan hilang tak berbekas… aku lega hanya dengan
melihatmu… dan malam pertama itu kita habiskan dengan menyisiri jalan di kota
Denpasar, mulai dari Kuta, Seminyak, Legian, aahh… rasanya aku tidak peduli lagi
sedang berada dimana, yang aku tahu malam itu hanyalah aku dapat memelukmu dari
belakang saat kamu sedang sibuk menjelaskan berbagai hal yang ada di kota itu…
Aku masih dapat mengingat semuanya mas. Pantai Sanur di pagi hari, deburan ombak di
Nusa Dua, makan di GWK, dan sunset di Kuta. Semuanya ga akan pernah aku lupakan,
dan aku beritahu kamu satu rahasia. Saat itu aku sama sekali tidak peduli akan pergi ke
objek wisata yang mana, yang aku pedulikan hanyalah aku pergi bersamamu, hanya itu…

Masku… apa kamu ingat saat aku mencium tanganmu di bandara? Saat itu aku sama
sekali tidak ingin untuk pergi, dan matamu ketika itu… aku tidak akan pernah melupakan
bagaimana kamu memandangku saat itu… hanya satu kalimat yang tergiang di kepalaku:
seandainya aku bisa terus ada di sisimu, seandainya, seandainya….

Dan aku kembali ke kota kelahiranku, kembali merindumu, dan kembali menunggumu
untuk datang… aku tidak tahu harus menunggu sampai kapan, tapi ada sesuatu yang
selama ini mampu membuatku bertahan, yaitu cinta kita…

Aku pikir jika kita tetap berusaha pasti pelan-pelan semuanya akan teratasi. Tapi
sepertinya aku salah, mungkin kamu sudah terlalu lelah untuk berusaha, atau mungkin
kamu terlalu bosan dengan keadaan kita. Dan semuanya berakhir begitu saja hanya dalam
satu malam. Perasaanku dan mimpiku kamu buang dalam satu malam…

Sampai sekarang aku masih tidak mengerti dengan alasan yang kamu berikan. Karena
masalah jarak? Karena masalah sempitnya waktu? Semuanya terdengar tidak masuk
akal. Bukankah dari dulu kita memang berjauhan? Dan bukankah memang dari dulu
kamu sibuk? Lalu kenapa baru sekarang kamu bilang tidak bisa? Kenapa sekarang kamu
tiba-tiba menyerah?

Kamu bilang aku butuh seseorang yang jauh lebih perhatian dan lebih bisa meluangkan
waktunya untukku, tapi kenapa kamu belum juga mengerti?! Yang aku butuhkan adalah
kamu, bukan orang lain… dan tolong, aku sama sekali tidak mau dikasihani…
Masku.. aku merasa usaha kita belumlah cukup, aku merasa sekarang belum saatnya
untuk menyerah, aku merasa…. Aah.. apa pedulinya dengan yang aku rasakan?! Toh
kamu sudah pergi. Kamu menawarkan sebuah persahabatan untukku, tapi aku semakin
takut. Aku memutuskan untuk menerima uluran persahabatanmu, karena itu adalah satu-
satunya jalan agar aku tetap bisa mengetahui kabarmu. Tapi aku takut mas… sekali lagi
aku takut… menjadi seorang sahabat berarti mau tidak mau suatu hari nanti harus siap
saat aku melihatmu bersama wanita lain. Sebagai sahabat yang baik aku harus ikut
tersenyum saat kamu telah menemukan yang lain, dan aku hanya takut tidak sekuat itu
pada saatnya nanti…

Masku, kamu bilang kamu di sana juga sedih, kamu bilang kamu juga sakit. Lalu aku
bertanya-tanya, kenapa kita harus menyakiti diri kita berdua? Kita sama-sama terluka lalu
mengapa kita tidak saling mengobati saja? Begitu banyak pertanyaan yang ada di
kepalaku…

Masku, kamu pernah bilang bahwa aku beda, aku spesial… lalu sekarang aku ingin
bertanya, apakah menjadi spesial itu juga ada expired-nya? T_T

Masku, aku kembali mengingat hari itu, malam itu.. di mana tawa dan tangis kita melebur
menjadi satu, di mana perasaan takut kehilangan begitu membuncah di dalam diri kita, di
mana aku merasa sangat mencintai dan dicintai olehmu…

Masku, sedang apa kamu di sana? Aku merindumu…

Ditulis dengan air mata rindu

Dek Ayu

Anda mungkin juga menyukai