Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

KETUBAN PECAH DINI

MATA KULIAH : MATERNITAS

Dosen Pembimbing :

HALIMAH, S.Kep, M.Kep, Sp.Anak

Disusun Oleh:

EKA SAFITRI/ PO71202210094

PROGRAM STUDI NERS JURUSAN

KEPERAWATAN POLTEKKES JAMBI

TAHUN 2021/2022
A. Konsep Medis
1. Definisi
Ketuban pecah dini atau spontaneous/early premature of the membrane
(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu atau sebelum terdapat tanda
persalinan yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara

kurang dari 5 cm. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara
spontan sebelum pembukaan 5 cm.
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada
saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010). Ketuban pecah
dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada
kehamilan aterm lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak
terlalu banyak (Manuaba, 2009).

2. Tanda dan Gejala


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina,
aroma air ketuban berbau, berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena uterus diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, biladuduk
atau berdiri, kepalajanin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau
“menyumbat” kebocoran untuk sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina
yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah capat merupakan tanda-
tanda infeksi yang terjadi (Sunarti,2017)

3. Patofisiologi
Menurut Manuaba (2009) mekanisme terjadinya KPD dimulai dengan terjadi
pembukaan premature serviks, lalu kulit ketuban mengalami devaskularisasi.
Setelah kulit ketuban mengalami devaskularisasi selanjutnya kulit ketuban
mengalami nekrosis sehingga jaringan ikat yang menyangga ketuban makin
berkurang. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan adanya infeksi
yang mengeluarkan enzim yaitu enzim proteolotik dan kolagenase yang diikuti oleh
ketuban pecah spontan

4. Perjalanan Penyakit Dan WOC


5. Pemeriksaan Fisik
a.Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b.Leher

Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena adanya


proses menerang yang salah.
c.Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kuning.
d.Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan
yang keluar dari telinga.

e.Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadangkadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
f.Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae
dan papila mamae.
g.Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus
uteri 3 jari dibawa pusat.

h.Genitalia Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila


terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentukanak
dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
i.Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j.Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k.Muskuluskeletal

Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka
episiotomi.
l.Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadicepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun(Manuaba, 2013).

4. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi
pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang
disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan
bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine
tes.
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat
dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks
posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan

bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak
manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinaninfeksi
asenden dan persalinan prematuritas. (Manuaba, 2013)
Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat
dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):
1. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri.
2. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun

seringterjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.

7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Ratnawati (2017), penatalaksanaan ketuban pecah dini, yaitu :
a) Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau tanpa
komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit.
b) Bila janin hidup dan terdapat prolaps di tali pusat, ibu dirujuk dengan posisi
panggul lebih tinggi dari badannya, bila mungkin dengan posisi bersujud.
c) Jika perlu kepala janin didorong ke atas dengan dua jari agar tali pusat tidak

tertekan kepala janin


d) Jika Tali pusat di vulva maka di bungkus kain hangat yang dilapisi plastik
e) Jika ada demam atau di khawatirkan terjadi infeksi saat rujukan atau KPD lebih
dari 6 jam, berikan antibiotik.
f) Bila keluarga ibu menolak dirujuk, ibu diharuskan beristirahat dengan posisi
berbaring miring, berikan antibiotik.
g) Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif, yaitu tirah

baring dan berikan sedatif, antibiotik dan tokolisis.


h) Pada kehamilan 33-35 minggu dilakukan terapi konservatif selama 24 jam
lalu induksi persalinan.
i) Pada kehamilan lebih 36 minggu, bila ada his, pimpin meneran dan akselerasi
bila ada inersia uteri.
j) Bila tidak ada his, lakukan tindakan induksi persalinan bila ketuban pecah kurang
dari 6 jam dan skor pelvik kurang dari 5 atau ketuban pecah dini lebih dari 6 jam
dan skor pelvik lebih dari 5.
k) Bila terjadi infeksi, akhiri kehamilan.

Mengakhiri kehamilan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:


1) Induksi
Induksi adalah proses stimulasi untuk merangsang kontraksi rahim sebelum
kontraksi alami terjadi,dengan tujuan untuk mempercepat proses persalinan.
(Alodokter, 2018).
2) Persalinan secara normal/pervaginam
Persalinan normal adalah proses persalinan melalui kejadian secara alami dengan
adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk mengeluarkan
bayi (Wikipedia, 2018).

3) Sectio caesarea.
Menurut (Heldayani, 2009), sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut untuk
melahirkan janin dari dalam rahim.

1.Penatalaksanaan dan Pengokatan kasus Ketukan Pejaa Dini


Konserpatif
a. Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu maupun
pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.

b. Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan


ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
c. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar,
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
d. Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes buss
negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan
janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.

e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
g. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
h. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu kematangan
paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap
minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali
Aktif

a. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan persalinan
diakhiri.
c. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesaread.Bila skor pelvik > 5, induksi
persalinan, partus pervaginam

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar
tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien(Hidayat,
2010).
1. Identitas atau biodata klien

Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggalmasuk rumah sakit nomor register, dan
diagnosa keperawatan.

2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar
pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Adakah penyakit keturunan dalam keluarga keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan
kepada klien
d. Riwayat psikososial

Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat
badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.
3. Pola-pola fungsi kesehatan

a.Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat

Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
b.Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
c.Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah,

pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan


dan nyeri.
d.Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan buang air besar (BAB).
e.Pola istirahat dan tidur
Pada klien intra partum terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena

adanya kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri sebelum persalinan.


f.Pola hubungan dan peran Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien
dengan keluarga dan orang lain.
g.Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering merasa cemasdengan kehadiran anak
.h.Pola sensori dan kognitif

Pola sensori klien merasakan nyeri pada perut akibat kontraksi uteruspada pola
kognitif klien intrapartum G1 biasanya akan mengalami kesulitan dalam hal
melahirkan, karena belum pernah melahirkan sebelumnya.
i.Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri
j.Pola reproduksi dan sosial Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam
hubungan seksual atauatau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena

adanya proses persalinan dan nifas.


k.Pola tata nilai dan kepercayaan. Biasanya pada saat menjelang persalinan
dan sesudah persalinan klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena
harus bedres total setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh
keluarganya(Asrining, dkk. 2003).
4. Pemeriksaan fisik
a.Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan

b.Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena adanya
proses menerang yang salah.
c.Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kuning.
d.Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan

yang keluar dari telinga.


e.Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadangkadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
f.Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae
dan papila mamae.

g.Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus
uteri 3 jari dibawa pusat.
h.Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
i.Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.

j.Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k.Muskuluskeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka
episiotomi.
l.Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadicepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun(Manuaba, 2013).

2. Diagnosa Keperawatan
Setelah menggunakan pengkajian Teori dorothea orem penegakan diagnosa
mengacu pada diagnosa keperawatan yang aktual, resiko tinggi dan kemungkinan.
Teori Orem masih lebih berfokus pada masalah fisiologis, namun diagnosa dapat
dikembangkan ke masalah lain sesuai kebutuhan dasar.
a.Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077).
b.Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan (D.0074).
c.Kesiapan persalinan b.d status kesehatan ibu dan janin sehat(D.0070).

d.Ansietas b.d kondisi kehamilan perinatal (D.0080).


e.Risiko infeksi d.d Ketuban pecah sebelum waktunya(D.0142).
f.Defisit pengetahuan b.d ketidaktahuan menemukan sumber informasi(D.0111).

3. Intervensi Keperawatan Berdasarkan SDKI


a.Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... jam diharapkan tingkat

nyeri dapat menurun(L.08066).


Kriteria Hasil :
1)Keluhan nyeri menurun
2)Meringis menurun
3)Gelisah menurun
4)Kesulitan tidur menurun
Rencana tindakan (I.03121) :
1)Identifikasi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2)Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi respons nyeri non verbal


4) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik
1)Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri Edukasi
1)Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
1)Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b.Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan


Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... jam diharapkan status
kenyamanan pasien meningkat(L.08064).
Kriteria Hasil :
1)Keluhan tidak nyaman menurun
2)Gelisah menurun
Rencana tindakanI.14561:
Observasi
1) Monitor tanda tanda vital

2) Timbang berat badan


Terapeutik
1) Pertahankan postur tubuh yang benar

2) Lakukan perawatan kebersihan gigi dan mulut secara


teratur 3)Jaga kebersihan vulva dan vagina
Edukasi
1) Anjurkan menghindari kelelahan

2) Ajarkan teknik relaksasi


Kolaborasi
1)Kolaborasi pemeriksaan labolatorium

c.Kesiapan persalinan b.d status kesehatan ibu dan janin sehat


Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... jam diharapkan status
antepartum pasien membaik(L.07059).
Kriteria hasil:
1) Nausea menurun

2) Muntah menurun
3)Tekanan darah membaik
Rencana tindakan I.12437:
Observasi
1)Identivikasi tingkat pengetahuan pasien
Terapeutik
1)Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2)Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3)Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi
1)Jelaskan metode persalinan yang ibu inginkan
2)Anjurkan ibu cukup nutrisi
3)Anjurkan ibu mengenali bahaya persalinand.Ansietas b.d kondisikehamilan
perinatal
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... jam diharapkan status tingkat
ansietas pasien menurun(L.09093).
Kriteria hasil :

1)Prilaku gelisah menurun


2)Pola tidur membaik
Rencana tindakan I.09314
Observasi
1)Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2)Monitor tanda tanda ansietas
Terapeutik

1)Pahami situasi yang membuat ansietas


2)Dengarkan dengan penuh perhatian
3)Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Edukasi
1)Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
2)Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1)Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika perlu

e.Risiko infeksi d.d ketuban pecah sebelum waktunya


Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... jam diharapkan status
tingkat infeksi pasien menurun (L.14137).
Kriteria hasil :
1)Demam menurun
2)Nyeri menurun
3)Kadar sel darah putih membaik
Rencana tindakan I.14539:
Observasi

1)Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik


Terapeutik
1)Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar


Kolaborasi
1)Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
f.Defisit Pengetahuan b.d Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... jam diharapkan tingkat
pengetahuan pasien meningkat (L.12111).
Kriteria hasil :
1) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang satu topic meningkat

2) Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan topik


Rencana tindakan I.12383 :
Observasi
1)Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima Informasi
Terapeutik
1)Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2)Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Edukasi
1)Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

J. LAMPRAN JURNAL

Anda mungkin juga menyukai