RETINITIS PIGMENTOSA
Penyusun :
Timothy John Jusuf
406192011
Pembimbing :
dr. Meriana Rasyid, Sp. M
Halaman Judul........................................................................................................1
Daftar Isi.................................................................................................................2
Bab 1 Pendahuluan.................................................................................................3
2.1 Anatomi....................................................................................................4
2.2 Definisi.....................................................................................................7
2.3 Epidemiologi............................................................................................7
2.4 Etiologi.....................................................................................................7
2.5 Patofisiologi.............................................................................................9
2.7 Diagnosis................................................................................................12
2.9 Penatalaksanaan.....................................................................................13
2.10 Prognosis................................................................................................14
Bab 3 Kesimpulan................................................................................................16
Daftar Pustaka.......................................................................................................17
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Gejala pada tahap awal sering muncul pada awal masa kanak-kanak. Sel
batang pada retina (berperan dalam penglihatan pada malam hari) secara bertahap
mengalami kemunduran sehingga penglihatan di ruang gelap atau penglihatan
pada malam hari menurun. Kemudian terjadi kehilangan fungsi penglihatan tepi
yang progresif dan bisa menyebabkan kebutaan. Sedangkan stadium lanjut, terjadi
penurunan fungsi penglihatan sentral.2 Adapun untuk menegakkan diagnosis dari
retinitis pigmentosa berdasarkan temuan klinis retinitis pigmentosa (lihat gejala
klinis) yaitu berdasarkan simtom visual, perubahan pada fundus, perubahan
lapangan pandang penglihatan, perubahan elektrofisiologi.2
Saat ini belum ada tatalaksana efektif untuk retinitis pigmentosa. Penderita
dianjurkan untuk berkunjung secara teratur kepada spesialis mata untuk memantau
kelainan ini. Sebaiknya dilakukan secara teratur setiap 5 tahun termasuk untuk
menguji lapangan pandang dan evaluasi electroretinogram. Pemakaian kaca mata
gelap untuk melindungi retina dari sinar ultraviolet bisa mempertahankan fungsi
penglihatan. Baru-baru ini, muncul terapi baru (meskipun masih dalam
perdebatan)
3
seperti pemberian antioksidan (misalnya vitamin A palmitat) bias menunda
perkembangan penyakit ini.3
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Retina adalah bagian mata yang sensitif terhadap cahaya yang terletak di
segmen posterior mata. Retina merupakan struktur yang terorganisasi memberikan
informasi visual ditransmisikan melalui nervus optikus ke korteks visual. Retina
berkembang dari cawan optikus eksterna yang mengalami invaginasi mulai dari
akhir empat minggu usia janin (Vaughan & Asbury’s general ophthalmology,
2007).
5
Gambar 2.1 Anatomi Bola Mata
Histologi
dalamnya berhubungan dengan badan vitreous. Retina memiliki 10 lapisan, yang terdiri
1. Epitel Pigmen
6
Gambar 2.2 Histologi Retina
2.3 Definisi
Retinitis pigmentosa (RP) adalah keluarga distrofi retina dan distrofi epitel
pigmen retina yang disebabkan oleh cacat molekuler pada banyak gen. Nama
peradangan, dan peradangan belum ditemukan sebagai fitur dominan dari kondisi
ini. Meskipun temuan klinis pada retinitis pigmentosa bervariasi dari pasien ke
7
4. Atenuasi arteriolar
2. Atenuasi arteriolar
8
Gambar 2.4 Fundus Retinitis Pigmentosa Lanjut
2.3 Epidemiologi
dalam
4.000 orang di dunia. Ini berarti, dengan populasi sekitar 324 juta di Amerika
Serikat sekitar 81.000 hingga 108.000 orang di Amerika Serikat memiliki RP atau
gangguan terkait.
2.4 Etiologi
Linked recessive (XL). Bentuk terbanyak kelainan gen pada retinitis pigmentosa
yaitu autosomal recessive, diikuti oleh autosom dominan. Sedangkan bentuk yang
9
sedikit yaitu X-linked resesif. Mekanisme terjadinya retinitis pigmentosa adalah
10
distrofi batang-kerucut (rodcone dystrophy) dimana terjadi defek genetic yang
Sekitar setengah dari semua kasus RP terisolasi (yaitu, mereka yang tidak
memiliki riwayat keluarga dengan kondisi ini). RP dapat muncul sendiri atau
bersama dengan satu dari beberapa gangguan langka lainnya. Lebih dari 60
RP.
2.5 Patofisiologi
dan memiliki lebih dari satu lapis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior
dinding bola mata. Retina melebar dari depan dan berada dekat dengan korpus
siliaris dan berakhir di tepi ora serata. Sebagian besar retina dan epitelium pigmen
retina mudah memiliki ruang hingga membentuk suatu ruang subretina yang
terjadi pada ablasio retina. Memiliki ketebalan 0,12 mm pada ora serata dan 0,23
(pigmen kuning). Dalam makula terdapat fovea dimana terdapat fotoreseptor yang
terdapat foveal avascular zone. Di tengah-tengah fovea dengan diameter 0,35 dan
di dalamnya tersusun padat sel kerucut yang berperan terhadap warna merah dan
hijau dengan densitas mencapai 140.000 sel kerucut per millimeter persegi.
Fovea sentralis hanya mengandung sel kerucut dan sel muller dan tidak
ada sel batang. Semakin jauh dari fovea sentralis maka jumlah sel kerucut
berkurang
11
dan pada daerah perifer tidak ada lagi sel kerucut dan tergantikan sel batang dan
kehilangan penglihatan pada malam hari. Jarang terjadinya defek genetik akibat
Manifestasi klinis yang paling sering pada RP adalah buta senja. Hal ini
disebabkan karena pada umumnya sel batang merupakan sel yang lebih dahulu
cahaya terang ke cahaya yang lebih redup, bahkan bisa menyebabkan gangguan
12
2.7 Diagnosis
perubahan pigmen retina. Ini adalah jenis perivaskular dan berbentuk seperti bone
spicules. Pada awalnya perubahan ini ditemukan hanya pada bagian equatorial dan
lanjut. Retinitis pigmentosa dapat respon terhadap fotoreseptor yang atrofi dengan
retina yang atrofi, yang dapat diketahui dengan fundus sebagai bentuk klasik
“bone spicule”.
Gambar 2.5 Funduskopi Retinitis Pigmentosa: Bone Spicule, Waxy Pallor Optic Nerve Head
batang (rod) dan kerucut (cone) di retina yang berfokus pada evaluasi amplitudo
13
(jumlah
14
refleks sel yang merespon) dan waktu implisit (seberapa baik respon sel). Pada
kondisi skotopik.
Degeneration (AMD).
2.9 Penatalaksanaan
pigmentosa, tetapi belum ada bukti, yang jelas pada saat ini. Sebuah studi
Docosahexaenoic acid (DHA). DHA adalah asam lemak tak jenuh ganda
lainnya melaporkan adanya perubahan ERG kurang pada pasien dengan tingkat
lanjut dari retinitis pigmentosa. Dari banyak terapis mencoba, acetazolamide oral
15
telah menunjukkan hasil yang paling menggembirakan dengan beberapa
perbaikan dalam fungsi visual. Studi yang dilakukan oleh Fishman dkk dan Cox et
acetazolamide oral untuk pasien yang memiliki retinitis pigmentosa dengan edema
makula.
yang tubuh tidak dapat membuat melainkan berasal dari sumber makanan. Lutein
direkomendasikan.
garis pada grafik ketajaman visual Snellen setelah dilakukan operasi katarak.
ditanamkan pada permukaan retina dan telah diteliti selama beberapa tahun.
Lapisan sel ganglion retina yang sehat dapat dirangsang, dan implan pada hewan
model memiliki stabilitas jangka panjang. Dalam sebuah studi oleh Humayun et
al, ini telah terbukti bermanfaat pada manusia. Satu pasien yang tidak punya
16
persepsi
17
cahaya, mampu melihat dan melokalisasi senter setelah prostesis pada retinitis
pigmentosa.
Terapi gen. Terapi gen masih dalam penelitian, dengan harapan untuk
adenovirus, Lentivirus).
2.10 Prognosis
dan pola pewarisan. Gejala awal dan kehilangan penglihatan yang parah dan
autosom dominan adalah yang paling parah dan terkait dengan timbulnya gejala
bentuk RP, dan hampir semua pasien RP akan buta secara hukum pada beberapa
total jarang terjadi, karena fungsi makula umumnya akan memungkinkan persepsi
18
BAB 3
KESIMPULAN
yang ditandai oleh disfungsi progresif fotoreseptor dan disertai oleh hilangnya sel
secara progresif dan akhirnya atrofi beberapa lapisan retina. Gejala awal
seringkali muncul pada awal masa kanak-kanak. Sel batang pada retina (berperan
sehingga penglihatan di ruang gelap atau penglihatan pada malam hari menurun.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali, M. U., Rahman, M. S. U., Cao, J., & Yuan, P. X. (2017). Genetic
characterization and disease mechanism of retinitis pigmentosa; current
scenario. 3 Biotech, 7(4). https://doi.org/10.1007/s13205-017- 0878-3
2. Parmeggiani, F., S. Sorrentino, F., Ponzin, D., Barbaro, V., Ferrari, S., & Di
Iorio, E. (2011). Retinitis Pigmentosa: Genes and Disease Mechanisms.
Current Genomics, 12(4),238–249. https://doi.org/10.2174/13892021179
5860107
3. Hartong, D. T., Berson, E. L., & Dryja, T. P. (2006). Retinitis pigmentosa.
The Lancet, 368(9549), 1795– 1809. https://doi.org/ Ali, M. U., Rahman, M.
S. U., Cao, J., & Yuan, P. X. (2017). Genetic characterization and disease
mechanism of retinitis pigmentosa; current scenario. 3 Biotech, 7(4).
https://doi.org/10.1007/s13205-017- 0878-3
4. Guyton , Arthur C. Textbook of medical physiology. Edisi ke-11.
Philadelphia: Elsevier; 2012.
5. Khurana AK. Comprehensive ophtalmology. Edisi ke-4. New Delhi: New
Age International (P) Ltd; 2007.
6. Hamel Christian. Retinitis pigmentosa. Orphanet Journal of Rare Diseases.
2008; 1(1):40-1.
7. Openshaw A. Understanding retinitis pigmentosa. London: National Institute
of Health; 2008.
8. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta:
EGC;2012.
20