Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN ISLAM

AL IRSYAD DAN JAMI`ATUL KHAIR

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah : Sejarah Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : M. A. Hermawan, M. S. I.

Kelas : 4 MPI-C

Disusun oleh
Kelompok 8

1. Wisnu Ardiansyah 2017401108


2. Nur Izzati Amanah 2017401122
3. Hakim Alfatah 2017401133
4. Prima Tri Firmansyah 2017401144

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

PROF. K. H. SAIFUDDIN ZUHRI

PURWOKERTO

2022
PENDIDIKAN ISLAM AL IRSYAD DAN JAMIATUL KHAIR

PENDAHULUAN

Munculnya gerakan modernisme Islam di Indonesia pada awal abad ke-20 dipengaruhi
oleh berbagai sebab penting yang melatar belakanginya. Menurut Steenbrink, terdapat
beberapa faktor penting yang mendorong perubahan dan pembaharuan Islam di Indonesia pada
saat itu.

Adanya tekanan kuat untuk kembali kepada ajaran Al-Qur`an dan Hadits, yang
keduanya dijadikan sebagai landasan berfikir untuk menilai pola keagamaan dan tradisi yang
berkembang di masyarakat. Upaya kembali pada ajaran Al-Qur`an dan Hadits dipilih sebagai
jawaban solutif atas problem keberagaman yang luas di masyarakat.

Kuatnya semangat perlawanan terhadap kolonialisme Belanda juga mnejadi sebab


perubahan dan pembaharuan. Gerakan perlawanan ini banyak direalisasikan oleh kelompok
nasionalis yang terus berusaha menentang kebijakan penjajah Belanda, tetapi mereka juga
enggan menerima gerakan Islamisme. Sebab lain kuatnya motivasi dari komunitas muslim
untuk mendirikan organisasi dibidang sosial ekonomi yang diharapkan bermanfaat demi
kepentingan mereka sendiri, maupun kepentingan publick. Seta gencarnya upaya memperbaiki
pendidikan Islam.

Pembaharuan di Indonesia mulai berakar pada pergantian abad ke-20, lalu berkembang
dari masa ke masa dalam kurun waktu empat puluh tahun. Perkembangan dan penyebaran
pembaharuan berasal dari kelompok-kelompok kecil yang mulanya terpisah satu sama lain,
tapi segera manjadi gerakan memiliki kekuatan yang diperhitumgkan oleh Belanda. Gerakan
pembaharuan di Indonesia tidak lepas dari perkembangan pembaharuan di dunia. Inspirasi
pembaharuan berasal dari luar Indonesia, terutama darang dari Timur Tengah, khususmya
Mekah dan Kairo, yang merupakan pusat pembelajaran Islam1.

Gerakan pembaharuan dalam Islam yang laghr dari Timur Tengah telah memberikan
pengaruh besar kepada gerakan kebangkitan Islam di Indonesia yang bermula dari
pembaharuan pemikiran dan pendidikan Islam di Minangkabau yang disusul oleh pembaharuan
pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia. Karena pendidikan merupakan

1
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1991), hlm. 6
salah satu perhatian sentral masyarakat Islam sejak awal perkembangannya, karena umat Islam
mendirikan beberapa organisasi Islam di Indonesia.

Salah satu organisasi perhimpunan Islam pada waktu itu adalah Jami`at Khair, dengan
melalui beberapa guru yang didatangkan dari Timur Tengah khususnya dari Arab Saudi
termasuk diantaranya adalah Syaikh Ahmad Surkati, yang kemudian memisahkan diri dari
Jami`at Khair akibat timbulnya perbedaan pendapat, dengan adanya perbedaan itu lahirlah
perhimpunan baru yaitu Al Irsyad2.

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Berdirinya Jami`at Khair


Organisasi sosial yang berperan dalam melakukan perubahan sistem atau Lembaga
perndidikan Islam terutama di Jakarta. Lengkapnya Al-Jamiatul Khairiyah. Merupakan
organisasi pendidikan Islam tertua di Jakarta, didirikan tahun 1901 dan mendapat izin dari
pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905. Sementara Yayasan Pendidikan Jamiat Khair
diaktekan oleh notaris pemerintah Belanda yaitu Jan Willem Roellofs Valk, pada tanggal 19
Oktober 19193.
Dengan peran besar para ulama asal Arab Hadramaut dan juga pemuda Alawiyyin
seperti Habib Abubakar bin Ali bin Abubakar bin Umar Shahab, Sayid Muhammad Al-Fakir
Ibn. Abn. Al-Rahman Al-Mansyur, Idrus bin Ahmad Shahab, Ali bin Ahmad Shahab,
Abubakarbin Abdullah Alatas, Muhammad bin Abdurrahman Shahab, Abubakar bin
Muhammad Alhabsyi dan Syechan bin Ahmad Shahab. Di tangan ulama-ulama inilah Jamiatul
Khair tumbuh pesat.
Pada mulanya organisasi ini dimaksudkan sebagai wadah kerjasama dan perlindungan,
tapi mencerminkan pula sentiment keagamaan yang kuat dari pendiri-pendirinya yang selalu
memberi bantuan pada setiap organisasi yang condong pada Islam. Karena anggota dan
pemimpin organisasi ini pada umumnya terdiri dari orang-orang berada, maka dapat
menggunakan sebagian besar waktunya untuk perkembangan organisasi tanpa merugikan
usaha mereka untuk pencaharian nafkah. Mungkin hal ini pulalah yang menjadi salah satu
penyebab utama yang menunjang kemajuan dan perkembangan Jamiat Khair4.

2
Muh. Dahlan Thalib. Peranan Lembaga Keagamaan Al Irsyad dalam Pendidikan di Indonesia, AL-
ISHLAH, Jurrnal Studi Pendidikan, Vol. 16 No. 1 tahun 2018, hlm. 3
3
Kokom Ernawati. SKRIPSI. Pembaharuan Lembaha Pendidikan Islam Jamiat Khaer di Nusantara
Pada Tahun 1905 Sampai Pasca Kemerdekaan, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2013), hlm. 36
4
Harun Nasution dkk, Esnsiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: Ikapi, 1992), hlm. 480-481
Akan tetapi Jamiat Khair dilarang untuk mendirikan cabang-cabang organisasi di luar
wilayah Batavia5. Berdirinya Jamiat Khair lebih didorong oleh pertimbangan-pertimbangan
praktis daripada oleh kesadaran-kesadaran filosofis ataupun agama. Jamiat Khair merupakan
percerminan dari keengganan para pendirinya untuk tetap tertinggal dari kemajuan yang
dicapai oleh orang-orang Belanda, serta prestasi yang dicapai oleh orang-orang Cina yang telah
berhasil menegakkan sebuah organisasi sosial di kalangan mereka pada permulaan abad. Juga
merupakan pencerminan ketidaksenangan terhadap Belanda, yang dirasakan lebih
memperliharkan kecenderungan untuk menganak emaskan orang-orang Cina dibandingkan
dengan perhatian terhadap masyarakat Arab atau Muslim.
Menurut berkas Jamiat Khair ada beberapa faktor yang mendorong berdirinya sekolah
Jamiah Khair, yaitu:
a. Belum ada sekolah yang cocok untuk anak-anak kaum Muslimin, sebab sejak tahun
1850 mulai diberlakukannya sekolah oleh Pemerintah Hindia Belanda hingga abad ke-
20 khusus disediakan untuk anak orang Eropa, anak orang Kristen dan anak kaum
bangsawan.
b. Pendidikan agama Islam tidak diperkenankan diajarkan pada sekolah Pemerintah
Kolonial.
c. Semangat pembaharuan Islam di dunia yang dipelopori oleh Muhammad Abduh,
Jamaluddin Al-Afghani dan Rashid Ridha membuka cakrawala baru dalam pemikiran
orang Arab/keturunan Arab di Indonesia.
Yayasan pendidikan Jamiat Khair memiliki beberapa tingkat pendidikan, yaitu Taman
Kanak-kanak, Madrasah Ibtidaiyah putra, Madrasah Ibtidaiyah putri, Madrasah Tsanawiyah,
Madrasah Aliyah dan Institut Agama Islam Jamiat Khair.
B. Latar Belakang Berdirinya Al Irsyad
Al Irsyad adalah pecahan dari organisasi Jamiat Khair yang lahir akbiat terjadinya suatu
perpecahan antara golongan ningrat Arab (sayyid) dengan golongan Arab yang demokratis
(syaikh). Ketegangan antara golongan sayyid dengan golongan bukan sayyid di Indonesia
ketika fatwa yang dikeluarkan oleh Ahmad Surkati di Solo sebagaimana fatwa yang
dikeluarkan Rasyid Ridha dari majalah Al-Manar Kairo, yang mengemukakan bahwa
perkawinan antara seorang Islam buan sayyid dengan syarifah adalah jaiz6.

5
Mansur dan Mahfud Junaedi. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. (Jakarta: Depag Dirjen
Kelembagaan Agama Islam, 2005), hlm. 65
6
Deliar Noer. Gerakan Modern Isla di Indonesia 1900-1942. (Jakarta: LP3ES, 1991), hlm. 72
Menurut Steenbrink, pada tahun 1913 telah terjadi perpecahan di kalangan Jamiat Khair
mengenai hak istimewa golongan sayyid, mereka yang tidak setuju dengan kehormatan
belebihan bagi sayyid, dikecam dan dicap sebagai reformisdan kemudian mendirikan
organisasi Jami’ah al-Islami wa al-Irsyad al-Arabiyah, yang secara umum dikenal dengan Al-
Irsyad.
Al Irsyad didirikan pada tahun 1913 dan mendapatkan pengesahan dari Belanda pada
tanggal 11 Agustus 19157. Tokoh yang paling berperan dalam peristiwa ini adalah Syaikh
Ahmad Surkati, ia mengeluarkan fatwa tentang jaiz atau sahnya pernikahan yang menjawab
pertanyaan Umar bin Said Sungkar ipar Awad Sungkar Al-Urmei, mengenai apakah
diperbolehkan (kufu) menikah yang tidak sepadan (kafa’ah) yakni tidak sepadannya seorang
“syarifah” menikah dengan seorang “non sayyid” meski sama-sama memeluk agama Islam
dan meski persayaratan lainnya sudah terpenuhi. Menurut Ahmad Surkati hukum kufa’ah
seperti yang dikenal itu sepenuhnya tersingkir di Mesir, Sudan, Hijaz dan di negara-negara
Islam lainnya8.
Al Irsyad merupakan sebuah perhimpunan yang bercorak keagamaan dan bertujuan
untuk terwujudnya insan-insan yang beriman dan bertakwa kepada Allah, melaksanakan amar
ma’ruf nahi munkar berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman salaf as-shalih
demi kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 2 AD. Al Irsyad).
Adapun visi Al Irsyad adalah sebagai sebuah organisasi dakwah dan kader harus
mampu menjadi lembaga yang siap menggalang potensi umat Islam agar bisa keluar dari
keterpurukannya dan tampil memimpin bangsa ini untuk maju serta berkembang dalam
kebaikan dan kebenaran. Sedangkan misi Al Irsyad adalah untuk berjuang agar dinu al Islam
menjadi agama yang terampil memimpin dan mengungguli semua agama serta kaum Muslimin
menjadi khaira ummah yang mampu memimpin dan membimbing umat manusia menuju jalan
yang benar lagi diridhai Allah SWT9.

C. Lembaga Pendidikan Jamiat Khair dan Al Irsyad


Pengelolaan sistem administrasi yang baik, seperti yang berkaitan tentang anggaran
dasar, daftar anggota yang tercatat dengan rapi dan dilaksanakannya rapat secara berkala.

7
Harun Asrorah. Sejarah Pendidikan Islam. (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 161
8
Muh. Dahlan Thalib. Peranan Lembaga Keagamaan Al-Irsyad dalam Pendidikan di Indonesia, AL-
ISHLAH, Jurnal Studi Pendidikan, Vol. 16, No. 1, Thn 2018, hlm. 3
9
Sri Suriana. Peranan Ahmad Surkati Dalam Gerakan Pembaharuan Islam Melalui Perhimpunan Al-
Irsyad 1914-1943, Medina-Te, Vol. 13 No. 2 2017, hlm. 127
Indikasi penting yang ada pada pendidikan Islam masa pembaharuan, yaitu dimasukkannya
pelajaran umum dalam sekolah, penerapan sistem klasikal, administrasi sekolah dikelola
dengan baik, dengan mengacu pada manjemen pendidikan dan lahirnya lembaga pendidikan
yang baru diberi nama madrasah.
Pendidikan hendaknya tidak memisahkan diri dengan kebutuhan masyarakat,
pendidikan hendaknya menciptakan suasana yang mampu memberi kepuasan terhadap
keinginan dan kebutuhan masyarakat sekitarnya, sehingga pendidikan mampu menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dengan kehidupan masyarakat.
Hal itu dapat terwujud ketika pendidikan diarahkan dan dikembangkan sesuai
kebutuhan masyarakat pada saat itu, serta disesuaikan dengan potensi geografis
masyarakatnya. Perlu juga pendidikan mengkombinasikan nilai nilai ketuhanan dan
kemanusiaan, sehingga ana semacam hubungan yang erat antara pendidikan.
1. Lembaga pendidikan jamiat khair
Dikutip dari berkas resmi dari Jamiat Kheir, dinyatakan bahwa tujuanorganisasi ini
adalah bergerak di bidang social dan pendidikan. Sifat perkumpulan ini terbuka untuk
setiap muslim tanpa ada diskriminasi asal-usul, namun mayoritas anggotanya adalah para
habaib, para ulama dan cendekiawan muslim.
Pada tanggal 22 Juni 1910, sesuai dengan rapat anggota bulan April 1910 diajukan
kembali perubahan Anggaran Dasar untuk ketiga kalinya. Surat permohonan diajukan oleh
Muhammad bin Abdurrahman Syahab sebagai ketua dan Muhammad bin Syech bin Syahab
sebagai sekretaris dan perubahan tersebut disetujui pada tanggal 3 Oktober 1910. Tujuan
Jamiat Kheir semakin meluas, diantaranya:
a) Mendirikan dan mengurus gedung-gedung sekolah serta bangunan lain di Batavia
untuk kepentingan umat Islam
b) Mengupayakan sekolah-sekolah untuk memperoleh pengetahuan agama
c) Mendirikan perpustakaan yang mengupayakan buku-buku untuk menambah
pengetahuan dan kecerdasan
Pada tahun 1919 M, didirikan Jamiat kheir bagian puteri (al-Banat). Para pengajarnya
yang termasyhur yaitu Mu’allim Tunus dan syekh Ahmad Surkati. Maka ketika sudah
menjadi Yayasan Pendidikan. Visi, misi dan tujuannya10, yaitu:

10
Kokom Ernawati. SKRIPSI. Pembaharuan Lembaga Pendidikan Islam Jamiat Kheir di Nusantara
Pada Tahun 1905 Sampai Pasca Kemerdekaan. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2013), hlm.39
1) Visi Yayasan Jamiat Khair
a. Mencerdaskan umat sejalan dengan tantangan kemajuan zaman berpegang teguh
pada landasan ajaran Islam
b. Wawasan ke-Islaman secara utuh (kaffah) terpadu antara iman, ilmu dan amal,
terintegrasi antara IMTAQ dan IPTEK
c. Wawasan keunggulan, ketekunan, kesungguhan dan keikhlasan dalam rangka
ibadah kepada Allah SWT
2) Misi Yayasab Jamiat Khair
a. Menyiarkan agama Islam dan bahasa Arab
b. Berkhidmat untuk umat sesuai dengan perintah Allah SWT dan Rasulullah
Muhammad SAW
3) Tujuan Yayasan Jamiat Khair
a. Mempersiapkan generasi Islam yang cinta kepada Allah SWT dan taat kepada
Rasulullah SAW, sayang kepada sesama, berakhlak mulia, percaya diri, teguh
pendirian, selalu bertitik kepada kebenaran dan keadilan, bermanfaat bagi agama,
umat dan masyarakat, menerapkan ajaran agama Islam dalam meningkatkan
martabat bangsa dan negara
b. Membentuk kepribadian ulama yang berwawasan luas, ahli dalam bidangnya,
mampu berbahasa Arab dan dapat member manfaat bagi masyarakat dan bangsa
c. Menanamkan mahabbah kepada kaum mukminin, utamanya ahli bait/keluarga
Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya
Mengenai kondisi Jamiat Kheir sekarang, Syaugi Al-Gadri, beliau sebagai Ketua
Harian di Yayasan Pendidikan Jamiat Khair sekarang menyatakan bahwa Jamiat Khair
sekarang mengikuti kurikulum Departemen Agama dan mengenai muatan materinya dapat
dikatakan hampir 100% berisi muatan materi Agama Islam.
Hal itu terlihat dari muatan materi pendidikan yang diberikan, seperti Bahasa Arab,
Qur’an Hadits, nahwu shorof, balaghah, ilmu falaq, tafsir dan ilmu tafsir, hadits dan ilmu
hadits, qiraatul kutub, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, kqidah akhlak, fiqih dan ushul
fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, faraidh, tahfidzul Qur’an, imla, insya, khat, matematika
olahraga, kimia, IPA/Biologi, sosiologi, fisika, PKN dan TIK.
Buku Kitab/Pegangan yang digunakan di Jamiat Khair, yaitu: Najhul Lughoh, Tashrif
Al-Aqoid Diniyyah, Durusul Fiqhiyah, Al-Muntakhobat al-Mahfudhot, Al-Qiroah
Rosyidah, Al-Akhlak lil banin wal Banat, Silsilah at-Ta’lim at-Ta’bir, Silsilah at-Ta’lim
an-Nahwu, Silsilah at-Ta’lim ash-Sharf, Ta’lim Muta’lim, Al-Hushun al-Mutaalim,
Qira’ah Tajridiyah, An-Nahwul Wadhih dan Al-Qiroah Jadidah.
Kebijakan pemerintah mengenai Ujian Nasional, Jamiat Khair mengikuti juga proses
Ujian Nasional tersebut dan menurut Ketua Harian tersebut, dinyatakan bahwa Jamiat
Khair selalu meluluskan 100% siswanya.
Dalam proses pembelajaran Jamiat Khair dari awal berdiri sampai sekarang tetap
memisahkan kelas, bahkan gedung dan wilayah untuk siswa laki-laki dan perempuan
terpisah. Hal itu tetap dipegang secara kuat, sama seperti kitab-kitab yang digunakan, dari
awal berdiri sampai sekarang masih menggunakan kitab yang sama.
2. Lembaga pendidikan Al Irsyad
Berdirinya organisasi atau perhimpunan Al-Irsyad bukan didorong ole keinginannya
untuk mengadakan sesuatu yang baru, tetapi didasarkan atas ketaatan aqidah agama yaitu
memurnikan ajaran agama Islam secara murni dengan berdasar pada al-Qur’an dan Hadits.
Bahwa perhimpunan Al Irsyad merupakan lembaga yang banyak perhatiannya pada
pendidikan dan untuk itu dibukalah secara resmi Madrasah yang pertama pada tanggal 15
Sawwal 1332 atau bertepatan dengan hari Ahad 6 September 1914 dengan nama Madrasah
Al-Irsyad Al Islamiyah dibawah pimpinan Syaik Ahmad Surkati di rumah tempat
tinggalnya. Hal yang sangat mengagumkan bagi warga Arab khususnya dan warga asli
Indonesia pada umumnya adalah bahwa setelah Al Irsyad membuka cabang-cabang di
beberapa kota di Indonesia para pengurus Al Irsyad dengan gigih mendirikan sekolah-
sekolah yang walaupun tingkat rendah (dasar) sampai tingkat menengah11.
Al-Irsyad dengan sekolah (Madrasahnya) membagi lima jenjang pendidikan yaitu (1)
Auwaliyah, lama pelajaran 3 tahun; (2) Ibtidaiyyah, lama pelajaran 4 tahun; (3) Tajhiziah,
lama pelajaran 2 tahun; (4) Mu’allimin, lama pelajaran 4 tahun; dan (5) Takhassus, lama
pelajaran 2 tahun12.
Jenjang pendidikan auwaliayah dan Ibtidaiyah merupakan tingkat pemula atau dasar,
kemudian Tajhiziah merupakan tingkat lenjutan atau menengah sementara Muallimin
mengarahkan murid untuk langsung mengajar sebagai asisten, sedangkan Takhassus
tingkat spesialisasi yang dipilih siswa. Penjenjangan tersebut seluruhnya dalam satu
sekolah dan satu bangunan, ini disebabkan beragamnya siswa dilihat dari segi usia masing-

11
Muh. Dahlan Thalib. Peranan Lembaga Keagamaan Al-Irsyad dalam Pendidikan di Indonesia. AL-
ISHLAH. Jurnal Studi Pendidikan, Vol. 16 No. 1 tahun 2018, hlm. 6
12
Mahmud Yunus. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1992), hlm.307
masing. Siswa yang tingkat kecerdasannya tinngi dapat dipindahkan kekelas yang lebih
tinggi, sehingga siswa ada yang selesai tidak sampai 15 tahun.
Al-Irsyad menerapkan kurikulum moderen, dalam arti ada semacam kurikulum yang
dibuat secara khusus. Materi dan kitab disesuaikan berdasarkan dengan tingkat dan waktu
lama belajar santri/siswa. Dalam operasionalisasinya kegiatan pembelajaran dilakukan
secara sistematis, berurutan dimulai dari awal/pendahuluan pada setiap kitab yang akan
dipelajari sampai kepada bab penutup.
Demikikan juga dalam merujuk dan menggunakan kitab, biasanya dari kitab yang
termudah, kemudian dilanjutkan kepada kitab yang dianggap paling sulit. Atau dari kitab
yang tingkatannya rendah sampai kepada kitab yang tingkatan tinggi.
Materi pelajaran yang diajarkan adalah Bahasa Arab, qawaid, nahwu, shorof, balaghah,
bahasa Belanda, agama Islam dari al-Quran beserta tafsirnya, hadits dengan musthalah
hadisnya, ilmu hitung, ilmu bumi, ilmu ukur/handasah, ilmu mantiq, ilmu tarikh, dan ilmu
tata buku13. Adapun pemikirannya tentang metode pengajaran Ahmad Surkati menerapkan
banyak metode belajar yaitu: rihlah, diskusi, ceramah, dan praktek. Metode dan pendekatan
yang beliau terapkan adalah sebagai berikut:
1) Metode yang diterapkan oleh Ahmad Surkati
a. Pembiasaan, dilakukan dalam pelajaran bahasa Arab dengan mengajak salah satu
murid beliau untuk jalan dan kemudian mengajarkan bahasa arab dari benda-benda
yang dijumpai, hal ini dialami oleh H. Abdul Halim
b. Pendekatan psikologis dan konseling dalam melihat minat dan bakat serta tingkat
kemampuan intelegensi para siswa yang diajar
c. Demokratis dalam suasana belajar mengajar dan menggunakan pendekatan akliyah
yang mengembangkan tingkat kemampuan berpikir siswa
d. Metode Diskusi juga sering diterapkan14
2) Pendekatan yang diterapkan oleh Ahmad Surkati
a. Memperhatikan muridnya, dari segi budi pekerti dan intelektual.
b. Pemikiran yang mampu diterima oleh muridnya.
c. Menggunakan pendekatan rasional dalam pembelajaran.

13
Muhammad Nur Effendi. Pendidikan Al Irsyad dan Kontribusinya Terhadap Pendidikan Islam. Jurnal
Darussalam, Vol.20 No. 2 2019, hlm. 95-96
14
Aulia dkk. Inovasi Pendidikan Islam di Al Irsyad. HIJRI-Jurnal Manajemen Pendidikan Keislaman,
Vol.8 No.1 tahun 2019, hlm. 5-7
d. personal psikologis dan konseling dalam memahami minat, bakat dan kemampuan
siswanya
Konsep tersebut terlihat bahwa kurikulum yang di susun menunjukkan keahliannya
dalam bidang kurikulum, kurikulum yang disusunnya memberi peluang bagi siswa untuk
berkembang dan berkompetesi berdasarkan kemampuan dan bakat yang mereka miliki.
Al-Irsyad berhasil mengembangkan kecerdasan bangsa Indonesia di bidang pendidikan
tidak hanya terbatas di kalangan muslim keturunan Arab saja tetapi juga muslim warga
Indonesia (penduduk pribumi) yang pada fase berikutnya banyak menyumbangkan
pergerakan melawan penjajah pada sat itu, berbeda dengan Jamiat Khair hanya mengurusi
pendidikan, ketika muhammadiayah dan Persatuan Islam lahir banyak bekerjasama dalam
bidang pendidikan, sekolah-sekolah yang didirikan tidak hanya di Jakarta saja melainkan
meluas kewilayah diluar Jakarta bahkan diluar pulau Jawa.
Perkembangan Al-Irsyad melaju dengan cepat karena pendanaan yang luar biasa dari
anggotanya, ini terlihat pada kermajuan bagi murid -murid yang bersekolah di lembaga ini,
mereka mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studinya ke tingkat yang lebih tinggi
terutama ke Universitas Al-Azhar Cairo Mesir.

KESIMPULAN

Bentuk gerakan pembaharuan yang dilakukan Jamiat Khair dan Al-Irsyad dibidang
pendidikan diilhami oleh pembaharuan yang dilakukan oleh beberapa para ulama asal Arab
Hadramaut dan juga pemuda Alawiyyin, menjadikan ”transformasi pendidikan dan pemurnian
ajaran Islam dari pengaruh praktek-praktek yang salah.”

Pembaharuan yang dilakukan oleh Jamiat Khair merupakan semangat untuk melakukan
perbaikan dan mengisi kekosongan yang dialami oleh kaum muslimin, terutama dalam hal
pendidikan pada masa pemerintah Belanda dengan berperan sebagai pelopor pembaharuan
lembaga pendidikan. Pada masa pemerintah Belanda dengan undang-undang yang
diskriminatif, Jamiat Khair bisa mengatasi keadaan dan mendapat izin, meski lingkup gerak
dibatasi oleh pemerintah Belanda.

Semua sejarawan, sepakat bahwa Jamiat Khair merupakan pelopor dalam pembaharuan
lembaga pendidikan. Hal itu terlihat dalam berbagai argumentasi dan fakta yang
menggambarkan keberadaan sekolah-sekolah pada tahun awal berdirinya sekolah Jamiat Khair
masih dalam suasana pembelajaran yang tradisional. Sekolah yang ada pada masa itu, belum
menggunakan sistem kelas, masih menggunakan aula besar sebagai ruang belajar bersama,
masih menggunakan metode wetonan, sorogan atau hafalan dan yang terpenting adalah belum
ada sistem kurikulum yang teratur dan adminstrasi yang rapi.

Kemudian peran Al-Irsyad dalam pendidikan di Indonesia juga sangat berpengaruh dan
memberikan corak tersendiri dalam sistem pendidikan di Indonesia, disaat banyaknya sekolah-
sekolah yang lebih mementingkan kepentingan aspek intelektual dan menyampingkan aspek
moral, Al-Irsyad tampil sebagai pendidikan yang menimbang aspek moral, yang bertujuan
untuk meningkatkan moral bangsa Indonesia dan menjadikan penerus-penerus bangsa yang
taat terhadap agamanya.

Perhimpunan Al-Irsyad lebih telah memfokuskan perhatiannya pada bidang pendidikan


Islam hal ini dapat dilihat berdirinya cabang-cabang Al- Irsyad di beberapa pelosok tanah air
dan telah mendirikan sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar sampai pada tingkat menengah,
berbeda dengan pondok pesanteren yang menekankan penghafalan, masalah teologi dan
hukum, akan tetapi sistem pendidikan dan pengajaran mengutamakan pelajaran bahasa Arab
agar murid-murid Madasah mampu memahami ajaran Islam yang koprehensif dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Asrohah, Harun. Sejarah Pendidikan Islam. (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999).

Aulia dkk. 2019. Inovasi Pendidikan Islam di Al Irsyad, HIJRI-Jurnal Manajemen Pendidikan
Keislaman, Vol. 8 No.1.

Dahlan, Muh. Thalib. 2018. Peranan Lembaga Keagamaan Al-Irsyad dalam Pendidikan di
Indonesia. AL-ISHLAH. Jurnal Studi Pendidikan. Vol. 16 No. 1.

Ernawati, Kokom. SKRIPSI. Pembaharuan Lembaga Pendidikan Islam Jamiat Kheir di


Nusantara Pada Tahun 1905 Sampai Pasca Kemerdekaan. (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2013).

Mansur dan Mahfud Junaedi. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. (Jakarta: Depag Dirjen
Kelembagaan Agama Islam, 2005).

Nasution, Harun dkk. Ensiklopedi Islam Indonesia. (Jakarta: Ikapi, 1992).

Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. (Jakarta: LP3ES, 1991).

Nur, Muhammad Effendi. 2019. Pendidikan Al Irsyad dan Kontribusinya Terhadap


Pendidikan Islam. Jurnal Darussalam. Vol. 20. No. 2.
Suriana, Sri. 2017. Peranan Ahmad Surkati Dalam Gerakan Pembaharuan Islam Melalui
Perhimpunan Al-Irsyad 1914-1943. Medina-Te. Vol. 13 No. 2.

Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. (Jakarta: Mutiara Sumber Widya,
1992).

Anda mungkin juga menyukai