Abstrak
Jurnal ini membahas organisasi Islam yang ada di Indonesia. Organisasi Islam di Indonesia yang
akan di bahas adalah Jami‟at Khair dan Al-Irsyad. Kedua organisasi tersebut merupakan organisasi Islam
modern paling awal yang didirikan di Indonesia. Pendirian kedua organisasi tersebut di latarbelakangi
oleh kondisi pendidikan di Indonesia pada masa Pemerintahan Hindia-Belanda. Metode yang digunakan
adalah menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan pustaka, yaitu keseluruhan data yang diperoleh
penulis dari studi pustaka berupa buku, artikel ilmiah, dan jurnal terkait. Hasil penelitian menunjukan
bahwa kedua organisasi ini memilki peran yang sangat besar dalam perkembangan pendidikan di Hindia-
Belanda pada masanya.
Abstract
This journal examines Islamic Organization in Indonesia. Islamic Organization that will be discussed is
Jami’at Khair and Al-Irsyad. Both of these organizations were the first modern Islamic Organization that
were established in Indonesia. The establishment of these both organizations were caused by education
condition in Indonesia while the government of Netherlands Indies. The method in this journal used
qualitative methods through literature approachment, namely the overall data which is obtained by the
authors from literature in the form of books, scientific articles, and related journals. The results showed
that both of these organizations has anenormous role in the development of education in the Dutch East
Indies.
Pendahuluan
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
2
Belanda yang pada waktu itu melaksankan politik etis, membuka sekolah-sekolah bagi
kalangan pribumi, namun hanya kalangan pribumi yang anggota keluarganya bekerja
sebagai pegawai pemerintah Hindia-Belanda yang diperbolehkan. Masyarakat
keturunan Arab memiliki kesempatan untuk belajar di sekolah-sekolah tersebut. Namun,
mereka berkeinginan selain mendapatkan ilmu pengetahuan umum juga mendapatkan
ilmu pengetahuan agama Islam.
Pada tahun 1901 masyarakat keturunan Arab memiliki ide untuk mendirikan
sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial. Pada tahun 1903 masyarakat
keturunan Arab mulai melakukan pendekatan terhadap pemerintah Hindia-Belanda agar
organisasi yang mereka dirikan menjadi organisasi resmi yang memiliki izin. Maka,
untuk memperoleh izin dari Pemerintah Hindia-Belanda, mereka mengirimkan surat
pengajuan perizinan kepada pemerintah Hindia-Belanda. Surat yang diajukan kepada
pemerintah Hindia-Belanda ternyata tidak ditanggapi hingga memakan waktu dua
tahun,
Masyrakat keturunan Arab pada Maret 1905 kembali mengajukan surat
perizininan pendirian organisasi kepada Pemerintah Hinda Belanda. Dalam surat
tersebut dinyatakan bahwa tujuan organisasi mereka adalah untuk memberikan bantuan
bagi orang-orang Arab, laki-laki maupun perempuan yang tinggal di Batavia dan
sekitarnya bila anggota keluarga meninggal dunia atau mengadakan pesta pernikahan 1.
Surat keputusan Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda yang datang pada 17 Juni 1905
menyatakan bahwa organisasi yang bernama Jami‟at Khair resmi terdaftar sebagai
organisasi.
Jami‟at Khair didirikan oleh Sayid Ali bin Ahmad bin Syahab sebagai ketua,
Sayid Muhammad bin Abdullah bin Syahab sebagai wakil ketua, Sayid Muhammad Al
Fachir bin Abdurrahman Almasyhur sebagai sekretaris, Sayid Idrus bin Ahmad bin
1
Pasal 3 Anggaran Dasar 15 Agustus 1903, Arsip Ag 13240 No. 18/8-24363/03 (ANRI, Jakarta).
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
3
Syahab sebagai bendahara, dan Said bin Ahmad Basandiet sebagai anggota2. Hingga
saat ini, pengurus Jami‟at Khair terus diperbarui sesuai kebutuhan.
Jami‟at Khair didirikan karena pada awal abad ke-20, muncul pemikiran
pembaharuan Islam yang dipelopori oleh Muhammad Abduh, Jamaluddin Al-Afghani
dan Rasyid Ridha. Salah satu hal yang mengalami pembaharuan adalah bidang
pendidikan, yakni pendirian sekolah modern. Selanjutnya tidak adanya pelajaran agama
Islam, dan kentalnya misi Gospel pada bidang pendidikan masa pemerintahan Hindia-
Belanda. Kedua hal tersebut menunjukkan tidak adanya institusi yang cukup baik bagi
pendidikan umat Islam, khususnya masyarakat keturunan Arab. Gospel atau penyebaran
agama Kristen secara terang-terangan terjadi pada masa Pemerintah Hindia-Belanda.
Penyebaran agama tersebut mengkhawatirkan umat Islam saat itu.
2
Kokom Ernawati, Pembaharuan Lembaga Pendidikan Islam Jami’at Khair di Nusantara pada tahun
1905 sampai Pasca Kemerdekaan, 2013,(Skripsi, UIN Jakarta).
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
4
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
5
4
Kokom Ernawati, Pembaharuan Lembaga Pendidikan Islam Jami’at Khair di Nusantara pada tahun
1905 sampai Pasca Kemerdekaan, 2013,(Skripsi, UIN Jakarta).
5
Kokom Ernawati, Pembaharuan Lembaga Pendidikan Islam Jami’at Khair di Nusantara pada tahun
1905 sampai Pasca Kemerdekaan, 2013,(Skripsi, UIN Jakarta).
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
6
6
Kokom Ernawati, Pembaharuan Lembaga Pendidikan Islam Jami’at Khair di Nusantara pada tahun
1905 sampai Pasca Kemerdekaan, 2013,(Skripsi, UIN Jakarta).
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
7
Yayasan Pendidikan Jami‟at Khair sejak tahun 1901 hingga 1985 telah memiliki
beberapa sekolah, yaitu:
Sejarah Al-Irsyad
7
Enizar Muaz, Jami’at Khair sebagai salah satu Pelopor Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia,
1987, (Skripsi, UI)
8
Hussein Badjerei, cet. Pertama 1996, Al-Irsyad: Mengisi Sejarah Bangsa, Presto Prima Utama, Hlm. 28
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
8
perkawinan antara perempuan sayyid dengan laki-laki non-sayyid adalah sah. Surkati
menjelaskan bahwa perkawinan tersebut sah. Hal ini disebabkan perkawinan kafa’ah
antara sesama Islam diperbolehkan dengan syarat mememenuhi syariat Islam. Bahkan
dalam sejarah Rasulullah, beliau menikahkan Zainab binti Jahz, seorang bangsawan
Quraish dengan anak angkat Rasulullah yaitu Zaid bin Harits, seorang budak. Hadits
yang dipakai oleh orang Arab atau yang disebut dengan golongan sayyid adalah hadits
palsu.
Pendapat Ahmad Surkati tentang kafa’ah di Solo didengar oleh para pengurus
Jami‟at Khair. Setelah Surkati kembali ke Jakarta, golongan sayyid pada Jami‟at Khair
mulai tidak menghormatinya. Perbedaan pendapat kafa’ah dan fiqih merupakan awal
perpecahan antara Surkati dengan golongan sayyid. Seiring berjalannya waktu,
golongan sayyid selalu melakukan perdebatan dengan Jami‟at Khair tentang masalah
agama, sehingga Sukarti merasa dirinya diusir oleh golongan sayyid Jami‟at Khair.
Ahmad Surkati meninggalkan Jami‟at Khair pada tahun 1914.10 Selain merasa
diusir oleh golongan sayyid Jami‟at Khair, terdapat peristiwa penting tentang masalah
mencium tangan yang dilakukan oleh golongan non-sayyid (murid-murid Sukarti)
dengan golongan sayyid Jami‟at Khair. Sesuai dengan ajaran Surkati tentang persamaan
sesama muslim, akhirnya Sukarti meninggalkan Jami‟at Khair.
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
9
Namun, sampai saat ini, justru tanggal 6 September 1914 yang ditetapkan
sebagai hari peringatan didirikannya perhimpunannya. Tanggal berdirinya Al-Irsyad ini
tercantum dalam Anggaran Dasar Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyah, Pasal 2 yang
berbunyi “Al-Irsyad Al-Islamiyah didirikan Syekh Ahmad Surkati Al-Anshari pada
tanggal 15 Syawal 1332 Hijriyah bertepatan tanggal 6 September 1914 M di Jakarta”.13
Ahmad Surkati merupakan seorang ulama yang lahir di desa Udfu daerah
Dunggulah, tepatnya di pulau Arqu pada tahun 1292 H atau 1875 M (profil Al-Irsyad,
2012). Ayahnya bernama Muhammad dan diyakini masih memiliki hubungan keturunan
dari Jabir bin Andullah Al-Anshari.14 Ahmad Surkati merupakan pemberian nama dari
orang Indonesia. Nama asli Ahmad Surkati adalah Ahmad bin Muhammad bin
Muhammad bin Muhammad bin Muhammad as-Soorkattiy Al-Khazrajiy Al-Anshory.15
Ahmad Surkati merupakan anak pertama. Hal ini bisa dilihat dari pemberian nama
Ahmad, bagi orang zaman dahulu selalu menamakan anak pertama dengan nama
Ahmad.16
11
Hussein Badjerei, cet. Pertama 1996, Al-Irsyad:Mengisi Sejarah Bangsa, Presto prima Utama,, hlm. 33
12
Hussein Badjerei, cet. Pertama 1996, Al-Irsyad: Mengisi Sejarah Bangsa, Presto prima Utama, Hlm. 15-
16
13
Al-Irsyad Islamiyyah, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Periode 2012-2017, hlm 5.
14
Prof. Dr. Bisri Affandi, MA., 1999, Syaikh Ahmad Syurkati (1874-1943) Pembaharu dan Pemurni
Islam di Indonesia, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, hlm. 4.
15
Hussein Badjerei, cet. Pertama 1996, Al-Irsyad: Mengisi Sejarah Bangsa, Presto prima Utama,, hlm. 34
16
Hussein Badjerei, cet. Pertama 1996, Al-Irsyad: Mengisi Sejarah Bangsa, Presto prima Utama,, hlm. 34
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
10
muda.17 Selain itu, Ahmad Surkati sangat mencintai pendidikan. Hal ini terlihat ketika
masih anak-anak, selain belajar Al-Qur`an, Surkati juga belajar fiqih dan tauhid yang
diajarkan oleh ayahnya sendiri. Ketika dewasa, Surkati mulai memperdalam
pengetahuan dengan melanjutkan studinya ke luar negeri, tepatnya di Al-Azhar Mesir.
17
Hussein Badjerei, cet. Pertama 1996, Al-Irsyad: Mengisi Sejarah Bangsa, Presto prima Utama, hlm. 34
18
Mutiah, 1981, Gerakan Pembaharuan Islam; Khususnya Al-Irsyad, Depok: FSUI, hlm. 61
19
Mutiah, 1981, Gerakan Pembaharuan Islam; Khususnya Al-Irsyad, Depok: FSUI, hlm. 61
20
Hussein Badjerei, cet. Pertama 1996, Al-Irsyad: Mengisi Sejarah Bangsa, Presto prima Utama, hlm. 35
21
Deliar Noer, 1980, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES Anggota IKAPI,
Hlm. 73
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
11
Atas pertimbagan dua Syeikh ini, Surkati dipilih untuk menjadi tenaga pengajar bagi
Jami‟at Khair. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Surkati. Hal ini disebabkan
Surkati mengetahui tentang kondisi Indonesia yang saat itu sedang dijajah oleh bangsa
Belanda dan Belanda memberi julukan Indonesia sebagai negeri orang primitif. Oleh
karena itu, Surkati ingin pergi ke Indonesia dengan niat sungguh-sungguh untuk
mendidik orang Indonesia khususnya dalam bidang agama Islam.
Pada bulan Maret tahun 1911, Surkati mulai masuk ke Indonesia tepatnya di
wilayah Jawa. Surkati memulai langkah awal di tanah Jawa dengan menjadi seorang
staf pengajar Jami‟at Khair. Saat itu sekolah Jami‟at Khair yang merupakan tempat
Surkati menjadi guru terletak di Pekajon.22 Surkati menjadi staf pengajar selama tiga
tahun di sekolah Jami‟at Khair. Sejak perihal masalah perbedaan pendapat tentang
kafa’ah, hubungan antara Surkati dengan pengurus jami‟at Khair semakin panas. Oleh
karena itu, dengan sikap bijaksana Surkati meninggalkan Jami‟at Khair pada tahun 1914
M.23
Ketika terjadinya “Peristiwa Leles” pada tahun 1919, Surkati memiliki strategi
khusus agar dapat mengembangkan Al-Irsyad. Strategi yang digunakan saat itu adalah
dengan mengajak saudagar kaya Indonesia-Arab yang diduga membiayai Sarekat Islam
agar bergabung dengan Al-Irsyad. Masuknya saudagar kaya Indonesia-Arab
memberikan pemasukan keuangan bagi keperluan Al-Irsyad dan keuntungan dari
saudagar kaya Indonesia-Arab adalah terhindarnya mereka dari hukuman pemerintah
Belanda.
22
Hussein Badjerei, cet. Pertama 1996, Al-Irsyad: Mengisi Sejarah Bangsa, Presto prima Utama, Hlm. 27
23
Hussein Badjerei, cet. Pertama 1996, Al-Irsyad: Mengisi Sejarah Bangsa, Presto prima Utama, Hlm. 32
24
Hussein Badjerei, cet. Pertama 1996, Al-Irsyad: Mengisi Sejarah Bangsa, Presto prima Utama, Hlm. 33
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
12
Pada tahun 1940 merupakan tahun kesedihan bagi Surkati. Hal ini disebabkan
Surkati mendapatkan penyakit berupa sakit di bagian matanya. Setelah berkunjung ke
dokter Belanda, Sukarti disarankan untuk melakukan operasi pengeluaran mata kiri agar
menghilangkan rasa sakit. Akan tetapi, sakitnya semakin parah dan dokter Belanda
memberikan kesimpulan untuk melakukan operasi kedua dengan mengeluarkan mata
kanannya. Dengan melakukan dua kali operasi mata, Surkati tidak bisa melihat lagi.26
Ahmad Surkati meninggal dunia dalam usia 69 tahun, yaitu pada tanggal 16
September 1943 M.27 Pada masa itu Indonesia sedang dijajah oleh Jepang. Ketika itu,
terdapat seorang murid dari Surkati yang dipenjara oleh tentara Jepang. Ketika murid itu
dibebaskan, dia terkejut dengan kabar yang mengatakan Ahmad Surkati telah meninggal
dunia. Kemudian dia mendatangi tempat kuburan Surkati. Akan tetapi dia tidak
menemukan batu nisan gurunya. Hal ini sesuai dengan salah satu ajaran Surkati yang
tidak memperbolehkan kuburan kaum muslim untuk memakai batu nisan.
Mabadi Al-Irsyad
Pengertian Mabda atau Mabadi Al-Irsyad dalam dokumen ini adalah sebuah
dasar (cara pandang) dan metedologi memahami dan mengamalkan ajaran Islam
25
Hussein Badjerei, cet. Pertama 1996, Al-Irsyad: Mengisi Sejarah Bangsa, Presto prima Utama,, hlm. 41
26
Hussein Badjerei, cet. Pertama 1996, Al-Irsyad: Mengisi Sejarah Bangsa, Presto prima Utama,, hlm. 66
27
Hussein Badjerei, cet. Pertama 1996,Al-Irsyad: Mengisi Sejarah Bangsa, Presto prima Utama,, hlm. 71
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
13
Berikut ini 8 Mabadi Al-Irsyad, yaitu (1) sumber hukum (memahami ajaran
Islam dari Al-Qur`an dan Sunnah dan bertakim kepada keduanya), (2) aqidah atau
tauhid (beriman dengan aqidah Islamiyyah yang berdasarkan nash-nash kitab Al-Quran
dan Sunnah yang shahih, terutama bertauhid kepada Allah yang bersih dari syirik,
takhayul, dan khurafat), (3) ibadah (ibadah menurut tuntunan Kitabullah dan Sunnah
serta bersih dari bid’ah), (4) akhlak (berdasarkan adab susila yang luhur, moral, dan etik
Islam serta menjauhi adat istiadat, moral, dan etik yang bertentangan dengan Islam), (5)
Al-Musawa atau kesetaraan (kewajiban menganggap kaum muslim itu bersaudara, tidak
melebihkan seseorang lebih dari yang lainnya kecuai ilmu dan ketakwaan), (6) ilmu
pengetahuan (memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan
dunia dan akhirat yang diridhoi Allah SWT), (7) modernitas (meningkatkan kehidupan
28
Yon Machmudi, cet. Pertama 2013,Sejarah dan Profil Ormas-Ormas Islam di Indonesia, Depok: PKTTI
UI, hlm. 57-58
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
14
dan pengetahuan dunia, pribadi, masyarakat selama tidak diharamkan oleh Islam dan
nash, serta mengambil manfaat dari segi alat-alat dan cara teknis, organiasai, dan
administrasi modern yang bermanfaat bagi pribadi, umat, moril dan spiritual, dan (8)
ukhuwwah Islamiyyah (Bergerak dan berjuang secara terampil dan dinamis dengan
perorganisasian serta koordinasi yang baik bersama organisasi-organisasi lain dengan
jiwa ukhuwwah Islamiyyah dan setia kawan serta saling bantu dalma memperjuangkan
cita-cita Islam yang meliputi kebenaran, kemerdekaan, keadilan kebajikan serta
keutamaan menuju ridha Allah).29
Keorganisasian Al-Irsyad
Tujuan ini sesuai dengan visi dan misi organisasi ini yang bertujuan
memurnikan tauhid, ibadah, dan amaliyah Islam (Yon Machmudi, 2013: 57). Sementara
itu, awal berdirinya Al-Irsyad didahului dengan berdirinya Madrasah Al-Irsyad yang
bergerak di bidang pendidikan dengan sistem ajaran yang dibawa oleh Ahmad Surkati.
Berdasarkan AD/ART, visi-misi dan tujuan awal didirikannya Al-Irsyad, dapat
diketahui bahwa Al-Irsyad merupakan organisasi yang bergerak di bidang pendidikan,
pengajaran, dan dakwah Islam (pemurnian ajaran Islam).
29
Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Mabadi Al-Irsyad Al-Islamiyah, hlm. 36-40
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
15
Saat ini Al-Irsyad memiliki empat organ yang aktif sesuai dengan segmen
masing-masing. Organ tersebut, yaitu Wanita Al-Irsyad, Pemuda Al-Irsyad, Puteri Al-
Irsyad, dan Pelajar Al-Irsyad. Keempat organ ini sudah ada sejak berdirinya Al-Irsyad.
Namun, sempat tidak aktif dan pada tahun 2000 yang kemudian diaktifkan kembali dan
menuju otonomisasi sesuai dengan amanat Muktamar tahun 2000. Keempatnya
memiliki sususnan struktur sendiri dan berkontribusi sesuai segmen di masyarakat30
Struktur Organisasi
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Al-Irsyad pertama kali dipimpin oleh
Salim bin Awad Balweel. Hal ini tercantum dalam akte pendirian dan Anggaran Dasar
Al-Irsyad yang disahkan oleh Gubernur Jendral Hindia-Belanda. Dalam kepengurusan
Al-Irsyad, terdapat empat jabatan utama dibantu 19 pengurus Al-Irsyad. Empat jabatan
utama meliputi ketua, wakil ketua, sekretaris, dan bendahara, sedangkan 19 pengurus
yang lain menjadi komisaris dalam organisasi Al-Irsyad. Keempat jabatan itu diisi oleh
(1) Salim bin Awad Balweel sebagai Ketua, (2) Saleh bin Obeid bin Abdat sebagai
Wakil Ketua, (3) Muhammad Ubaid Abud sebagai Sekretaris, dan (4) Said bin Salim
Masy‟abi sebagai Bendahara.
Sementara itu, 19 pengurus Al-Irsyad sebagai komisaris, yaitu Ja‟far bin Umar
Balfas, Abdullah bin Ali Balfas, Abdullah bin Salmin bin Mahri, Abdullah bin Abdul
Qadir Harharah, Sulaiman bin Naji, Ahmad bin Thalib, Muhammad bin Said Al Uwaini,
Ali bin Abdullah bin „On, Mubarak bin Said Balweel, Awad bin Said bin Eili, Said bin
Abdullah Basalamah, Awad bin Ja‟far bin Mar‟ie, Salim bin Abdullah bin Musa‟ad,
Said bin Salim bin Haris, Aid bin Muhammad Balweel, Abud bin Muhammad bin Al
bin Said, Ghalib bin Said bin Thebe‟, „Abid bin Awad al „Uwaini dan Mubarak bin
Ja‟far bin Said. 19 komisaris Al-Irsyad mempunyai tanggung jawab dalam mengawasi
jalannya perhimpunan.31
30
www.alirsyad.org, diakses Jumat 31 Oktober pukul 20.00 WIB
31
Hussein Badjerei, cet. Pertama 1996, Al-Irsyad: Mengisi Sejarah Bangsa, Presto prima Utama, Hlm. 74-
75
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
16
Surat Al-Jawab merupakan jawaban Ahmad Surkati terhadap pemimpin surat kabar
Suluh Hindia. Surat Al-Jawab berisi pembicaraan tentang kafa’ah. Permasalahan
kafa’ah pada zaman itu semakin luas ketika Ahmad Surkati memberikan penjelasan
tentang dibolehkan pernikahan sesama muslim tanpa dilihat dari nasabnya. Surat Al-
Jawab ditulis oleh Ahmad Surkati pada tahun 1915.33
32
Yon Machmudi, cet. Pertama 2013,Sejarah dan Profil Ormas-Ormas Islam di Indonesia, Depok: PKTTI
UI, hlm. 56
33
Yon Machmudi, cet. Pertama 2013, Sejarah dan Profil Ormas-Ormas Islam di Indonesia, Depok:
PKTTI UI, hlm. 55
34
Yon Machmudi, cet. Pertama 2013, Sejarah dan Profil Ormas-Ormas Islam di Indonesia, Depok:
PKTTI UI, hlm. 55
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
17
Surkati selaku Pemimpin Redaksi dan didampingi oleh Muhammad Nur Al-Anshory
sebagai Adminstratur dan Abdullah Badjerei sebagai Redaktur.35
Menurut Zeyd Amar, usaha yang dilakukan oleh Al-Irsyad secara umum terbagi
menjadi tiga bidang, yaitu di bidang pendidikan, dakwah, dan sosial. Di bidang
pendidikan, terdapat 132 cabang Al-Irsyad baik yang aktif maupun pasif. Cabang yang
pasif menurut Zeyd Amar disebabkan tidak adanya masjid di daerah tersebut yang
merupakan tempat pendidikan dan penyebaran dakwah. Cabang-cabang Al-Irsyad
terdiri dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas.
Penamaan sekolah umum Al-Irsyad berbeda dengan sekolah umum yang didirikan oleh
pemerintah, sekolah Al-Irsyad lebih banyak memasukkan pelajaran agama (bahkan
lebih banyak dan lebih luas daripada pelajaran agama di madrasah umum yang didirikan
oleh pemerintah) sehingga lulusan pelajar Al-Irsyad telah mendapatkan pendidikan
agama disana. Terdapat pula pesantren dan boarding school yang didirikan oleh Al-
Irsyad, salah satunya boarding school yang didirikan di Cileungsi dan pesantren yang
didirikan di Papua.
35
Hussein Badjerei, cet. Pertama 1996, Al-Irsyad: Mengisi Sejarah Bangsa, Presto prima Utama, Hlm. 41
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
18
mampu dengan tidak dibebankan biaya perawatan selama di rumah sakit dengan
melakukan prosedur dari rumah sakit Al-Irsyad. Hingga saat ini terdapat empat cabang
rumah sakit Al-Irsyad yaitu di Bogor, Haugelis, Pekalongan dan Surabaya (wawancara
Zeyd Amar).
Sementara menurut Yon Machmudi dalam bukunya yang berjudul “Sejarah dan
Profil Ormas-Ormas Islam di Indonesia”, usaha yang dilakukan Al-Irsyad secara umum
terbagi menjadi tiga, yaitu lembaga pendidikan, lembaga sosial dan pelayanan
kesehatan. Dalam lembaga pendidikan, terdapat lembaga kanak-kanak hingga perguruan
tinggi yang berjumlah sekitar 318 lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan Al-Irsyad
meliputi taman kanak-kanak, taman pendidikan Qur‟an, SD, SMP, SMA, sekolah
kejuruan, pesantren berasrama dan pesantren tahfidz Al-Qur`an untuk putri.
Di lembaga sosial, terdapat pendirian panti asuhan anak yatim, akademi perawat,
dan investasi gedung-gedung bertingkat. Pendirian panti asuhan anak yatim merupakan
salah satu bentuk kepedulian Al-Irsyad terhadap anak-anak Indonesia yang tidak
mempunyai orang tua dan dibesarkan oleh Al-Irsyad serta diajarkan pendidikan,
khususnya pendidikan agama. Pendirian akademi perawat ditujukan bagi pelajar
Indonesia yang ingin menimba ilmu dalam keperawatan dan diharapkan menjadi
perawat-perawat yang berkualitas dan berguna bagi Indonesia. Di bidang pelayanan
kesehatan, Al-Irsyad mendirikan rumah sakit di beberapa wilayah pulau Jawa.36
Salah satu bentuk komunikasi yang terjalin antara Al-Irsyad dengan ormas Islam
yang lain adalah dengan hadirnya Ahmad Surkati dalam ceramah yang diselenggarakan
36
Yon Machmudi, cet. Pertama 2013, Sejarah dan Profil Ormas-Ormas Islam di Indonesia, Depok:
PKTTI UI, hlm. 59
37
Yon Machmudi, cet. Pertama 2013,Sejarah dan Profil Ormas-Ormas Islam di Indonesia, Depok:
PKTTI UI, hlm. 59
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
19
oleh Jong Islamieten Bond atau yang lebih dikenal dengan Muhammadiyyah. Tidak
hanya Ahmad Surkati, terkadang muridnya yang bernama Abdullah Badjerei atau Ali
Harharah juga ikut dalam mengisi ceramah di JIB atas penunjukan langsung dari
Ahmad Surkati.38
1) untuk meneguhkan doktrin persatuan dengan membersihkan shalat dan doa dari
kontaminasi unsur politheisme (kemurnian Tauhid),
2) untuk mewujudkan kesetaraan di antara kaum muslim dan mencari dalil yang
shahih di dalam Al-Qur`an dan Sunah, serta mengikuti jalan yang salaf untuk
semua solusi masalah agama yang diperdebatkan,
38
Hussein Badjerei, cet. Pertama 1996, Al-Irsyad: Mengisi Sejarah Bangsa, Presto prima Utama, Hlm. 61
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
20
Hakekat Al-Irsyad:
Sistem Pendidikan
Cabang-cabang Al Irsyad :
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
21
Penutup
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
22
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam
23
Daftar Pustaka
Affandi, Bisri. 1999. Syaikh Ahmad Syurkati (1874-1943) Pembaharu dan Pemurni
Isam di Indonesia. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Badjerei, Hussein. cet. Pertama 1996. Al-Irsyad: Mengisi Sejarah Bangsa. Presto Prima
Utama.
Machmudi, Yon. cet. Pertama 2013, Sejarah dan Profil Ormas-Ormas Islam di
Indonesia. Depok: PKTTI UI.
Noer, Deliar. 1980. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES
Anggota IKAPI.
Jami’at Khair & Al-Irsyad Laila, M.Fakhri, M.Raya, Rozana Gerakan Pemikiran Islam