STUDY CASE CG
(PT. Freeport Indonesia)
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. I Ketut Yadnyana, S.E., Ak., M.Si.
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Komang Tri Paramita 2/ 1907531013
Kharisma Milinia Muji Rahayu 3/ 1907531015
Kadek Ririn Sinthya Dewi 4/ 1907531018
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian PT Freeport Indonesia.
2. Untuk mengetahui sejarah dari PT Freeport Indonesia.
3. Untuk mengetahui struktur organisasi di PT Freeport Indonesia.
5. Untuk mengetahui mekanisme GCG di PT Freeport Indonesia.
6. Untuk mengetahui implementasi prinsip-prinsip GCG di PT Freeport Indonesia.
7. Untuk mengetahui pelanggaran prinsip-prinsip GCG di PT Freeport Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
Prinsip-prinsip GCG yang dilanggar oleh PT. Freeport Indonesia adalah prinsip
kewajaran dan kesetaraan, responsibilitas, transparansi dan akuntabilitas. Pelanggaran
prinsip kewajaran dan kesetaraan salah satunya ditunjukkan dengan adanya perlakuan yang
tidak adil terhadap upah dan gaji karyawan lokal dengan karyawan asing yang levelnya
sama. Pelanggaran prinsip responsibilitas ditunjukkan dengan perusakan lingkungan papua
yang membuat rakyat papua menderita dan tidak adanya penanggulangan atas kerusakan
tersebut. Pelanggaran prinsip transparansi dan akuntabilitas ditunjukkan dengan adanya
ketidak sesuaian informasi yang diberikan Freeport kepada negara seperti melakukan
penambangan di bawah tanah tanpa izin lingkungan, sehingga tidak adanya kejujuran dan
keterbukaan mengenai informasi akurat jumlah pendapatan mereka yang sesungguhnya.
Padahal, hal ini juga memengaruhi pendapatan dan kerugian yang diperoleh oleh negara.
3.2 Saran
Penerapan GCG ini sebenarnya merupakan alat yang ampuh untuk memberantas
praktik-praktik yang menciptakan radang yang merongrong perusahaan seperti praktik
korupsi, penggelembungan biaya, kolusi serta nepotisme tersebut yang pada gilirannya
merugikan konsumen dan perusahaan karena adanya praktik biaya ekonomi tinggi. Para
otoritas GCG perlu lebih agresif lagi mendorong penerapan GCG, terutama di perusahaan
publik, lembaga keuangan nonpublik dan BUMN.
Tak kalah pentingnya, terciptanya keseimbangan kekuatan di antara struktur
internal perusahaan (direksi, komisaris, komite audit, dan lain sebagainya). Sehingga,
pengambilan keputusan bisa menjadi lebih dipertanggungjawabkan (accountable), juga
hati-hati dan bijaksana (prudent).
Tidak bisa diingkari, masih banyak penerapan GCG yang sekadar untuk kosmetik
atau mendongkrak citra perusahaan dan tak konsisten untuk jangka panjang. Karena itu,
perlu komitmen yang lebih tinggi lagi terutama dari pimpinan dan pemilik perusahaan.
Begitu pula, survei seperti ini pun selalu mempunyai kelemahan, karena tak bisa sebebas-
bebasnya menguak apa yang tersembunyi di balik tameng rahasia perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA