Anda di halaman 1dari 8

Sekilas Sejarah Disyariatkannya Shalat Jumat Adalah As’ad bin Zurarah, seorang sahabat

asal Yatsrib (sekarang kota Madinah) pertama yang masuk Islam. Dialah pula yang pertama
kali mendirikan shalat Jumat di sana—lebih tepatnya di sebuah desa di pinggiran Madinah,
desa ini karib dikenal dengan Nuqai’ al-Khadhimat—atas instruksi dari sahabat Mush’ab bin
Umair, sahabat yang diutus Raslullah ‫ ﷺ‬untuk memimpin, mengajarkan Al-Qur’an dan
menyebark an Islam di Madinah al-Munawwarah. Jauh sebelum hijrah ke Madinah,
Rasulullah ‫ ﷺ‬telah lebih dahulu mengutus sahabat-sahabatnya dalam kepentingan dakwah
dan memperkenalkan Islam. Saat itu, penduduk Islam Madinah yang minoritas sedang dalam
diskriminasi sosial dan pelecehan nilai kemanusiaan oleh kaum kafir Quraisy Makkah.
Karena merasa tidak aman, Baginda Nabi akhirnya mencari tempat, masyarakat, dan
lingkungan yang lebih ramah dan bersih untuk mewadahi nilai-nilai ajaran suci yang
dibawanya. Kota Yatsrib adalah kota terbaik untuk menampung itu semua. Dan, sahabat
Mush’ab bin Umair merupakan orang pertama yang diutus Nabi berhijrah ke sana.
Sesampainya di Yatsrib, ia pun meminta izin kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬yang ada di Makkah
untuk mendirikan shalat Jumat, dan Nabi mengizinkannya. Terkait ini, Sayyid Muhammad
bin Alawi bin Abbas al-Maliki al-Hasani dalam karyanya Syari’atullah al-Khalidah (hal. 47)
mengatakan, Fala Garabata fi qauli Abi Hamid; innaha furidhat bi Makkah, “Sehingga, tak
heran bila Abu Hamid berpendapat, ‘Shalat Jumat itu diwajibkan di Makkah’.”

Orang yang mendirikan shalat Jumat pertama dalam Islam

Sebagaimana diriwayatkan oleh Daruquthni dan Ibn ‘Abbas, shalat Jumat


atau Jumatan pertama kali disyariatkan di Makkah sebelum hijrah. Namun Rasulullah belum
bisa melaksanakannya karena jumlah muslimin yang masih sangat sedikit dan kuatnya
tekanan dari kaum kuffar.

Ketika beberapa sahabat melakukan hijrah pertama ke Madinah, Rasulullah mengutus


Mush’ab ibn ‘Umair untuk mengajarkan islam kepada penduduk Madinah. Mush’ab juga
diminta untuk mengumpulkan orang-orang pada hari Jumat untuk melaksanakan shalat dua
rakaat. Dengan begini beberapa ulama siirah menyimpulkan bahwa orang pertama yang
mengadakan shalat Jumat adalah Mush’ab ibn ‘Umair.  Dengan jumlah jamaah yang hanya
dua belas orang (sebagaimana diriwayatkan oleh Thabrani dari Abu Mas’ud Al-Anshary).
Namun riwayat tersebut dinilai lemah.
Namun ada pendapat lain yang berpendapat bahwa Abu Umamah As’ad ibn Zurarah adalah
orang yang pertama kali mendirikan shalat Jumat di masjid AL-JUMU’AH di Madinah.
Dengan dalil hadist yang diriwayatkan dalam kitab Sunan Ibn Majah dari Abdurrahman ibn
Ka’b ibn Malik. Ia menceritakan, bahwa setiap kali ia menggandeng Ka’b ayahnya menuju
shalat Jumat, sang ayah selalu meminta ampunan untuk As’ad. Lalu Abdurrahman
menanyakan kepada ayahnya tentang apa maksud dari kebiasaannya tersebut. Sang ayah
menjawab bahwa Abu Umamah As’ad ibn Zurarah-lah yang pertama kali mengumpulkan
orang untuk shalat Jumat. Menurut Ibnu Hajar Al-‘Asqalaniy hukum hadist ini adalah hasan.

SEJARAH TURUNNYA SHALAT JUM’AT

Menurut sebagian riwayat, kata Jumat diambil dari kata jama’a yang artinya 'berkumpul',
yaitu hari perjumpaan atau hari bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa di Jabal Rahmah. Kata
Jumat juga bisa diartikan sebagai 'waktu berkumpulnya umat Islam untuk melaksanakan
kebaikan' sehingga tak aneh bila kemudian Allah memerintahkan umat Islam untuk
melaksanakan shalat Jumat untuk merayakan hari istimewa tersebut.

Perintah shalat Jumat turun seiring dengan turunnya perintah shalat lima waktu. Ketika itu,
Rasulullah masih berada di Makkah. Akibatnya, Rasulullah tidak langsung melaksanakan
perintah tersebut karena kondisi yang tidak memungkinkan di kota itu. Shalat Jumat perdana
baru dilakukan ketika Rasulullah hijrah ke Madinah.

Ketika itu, Senin, 12 Rabiul Awal 1 Hijriyah atau 23 September 622 M, Rasulullah dan Abu
Bakar as-Shiddiq menapakkan kaki memasuki Desa Quba’ yang tak jauh dari Madinah.
Kedatangan mereka telah ditunggu oleh warga di seluruh kampung. Semua orang berhambur
keluar dari rumah masing-masing ketika mengetahui Rasulullah dan Abu Bakar telah tiba di
desa tersebut. 

Di Desa Quba’ itu, Rasulullah kemudian beristirahat di rumah seorang lelaki lanjut usia yang
senantiasa dijadikan pangkalan oleh kaum Muslimin Makkah yang baru tiba di Madinah.
Rumah itu adalah milik Kultsum bin Hadm. Sementara itu, Abu Bakar as-Shiddiq menuju
rumah Khubaib bin Yasaf atau Kharijah bin Zaid di Sunh, di sebuah desa yang tak jauh pula
dari Madinah. 

Satu atau dua hari kemudian, Ali bin Abi Thalib tiba dari Makkah dan tinggal di rumah yang
sama dengan Rasulullah. Rasulullah berdiam di Desa Quba’ selama empat hari, sejak Senin
hingga Kamis.

Lalu, atas saran ‘Ammar bin Yasir, beliau membangun Masjid Quba’. Inilah masjid pertama
dalam sejarah Islam. Rasulullah sendiri yang meletakkan batu pertama di kiblat masjid
tersebut, kemudian diikuti oleh Abu Bakar as-Shiddiq, lalu diselesaikan beramai-ramai oleh
para sahabat lainnya. 

Setelah mendirikan masjid ini, Rasul bersama dengan Abu Bakar as-Shiddiq melanjutkan
perjalanan menuju Yatsrib, yakni Madinah sekarang. Namun, sebelum sampai di tempat
tujuan, yakni Masjid Nabawi, beliau singgah di kampung bani Sulaim. Pada saat itu adalah
hari Jumat, waktunya sudah menjelang shalat Zhuhur. Karena itu, bersama para sahabat dan
kaum Muslimin yang ada pada saat itu, Rasul SAW mengajak mereka untuk mendirikan
shalat Jumat.

Shalat Jumat itu dilaksanakan Rasul SAW di sebuah wadi (lembah) yang terletak di kampung
bani Sulaim. Letaknya berdekatan dengan Masjid Quba. Menurut Junaidi Halim dalam
bukunya, Makkah-Madinah dan Sekitarnya, nama lembah tersebut adalah Wadi Ranuna.
Sebagai peringatan atas pelaksanaan shalat Jumat itu, didirikanlah sebuah masjid di lokasi
tersebut. Masjid itu diberi nama Masjid Jumat.

Menurut Hanafi al-Mahlawi dalam Al-Amakin al-Masyhurah fi Hayati Muhammad SAW,


shalat Jumat yang dilaksanakan di lokasi tersebut merupakan shalat Jumat yang pertama kali.
Sebab, sebelumnya beliau kesulitan melaksanakan shalat Jumat karena kuatnya tekanan dan
penindasan yang dilakukan kafir Quraisy terhadap kaum Muslim.

Ada yang mengatakan bahwa lokasi pelaksanaan shalat Jumat itu terletak di sisi kanan jalan
dari Quba menuju Madinah. Adapun jumlah kaum Muslim yang mendirikan shalat Jumat
ketika itu mencapai seratus orang. Menurut HM Iwan Gayo dalam Buku Pintar Haji dan
Umrah, Masjid Jumat itu berukuran 7 X 5,5 meter persegi.

Karena itulah, keberadaan Masjid Jumat ini memiliki posisi yang sangat penting dalam
sejarah Islam. Sayangnya, tidak diketahui secara pasti siapa sahabat yang mendirikan masjid
ini. Mungkin itu karena minimnya informasi yang didapatkan. Karena itu, tak banyak umat
Muslim yang berziarah atau berkunjung ke masjid ini.

HADIST DAN DALIL TTG SHALAT JUM’AT

Hal ini semakin dikukuhkan setelah Allah menurunkan wahyu dalam surat al-Jumuah ayat 9.
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman. Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat
pada hari Jumat maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Dalam menyampaikan wahyu Allah, Rasullullah SAW pun bersabda : “Salat Jumat itu wajib
bagi tiap-tiap muslim, dilaksanakan secara berjamaah terkecuali empat golongan, yaitu
hamba sahaya, perempuan, anak kecil dan orang yang sakit.” (HR. Abu Daud dan Al-Hakim).

MENGAPA LAKI2 WAJIB SHALAT JUM’AT

Kewajiban sholat Jumat bagi laki-laki tertuang dalam QS. Surah Al – Jumu’ah ayat 9 yang
artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat di hari Jumat,
maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkan jual beli,”(QS. Al Jumu’ah
ayat 9).

Sholat Jumat hanya diwajibkan bagi laki-laki karena ditakutkan terjadinya fitnah bagi
perempuan sehingga dianjurkan untuk menjalankan sholat Dzuhur saja.

Syarat wajib sholat Jumat adalah sebagai berikut:


1. Beragama Islam

2. Baligh atau dewasa, untuk anak-anak tidak diwajibkan.

3. Berakal sehat.

4. Laki-laki, perempuan tidak diwajibkan.

5. Dalam keadaan sehat atau tidak sedang dalam keadaan sakit.

6. Menetap, artinya tidak sedang dalam perjalanan.

Sedangkan syarat sah mendirikan sholat Jumat adalah sebagai berikut:

1. Dilaksanakan di tempat yang sudah dijadikan sebagai tempat menetap atau dengan kata
lain dalam sebuah lingkungan yang penduduknya menetap.

2. Dilaksanakan secara berjamaah, sebagaian ulama ada yang berpendapat bahwa minimal
untuk melaksanakan sholat Jumat harus 40 orang dan ada yang berpendapat hanya 2 orang
saja.

3. Dilaksanakan pada waktu Dzuhur.

4. Sebelum sholat Jumat diawali dengan Khotbah.

Wajib hukumnya bagi laki-laki muslim melaksanakan sholat jumat.

“Sholat Jumat itu wajib bagi setiap muslim secara berjamaah selain empat orang yaitu budak,
wanita, anak kecil, dan orang sakit,” HR Abu Daud 1067.

Berikut akan dijelaskan terkait hukum wanita muslim yang mengikuti sholat jumat:

1. Dalam kitab Al-Ijma’ No 53, Ibnul Mundzir mengatakan: “Mereka (para ulama) sepakat
bahwa jika ada wanita yang menghadiri Jumatan bersama imam, kemudian dia sholat
bersama imam, maka itu sudah sah baginya,".

2. Wanita muslim diperbolehkan untuk mengikuti sholat Jumat. Para ulama sepakat bahwa
wanita muslim diperbolehkan untuk mengikuti sholat Jumat di masjid. Cara-cara yang
dilakukan juga harus sama persis dengan apa yang dilakukan oleh jamaah laki-laki.

3. Wanita muslim juga diharuskan untuk mendengarkan khutbah dengan seksama dan tidak
membuat kegaduhan. Setelah melaksanakan sholat jumat, wanita tidak wajib untuk
melaksanakan sholat dzuhur.

4. Wanita muslim yang melaksanakan sholat Jumat dirumah dianggap tidak sah. Para ulama
sepakat bahwa Jumatan hanya boleh dilaksanakan secara berjamaah. Jika tidak berjamaah,
ibadah sholat Jumat pun dianggap gugur, baik ini dilakukan oleh wanita maupun laki-laki.
5. Akan lebih afdhal apabila wanita sholat zuhur sirumah dan tidak menghadiri sholat Jumat.
Hal ini didasarkan pada sabda Nabi Muhammad SAW: “Janganlah kalian menghalangi istri
kalian untuk ke masjid. Dan rumah mereka itu lebih baik bagi mereka,” (HR. Abu Daud 567).

Dalil yang Menunjukkan Bahwa Salat Jumat itu Wajib adalah

Dalil yang menunjukkan bahwa salat Jumat itu wajib adalah Surat Al Jumuah di ayat 9
hingga 11. Berikut adalah bacaan ayatnya,

‫) فَِإ َذا‬9( َ‫صاَل ِة ِم ْن يَوْ ِم ْال ُج ُم َع ِة فَا ْس َعوْ ا ِإلَى ِذ ْك ِر هَّللا ِ َو َذرُوا ْالبَ ْي َع َذلِ ُك ْم خَ ْي ٌر لَ ُك ْم ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا ِإ َذا نُو ِد‬
َّ ‫ي ِلل‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ ْ َّ ‫هَّللا‬ ْ ‫هَّللا‬
َ ‫) وَِإ َذا َر وْ ا تِ َج‬10( َ‫ض َوا ْبتَ ُغوا ِم ْن فَضْ ِل ِ َواذ ُكرُوا َ َكثِيرًا لَ َعل ُك ْم تُفلِحُون‬
‫ارةً وْ لَ ْه ًوا‬ ‫َأْل‬
ِ ْ‫صاَل ةُ فَا ْنتَ ِشرُوا فِي ا ر‬ َّ ‫ت ال‬ ِ َ‫ضي‬ ِ ُ‫ق‬
)11( َ‫َّازقِين‬ ِ ‫ار ِة َوهَّللا ُ خَ ْي ُر الر‬ َ ‫ك قَاِئ ًما قُلْ َما ِع ْن َد هَّللا ِ خَ ْي ٌر ِمنَ اللَّه ِْو َو ِمنَ التِّ َج‬ َ ‫ا ْنفَضُّ وا ِإلَ ْيهَا َوت ََر ُكو‬

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-
banyak supaya kamu beruntung. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan,
mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri
(berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan
perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki.” (QS. Al Jumu’ah: 9-11).

Selain ayat di atas, dalil yang menunjukkan bahwa salat Jumat itu wajib adalah hadis dari
Abu Hurairah dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhum, bahwa mereka mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di atas mimbarnya,

“Hendaklah orang-orang berhenti dari meninggalkan Jumat atau Allah pasti akan menutupi
hati mereka kemudian mereka menjadi orang-orang yang lalai.” (HR. Muslim).

Dilansir dari rumaysho.com, hadis tersebut memiliki beberapa faedah, dan salah satunya
menunjukkan bahwa salat Jumat itu hukumnya fardhu ‘ain dan harus dilaksanakan secara
berjamaah.

Dalam hadis lain, dalil yang menunjukkan bahwa salat Jumat itu wajib adalah hadis berikut,

“Barangsiapa meninggalkan shalat Jum’at sebanyak tiga kali karena lalai terhadap shalat
tersebut, Allah akan tutupi hatinya.” (HR. Abu Daud, An-Nasai, dan Ahmad).

Dalil yang menunjukkan bahwa salat Jumat itu wajib adalah hadis dari Usamah radhiyallahu
‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Siapa yang meninggalkan salat Jumat sebanyak tiga kali tanpa ada uzur, maka dicatat
sebagai golongan orang munafik.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir, dari riwayat Jabir Al-
Ja’fi).
Keutamaan Salat Jumat

Menghapus Dosa

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Di antara salat lima waktu, di antara Jum’at yang satu dan Jum’at yang berikutnya, itu
dapat menghapuskan dosa di antara keduanya selama tidak dilakukan dosa besar.” (HR.
Muslim).

Nikmatnya akan Disempurnakan dan Dicukupkan oleh Allah

Allah Ta’ala berfirman,

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al Ma’idah:
3).

Memperoleh Pahala Besar

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa mandi pada hari jumat sebagaimana mandi janabah, lalu berangkat menuju
masjid, maka dia seolah berkurban dengan seekor unta. Barangsiapa yang datang pada
kesempatan (waktu) kedua maka dia seolah berkurban dengan seekor sapi. Barangsiapa
yang datang pada kesempatan (waktu) ketiga maka dia seolah berkurban dengan seekor
kambing yang bertanduk. Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) keempat maka
dia seolah berkurban dengan seekor ayam. Dan barangsiapa yang datang pada kesempatan
(waktu) kelima maka dia seolah berkurban dengan sebutir telur. Dan apabila imam sudah
keluar (untuk memberi khuthbah), maka para malaikat hadir mendengarkan dzikir (khuthbah
tersebut).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Setiap Langkah Menuju Salat Jumat Diganjar Puasa Dan Salat Setahun

Dari Aus bin Aus, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat dengan mencuci kepala dan anggota badan
lainnya, lalu ia pergi di awal waktu atau ia pergi dan mendapati khutbah pertama, lalu ia
mendekat pada imam, mendengar khutbah serta diam, maka setiap langkah kakinya terhitung
seperti puasa dan shalat setahun.” (HR. Tirmidzi).

Direktur Rumah Fiqih Indonesia, Ustaz Ahmad Sarwat dalam bukunya Hukum-Hukum
terkait Shalat Jumat menjelaskan, Shalat Jumat disyariatkan di dalam Al-Quran, As-sunnah
an-Nabawiyah dan juga atas dasar ijma' seluruh umat Islam. Para ulama telah berijma' bahwa
siapa yang mengingkari kewajiban shalat jumat, maka dia kafir karena mengingkari Al-Quran
dan As-Sunnah. Sebelum menjalankan shalat Jumat perlu diketahui rukun-rukunnya.
Berikut rukun shalat Jumat:
1. Khutbah
Shalat Jumat harus ada khutbah yang terdiri setidaknya dari dua khutbah dengan jeda
duduk di antara keduanya.
2. Berjamaah Shalat Jumat harus dilakukan berjamaah.
Kalangan ulama fiqih berbeda pendapat mengenai jumlah minimal jamaah shalat Jumat.
Kalangan ulama Hanafiyah berpendapat Al-Hanafiyah jumlah minimal untuk sahnya
shalat jumat adalah tiga orang selain imam. Al-Malikiyah menyaratkan bahwa sebuah
shalat Jumat itu baru sah bila dilakukan oleh minimal 12 orang untuk shalat dan khutbah.
Sedangkan kalangan ulama Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah menyaratkan bahwa sebuah
shalat jumat itu tidak sah kecuali dihadiri oleh minimal 40 orang yang ikut shalat dan
khutbah dari awal sampai akhir. Dasarnya adalah hadits Nabi SAW: Dari Ibnu Mas’ud
radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW shalat Jum’at di Madinah dengan jumlah
peserta 40 orang atau lebih. (HR. Ad Daruquthuny).
3. Tidak Ada Jamaah Ganda Di dalam mazhab As-Syafi'i memang ada ketentuan bahwa
tidak boleh ada 2 shalat Jumat di satu tempat yang sama atau berdekatan. Dalam
beberapa literaturfiqih mazhab ini, memang ada ketentuan demikian. Namun perlu
diperhatikan bahwa ketentuan ini tetap ada pengecualiannya. Pengecualiannya adalah
bila di satu masjid sudah penuh dan tidak lagi menampung jamaah, maka dibolehkan
dibuat lagi jamaah shalat Jumat di dekatnya. Dengan demikian, adanya dua masjid
yang berdekatan yang keduanya sama-sama menyelenggarakan shalat Jumat sangat
dimungkinkan, selama masjid-masjid itu tidak mampu lagi menampung jamaah.
Maka tindakan seorang jamaah yang shalat Zhuhur setelah shalat Jumat dengan alasan
berjaga-jaga kalaukalau shalat Jumat itu tidak syah adalah sikap yang mengada-ada
serta berlebihan dalam agama.
4. Masuk Waktu
Rukun shalat Jumat berikutnya adalah masuknya waktu Jumat. Bila waktu sudah
masuk, maka shalat Jumat hukumnya wajib dan sah untuk dikerjakan. Jumhur ulama
yaitu mazhab Al-Hanafiyah, Al Malikiyah dan Asy-Syafi'iyah menyebutkan bahwa
syarat wajib dan syarat sah shalat Jumat hanya berlaku manakala waktu shalat
Dzhuhur sudah masuk hingga habisnya waktu shalat Dzhuhur, yaitu dengan
masuknya waktu shalat Ashar.
5. Tempat Para ulama sepakat menetapkan bahwa adanya tempat tertentu untuk
dilaksanakannya Shalat Jumat, menjadi syarat sah sekaligus menjadi syarat wajib.
Artinya, bila kriteria tempat itu tidak memenuhi syarat sah dan syarat wajib, maka
selain tidak sah dikerjakan, shalat Jumat juga menjadi tidak wajib.

Anda mungkin juga menyukai