Oleh:
Rizal Maulana
Ayatullah Ali Humaini
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH
AL-AMIEN PRENDUAN SEMENEP MADURA
TAHUN AKADEMIK 2021-2022.
PENDAHULUAN
Islam yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad Saw telah membawa
bangsa arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak beradap, tidak terkenal, dan
diabaikan oleh bangsa lain, menjadi bangsa yang maju, ia dengan cepat bergerak
mengembangkan dunia, membina suatu ke budayaan dan peradaban yang sangat
penting artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang.
Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Nabi Muhammad
SAW, terjadi pada usia 35 tahun, Waktu itu bangunan Ka'bah rusak berat.
Perbaikan ka'bah di lakukan secara gotong royong, para penduduk Mekkah
membantu perkerjaan itu dengan sukarela. Tetapi pada saat terahir. ketika
perkerjaan tinggal mengangkat dan meletakkan hajar aswad di tempat semula,
timbul perselisihan karena setiap suku merasa berhak melakukan tugas terahir dan
terhormat. perselisihan semangkin memuncak maka pemimpin qurais sepakat
bahwa orang yang pertama masuk ke ka'bah melalui pintu shafa, akan di jadikan
hakim untuk memutuskan perkara.
Ternyata orang pertama yang masuk itu adalah Nabi Muhammad Saw. Ia
pun di percaya menjadi hakim, lalu ia pun membentangkan kain dan meletakkan
hajar aswad di tengah-tengah, dan meminta seluruh pemimpin suku memengang
tepi kain dan mengangkatnya secara bersamaan. Kemudian, Muhammad
meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian, perselisihan dapat
diselesaikan dan semua kepala suku merasa puas dengan kebijaksanaan nabi.
Nabi Muhammad segera kembali ke Madinah. untuk mengatur organisasi
masyarakat kabilah yang telah memeluk agama islam. Petugas keagamaan dan
para da’i dikirim ke berbagai daerah dan kabilah mengajarkan ajaran-ajaran islam,
mengatur peradilan, dan menyerukan untuk berzakat.
Dua bulan setelah itu, Nabi menderita sakit demam. Pada hari senin 12
Rabi'ul Awal 11 H/8 Juni 632 M., Nabi Muhammad Saw wafat di rumah aisyah.
Dari perjalan sejarah Nabi ini, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW,
di samping sebagai pemimpin agama, juga seorang negarawan, pemimpin politik
dan administrasi yang cakap. Hanya dalam waktu sebelas tahun menjadi
pemimpin politik, beliau berhasil menundukkan jazirah Arab ke dalam
kekuasaannya.
PEMBAHASAN
1
Faqih Nur, buku 42 Hadits metode dakwah Nabi
lil 'alamin bermakna bahwa Rasulullah memiliki misi sebagai pemberi kabar
gembira dan peringatan untuk seluruh umat manusia yang ada di muka bumi,
termasuk orang-orang yang belum berada di jalan Allah (non-Muslim).
Masa Terakhir Nabi
Anas bin Malik meriwayatkan, pada Hari Senin, ketika kaum muslimin
sedang melaksanakan shalat Subuh, sementara sahabat Abu Bakar RA sedang
mengimami mereka, Nabi SAW tidak menemui mereka, tetapi hanya menyingkap
tabir kamar Aisyah dan memperhatikan mereka yang berada di shaf-shaf shalat.
Kemudian beliau tersenyum. Abu Bakar mundur hendak berdiri di shaf, karena
dia mengira Rasululah SAW hendak keluar untuk shalat. Selanjutnya Anas
menuturkan bahwa kaum muslimin hampir terganggu di dalam shalat mereka,
karena bergembira dengan keadaan Rasulullah SAW. Namun, beliau memberikan
isyarat dengan tangan beliau agar mereka menyelesaikan shalat. Kemudian, beliau
masuk kamar dan menurunkan tabir. Setelah itu, Rasulullah SAW tidak
mendapatkan waktu shalat lagi.
Ketika waktu Dhuha hampir habis, Nabi SAW memanggil Fatimah, lalu
membisikan sesuatu kepadanya, dan Fatimah pun menangis. Kemudian
memanggilnya lagi dan membisikan sesuatu, lalu Fatimah tersenyum. Aisyah
berkata, setelah itu, kami bertanya kepada Fatimah tentang hal tersebut. Fatmah
Ra menjawab, ”Nabi SAW membisikiku bahwa beliau akan wafat, lalu aku
menangis. Kemudian, beliau membisikiku lagi dan mengabarkan aku adalah
orang pertama di antara keluarga beliau yang akan menyusul beliau.” (Shahihul
Bukhari, II: 638).
Nabi SAW juga mengabarkan kepada Fatimah bahwa dia adalah kaum
wanita semesta alam. Fatimah melihat penderitaan berat yang dirasakan oleh
Rasulullah SAW sehingga dia berkata,”Alangkah berat penderitaan ayah!” tetapi
beliau menjawab,”Sesudah hari ini, ayahmu tidak akan menderita lagi.” Beliau
memanggil Hasan dan Husain, lalu mencium keduanya, dan berpesan agar
bersikap baik kepada keduanya. Beliau juga memanggil istri-istri beliau, lalu
beliau memberi nasehat dan peringatan kepada mereka.
Sakit beliau semakin parah, dan pengaruh racun yang pernah beliau makan
(dari daging yang disuguhkan oleh wanita Yahudi) ketika di Khaibar muncul,
sampai-sampai beliau berkata,”Wahai Aisyah, aku masih merasakan sakit karena
makanan yang kumakan ketika di Khaibar. Sekarang saatnya aku merasakan
terputusnya urat nadiku karena racun tersebut.” Beliau juga memberi nasehat
kepada orang-orang ,”(perhatikanlah) shalat; dan budak-budak yang kalian
miliki!” Beliau menyampaikan wasiat ini hingga beberapa kali.
Saat Terakhir Tanda-tanda datangnya ajal mulai tampak. Aisyah
menyandarkan tubuh Rasulullah ke pangkuannya. Aisyah lalu berkata,”
Sesunguhnya di antara nikmat Allah yang dikaruniakan kepadaku adalah bahwa
Rasulullah SAW wafat di rumahku, pada hari giliranku, dan di pangkuanku, serta
Allah menyatukan antara ludahku dan ludah beliau saat beliau wafat.
Ketika aku sedang memangku Rasulullah SAW, Abdurahman dan Abu
Bakar masuk dan di tangannya ada siwak. Aku melihat Rasulullah SAW
memandanginya, sehingga aku mengerti bahwa beliau menginginkan siwak. Aku
bertanya,’Kuambilkan siwak itu untukmu?’ Beliau memberi isyarat “ya” dengan
kepala, lalu kuambilkan siwak itu untuk beliau. Rupanya siwak itu terasa keras
bagi beliau, lalu kukatakan,’kulunakkan siwak itu untukmu?’ Beliau memberi
isyarat”ya” lalu kulunakan siwak itu. Setelah itu aku menyikat gigi beliau dengan
sebaik-baiknya siwak itu. Sementara itu, di hadapan beliau ada bejana berisi air.
Beliau memasukan kedua tangannya ke dalam air itu, lalu mengusapkannya ke
wajah seraya berkata,’La ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu ada sekarat
nya.” (Shahih Bukhari II, 640).
Seusai bersiwak, beliau mengangkat kedua tangan beliau yang mulia, atau jari-
jarinya mengarahkan pandangannya ke langit-langit, dan kedua bibirnya bergerak-
gerak. Aisyah mendengarkan apa yang beliau katakan itu, beliau berkata ”Ya
Allah ampunilah aku; Rahmatilah aku; dan pertemukan aku dengan Kekasih yang
Maha Tinggi. Ya Allah, Kekasih Yang Maha Tinggi.” (Ad Darimi, Misykatul
Mashabih, II: 547) Beliau mengulang kalimat terakhir tersebut sampai tiga kali,
lalu tangan beliau lunglai dan beliau kembali kepada Kekasih Yang Maha Tinggi.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Peristiwa ini terjadi ketika waktu Dhuha sedang
memanas, yaitu pada hari Senin 12 Rabi’ul Awal tahun 11 H. Ketika itu beliau
berusia 63 lebih empat hari.
Daftar Pustaka