Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

Disusun untuk memenuuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam


Dosen Pengampu: Ust. Faizun Najah

Oleh:
Rizal Maulana
Ayatullah Ali Humaini

Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir


Semester II

FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH
AL-AMIEN PRENDUAN SEMENEP MADURA
TAHUN AKADEMIK 2021-2022.
PENDAHULUAN
Islam yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad Saw telah membawa
bangsa arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak beradap, tidak terkenal, dan
diabaikan oleh bangsa lain, menjadi bangsa yang maju, ia dengan cepat bergerak
mengembangkan dunia, membina suatu ke budayaan dan peradaban yang sangat
penting artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang.
Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Nabi Muhammad
SAW, terjadi pada usia 35 tahun, Waktu itu bangunan Ka'bah rusak berat.
Perbaikan ka'bah di lakukan secara gotong royong, para penduduk Mekkah
membantu perkerjaan itu dengan sukarela. Tetapi pada saat terahir. ketika
perkerjaan tinggal mengangkat dan meletakkan hajar aswad di tempat semula,
timbul perselisihan karena setiap suku merasa berhak melakukan tugas terahir dan
terhormat. perselisihan semangkin memuncak maka pemimpin qurais sepakat
bahwa orang yang pertama masuk ke ka'bah melalui pintu shafa, akan di jadikan
hakim untuk memutuskan perkara.
Ternyata orang pertama yang masuk itu adalah Nabi Muhammad Saw. Ia
pun di percaya menjadi hakim, lalu ia pun membentangkan kain dan meletakkan
hajar aswad di tengah-tengah, dan meminta seluruh pemimpin suku memengang
tepi kain dan mengangkatnya secara bersamaan. Kemudian, Muhammad
meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian, perselisihan dapat
diselesaikan dan semua kepala suku merasa puas dengan kebijaksanaan nabi.
Nabi Muhammad segera kembali ke Madinah. untuk mengatur organisasi
masyarakat kabilah yang telah memeluk agama islam. Petugas keagamaan dan
para da’i dikirim ke berbagai daerah dan kabilah mengajarkan ajaran-ajaran islam,
mengatur peradilan, dan menyerukan untuk berzakat.
Dua bulan setelah itu, Nabi menderita sakit demam. Pada hari senin 12
Rabi'ul Awal 11 H/8 Juni 632 M., Nabi Muhammad Saw wafat di rumah aisyah.
Dari perjalan sejarah Nabi ini, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW,
di samping sebagai pemimpin agama, juga seorang negarawan, pemimpin politik
dan administrasi yang cakap. Hanya dalam waktu sebelas tahun menjadi
pemimpin politik, beliau berhasil menundukkan jazirah Arab ke dalam
kekuasaannya.
PEMBAHASAN

A. Kehidupan dan perjuangan Nabi Muhammad di Makkah


Nabi Muhammad SAW adalah seorang rasul yang diutus kepada seluruj umat
manusia dan ia merupakan akhir dari para nabi dan imam semua rasul. Dating
dengan agama islamnya, beliau merupakan keturunan dari pada Quraisy kabilah
termulia di Makkah yang bersambung nasabnya dengan nabi Ismail bin Ibrahim
AS.
Nabi Muhammad SAW lahir di Makkah pada hari senin 12 Rabi’ul Awwal
tahun gajah, dinamakan dengan tahun gajah karena pada saat beliau lahir raja
habasyah mengirim pasukan ke Makkah untuk menghancurkan ka’bah dengan
membawa pasukan bergajah kemuadian Allah SWT menggagalkan rencananya
untuk menghormati kelahiranya.
Ibundanya wafat dan ia berumur enam tahun pada saat itu, saat Kembali dari
Madinah setelah berziarah ke makam ayahandanya yang kemudian di makamkan
di abwa’ yaitu salah satu desa diantara Makkah dan Madinah. Kemudian ia di
asuh oleh kakeknya Abdul Mutallib.
Kakeknya Abdul Muthallib mendidik cucunya Muhammad dan ia sangat
menyayangi cucunya lebih dari ia menyayangi anaknya sendiri. Genap umurnya
delapan tahun kakeknya wafat setelah dua tahun lamanya mengasuh cucunya
Muhammad SAW.
Setelah wafatnya sang kakek Abdul Muthallib ia diasuh oleh pamannya Abu
Thalib yang pada saat itu ia seorang faqir, yang kemudian Allah luaskan
rezekinya. Ia dikenal dengan sosok yang qana’ah atau menerima apa yang allah
berikan padanya.

Masa Kecil hingga Dewasa


Di masa kecilnya beliau bekerja sebagai pengembala kambing untuk orang
Makkah untuk mendapatkan upah dan hidup dari upah tersebut. Ketika usianya
menginjak Sembilan tahun, ia pergi ke kota Syam Bersama pamannya Abu Thalib
untuk berdagang sesampianya di Bushro, mereka melihat seorang pendeta yang
bernama Bukhairo, dan memberitahu pamannya bahwa ia akan menjadi akhir dari
para nabi.
Tak lama setelah itu, Bukhairo memerintahkan Abu Thalib untuk kembali
membawa pulang Muhammad karena ditakutkan musuhnya akan mendekatinya,
dan menunjukan tanda tanda kenabiannya yang tertulis di kitab mereka.
Di umurnya yang ke 25, ia pergi ke Syam untuk yang kedua kalinya untuk
berdaang milik Siti Khodijah yang mana ia mempercayai Muhammad untuk
membawa dagangannya ke Syam karena Muhammad dikenal dengan
kejujurannya, akhlaqnya dan dapat dipercaya.
Karena akhlaknya yang luar biasa Khadijah pun ingin menikahi Muhammad
yang pada akhirnya Khadijah melamar Muhammad kepada pamanya Abi Thalib,
dan kemudian Muhammad dinikahkan dengan Khadijah yang berusia 40 tahun.
Di umurnya yang ke 35 pada saat pembangunan ulang Ka’bah para petinggi
Quraisy saling berseteru untuk meletakan Kembali batu hajar aswad di tempatnya
namun mereka sama-sama merasa memiliki kewenangan untuk meletakannnya.
Pada saat itu akhirnya Muhammad menjadi penengah mereka dengan cara
membentangkan sehelai kain lalu nabi meletaknya di atas kain tersebut dan
memerintahkan para petinggi kaum Quraisy untuk memegang ujung kain tersebut
dan membawanya meneuju tempat hajar aswad tersebut, dengan ini semua
petinggi Quraisy merasa adil.
Menginjak usia 40 tahun Nabi melakukan uzlah di gua Hira dan Allah berikan
“Ru’yah Shodiqoh” atau mimpi kepada nabi dan kemudian turunlah malikat Jibril
dan mengajarkan nabi bagaimana mengajak umat manusia menuju jalan yang
lurus dan agama yang telah Allah tetapkan yang kemudian mendapat gelar rasul
dengan diturubkannya wahyu pertama kali surah Al-Alaq ayat 1-5 dengan ini nabi
Muhammad resmi menjadi seorang Rasul.
Keadaan Arab Sebelum Datang Islam
Sebelum datangmya Islam kaum arab pada saat itu “musyrikin”
menyembah berhala, mereka membunuh anak-anak mereka karena takut
kelaparan dan kemiskinan dan mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka.
Setelah menerima berbagai gangguan dan siksaan dari kafir Quraisy Makkah,
Rasulullah berpikir untuk mengubah strategi dakwahnya. Terlebih, dalam tiga
tahun terakhir di Makkah, sejak 620-622 M, Nabi Muhammad SAW kedatangan
sekelompok orang Yatsrib dari Kabilah Aus dan Khazraj yang menyambut baik
ajaran Islam.
Dakwah Islam yang ditolak di tanah kelahirannya, Makkah, ternyata
memperoleh dukungan dari daerah lain. Pada 621 M, Nabi Muhammad
kedatangan tujuh orang dari Kabilah Khazraj dan Aus untuk masuk Islam dan
melakukan perjanjian di tempat yang bernama Aqabah. Perjanjian tersebut dikenal
dengan Perjanjian Aqabah I yang berisi iktikad untuk tidak menyekutukan Allah,
tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak saling memfitnah,
dan tidak durhaka pada Nabi Muhammad.
Setahun setelahnya, pada 622 M, orang-orang Yatsrib datang lagi dengan maksud
melakukan Perjanjian Aqabah II, sekaligus mengundang Nabi Muhammad SAW
untuk hijrah ke Yatsrib. Di Perjanjian Aqabah II, Rasulullah memiliki kesan
bahwa Islam telah siap berkembang di Yatsrib atau Madinah. Keputusan hijrah ke
Madinah ini bukanlah keputusan hijrah yang pertama. Sebelumnya, umat Islam
sudah pernah berhijrah ke Habasyah atau Ethiopia (615 M). Lantas, ketika melihat
potensi berkembangnya Islam di Madinah, Nabi Muhammad memerintahkan
sahabat-sahabatnya untuk berhijrah secara sembunyi-sembunyi menuju Madinah.
Misi Dakwah Nabi Muhammad SAW
Sebelum Muhammad SAW diangkat menjadi rasul, penduduk Arab
banyak yang melakukan perbuatan jahiliyah seperti menyembah berhala. Maka,
Rasulullah sering berdiam diri di Gua Hira dan mencari jalan keluar agar mereka
kembali ke jalan Allah. Melalui malaikat Jibril, Allah menurunkan wahyu pertama
kepada Rasulullah yang menjadi tanda pengangkatannya sebagai rasul. Dari
sinilah dakwah Nabi Muhammad dimulai.
1. Mengajarkan Tauhid
Misi dakwah pertama Rasulullah adalah mengajarkan tauhid . Dari
Abdullah bin Abbas, bahwa ketika Rasulullah hendak mengutus Mu'adz bin Jabal
ke Yaman, beliau bersabda:
"Sungguh kau akan menghadapi penduduk ahli kitab. Hendaknya yang pertama
kali kau berikan adalah ajakan untuk mentauhidkan Allah. Jika mereka sudah
memahami hal tersebut, perintahkanlah kewajiban sholat lima kali dalam sehari
semalam. Jika mereka sudah sholat, ajaklah mereka membayar zakat dari harta-
harta orang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang miskin. Jika
mereka setuju. ambillah harta mereka dan berhati-hatilah dari harta berharga
yang mereka miliki." (HR. Bukhari dan Muslim)1
2. Memperbaiki Akhlak Manusia
Misi kedua Rasulullah ialah memperbaiki dan menyempurnakan akhlak
manusia. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya aku ini diutus adalah untuk
menyempurnakan akhlak manusia." (HR. Bukhari)
Begitu pentingnya akhlak, Rasulullah menyebutkan bahwa orang yang merugi
adalah orang yang sholat, berpuasa, dan membayar zakat, namun akhlaknya
bermasalah. Habislah pahala orang yang kerap berbuat dzalim.Bahkan, umat
Muslim harus berakhlak baik kepada non-Muslim sekalipun. Hal ini tercantum
dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8 yang berbunyi, "Allah tidak melarang kamu
berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu
dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu.
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil."
3. Menjadi Rahmatan Lil ‘Alamin
Misi Rasulullah yang ketiga ialah menjadi Rahmatan Lil Alamin, yaitu
sebagai rahmat bagi alam semesta. Allah SWT berfirman, "Dan tiadalah Kami
mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-
Anbiya : 107)
Sedangkan pada surat Al-Baqarah ayat 119, Allah SWT berfirman,
"Sesungguhnya kami mengutusmu (wahai Muhammad) dengan haq sebagai
pemberi kabar gembira (basyiran) dan peringatan (nadziran)." Maka, Rahmatan

1
Faqih Nur, buku 42 Hadits metode dakwah Nabi
lil 'alamin bermakna bahwa Rasulullah memiliki misi sebagai pemberi kabar
gembira dan peringatan untuk seluruh umat manusia yang ada di muka bumi,
termasuk orang-orang yang belum berada di jalan Allah (non-Muslim).
Masa Terakhir Nabi
Anas bin Malik meriwayatkan, pada Hari Senin, ketika kaum muslimin
sedang melaksanakan shalat Subuh, sementara sahabat Abu Bakar RA sedang
mengimami mereka, Nabi SAW tidak menemui mereka, tetapi hanya menyingkap
tabir kamar Aisyah dan memperhatikan mereka yang berada di shaf-shaf shalat.
Kemudian beliau tersenyum. Abu Bakar mundur hendak berdiri di shaf, karena
dia mengira Rasululah SAW hendak keluar untuk shalat. Selanjutnya Anas
menuturkan bahwa kaum muslimin hampir terganggu di dalam shalat mereka,
karena bergembira dengan keadaan Rasulullah SAW. Namun, beliau memberikan
isyarat dengan tangan beliau agar mereka menyelesaikan shalat. Kemudian, beliau
masuk kamar dan menurunkan tabir. Setelah itu, Rasulullah SAW tidak
mendapatkan waktu shalat lagi.
Ketika waktu Dhuha hampir habis, Nabi SAW memanggil Fatimah, lalu
membisikan sesuatu kepadanya, dan Fatimah pun menangis. Kemudian
memanggilnya lagi dan membisikan sesuatu, lalu Fatimah tersenyum. Aisyah
berkata, setelah itu, kami bertanya kepada Fatimah tentang hal tersebut. Fatmah
Ra menjawab, ”Nabi SAW membisikiku bahwa beliau akan wafat, lalu aku
menangis. Kemudian, beliau membisikiku lagi dan mengabarkan aku adalah
orang pertama di antara keluarga beliau yang akan menyusul beliau.” (Shahihul
Bukhari, II: 638).
Nabi SAW juga mengabarkan kepada Fatimah bahwa dia adalah kaum
wanita semesta alam. Fatimah melihat penderitaan berat yang dirasakan oleh
Rasulullah SAW sehingga dia berkata,”Alangkah berat penderitaan ayah!” tetapi
beliau menjawab,”Sesudah hari ini, ayahmu tidak akan menderita lagi.” Beliau
memanggil Hasan dan Husain, lalu mencium keduanya, dan berpesan agar
bersikap baik kepada keduanya. Beliau juga memanggil istri-istri beliau, lalu
beliau memberi nasehat dan peringatan kepada mereka.
Sakit beliau semakin parah, dan pengaruh racun yang pernah beliau makan
(dari daging yang disuguhkan oleh wanita Yahudi) ketika di Khaibar muncul,
sampai-sampai beliau berkata,”Wahai Aisyah, aku masih merasakan sakit karena
makanan yang kumakan ketika di Khaibar. Sekarang saatnya aku merasakan
terputusnya urat nadiku karena racun tersebut.” Beliau juga memberi nasehat
kepada orang-orang ,”(perhatikanlah) shalat; dan budak-budak yang kalian
miliki!” Beliau menyampaikan wasiat ini hingga beberapa kali.
Saat Terakhir Tanda-tanda datangnya ajal mulai tampak. Aisyah
menyandarkan tubuh Rasulullah ke pangkuannya. Aisyah lalu berkata,”
Sesunguhnya di antara nikmat Allah yang dikaruniakan kepadaku adalah bahwa
Rasulullah SAW wafat di rumahku, pada hari giliranku, dan di pangkuanku, serta
Allah menyatukan antara ludahku dan ludah beliau saat beliau wafat.
Ketika aku sedang memangku Rasulullah SAW, Abdurahman dan Abu
Bakar masuk dan di tangannya ada siwak. Aku melihat Rasulullah SAW
memandanginya, sehingga aku mengerti bahwa beliau menginginkan siwak. Aku
bertanya,’Kuambilkan siwak itu untukmu?’ Beliau memberi isyarat “ya” dengan
kepala, lalu kuambilkan siwak itu untuk beliau. Rupanya siwak itu terasa keras
bagi beliau, lalu kukatakan,’kulunakkan siwak itu untukmu?’ Beliau memberi
isyarat”ya” lalu kulunakan siwak itu. Setelah itu aku menyikat gigi beliau dengan
sebaik-baiknya siwak itu. Sementara itu, di hadapan beliau ada bejana berisi air.
Beliau memasukan kedua tangannya ke dalam air itu, lalu mengusapkannya ke
wajah seraya berkata,’La ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu ada sekarat
nya.” (Shahih Bukhari II, 640).
Seusai bersiwak, beliau mengangkat kedua tangan beliau yang mulia, atau jari-
jarinya mengarahkan pandangannya ke langit-langit, dan kedua bibirnya bergerak-
gerak. Aisyah mendengarkan apa yang beliau katakan itu, beliau berkata ”Ya
Allah ampunilah aku; Rahmatilah aku; dan pertemukan aku dengan Kekasih yang
Maha Tinggi. Ya Allah, Kekasih Yang Maha Tinggi.” (Ad Darimi, Misykatul
Mashabih, II: 547) Beliau mengulang kalimat terakhir tersebut sampai tiga kali,
lalu tangan beliau lunglai dan beliau kembali kepada Kekasih Yang Maha Tinggi.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Peristiwa ini terjadi ketika waktu Dhuha sedang
memanas, yaitu pada hari Senin 12 Rabi’ul Awal tahun 11 H. Ketika itu beliau
berusia 63 lebih empat hari.

Daftar Pustaka

Faqih Nur, buku 42 Hadits metode dakwah Nabi


Jabbar, Umar Abdul, Kholasoh Nurul Yaqin, (Pustaka Syaikh saalim bin said nubhan)

Anda mungkin juga menyukai